Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab 3 ini membahas tentang metode riset kualitatif, sampel penelitian, waktu dan
tempat penelitian, pertimbangan etik, cara dan prosedur pengumpulan data, alat
bantu pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dan keabsahan data.

3.1 Metode Riset Kualitatif


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain
fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan perspektif yang berorientasi
pada manusia sebagai individu yang menyeluruh, untuk mempelajari
fenomena, nilai, persepsi, kepercayaan, sosial, yang permasalahannya tidak
semua memiliki ukuran secara objektif atau dapat didefinisikan secara
konklusif dan definitif dengan pendekatan kuantitatif, melainkan dengan
pendekatan kualitatif sperti yang dijelaskan Afiyanti & Rachmawati (2014)
dalam buku “Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan” dan
fenomenologi mendeskripsikan pemaknaan umum dari individu terhadap
pengalaman dengan konsep atau fenomena menurut Creswell (2014) dalam
buku “Penelitian Kualitatif & Desain Riset; Memilih Di Antara Lima
Pendekatan”. Pendekatan ini untuk mengeksplorasi dan menggali persepsi
Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan Kabid Yanwat tentang
pelaksanaan dapat tergambar secara nyata. Fenomenologi ini tidak dapat
digambarkan secara kuantitatif karena berbeda setiap individu.

3.2 Sampel Penelitian


Penentuan partisipan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Menurut Notoatmodjo (2010) pengertian purposive sampling adalah
pengambilan sampel berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti
sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
Penelitian ini menetapkan manajer keperawatan di level middle management

62
63

yang ditunjuk dan terlibat langsung dalam mempersiapkan implementasi


manajemen pelayanan pasien sebagai partisipan penelitian.

Partisipan dari manajer keperawatan di level middle management yang


berkerja di RSUD Ulin yaitu Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan
Kabid Yanwat dengan lama kerja minimal 6 tahun (sesuai pernyataan
Handoko [2011] dalam buku berjudul “Manajemen Personalia dan Sumber
daya Manusia” mengatakan bahwa pengalaman belajar dalam bekerja akan
meningkatkan pengetahuan seseorang, dengan kategori kurang dari atau sama
dengan 3 tahun) dan bersedia mengungkapkan pernyataannya tentang
kesiapan implementasi manajemen pelayanan pasien di RSUD Ulin.

Berdasarkan kriteria-kriteria khusus di atas maka sudah dapat ditentukan


kriteria inklusi partisipan pada penelitian ini agar diperoleh kajian kesiapan
manajer keperawatan terhadap implementasi manajemen pelayanan pasien
dalam menjawab tujuan penelitian dan memberikan nilai yang lebih
representatif dengan variasi jabatan di level middle management keperawatan,
sesuai pernyataan menurut LeCompte & Preissle (1993) dalam buku
”Ethnography and Qualitative Design in Education Reseacrh” diterjemahkan
oleh Alwasilah (2011) dalam buku “Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif” bahwa partisipan adalah individu yang betul-betul
terpilih, selaras menurut Afiyanti & Rachmawati (2014) dalam buku
“Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan” menyatakan bahwa
partisipan adalah individu yang diseleksi atau dipilih sengaja karena memiliki
pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti, serta menurut
Sugiyono (2013) dalam buku “Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D” yang
menyebutkan purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu agar data yang diperoleh
nantinya bisa lebih representatif.
64

Manager keperawatan di tingkat top manager keperawatan tidak dijadikan


partisipan karena sudah menjalankan peran untuk menginstruksikan dan
melakukan pengarahan serta pengawasan kepada middle management
keperawatan untuk mempersiapkan implementasi manajemen pelayanan
pasien. Begitu pula dengan first line manager keperawatan, juga tidak
dijadikan partisipan dalam penelitian ini karena tidak ada keterlibatan dalam
mempersiapkan implementasi manajemen pelayanan pasien. Menurut
Arikunto (2006) menyebutkan teknik pengambilan sampel pada purposive
sampling tidak berdasarkan random (non random) yang menjadikan manajer
keperawatan di tingkat top manager dan first line manager sebagai kriteria
eksklusi dari pertimbangan peneliti agar tujuan penelitian untuk memperoleh
kajian kesiapan manajer keperawatan dalam implementasi manajemen
pelayanan pasien bisa diperoleh. Kriteria eksklusi lainnya adalah manajer
keperawatan yang tidak bersedia untuk menjadi partisipan.

