Anda di halaman 1dari 271

PEMBAHASAN 2

76. A. Heparin
• Pria 50 tahun, nyeri kedua paha tiba-tiba sejak
2 hari yang lalu. Tidak ada riwayat sesak nafas,
nyeri dada, maupun nyeri saat berjalan
sebelumnya. Pasien perokok berat dengan
riwayat penyakit jantung.
• DDimer (+), pada pemeriksaan penunjang
ditemukan clotting pada vena extremitas
bawah.
• Obat apa yang pertama kali diberikan?
AcuteLimb Ischemia
• Terjadi penurunan aliran darah secara
tiba-tiba pada ekstremitas
• Dapat terjadi akibat emboli atau
trombosis
• Limb ischaemia diklasifikasikan
berdasarkan onset dan beratnya
penyakit
Acute Limb
Ischemia
• Nyeri akut, sebab
thrombosis atau emboli
• Segera revaskularisasi
dalam 6 jam untuk
menghindari kehilangan
tungkai
• Tatalaksana:
• Embolektomi
• Trombolisis
• Heparin bolus 100 U/kg,
lanjut 150U/kg/jam
77. A. Pneumonia
• Seorang anak perempuan berusia 1 tahun
• dibawa ke unit gawat darurat RS karena sesak
nafas sejak kemarin. Keluhan didahului
• batuk selama 1 minggu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien dengan
• kesadaran menurun, frekuensi jantung 148
x/menit, laju pernafasan 42x/menit, suhu aksila
39 derajad C, dan saturasi oksigen 48 persen.
• Pemeriksaan paru didapatkan suara krepitasi di
kedua lapang paru
• Patogenesis
• Stadium I (4 – 12 jam pertama) → kongesti
• Stadium II (48 jam berikutnya) → hepatisasi
merah
• Stadium III (3 – 8 hari) → hepatisasi kelabu
• Stadium IV (7 – 11 hari) → resolusi
• Stadium kongesti → respon peradangan awal →
pelepasan mediator-mediator inflamasi & komplemen →
prningkatan permeabilitas kapiler paru → perpindahan
eksudat → interstisium → edema
• Stadium hepatisasi merah → alveolus terisi sel darah
merah, eksudat, fibrin, leukosit → lobus padat → paru
merah
• Stadium hepatisasi kelabu → sel darah putih
mengkolonisasi paru → fagositosis sisa2 sel & eritrosit
diresorbsi → lobus berisi fibrin & leukosit → paru kelabu
• Stadium resolusi → sisa2 fibrin & eksudat lisis →
diabsorbsi makrofag →paru kembali ke semula
Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO (2009)
1. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan sesak napas dan napas
cepat
2. Pneumonia
– Bila tidak ada sesak napas
– Ada napas cepat dengan laju napas:
• Anak umur < 2 bulan : > 60 x/mnt
• Anak umur 2-11 bulan: > 50 x/mnt
• Anak umur 1-5 tahun : > 40 x/mnt
• Anak umur > 5 tahun : > 30 x/mnt
Diagnosis

3. Pneumonia berat
– Bila ada sesak napas (pernapasan cuping hidung
dan atau retraksi)
– Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai :
• Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau
memuntahkan semuanya
• Kejang, letargis atau tidak sadar
• Sianosis
• Distress pernapasan berat
Tatalaksana Bronkopneumonia
• Dasar tatalaksana :
– Pengobatan kausal dan suportif
– Penanggulangan penyakit penyerta
– Pemantauan & mengatasi komplikasi

• Terapi antibiotik harus segera diberikan pada


anak dengan pneumonia yg diduga
disebabkan oleh bakteri
Tatalaksana Rawat Jalan
• Ringan : 1st line Ab - Oral
– Amoksisilin 25 mg/kgBB
– Kotrimoksazol 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol

• Makrolid : terapi alternatif beta-laktam utk pengobatan inisial


pneumonia, dengan mempertimbangkan aktivitas ganda thd
S.pneumoniae dan bakteri atipik
Tatalaksana Rawat Inap
• 1st line Ab : beta-laktam atau kloramfenikol
• 2nd line Ab : gentamisin, amikasin, sefalosporin
• Terapi Ab diteruskan 7-10 hari pd pneumonia
tanpa komplikasi
• Kombinasi beta-laktam, ampisilin/amoksisilin
+ kloramfenikol : pneumonia berat 2-24 bulan
• Penisillin G 25.000 U/kgBB tiap 4 jam
• Kloramfenikol 15 mg/kgBB tiap 6 jam
• Seftriakson 50 mg/kgBB tiap 12 jam
Tatalaksana Rawat Inap
• Pada neonatus & bayi kecil : terapi awal Ab IV
sesegera mungkin → sering tjd sepsis dan
meningitis → rekomendasi Ab spektrum luas :
kombinasi beta-laktam / klavulanat dengan
aminoglikosid / sefalosporin generasi ketiga

• Bila keadaan sudah stabil → Ab Oral 10 hari


Tatalaksana Rawat Inap
• Pada balita & anak lebih besar :
– Ab beta-laktam dengan/tanpa klavulanat
– Ab beta-laktam/klavulanat + makrolid baru (IV) /
sefalosporin generasi ketiga → kasus lebih berat

• Keadaan stabil → Ab Oral dan rawat jalan


78. A. URO 500 cc dan tablet zinc 1 tablet
selama 10-14 hari
• Seorang anak berusia 8 bulan dibawa ibunya
ke puskesmas dengan keluhan buang air besar
6 kali/hari selama 3 hari
• mata cowong, rewel dan cubitan kulit perut
kembali kurang dari 2 detik.
79. A.Hipokromik Mikrositer
• Pria 25 tahun mudah pusing dan lemas, nafsu
makan menurun, dan mudah lelah bila
beraktivitas.
• PF : konjungtiva anemis.
• Lab : Hb 8 gr/dL. Dari pemeriksaan feses
ditemukan telur parasit berbentuk oval,
berukuran 40x65 mikron, tidak berwarna,
berdinding tipis transparan. MCV 72.
Anemia apakah yang terjadi pada pasien?
Anemia
• Pendekatan awal dalam hal
pucat/anemia adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium yang
cukup bermanfaat adalah nilai
morfologi eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC) serta hitung retikulosit
• Indikatornya:
• MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter
à μm3)
• MCH: rata-rata massa hemoglobin per
eritrosit (pikogram)
• MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel
• Anemia : Hb <

13 g% pada pria
dan di bawah 12
g% pada wanita
• Berdasarkan
pendekatan
morfologi, anemia
diklasifikasikan
menjadi:
1. Anemia
makrositik
2. Anemia
Anemia Defisiensi Besi
• Anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron
store) sehingga penyediaan besi
untuk eritropoesis berkurang, yang
pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang
• Anemia defisiensi besi dapat
disebabkan oleh:
1. Rendahnya masukan besi
2. Gangguan absorpsi
3. Kehilangan besi akibat
GEJALA KLINIS

•Anemia pada akhirnya menyebabkan


kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan
gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada
defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis
lain, seperti :
•Atrofi papil lidah
•Glositis : iritasi lidah
•Keilosis : bibir pecah-pecah
•Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan
bentuknya seperti sendok.

Lab : hipokromik mikrositer, anisositosis,


poikilositosis,
80. A. Steroid

• Seorang ibu hamil datang dengan keluhan


lemas
• PF : konjungtiva anemis,Spenomegali,
• Lab Hb 8, Hmt 30, AL 5.000, AT 250.000, MCV
90, MCH 30, Coomb Test (+).
Apa terapi yang sesuai?

Dx : Anemia Hemolitik Autoimun


81. C Kejang Demam Sederhana
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 380C) tanpa infeksi, gangguan elektrolit,
atau gangguan metabolik lain
• Kejang demam kompleks, 1 dari kriteria berikut
• Lebih dari 15 menit
• Fokal (tidak generalisata, misalnya meliputi satu ekstremitas
saja)
• Berulang dalam 24 jam
• Kejang demam sederhana, tidak boleh memenuhi
satupun kriteria diatas
Evaluasi
• Pemeriksaan
• Sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis : darah rutin,gula darah,
• elektrolit, urinalisis, feses, dll
• Pemeriksan CSF menyingkirkan meningitis terutrama bayi < 12 bulan
(sangat dianjurkan) dan 12 -18 bulan (dianjurkan)
• CT scan dan MRI bila ada indikasi
• Tatalaksana
• Antipiretik: PCT 10-15 mg/kgBB/kali 4-5 kali perhari
• Anti kejang
• Pengobatan rumatan selam 1 tahun bebas kejang
• Asam valproat atau fenobarbital
82. E. Tidak dapat melakukan aktivitas

• Wanita 65 tahun datang ke tempat praktek


Anda dengan keluhan nyeri pada kaki, nyeri
terutama pada pagi hari dan pasien tidak
dapat melakukan aktivitas.
• PF : pergelangan kaki varus, pergelangan kaki
nyeri, lutut lateral nyeri, terdapat pembesaran
tulang.
Apakah alasan yang mendasari pasien ini harus
83. D. Metronidazole
• Perempuan 45 tahun, datang dengan keluhan
demam sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai
mual dan nyeri perut kanan atas. Riwayat 2
minggu lalu diare pada saat usia 30 tahun
sembuh sendiri.
• Px fisik hepar 3 jari di bawah arcus costae
kenyal, nyeri tekan positif.
Apa antibiotik empiris yang diberikan ke pasien?
ABSES HEPAR
Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan
yang menonjol, pasien tampak sakit berat, dan
demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala
abses hati amuba secara umum bersifat
nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan
nyeri di perut kanan atas. Selain itu anoreksia
ditemukan pada 39% kasus dan pe nurunan
berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan
fisis, 83% kasus dilaporkan demam dan 69%
dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
Ikterik jarang terjadi .
84. E. Intoleransi Makanan
• Seorang pasien 20 tahun datang dengan
keluhan diare dan nyeri perut setelah
mengkonsumsi susu. Pasien jarang
mengkonsumsi susu karena sebelumnya bila
mengkonsumsi susu akan muncul keluhan
serupa.
• Ayah pasien menderita hal yang sama.
Apa diagnosis yang mungkin?
Keracunan

Ig E
Reaksi tubuh
akibat salah makan Sistem imun
(alergi
makanan)
Non Ig E
Tidak keracunan

Enzimatik
Non sistem imun
Farmakologi
(intoleransi makanan

Tidak diketahui
Alergi Makanan
Ig E Campuran (Ig E Non Ig E (Sel T)
dan Non Ig E)

