Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK WARGA NEGARA TERHADAP NEGARA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 11

Windia Astuti 1800004165

Shafira Amaliawati 1800004168

Rani Rahmawati. P 1800004211

Hanifan Grahito. K 1800004191

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2020
KATA PENGANTAR

‫يحرلا نمحرلا ال ّل مسب‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Akhlak
Terhadap Negara”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Akhlak. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
peran muslim terhadap negara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Makalah ini berisi tentang pengertian tentang peran kita sabagai kaum muslimin
terhadap Negara dan apa saja yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap negara.
Kami berharap makalah ini bisa menjadi bahan diskusi yang baik bagi kami para penulis dan
juga untuk para pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya dikarenakan keterbatasan pengetahuan
kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Yogyakarta, 15 Mei 2020

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

...............................................................................................................i KATA

PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................

iii BAB I PENDAHULUAN

.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................


2

A. Akhlak bagi Warga Negara…......................................................................................... 2

B. Sikap Musyawarah dan Menegakkan Keadilan


................................................................4

C. Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar………….. ................................................................. 6

BAB III PENUTUP....................................................................................................................


9

A. Simpulan.......................................................................................................................... 9

B. Saran ................................................................................................................................ 9

iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhai Allah, agama yang sempurna mengatur tata cara
kehidupan manusia. Di dalamnya lengkap diatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.
Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para bangsa. Negara terdiri dari
masyarakat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Didalam negara pula terdapat
peraturan-peraturan yang mengikat baik secara tertulis maupun secara lisan. Negara
mempunyai tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya baik secara materiil maupun non
materiil.
Salah satu di antara tata cara kehidupan manusia yang telah diatur dalam ajaran Islam
adalah tentang hak dan kewajiban warga Negara yang merupakan perwujudan dari
akhlak seseorang kepada Negara.
Akhir-akhir ini, masyarakat kurang memahami akhlak secara essensial, dalam arti
bahwa masyarakat hanya memahami akhlak sebagai sikap/perilaku saja bukan sebagai
implementasi dalam kehidupan sehari–hari. Pemimpin yang sejatinya merupakan wakil
rakyat, malah banyak yang melakukan berbagai tindak kriminal dan sebagainya.
Tak jauh berbeda dengan masyarakat yang sekarang ini lebih sering menghujat dan
mengkritik pemimpinnya, namun dirinya sendiri tidak banyak menyumbang perubahan
pada Negara. Kedua hal ini dapat menghambat tercapainya tujuan suatu negara, maka
perlu ditegakkan akhlak-akhlak bernegara bagi masyarakat agar dapat saling bersinergi
dengan baik untuk kemajuan bangsa.
Oleh sebab itu, pada makalah ini kami akan memaparkan beberapa sikap akhlak
bernegara yang baik bagi warga negara serta sikap-sikap yang seharusnya ditumbuhkan
pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana akhlak yang baik bagi seorang warga Negara?


2. Apa yang dimaksud dengan sikap musyawarah dan menegakkan keadilan?
3. Apa yang dimaksud dengan sikap amar ma’ruf nahi munkar?

C. Tujuan Pembahasan

1. Agar mengetahui bagaimana akhlak yang baik bagi seorang warga Negara.
2. Agar mengetahui sikap musyawarah dan menegakkan keadilan.
3. Agar mengetahui sikap amar ma’ruf nahi munkar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak bagi Warga Negara

a. Hubungan Akhlak dan Warga Negara

Akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan
pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan
dorongan dari luar.
Di samping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah
itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah al-
Qur'an dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, bagi moral
standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Dari pengertian diatas, lantas apa hubungannya dengan akhlak warga negara?
Bukankah kita sebagai warga negara harusnya taat pada etika dan moral saja sudah
cukup untuk menjadi warga negara yang baik. Seperti yang bisa kita lihat dari
pembahasan materi yang ada, kita menggunakan akhlak sebagai istilah dasarnya,
bukan menggunakan etika atau moral. Sehingga sudah jelas bahwa akhlak warga
negara harus berpatokan atau berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah.
Akhlak disini perlu keberadaan tatanan pendidikan budi pekerti sebagai peran
akhlak terhadap Negara. Dimana budi pekerti dapat diartikan sebagai tingkah laku
nyata yang berdasarkan pertimbangan batin manusia dan tertuju pada suatu maksud.
budi pekerti atau yang sering kita maksud dalam Islam yaitu Akhlakulkulkarimah
adalah menuju menghampiri diri seseorang dan umat kepada Allah maha karim.

