Oleh :
GOLONGAN C1
FAKULTAS PERTANIAN
SURABAYA
2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi pertanian merupakan salah satu penerapan dari ilmu pengetahuan
yang merupakan salah satu teknologi dalam bidang pertanian. Bioteknologi mempelajari
manfaat makhluk hidup (bakteri, virus, fungi dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Kultur jaringan tanaman merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat yang steril.
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan
atau penelitian. Dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing
bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan
digunakan dalam suatu penelitian sehingga dapat memperlancar dan memaksimalkan
jalannya suatu penelitian. Selain itu kita juga dapat meminimalisir resiko kesalahan kerja
padasaat melakukan percobaan mikrobiologi. Alat-alat laboratorium mempunyai cara dan
prinsipkerja yang berbeda. Setiap pengguna harus mengikuti hal-hal tersebut agar dalam
menggunakanalat-alat laboratorium tidak terjadi kerusakan alat ataupun hal-hal yang
berbahaya. Menurut Gunawan (2012) Kemampuan menggunakan alat laboratorium
adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan sains pada kegiatan eksperimen. Pengenalan peralatan laboratorium sangat
penting untuk dilakukan sebelum menggunakan laboratorium. Pengenalan peralatan
laboratorium akan membantu peneliti untuk mengenali peralatan sehingga ia tahu prinsip-
prinsip, cara keja, dan bagaimana menggunakan peralatan laboratorium tersebut.
Pengenalan alat juga diharapkan dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dan
kecelakaan saat menggunakan mengoperasikan peralatan laboratorium.
Beberapa alat yang umum di gunakan dan harus di kenal serta diketahui cara
penggunaannya antara lain autoklaf, kaca penutup, oven ,mikroskop medan terang,
kulkas, pipet tetes, cawan petri, gelas ukur, tabung reaksi, timbangan analitik, inkubator,
lampu bunsen, shaker,beaker glass, hot plate, stirrer, tabung erlenmeyer, loupe,
haemasitometer, kaca obyek cekung, laminar air flow (Miliati,2010). Di dalam memulai
melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang
diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan
dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang
ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik,
lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu
takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah
kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse,
fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat
laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat
steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan
lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol
temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker (Barahima, 2011).
1.2 Tujuan
Mengetahui peralatan yang digunakan di dalam kegiatan laboratorium Bioteknologi dan
Kultur Jaringan serta fungsinya.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum bioteknologi pertanian dilaksanakan pada Rabu, 24 Maret 2021 pukul
15.10 – 16.50 WIB bertempat di Desa Kliwungu, Kabupaten Jombang, Jawa timur.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu wadah (erlenmeyer, gelas
beaker, botol kultur dan cawan petri), alat-alat non gelas (pinset, spatula, gunting,
gunting penjepit, penjepit kayu dan scalpel), alat ukur (gelas ukur, pH meter,
neraca analitik, dan mikropipet), alat transfer (mikropipet, pipet hisap, bola hisap,
pipet tetes, dan corong) alat sterilisasi (oven, autoclave, Bunsen, microwave) ,alat
homogenisasi(Shaker, hot plate, Magnetic Stirer, dan Bar stirrer), Laminar Air
Flow cabinet (LAF) dan ruang penyimpanan (rak kultur inokulasi, rak kultur
inkubasi, rak bahan kimia), botol semprot, bunsen..
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Detergen, Betadine, Tween, Alkohol, Aquades,
Agar, Glycin, Chlorox, Thiamine – HCL, Pyridoxin HCL, Myo- inositol, Kalium
nitrat, Sukrosa, Nicotinoc acid, dan Amonium nitrat.