Rhinitis Akut Dermatitis Atopik Dietary protein


enteropathy

Urtikaria Eosinophilic Protein induced


Esofagitis enterocolitis and
proctitis

Angioedema Eosinophilic Celiac disease


Gastroenteritis

Oral Allergy
syndrome
Serangan Asma
Akut
Syok Anafilaktik
• Bahan makanan yg menimbulkan alergi – Ig E :
telur, susu sapi, udang, kerang, kacang2an,
kacang kedelai

• Gejala : urtikaria, eksim,rhinokonjungtivitis,


asma, mual-muntah, diare
Intoleransi Makanan
• Disebabkan tidak adanya zat kimia atau
enzim yg dibutuhkan untuk mencerna
suatu makanan.
• Intoleransi karbohidrat
• Intoleransi laktosa
• Intoleransi fruktosa
• Intoleransi gluten
• Sensitif thd zat tambahan : MSG,
benzoat, nitrat dan nitrit
Patofisiologi Intoleransi makanan
Enzim <<<

Makanan  dapat dicerna
Bentuk molekul besar

dapat msk sirkulasi → menarik air & garam ke sal pencernaan →
Ke usus besar/kolon

Bakteri dlm kolon → asam, karbondioksida, methan, hidrogen dan
Hidrogen sulfat

Flatulence, mual, muntah, diare, dll
Monoamin Makanan Efek Gejala
farmakologi

Dopamin Kacang2an Simpatomime Hipertensi


tik
Pelepasan
noradrenalin
endogen
Feniletilamin Makanan yg Simpatomime Migrain, krisis
difermentasik tik hipertensi
an keju, Pelepasan
anggur merah noradrenalin
endogen

Serotonin Sayuran, Vasodilatasi


Buah-buahan otot,
vasokontriksi
pembuluh
darah
Tyramin Keju, ekstrak Simpatomime
jamur, anggur, tik yang
saus kedelai melepaskan
• Histamin dalam makanan berasal dari
degradasi histidin oleh mikroorganisme →
misal pd keju, alkohol dan makanan
fermentasi

• Histamin dpt diinaktivasi oleh di-aminoxidase


(DAO) yg bnyk dihasilkan dalam saluran
gastrointestinal
Contoh :
• Mengonsumsi ikan yg sdh busuk
→ histidin berubah mjd histamin oleh bakteri di
sal pencernaan, DAO dinon aktifkan oleh diamin
yg dihasilkan oleh ikan busuk → efek histamin
spt eritema, vasodilatasi, takikardi, hipertensi,
migrain, muntah dan diare
• Obat2an yg dpt menghambat kerja DAO :
Isoniazid, aminoguanidin,
Intoleransi Karbohidrat
• Tidak mampu mencerna gula dan starch secara
lengkap krn
< enzim tertentu
• Gejala : perut terasa penuh, muntah dan kram
perut setelah 5-30 menit mengonsumsi
karbohidrat, dapat terjadi diare, berat badan
menurun.
85. B. Botulisme
• Seorang pasien, datang dengan keluhan nyeri
perut. Keluhan disertai adanya mual, muntah,
1 hari yang lalu pasien makan makanan
kaleng.
• PF : gangguan penglihatan ganda, dan
gangguan syaraf berupa kelemahan otot-otot
wajah,
• Apakah diagnosis kasus diatas?
• Botulisme adalah kondisi keracunan serius
yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan
bakteri Clostridium botulinum.
• Racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang
sistem saraf seperti otak, tulang belakang,
saraf lainnya, dan menyebabkan kelumpuhan
otot. Kelumpuhan yang terjadi bisa
menyerang otot-otot yang mengendalikan
pernapasan. Bakteri ini biasanya bisa masuk
ke dalam tubuh melalui makanan maupun
• Penderita botulisme perlu menjalani rawat
inap di rumah sakit. Tujuan dari pengobatan
botulisme adalah untuk menetralisir racun
dan membantu fungsi tubuh (seperti
pernapasan) berjalan normal, hingga
penderita pulih kembali.
• Beberapa perawatan bagi penderita botulisme
:
– Pemberian antitoksin.
– Pemberian antibiotik. Prosedur ini
86. B. Sucralfat
• Pasien datang dengan keluhan muntah darah.
Sebelumnya pasien nyeri perut bagian atas,
perut terasa panas, memberat setelah makan.
• Cek endoskopi ada erosi pada esofagus distal
(mallory weis tear).
Apakah tatalaksana yang tepat?

DX : Acute Esophageal Syndrome


Spot films show barium (arrows) in linear mucosal tear near gastroesophageal
junction.
Tears may be in distal esophagus, gastric fundus, or extend across the GE junction.
• Protektan mukosa biasanya diresepkan dalam
1 –2 minggu untuk mempercepat
penyembuhan . Sucralfate (1gr/oral) untuk 1-2
minggu untuk mengurangi faktor yang
menyebabkan perlukaan, misalnya : asam,
asam empedu yang mengganggu
penyembuhan luka.
87. C. SGOT,SGPT,HBSAg
• Laki-laki , usia 45th, demam sejak 5 hari yang
lalu, tidak reda setelah minum obat anti
panas. Keluhan disertai air kencing seperti teh.
• VS : TD 110/70, N 85, suhu 38 PF : dbn
• Pemeriksaan yang diperlukan untuk
mendukung diagnosis?

Dx : Drug(NSAID) Induced Hepatitis


88. D. Hepatitis B
• Laki-laki 55 tahun badan terasa lemas sejak 3
hari. Tidak ada riwayat minum obat, jamu.
• PF : td 130/80 hr 96 rr 24 t 37.2, sklera ikterik.
Pemeriksaan hb 11,5 IgM leukosit 5200
trombosit 350000, SGOT 899 SGPT 1299, IgM
anti HAV( - ) HBsAg ( - ) IgM anti HBc (+) anti
HbeAg (+).
Diagnosis pasien adalah ?
Serologi hepatitis B
Imunitas terhadap Hep B
• Dosis: 0,1,6 bulan
• Imunitas terjadi jika pada pasien sudah
terdapat anti- Hbs sehingga yang
diperlukan adalah menenangkan pasien.
• HBIG (pasif imunitas) dan vaksin Hep B
(aktif imunitas) hanya diberikan pada
pasien yang tidak diketahui status
imunitasnya terhadap Hep B setelah
pajanan.
• Pasif imunitas sebaiknya diberikan dalam
24 jam setelah pajanan.
• Status HBsAg pasien tidak diperlukan
karena sudah kebal.
89. B. Abses Hepar
• Perempuan 38 tahun bab cair. Pasien juga
mengeluhkan mual, muntah, dan demam.
• PF : TD 130/90 N 86x/m RR 24x/m S 39.0C
pemeriksaan abdomen didapatkan
pembesaran hepar 2 jari dibawah arcus
costae, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tumpul.
Apa diagnosis yang mungkin pada pasien?
ABSES HEPAR AMUBA
Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan
yang menonjol, pasien tampak sakit berat, dan
demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala
abses hati amuba secara umum bersifat
nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan
nyeri di perut kanan atas. Selain itu anoreksia
ditemukan pada 39% kasus dan penurunan
berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan
fisis, 83% kasus dilaporkan demam dan 69%
dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
Ikterik jarang terjadi .
90. E. Tumor Paru Primer

• Laki-laki berusia 60 tahun datang dengan


keluhan batuk berdarah. Berat badan turun 10
kg dalam 3 bulan terakhir. Riwayat merokok 12
tahun.
• Pemeriksaan thorax didapatkan gambaran
coin lession pada paru kanan.
Kanker Paru
Definisi:
Semua keganasan mengenai paru, baik berasal
dari paru sendiri maupun dari tempat lain yang
ber metastasis ke paru

– Asal terutama dari epitel bronkus ( ± 90 – 95% )


– Karsinoma bronkus
JENIS Kanker Paru
• Primer : Berasal dari organ
paru sendiri

• Metastase : Berasal dari organ di


luar paru
seperti :
- Mamma
- Ginjal
- Ovarium
- Testis
Gambaran Klinik
Tidak banyak berbeda dari penyakit paru lain
• Terdiri dari keluhan subyektif dan temuan obyektif

• Dari anamnesa didapatkan :


Keluhan utama → sangat beragam

Sering juga yang pertama terlihat adalah gejala


akibat metastasis dan keluhan akibat perjalanan
penyakit

Ada pula gelaja yang tidak khas , seperti :


** Berat badan berkurang ** Demam hilang
timbul serta
** Nafsu makan menurun ** Gejala
paraneoplatik
Gambaran Klinik

1. Pengaruh kanker terhadap saluran nafas :

** Berupa iritasi dan gangguan mekanik,


Batuk-batuk kronis , Hemoptysis

** Infeksi paru / pneumonitis berulang

** Obstruksi saluran nafas → Sesak nafas


Atelektasis
Gejala klinik :
• Asimetris wajah

• Bengkak atau sembab muka dan


leher

• Suara serak

• Sembab lengan dengan rasa nyeri

• Pelebaran vena pada leher / dada

• Kelainan bentuk torak : Hidrotoraks


Atelektasis 1
Pemeriksaan
Penunjang
- Bronkoskopi
- Biopsi aspirasi
trantorakal
- Punksi dan biopsi pleura
- CT scanning
- Biopsi kelenjar getah bening
- Mediastinoskopi
- Torakotomi explorasi
- Tumor marker

