Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL SKRIPSI

RANCANG BANGUN ANTENA IMPLAN PADA ALAT PACU


JANTUNG TANPA KABEL DENGAN FREKUENSI MICS
BAND

Oleh :

NAFISYAH APRIANI
1707111439

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “Rancang Bangun Antena Implan pada Alat
Pacu Jantung Tanpa Kabel dengan Frekuensi MICS Band”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NAFISYAH APRIANI
NIM 1707111439

Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Dr. Yusnita Rahayu, ST., MT. Teguh Praludi, MT.


NIP.19780715 200312 1 006 NIP. 19740727 200312 1 007

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Elektro S1
Fakultas Teknik Universitas Riau

Feranita, ST., MT.


NIP. 19730201 200501 2 002

ii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
OUTLINE PROPOSAL ................................................................................ 1
A. Judul Penelitian ......................................................................................... 1
B. Bidang Ilmu .............................................................................................. 1
C. Latar Belakang .......................................................................................... 1
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
E. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
F. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
G. Luaran yang Diharapkan ........................................................................... 4
H. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5
I. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5
J. Landasan Teori .......................................................................................... 9
J.1 Antena Mikrostrip.................................................................................. 9
J.2 Parameter Antena Mikrostrip ................................................................ 11
J.3 Teknik Pencatuan Antena Mikrostrip .................................................... 16
J.4 CST STUDIO SUITE 2019 ................................................................... 17
J.5 Medical Implantable Communication System (MICS) ......................... 17
J.6 Teknik Miniaturisasi .............................................................................. 18
J.7 Biokompatibilitas dan Biomaterial ........................................................ 19
J.8 Human Tissues Model atau phantom .................................................... 20
J.9 Aplikasi antena Mikrostrip .................................................................... 20
K. Metode Penelitian ..................................................................................... 21
L. Analisa Sementara .................................................................................... 24
M. Kesimpulan ............................................................................................... 42
N. Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 42
O. Rancangan Biaya ...................................................................................... 43

iii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR TABEL

vi
OUTLINE PROPOSAL

A. Judul Penelitian
Rancang Bangun Antena Implan pada Alat Pacu Jantung Tanpa Kabel dengan
Frekuensi MICS Band.

B. Bidang Ilmu
Telekomunikasi

C. Latar Belakang
Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2019,
terdapat 10 penyebab kematian teratas dapat menyumbang 55% dari 55,4 juta
kematian di seluruh dunia. Penyakit jantung adalah pembunuh terbesar di dunia,
yang menyebabkan sekitar 9.4 juta kematian pada 2016, terdapat 16% kematian
disebabkan oleh penyakit jantung. Sejak tahun 2000, peningkatan kematian terbesar
adalah karena penyakit ini, meningkat lebih dari 2 juta menjadi 8,9 juta kematian
pada tahun 2019. Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian secara
global dalam 15 tahun terakhir. (WHO, 2018)
Di Indonesia penyakit jantung cenderung meningkat sebagai penyebab
kematian. Berdasarkan Indonesia’s Sample Registration System in 2018, Penyakit
jantung adalah penyebab kematian tertinggi kedua (13.2%) di Indonesia tercatat
selama 2015 dan 2016. (Usman, 2019)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia
menderita penyakit jantung. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, Penyakit jantung
koroner pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36%
dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat
kanker. Di Indonesia dilaporkan penyakit jantung koroner (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka
kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). (PERKI, 2019)

1
Pacemaker atau Alat pacu jantung berfungsi sebagai pemicu detak jantung
supaya jantung dapat bekerja dengan normal saat keadaan jantung berdetak tidak
teratur. Saat ini terdapat teknologi alat pacu jantung tanpa kabel yang lebih aman
digunakan oleh pasien. Terapi alat pacu jantung tanpa kabel adalah teknologi baru
yang baru-baru ini diperkenalkan dalam praktik klinis.
Dalam beberapa tahun terakhir, alat pacu jantung tanpa kabel telah
mendapatkan perhatian besar. Jenis perangkat mandiri kecil ini dapat menggantikan
alat pacu jantung kabel konvensional yang banyak digunakan, yang memiliki
masalah infeksi dan kompleksitas timah (Kompas, 2019). Alat pacu jantung tanpa
kabel adalah alat medis kecil yang menggunakan impuls listrik, dikirim oleh
elektroda, mengontraksi otot-otot jantung, sehingga mengatur detak jantung.
Tujuan utama alat pacu jantung adalah untuk mempertahankan detak jantung agar
berdetak lebih normal dan teratur (Alodokter, 2018). Dengan panjang 25,9 mm dan
berat 2 gram, alat yang berbentuk seperti peluru ini berfungsi sebagai generator dan
penghantar listrik ke otot jantung. Lebih lanjut saat alat ini dipasang ke dalam
jantung akan melalui pembuluh darah vena pada pangkal paha pasien sehingga
tidak menghasilkan adanya irisan, luka atau benjolan seperti yang diperoleh pada
alat pacu jantung permanen yang konvesional. Kemudian alat itu akan perlahan-
lahan menyeimbangkan detak jantung melalui hantaran listrik tersebut dan dapat
bertahan dengan baterai selama kurang lebih 12 tahun dalam jantung. (Pusat
Jantung nasional, 2018)
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat membuat
pemanfaatan teknologi telekomunikasi hingga ke alat medis. Teknologi antena
merupakan salah satu teknologi telekomunikasi yang dimanfaatkan dalam bidang
medis. Dalam beberapa tahun ini, antena pada bidang medis sedang hangat
diperbincangkan. Kebutuhan akan perangkat komunikasi seperti teknologi antena
yang dapat ditanamkan ke dalam tubuh manusia untuk aplikasi medis berkembang
dengan cepat. Aplikasi penting yang membutuhkan perangkat telekomunikasi
seperti terapi, monitoring, dan diagnosis dengan pengiriman data antara alat yang
ditanamkan dalam tubuh manusia dengan sebuah base station yang bertugas
menganalisis data.