Cara mendapatkan partisipan untuk manajer keperawatan tersebut dengan


melakukan screening awal dengan wawancara apakah manajer keperawatan
sudah mengetahui tentang manajemen pelayanan pasien. Lama kerja membuat
pengalaman seseorang bertambah, pengalaman sebagai dasar dari
pembelajaran dan pembangunan menurut Kolb (1984) dalam Kolb (2005)
yang melakukan penelitian tentang learning style inventory, sehingga untuk
mendapatkan pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman yang pernah
dialami. Seseorang belajar secara optimal jika ia terlibat dalam pengalaman
pembelajaran menurut Budihardjo (2016) dalam bukunya tentang Knowledge
Management. Pengalaman kerja yang lama akan membuat manajer
keperawatan secara tidak langsung belajar dan memperoleh pengetahuan.
Partisipan pada penelitian ini dengan lama kerja minimal 6 tahun. Partisipan
pada penelitian berjumlah 8 orang. Menurut Cresswell (2014) masih dalam
buku “Penelitian Kualitatif & Desain Riset; Memilih Di Antara Lima
Pendekatan” menyatakan penelitian fenomenologi, jumlah partisipannya bisa
3 sampai 10 orang, Sukoharsono (2006) dalam penelitiannya tentang alternatif
65

riset kualitatif sains akuntansi mempelajari 10 partisipan. Penetapan jumlah


partisipan yang diperoleh jika telah menunjukkan kejenuhan atau tidak
terdapat lagi informasi baru. Nasution (1988) dalam buku Sugiyono (2013)
yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”
menyebutkan bahwa penentuan partisipan dianggap telah memadai apabila
telah sampai pada tingkat jenuh (redundancy) dan sampel partisipan tidak lagi
memberikan informasi yang baru. Hal tersebut bahwa fenomena yang telah
digali sudah cukup kuat mewakili partisipan dan partisipan tidak lagi
memberikan informasi baru yang bermakna sehingga jumlah partisipan
berdasarkan dari tingkat kejenuhan wawancara. Kejenuhan dalam penelitian
ini dirasakan saat jawaban dari satu partisipan dengan partisipan lainnya sama
dan terjadi pengulangan jawaban, peneliti tidak lagi mendapatkan tambahan
data atau informasi baru yang dapat memunculkan tema baru untuk penelitian
terkaitpersepsi partisipan tentang implementasi manajemen pelayanan pasien,
sehingga dari hasil analisis data wawancara yang dilakukan pada kedelapan
partisipan tersebut sudah cukup untuk menjawab permasalahan penelitian.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2018–Januari 2019 pada Supervisor
Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan Kabid Yanwat di RSUD Ulin. Pemilihan
lokasi penelitian tersebut dikarenakan RSUD Ulin terakreditasi oleh Komisi
Akreditas Rumah Sakit (KARS) secara Paripurna dan akan melaksanakan
resurvei dengan versi SNARS 2018 sehingga untuk masalah pelaksanaan
kesiapan manajer keperawatan terhadap implementasi manajemen pelayanan
pasien perlu dilakukan dengan benar dan baik, dan diharapkan persepsi lebih
luas dan dalam dan cakupan masyarakat yang dilayani juga lebih luas. Tempat
penelitian pada ke 8 partisipan semuanya dilakukan di rumah sakit tersebut,
tempat wawancara dilakukan ruang bidang keperawatan, ruang instalasi rawat
inap dan ruang rapat/ruang pertemuan yang hanya ada partisipan dan peneliti
saja sehingga memungkinkan tempat yang kondusif dan lingkungan yang
tenang untuk melakukan wawancara.
66

