Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH KRITIK JURNAL KUALITATIF

“HEALTH BELIEF PENDERITA TUBERKULOSIS PARU RELAPS


DI BALAI KESEHATAN MASYARAKAT (BALKESMAS)
WILAYAH KLATEN : STUDI FENOMENOLOGI”

Disusun sebagai tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Riset Kualitatif

Kelompok

1. Caecilia Titin Retnani (NPM.1906427824)


2. Lukman Handoyo (NPM.1906337993)
3. Arnindya Kanti Prasasti (NPM.1906337665)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Ringkasan Artikel

Judul Artikel : Health Belief Penderita Tuberkulosis Paru Relaps di Balai


Kesehatan Masyarakat (BALKESMAS) Wilayah Klaten : Studi
Fenomenologi
Penulis : Istianna Nurhidayati, Arlina Dhian Sulistyowati, Aprilia Yuva
Kusuma Sari Dewi
Nama Jurnal : CENDEKIA UTAMA, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus
ISSN : P-ISSN 2252-8865
E-ISSN 2598-4217
Edisi : Vol. 8, No. 1 Maret, 2019
Ringkasan : Salah satu penyebab tingginya angka kekambuhan tuberculosis
adalah ketidakpatuhan pada regimen pengobatan. Pengobatan TB
yang membutuhkan waktu minimal 6 bulan membuat seorang
penderita TB harus memiliki health belief pada regimen
pengobatan Seseorang dapat mematuhi regimen pengobatan
didasarkan adanya health belief.
Tujuan penelitian adalah menggali pemahaman tentang arti dan
makna pengalaman health belief penderita TB relaps.
Metode menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif.
Populasi penelitian ini sembilan penderita TB relaps di
BALKESMAS wilayah Klaten. Data dikumpulkan dari 5
partisipan menggunakan purposive sampling.
Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam terstruktur,
observasi dan data sekunder. Analisa data menggunakan Colaizzi
(1978).
Hasil penelitian diperoleh tiga belas tema, yaitu pengertian
kambuh, tanda dan gejala kambuh, cara penularan kekambuhan,
faktor yang menyebabkan kekambuhan, resiko kambuh, tindakan
pencegahan kekambuhan, dampak kambuhnya TB, tanda dan
gejala penyakit TB kambuh membaik, hambatan yang dirasakan
penderita TB kambuh, support system, penderita TB kambuh
mengalami gangguan harga diri, kondisi emosional penderita TB
kambuh, kualitas pelayanan penderita TB kambuh di
BALKESMAS. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perawat
harus meningkatkan pendampingan, dan memberikan intervensi
yang memandirikan klien dengan memodifikasi lingkungan,
sehingga memenuhi kriteria lingkungan sehat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian atau riset merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis informasi
untuk menggali pemahaman terkait suatu isu (Creswell & Guetterman, 2019). Proses
yang terdapat dari sebuah penelitian dimulai dari mengidentifikasi masalah penelitian,
membaca literature, menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan data, menganalisa
dan menginterpretasikan data, dan terakhir menyajikan data hasil penelitian
(Cresswell, 2012). Jawaban dari hasil olah data tersebut diharapkan mampu
memperkaya pengetahuan manusia terhadap suatu isu.

Proses merumuskan isu hingga penyajian hasil penelitian perlu dilakukan evaluasi
atau kritisi dengan tujuan untuk memberikan masukan mengenai proses dan hasil
penelitian tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut dapat
diimplementasikan dengan tepat dan membantu penelitian tersebut untuk dapat lebih
dikembangkan (Sahar, 2008).

Dalam penelitian kualitatif, kritik riset dilakukan untuk memastikan hasil


penelitian dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan,
penelitian kualitatif masih dianggap bersifat abstrak dan subjektif. Padahal, jika
dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif dapat mengupas fenomena unik
dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dijelaskan oleh penelitian kuantitatif
(Sahar, 2008).