2
Leadless pacemaker adalah alat pacu jantung tanpa kabel yang berukuran
sekitar 29.5 mm yang mulai berkembang beberapa tahun terakhir. Antena akan di
pasang di alat tersebut. Dengan ukuran yang sangat kecil, dibutuhkan miniaturisasi
antena yang sangat kecil agar dapat di tempelkan pada alat pacu jantung tersebut.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana
merancang bangun antena yang ditanamkan didalam jantung dengan frekuensi
MICS band (402-405 MHz), return loss (-15 sampai -30 dB) , VSWR ≤2 sesuai
standar regulasi ITU. Ini merupakan tantangan bagi peneliti, karena menurut teori,
semakin kecil antena maka frekuensi semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
teknik miniaturisasi agar dapat merancang bangun antena dengan dimensi yang
kecil yang bekerja pada frekuensi yang kecil juga. Tingkat SAR juga diperhatikan
agar tidak mengganggu jaringan tubuh. Perbandingan beberapa bahan juga
dianalisa. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil parameter
sesuai standar ITU agar bisa diaplikasikan didalam jantung.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas oleh penulis sebagai berikut :
1. Bagaimana rancang bangun antena implan pada alat pacu jantung tanpa
kabel dengan frekuensi MICS Band untuk memonitoring kondisi detak
jantung?
2. Bagaimana melakukan karakterisasi antena mikrostrip sehingga
mendapatkan VSWR, return loss, bandwidth, gain, dan pola radiasi yang
baik?
3. Bagaimana simulasi perbandingan antena menggunakan phantom dan
tidak menggunakan phantom?
E. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian yang dilakukan lebih fokus, maka
diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Antena implan ini disimulasikan mengguanakan software CST Studio
Suite.

3
2. Antena implan bekerja pada frekuensi MICS Band (402-405 MHz).
3. Menggunakan teknik miniaturisasi, biomaterial dan biokompatibilitas.
4. Parameter antena yang dibahas meliputi VSWR, return loss, bandwidth,
gain, dan pola radiasi.
5. Melakukan perbandingan simulasi antena menggunakan phantom dan
tidak menggunakan phantom.
6. Antena implan ini dibuat untuk memonitoring kondisi detak jantung pasien
yang diletakkan pada alat pacu jantung.
7. Tidak membahas komunikasi dan proses penerimaan data antena melalui
base station.
8. Fabrikasi purwarupa tidak menggunakan phantom dengan frekuensi 5.3
GHz dan 7.2 GHz.

F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan rancang bangun antena implan pada alat pacu jantung tanpa
kabel dengan frekuensi MICS Band untuk memonitoring kondisi detak
jantung.
2. Mendapatkan hasil analisa simulasi karakterisasi antena mikrostrip
sehingga mendapatkan VSWR, return loss, bandwidth, gain, dan pola
radiasi yang baik.
3. Mendapatkan hasil analisa simulasi menggunakan phantom dan tidak
menggunakan phantom.

G. Luaran yang Diharapkan


Penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran sebagai berikut :
1. Menghasilkan purwarupa antena implan menggunakan bahan Rogers RT
duroid 6010 tanpa phantom.
2. Menghasilkan analisa perbandingan simulasi menggunakan phantom dan
tidak menggunakan phantom.
3. Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi penelitian selanjutnya untuk
melakukan optimasi dimensi antena implan.

4
H. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan salah satu
sumber referensi dalam bidang teknik telekomunikasi untuk dapat melakukan
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan antena implan pada alat pacu jantung.

I. Tinjauan Pustaka
I.1. Penelitian Terkait
Perancangan antena implan untuk memonitoring detak jantung pada alat pacu
jantung tanpa kabel memiliki referensi dari penelitian sebelumnya yang berguna
sebagai masukan dan ide untuk membuat Skripsi ini.

