Anda di halaman 1dari 36

PENATALAKSANAAN KONDISI AKUT

DALAM PRAKTEK DOKTER GIGI


David B. Kamadjaja
KONDISI AKUT DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

• Kondisi akut adalah setiap gangguan yang muncul mendadak, tanpa


gejala sebelumnya, menimbulkan morbiditas dan pada beberapa
kasus dapat menyebabkan kondisi yang fatal.
• Menurut UK guidelines and standards for dentistry kondisi akut
meliputi:
1. Nyeri
2. Trismus
3. Perdarahan
4. Pembengkakan

2
1. NYERI AKUT
• Nyeri akut pada regio orofasial secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua yaitu nyeri somatik dan neuropatik
• Nyeri somatik:
• nyeri yang timbul akibat rangsangan mediator inflamasi pada reseptor nyeri
(nociceptor) serat saraf sensorik
• superfisial (oral mukosa), visceral (pulpa), musculoskeletal (periodontal, TMJ)
• Nyeri neuropatik
• Nyeri yang disebabkan karena abnormalitas struktural pada sistim saraf
sensorik (contoh; neuralgia)

3
NYERI SOMATIK AKUT PASCA PERAWATAN DENTAL - LUKA
IATROGENIK PASCA PERAWATAN DENGAN ANESTESI LOKAL

Ulkus pada mukosa buccal dan gingiva Ulkus nekrosis Luka bakar pada bibir
lingual akibat trauma gesekan dengan pasca injeksi cairan akibat panas dari
kaca mulut anestesi lokal handpiece
Hal-hal tersebut di atas seharusnya bisa dicegah. Contoh: mencegah permukaan mukosa yang kering
bergesekan dengan instrumen, tingkatkan kewaspadaan bila perawatan menggunakan anestesi lokal
4
NYERI IRITASI pada mukosa alveolaris akibat
REMODELLING tulang alveolar pasca ekstraksi gigi
• Nyeri yang timbul mendadak beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah ekstraksi gigi
• Eksostosis asimptomatik, setelah ekstraksi gigi dapat terasa
nyeri iritasi akibat remodelling tulang alveolaris pasca
ekstraksi

Ulkus pada mukosa


gingiva lingual
akibat resorbsi
tulang alveol pasca
ekstraksi gigi molar
Terapinya dengan alveoloplasti. Sebaiknya eksostosis letak rendah bawah
dieliminasi (alveoloplasty) pada saat ekstraksi gigi 5
NYERI AKUT PADA GIGI NON-VITAL

• Nyeri pada gigi yang kuat, gigi terasa


menonjol dan sakit bila tersentuh atau
mengatupkan gigi-gigi
• Sering munculnya beberapa saat atau jam
atau satu hari setelah penumpatan gigi
dengan karies dalam
• Sering dianggap oleh pasien telah terjadi
kelalaian dokter gigi di dalam
penumpatan (tumpatan yg bocor)

6
NYERI AKUT PADA GIGI NON-VITAL
• Pemeriksaan klinis
• Gigi dengan tumpatan komposit yg besar dan dalam
keadaan baik,
• tes perkusi nyeri (++), bite test (+++)
• Radiologis: pelebaran periodontal space atau
radiolusen berbatas tidak jelas pada periapikal
gigi
Terapi KGD:
1. Open bur untuk membuka atap pulpa, bila perlu dilakukan over-
instrumentasi dengan K-file, untuk drainase gas gangrene dan pus via
saluran akar
2. Occlusal grinding untuk mengeliminasi kontak prematur

7
NYERI NEUROPATIK - TRIGEMINAL NEURALGIA
(nervus cranialis ke-5)

Nyeri pada wajah satu sisi, seperti sengatan listrik yang tiba-tiba muncul dan
tiba-tiba hilang, dapat dipicu oleh sentuhan, terjadi pada salah satu dari
distribusi nervus trigeminus (divisi 1 ophthalmicus, divisi 2 maxillaris, divisi 3
mandibularis), karakteristik: nyeri tidak hilang dengan analgesic (NSAID) 8
Trigeminal neuralgia
Diagnostik dan terapi

• Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan dapat dikonfirmasi


dengan pemberian obat analgesik (acetaminophen, NSAID)
• bila nyeri hilang  nyeri somatik
• bila nyeri menetap  nyeri neuropatik (neuralgia)
• Terapi dengan obat anti-konvulsif Carbamazepine
• Carbamazepin tidak memiliki efek analgesik, yang digunakan adalah
efek memperlambat pengiriman impuls saraf termasuk impuls nyeri
• Bila terkonfirmasi neuralgia segera dirujuk ke dokter spesialis saraf
• Indikasi operasi (microvascular decompression) bila terapi obat tidak
efektif
9
Glossopharyngeal neuralgia (nervus cranialis ke-9)
• Neuralgia pada nervus glossopharyng (nervus sensorik
pada 1/3 posterior lidah dan mukosa faring)
• Nyeri pada daerah faring, menjalar ke telinga dan tonsil
• Nyeri dipicu oleh aktifitas menguap (membuka mulut
lebar) sehingga sering diduga sebagai nyeri pada otot
pengunyahan
• Nyeri juga dipicu oleh proses menelan makanan (gerakan
lidah) sehingga diduga karena ulkus pada daerah faring
• Tes dengan obat analgesik dapat mengkonfirmasi
diagnosis neuralgia
• Terapi medikamentosa dengan carbamazepin

10
2. TRISMUS AKUT
• Trismus adalah ketidakmampuan
untuk membuka mulut secara
normal
• Sering terjadi secara perlahan
tetapi bisa juga terjadi secara
mendadak (akut)
• Trismus akut disebabkan karena:
• Gangguan fungsi TMJ
• Gangguan fungsi otot-otot
mastikasi
11
TRISMUS AKUT – CLOSED LOCK

• Penyebab utama adalah gangguan TMJ -


disc displacement without reduction,
secara klinis disebut dengan closed lock
• perubahan bentuk dan posisi dari discus
articularis sehingga discus menahan
pergerakan kondilus saat membuka mulut
(hanya terjadi gerakan rotasi tetapi tidak
terjadi gerakan translasi)
• Terapi: mengistirahatkan fungsi TMJ pada
sisi yang terlibat, tidak memaksa membuka
mulut lebar, analgesik (NSAID) bila ada nyeri

12
Terapi farmakologi pada nyeri muskuloskeletal

• Obat analgesik / anti-inflamasi


NSAID Mechanism Of Action gol. NSAIDS merupakan drug of
choice pada nyeri dan inflamasi
Enzim COX-1 mengkatalisa produksi
prostaglandin yg berfungsi muskuloskeletal derajat ringan
melindungi integritas mukosa GIT.
Enzim COX-2 menginduksi sampai sedang
pembentukan prostaglandin yg
menyebabkan nyeri dan keradangan • Pilih obat analgesik dan anti-
inflamasi yg mempunyai efek daya
hambat terhadap enzim COX-2
lebih tinggi dari pada terhadap
COX-1
TERAPI FARMAKOLOGI PADA NYERI MUSKULOSKELETAL

• Obat NSAIDs golongan COX-2


selective inhibitor mencegah efek
samping pada mukosa lambung,
tetapi COX-2 selective inhibitor
memiliki efek samping pada sistim
kardiovaskuler (thrombosis) pada
pemakaian jangka panjang
• Oleh karena itu, NSAIDs golongan
COX-2 preferential inhibitor
(contoh: potassium diclofenac)
bisa menjadi pilihan pada nyeri
musculoskeletal regio oral dan
maksilofasial

Reference: Ong and De Felice, 2018


TRISMUS AKUT karena perluasan INFEKSI pada
OTOT MASTIKASI
• Trismus akut disebabkan karena
spasme otot pengunyahan
• Spasme diakibatkan oleh abses pada
• pterygomandibular space (insersi m.
pterygoideus medialis)
• submasseteric space (insersi m. masseter)
• Penyebab tersering adalah penyebaran
perikoronitis supuratif akut gigi M3
rahang bawah yang erupsi sebagian