Salah satu fenomena dalam dunia kesehatan di Indonesia adalah tingginya angka
kekambuhan tuberculosis. Berdasarkan Laporan Tahunan WHO tentang Tuberkulosis
pada tahun 2019, terdapat 6,5 juta orang yang terdiagnosa TB tiap tahunnya, dan 85%
merupakan penderita lama tuberculosis yang mengalami kekambuhan. Salah satu
faktor penyebab kekambuhan tuberculosis yang paling tinggi adalah riwayat
ketidakpatuhan minum obat, dan didukung dengan tingkat pengetahuan dan
pendidikan yang rendah, status gizi yang kurang, dan lingkungan rumah yang tidak
memenuhi syarat rumah sehat (Widyastuti, Bagiada, & Andrika, 2019).

Ketidakpatuhan pasien TB dalam menjalankan pengobatan dipengaruhi oleh


berbagai macam faktor, seperti lamanya pengobatan, efek samping obat, persepsi
klien terhadap pengobatan, serta dukungan keluarga dan petugas Kesehatan (Pohan &
Budiningsih, 2012). Persepsi klien terhadap pengobatan TB yang memakan waktu
lama disertai dengan efek samping yang dirasakan selama pengobatan, dan juga
kepercayaan klien untuk dapat sembuh menjadi unik untuk diteliti secara kualitatif,
karena dapat menggali arti dan makna pengobatan TB dari sudut pandang pengalaman
health belief klien secara mendalam.

Salah satu penelitian mengenai pengalaman health belief yang membentuk


persepsi pengobatan pada penderita TB relaps telah dilakukan oleh Istianna
Nurhidayati, Arlina Dhian Sulistyowati, dan Aprilia Yuva Kusuma Sari Dewi dalam
penelitian kualitatif yang berjudul “Health Belief Penderita Tuberkulosis Paru Relaps
di Balai Kesehatan Masyarakat (BALKESMAS) Wilayah Klaten : Studi
Fenomenologi”. Urgensi dan keunikan dalam pemilihan judul yang digunakan oleh
peneliti yang mana sesuai dengan fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini,
membuat penulis bermaksud untuk melakukan kritik jurnal mulai dari perumusan
masalah hingga penulisan dan pelaporan hasil.

B. Tujuan
1. Menganalisa kelebihan dari artikel ilmiah yang dipilih menggunakan metode
COREQ
2. Menganalisa kekurangan dari artikel ilmiah yang dipilih menggunakan metode
COREQ
DOMAIN II
No. Aspek yang Kriteria Hasil Kritik Pembenaran
dikritik
Theoretical framework
1. Metodologi Apakah metodologi dan Penelitian menggunakan Penelitian dengan pendekatan
pendekatan yang dipakai metode penelitian fenomenologi merupakan penelitian yang
oleh peneliti? kualitatif dengan menyampaikan pengalaman dari individu
pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk memberikan
deskriptif pemahaman tentang perilaku, Tindakan
dan gagasan dari masing-masing individu
(Afiyanti & Rachmawati, 2014)
Penelitian deskriptif merupakan jenis
peneltian yang berfungsi untuk
menjelaskan suatu fenomena dan
bagaimana hal tersebut dapat terjadi
(Nassaji, 2015)