Gambar 2. Erlenmeyer
3. Gelas Ukur Berfungsi untuk
mengukur volume
cairan
Gambar 4. Corong
5. Botol Berfungsi sebagai
Kultur wadah eksplan
mikropipet
19. Magentic Berfungsi untuk
Stirrer mengaduk,
memanaskan suatu
larutan secara
mekanik dan magnetik
3.2 Pembahasan
Pelaksanaan pengamatan bioteknologi tidak dapat terlepas dari alat-alat nya. Peralatan
yang digunakan pada laboratorium bioteknologi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
dalam praktikum bioteknologi pertanian diperlukan beberapa alat. Alat yang digunakan
diantaranya adalah wadah (gelas beaker, botol kultur dan cawan petri), alat-alat non gelas
(pinset, spatula, gunting, gunting penjepit, penjepit kayu dan scalpel), alat ukur (gelas ukur,
Erlenmeyer, pH meter, dan neraca analitik), alat transfer (mikropipet, pipet hisap, bola
hisap, pipet tetes, dan corong) alat sterilisasi (oven, autoclave, Bunsen) ,alat
homogenisasi(Shaker, hot plate, Magnetic Stirer, dan Bar stirrer, dan microwave), Laminar
Air Flow cabinet (LAF) dan ruang penyimpanan (rak kultur inokulasi, rak kultur inkubasi,
rak bahan kimia), botol semprot.
Setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat prinsip kerja atau proses
yang berlangsung ketika alat digumakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali
berdasarkan namanya, bahan atau pun peralatan yang digunakan dalam praktikum
mikrobiologi terbagi menjadi beberapa jenis (Laelasari, 2018). Pada dasarnya alat-alat
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pengenalan alat-alat ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana bentuk dan fungsi masing-masing alat-alat dalam praktikum Oleh
karena itu, praktikan perlu memahamai fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan.
Menurut Lee et al (2012). Alat-alat dalam praktikum tersebut memiliki kegunaan seperti
sebagai alat ukur, alat sterilisasi, alat transfer, alat kultuvasi, alat homegenisasi, ruang
kultivasi, ruang simpan, ruang transfer, alat pengamatan dan alat pendukung.
Alat yang digunakan dalam melakukan analisa adalah menggunakan alat ukur. Alat
ukur yang dapat digunakan adalah seperti gelas ukur, Erlenmeyer, pH meter, dan neraca
analitik. Timbangan analitik berfungsi untuk mengukur berat atau massa suatu sampel atau
media yang akan digunakan. Menurut Longo (2010) didalam lab umumnya dipakai untuk
menimbang media pertumbuhan, menimbang sampel, dll. Timbangan digital saat ini
dilengkapi dengan penara kembali (tare), pengubah satuan, ketelitian yang tinggi, dan fitur
lainnya. Timbangan analitik standar harus memiliki ketelitian 0,1 g dengan kapasitas ≥2000
g. Gelas ukur merupakan suatu alat yang digunakan untu mengukur volume larutan yang
akan digunakan. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya batas air tersebut
ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan. Salah satu cara meningkatkan presisi dan
efektifitas pengukuran maka untuk mengukur volume tertentu (20 ml misalnya) dituang
dahulu cairan sampai sedikit dibawah batas skala yang diinginkan (18 ml misalnya)
kemudian sisanya ditambahkan sedikit demi sedikit menggunakan pipet tetes.
Alat sterlisasi berfungsi untuk mensterilkan alat dan bahan mikrobiologis untuk
menghilangakan kontaminasi, sebagai contoh yaitu oven, autoclave, bunsen, dan
microwave. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121⁰C (250⁰F).
Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh
dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan yang akan
digunakan dalam praktikum atau percobaan (Seprianto, 2017). Oven berfungsi sebagai alat
sterilisasi dengan prinsip panas kering dan bunsen digunakan untuk mensterilkan peralatan
dengan cara membakar ujung peralatan tersebut diatas api Bunsen.