15
Pterygomandibular space abscess

• Diagnosis abses pterygomandibular space tidak


mudah dibandingkan submasseteric abscess
• Anamnesis: trismus tiba-tiba, gusi belakang
bawah bengkak dan sakit merupakan beberapa
gejala yang khas
• Klinis: jarang disertai pembengkakan ekstra oral,
pembengkakan pada perikorona(+) tapi sulit
dievaluasi secara langsung karena trismus
Terapi:
• Antibiotik
• Muscle relaxant (diazepam, midazolam)
• TMJ Range of motion exercise (latihan buka tutup mulut)

16
TRISMUS setelah prosedur ANESTESI LOKAL
• Trismus mendadak bisa terjadi pasca ekstraksi gigi posterior rahang bawah, sering
terjadi 1-2 hari setelah pencabutan gigi, sehingga mempersulit diagnosis
• Trismus terjadi karena insersi jarum yang berulang pada teknik mandibular block
• Trismus disebabkan karena spasme otot
musculus pterygoideus medialis yang
mengalami cedera pada teknik inferior alveolar
nerve block, terutama pada teknik direct

Terapi:
• Antibiotik
• Muscle relaxant (diazepam, midazolam)
• TMJ Range of motion exercise (latihan buka tutup
mulut
17
TRISMUS MUSKULER AKUT tidak sama dengan
GANGGUAN PEMBUKAAN MULUT
Limited mouth opening (= muscle
Trismus (= muscle spasm) guarding)
• Spasme (kontraksi involuntary) suatu • Spasme otot ringan untuk meminimalkan
gerakan pada area yang mengalami
otot skeletal keradangan (misalnya: keradangan pasca
odontektomi)
• Timbul mendadak
• Respon terhadap adanya jejas (protective
• Biasanya disebabkan karena infeksi mechanism), misalnya Protective co-
contraction setelah membuka mulut
• Bukaan mulut tidak bertambah terlalu lebar dan lama
dengan forceful mouth opening • forceful mouth opening bisa menambah
bukaan mulut
• Biasanya disertai nyeri
• Tidak ada nyeri

18
3. PERDARAHAN AKUT

A. Perdarahan saat tindakan ekstraksi gigi / bedah mulut


B. Perdarahan pasca tindakan ekstraksi gigi / bedah mulut
C. Perdarahan spontan pada intra-oral

19
PERDARAHAN AKUT SAAT TINDAKAN PEMBEDAHAN
• Secara garis besar dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik
• Faktor lokal:
• Cedera pada arteri/vena di dalam canalis mandibularis, arteri/vena lingualis,
luka jaringan lunak yang tidak terjahit
• Adanya malformasi pembuluh darah (arterio-venous malformation/AVM) di
dalam tulang alveolaris
• Faktor sistemik: gangguan hemostasis
• Penurunan jumlah trombosit (Immune Trombocytopenia /ITP), anemia
aplastik, leukemia)
• Defisiensi faktor koagulasi (cirrhosis hepatis pada hepatitis C kronis)

20
PROSES pembentukan BLOOD CLOT
(peran PLATELET dan FIBRIN)

21
Perawatan pada Perdarahan Akut saat/pasca
tindakan bedah mulut
• Bersihkan luka dari blood clot secara manual atau dengan suction
apparatus untuk mencari sumber perdarahan
• Tekan sumber perdarahan dengan kasa yang dibasahi PZ steril (jangan
tergesa-gesa dilepas)
• Masukkan hemostatic sponge ke dalam soket gigi, tekan soket sampai
beberapa menit sampai perembesan berhenti
• Jahit mukosa dengan jahitan matras atau figure of eight
• Gigi tampon selama 30 menit
• Rujuk ke UGD RS untuk injeksi vitamin K atau asam transeksamat 500
mg (anti fibrinolitik)

22
Jenis jahitan pada luka bekas pencabutan gigi
• Simple interrupted moderate
hemostatic seal
• Matrass suture tight seal
• Figure of eight suture  mensupport
hemostatic dressing