Participant selection
2. Metode Sampling Bagaimana Teknik Penelitian menggunakan
Criterion sampling adalah salah satu jenis
pengambilan sampel? criterion sampling purposive sampling yang bertujuan untuk
Apakah purposive, snow memperkecil variasi dan fokus pada tipe
ball, dll? narasumber yang cenderung sama.
Penelitian yang menggunakan Teknik
criterion sampling menetapkan beberapa
kriteria yang wajib dimiliki oleh
narasumber yang akan digunakan dalam
penelitian (Palinkas, et al., 2015)
3. Jumlah sampel Berapa banyak sampel Sampel yang digunakan Dalam peneltian kualitatif, dianjurkan
yang digunakan? sebanyak 5 orang untuk tidak memiliki jumlah dan
perhitungan yang pasti. Sampel yang
digunakan akan dicukupkan Ketika data
sudah mencapai saturasi (Afiyanti &
Rachmawati, 2014)
4. Metode Bagaimana metode Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dengan
pengumpulan pengumpulan data? dengan wawancara wawancara mendalam dan face to face
data Wawancara face to face, mendalam dan wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
email, video call? terstruktur terbuka atau open ended question. Dengan
demikian respon partisipan terhadap
pertanyaan yang diajukan bersifat
independent dan tidak terpengaruh oleh
persepsi dan pengalaman peneliti
(Cresswell, 2012)
Setting
5. Setting Dimana pengumpulan Tidak dijelaskan di mana Setting pada saat pengumpulan data perlu
pengumpulan data dilakukan? Di pengumpulan data dijelaskan dalam hasil penelitian. Setting
data rumah, klinik, kantor, dll dilakukan penelitian memiliki pengaruh terhadap
respon partisipan saat menjawab
pertanyaan yang dilontarkan peneliti.
Setting yang digunakan terbagi menjadi
dua, setting terbuka dan setting tertutup.
Setting terbuka adalah lokasi yang dapat
dilihat public, seperti ruang tunggu RS,
jalanan, koridor, dll. Sementara setting
tertutup adalah lokasi dengan akses yang
sulit atau khusus seperti ruang rawat,
rumah partisipan, dll (Afiyanti &
Rachmawati, 2014)
Pada saat pelaksaan wawancara sebaiknya
memilih lokasi yang kondusif dan penting
untuk menjaga privasi partisipan.
6. Kehadiran non- Apakah ada orang lain Tidak dijelaskan ada atau Kehadiran orang lain yang bukan
partisipan yang hadir selain peneliti tidaknya kehadiran non partisipan mungkin dapat berpengaruh
dan partisipan? Missal : partisipan pada jawaban partisipan, terutama jika
anggota keluarga pertanyaan yang diajukan bersifat pribadi.
partisipan Oleh karena itu penting bagi pewawancara
untuk menjaga suasana kondusif dan
privasi partisipan (Afiyanti & Rachmawati,
2014)
7. Description of Bagaimana karakteristik Dalam penelitian ini tidak Data demografi diperlukan agar pembaca
sample yang penting dari dijelaskan bagaimana mengetahui karakteristik partisipan dalam
sampel? Missal : data gambaran data demografi penelitian ini dan kapan peneliti melalukan
demografi, tanggal dari partisipan dan kapan wawancara.
pengambilan data dll wawancara dilakukan.
Data Collection
8. Interview guide Adakah panduan Tidak dijelaskan dalam Panduan wawancara berisi topik penelitian
wawancara yang artikel apakah secara rinci, terdiri dari 4-5 pertanyaan.
disiapkan oleh pewawancara Panduan wawancara berfungsi sebagai
pewawancara? Apakah menggunakan panduan pemandu peneliti dalam melakukan
penelitian ini adalah pilot wawancara dan apa saja wawancara, sehingga data yang diperoleh
study? itemnya tidak out of context (Afiyanti &
Rachmawati, 2014)
9. Pengulangan Apakah dilakukan Tidak dijelaskan dalam Beberapa ahli penelitian kualitatif tidak
interview wawancara berulang? artikel mneyetujui wawancara berulang terhadap
Jika ya, berapa kali satu partisipan karena masalah etik dan
pengulangan dilakukan? data yang muncul risiko tinggi terjadi bias.
Akan tetapi, ada juga beberapa ahli yang
mengatakan bahwa wawancara serial justru
penting dilakukan jika ada lebih dari satu
topik yang penting untuk dibahas,
sementara waktu yang dimiliki tidak
memungkinkan untuk membahas semua
topik (Read, 2018)
10. Perekaman Apakah dilakukan Perekaman menggunakan Perekaman penting dilakukan untuk
audio/visual perekaman data? audio visual dengan alat mendapatkan data wawancara yang detail,
Audio/visual? Alat apa kamera sehingga memudahkan peneliti saat
yang digunakan? verbatim dan menambahkan tingkat
keakuratan data. Saat ini, perekaman
menggunakan audio visual lebih
direkomendasikan karena dapat menambah
informasi berupa data observasi. Partisipan
harus mengetahui dan menyetujui
pengambilan rekaman audio visual
(Cresswell, 2012).
11. Catatan lapangan Adakah catatan lapangan Dalam artikel dijelaskan Catatan lapangan termasuk dalam data
yang dibuat pada saat ada catatan lapangan yang observasional. Observasi dilakukan oleh
FGD atau interview? dibuat oleh peneliti pada peneliti untuk memperkaya dan
saat wawancara mendukung data hasil wawancara. Hasil
observasi berbentuk respon non-verbal
seperti ekspresi, aktivitas, dan gerak-gerik
dari partisipan (Cresswell, 2012)
12. Durasi interview Berapa lama interview Tidak dijelaskan dalam Tidak ada Batasan waktu yang pasti pada
dilakukan? artikel saat melakukan wawancara. Peneliti hanya
perlu memastikan partisipan berbicara
sesuai dengan pertanyaan yang diajukakn
dan sesuai dengan timeline, sehingga
proses interview efisien dan dapat
menjawab semua pertanyaan yang ada di
protocol wawancara (Cresswell, 2012).
13. Saturasi data Apakah ada pembahasan Dalam artikel dijelaskan, Saturasi adalah kondisi di mana peneliti
mengenai saturasi data? saturasi data dicapai pada telah mengidentifikasi tema utama dari
partisipan kelima penelitian dan tidak ada lagi data baru yang
muncul dari partisipan (Cresswell, 2012)
14. Re-check Apakah partisipan diberi Tidak dijelaskan dalam Pengecekan ulang oleh partisipan
transkrip oleh kesempatan untuk artikel dilakukan setelah peneliti selesai
partisipan mengecek ulang melakukan Analisa data dan data telah
transkrip yang telah mencapai saturasi. Partisipan akan
dibuat oleh peneliti? membaca hasil Analisa peneliti dan
mengecek apakah data yang ada pada
penelitian sesuai dengan pengalaman
partisipan (Cresswell, 2012)