I.1.1. An Implantable Circularly Polarized Patch Antenna For Pacemaker


Monitoring System (Yang, 2018)
Pada penelitian oleh Zhi-Jie Yang, dkk, dirancang sebuah antena patch
implan yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz untuk aplikasi pemantauan kinerja alat
pacu jantung. Antena patch dicetak pada substrat Rogers RT 6010 dengan ketebalan
h = 0.635 mm. Menggunakan phantom skin berbentuk kubus dengan dimensi 100
mm× 100 mm × 24.635 mm. Antena di desain pada alat pacu jantung yang di
letakkan di dada kanan atas. Pada penelitian ini, pengaruh jaringan manusia telah
diukur sebagai faktor kualitas total antena patch. Desain antena pada penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)
Gambar 1. (a) desain antena dan pacemaker, dan (b) dimensi
antena implan
I.1.2. Miniaturized Planar Implanted Spiral Antenna Inside The Heart Muscle
At MICS Band For Future Leadless Pacemakers (Ramzan, 2019)

5
Pada penelitian yang dibuat oleh Mehrab Ramzan, dkk, dirancang sebuah antena
implan planar berbentuk spiral di dalam jaringan jantung untuk alat pacu jantung tanpa
timbal di masa depan. Antena yang ditanamkan dirancang pada Medical Implant
Communication Service (MICS) band (402-405 MHz). Dengan menggunakan substrate
bahan Rogers RO3210 dan permitivitas medium di sekitarnya dan efek kerugian singgung
pada antena implan juga diselidiki. Penelitian ini menggunakan teknik miniaturisasi dan
menggunakan shortening pin yang digunakan untuk memperkuat arus pada spiral. Sebuah
studi rinci pengaruh media disekitarnya pada antenna apabila ditanamkan dua jenis antena
implan didalam jantung. Antara dua jenis antena implan yang sama di dalam jaringan
jantung disimulasikan yang memberikan informasi tentang seberapa efisien antena yang
ditanamkan dirancang di dalam media lossy ini. Penelitian ini berfokus pada hasil koefisien
refleksi, bagian nyata dan imajiner dari impedansi yang digunakan. Desain antena pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model simulasi antena spiral

I.1.3. Antena Medical Implantable Communication System menggunakan HFSS


13.0 (Yaser, 2019)
Pada penelitian ini, dirancang sebuah antena yang untuk memonitor kondisi
pasien penyakit jantung dan tekanan darah dengan menggunakan teknologi Medical
Implantable Communication System (MICS). Antena mikrostrip pada aplikasi
MICS bekerja pada rentang frekuensi 402-405 MHz. Dalam makalah ini, disajikan
desain dan simulasi antena implan. Antena implan disimulasikan menggunakan
High Frequency Simulator Software (HFSS) dengan menggunakan teknik
miniaturisasi, biokompatibilitas dan biomaterial. Antena akan ditanamkan pada
model lengan atas. Spesifikasi antena adalah sebagai berikut: menggunakan bahan

6
substrate Roger RT Duroid 6010 dengan ukuran fisik antena adalah 32 × 40 × 4 mm
dengan frekuensi kerja 403,03 MHz yang sesuai dengan standar frekuensi MICS
402-405 MHz. Hasil simulasi VSWR adalah 1.2 yang telah memenuhi standar nilai
VSWR ≤ 2 pada antena segi empat yang secara umum dianggap baik.
Keuntungannya adalah -27 dBi, yang dianggap baik menurut standar (-31,5 dBi)
dan SAR adalah 12,7 W / kg per 1g. Desain antena pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Desain dan Dimensi Antena Implan MICS band

I.1.4. Broadband Implantable Antenna for Wireless Power Transfer in Cardiac


Pacemaker Applications (Wang, 2020)
Pada penelitian ini, dieancang antena implan miniatur dengan peningkatan
bandwidth diusulkan untuk aplikasi alat pacu jantung dalam pita MICS (402-405
MHz) dan pita ISM (433-434,8 MHz, 902-928 MHz). Pita frekuensi MICS band
digunakan untuk transmitter energi dan pita frekuensi ISM band digunakan untuk
transmitter data. Antena dirancang dengan menggunakan substrate bahan Rogers
RT Duroid 6010. Antena didesain memnggunakan phantom skin dan fat. Antena
disimulasikan menggunakan software HFSS. Pola radiasi dan tingkat SAR
dianalisa. Desain antena pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Desain antena implan : a. Tampak depan; b. Tampak


belakang

7
Berdasarkan gambar 4, parameter tersebut diberikan l, a, b, g, w dan s. masing
masing ditetapkan sebagai 12 mm, a adalah 11,5 mm, b adalah 10 mm, g adalah 0,5
mm, w dan s dipilih masing-masing sebagai 0,5 mm dan 0,25 mm.

I.1.5. In Body Antenna for Monitoring Pacemaker (Hasan, 2019)


Pada penelitian ini, dirancang sebuah antena dengan frekuensi resonansi
sebesar 2.464 GHz yang dirancang bersama alat pacu jantung pada dada kanan atas.
Antena akan digunakan untuk pantau kondisi alat pacu jantung secara nirkabel,
cuaca bekerja dengan baik atau tidak. Itu juga bisa memonitor fungsi jantung seperti
detak jantung. Dengan menggunakan substrat dan superstrate Rogers R03010 untuk
fleksibilitas dengan dimensi antena sebesar 35 x 22 x 0.1 mm3. Pada frekuensi
operasi (2.464 GHz), koefisien refleksi, VSWR, efisiensi total, dan efisiensi radiasi
ditemukan -28.37 dB, 1.08, -35,50 dB, dan -35,50 dB. Selain itu karakteristik
radiasi medan jauh dan Biokompatibilitas antena ini juga dibahas dalam tulisan ini
untuk memastikan bahwa desain yang nyaman untuk pemantauan nirkabel alat pacu
jantung. Studio microwave CST digunakan untuk mendesain ini antena ini. Desain
antena pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Desain dan Dimensi Antena Implan