3.4 Pertimbangan Etik


Etika penelitian didefinisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip moral ke dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian (Myers 2009;
William 2002 dalam Sarosa, 2012). Prinsip etika penelitian pada penelitian ini
sudah lulus uji etik kampus dengan keterangan yang ditetapkan dalam
sertifikat, dan juga telah lulus uji kelayakan etik rumah sakit. Prinsip utama
dalam penelitian kualitatif yaitu menghormati dan melindungi para partisipan
menurut Sarosa (2012) dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Kualitatif:
Dasar-dasar”. Pertimbangan etik dalam penelitian kualitatif berkenaan dengan
hak-hak partisipan. Mauthner, et al. (2005) dalam Afiyanti & Rachmawati
(2014) pada buku “Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan”
menyebutkan bahwa pemenuhan hak-hak tersebut seperti:
3.4.1. Menghargai harkat dan martabat partisipan
Peneliti menerapkan hak partisipan pada prinsip untuk menjaga
kerahasiaan identitas partisipan (Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi
Ranap, dan Kabid Yanwat di RSUD Ulin) dan partisipan bebas untuk
menentukan pilihan terhadap penelitian yang akan dilakukan, baik itu
menolak atau menerima peneliti, peneliti juga akan merahasiakan data
yang diperoleh (confidentiality), menghargai privacy dan martabat
partisipan, serta menghormati otonomi atau kebebasan partisipan.
Prinsip tersebut dijamin peneliti melalui lembar persetujuan penelitian
yang mencakup; (1) partisipan bebas untuk menentukan pilihan baik
sebagai partisipan atau menolak untuk diwawancarai; (2) manfaat
penelitian dan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan; dijelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara mendalam dengan perekaman suara untuk
mendapatkan data sehingga kemungkinan resiko yang ditimbulkan
lebih kecil; (3) menjelaskan bahwa peneliti menyetujui dan bersedia
untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan partisipan yang
terkait dengan prosedur penelitian; (4) menjelaskan bahwa partisipan
mempunyai hak untuk menolak atau mengundurkan diri dari
67

penelitian tanpa ada ganti rugi dan tuntutan apapun; (5) menjelaskan
bagaimana peneliti menjamin kerahasiaan data/informasi dari calon
partisipan dimanapun informasi yang didapatkan dari partisipan akan
dijaga dan dirahasiakan sebaik mungkin. Partisipan yang telah
menyetujui untuk dilakukan penelitian setelah dilakukan penjelasan
tersebut di atas kemudian peneliti meminta kesediaan partisipan untuk
menandatangani lembar persetujuan/informed consent dalam bentuk
tertulis. Lembar persetujuan diberikan untuk memberikan hak kepada
partisipan untuk memutuskan peran sertanya dalam proses penelitian
setelah sebelumnya mendapatkan penjelasan.
3.4.2. Memerhatikan kesejahteraan partisipan
Peneliti memerhatikan kesejahteraan partisipan dengan
mempertimbangkan manfaat dari pada resiko/bahaya yang
ditimbulkan saat penelitian (non maleficience). Peneliti menjelaskan
tujuan, manfaat yang diperoleh, dan kemungkinan bahaya yang
diperoleh kepada Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan Kabid
Yanwat. Peneliti meyakinkan bahwa kegiatan penelitian ini tidak
menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasi, tidak mengganggu
kenyamanan sekecil apapun secara fisik ataupun psikologis. Peneliti
juga menjelaskan apabila partisipan mengalami ketidaknyamanan saat
penelitian maka partisipan berhak untuk tidak melanjutkan
partisipasinya dalam penelitian. Hak bebas dari ketidaknyamanan
(free from harm) dan hak bebas dari eksploitasi (free from
exploitation) dan memberikan informasi kepada partisipan bahwa
informasi yang telah diberikan tidak akan digunakan untuk menentang
informasi partisipan.
3.4.3. Keadilan (justice) untuk semua partisipan
Hak yang sama kepada semua partisipan untuk memberikan kontribusi
dalam penelitian tanpa membedakan suku, agama, etnis dan kelas
sosial. Hak yang diberikan peneliti kepada semua partisipan yang
terpilih dan bersedia untuk diteliti diberikan secara adil. Tidak ada
68

partisipan yang diperlakukan berbeda, perlakuan dan pertanyaan yang


diajukan sama, tanpa memandang peran atau jabatannya di ruangan,
jenis kelamin, umur, ataupun tingkat pendidikan. Penelitian dilakukan
secara adil kepada ke 8 partisipan.
3.4.4. Persetujuan setelah penjelasan (informed consent)
Lembar persetujuan/informed consent ini di dalamnya terdapat nama,
alamat, nomer telepon dan posisi peneliti dan kalimat tentang
partisipan bebas untuk menentukan pilihan baik sebagai partisipan
atau menolak untuk diwawancarai, manfaat penelitian dan
kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan, peneliti
menyetujui dan bersedia untuk menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan partisipan yang terkait dengan prosedur penelitian,
menjelaskan bahwa partisipan mempunyai hak untuk menolak atau
mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada ganti rugi dan tuntutan
apapun, menjelaskan bagaimana peneliti menjamin kerahasiaan
data/informasi dari calon partisipan di mana apaun informasi yang
didapatkan dari partisipan akan dijaga dan dirahasiakan sebaik
mungkin.