Alat transfer ialah alat yang digunakan untuk memindahkan bahan kimia yang
digunakan dalam praktikum. Alat transfer dalam praktikum bioteknologi terdiri dari
mikropipet, pipet hisap, bola hisap, pipet tetes, dan corong. Alat ini digunakan untuk
memindahkan bahan kimia. Wadah kultivasi yang digunakan contohnya seperti erlenmeyer,
tabung reaksi, beaker glass, botol kultur dan cawan petri. Alat homogenisasi yang
digunakan yaitu Shaker, hot plate, Magnetic Stirer, dan Bar stirrer, dan microwave. Alat
homogenisasi contohnya yaitu hotplate yang digunakan untuk memanaskan suatu bahan
dan membuat media agar. Umumnya digunakan untuk menghomogenisasi larutan dalam
botol atau tabung saja. Jika menggunakan alat ini analis tidak perlu mengocok tabung
menggunakan tangan dan cara ini mampu meminimalisasi resiko tumpahan. Alat
himogenisasi yang lainnya yaitu microwave yang berfungsi menyerap uap air bebas dan
mempertahankan kadar air bahan percobaan, microwave ini merupakan alat untuk
memanaskan dan untuk menghomogenkan sampel
Ruang transfer yang merupakan ruang steril untuk memindahkan atau mentransfer
biakan mikroorganisme atau bahan secara aseptis seperti laminar air flow. Laminar air flow
ini dilengkapi oleh blower untuk memberikan aliran udara dan menjaga udara di dalam
laminar tetap bersih dan steril, sumber cahaya untuk membantu agar terlihat secara jelas,
dan sinar ultraviolet untuk sterilisasi. Biasanya sebelum praktikum, sinar ultraviolet
dinyalakan 30 menit sebelum dimulai. Ruang selanjutnya yaitu ruang penyimpanan yang
berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam praktikum misalnya
rak bahan kimia, rak inkubasi dan rak inokulasi.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam praktikum bioteknologi yang khususnya
dalam kultur jaringan diperlukan beberapa bahan kimia. Bahan yang dimaksud diantaranya
adalah detergen, betadine, tween, alkohol, aquades, agar, glycin, chlorox, Thiamine – HCL,
Pyridoxin HCL, Myo- inositol, Kalium nitrat, Sukrosa, Nicotinoc acid, dan Amonium
nitrat,. Bahan bahan tersebut merupakan salah satu komponen media kultur jaringan. Marina
(2014) mengungkapkan bahwa penumbuhan tanaman secara in vitro membutuhkan zat-zat
yang sama dengan tumbuhan yang ditanam secara in vivo. Macronutrient merupakan
kelompok zat yang dibutuhkan dalam konsentrasi besar hingga lebih dari 0.5 mM/l.
Makronutrien antara lain nitrogen, potassium, phosphorus, calcium, magnesium and
sulphur. Micronutrient merupakan nutrien yang dibutuhkan dengan konsentrasi kurang dari
0.05 mM/l. Beberapa diantaranya iron, manganese, zinc, boron, copper, dan molybdenum.
Unsur makro dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, pada umumnya diberikan dalam bentuk
persenyawaan.
Detergen dalam praktikum bioteknologi digunakan sebagai pemanfaatan bahan
biodegradasi. Betadine ntuk antiseptik atau membunuh mikroorganisme misalnya bakteri
pada jaringan yang sifatnya hidup. Tween berfungsi untuk agen pembasah, sedangkan
alcohol dan Clorox berfungsi sebagai bahan sterilisasi alat saat melakukan praktikum. Agar
berfungsu sebagai media pemaadat pada praktikum bioteknologi, thiamine HCl sebagai
vitamin pada media kultur jaringan. Pyridoxine HCl adalah suplemen vitamin yang
bermanfaat untuk membantu tubuh dalam mengolah makanan menjadi energy.
Sukrosa berfungsi sebagai sumber energi dan karbon yang digunakan sebagai penyusun sel,
pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Nycotinoc acid sebagai vitamin B3
pada media kultur jaringan, ammonium nitrat berfungsi untuk memperbesar ukuran daun
dan meningkatkan presentase protein, kalium nitrat mempunyai peranan yang sangat penting
untuk meningkatkan sintesis asam amino dan aktivitas enzim sehingga fotosintesis berjalan
dengan baik.