I.2. Kelebihan Penelitian Terdahulu


Antena ini dirancang dan dibuat untuk pengaplikasian biomedikal. Antena
yang dihasilkan adalah antena implan yang dapat ditanam di dalam jantung bersama
alat pacu jantung menggunakan bahan yang memiliki nilai dielektrik yang besar.
Penelitian ini menggunakan teknik miniaturisasi sehingga dapat menghasilkan
dimensi antena yang kecil dengan frekuensi yang kecil pula yang menjadi kelebihan
dari penelitian terdahulu. Kelebihan lain dari penelitian ini adalah menghasilkan

8
analisa perbandingan penggunaan beberapa bahan dan analisa simulasi
menggunakan phantom dan tidak menggunakan phantom. Kemudian dengan
melakukan beberapa karakterisasi yang benar akan menghasilkan nilai parameter
yang baik dari desain antena-antena sebelumnya.

J. Landasan Teori
Landasan teori berisikan tentang teori yang berhubungan dengan topik
Skripsi. Landasan teori digunakan sebagai arahan dalam memecahkan masalah
pada Skripsi.

J.1 Antena Mikrostrip


Antena mikrostrip sebagai salah satu antena gelombang mikro yang
digunakan sebagai peradiasi pada sejumlah sistem telekomunikasi modern karena
memiliki bentuk yang sederhana, kecil, ringan, efisien, ekonomis, serta cenderung
lebih mudah dalam pembuatan. Secara umum, antena mikrostrip terdiri atas tiga
bagian, yaitu patch, substrate, dan ground plane (Balanis,2005)
Antena patch mikrostrip pertama diperkenalkan oleh G.A. Deschamps pada
tahun 1950 dan perkembangan teknologi ini baru muncul pada tahun 1970 ketika
Robert E Munson dan beberapa peneliti lainnya mengembangkannya sebagai low
loss substrate. Antena ini banyak digunakan pada frekuensi gelombang mikro dan
sering dikenal dengan nama antena patch mikrostrip (Mehta, 2015).
Antena microstrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas
ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti tampak pada
Gambar 6. Antena microstrip merupakan antena yang memiliki massa ringan,
mudah untuk difabrikasi, dengan sifatnya yang konformal sehingga dapat
ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan dan ukurannya kecil
dibandingkan dengan antena jenis lain. Karena sifat yang dimilikinya, antena
microstrip sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini sehingga dapat di-integrasikan
dengan peralatan telekomunikasi lain yang berukuran kecil, akan tetapi antenna
microstrip juga memiliki beberapa kekurangan yaitu : bandwidth yang sempit, gain
dan directivity yang kecil, serta efisiensi rendah. (Rambe, 2014)

9
Gambar 6. Struktur Antena Mikrostrip
Substrat merupakan bahan dielektrik yang mempunyai porsi terbanyak pada
struktur keseluruhan antena yang dirancang. Penggunaan bahan dielektrik yang
berbeda ini akan mempengaruhi perhitungan ukuran antena sekaligus ukuran antena
secara keseluruhan. Dielektrik yang sering digunakan dalam perancangan adalah
bahan dielektrik yang memiliki konstanta dielektrik 2.2< ɛ < 12 (Safrianti, 2018)
Elemen substrat (substrate) merupakan bahan dielektrik yang memisahkan
antara patch dan bidang pentanahan (ground plane). Elemen ini memiliki jenis yang
bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai konstanta dielektrik (εr) dan
loss tangent. Karakteristik substrat sangat berpengaruh terhadap besar parameter-
parameter antena, salah satunya adalah terhadap frekuensi kerja (Garg, 2001).
Elemen pentanahan (ground plane) merupakan pembumian bagi sistem
antena mikrostrip. Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang
sama dengan elemen peradiasi. Bentuk konduktor bisa bermacam-macam tetapi
yang pada umumnya digunakan berbentuk empat persegi panjang dan lingkaran
karena bisa lebih mudah dianalisis. Adapun jenis-jenis antena microstrip terlihat
pada gambar 7.

10
Gambar 7. Berbagai Bentuk Antena Mikrostrip

J.2 Parameter Antena Mikrostrip


J.2.1 Dimensi Antena
Secara umum, antena mikrostrip biasa berbentuk segi empat atau lingkaran.
Untuk mencari dimensi antena, harus diketahui terlebih dahulu parameter bahan
yang digunakan yaitu tebal dielektrik/substrat (h), konstanta dielektrik/substrat (εr).
Untuk antena segi empat, dimensi antena mikrostrip terdiri dari W dan L dan unruk
antena lingkaran, dimensi antena mikrostrip adalah a (jari-jari). Panjang antena
Mikrostrip harus disesuaikan, Karena apabila terlalu pendek maka bandwidth akan
sempit, sedangkan apabila terlalu panjang bandwidth akan menjadi lebih lebar
tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan mengatur lebar dari antena
mikrostrip (W) impedansi input juga akan berubah.
Untuk antena patch segi empat, pendekatan yang digunakan untuk mencari
panjang dan lebar antena mikrostrip dapat menggunakan persamaan (X. Lin, 2015):

a) Perhitungan lebar patch (W)