Lembar persetujuan diberikan setelah penjelasan kepada partisipan


dan partisipan bersedia untuk diteliti maka partisipan berhak untuk
menandatangani lembar persetujuan sebagai lembar persetujuan
diberikan dengan tujuan untuk memberikan hak kepada partisipan
dalam memutuskan perannya dalam penelitian. Lembar persetujuan
ini ditandatangani oleh ke 8 partisipan, dan juga ditandatangani oleh
peneliti.

3.5 Cara dan Prosedur Pengumpulan Data


3.5.1 Cara pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2017) pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
69

mendapatkan data. Dalam pengumpulan data pada penelitian ini


menggunakan wawancara dan dokumen untuk memperoleh data dan
informasi yang saling menunjang dan melengkapi.
3.5.1.1 Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
wawancara mendalam (in-depth interview). Gunawan (2015)
dalam bukunya tentang teori dan praktik pada metode
penelitian kualitatif menyatakan wawancara merupakan suatu
kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) untuk
memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang
diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan partisipan
terhadap suatu hal menurut Sarosa (2012) pada “Penelitian
Kualitatif: Dasar-dasar”. Wawancara mendalam dengan
tujuan untuk mendeskripsikan fenomena dan makna yang
telah dialami oleh manajer keperawatan sesuai dengan
pernyataan Creswell (2014) dalam buku “Penelitian
Kualitatif dan Desain Riset”. Metode pengumpulan data yang
peneliti gunakan untuk mengeksplorasi persepsi Supervisor
Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan Kabid Yanwat tentang
persiapan manajemen pelayanan pasien adalah wawancara
mendalam.

3.5.1.2 Metode dokumen merupakan informasi tentang situasi yang


tidak dapat diperoleh langsung melalui observasi langsung
atau wawancara menurut Hammersley & Atkinson (2007)
mengemukakan bahwa yang termasuk dokumen adalah
catatan hasil audit review rekam medis untuk melihat
pencapaian dokumentasi perencanaan pemulangan pasien
maupun dan edukasi informasi sertadata pencapaian skor
elemen penilaian akreditasi melalui sistem informasi data
akreditasi (SISMADAK).
70

3.5.2 Prosedur pengumpulan data


3.5.2.1 Prosedur persiapan
Persiapan awal yang dilakukan peneliti dimulai dengan
meminta surat pengantar izin studi pendahuluan dari Direktur
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang
ditujukan kepada Direktur RSUD Ulin.

Peneliti kemudian melakukan identifikasi kepada partisipan


berdasarkan kriteria partisipan yang sudah ditentukan sesuai
dengan kriteria inklusi yang ditetapkan, yaitu manajer
keperawatan di level middle management yang bekerja di
RSUD Ulin tersebut yang mempunyai keterlibatan langsung
terhadap kesiapan implementasi manajemen pelayanan pasien
dengan lama kerja minimal 3 tahun atau lebih, partisipan pada
penelitian ini adalah Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap,
dan Kabid Yanwat yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Peneliti kemudian melakukan pendekatan kepada partisipan
dengan menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan,
apabila partisipan bersedia untuk mengikuti kegiatan
penelitian, maka peneliti memberikan lembar persetujuan
untuk ditandatangani oleh partisipan dan juga ditandatangani
oleh peneliti.