Glycine sebagai pendorong pertumbuhan sel dan regenerasi tanaman. Myoinositol
dapat membantu differensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sucandra dkk. (2015) bahwa di dalam media kultur jaringan, asam amino
merupakan sumber N-organik yang lebih cepat diambil oleh eksplan daripada N yang
terdapat di dalam media. Glisin merupakan asam amino non-esensial yang berfungsi sebagai
pendorong pertumbuhan sel dan regenerasi tanaman. Glisin dapat memproduksi glukosa
ketika energi dibutuhkan dan esensial di dalam sintesis purin serta merupakan bagian dari
struktur cincin porfirin klorofil. NH4NO3 untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian
vegetative tanaman (daun, batang, dan akar). Winarto (2013) menjelaskan bahwa
penambahan ammonium nitrat ke dalam media tumbuh plantlet dapat merangsang
pertumbuhan organ vegetatif. Amonium nitrat merupakan komponen penting yang tidak
hanya berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pembentukan dan regenerasi kalus dari
eksplan vegetatif seperti daun, tangkai daun, batang dan akar. Ada juga myoinositol yang
dapat membantu differensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan
Aquadest sebagai pelarut saat melarutkan senyawa, sebagai bahan pencuci alat-alat
laboratorium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryana (2013), bahwa aquades adalah suatu
pelarut yang penting dan memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul orgnaik sehingga
aquades disebut pelarut universal. Dalam bentuk ion, aquades dapat dideskripsikan sebagai
asosiasi (ikatan antara sebuah ion hidrogen (H+) dengan ion hidroksida (OH-).
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bioteknologi pertanian merupakan salah satu penerapan dari ilmu pengetahuan dalam
bidang pertanian yang mempelajari manfaat makhluk hidup maupun produk dari makhluk
hidup dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
2. Alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi diantaranya adalah wadah (gelas
beaker, botol kultur dan cawan petri), alat-alat non gelas (pinset, spatula, gunting, gunting
penjepit, penjepit kayu dan scalpel), alat ukur (gelas ukur, Erlenmeyer, pH meter, dan
neraca analitik), alat transfer (mikropipet, pipet hisap, bola hisap, pipet tetes, dan corong)
alat sterilisasi (oven, autoclave, Bunsen) ,alat homogenisasi(Shaker, hot plate, Magnetic
Stirer, dan Bar stirrer, dan microwave), Laminar Air Flow cabinet (LAF) dan ruang
penyimpanan (rak kultur inokulasi, rak kultur inkubasi, rak bahan kimia), botol semprot.
3. Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan laboratorium menggunakan bahan-bahan
kimia yang dapat mendukung kegiatan kultur jaringan diantaranya adalah detergen,
betadine, tween, alkohol, aquades, agar, glycin, chlorox, Thiamine – HCL, Pyridoxin
HCL, Myo- inositol, Kalium nitrat, Sukrosa, Nicotinoc acid, dan Amonium nitrat
4.2 Saran
1. Praktikan lebih banyak survey mengenai alat dan bahan sehingga mendalami fungsi alat
dan bahan dalam praktikum bioteknologi dengan lebih detail
2. Praktikan diberi kesempatan untuk melakukan secara langsung dalam penggunaan alat
dan bahan sehingga memahami mekanisme penggunaan alat dan bahan dalam praktikum
bioteknologi
DAFTAR PUSTAKA
Barahima Abbas, 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Bandung: Alfabeta.
Gunawan, Setiyo, Nur Aida, Lina Ika Kurniati. 2012. Pembuatan Mocaf dengan proses
fermentasi menggunakan R. Oryzae, dan S. Cerevisae. Surabaya: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Laelasari, I & Supriatno. 2018. Analisis Komponen Penyusun Desain Kegiatan Laboratorium
Bioteknologi. Jurnal Bioedukatika Vol. 6 No. 2 Tahun 2018:84 – 90
Lee, S. W.-Y., Lai, Y.-C., Alex Yu, H.-T., & Lin, Y.-T. K. (2012). Impact of biology
laboratory courses on students’ science performance and views about laboratory
courses in general: innovative measurements and analyses. Journal of
Biological Education, 46(3), 173–179.
Marina, Silalahi. 2014. Bahan Ajar Kultur Jaringan. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Kristen Indonesia.
Sucandra, Adi., Silvina, Fetmi., Yulia, Ernis. 2015. Uji Pemberian Beberapa Konsentrasi
Glisin pada Media Vacin and Went terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek
(Dendrobium sp.) secara In Vitro. Jom Faperta. 2(1): 8-13.
Suryana. 2013. Analisa Kualitas Air Sumur Dangkal di Kecamatan Birigkanaya Kota
Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin.
Winarto. 2013. Pengaruh Medium Dasar dan Amonium Nitrat Terhadap Pembentukan,
Regenerasi Kalus, dan Penggandaan Tunas Hasil Kultur Anther Anthurium. Cianjur.
J. Hort. 23(1): 9-20.