Anda di halaman 1dari 4

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL UNTUK MENDAPATKAN

OPTIMALISASI PEMAKAIAN MESIN PENGGERAK KAPAL DAN BALING –


BALING SEBAGAI ALAT PENDORONG KAPAL

Hartono Yudo
Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Engine Maching Propeller adalah untuk mendapatkan keselarasan kerja mesin penggerak kapal dan baling-
baling untuk mencapai efisiensi kerja dan laju kapal yang diperlukan dalam operasionalnya, dengan
mendapatkan keselarasan kerja mesin dan baling-baling diharapkan akan menekan biaya operasional

Key words : Mesin, baling-baling, efisiensi.

laut Indonesia adalah sebesar 6.167.940 ton


1. Latar Belakang Masalah
per tahun (Sugeng 2001).
Sebagaimana telah kita ketahui
Produksi perikanan laut di Indonesia
Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang
sampai saat ini didominasi oleh hasil
terbesar di dunia dan dewasa ini
tangkapan nelayan berskala kecil (artisanal
perkembangan hasil produksinya baik migas
fisheries), yang memiliki ciri-ciri; (1) Alat
maupun non migas bergerak dengan cepat.
tangkap sederhana, (2) Ukuran perahu dan
Sebagai negara yang sedang
mesin tidak terlalu besar, (3) Jangkauan
berkembang, Indonesia telah dapat
operasi di sekitar pantai. Demikian
menunjukkan kemampuannya dimana kita
juga produksi perikanan di Jawa Tengah
telah memiliki dan biasa mengelola
sebagian besar berasal dari usaha penangkapan
perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi
ikan para nelayan tradisional yaitu besarnya
dengan teknologi tinggi baik milik pemerintah
mencapai 335.889 ton (82 % dari total
maupun swasta nasional. Dalam bidang
produksi daerah). Sedangkan dari usaha
maritim kita telah memiliki galangan kapal
penangkapan ikan tersebut kapal adalah salah
yang berkemampuan membangun kapal tanker,
satu faktor yang terpenting diantara peralatan
kapal barang, kapal tunda, kapal keruk dan
lainnya dan merupakan suatu investasi yang
kapal-kapal kusus lainnya serta peralatan untuk
cukup besar ( BPPI 1985).
tambang lepas pantai.
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil
Namun dibalik kemampuan dan
tangkapan ikan di Jawa Tengah masih relatif
kemajuan teknologi, masih banyak pula
kecil bila dibandingkan dengan potensi
terdapat bagian dari kehidupan negara
perikanan laut yang ada. Beberapa kendala
maritime ini yang masih belum menerapkan
yang menyebabkan potensi tersebut tidak dapat
ilmu teknologi dengan baik, misalnya untuk
dieksploitasi secara maksimal, adalah :
kapal-kapal nelayan.
1. Sumber Daya Manusia yang relatif
Berdasarkan hasil evaluasi data dan
rendah.
informasi yang ada potensi kelautan yang
2. Alat tangkap yang kurang memadai.
dimiliki oleh Indonesia sangat besar dan
3. Kapal tidak dapat beroperasi secara
beragam, yaitu 17.508 pulau dengan garis
optimal.
pantai 81.000 km dan luas laut 5,8 juta km2
4. Kondisi cuaca dan gelombang yang
atau sebesar 70% dari luas total wilayah
buruk.
Indonesia. Potensi tersebut tercermin dari
Peningkatan produksi perikanan laut tidak
besarnya keanekaragaman hayati, potensi
terlepas dari sarana dan prasarana
budidaya perikanan pantai dan laut dan
pendukungnya. Kapal dengan alat tangkapnya
pariwisata bahari. Komisi Nasional Pengkajian
yang merupakan sarana untuk menangkap ikan
Sumber Daya Perikanan Laut melaporkan
harus dapat beroperasi secara optimal, untuk
bahwa potensi lestari sumber daya perikanan
memperoleh hasil tangkapan sesuai dengan

KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 15


yang diharapkan. Dalam beroperasi kapal Efisiensi propulsi P terdiri dari beberapa
membutuhkan mesin pendorong dan baling- variabel sebagai berikut :
baling. Pada kapal nelayan factor pemilihan P R.v S R.v S
mesin penggerak dan baling-baling masih P = E  
PD Q.ω M D .n.2π
belum diperhatikan. Sebenarnya, dengan
pemilihan mesin penggerak dan baling-baling = (R.vs / T.vA) (T.vA / Q. ) (Q / MD)
yang benar akan mendapatkan efesiensi kerja 1 t
= .η O .η R
motor yang baik, dan kecepatan laju kapal 1 w
yang diinginkan. P = H.O.R
 = kecepatan angular poros propeller [s-1] =
2.n
2. Sistem Propulsi Kapal n = jumlah putaran propeller per detik [s-1]
Hal yang sangat penting dalam desain vA = kecepatan advance [ms-1], berhubungan
system propulsi kapal, yaitu matching yang antara kecepatan kapal vs dengan wake
tepat antara prime mover (diesel engine, gas fraction w ; vA = (1-w) vs
turbine, steam turbin), propeller dari kapal. w = wake fraction
Penyelesaian matching tidak hanya dilihat dari T = thrust propeller [N] dalam kondisi open
sudut pandang engine atau propeller saja, water, hubungan antara tahanan kapal dan
tetapi keduanya merupakan masalah yang thrust deduction factor t ; R = (1-t) T
terintegasi. Dalam gambar 1 diberikan suatu t = thrust deduction factor
definisi dari variabel-variabel dalam hal O = efisiensi propeller dalam open water
power, torsi, dan kecepatan Q = torsi propeller [N.m] dalam kondisi open
water.
PPT MD = torsi yang diberikan pada propeller
[Nm] oleh system permesinan, ini
O
berhubungan dengan torsi propeller open
Propeller
PTO water Q ; Q = R MD
M/E R = efisiensi relatif rotatif
H = efisiensi hull = (1-t) / (1-w)
Gear Box

PS = shaft power [W], power pada flange


yang keluar dari system gear , dan
M/E merupakan input pada poros/shaftline.
Hubungan PD dan PS disebut efisiensi
poros pada shaft ; PD = shaft.PS
PE PD PS PB shaft = efisiensi poros, termasuk didalamnya
vS MD MS MB efisiensi thrust block.
n n ne PB = brake power, keluar dari prime mover
[W]
Gambar 1. Variabel yang terkait dalam persoalan ne = kecepatan putar engine (prime mover),
matching [s-1]
i = gear ratip ; i = n/ne
yang sering digunakan dalam penyelesaian PPTO = power take off, power yang terpakai
matching antara lain : oleh permesinan bantu (seperti
PE = effective power [W], adalah tahanan generator) yang dihubungkan dengan
kapal, R[N] pada kecepatan kapal vS system gear atau secara langsung dari
[ms-1] engine.
PE = R.vs Hubungan antara PB, PS dan PPTO adalah ; Ps
PD = delivered power [W], power yang = gear.(PB-PPTO)
diberikan pada propeller dari system gear = efisiensi gear, termasuk didalamnya
permesinan. Hubungan antara PE dan PD efisiensi thrust block dan efisiensi
dinyatakan dengan koefisien propulsif coupling.
(propulsion eficiency) P ;
PE = P.PD

KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 16


3. Tahanan Kapal dan Beban Propeller Perpotongan kurva tahanan kapal dengan KT
Karakteristik beban propeller suatu propeller merupakan titik operasional
kapal merupakan hubungan antara tahanan dan propeller.
kecepatan kapal. Dalam gambar 2 tertera KT = thrust coefficient = T
hubungan antara besar tahanan kapal terhadap n 2 D 4
kecepatan kapal (Vs). Q
KQ = toque coefficient =
n 2 D 5
J = advance coefficient = vA
3 nD
dimana :
 = massa jenis air [kg.m-3] D =
1 diameter propeller [m]
SQUARE
CURVE 2
T.v A K .J
RESISTANCE CURVE ηO   T
WITH HIGHER POWER Q.ω K Q .2π

Vs

Gambar 2. Kurva tahanan – kecepatan 5. Beban propeller-torsi-power dan


kecepatan.
keterangan gambar : Dengan diperolehnya titik operasional
(1) kurva hubungan kuadrat dengan Fn = 0,1- propeller dari diagram open water,
0,2 karakteristik beban propeller dapat dengan
(2) kapal kecepatan tinggi mudah ditemukan, dengan menggunakan KQ.
(3) type planning craft, swath ship Karakteristik beban propeller mempunyai
Hal ini benar hanya untuk kecepatan bentuk seperti gambar 4. Untuk tiap pitch rasio
kapal yang relatif rendah dengan froud number (H/D), hubungan antara PD,L dan n dapat
(Fn = 0,1 - 0,2) (Herald Poehls ; 1994) dan diketahui. Dalam gambar 4 juga menunjukkan
juga banyak tergantung pada bentuk hull. garis kecepatan konstan kapal (Vs). Efisiensi
Untuk kecepatan kapal yang tinggi, hambatan maximum, dapat diperoleh untuk setiap
kapal bukan lagi hubungan kuadrat kecepatan kecepatan pada pitch rasio yang sama. Dengan
atau dengan pangkat lebih dari dua. demikian akan jelas pada pitch setting mana
yang optimal untuk kecepatan tertentu, dengan
mempertimbangkan power yang minimum.
4. Diagram open water propeller
Diagram open water propeller menggambarkan PD,L 1,2 1,0
hubungan tanpa dimensi antara torsi dan thrust 0,8
sebagai fungsi dari kecepatan. Dalam gambar 3
menunjukkan diagram untuk fixed pitch VS=1, 0,6
propeller dengan koefisien sebagai berikut : 0
KT
KQ VS=0,
O 8
O
VS=0,
KQ 7
KT

SHIP’S n
RESISTANCE
Gambar 4. Kurva beban propeller sebagai fungsi
kecepatan propeller pada pitch seting yang beda
J
Gambar 3. Diagram open water untuk fpp dan tahanan
kapal.

KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 17


Bilamana diinginkan konsumsi bahan bakar
yang minimum, setting pitch yang optimal
sedikit berbeda dengan pitch pada PD,L yang
minimal. Dalam hal ini harus
mempertimbangkan konsumsi bahan bakar
spesifik dari engine. Perkalian konsumsi bahan
bakar spesifik dengan PD,L menunjukkan
konsumsi bahan bakar, dimana apabila
konsumsi ini minimum, akan lebih baik
dibandingkan dengan PD,L yang minimum.

6. Kesimpulan
Dalam penulisan Jurnal kapal ini dapat
disimpulkan bahwa :
Didalam perencanaan kecepatan kapal yang
diinginkan sangat dipengaruhi oleh bentuk
badan kapal yang akan menimbulkan
hambatan kapal, daya mesin pengerak, dan
baling-baling sebagai alat pendorong

Daftar Pustaka
1. Harvald “ Tahanan dan Propulsi Kapal

2. Budiharsono, S., 1987, Pembangunan
Wilayah Pesisir Dan Lautan, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
3. Harrington,R,L, 1992, Marine
Engineering, USAPergamon Press,
London.

4. Tasrun Sjahrun., 1988, Membangun


Kapal Ikan Secara Praktis, Penerbit
Ikhwan ,Jakarta.

KAPAL, Vol. 4, No.1, Februari 2007 18

Anda mungkin juga menyukai