Lembar persetujuan tersebut dibacakan dan dijelaskan oleh


peneliti supaya partisipan memahami dengan jelas tujuan dari
penelitian ini dan meminta sekali lagi untuk mempelajari dulu
sehingga kedepannya tidak ada yang merasa dirugikan, setelah
lembar persetujuan tersebut ditandatangani kemudian peneliti
melakukan pendekatan lagi untuk membina hubungan saling
percaya.
71

3.5.2.2 Tahap pelaksanaan


Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara
mendalam. Rahmat (2009) yang melakukan studi literatur
tentang penelitian kualitatif menyatakan wawancara mendalam
kepada partisipan secara langsung dengan melibatkan
pewawancara dan partisipan dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
dengan menggunakan wawancara mendalam, wawancara yang
dilakukan dengan face to face peneliti langsung berhadapan
dengan partisipan, sebelum melakukan wawancara peneliti
meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara
tersebut, setelah mendapat izin dan partisipan siap untuk
dilakukan wawancara maka peneliti menyiapkan alat
perekam/tape recorder untuk merekam, pulpen dan format
catatan lapangan, format catatan lapangan tersebut untuk
mencatat bahasa non verbal partisipan, suasana tempat saat
dilakukan penelitian, gambaran partisipan baik dari segi
kondisi dan posisi partisipan saat diwawancarai, gambaran
respon partisipan, gambaran suasa tempat selama wawancara
berlangsung dan respon partisipan saat terminasi.

Peneliti menggunakan pedoman pertanyaan untuk memandu


peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya tetapi urutan
pertanyaan tidak teratur pada setiap partisipan, karena
menyesuaikan dengan proses wawancara dan jawaban
partisipan. Bentuk pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan terbuka, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang mengharapkan partisipan dengan jawaban bentuk uraian
tentang sesuatu hal menurut Sugiyono (2013) dalam buku
“Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Bentuk
pertanyaan terbuka yang peneliti gunakan seperti pertanyaan
72

apa, bagaimana dan seberapa jauh. Pertanyaan pertama yang


peneliti tanyakan untuk menggali persepsi manajer
keperawatan tentang kesiapan implementasi manajemen
pelayanan pasien dengan pertanyaan utama yaitu "apa yang
Bapak/Ibu ketahui manajemen pelayanan pasien?" Selanjutnya
peneliti menggali lebih dalam tentang pendapat partisipan
tetang persiapan manajemen pelayanan pasien sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dibuat. Selama proses wawancara
berlangsung peneliti memperhatikan dan mencatat respon non
verbal partisipan. Respon non verbal partisipan ditulis dengan
menggunakan alat tulis yang ada sebagai field note.

Peneliti bersifat "perspektif emic” yang artinya memperoleh


data bukan bagaimana seharusnya yang artinya bukan
berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti tetapi
berdasarkan apa yang sebenarnya terjadi oleh partisipan yang
artinya bersifat natural dan berdasarkan data dari partisipan itu
sendiri menurut Sugiyono (2013) dalam buku “Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”.

Reiners (2012) yang melakukan penelitian guna memahami


perbedaan antara penelitian fenomenologi Husserl (deskriptif)
dan Heidegger (penafsiran) menyatakan bahwa mengurung
(bracketing) digunakan untuk mencegah bias pada penelitian
fenomenologi. Polit & Beck (2010) dalam bukunya yang
berjudul “Resource Manual for Nursing Research: Generating
and Assessing Evidence For Nursing Practice 9th edition”
menyatakan bahwa studi fenomenologi untuk menggambarkan
pengalaman dengan esensi yang dimiliki peneliti dengan
teknik bracketing dan intuiting. Asih (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul “Fenomenologi Husserl: Sebuah
73

Cara Kembali Ke Fenomena” menyatakan bahwa teknik


mengurung dilakukan peneliti dari awal penelitian sampai
analisis data. Mengurung adalah menyimpan asumsi peneliti
pada saat wawancara.

Peneliti mengurung asumsi ataupun pengetahuan terhadap


partisipan tentang fenomena yang dialami oleh manajer
keperawatan (Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan
Kabid Yanwat) dengan menghargai ungkapan partisipan
tentang fenomena yang dieksplorasi yang bersifat alami tanpa
mempengaruhi partisipan, selain itu peneliti menggunakan
intuisi untuk menggali dan memahami secara utuh fenomena
yang diteliti, dengan cara itu akan mencegah terjadinya bias
menurut Afiyanti & Rachmawati (2014) dalam buku
“Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan”.