23
PERDARAHAN SPONTAN PADA GINGIVA
• Perdarahan spontan pada gingiva yang difus dan sulit berhenti
• Penyebab utama adalah gangguan fisiologi pembekuan darah
• Penurunan jumlah trombosit/platelet (trombositopenia < 50.000 sel/mL) pada ITP (Immune
thrombocytopenia), leukemia akut dan kronis, atau anemia aplastik
• Anemia aplastik dan leukemia: anemia, lekopenia, trombositopenia  manifestasi klinis:
pucat, lemah, demam, perdarahan spontan
• Segera rujuk ke UGD

Perdarahan gingiva spontan Perdarahan gingiva spontan Perdarahan spontan gingiva


pada leukemia akut pada ITP pd anemia aplastik 24
4. PEMBENGKAKAN AKUT REGIO OROFASIAL
• Pembengkakan akut pada daerah oral dan wajah yang terjadi secara
mendadak
• Penyebab:
A. Infeksi odontogen (periostitis, selulitis)
B. Infeksi non-odontogen (parotitis, sialadenitis)
C. Hematoma (perdarahan di dalam jaringan)
D. Emfisema subkutis

25
PEMBENGKAKAN AKUT PADA PERIOSTITIS
• Pembengkakan mendadak pada wajah atau rahang, nyeri, disertai febris, bengkak
tidak berbatas jelas, kemerahan, palpasi padat kenyal
• Merupakan edema pada jaringan lunak wajah atau rahang ketika pus dari apikal
gigi non-vital telah menembus korteks tulang alveolar dan terakumulasi di bawah
periosteum
• Rasa nyeri menurun ketika periosteum ruptur dan pus terakumulasi di bawah
submukosa atau ke dalam fascial space yang terlibat

26
PEMBENGKAKAN AKUT PADA PERIOSTITIS - TERAPI
• Pada fase periostitis, maksimal sampai 3 hari, pus belum menembus
periosteum sehingga insisi dan drainase belum bisa dilakukan
• Tindakan yang diperlukan adalah drainase gas dan pus melalui open bur
(pembukaan atap pulpa) dan ekstirpasi pulpa nekrotik pada gigi penyebab
• Insisi dan drainase pus dilakukan bila telah terdapat pembengkakan dengan
fluktuasi pada vestibulum oris

27
PEMBENGKAKAN AKUT PADA
SELULITIS OROFACIAL
• Selulitis adalah penyebaran infeksi ke dalam spasia jaringan
ikat wajah.
• pembengkakan pada wajah dan leher secara mendadak dan
meluas dalam waktu singkat
• Sering disebabkan karena perluasan infeksi dari gigi non-vital
• Sering dikaitkan dengan immune-compromise (DM tidak
terkontrol, malnutrisi)
• Resiko terjadinya obstruksi jalan napas bila terjadi pada dasar
mulut (phlegmon dasar mulut)
• Rujukan ke drg. Sp.BM
• Terapi: antibiotik intravena, perbaikan kondisi umum, setelah
terbentuk abses dapat dilakukan insisi dan drainase

28
PEMBENGKAKAN AKUT PADA SELULITIS NON-
ODONTOGEN
• Selulitis facial bisa juga disebabkan
karena infeksi non-odontogen,
misalnya infeksi kulit akibat abrasi,
mikrotrauma atau gigitan serangga.
• Disebabkan karena infeksi bakteri
staphylococcus aureus (flora normal
kulit) dan streptococcus
• rujuk ke drg. Spesialis BMM
• terapi dengan antibiotik: cloxacillin,
amoksisilin-asam klavulanat,
sefalosporin generasi satu (cefadroksil)
29
PEMBENGKAKAN AKUT PADA PAROTITIS
• Pembengkakan difus kemerahan yang timbul
mendadak pada daerah angulus mandibula
dengan pengangkatan cuping telinga
• Paling sering disebabkan karena parotitis viral
(mumps, gondong) terutama pada anak
• Pada umumnya bilateral tapi sering didahului
dengan pembengkakan unilateral terlebih
dahulu sehingga dapat membingungkan
penegakan diagnosis
• Pasien dirujuk ke dokter spesialis anak /
penyakit dalam