Untuk menentukan lebar patch digunakan rumus sebagai berikut :

𝑐 2
𝑊= √(Ɛ (1)
2𝑓𝑟 𝑟 +1)

Keterangan
c = Kecepatan cahaya (3x108 m/s )
fr= Frekuensi kerja antena

11
Ɛr= Konstanta dielektrik substrat

b) Perhitungan Panjang Patch (L)


Untuk menentukan panjang (patch) diperlukan parameter ∆L yang
merupakan pertambahan panjang dari L. Pertambahan panjang dari L (∆L) tersebut
dirumuskan dengan:

𝑊
(Ɛ𝑟𝑒𝑓𝑓 +0,3)( +0,264)

∆𝐿 = 0.412ℎ 𝑊 (2)
(Ɛ𝑟𝑒𝑓𝑓 −0,258)( +0,8)

Dimana h merupakan tinggi substrat dan Ɛreff adalah konstanta dielektrik


efektif yang dirumuskan sebagai:

Ɛ𝑟 +1 Ɛ𝑟 −1 1
Ɛ𝑟𝑒𝑓𝑓 = + ( ) (3)
2 2 ℎ
√1+12( )
𝑊

Dimana Leff merupakan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan :

𝑐
𝐿𝑒𝑓𝑓 = (4)
2𝑓𝑟 √Ɛ𝑟𝑒𝑓𝑓

Dengan demikian panjang patch (L) diberikan oleh :

𝐿 = 𝐿𝑒𝑓𝑓 − 2∆𝐿 (5)

Dimensi ground plane menggunakan rumus:

𝐿𝑔 = 6ℎ + 𝐿 (6)

𝑊𝑔 = 6ℎ + 𝑊 (7)

Perhitungan panjang saluran transmisi (lo) dengan rumus:


𝑐
𝑙𝑜 = 𝑓𝑜 √εr
(8)
4

Lebar saluran catuan antena dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

12
 B  1  ln  2 B  1  
2h  
W   r 1  0, 61   (9)
  ln  B  1  0,39 
 2 r   r  

Dengan εr adalah konstanta dielektrik relatif dan:

(10)

Untuk antena patch lingkaran, pendekatan yang digunakan untuk mencari


jari-jari antena mikrostrip dapat menggunakan persamaan (Alam, 2017):

𝑭
𝒂= 𝟐𝒉 𝝅𝑭
(11)
√𝟏+ 𝝅 𝜺 𝑭 [𝒍𝒏( 𝟐𝒉 )+𝟏.𝟕𝟕𝟐𝟔]
𝒓

dengan :

a = jari-jari circular (mm)

h = ketebalan substrat (mm)

𝜀𝑟 = permivitas dielektrik relatif substrat (F/m)

F = fungsi logaritmik elemen peradiasi

Sedangkan fungsi logaritmik dari elemen peradiasi ditentukan dengan


persamaan :

(8.791 ∗ 109 )
𝐹= (12)
(𝑓𝑟) √𝜀𝑟

dengan :

fr = frekuensi resonansi (MHz)

𝜀𝑟 = permitivitas dielektrik relatif substrat (F/m)

J.2.2 Frekuensi Resonansi


Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja
antena di mana pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara

13
maksimal.Pada umumnya frekuensi resonansi menjadi acuan frekuensi kerja
antena. Frekuensi resonansi secara matematis dapat dirumuskan dalam bentuk
fungsi berikut:

1,8412 𝑉0
(𝑓𝑟 )110 = (13)
2𝜋𝑎𝑒 √𝜀𝑟

Dimana:

fr= frekuensi resonansi


v0= kecepatan cahaya diruang bebas
𝑎𝑒 = panjang antena
εr= konstanta dielektrik

J.2.3 Bandwidth
Bandwidth didefenisikan sebagai rentang frekuensi kerja dari suatu antena.
Nilai bandwidth dapat diketahui apabila nilai frekuensi bawah dan frekuensi atas
sudah diketahui. Frekuensi bawah (fb) adalah nilai frekuensi awal dari frekuensi
kerja antena, sedangkan frekuensi atas (fa) merupakan nilai frekuensi akhir dari
frekuensi kerja antena. Bandwidth secara umum dapat dinyatakan sebagai (Volakis,
2007) :
Bandwidth  fa fb (Hz)

J.2.4 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)


VSWR adalah perbandingan amplitudo tegangan antara gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dan minimum (|V|min). Pada saluran
transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan
(V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Secara khusus, VSWR dapat
dinyatakan dengan persamaan (Volakis, 2007) :
𝑉𝑚𝑎𝑥 (1+ |𝛤|)
𝑉𝑆𝑊𝑅 = = (1− |𝛤|)
(14)
𝑉𝑚𝑖𝑛

Keterangan :