Pada saat melakukan intuisi peneliti tidak diperbolehkan


melakukan kritik evaluasi, pendapat atau hal yang membuat
peneliti kehilangan konsentrasi terhadap data atau informasi
yang diceritakan partisipan. Bracketing dan intuiting yang
dilakukan peneliti kepada partisipan untuk menggali fenomena
dengan mengurung asumsi atau pengetahuan dengan
menghargai ungkapan partisipan tanpa mengkritik,
mengevaluasi ataupun pendapat peneliti sehingga peneliti
berkonsentrasi secara penuh dalam melakukan wawancara.

Wawancara dilakukan dengan memperhatikan tempat dan


waktu, tempat juga akan diatur secara aman dan nyaman,
dengan lingkungan yang sudah dikondisikan agar tidak
mengganggu saat proses wawancara. Durasi waktu wawancara
tergantung pada partisipan menurut Rachmawati (2007) dalam
74

artikel ilmiah tentang wawancara pada pengumpulan data


dalam penelitian kualitatif. Selaras dengan Kvale (2011) dalam
buku Afiyanti dan Rachmawati (2014) yang berjudul
“Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan“ tentang
melakukan wawancara pada penelitian kualitatif menyatakan
bahwa wawancara yang efektif dan sistematik antara 45-60
menit.
3.5.2.3 Tahap terminasi
Semua pertanyaan telah selesai dilakukan oleh peneliti maka
akan dilanjutkan dengan tahap terminasi, sebelum diakhiri
pada tahap ini peneliti menanyakan kepada partisipan apakah
ada yang mau diklarifikasi atau ditambahkan kepada peneliti
apabila tidak ada maka peneliti mengakhiri wawancara.
Peneliti juga menanyakan apakah partisipan berkenan untuk
melakukan pertemuan yang kedua dan mengklarifikasi atau
memvalidasi hasil wawancara apabila dari hasil analisis yang
ditranskripkan peneliti ada pernyataan yang tidak dimengerti.

Hasil wawancara yang merupakan kata kunci kemudian dibuat


kategori dan tema, setelah proses analisis selesai maka peneliti
melakukan validasi dan klarifikasi terhadap kebenaran hasil
analisis kepada partisipan, apabila ada yang tidak sesuai
dengan pendapat atau maksud partisipan maka akan diperbaiki,
setelah itu baru dilanjutkan wawancara kepada partisipan
selanjutnya.

3.6 Alat Bantu Pengumpulan Data


Alat bantu pengumpulan data pada penelitian ini adalah perekam suara, alat
bantu ini berfungsi untuk menyimpan informasi partisipan sehingga ini
memudahkan peneliti agar lebih berkonsentrasi, agar peneliti mendengarkan
suara partisipan yang telah direkam dan dapat didengarkan secara berulang-
75

ulang sehingga informasi yang didapatkan sesuai dengan apa yang diucapkan
dan pada saat wawancara peneliti juga bisa fokus mencatat respons non verbal
partisipan.

Peneliti juga menggunakan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat


respons non verbal seperti ekspresi wajah, reaksi tubuh dan reaksi partisipan
ketika wawancara sehingga data ini membantu peneliti dalam menjaga
kealamiahan data partisipan. Respon non verbal ini dicatat di filed note atau
catatan lapangan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Peneliti juga
menggunakan pedoman wawancara untuk membantu peneliti mengarahkan
tujuan penelitian

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan data
Data hasil proses wawancara dan dokumen terkait seperti catatan
lapangan dengan partisipan dikumpulkan, dengan cara yaitu
mendengarkan rekaman wawancara dengan partisipan secara seksama
dan berulang-ulang supaya tidak ada kata-kata yang tertinggal atau
terdapat kesalahan, kemudian husil rekaman dipelajari berulang-ulang
sampai peneliti sudah memahami maksud partisipan dengan jelas.
Kemudian dilakukan analisis dengan cara yaitu peneliti
mengidentifikasi kajian kesiapan manajer keperawatan terhadap
implementasi manajemen pelayanan pasien dan mengeksplorasi
hubungan atau keterkaitan data dengan fenomena yang ada, kemudian
dianalisis secara seksama, langkah selanjutnya yaitu peneliti
menuliskan secara jelas deskripsi verbal tentang tema esensial pada
kajian kesiapan manajer keperawatan terhadap implementasi
manajemen pelayanan pasien di RSUD Ulin.
76