1
Alur Deteksi Dini Kanker Paru
Deteksi Dini Kanker Paru
(Skrining)

Golongan Risiko Tinggi Bukan GRT dengan gejala


batuk
(GRT) kronik, sesak nafas
batuk darah, berat badan
turun

Foto toraks, sitologi sputum dan


bronkoskopi autoflouresen Diagnostik dan terapi
penyakit paru
non kanker

Semua hasil (- ) Ada hasil yang (+) Curiga kanker paru

Re-skrining Teruskan prosedur Teruskan


prosedur
4 – 6 bulan diagnostik kanker paru diagnostik kanker
paru
91. A. Emfisema
• Laki-laki usia 63 tahun datang dengan keluhan
sesak sejak 5 hari yang lalu. Pasien memliki
riwayat merokok 2 bungkus/hari
• PF : Pasien tampak sakit berat, sianosis, dan ada
retraksi interkosatl. TD 130/90 N 120 x/menit RR
30 x/menit T 37,8 derajad C.
• RO thorax → gambaran barrel chest (+),
hiperlusen avascular kedua lapang paru, sel iga
melebar.
Diagnosis ?
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
• Definisi: • Manifestasi Klinis:
• Hambatan aliran • Sesak progresif,
udara yang tidak persisten,
sepenuhnya memberat dengan
reversibel, progresif, aktivitas, berat,
berhubungan sukar bernapas
dengan respon • Batuk kronik
inflamasi paru • Batuk kronik
terhadap
partikel/gas berdahak
berbahaya, disertai • Riwayat faktor risiko
efek ekstraparu
• Gabungan antara
obstruksi saluran • Pemeriksaan
napas kecil & Penunjang:
kerusakan parenkim
• Spirometri
• DPL & AGD
• Faktor Risiko:
• Radiologi toraks
• Asap rokok, polusi (hiperinflasi/hypera
udara, stres erated lungs,
oksidatif, genetik, hiperlusens, ruang
tumbuh kembang retrosternal
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
Foto toraks PPOK
dijumpai:
•Hiperinflasi/Hiperl
usen
•Diafragma
mendatar
•Corakan
bronkovaskuler
meningkat
•Jantung pendulum
Tatalaksana PPOK
92. E. Torsio Testis
• Laki laki datang nyeri pada scrotum kanan
yang muncul mendadak saat bangun tidur.
• Px fisik scrotum kanan tampak membengkak,
terlihat testis kanan lebih tinggi dari yang kiri,
dan testis kanan lebih horizontal. Saat di testis
kanan dinaikkan terasa lebih nyeri,
diagnosisnya adalah?
dd/ skrotum nyeri
• Torsio testis • Epididimitis
- Nyeri testis - Nyeri testis akut
mendadak - Prehn sign (+)
- “Bell Claper” → - Refleks
salah kremaster (+)
satu testis lebih
- Bisa disertai
tinggi
discharge
- Phren sign (-) purulen.
- Refleks
kremaster (-)
KEGAWATAN
Phern’s sign
• Positif bila nyeri berkurang
dengan melakukan elevasi pada
testis yang nyeri

• Negatif bila nyeri tidak berkurang


dengan melakukan elevasi pada
testis yang nyeri

• Phern’s sign positif → khas


untuk epididimitis
93. C. Menghambat Na-K-ATPase
• Laki-laki 45 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan sesak sejak 1 hari yang lalu.
• PF : didiagnosis dengan gagal jantung. Salah
satu obat yang diberikan adalah digoksin.
Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut?
Mekanisme Kerja Digoksin :
–Hambatan langsung ikatan membrane sodium
dan potassium teraktivasi adenosine
triphosphatase (Na+/K+ -ATPase), menyebabkan
kenaikan konsentrasi kalsium intraselular.
–Lambatnya peningkatan kalsium kedalam sel
selama potensial aksi ; akibat dari masuknya
kalsium kedalam sel saat ini menyebabkan
timbulnya plateau pada potensial aksi.
94. D. Amlodipin
• Laki-laki usia 65 tahun datang dengan keluhan sesak
napas. Pasien memiliki riwayat hipertensi s10 tahun →
diterapi dengan captopril 3x25 mg.
• PF : TD 130/80 mmHg, nadi 87 x/menit, respirasi
18x/menit. Tidak didapatkan adanya tanda kongesti.
• Pada pemeriksaan EKG didapatkan hipertrofi ventrikel
kiri dan kardiomegali.
Obat apa yang perlu ditambahkan selain
Regresi LVH tergantung kepada respon dari
penggunaan obat anti hipertensi, atau pada
beberapa kasus, tergantung kepada tipe terapi
yang digunakan. Beberapa penelitian klinis
membuktikan bahwa penggunaan ACE inhibitor,
ARB, aliskiren (direct renin inhibitor), CCB
(khususnya diltiazem, verapamil, amlodipine)
dan beberapa simpatolitik agen (termasuk
metildopa dan alfa-bloker) dapat menghasilkan
regresi LVH. Sebaliknya diuretik, beta blocker,
vasodilator seperti hydralazine dan beberapa
95. Pendekatan step down dengan
PPI dilanjutkan dengan AH-2
• Wanita 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri
dada seperti terbakar yang dirasakan sejak 6 bulan lalu
dan memberat sejak 1 minggu ini. Keluhan dirasakan
memberat setelah makan. Keluhan lain berupa mual dan
muntah. Riwayat sering berbaring setelah makan.
• PF didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 92x/menit, RR
20x/menit. Status generalis dalam batas normal.
96. D. Laparotomi Eksplorasi
• Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK
sejak 3 jam yang lalu setelah mengalami
kecelakaan motor saat akan berangkat ke
kantor.
• PF : nyeri tekan suprabupik, pada pemeriksaan
sistografi didapatkan ektravasasi cairan
intraperitoneal.
Tindakan pertama yang dapat dilakukan
terhadap pasien?
97. B. Luka bakar grade 2 sebesar 27 persen
• Seorang pria 20 tahun dibawa ke UGD karena
tersengat listrik.Pasien tidak sadarkan diri dan
ditemukan luka bakar pada kedua ekstremitas
atas dan sebagian dadanya. Beberapa bula
telah pecah dengan dasar luka putih
kemerahan dan basah.
Seberapa besar derajat luka pasien?
Rule of Nine
Tatalaksana Luka Bakar
• Resusitasi cairan dengan rumus Parkland
– 4 cc x Luas luka bakar (dalam %) x Berat badan (dalam kg)
– Jumlah cairan yang diberikan dalam 24 jam
• ½ diberikan dalam 8 jam setelah kejadian, ½ diberikan dalam
16 jam kemudian
• Analgesik
• Nutrisi seimbang
• Monitoring dan pencegahan infeksi
– Jangan lupa berikan profilaksis tetanus
98. B. Melepas Fiksasi
• Anak, 16 tahun datang setelah kecelakaan.
Pada pemeriksaan KU baik, tidak ada
penurunan kesadaran, lengan bawah kanan
edema. Lengan bawah kemudian di fiksasi,
setelah 3 jam difiksasi, pasien mengeluh nyeri
hebat, disertai rasa baal.
Tatalaksana tepat yang diberikan?
99.D. Nervus VI
• Pasien laki-laki 60 tahun mengeluhkan
diplopia. Riwayat kerja PNS dengan adanya
riwayat hipertensi dan DM. TTV: TD 180/100
mmHG, HR,RR,suhu dalam batas normal.
• PF ditemukan diplopia dan mata tidak dapat
bergerak ke arah temporal.
Apa yang terjadi pada mata pasien?
100. D. Atresia Duodenal
• Bayi usia 3 hari dibawa ibunya dengan keluhan
mual -muntah setiap diteteki beberapa jam,
menurut ibunya sejak lahir perut bayi sudah
besar dan makin kembung sampai saat ini, pasien
pernah BAB, terdapat retensi kehijauan
• (gambar BNO terdapat 1 gelembung besar lusen
dibawah diafragma dan 1 gelembung lusen lebih
kecil tepat dibawah kurvatura gelembung besar).
Kelainan pasien ini ialah?
101. C. AtresiaBilier
• Anak 2 keluhan seluruh badan terlihat kuning
sejak usia 1 bulan.
• Muntah-muntah dan rewel terutama setiap
kali selesai menyusu.
• seluruh tubuh kuning. Perut membuncit.
BABseperti dempul dan BAKseperti air teh.
• Apa diagnosisnya?
Klasifikasi
• IkterusFisiologis • Etiologi
– Terjadi pada bayi aterm (5-6 – Produksi ↑ (hemolisis):
mg/dl) hematoma, ABO/Rh
– Onset ikterus setelah 24 jam inkompatibilitas, G6PD def,
pertama sferositosis, polisitemia
– Puncak ikterus pada hari ke 3-5 – ↓sekresi bil: prematur,
– Ikterus membaik dalam 1 hipotiroid, bayi ibu DM, def
minggu enzim konjugasi
– ↑sirkulasi enterohepatik:
• Ikterus Patologis ↓asupan enteral
– Dapat terjadi pada semua bayi (breastfeeding jaundice),
– Onset ikterus <24 jam stenosis pilorus, atresia usus,
– Puncak ikterus lebih lambat MH
– Ikterus membaik dalam 2 – Gangguan obstruktif:
minggu kolestasis, atresia bilier, kista
koledokus
– Mekanisme campuran: sepsis
Ikterus Neonatorum – Warning Sign!
• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak
hari pertama kehidupan
• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat
(>5mg/dL)
• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL
• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau
lebih
• Peningkatan bilirubin direk >2mg/dL
Ikterus Neonatorum
• Ikterik pada 24 jam pertama •Ikterik yang muncul sesudahsatu
– Dapat disebabkan erythroblastosis minggu
fetalis, perdarahan tersembunyi, – breast milk ikterik, septicemia,
sepsis, atau infeksi intrauterine, atresia congenital, hepatitis,
termasuk sifilis, rubella, sitomegalo, galaktosemi, hipotiroidisme,
rubella, dan toxoplasmosis kongenital anemia hemolitik kongenital
• Ikterik yang muncul pada hari ke- (spherocytosis), anemia hemolitik
2 atau ke-3 akibat obat.
– Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar • Ikterik yang persisten selama satu
syndrome dan breast feeding ikterik, bulan
sepsis bakteri atau infeksi saluran – kondisi hyperalimentation-
kemih, maupun infeksi lainnya seperti associated cholestasis, hepatitis,
sifilis, toksoplasmosis, cytomegalic inclusion disease,
sitomegalovirus, atau enterovirus. syphilis, toxoplasmosis, familial
nonhemolytic icterus, atresia bilier,
atau galaktosemia. Ikterik fisiologis
dapat berlangsung beberapa
minggu pada kondisi hipotiroid
atau stenosis pilori
Atresia bilier
• Kelainan kongenital
dimana duktus biliaris
komunis tidak terbentuk
atau terobstruksi total.
•Angka kejadian di USA
1/10.000 – 1/15.000 kasus
• Gejala obstruksi biasa
didapatkan di usia 1 –6
minggu.
Tatalaksana
Usia Fototerapi Transfusi
• Tatalaksana (Bil tot) Tukar (Bil
indir)
– Fototerapi <24 jam 10-12 mg/dl 20 mg/dl
• NCB-SMK: bil tot ≥ 24-48 jam 12-15 mg/dl 20-25 mg/dl
12
mg/dl 48-72 jam 15-18 mg/dl 25-30 mg/dl
• NKB sehat: bil tot > >72 jam 18-20 mg/dl 25-30 mg/dl
10 mg/dl
– Transfusi tukar
• Bil indirek ≥ 20mg/dl
• Digunakan bil indirek
karena ditakutkan
kernikterus
102. B.GNA
• mengeluh BAKterlihat agak merah dan
bengkak-bengkak di wajah, perut, dan
ekstremitas.
• 2 minggu sebelumnya batuk pilek dan nyeri
menelan selama +/- 1 minggu.
• PF: TD 140/90, nadi 80, RR28. Lab: proteinuri,
hematuri.
• Diagnosis?
GNAPS
• GNAPSterjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx
hipersensitifitas tipe 3) pada GBM dan atau
mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi
g a n g g u a n fungsi ginjal komplikasi:, gagal
jantung, edema paru dan gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi Streptococcus beta
hemoliticusgroup Anefritogenik (tipe 4, 12, 16, 25,
dan 49) di saluran napas atas. ReaksiAg-Ab terjadi
setelah infeksi saluran napas atas telah usai.
Jawaban Lain
• Sindrom Nefrotik
– Keluhan utamanya adalah edema yang masif. Keluhan
hematuria biasanya hanya mikroskopik. Disertai parameter lab
lain : Hipoalbuminemia, proteinuria, hiperkolesterolemia
• GNA(Glomerulonefritisakut)
– Merupakan sebutan lain untuk glomerulonefritis akut pasca
streptococcus. Jika ada pilihan GNAPS maka jawaban yang
sesuai adalah GNAPS.
• GNK (Glomerulonefritis kronik)
– Contohnya pada nefritis lupus
103. D.Marasmik – Kwashiorkor
• 2 diare persisten/kronis.
• Pasien berat badannya turun dalam bbrp
bulan terakhir, sering batuk pilek dan
penurunan nafsu makan.
• Pada pemeriksaan fisik di dapatkan lemak
subkutis tipis dan sedikit edema di bagian
perut dan kaki. BB/TB <3SD.
Gizi Buruk
• Anak didiagnosis gizi buruk apabila:

– BB/TB < -3 SDatau <70% dari median (marasmus)


– Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-
kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Kwasiorkhor
• Perubahan mental sampai
Marasmus
apatis •Penampilan wajah seperti
orang tua, terlihat sangat
• Anemia kurus
• Perubahan warna dan tekstur •Perubahan mental, cengeng
rambut, mudah •Kulit kering, dingin dan
dicabut/rontok mengendor, keriput
•Gangguan sistem •Lemak subkutan menghilang
gastrointestinal hingga turgor kulit berkurang
• Pembesaran hati •Otot atrofi sehinggakontur
(dermatosis) tulang terlihat jelas
• Atrofi otot •Kadang-kadangterdapat
bradikardia
• Edema simetris pada kedua •Tekanan darah lebih rendah
punggung kaki, dapat dibandingkan anak sehat yang
sampai seluruh tubuh sebaya
104. C. Pertusis
• Pasien balita datang untuk dilakukan imunisasi
HepB, DPT danPolio
• Setelah dilakukan vaksinasi pasien
mengalami demam.

• Kemungkinan imunisasi yang menimbulkan


demam adalah?
• Vaksin polio hampir tidak pernah
menimbulkan masalah serius. Masalah yang
ditemukan biasanya hanya kemerahan/nyeri
di daerah injeksi. Kemungkinan reaksi alergi
sangat kecil.
• Vaksin hepatitis Bjuga merupakan vaksin yang
sangat aman, hampir tidak pernah
menimbulkan masalah serius.
– Nyeri di lokasi injeksi pada 25%pasien
– Demam pada 1 dari 15 pasien
– Reaksi alergi pada 1 dari 1,1 juta pasien.
• Vaksin DPT lebih sering menimbulkan reaksi alergi
maupun reaksi lain;
– Demam pada 1 dari 4 pasien
– Kemerahan/ bengkak dan nyeri pada lokasi penyuntikan
pada 1 dari 4 pasien
– Gejala-gejala ini lebih sering timbul pada penyuntikkan
– DPTke 4 atau ke 5 : dapat juga terjadi reaksi yang lebih
berat seperti kejang, incosollable crying, hiperpireksia,
dan kerusakan otak permanen walaupun lebih jarang.
Direkomendasikan untuk memberikan antipiretik dan anti
nyeri pada pasien setelah penyuntikan.
• Pemberian vaksinasi DPTselalu diberikan
bersamaan, tidak pernah diberikan masing2
– Vaksin pertussis monovalen sudah tidak
diproduksi lagi.
– Vaksin TD (Tetanus dan difteri) tanpa Pertusis
diberikan pada dewasa sebagai booster.
• Soal ini sebenarnya ambigu, jadi:
– Jika disuruh memilih antara Difteri, Pertusis, atau
Tetanus, pilih Pertusis
– Jika ada pilihan DPT,campak, dan vaksinasi lain,
pilihlah campak
105. D. Anemia DefisiensiBesi
• Bayi berusia 10 bulan, tampak pucat sejak 1
bulan
• Pemeriksaan darah tepi menujukkan
mikrositik hipokrom.
• Kurva pertumbuhan tampak gizi kurang,
pasien berasal dari keluarga kurang mampu.
• Kemungkinan penyebab anemia?
Anemia
• Anemia mikrositik : defisiensi Fe, thalassemia,
penyakit kronik (gangguan utilisasi Fe),
anemia hemolitik.
• Anemia normositik : perdarahan akut, anemia
penyakit kronik, anemia aplastik, gagal ginjal
• Anemia makrositik : defisiensi folat, defisiensi
B12
Beberapa kelainan bentuk
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic
• stipping dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia def besi: selpensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, SerumIron
↓ , Feritin↓, TIBC↑ , sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis),
Bilirubin indirek ↑ . Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia.
Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat
namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone
Marrow Puncture (BMP). Tx :kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
•Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal),
asam folat, liver disease
106. B. Hirschprung

• Bayi berusia 30 bulan, BABencer dan


menyemprot.
• Bayi sering tampak rewel dan tidak mau
makan. Berat badan pasien sulit naik.

• Diagnosis yang sesuai?


Morbus Hirschprung
• Pasase mekonium terhambat akibat terdapat
segmen aganglionik.
• Gejala: mekonium keluar > 48 jam, muntah
hijau/coklat, distensi abdomen
• Saat colok dubur feses menyemprot
• Pemeriksaan Radiologi : gambaran megakolon
dengan zona transisi
• Barium enema: dilatasi abdomen proksimal, konstriksi distal

Tatalaksana :
• Kolostomi + reanastomosis (pull through)
• Reanastomosis: teknik Swenson (pull through), Duhamel,
Soave, Boley
Prognosis: baik
107. B.Atelektasis
• Perempuan, 3 tahun batuk berlendir sejak
seminggu yang lalu.
• Keluhan disertai demam dan sesak.
• Pada pemerikasaan foto thoraks didapatkan
kepadatan berbentuk segitiga pada apeks
paru kanan dan shift trachea ke kanan.
• Diagnosis yang paling mungkin adalah?
Atelektasis
• Adalah kolapsnya paru (atau berkurangnya volume paru)
akibat:
– Obstruksi (benda asing, mukus, atau tumor di bronkus
atau bronkiolus)
– Non-obstruksi : efusi pleura , pneumotorax , Kompresi
[tumor]Adesi [defisiensi surfaktan], Sikatriks [bekasTB]
• Gejala: sesak napas dan nyeri dada
• Ro toraks:
– Opasifikasi
– Hilus tertarik ke sisi yang sakit
• Tata laksana bisa medis atau bedah, tergantung
penyebabnya
Pendekatan Klinis – Efusi Pleura,
Pneumotoraks & Atelektasis
Palpasi
Inspeksi (fremitu Perkusi Auskultasi
s)

Sisi sakit
Efusi pleura tertingga Melemah Redup Menurun
l

Trakea terdorong
Pneumotoraks ke sisi sehat Melemah Hipersonor Menurun

Trakea tertarik
Atelektasis ke sisi sakit Melemah Redup Menurun
Pneumotoraks – Definisi, Gejala & Tatalaksana

• Adanya udara di dalam Tata laksana


kavitas pleura –Pneumotraks spontan
primer atau iatrogenik:
• Gejala: sesak napas dan aspirasi jarum sederhana
nyeri dada akut –Pneumotoraks spontan
– Bila ada hipotensi, hipoksia, sekunder/traumatik:
trakea terdorong ke sisi yang pemasangan chest tube dan
sehat, atau takikardia WSD
tensionpneumothorax –Tension pneumothorax:
dekompresi jarum darurat,
• Ro toraks: radiolusensi, dilanjutkan dengan
terlihat gambaran avaskuler pemasangan chest tube dan
dengan pleural line WSD
108. D. EfusiPleura
• Laki-laki 16 thn, keluhan utama demamtinggi
dan terus- menerus.
• Demam tidak turun dengan penggunaan
antipiretik.
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
hemokonsentrasi dan trombositopenia.
• Pasien demam tinggi
• Lab : hemokonsentrasi dan
trombositopenia> DBD
• Ciri khas pada DBD adalah ada kebocoran
plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)
109. C. Penyakit JantungRematik
• Laki –laki , 16 tahun keluhan berdebar-debar
yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.
• Riwayat sering demam dan batuk-pilek.
Keluhan disertai sesak pada saat beraktivitas
dan mudah lelah, nyeri-nyeri pada sendi (+).
• Pada pemeriksaan fisis didaparkan thrill, JVP
5+3, dan suhu 38,5C.
• Apa diagnosa pasien tersebut?
Penyakit Jantung Rematik
• Penyakit jantung reumatik / Rheumatic heart disease/ RHDmeurpakan komplikasi
dari Rheumatic fever (RF). Gejala RFsalah satunya Pharyngitis diakibatkan group A
beta-hemolytic streptococcal.
• Diagnosis :
– Kriteria mayor : Karditis  takikardia, murmur mitral regurgitasi, S3galop,
pericardial friction rub, dan kardiomegali, Migratory polyarthritis ,
Sydenham’s chorea, Nodul subkutaneus, Eritema marginatum
– Kriteria Minor :Suhu tinggi, sakit sendi (artralgia), Riwayat pernah menderita
DR/PJR
Lab: reaksi fase akut : Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus
sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes
serologi ASTO
– PJRbila : Dua gejala mayor atau Satu gejala mayor dengan dua gejala minor
• Terapi
– Penyakit Jantung Reumatik: aspirin, steroid,
– antibiotik : golongan penisilin
110. A. Bronkiolitis
• Anak 7 bulan, BB6,5 kg dengan sesaknafas.
• Tiga hari sebelumnya demam tidak terlalu tinggi, batuk
berdahak, pilek dan diikuti sesak yang semakin hebat.
Riwayat sesak nafas sebelumnya (-).
• Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan hipersonor,
ekspirasi memanjang, mengi dan ronki basah nyaring.
• Foto polos dada menunjukkan gambaran hiperaerasi
diameter anteroposterior memanjang pada foto lateral,
infiltral peribronchial dan patchy infiltrate.
• Diagnosa yang tepat untuk pasien ini adalah....
• Definisi • Diagnosis
– Inflamasi bronkiolus akut – PF: demam, dyspnea
akibat infeksi virus (umumnya (expiratory effort), ekspirasi
RSV,parainfluenza, memanjang, mengi,
adenovirus) hipersonor (air trapping)
– Umumnya pada anak usia <2 – PP: foto dada AP-lateral (air
tahun, paling sering anakusia trapping), AGD:hiperkarbia,
6 bulan asidosis
• Gejala Klinis metabolik/respiratorik
– Diawali dengan demam • Tata laksana:
subfebris danAURI –Oksigen
– Kemudian terjadi batuk, –Bronkodilator (hanya kalau
sesak, dan mengi menghasilkan perbaikan)
– Jarang menjadi berat –Antibiotik (hanya kalauada
bukti infeksi bakterial)
Gambaran radiologis:
hiperinflasi,
atelektasis
subsegmental,
peningkatan diameter
AP.
111. E. Phenitoin IV 10mg/BB
• Bayi 7 bulan datang dengan keluhan kejang.
Kejang kelojotan, mata mendelik ke atas,
berlangsung sekitar 5 menit, setelah itu sadar.
• Sesampai di rumah sakit, pasien kejanglagi.
• Diberikan diazepam IV dua kali tetapi tetap
kejang.
• Penanganan yang paling tepat dilakukan?
112. E.Tetanus
• Seorang anak datang dengan keluhan lumpuh otot
yang dirasakan sejak 2 hari lalu.
• Lumpuh otot dirasakan saat di sentuh dan anak
merasa kesakitan dan menangis.
• 5 hari terakhir anak susah diberi makan. Riwayat
tertusuk bambu 2 minggu yg lalu dengan luka tusuk
ygtidakdibersihkan.
• Dari pemeriksaan didapatkan trismus 1cm,
opistotonus, dan perut keras saat di tekan.
Tetanus

• Spasme:
– Otot napas & laring:
asfiksia & sianosis
– Otot uretral: retensio
urin
– M.mastikatoris: trismus
– M.erector trunki: kuduk
kaku, opistotonus
– M.rectus abdominis:
perut papan
– M.fasialis: risus
sardonikus
– Ekstremitas inferior:
ekstensi, lengankaku,
tangan mengepal
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
• Tampilan klinis:
– Trismus, kaku leher, disfagia, kekakuan abdomen,
opistotonus, fleksi lengan, ekstensi tungkai, dan disfungsi
otonom
– Bisa terjadi kejang, baik akibat rangsangan maupun
spontan
– Pasien tetap sadar dan merasa kesakitan
– Jarang terjadi demam
• Penunjang: tes spatula
• Tata laksana:
– Metronidazole (untuk membunuh bakteri yang
memproduksi toksin)
– ATSatau TIG (untuk mengikat toksin bebas)
– TT(untuk menginduksiimunitas)
– Diazepam (meringankan gejala spasme)
Profilaksis Tetanus
113. D.Fenobarbital
• Anak berusia 10 hari dibawa ke IGD dengan
keluhan kejang 1 jam SMRS.
• Kejang berlangsung selama 5 menit,
kelonjotan seluruh tubuh, setelah kejang
pasien menangis.
• Tanda Vital dalam batas normal. Apabila
pasien mengalami kejang di IGD, obat apakah
yang akan anda berikan?
• Untuk bayi <2 minggu tatalaksana kejang
menggunakan fenobarbital (larutan
200mg/ml) dalam dosis 20 mg/kgBB diulangi
dengan dosis 10 mg/kgBB 30 menit setelahnya
apabila kejang berlanjut.
114. B. DemamDengeu
• Anak 5 tahun datang dengan keluhan badan demam
sejak 4 hari yang lalu disertai dengan mimisan.
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan fisis TD 110/80
mmHg, N 120x/menit, RR22x/menit, S38,2◦C.
• Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan Hb 18
g/dl, Ht 47 %, Leukosit 5000, Trombosit 150.000.

• Apakah diagnosis kerja pada pasien ini?


KRITERIADIAGNOSIS DBD
Pada pasien ini, tidak ada kriteria
laboratorium yang terpenuhi, jadi kita
tidak bias mendiagnosa DBD.
DERAJAT
• Demam dengue (DD) demam akut 2-7 hari gejala
1/lebih: nyeri kepala, retroorbita, mialgia, artralgia,
ruam kulit, manifestasi perdarahan(jarang),
leukopenia, IgM/IgG positif. Tidak ada kebocoran
plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)
• DBD derajat 1 gejala DD + uji tourniquet (+)
• DBD derajat 2 gejala DD + perdarahan spontan
• DBD derajat 3 gejala DD + kegagalan sirkulasi (nadi
melemah)
• DBD derajat 4 gejala DD + syok berat, nadi tidak
terukur
115. A. Fimosis
• Anak 4 tahun datang dengan keluhan
mengeluh sakit saat BAKsejak 2 bulan yang
lalu.
• Ujung penis sejak kecil terkadang tampak
menggembung bila BAK.
• Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan
kelainan kecuali preputium sulit ditarik ke
belakang.
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan
nyeri saat berkemih, perlu mengedan dan sebelum
berkemih ada gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat
diretraksi tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan
keadaan emergency dalam urologi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak berada di
ujung glans penis, tetapi di bagian bawah (ventral),
keluhan pasien: kencing menetes
• Epispadia: OUEpada bagian atas (dorsal) penis
116 A.TOF
• Anak 3 tahun datang karena terdapat
kebiruan pada daerah bibir.
• Pada saat menangis anak terlihat sangat
sesak. Dari pemeriksaan didapatkan adanya
overriding aorta.

• Apa diagnosisnya?
Tetralogy of Fallot (TOF)
• VSD, pulmonary stenosis, overriding aortaand
• right ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru jadi tambah biru karena
sistemik perifer resistance ↓ (nangis). Dapat
diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer
(jongkok)
• PF: single second heart sound (PS)
• Foto thoraks: boot shape
TGA
• PJBsianotik . PF: Peningkatan palpasi denyut
vent.kanan, murmur holosistolik prominent
grade 3-4/6, bunyi jantung ke3, murmur
middiastolik, dan gallop. Radiologi : oval-
shaped heart ( seperti telur)
Overriding aorta
• Kelainan
kongenital
dimana aorta
terletak
langsung pada
lokasi VSD
bukan pada
ventrikel kiri.
Sehinga aorta
menerima
sebagian aliran
darah dari
ventrikel kanan.
117. A.2RHZ-4RH
• Anak 2 tahun ke dokter, karena berat badan
anaknya tidak kunjung naik.
• Ibu pasien sedang dalam pengobatan TB
sejak 1 bulan yang lalu, dan sempat
dikatakan BTA(+).
• Dilakukan tes mantoux pada anak dengan
hasil sebesar 15 mm.
TBAnak – Klasifikasi
Class Contact Infection Disease Management
• Kontak dinilai dengan adanya kontak
0 - - - - dengan pasien TBdi sekitar
lingkungan
I + - - 1st proph.
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux
II + + - 2nd proph. • Disease dinilai dengan TBscoring
menurut WHO
III + + + OATthera.
• Prinsipnya skor >= 6 diberikan OAT
• Kurang dari itu, lihat apakah perlu diberikan
kemoprofilaksis
PENCEGAHAN TB ANAK

• Kemoprofilaksis primer • Kemoprofilaksis


– Diberikan untuk sekunder
mencegah infeksi – Diberikan untuk
– Diberikan pada anak mencegah sakit TB
dengan kontak TB(+) – Diberikan pada kontak
tetapi uji tuberkulin(-) TB (+), uji mantoux (+),
– Obat: INH 5-10 tetapi klinis (-), Ro(-)
mg/kgBB/hari selama6 – Obat: INH 5-10
bulan mg/kgBB/hari selama6-
9 bulan
Tatalaksana TBparu
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
– Pasien baru TBparu BTApositif.
– Pasien baru TBparu BTAnegatif foto toraks positif
– Pasien baru TBekstra paru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal
– Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
118. E. SyokHipovolemik
• Anak 15 tahun mengalami penurunan kesadaran.
• 1 bulan terakhir pasien mengeluhkan sering kencing
merasa haus, nafsu makan yang meningkat namun
berat badan pasien menurun.
• Dari pemeriksaan didapati TD: 170/90 mmHg N:
100x/menit RR: 40 x/menit dan dalam. Pada
pemriksaaan darah keton (+) GDS: 600 mg/dL.
• Pada mukosa dan kulit pasien tampak kering.
• Anak 15 tahun dengan penurunan
• kesadaran, gejala DM (+), nafas kussmaul,
keton (+), GDS 600 Gejala diabetikum
(KAD)
• Gangguan hemodinamik (penurunan tekanan
darah) pada KAD terutama terjadi karena
osmotic diuresis berlebihan akibat
hiperglikemia.
• Tatalaksana utama DKA: Fluid replacement.
Baru disertai dengan terapi lain seperti
Bicarbonate, terapi elektrolit, dan terapi
suportif untuk mengatasi komplikasi lain
seperti edema serebri.
119. D. Hb serial 4-6 jam
• Anak 15 th, datang dengan keluhan lemas, akral
dingin.
• Awalnya, 4 hari yang lalu demam terus-menerus,
dan mimisan (+).
• Dari pemeriksaan tanda vital TD: 70/50, T:36,5.
• Pemeriksaan lab Hb 13, leukosit 9000, trombosit
50.000, hematocrit 48%.
• Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk melihat
terapi cairan sudah sesuai?
Pemantauan pasien DBD
Untuk anak dengan syok:
– Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama tekanan
nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam.
Dokter harus mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
Untuk anak tanpasyok:
– Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi dan
tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal
sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairankeluar.
– Jika terdapat tanda berikut: syok berulang, syok berkepanjangan,
ensefalopati, perdarahan hebat, gagal hati akut, gagal ginjal akut, edem
paru dan gagal napas, segera rujuk.
120 A.Kotrimoksazole
• Bayi berusia 10 bulan, BB 7 kg, datang
dibawa ibunya dengan keluhan BABcair sejak
3 hari yll.
• Frekuensi BAB> 6x sehari, BABlendir darah (+).
• Bayi tampak rewel dan menangis ketika mengedan.
• Dari pemeriksaan fisik UUB cekung, mata celung,
turgor menurun, perut cembung tapi tidak distensi.
Leukosit: 13.500
• Pengobatan yang tepat?
Penanganan diare :
• Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah
selama ini dianjurkan untuk diobati sebagai
shigellosis dan diberi antibiotik kotrimoksazol. Jika
dalam 2 hari tidak ada perbaikan, dianjurkan untuk
kunjungan ulang untuk kemungkinan mengganti
antibiotiknya
• Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan
pada hasil pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat
amuba vegetatif. Jika positif diberikan metronidazol
dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama
5 hari.
Indikasi rawat pada anak dengan diare :
– Anak dengan gizi buruk dan disenteri
– Bayi muda (umur < 2 bulan)
– Anak yang menderita keracunan, letargis,
mengalami perut kembung dan nyeri tekan
atau kejang,
– Mempunyai risiko tinggi terhadap sepsis
121. B. Pungsilumbal
• Bayi 3,5 bulan dengan kejang + demam,
• Riwayat batuk pilek. Kaku kuduk (+),
hiperrefleks (+) Gejala mengarah ke
meningitis.

• Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk


menegakkan diagnosis ?
Kontraindikasi Pungsi Lumbal pada anak :
• Terdapat tanda tekanan intrakanial yang
meningkat (pupil tidak sama, tubuh kakuatau
paralisis salah satu ekstremitas atau nafas
yang tidak teratur)
• Infeksi pada daerah kulit tempat jarum akan
ditusukkan
122. B. Escherichia coli

• Anak 5 tahun datang dengan demam sejak 4 hari


yang lalu.
• Keluhan juga disertai sering buang air kecil, bahkan
sering mengompol.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,5oC, nyeri
ketok CVA(+), nyeri tekan suprapubik (-).
• Pemeriksaan urin menunjukkan koloni bakteri >
105/uL.
• Secara epidemiologis, apa penyebab paling mungkin
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
• ISKterbagi menjadi ISKatas (pielonefritis ,
prostatitis) dan ISKbawah (uretritis, sistitis)
• Kuman penyebab tersering : Escerichia coli
(+/- 85%), sisanya Klebsiella, proteus,
enterobacter, citrobacter, staphlococcus
saprophyticus, enterococcus
Diagnosis

– sangat bervariasi dan sering tidak khas


– demam, berat badan sukar naik, atau anoreksia
– disuria, poliuria, nyeri perut/ pinggang, mengompol, polakisuria,
– urin yang berbau menyengat
– nyeri ketok sudut kosto-vertebral, nyeri suprasimfisis
– kelainan pada genitalia eksterna (fimosis, sinekia vulva, hipospadia,
epispadia)
Pemeriksaan penunjang
– Urinalisis: proteinuria, leukosituria, (leukosit > 5/LPB), hematuria
(eritrosit > 5/LPB).

Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria


bermakna pada biakan urin. Pemeriksaan penunjang
lain dilakukan untuk mencari faktor risiko.
Tatalaksana ISKanak (ICHRC)
Medikamentosa : Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan,
antibiotik diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi
infeksi akut. Berikan pengobatan rawat jalan, kecuali:
- Jika terjadi demam tinggi dan gangguan sistemik (seperti memuntahkan
semuanya atau tidak bisa minum atau menyusu), atau
- Terdapat tanda pielonefritis (nyeri pinggang atau bengkak), atau
- Pada bayi muda.
• Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5
hari. Sebagai alternatif dapat diberikan ampisilin, amoksisilin dan
sefaleksin.
• Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan
• gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50
mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin generasi ke-3 parenteral.
• Pertimbangkan komplikasi seperti pielonefritis atau sepsis.
123. C. Sindrom Down
• Anak usia 10 bulan dibawa oleh ibunya ke
praktek umum karena tidak bisaduduk.
• Pada pemeriksaan tampak facies mongoloid
pada wajah dan garis simian pada telapak
tangan.

• Diagnosis pada pasien tersebut adalah...


SINDROM DOWN
• Trisomi 21
• Ciri-ciri: retardasi mental, dagu kecil, SINDROMMARFAN
mongoloid face, hidung pipih,
lipatan palmar tunggal, makroglosia, • Kelainan genetik pada jaringan
jarak lebar antara ibu jari kaki dan jari kolagen
kedua • Ciri: jangkung, ekstremitas
panjang, jari-jari tipis danpanjang
SINDROMDANDY-WALKER • Komplikasi serius: aneurisma
• Kelainan otak kongenital yang aorta
melibatkan cerebellum dan ruang
cairan otak adi sekelilingnya
terutama ventrikel IV. SINDROMKLINEFELTER
• Tampilan kuncinya adalah tidak • 47+XXY(laki-laki)
adanya sebagian/keseluruhan • Ciri-ciri: hipogonadisme (fitur
jaringan otak di antara 2 hemisfer seks sekunder berkurang),
cerebelli. fertilitas berkurang

SINDROMJACOBS SINDROM TURNER


• 47+XYY •45+XO (perempuan)
• Ciri: berwajah kriminal, suka •Ciri-ciri: pendek, webbed neck,
menusuk-nusuk mata amenorea, steril
124. A. Absesparu
– Batuk berlendir yang sejak 4 minggu. Keluhan
disertai demam, sesak dan nyeri dada.
– Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan cavitas
berdinding tebal dengan air fluid level. Apakah
diagnosa pasien tersebut?

• Air fluid level: ada komponen udara dancairan


Abses Paru
• Merupakan nekrosis jaringan paru dan pembentukan
rongga yang berisi sebukan nekrotik atau cairan yang
disebabkan oleh infeksi mikroba.
• Gejala : demam, batuk dengan produksi sputum yang
meningkat, nyeri dada, hemoptosis
• Pemeriksaan : Lab : leukositosis , pemeriksaan
sputum
• Terapi : antibiotik : golongan penisilin , clindamisin,
metronidazol . Drainase abses atau pembedahan
Gambaran radiologi abses paru
• A typical chest
radiographic
appearance of alung
abscess is an irregularly
shaped cavity with an
air- fluid level inside.
125. C. INH, pirazinamid, rifampicin
• keluhan kulit menjadi kuning setelah 3 hari
minum obat yang diberikan dokter.
• Tiga bulan yang lalu pasien mengeluh batuk
berdahak yang kadang disertai darah dan demam
yang tidak terlalu tinggi mendapat obat
• Obat apa yang dapat menyebabkan keluhan
pada pasien?
INH, pirazinamid, rifampicin
Hepatitis ImbasObat
Penatalaksanaan
1.Bila klinik (+) (Ikterik [+],gejala mual, muntah [+])
OATStop
2.Bila gejala (+) dan SGOT,SGPT> 3 kali,: OATstop
3.Bila gejala klinis (-), Laboratorium terdapat
kelainan:
a. Bilirubin > 2 OATStop
b. SGOT, SGPT > 5 kali : OATstop
c. SGOT,SGPT> 3 kali teruskan pengobatan,
dengan pengawasan
Panduan OATyang dianjurkan :
1. Stop OATyang bersifat hepatotoksik (RHZ)
2. Setelah itu, monitor klinik danlaboratorium.
3. Bila klinik dan laboratorium normal kembali
(bilirubin, SGOT,SGPT), maka tambahkan H (INH)
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg).
4. Selama itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium
saat INH dosis penuh , bila klinik dan laboratorium
normal , tambahkan rifampisin, desensitisasi sampai
dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
5. Sehingga paduan obat menjadi RHES
6. Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
126. C. Selpneumosit tipe II
• Demam tinggi mendadak, flu dan batuk berdahak
putih. Dahak disertai bercak darah dan sesakmakin
memberat. Pasien seorang peternak ayam dan 1
minggu sebelumnya beberapa ekor ayam mati
mendadak.
• PF: tampak sakit sedang, suhu 39,5 oC, denyut nadi
110x/menit, frekuensi nafas 30x/menit. Pada
auskultasi didapatkan suara nafas vesikular dengan
suara ronki basah di seluruh lapanganparu.
• In cases with a longer disease duration,
changes consistent with the fibrous
proliferative phase (organizing diffuse alveolar
damage) and the final fibrotic stage
(interstitial fibrosis) have been observed.
Hyperplasia of type II pneumocytes has been
demonstrated in most autopsy cases
Jawaban lain
• Sel debu = sel makrofag alveolus
• Endotel kapiler = dinding kapiler yang sangat
tipis , yang berfungsi untuk pertukaran gas,
cairan , makanan dan hormon .
• Sel pneumosit tipe 1 = sel-sel alveolar
skuamosa yang berfungsi membentuk
membran / dinding alveoli untuk memfasilitasi
pertukaran cepat gas.
127. D. DCshock
• Tidak sadar sejak 2 jam yang lalu. Mengeluh nyeri
dada dan tiba-tiba kejang kemudian tidak sadar.
Tidak ada riwayat trauma.
• Pemeriksaan TTV: TD tidak terukur nadi tidak
teraba dari pemeriksaan EKGdidapatkan ventrikel
takikardi.
128. D. Aterosklerosisarteri
• Nyeri pada kaki sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri
dirasakan sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya
nyeri saat berjalan namun sekarang jalan
menjadi lebih pendek dan nyeri. Merokok sejak
20 tahun yang lalu, sehari 2 bungkus rokok.
• PF: ekstremitas bawah tidak adanya pulsasi
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis
anterior.
Arterisklerosis akut
• Merupakan penyakit vaskuler perifer , bersifat
progresif
• Biasanya pada pasien dengan CAD, diabetes
dan riwayat merokok
• Gejala : nyeri saat berjalan dan hilang saat
istirahat , mati rasa , kesemutan , rasa
terbakar atau nyeri, perubahan warna kulit
kaki . Tanda 5P (+) pulselessness , parestesia ,
pain, palor
Jawaban lain
• Oklusi arteri akut : oklusi pada pembuluh
darah arteri akibat trombosis atau emboli.
Gejala : iskemia mendadak , nyeri , denyut
nadi menghilang , parestesi dan paralisis
• Tromboangitis obliteran : Buerger disease=
biasanya pasien dengan riwayat merokok ,
merupakan oklusi pembuluh darah kronik .
Awalnya terjadi obstruksi pembuluh darah
tangan dan kaki
129. B. Infark miokardakut
– Laki-laki 72 tahun, keluhan nyeri dada 1 jam yg
lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM
tidak terkontrol.
– Pemeriksaan fisis: TD 170/100 mmHg, RR18
kali/menit, nadi 90 kali/menit, suhu 36,50C.
– Pemeriksaan penunjang: GDS240 mg/dl, EKGST
elevasi di V1-V6, troponin T meningkat.
• Diagnosisnya adalah: Infark miokard akut
Sindrom Koroner Akut
Klasifikasi Gejala tipikal EKG Enzim jantung

UAP (unstable angina Nyeri dada pertama STdepresi ,T inversi ,


pectoris) kali, memberat, atau EKGtidak
Normal
jumlah serangan spesifik
meningkat
NSTEMI Nyeri dada
STdepresi ,T inversi ,
substernal , menjalar,
atau EKGtidak Meningkat
keringat dingin ,
spesifik
muntah
STEMI Nyeri dada
substernal menjalar ,
keringat dingin , STelevasi , LBBB
muntah , durasi dan Meningkat
baru
severitas nyeri lebih
lama dan intens
Enzim Jantung
• Mioglobin : meningkat pada 1 jam setelah
onset , normal lagi dalam 6-12 jam
• CPK: meningkat dalam 4-8 jam , tidak spesifik
• CK-MB : meningkat dalam 3 jam , spesifik
bertahan <1 minggu
• Troponin T/I : meningkat dalam 1 jam, spesifik
, bertahan sampao >1 minggu , false positive
pada penderita gangguan ginjal berat
130. A.Hiperamonia
– Penurunan kesadaran. Keluhan serupa (+).
– PF: asites, sklera mata berwarna kuning, tangan
dan tungkai kurus, terdapat edema tungkai, dan
gambaran vena kolateral di abdomen.
•Keadaan tidak sadar tersebut kemungkinan
disebabkan oleh? Hiperamonia
Ensefalopati Hepatikum
• Terjadinya Penurunan fungsi h e p a t o s i t
portosystemic shunting menyebabkanpenyebaran
sistemik dari amonia
• Terjadi peningkatan amonia darah
• Etiologi : kelainan hati seperti hepatitis fulminan,
hepatitis toksik , kelainan hati kronis ( sirosis hepatis)
• Gejala : gangguan fungsi luhur hinggapenurunan
kesadaran (koma hepatikum)
• Tatalaksana : pemberian laktulosa danantibiotik
131. A. Penyakit jantung reumatik
– Perempuan 19 tahun , mengeluh sesak terutama
saat beraktivitas sejak 3 bulan yang lalu.
– Pasien mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah
sejak 2 tahun yang lalu.
– PF: bising pansistolik grade 3-4 di apeks.
• Diagnosisnya adalah:
– Penyakit jantung reumatik
Rheumatic Fever
• Major Diagnostic Criteria Carditis, Polyarthritis,
Chorea, Erythema marginatum, Subcutaneous
Nodules
• Minor Diagnostic Criteria Fever, Arthralgia, Previous
rheumatic fever or rheumatic heart disease, Acute
phase reactions: ESR/ CRP/ Leukocytosis, Prolonged
PRinterval
Rheumatic Heart Disease Vs. Rheumatic Fever

• Required Criteria
– Evidence of antecedent Strep infection: ASO/ Strep
antibodies / Strep group Athroat culture / Recent scarlet
fever / anti-deoxyribonuclease B / anti-hyaluronidase
• In some cases rheumatic fever causes long-
term damage to the heart and its valves. This
is called rheumatic heart disease.
132. C. Amebiasishepar
– demam dan nyeri perut bagian atas kanan sejak 2
minggu.
– USGdidapatkan kavitas besar pada hepar dan
dikeluarkan cairan pus 15 cc dari kista tersebut.
– Pemeriksaan mikroskopik : detritus dengan sel
target di sekitarnya dan mikroorganisme yang
menempel di organ tersebut.
• Diagnosis? Amebiasis hepar
• is the most frequent
extraintestinal manifestation of
Entamoeba histolytica Amebic liver abscess
infection. Amebic liver abscess
is an important cause of space-
occupying lesions of the liver
• On sonography an abscess
shows thick walls which may
vary from a few mm to 1.5 cm
in thickness. The echogenicity
of the abscess also varies,
133. A.Atenolol
– Berdebar-debar sejak 2 bulan yang lalu. Disertai
benjolan pada leher dan penurunan BB sejak 3
bulan yang lalu.
– TD 110/70 mmHg, nadi 115 x/menit. Pemeriksaan
lab: TSHs< 0,0005 U/L, T46,3mU/L.
•Obat apa yang tepat untuk menurunkan rasa
berdebar-debar pada pasien?Atenolol
• Suspek Graves disease. Klinis : Berat badan
↓ , nafsu makan ↑ , berdebar-debar, tremor,
cemas, diare, berkeringat, iritabel. Pada
graves terdapat exophtalmus.
• Lab : TSH↓ , FT4 ↑ , FT3 ↑
• Tatalaksana : PTU, Methimazole. Pada ibu
hamil trimester I harus dengan PTU. Selain itu
juga diberikan b-bloker
(atenolol/propranolol).
134. Jawaban paling mendekati = C.2100 kkal
– Pasien 62 tahun, keluhan penurunan BBdrastis,
sering kencing, selalu haus terutama malam hari.
– BB51 kg, TB170 cm, TD 110/70 mmHg, nadi 85
x/menit.
– Gula darah sewaktu 310 mg/dl, HbA1C 8,5 %.
• Berapa jumlah kalori basal yang dibutuhkan
pasien ini? 2268kkal
• Perhitungan berat badan Ideal (BBI)dengan
rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
– Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
• Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160
cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi:
– Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg

✓BBNormal : BBideal ± 10 %
✓Kurus : < BBI - 10 %
✓Gemuk : > BBI + 10 %
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan
kalori antara lain :
– Jenis Kelamin
• Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BBdan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.
– Umur
• Untuk pasien usia di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi 5%, untuk dekade antara
40 dan 59 tahun dikurangi 10%, untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%.
– Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
• Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan istirahat,
20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50%
dengan aktivitas sangat berat.
– Berat Badan
• Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan
BB.
Berat badan ideal (BBI) = 90% x (170 - 100) x 1 kg
BBI = 63 Kg
BBaktual: 51 Kg
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori pada pasien ini :
– Jenis Kelamin
• Laki-laki 30 kkal/kg BB
– Umur
• Untuk pasien usia 60-69 tahun kebutuhan kalori dikurangi 20 %
– Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
• Ditambah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan
– Berat Badan
• Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhanuntuk
meningkatkan BB.
IMT = 17,64 (BB Kurang < 18,5)

• Kebutuhan kalori: 63 Kg x 30 kkal/Kg = 1890 kkal


• Umur: -20%
• Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: +20%
• Berat Badan: +20 %
Total: 20 %. 20 %x 1890 = 378 kkal
Total kebutuhan kalori:
1890 kkal + 378 kkal = 2268 kkal
135. D.Ketoasidosisdiabetik
– mual dan muntah sejak 1 hari. Perut nyeri dan
lemas (+). banyak kencing dan sering merasa
haus.
– PF: pasien tampak kurus. GCS: E2M3V4, TD 90/60
mmHg, nadi 120 x/menit, RR32×/menit dan
dalam. Mulut dan kulit kering.
– GDS: 500 mg/dl. Keton urin (+).
• Diagnosis ? Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD):

• kadar glukosa darah yang tinggi (300-600


mg/dL),
• tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton(+) kuat
• Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/
mL) dan terjadi peningkatan anion gap
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)

• Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-


1200 mg/dL),
• Tanda dan gejala asidosis (-)
• Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-
• 380 mOs/mL)
• Plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat.
Prinsip Tatalaksana KAD
• Prinsip tatalaksana: cairan dulu selama 2-3 jam
karena
• kematian KAD disebabkan oleh dehidrasinya,bukan
karena keton atau GDSyang tinggi, tetapi karena
dehidrasi menyebabkan shock.
• Setelah cairan, baru masukkan insulin dan Kalium
(harus diberikan kalium karena insulin menyebabkan
influx kalium ke dalam sel, sehingga menyebabkan
hipokalemia) berapa jumlah yang dimasukkin lihat
jumlah elektrolit awal K+ nyabrapa.
• Insulin yang dipakai yaitu kerja cepat half life pendek,
agar bila terjadi hipoglikemia dapat kita hentikan
insulinnya dengan segera.
136. B Hipoglikemi
– Laki-laki 53 tahun, ke IGD dengan keadaan tidak
sadar. Berkeringat dingin dan gemetar. Membeli
obat DM dan tidak makan.
– PF: TD 130/80 mmHg, RR90x/m, GCS10, tidak
ada defisit neurologis fokal.
• Penyebabnya ? Hipoglikemi
Hipoglikemia
•Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dL
•Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
•Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin.

Gejala hipoglikemia:
• gejala adrenergik (berdebar-debar,banyak keringat, gemetar, dan
rasa lapar)
•gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma).
137. A.Duodenum
• Nyeri ulu hati sejak 7 bulan yang lalu disertai
mual dan muntah.
• Nyeri berkurang dengan makan atau minum
antasida.
• Dimana letak gangguan pada kasus di atas?
Duodenum
Nyeri Epigastrium
• Nyeri episgastrium bisa merupakan inflamasi
mukosa gaster atau duodenum
• Perbedaan ulkus duodenum dan gaster

Ulkus Duodenum Nyeri berkurang dengan makanan , sering


terbangun di malam hari

Ulkus Gaster Nyeri bertambah dengan makanan


138. C. Sfingter yanglemah
– Dada terasa terbakar setelah makan.
– PF: nyeri tekanepigastrium.
– Hasil endoskopi: sfingter esofagus hiperemis,
ditemukan epitel kolumnar dan permukaan
seperti beludru.
•Mekanisme penyakit yang paling mungkin?
Sfingter yang lemah
GERD
• Refluks asam lambung karena sfingter esofagus
bawah tidak menutup secara adekuat
• Gejala : rasa terbakar di dada, hipersalivasi , mulut
terasa asam , nyeri dada dekat episgastrium
• Pemeriksaan dengan endoskopi
• Pengobatan dengan PPI atau antagonis reseptor H2
7-14 hari (jika dengan PPI membaik maka teruskan
hingga 4 minggu)
• The LES( lower oesophageal sphincter ) is an anatomically
complex zone located at the gastro-oesophageal junction
• Both the LES and the diaphragm contribute to gastro-
oesophageal sphincter competence.
• Physiologically, relaxations of the LES, prior to contractions
of the oesophagus, allows food to pass through into the
stomach.
139 E. Proton PumpInhibitor

• Nyeri ulu hati berulang.


• Dada seperti terasa terbakar, mual (+),
muntah (-). Sering langsung tidur sehabis
makan.
•Obat apa yang dapat menjadi pilihan utama?
Proton pump inhibitor
GERD

• Refluks asam lambung karena sfingter esofagus


bawah tidak menutup secara adekuat
• Gejala : rasa terbakar di dada, hipersalivasi , mulut
terasa asam , nyeri dada dekat episgastrium
• Pemeriksaan dengan endoskopi
• Pengobatan dengan PPI atau antagonis reseptor H2
7-14 hari (jika dengan PPI membaik maka teruskan
hingga 4 minggu)
140 C. Artritisakut
– nyeri dan bengkak di sendi-sendi tangan sejak 2
minggu lalu. Nyeri berlangsung 20 menit, hilangsaat
digerakkan.
– PF: bengkak pada ujung sendi jari dan bagian tengah
jari telunjuk dan ibu jari.Pembesaran pada sendi yang
bersangkutan dan pangkal sendi jari I, II, danIII.
• Diagnosis yang tepat adalah?
Artritis akut
(Diagnosis yang paling mendekati berdasarkan
gejala pada soal adalah reumatoid artritis)
Artritis
• Osteoartritis : degeneratif sendi dengan klinis nyerisaat
digerakan (berjalan) ,onset perlahan , tanpa tanda
inflamasi yang jelas. Osteofit (+)
• Rheumatoid Artritis : proses autoimun yangmengenai
sendi. Nyeri saat bangun pagi >60 menit , nyeri
membaik saat aktivitas. Proses inflamasi yang jelas.
Nyeri membaik dengan aktivitas . Sendi yang terkena
sendi kecil . Faktor reumatoid (+)
• Artritis Gout : Nyeri yang hilang timbul dan sering
mendadak bengkak disertai tanda inflamasi akut disertai
dengan penumpukan tofus. Peningkatan asam urat (+)
Jawaban lain
• Artritis psoriasis : artritis yang terjadi pada
penderita psoriasi
• SLE: penyakit autoimun yang menyernang
banyak bagian tubuh seperti sendi , ginjal ,
kulit dll
• Skleroderma : penyakit autoimun yang
ditandai dengan penebalan kulit
141B. Bonedensitometry
– Wanita 67 tahun datang, nyeri panggul.
Menopause sejak 14 tahun yang lalu. Riwayat
trauma (-), PF: dalam batasnormal
• Pemeriksaan penunjang untuk mencari
etiologi adalah...
Bone densitometry
• Osteoporosis is diagnosed clinically or
radiographically.
• Bone Density Test
– the only test that can diagnose osteoporosis before
a broken bone occurs. This test helps to estimate
the density of your bonesand your chance of
breaking a bone. NOF recommends a bone density
test of the hip and spine by a central DXAmachine
to diagnose osteoporosis.
142 A.Hipertensi gradeI

• Wanita 55 tahun, keluhan pusing sejak 2 hari


yang lalu. Mual dan muntah (+).
• PF: TD 155/90 mmHg. Pemeriksaan lain dalam
batas normal.
• Apakah diagnosis pada pasien di atas?
Hipertensi grade I
Klasifikasi Hipertensi JNCVII
• Normal: Systolic lower than 120 mm Hg,
• diastolic lower than 80 mm Hg
• Prehypertension: Systolic 120-139 mm Hg,
• diastolic 80-89 mm Hg
• Stage 1: Systolic 140-159 mm Hg, diastolic 90-
99 mm Hg
• Stage 2: Systolic 160 mm Hg or greater,
diastolic 100 mm Hg or great
143 B.E.Coli

– Wanita 22 tahun, nyeri saat BAK sejak 2 hari lalu disertai


rasa panas pada alat kelamin. Frekuensi BAKmeningkat.

– Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 6/lpb,


piuria (+), bakteriuria (+).

Bakteri penyebab yang tersering adalah...


A. Staphylococcus
B. Proteus
C. E. Coli
D. Streptococcus
E.Candida
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
• ISKterbagi menjadi ISKatas (pielonefritis ,
prostatitis) dan ISKbawah (uretritis, sistitis)
• Kuman penyebab tersering : Escerichia coli
(+/- 85%), sisanya Klebsiella, proteus,
enterobacter, citrobacter, staphlococcus
saprophyticus, enterococcus
Diagnosis
– sangat bervariasi dan sering tidak khas
– demam, berat badan sukar naik, atau anoreksia
– disuria, poliuria, nyeri perut/ pinggang, mengompol, polakisuria,
– urin yang berbau menyengat
– nyeri ketok sudut kosto-vertebral, nyeri suprasimfisis
– kelainan pada genitalia eksterna (fimosis, sinekia vulva, hipospadia,
epispadia)
Pemeriksaan penunjang
– Urinalisis: proteinuria, leukosituria, (leukosit > 5/LPB), hematuria
(eritrosit > 5/LPB).

Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria


bermakna pada biakan urin. Pemeriksaan penunjang
lain dilakukan untuk mencari faktor risiko.
Tatalaksana ISKanak)
Medikamentosa : Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan,
antibiotik diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi
infeksi akut. Berikan pengobatan rawat jalan, kecuali:
- Jika terjadi demam tinggi dan gangguan sistemik (seperti memuntahkan
semuanya atau tidak bisa minum atau menyusu), atau
- Terdapat tanda pielonefritis (nyeri pinggang atau bengkak), atau
- Pada bayi muda.
• Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5
hari. Sebagai alternatif dapat diberikan ampisilin, amoksisilin dan
sefaleksin.
• Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan
• gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50
mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin generasi ke-3 parenteral.
• Pertimbangkan komplikasi seperti pielonefritis atau sepsis.
144 E. Serologidengue
• Demam sejak 5 hari yang lalu terutama sore
dan malam hari. Keluhan disertai sakit kepala,
pusing, mual, muntah.
• PF: RR17x/menit, nadi 110 x/menit
• Lab: Hb 11,9, leukosit 4000.
•Pemeriksaan penunjang untuk pasien ini
adalah...
Serologi dengue
Jawaban lain
• Serologi widal : pemeriksaan untuk demam
tifoid, diperiksa pada hari ke 7-10 demam
• ASTO : pemeriksaan darah yang berfungsi
untuk mengukur kadar antibodi terhadap
streptolisisn O
• Sediaan apus darah tebal dan tipis : untuk
pemeriksaan parasit (malaria)
145 B. Rongten Thoraks
• Laki-laki, 40 tahun – nyeri dada sejak 1 hari
disertai sesak napas dan demam
• Fremitus paru kiri turun, perkusi kiri redup,
auskultasi bronkovesikular dengan ronkhi
basah kasar di kiri à adanya kerusakan
parenkim paru
• Dx: kira-kira mengarah ke pneumonia

• Pemeriksaan untuk menegakan diagnosis?


Pneumonia
• Definisi : suatu peradangan pada parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis, yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
• Etiologi :
• Pneumonia komuniti à gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
• Pneumonia nosokomial gram negatif : klebsiella
pneumonia, haemophilus influenza, pseudomonas
auruginosa
• Pneumonia atipikal chlamydia, legionella, mycoplasma
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
•Foto toraks à infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala di bawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial
dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau <4500
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga

Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang

Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)

Radiologis “patchy” atau normal Konsolidasi lobar lebih tinggi

Laboratorium Leukosit normal kadang rendah Lebih tinggi

Gangguan fungsi hati sering Jarang


SkorPORT
Indikasi rawat inap:

Usia 45 • Skor PSI 70


• Skor PSI< 70 , tapi
dijumpai salah satu
kriteria ini:
• Frekuensi napas >
30/menit
• Pa02/FiO2 <250 mmHg
• Foto toraks infiltrat
multilobus
• TD sistolik < 90mmHg
• TD diastolik < 60mmHg
• Pneumonia pada
pengguna NAPZA

Indikasi rawat intensif : paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor (membutuhkan ventalasi mekanik
dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor (Pa02/FiO2
kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanansistolik
< 90 mmHg).
Faktor Modifikasi
146. A. Anemia penyakit kronis
– Perempuan 28 tahun, mudah lelah dan lemas
disertai sakit perut sejak 2 jam yang lalu. Pasien
mempunyai riwayat penyakit SLE.
– PF: konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik.
• Diagnosisnya adalah... Anemia penyakit
kronis
• Haematological abnormalities are common in
systemic lupus erythematosus.
• Anaemia is found in about 50% of patients,
with anaemia of chronic disease being the
most common form.
• Impaired erythropoietin response and
presence of antibodies against erythropoietin
may contribute to the pathogenesis of this
type of anaemia.
147. D. Vitamin B12 dan asam folat
• Wanita 30 tahun, pusing dan sakit kepala sejak
1 minggu. Post partum 1 minggu. Pasien
seorang vegetarian. Setiap hari pasien hanya
mengkonsumsi susu 1/3-3/4 gelas, nasi
semangkuk kecil 3x/hari, tempe 3x/hari dan
sayur-sayuran.

• Defisiensi apa yang mungkin terjadi pada


pasien ini?
•Dietary deficiency: Eating little or no
meat may cause a lack of vitamin B12,
while overcooking or eating too few
vegetables may cause a folate
deficiency.
148. B. Double blind trial
• Penelitian terhadap obat anti hipertensi.
• Dokter melakukan penelitian kepada pasien dengan
3 jenis obat A, B, Dan C.
• Pasien dan dokter tidak mengetahui kandungan dari
ketiga obat tersebut.
• Melakukan pemeriksaan tekanan darah pada pasien
yang dijadikan sampel penelitian, serta
membandingkan efek penurunan tekanan darah
pada 3 jenis obat anti hipertensi tersebut.

• Apa jenis penelitian yang dilakukan?


Randomized controlled
149. A. Probable case
PROBABLE CASE
• PASIENBERGEJALA COCOKRADANG PARUBERAT
• BELUMADAPEMERIKSAANLABORATORIUM, TAPIADARIWAYATPAJANANDAN
PASIENMENINGGAL
KasusProbabelH5N1
Kriteria kasus suspek ditambah dengan
satu atau lebih keadaan di bawah ini :
Kasus SuspekH5N1
• ditemukan kenaikan titer antibodi
•Seseorang yang menderita demam dengan
terhadap H5
suhu >38oC, disertai satu atau lebih gejala di
• hasil laboratorium terbatas untuk
bawah ini :
Influenza H5
• batuk
• sakit tenggorokan
• pilek
• sesak napas
•Disertai riwayat pajanan Seseorang yang meninggal karena suatu
penyakit saluran napas akut yang tidak
bisa dijelaskan penyebabnya yang secara
epidemiologis berkaitan dengan suatu
kasus H5N1
KasusH5N1terkonfirmasi
• Seseorang yang memenuhi kriteria kasus
suspek atau probable, DAN DISERTAI satu
dari hasil positif berikut ini:
– Isolasi virus H5N1
– Hasil PCRH5N1 positif
– Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi
untuk H5N1
– Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada
spesimen serum yang diambil pada hari ke >14
setelah awitan disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda
>1/160 atau western blot spesifik H5positif
150. C. Kontak Mata

• Seorang dokter menghampiri keluarga pasien yang


meninggal saat operasi dan berkata,
– “Saya mengerti apa yang anda rasakan.”
• Sikap dokter yang baik saat mengucapkan hal
tersebut adalah…
KONTAKMATA
• Komunikasi dokter pasien refleksi perasaan
saat breaking bad news
• Kontak mata (komunikasi non verbal)
• Ciptakan kontak mata, kontak mata
mengomunikasikan minatdan perhatian pada
orang tersebut

Anda mungkin juga menyukai