Vmax = Tegangan tertinggi

Vmin = Tegangan terendah

14
Γ = Koefisien Pantul

Dimana Γ merupakan koefisien rerfleksi tegangan yang memiliki nilai


kompleks dan merepresentasikan besarnya magnitude dan fasa refleksi. Refleksi
tegangan terjadi akibat tidak sesuainya impedansi saluran transmisi dan impedansi
beban terminasi yang dinyatakan sebagai (Wadell, 1991) :
𝑉0+ 𝑍𝐿−𝑍0
𝛤= = (15)
𝑉0− 𝑍𝐿+𝑍0

Dimana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi


karakteristik saluran. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner
dari Γ adalah nol, maka (Wadell, 1991) :
Γ = − 1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
Γ = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.
Γ = + 1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka
Kondisi yang paling baik adalah ketika tidak ada refleksi gelombang tegangan
yang berarti bahwa saluran dalam keadaan sesuai sempurna (perfect match)
sehingga VSWR bernilai 1.

J.2.5 Return Loss


Return loss merupakan koefisien refleksi dalam bentuk logaritmik yang
menunjukkan daya yang hilang karena beban dan saluran transmisi tidak matching.
Return loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas diantara impedansi saluran
transmisi dengan impedansi masukan beban. Sehingga tidak semua daya dapat
diradiasikan dan terdapat daya yang dipantulkan balik. (Sianipar, 2018)
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang
direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat
terjadi karena adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi
masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki
diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada
frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh :
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠 = 20𝑙𝑜𝑔10 |𝛤| (15)

J.2.6 Pola Radiasi

15
Pola radiasi (radiation pattern) adalah fungsi matematika atau representasi
grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi ruang. Sifat radiasi tersebut meliputi
kerapatan flux, intensitas radiasi, kuat medan, atau polarisasi. Biasanya sifat dari
radiasi yang sangat dipentingkan adalah persebaran secara tiga dimensi atau dua
dimensi dari energi yang diradiasikan antena. Contoh gambaran dari pola radiasi
antena secara tiga dimensi dan dua dimensi dapat dilihat dari Gambar 8 (Balanis,
2005)

Gambar 8. Pola radiasi antena


J.2.7 Penguatan (Gain)
Gain antena merupakan besaran yang memperhitungkan efisiensi antena dan
kemampuan direksionalnya. Gain suatu antena merupakan perbandingan intensitas
radiasi maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi antena referensi.
Besarnya gain dalam suatu antena tergantung pada aplikasinya karena setiap
aplikasi tertentu memiliki besar gain tertentu. Penguatan merupakan perbandingan
intensitas radiasi maksimum suatu antena terhadap instensitas radiasi antena
pembanding/referensi dengan daya maksimum yang sama dengan faktor efisiensi
antena. Besaran gain akan sama dengan besarnya direktivitas bila antena
mempunyai η sama dengan satu. (Sianipar, 2018)

J.3 Teknik Pencatuan Antena Mikrostrip


Teknik pencatuan merupakan hal penting dan menentukan dalam
perancangan antena. Teknik pencatuan pada sebuah antena mikrostrip adalah teknik

16
yang digunakan untuk mentransmisikan energi elektromagnetik ke antena
mikrostrip. Teknik pencatuan yang digunakan pada antena mikrostrip merupakan
salah satu hal penting yang akan berpengaruh dalam sebuah perancangan antena
mikrostrip. Terdapat beberapa teknik pencatuan antena mikrostrip, yaitu
Electromagnetically Coupled (EMC), Microstrip Line, Coaxial Probe dan
Coplanar Waveguide. Setiap teknik pencatuan memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing.
Pada skripsi ini akan menggunakan teknik pencatuan Coplanar Waveguide.
Teknik pencatuan ini tersusun dari dua konduktor, yaitu sebuah strip dengan lebar
(w) dan bidang ground, keduanya berada pada satu sisi substrat yang memiliki
permitivitas relatif (𝜀𝑟) dengan ketebalan (h). Parameter utama pada suatu saluran
transmisi adalah nilai impedansi karakteristiknya (𝑍𝑜).

J.4 CST STUDIO SUITE 2019


CST STUDIO SUITE 2019 adalah software simulasi elektromagnetik untuk
memudahkan penggunanya dalam mendesain berbagai macam perangkat dengan
mudah yang beroperasi dalam berbagai frekuensi, salah satunya adalah mendesain
antena mikrostrip. CST STUDIO SUITE 2019 menawarkan solusi komputasi yang
akurat dan efisien untuk desain dan analisis perangkat elektromagnetik. Berikut
adalah tampilan simulasi CST STUDIO SUITE 2019.

J.5 Medical Implantable Communication System (MICS)


Menurut Electronic Communications Committee (ECC) pada standar EN 301
839 (freq) serta IEEE 802.15.6-2012 mendistribusikan pita frekuensi eksklusif ke
sensor implan atau yang dapat dikenakan. Pita MICS, yang bekerja antara 402
hingga 405 MHz, diatur untuk aplikasi biomedis dalam tubuh. Kelemahan
utamanya adalah bandwidth-nya tidak mencukupi untuk komunikasi data rate
tinggi. (Rahaman,2019).
Untuk merancang antena implan untuk alat pacu jantung tanpa timah,
sejumlah kecil pita yang direkomendasikan oleh Federal Communications
Commission (FCC) yaitu, Medical Implant Communications Service (MICS),
Wireless Medical Telemetry Services (WMTS), Industrial Scientific and Medical

17
(ISM). Pita frekuensi menjamin rentang frekuensi yang beragam untuk perangkat
biomedis. Pita MICS memiliki rentang frekuensi yang lebih rendah karena panjang
gelombangnya yang besar, oleh karena itu pita MICS tidak cocok untuk perangkat
implan (Von, 2004). Faktanya, pita ISM jauh lebih dari yang sesuai untuk perangkat
biomedis karena bandwidth frekuensi yang lebih tinggi dan itulah alasan di baliknya
panjang gelombang kecil dan kecepatan bit tinggi setelah penempatan di tubuh
(Usui, 2006).

J.6 Teknik Miniaturisasi


Menurut rumus, dimensi antena berbanding terbalik dengan frekuensi.
Semakin kecil frekuensi, maka dimensi antena semakin besar. Pada penelitian ini,
diharapkan dapat menghasilkan dimensi antena yang kecil yang bekerja pada
frekuensi kecil yaitu 403 MHz. Oleh karena itu, dilakukan teknik miniaturisasi
antena yang membuat antena semakin kecil. Teknik miniaturisasi yang diusulkan
dalam literatur untuk antena tambalan implan termasuk penggunaan bahan
dielektrik bersihan tinggi (substrat): dielektrik bersihan tinggi dipilih untuk antena
implan tempel (misalnya, keramik alumina, 9,4 r ε = (Kiourti, 2011) atau Rogers
3210, 10,2 r ε = (Kiourti,2012)), karena pemendekan adalah panjang gelombang
efektif dan menghasilkan frekuensi resonansi yang lebih rendah, sehingga
membantu dalam miniaturisasi antena. Perluas jalur aliran arus pada permukaan
tambalan: jalur aliran arus efektif yang lebih lama tereksitasi pada tambalan yang
memancar dapat mengurangi frekuensi resonansi, dan mencapai ukuran yang lebih
kompak untuk implan antena. Untuk tujuan ini, itu berliku-liku(Kiourti, 2011),
spiral(Kiourti, 2011), waffl e-type (Soontornpipit,2005), dan slot hook (Liu 2008).
Desain tambalan menggunakan teknik miniaturisasi yang dimaksudkan untuk
mengurangi ukuran antena sambil mempertahankan kinerja elektromagnetik dan
pada frekuensi rendah. Teknik miniaturisasi antena ini adalah dengan membuat
antena melingkar dan patch spiral. Bentuk spiral ini merupakan teknik miniaturisasi
yang dibuat dengan tujuan mendapatkan frekuensi rendah dengan antena kecil.
Dengan adanya teknik miniaturisasi, teori setengah panjang gelombang (2λ)
pada antena rectangular menjadi tidak berlaku. Desain patch menggunakan teknik

18
miniaturisasi dengan tujuan untuk mengurangi ukuran antena namun tetap
mempertahankan kinerja elektromagnetik. (Kim, 2004)

J.7 Biokompatibilitas dan Biomaterial


Biokompatibilitas merupakan kemampuan suatu material untuk berinteraksi
dengan sel-sel / jaringan hidup atau sistem metabolisme yang tidak menyebabkan
toksisitas, injuri atau reaksi imun saat berfungsi pada tempat spesifik.
Biokompatibilitas menentukan apakah bahan tersebut dapat digunakan di dalam
tubuh, di samping sifat secara fisik dan kimia, kemudahan proses, estetika dan harga
yang terjangkau (Ma’ruf, 2018). Analisa tingkat SAR adalah salah satu upaya untuk
menguji tingkat biokompatibilitas material antena didalam jaringan tubuh yaitu
didalam jantung.
Menurut Prof. Kunio Ishikawa dalam penyampaian singkat tentang
biomaterial di Bandung, menyampaikan bahwa biomaterial merupakan material
sintesis yang dipakai untuk mengganti bagian dari sistem hidup atau untuk
berfungsi secara terikat dengan jaringan hidup. Biomaterials pada dasarnya adalah
material dari bahan hayati; setiap substansi (selain obat) atau kombinasi substansi,
sintesis atau alami, yang dapat dipakai pada perioda waktu tertentu, sebagai bagian
atau keseluruhan sistem yang memperlakukan, menggandakan, atau mengganti
setiap jaringan, organ, ataupun fungsi tubuh. Walau bagaimanapun, seperti yang
dikatakan Prof.Kunio, biomaterials memiliki beberapa kekurangan. Tidak seperti
organ yang memiliki fungsi kompleks, biomaterial hanya memiliki fungsi tunggal
(Jatiningsih, 2009). Simulasi menggunakan phantom adalah bentuk aplikasi
biomaterial.
Antena mikrostrip memiliki komponen patch yang bersifat konduktif.
Apabila komponen antena tersebut kontak langsung dengan jaringan tubuh
manusia, maka dapat menyebabkan hubungan arus pendek. Penggunaan material
dalam jaringan tubuh manusia harus memperhitungkan jaringan tubuh manusia
yang bersifat konduktif. Hal tersebut harus dicegah jika antena akan digunakan
untuk jangka panjang. Pendekatan sederhana adalah menutupi struktur dengan

19
lapisan dielektrik atau superstrate untuk memisahkan radiator (patch) dari human
body.