3.7.2 Proses analisis data kualitatif


Analisis data merupakan proses menyusun secara sistematis data yang
diperoleh berdasarkan hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipelajari oleh peneliti maupun
orang lain menurut Sugiyono (2013) dalam buku “Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Menurut Shosa (2012) dalam jurnal
ilmiahnya yang berjudul “Employment of Colaizzi’s Strategy in
Descriptive Phenomenology” menyebutkan proses analisis data
fenomenologi dengan menggunakan strategi Colaizzi's sebagai berikut:
3.7.2.1 Membuat transkrip verbatim dengan cara mendengarkan hasil
rekaman secara seksama terhadap hasil wawancara yang telah
dilakukan melalui tape recorder yang dicocokan dengan
catatan lapangan yang ada, transkrip tersebut kemudian dibuat
ke dalam bentuk narasi atau transkrip verbatim.
3.7.2.2 Membaca transkrip verbatim secara berulang supaya
keseluruhan makna yang diungkapkan oleh partisipan
dipahami oleh peneliti.
3.7.2.3 Peneliti mengidentifikasi kata kunci dan menandai kata-kata
kunci atau kata penting yang ada pada transkrip tersebut.
3.7.2.4 Mengkategorikan pernyataan-pernyataan pada kata kunci
tersebut, peneliti mengkategorikan pernyataan-pernyataan
yang sama pada setiap partisipan untuk dikelompokkan yang
akan menghasilkan sebuah kategori.
3.7.2.5 Kategori yang sama akan dikelompokkan menjadi satu
kategori yang saling berhubungan. Kategori yang sudah
didapat dari partisipan tersebut akan dibuat menjadi sub tema
ataupun tema.
77

3.7.2.6 Tahap terakhir adalah kembali ke partisipan untuk melakukan


validasi terhadap transkrip verbatim dan hasil analisis tersebut
kepada partisipan terhadap hasil yang telah peneliti lakukan
untuk dicek kesesuaian dan kebenarannya.
3.7.2.7 Setelah data ke 8 partisipan itu tervaludasi, peneliti melakukan
triangulasi sumber kepada Surveior KARS, Wakil Direktur
Pelayanan dan Pokja ARK.
3.7.2.8 Peneliti membuat hasil analisis tematik ke 8 partisipan dengan
kolom, tema, sub tema, kategori, kata kunci darn partisipan 1-8
partisipan.

3.8 Keabsahan Data


Leung (2015) pada penelitiannya yang berjudul “Validity, Reability, and
Generalizability in Qualitative Research” menyatakan keabsahan pada
penelitian kualitatif yang disebut dengan appropriatenes atau ketepatan pada
alat, proses dan data yang digunakan oleh peneliti. Data yang dikumpulkan
peneliti yang kemudian dilakukan analisis, yang akan dipakai sebagai
kesimpulan, dengan demikian keabsahan data yang terkumpul menjadi faktor
penting dalam penelitian, karena data yang salah akan menimbulkan penarikan
kesimpulan yang salah menurut Bachri (2010) pada penelitiannya yang
berjudul “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian
Kualitatif”. Pendapat Alwasilah (2011) dalam buku tentang dasar-dasar
merancang dan melakukan penelitian kualitatif menyatakan bahwa tantangan
pada penelitian kualitatif adalah terwujudnya data yang valid, sahih, benar dan
beretika. Kualitas penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan dari
trusthtiwortiness atau keabsahan data menurut Afiyanti, (2008); Robson
(2011) dalam Afiyanti & Rachmawati (2014) dalam buku berjudul
“Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Keperawatan”.
78