Referensi
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cresswell, J. W. (2012). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th edition. London: Pearson.

Creswell, J. W., & Guetterman, T. C. (2019). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. London:
Pearson.

Nassaji, H. (2015). Qualitative and descriptive research : Data type versus data analysis. Language teaching reasearch volumen 19 (2) 2015, 129-132.

Palinkas, L. A., Horwitz, S. M., Green, C. A., Wisdom, J. P., Wisdom, J. P., & Wisdom, J. P. (2015). Purposeful sampling for qualitative data collection and
analysis in mixed method implementation research. Adm Policy Ment Health. 2015 September ; 42(5), 533-544.

Pohan, J. A., & Budiningsih, T. E. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT
PARU dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA. INTUISI 4 (3) (2012) , 1-5.

Read, B. L. (2018). Serial Interviews: When and Why to Talk to Someone More Than Once. International Journal of Qualitative Methods Volume 17: 1–10, 1-
10.

Sahar, J. (2008). Kritik pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia volume 112 no.3, November 2008, 197-203.
Widyastuti, N. N., Bagiada, I. M., & Andrika, P. (2019). Karakteristik penderita tuberkulosis paru relapse yang berobat di poli paru RSUP Sanglah Denpasar
Bali periode Mei 2017 hingga September 2018. Intisari Sains Medis 2019, Volume 10, Number 2, 328-333.

Anda mungkin juga menyukai