30
PEMBENGKAKAN AKUT PADA SIALADENITIS
SUBMANDIBULARIS
• Pembengkakan mendadak pada regio submandibular unilateral
• Ada riwayat sakit di daerah tersebut saat makan, tapi tidak ada
riwayat sakit gigi

Sialadenitis supuratif (infeksi


bernanah) pada kelenjar saliva
submandibularis sebagai akibat
adanya pembuntuan saluran
(ductus) kelenjar karena
terbentuknya batu atau
sialolithiasis
31
PEMBENGKAKAN AKUT PASCA
INJEKSI ANESTESI LOKAL
• Pembengkakan mendadak terjadi karena hematoma akibat
terkoyaknya vena saat dilakukan insersi jarum injeksi anestesi
lokal
• Paling sering terjadi pada injeksi anestesi lokal teknik field
block atau posterior superior alveolar nerve block yang terlalu
ke buccal pada ekstraksi gigi molar atas (perdarahan di bawah
jaringan yang berasal dari plexus venous pterygoideus)
• Hentikan perawatan, kompres es pada pipi selama 10-15
menit, antibiotik, analgesik, perawatan dijadwal ulang
• Hematoma yang tidak diterapi dapat berkembang menjadi
abses
32
CASE OF INFECTED HEMATOMA FOLLOWING LA INJECTION

An 8-year-old boy was given local anesthetic injection by his dentist with the intention of the right maxillary deciduous canine
extraction. An immediate swelling of the right cheek was observed (A). The boy was, subsequently, transferred to the local
emergency unit of Health center with a suspected allergic reaction. Four days after the initial anesthetic application an acute
bacterial infection ensued. An intraoral incision and drainage managed to evacuate some sanguine-purulent fluid. Antibiotic
therapy was prescribed (clavulanic acid + amoxicillin, 10mL twice daily).After that, the swelling started to regress slowly and
the hematoma diminished (B). Eight days after the incident, a discrete swelling and a visible outline of the regressing
hematoma which was expanding from the infraorbital to the jugular region (C). A complete resolution of hematoma was
observed two weeks after the incidence and no further therapy was needed. (D)

(A) Day-1 (B) Day-5 (C) Day-8 (D) Day-14


PEMBENGKAKAN AKUT KARENA EMFISEMA
SUBKUTIS
• Masuknya atau terdorongnya udara ke dalam jaringan di bawah kulit
yang muncul mendadak saat atau setelah tindakan yang menggunakan
bur dengan tekanan udara (misalnya high-speed bur)
• Secara klinis tampak sebagai pembengkakan difus pada wajah
dan/atau leher, warna normal, pada palpasi teraba krepitasi (crepitus)
• Udara bisa masuk melalui saluran akar yang terbuka, flap pada
ekstraksi atau odontektomi
• Untuk pencegahan sebaiknya dihindarkan pemakaian high-speed bur
untuk operasi dentoalveolar, bila memang diperlukan sebaiknya high-
speed bur digunakan sebelum pembuatan flap
• Berikan antibiotik sebagai tindakan preventif
• Pasien diedukasi bahwa pada umumnya tidak berbahaya karena
gelembung udara akan diserap secara bertahap.
• Rujuk ke drg. Sp.BMM untuk follow-up
34
KESIMPULAN
• Perawatan dental yang invasif memiliki resiko menyebabkan kondisi
akut yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan dan
komplikasi yang serius baik lokal maupun sistemik
• Dokter gigi diharapkan mampu mengenali kondisi akut yang terjadi
sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya
dan dapat melakukan rujukan secara tepat dan benar apabila
diperlukan
• Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter gigi dan spesialis
bedah mulut dan maksilofasial di dalam menangani kasus-kasus
kondisi akut yang memerlukan rujukan

35
Terima kasih atas perhatiannya …….

Anda mungkin juga menyukai