Dari sini akhlak dapat di menjadi 2 :

1. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah atau yang sering disebut juga akhlakul karimah ialah
tingkah laku yang terpuji/baik. Akhlak terpuji mencakup karakter-karakter yang
diperintahkan Allah dan rasulnya untuk dimiliki.
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”. (QS. Hud (11):114).
Sebagai warga negara kita harus senantiasa melakukan kewajiban dan
mematuhi aturan-aturan dalam hidup bernegara. Terkadang ketika sudah masuk ke
dunia politik kita menjadi samar akan akhlak yang telah di tetapkan Allah. Contoh
sikap yang mencerminkan akhlak mahmudah dalam hidup bernegara:

2
a) Memelihara amanah.
b) Bersikap adil.
c) Menepati janji.
d) Mau bermusyawarah.
e) Memiliki sifat sabar.
f) Berlaku jujur dan apa adanya.

2. Akhlak Madzumah
Akhlak madzmumah adalah lawan dari akhlak mahmudah,yang sering disebut
dengan akhlak buruk. Akhlak yang buruk dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan
yang tidak elok, tidak sopan, dan tidak menyenangkan. Berikut contoh perilaku yang
mungkin kita seringkali lalai terhadap akhlak yang ada :

a) Hasad dengki, dan iri hati ialah seseorang itu rasa kurang senang dengan nikmat yang
dikecapi orang lain lalu mengharapkan nikmat itu terhapus daripadanya. Biasanya ini
seringkali terjadi dalam lingkungan masyarakat. Hadis Nabi saw Yang bermaksud :
“Hasad itu memakan (memusnahkan) kebaikan, sebagaimana api Memakan
(membakar) kayu.”
b) Takbur, punca berlakunya sifat takbur adalah dari banyak sebab yang boleh
menyebabkan seseorang itu takbur atau sombong diri seperti nasab keturunan, kuasa
pemerintahan, kekayaan, kelebihan ilmu, banyak pengikut dan banyak ibadat.
c) Riyak, orang yang riyak pula ditakrifkan sebagai sifat untuk menarik pandangan
orang dengan menampakkan pelbagai amalan yang baik dilakukan semata-mata
menginginkan pujian, pangkat atau kedudukan.

Beberapa contoh di atas, merupakan beberapa perbuatan yang terkadang kita


melakukannya tanpa sadar dengan akhlak yang ada. Karena sudah saking umumnya di
masyarakat, jadi akhlak seakan telah menjadi hal yang samar di kehidupan bernegara.
Melalaikan peringatan-peringatan Allah demi kepuasan hidup di dunia.

a. Peran Warga Negara bagi Negara

Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh Negara, tercantum dalam UUD


1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Dan diatur
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-
hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara
mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama
dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dll.
Selain mendapatkan hak-hak dalam berpendapat maupun demokrasi, sebagai
warga negara yang baik harus pula selalu melindungi negaranya seperti yang tertera
pada surat At-Taubah ayat 41, yang artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan

3
merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan
Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”.
Dalam kehidupan bernegara, seorang warga negara tentunya harus juga mengikuti
pemimpinnya selama pemimpin itu masih mentaati perintah Allah seperti yang tertera
pada surat An-Nisa ayat 59, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Q.S.
An-Nisa :59).
Jika suatu negara telah salah dalam mengambil suatu kebijakan yang tidak pro
rakyat, maka sudah seharusnya sebagai warga negara ikut memberikan masukan dan
kritik yang membangun. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Al-‘Asr ayat 1-3 yang
artinya: (1) Demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.

b. Sikap Musyawarah dan Menegakkan Keadilan

1. Musyawarah
Musyawarah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menciptakan
peraturan di dalam lingkungan masyarakat. Musyawarah dapat berjalan dengan lancer
dan penuh persahabatan, yang mana terdapat beberapasikap yang harus dilakukan
dala bermusyawarah, yaitu sikap lemah lembut, pemaaf, dan memohon ampun
kepada Allah SWT ( Ilyas, 2001:229).

a. Arti penting musyawarah

Muyawarah atau syuaraadalah sesuatu yang sangat penting dalam


menciptakan peraturan didalam suatau masyarakat mana pun. Setiap negara maju
yang menginginkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan, dan kesuksesan bagi
rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah. Adapun salah satu ayat dalam Al-
Qur’an yang membahas mengenai adalah surah Al- Syura ayat 37-38:
“ Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan
apabila mereka marah, mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang menrima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antar mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang kami berikan kepada mereka” (QS. Asy-syura: 37-38).
Dalam ayat tersebut, syura atau musyawarah merupakan sebagai sifat ketiga
bagi masyarakat islam dituturkan setelah imam dan shalat. Ali Bin Abu Thalib
menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu mengambil

4
kesimpulan yang benar, mencari pendapat, menjaga kekeliruan , menghindari celaan,
menciptakan stabilitas emosi, keterpaduan hati.
b. Beberapa sikap musyawarah

Musyawarah akan berjalan lancar dan penuh persahabatan. Allah SWT


mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam bermusyawarah,
yaitu:
1) Lemah lembut

Seseorang yang akan melakukan musyawarah, apalgi sebagai pemimpin harus dapat
mengindari tutur kata kasar, serta sikap keras kepala, jika tidak mitra muysawarah
akan bertebaran pergi.
2) Pemaaf

Setiap orang yang melakukan musyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu
bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi
perbedaan pendapat, atau terdapat kalimay-kalimat yang menyinggung pihak lain.
3) Mohon ampunan Allah SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah dengan Tuhan harus harmonis.
Oleh sebab itu, semua anggota musyawarah harus berusaha selalu membersihkan diri
dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT baik untuk diri sendiri dan untuk
anggota musyawarah lainnya.

2. Menegakkan keadilan

Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk bersikap adil dalam segala
aspek kehidupan. Baik terhadap diri sendiri maupun keluarga dan orang lain.
Menegakkan keadilan adalah kewajiban setiap manusia. Keadilan adalah risalah
universal yang harus diperjuangkan oleh setiap manusia. Keadilan adalah satu-satunya
jalan selamat menuju kebahagiaan hidup dan kedamaian. Seorang yang paham akan
makna keadilan pasti beriman kepada Allah dan kekafiran identik dengan kezhaliman.
a. Adil terhadap diri sendiri

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang benar-benar menegakkan


keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak
dan kaum kerabatmu. Jika ia (terdakwa atau tergugat itu) kaya atau miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
kamu ingin menyimpang dari kebenaran. (QS. Anisa:135)”.
b. Adil terhadap istri dan anak-anak

“Kawinilah wanita-wanita yang kamu sukai 2,3,4. Tapi jika kamu khawatir tidak
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” (QS.Anisa:3).
c. Adil dalam mendamaikan perselisishan

5
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya
itu sehingga golongan itu kembali kepada Allah. Jika golongan itu telah kembalI
( kepada perintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang berlaku adil.” (QS. Al-
Hujarat:9).

d. Adil dalam berkata

“Dan apabila kamu dalam berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun
dia adalah kerbaat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintah
Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS. Al-An’am:152).
e. Adil terhadap musuh sekalipun

“Hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu


menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu unstuck berlaku
tidak adil. Berlaku adillah,karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS. Al-Maidah:8).

c. Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam
yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya:

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ا‬NNَ‫ ُل ْال ِكت‬N‫وْ َءا َمنَ أَ ْه‬NNَ‫ونَ بِاهللِ َول‬NNُ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمن‬
َ‫ان‬NN‫ب لَ َك‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
ِ َ‫َخ ْيرًا لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]

Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban
amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”. Abu
Bakr al- Jashshash, beliau berkata, ”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu
dijelaskan Rasulullah dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih
Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”. An-Nawawi berkata,”telah banyak

6
dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang menunjukkan kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar.”
Amar ma'ruf nahi munkar (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) adalah
sebuah frasa dalam Bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak
atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi
masyarakat. Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya adalah wajib.
Dalil amar ma'ruf nahi munkar adalah pada surah Luqman, yang berbunyi sebagai
berikut:
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”. (Luqman 17)
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan
menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak
mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi
mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan
atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang
baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu
Dzar).
Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan, yaitu dengan tangan
(kekuasaan) jika dia adalah penguasa/punya jabatan, dengan lisan atau minimal
membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah
selemah-lemahnya iman seorang mukmin.

Bekal-bekal amar ma’ruf nahi munkar dibagi menjadi 3, yaitu:

 Pertama: Bekal Ilmu di Awal


‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,
‫َم ْن َعبَ َد هللاَ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َكانَ َما يُ ْف ِس ُد أَ ْكثَ َر ِم َّما يُصْ لُ ُح‬
“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak
kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”
Begitu pula  Mu’adz bin Jabal pernah mengatakan,
ُ‫ال ِع ْل ُم إِ َما ُم ال َع َم ِل َوال َع َم ُل تَابِ ُعه‬
”Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini memang benar. Yang


namanya maksud dan amalan tanpa disertai ilmu, maka hanya mengakibatkan
kebodohan, kesesatan dan sekedar mengikuti hawa nafsu sebagaimana telah
dijelaskan. Inilah beda antara orang Jahiliyah dan seorang muslim. Seorang muslim
haruslah membekali dirinya dengan ilmu dalam beramar ma’ruf nahi mungkar dan
harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang juga harus

7
mengetahui bagaimana kondisi orang yang akan diajak pada kebaikan dan dilarang
dari kemungkaran. Di antara bentuk mendatangkan kebaikan adalah melakukan amar
ma’ruf nahi mungkar sesuatu tuntutan yang diajarkan  dalam Islam (jalan yang lurus).
Jika seseorang membekali dirinya dengan ilmu, maka itu akan membuat lebih cepat
mengantarkan pada tujuan.

 Kedua: Lemah Lembut di Tengah-Tengah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


Dalam amar ma’ruf nahi mungkar hendaklah ada sikap lemah lembut. Sebagaimana
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ُ‫ع ِم ْن َش ْى ٍء إِالَّ َشانَه‬ُ ‫ق الَ يَ ُكونُ فِى َش ْى ٍء إِالَّ زَ انَهُ َوالَ يُ ْن َز‬ َ ‫إِ َّن ال ِّر ْف‬
“Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu, maka ia akan senantiasa
menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka pastilah hanya akan mendatangkan
kejelekan.”
Begitu pula beliau bersabda,
‫ف‬ِ ‫ْطى َعلَى ْال ُع ْن‬ ِ ‫ق َما الَ يُع‬ِ ‫ق َويُ ْع ِطى َعلَى ال ِّر ْف‬ ٌ ‫إِ َّن هَّللا َ َرفِي‬
َ ‫ق يُ ِحبُّ الرِّ ْف‬
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia menyukai kelembutan dan Dia akan
memberi kepada kelembutan yang tidak diberikan jika seseorang bersikap kasar.

 Ketiga: Bersabar di Akhir


Setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, haruslah ada sikap sabar terhadap
setiap gangguan.Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap orang yang ingin melakukan
amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika
seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada
mendatangkan kebaikan”.
Luqman pernah mengatakan pada anaknya,
ِ ‫ك إِ َّن َذلِكَ ِم ْن ع َْز ِم األ ُم‬
‫ور‬ َ َ‫صاب‬ ِ ‫َو ْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر‬
َ َ‫ُوف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ َعلَى َما أ‬
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu.  Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)”. (QS. Luqman: 17)

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada para Rasul dan mereka adalah
imam (pemimpin) dalam amar ma’ruf nahi mungkar untuk bersabar, sebagaimana hal
ini Allah perintahkan pada penutup Rasul (yakni Muhammad SAW). Bahkan perintah
ini Allah sandingkan dengan penyampaian kerasulan. Hal ini dapat kita lihat dalam
surat Al Mudatsir (surat yang merupakan tanda Muhammad menjadi Rasul), yang
turun setelah surat Iqro’ (surat yang merupakan tanda Muhammad diangkat sebagai
Nabi).
َ َّ‫ َو َرب‬, ْ‫ قُ ْم فَأ َ ْن ِذر‬,ُ‫يَا أَيُّهَا ْال ُم َّدثِّر‬
ْ‫ َولِ َربِّكَ فَاصْ بِر‬,ُ‫ َوالرُّ جْ َز فَا ْهجُرْ َوال تَ ْمنُ ْن تَ ْستَ ْكثِر‬, ْ‫ َوثِيَابَكَ فَطَهِّر‬, ْ‫ك فَ َكبِّر‬
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
(menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)

8
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu,
bersabarlah.” (QS. Al Mudatsir: 1-7)
Allah membuka surat yang merupakan pertanda beliau diangkat menjadi Rasul
dengan perintah memberikan peringatan (indzar). Di akhirnya, Allah tutup dengan
perintah untuk bersabar.Yang namanya memberi peringatan (indzar) adalah
melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Maka ini menunjukkan bahwa sesudah
seseorang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah ia bersabar.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Sebagai warga negara kita harus senantiasa melakukan kewajiban dan mematuhi
aturan-aturan dalam hidup bernegara. Selain mendapatkan hak-hak dalam
berpendapat maupun demokrasi, sebagai warga negara yang baik harus pula selalu
melindungi negaranya. Dalam kehidupan bernegara, seorang warga negara tentunya
harus juga mengikuti pemimpinnya selama pemimpin itu masih mentaati perintah
Allah. Dalam pelaksanaannya bisa dilakukan dengan cara melakukan musyawarah,
bersikap adil, dan bersikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Dalam menegakkan akhlak bagi warga Negara perlu pula ditumbuhkan sikap
menghormati pemimpinnya, menumbuhkan sikap kritis yang membangun pada
negaranya, serta harus selalu siap melindngi negaranya meskipun dengan taruhan
nyawa. Hal inilah yang akan menumbuhkan akhlaq bernegara yang baik bagi seorang
warga negara.

Kehidupan bernegara dapat berjalan dengan baik apabila warga Negara dan
pemimpinnya mempunyai hubungan yang baik pula. Oleh karena itu, penerapan
musyawarah bisa menjadi jalan yang tepat untuk mengambil suatu keputusan
bersama. Warga Negara yang baik juga merupakan warga yang selalu berusaha untuk
menegakkan keadilan, baik bagi dirinya pribadi maupun orang lain. Suatu negara juga
harus menumbuhkan sikap amar ma’ruf nahi munkar agar selalu dalam lindungan
Allah SWT dan negara tersebut bisa mendapat rahmat-Nya.

B. Saran
Sebagai umat muslim, kita perlu mengetahui akhlak sebagai warga Negara, karena hal
ini merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan hidup bernegara. Hal ini juga
merupakan upaya guna meningkatkan pengetahuan kita tentang hidup bernegara agar
bisa menjadi warga Negara yang baik dan taat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2017. “Akhlak Bernegara” (online),


(https://statisticdatasience.blogspot.com/2017/11/akhlak-bernegara.html, diakses 15 Mei
2020).
Intan. ”Akhlak Al-Mahmudah dan Akhlak Al-Mazmumah” (online),
(https://www.scribd.com/doc/215834768/Akhlak-Mahmudah-Dan-Akhlak-Mazmumah,
diakses 19 Mei 2020).
Kholik Abdul. “Akhlak Mahmudah dan Mazmumah” (online)
(https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/MIN2PLG/khjl1336666539.pdf, diakses
20 Mei 2020).
Anonymous. “Akhlak Bernegara” (online)
(http://eprints.umm.ac.id/38359/3/BAB%20II.pdf, diakses 20 Mei 2020)
Syamhudi Kholid. 2020. “Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menurut Hukum Islam” (online),
(https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html, diakses
15 Mei2020).

10

Anda mungkin juga menyukai