Afiyanti & Rachmawati (2014); Sugiyono (2013) dalam buku yang berjudul
“Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D) menyebutkan
keabsahan data pada penelitian kualitatif yaitu:
3.8.1 Credibility (kepercayaan)
Uji kredibilitas adalah pengujian data untuk menilai kebenaran atau
keabsahan data yang diperoleh dari partisipan. Peneliti meningkatkan
kredibilitas dengan cara:
3.8.1.1 Peneliti melakukan klarifikasi transkrip yang diperoleh dari
hasil wawancara maupun hasil catatan lapangan kepada ke 8
partisipan yaitu Supervisor Irna, Kepala Irna, Kasi Ranap, dan
Kabid Yanwat untuk memastikan kebenaran data yang
diperoleh untuk memastikan kebenaran kepercayaan terhadap
hasil penelitian. Peneliti menanyakan pernyataan atau hal-hal
yang kurang jelas kepada partisipan. Transkrip dan hasil
analisis yang dibuat oleh peneliti kemudian dibaca oleh
partisipan dan meminta pendapat partisipan jika perlu ada yang
diklarifikasi.
3.8.1.2 Menguji kembali data yang telah diperoleh dengan melakukan
perpanjangan pengamatan, data yang diperoleh dicek kembali
ke RSUD Ulin kebenarannya, bila sudah dicek kembali data
yang diperoleh sama dengan hasil transkrip berarti kredibilitas
maka waktu perpanjangan dapat diakhiri.
3.8.1.3 Meningkatkan ketekunan peneliti dengan cara melakukan
pengecekkan terhadap kebenaran data yang diperoleh.
3.8.1.4 Peneliti melakukan teknik triangulasi sumber, yaitu peneliti
melakukan pengujian hasil transkrip dan hasil analisis kepada
Ketua Pokja ARK, Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD
Ulin, dan Surveior KARS. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akan
menjadi kesepakatan bersama ketiga sumber data tersebut.
79

3.8.1.5 Melakukan tanya jawab dengan teman sejawat peneliti terkait


dengan penelitian untuk meningkatkan keakuratan penelitian (a
peer debriefer). Cresswell (2014) dalam buku “Penelitian
Kualitatif & Desain Riset” mengatakan bahwa a peer debriefer
adalah cara untuk menambah validitas data pada penelitian
kualitatif. Tanya jawab kepada alumni Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin yang dulunya pernah melakukan
penelitian kualitatif.
3.8.2 Transferability (keteralihan)
Bangun (2012) dalam buku “Manajemen Sumber Daya Manusia”
menyatakan bahwa standar transferability tinggi pada hasil penelitian
kualitatif apabila para pembaca laporan penelitian ini memperoleh
gambaran yang sangat jelas sehingga hasil penelitian dapat
diberlakukan dan telah memenuhi standar, hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Connett (2010) yang melakukan analisis metode
peninjauan kualitatif yang didasarkan pada lebih dari 10 tahun
pengalaman penelitian meta sintesis dan penelusuran lintas disiplin
menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif tersebut dibuat secara
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya sehingga orang lain dapat
memahami. Keteralihan hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan
dianalisis tersebut dapat dipahami oleh orang lain dengan cara
mengartikan arti kata bahasa Banjar ataupun bahasa daerah/asing
lainnya ke dalam bahasa Indonesia.
3.8.3 Dependability (ketergantungan)
Keteralihan pada penelitian kualitatif ini adalah audit keseluruhan
proses penelitian. Audit ini dilakukan oleh Pembimbing Tesis kepada
peneliti dimulai dari penentuan masalah/fokus masalah, melakukan
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Pada penelitian ini
pemenuhan kriteria dependabilitas dilakukan dengan cara pengujian
yang dilakukan oleh auditor yang independen (Pembimbing Tesis),
untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam rangkaian proses
80

penelitian. Audit tersebut meliputi bagaimana peneliti mengumpulkan


sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data
sampai dengan membuat kesimpulan hasil penelitian
3.8.4 Confirmability (kepastian)
Konfirmabilitas diperoleh peneliti ketika terdapat hubungan data yang
dihasilkan dengan sumbernya akurat, yaitu pembaca dapat menentukan
bahwa kesimpulan dan penafsiran dituliskan peneliti muncul secara
langsung dari sumber-sumber data tersebut menurut Afiyanti &
Rachmawati (2014) dalam buku “Metodelogi Penelitian Kualitatif
dalam Keperawatan”. Konfirmabilitas adalah pemastian bahwa
objektifitas atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang
terhadap pandangan, pendapat dan penemuan dalam penelitian menurut
Moleong (2006) dalam buku "Metodologi Penelitian Kualitatif”.
Konfirmabilitas yang peneliti lakukan bersamaan dengan uji
defendabilitas/audit penelitian yang sudah disepakati orang banyak,
untuk menguji hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai