Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jalu Nur Pangestu

Nim : CG191110338

Kelas : 203

Matkul : Kepemimpinan

Dosen : Dr.Ir.Salim Al Bakry,MBA

REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN

Sebab, pemimpin itu setiap saat akan dikonfrontasikan dengan peristiwa-peristiwa baru yang belum
dikenal sebelumnya dan tidak pasti. Pemimpin harus bisa menerjemahkan atau menjabarkan ide-
ide, konsep dan policy organisasi dalam bahasa-aksi, yaitu dalam bentuk perintah, komando dan
instruksi-instruksi yang jelas, sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oleh segenap anggota
kelompoknya. Namun sebaliknya, oleh tangan pemimpin pula bisa disebarkan kesengsaraan dan
penderitaan, apabila kekuasaanya dilaksanakan dengan sewenangwenang; sehingga dia patut
dijuluki dengan "noire bête" atau "si bintang hitam" yang buas kejam. Seni kepemimpinan juga
mencakup keseimbangan antara pelaksanaan tugas-tugas rutin (kontinuitas dari sistem kerja yang
konvensional) dengan kegiatan-kegiatan inovatif dan kreatif dalam wujud penerapan sistem kerja
baru, perbaikan, dan revisi.

Dalam kemahiran pengambilan keputusan tercakup keterampilan mengadakan seleksi, dan


mengambil keputusan yang tepat dari sekian banyak alternatif. Sehubungan dengan semua itu,
unsur pertentangan dan oposisi menjadi condito sine-qua non (persyaratan yang tidak dapat
ditiadakan) dalam masyarakat modern, melalui konflik-konflik interorganisasi dan antarorganisasi
yang harus dapat diselesaikan lewat manajemen konflik oleh pemimpin. Jadi, kewibawaan (dalam
Bahasa Jawa-nya "prabawa", berarti kelebihan, keunggulan keutamaan, dengan mana seseorang
mampu "hambawani" atau mengatur, membawa, memimpin, dan memerintah orang lain. Dalam hal
ini, pemimpin yang memiliki kewibawaan itu mempunyai beberapa kelebihan, sehingga dia kuasa
Hal. Jelaslah kini bahwa seorang pemimpin dengan kepemimpinannya itu mampu memengaruhi,
mengubah, dan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Pendekatan "orang besar" menyatakan adanya kemampuan yang luar biasa dari
seorang pemimpin, sehingga dengan segenap kualitas unggulnya dia dapat membawa para
pengikut kepada sasaran yang ingin dicapai.

Selanjutnya, pendekatan situasional menyatakan, bahwa sifat-sifat pribadi pemimpin itu bukan
satusatunya hal yang paling menentukan derajat dan kualitas pemimpin, melainkan situasi dan
lingkunganlah merupakan faktor penentunya. Maka, mungkin terjadi, bahwa seorang pemimpin yang
efisien pada saat sekarang ini, belum tentu mampu menjabat tugas kepemimpinan pada saat lain
dengan kondisi-kondisi yang berbeda. Dia akan rela menyerahkan kepemimpinan "ke luar dari
daerah paya dan hutan" kepada seorang yang terbiasa hidup di daerah sedemikian itu. Keadaan
darurat dan kondisi lingkungan dapat mendorong seseorang-siapapun juga-untuk menjadi
pemimpin, karena dia mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menanggapi
tantangan situasinya.
Apabila organisasi ada dalam keadaan kritis menghadapi ancaman bahaya, maka biasanya secara
spontan akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi kemelut, yang sehari-harinya
justru berfungsi sebagai anggota biasa.

Anda mungkin juga menyukai