J.8 Human Tissues Model atau phantom


Pemodelan jaringan tubuh manusia menggunakan bentuk bola menurut
referensi penelitian dan memudahkan dalam analisis. Hati manusia pada
kenyataannya adalah media yang tidak homogeny dikelilingi oleh berbagai jaringan
yang memiliki perbedaan sifat listrik. Oleh karena itu, perlu untuk menetapkan
kondisi batas yang tepat ke media lossy selama simulasi gelombang penuh EM
untuk mengurangi simulasi waktu. Pada langkah pertama, antena spiral ditanamkan
disimulasikan di dalam bola homogen. Kemudian, antena yang ditanamkan adalah
disimulasikan di dalam media tidak homogen yang dikelilingi oleh lemak, kulit,
dan udara. Data dielektrik biologi tissues pada frekuensi 403 MHz pada table 1
(Ramzan, 2019).
Tabel 1. Properti dan dimensi jaringan yang digunakan untuk simulasi
Relatif Conductivity
Parameter Dimension (mm)
Permitivity (S/m)
Heart Muscle 6.6 0.97 15
Fat 11.6 0.08 20
Skin 46.7 0.69 25

J.9 Aplikasi antena Mikrostrip


Saat ini, antena mikrostrip banyak digunakan di bidang telekomunikasi.
Antena mikrostrip adalah salah satu jenis antena yang pengembangannya dimulai
sejak tahun l970-an dan hingga kini masih menjadi jenis antena yang terus
dikembangkan. Berbagai aplikasi komunikasi radio tidak luput dari penggunaan
antena ini, seperti perangkat CPE pada komunikasi bergerak, sistem Wimax yang
multiband, RFID, sistem MIMO dan ultrawideband (UWB) (Ali, 2012).Dalam
teknologi modern, antena patch mikrostrip dapat menggantikan sebagian besar jenis
antena lain untuk aplikasi berdaya rendah. Antena patch banyak digunakan dalam
sistem pertahanan seperti rudal, pesawat terbang, satelit, dan roket.

20
Pengembangan antena patch terus dilakukan pada sektor komersial, karena
murah dan mudah dalam pembuatan. Beberapa aplikasi utama adalah untuk
komunikasi seluler, GPS, radar, dan peralatan medis (Elsalamouny, 2015).

K. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membagi tahap-tahap pengerjaannya berupa :
1. Studi literatur
Studi literatur sangat berguna untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dibuat, mengacu pada buku-buku pegangan, informasi
yang didapat dari internet, jurnal-jurnal dan makalah makalah yang membahas
tentang penelitian tersebut. Dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan
topik skripsi yang terdiri dari jurnal, artikel-artikel, layanan internet, dan lain-lain.
2. Studi bimbingan
Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing tentang topik skripsi ini.
3. Perancangan Antena
Untuk melakukan perancangan antena digunakan software CST Microwave
Studio yang bisa mendesain antena dalam pemodelan tiga dimensi dan bisa
menghitung parameter antena. Sebelum melakukan perancangan, terlebih dahulu
menentukan karakteristik antena yang dirancang. Selanjutnya, menentukan jenis
substrat dan dimensi patch. Untuk lebih jelasnya akan dituangkan dalam bentuk
flowchart perancangan antena mikrostrip seperti yang ditunjukkan gambar 10.
Teknik miniaturisasi antena diuraikan di bawah ini.
a. Penggunaan material dengan permitivitas dielektrik tinggi. Teknik
sederhana yaitu dengan mengubah nilai konstanta dielektrik material.
Beberapa material dengan konstanta dielektrik tinggi seperti ceramic
alumina dengan εr = 9,4 atau Rogers 3210 dengan εr = 10,2. Dengan
demikian bahan dengan konstanta dielektrik tinggi dan lapisan dielektrik
yang tipis digunakan dalam teknik ini.
b. Modifikasi bentuk dasar antena dilakukan modifikasi geometri antena agar
dapat diperoleh pengurangan ukuran antena yang signifikan. Berbagai
bentuk seperti spiral, meandered, waffle dapat digunakan agar efektivitas

21
jalur arus patch dapat mengurangi frekuensi resonansi sehingga mencapai
ukuran yang kompak.
4. Analisa Hasil Simulasi
Yaitu serangkaian proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah
performansi antena yang telah dirancang sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk
mengetahui performansi antena apakah baik atau buruknya dilakukan analisa
terhadap parameter-parameter antena seperti VSWR, return loss, bandwidth, gain,
pola radiasi dan lain-lain.

Gambar 9. Flowchart Perancangan Antena Implan

Gambar 9 menunjukkan diagram alir dari perancangan dan simulasi antena


implan. Perancangan dimulai dengan menentukan karakteristik antena dan
dilanjutkan dengan penentuan jenis substrat yang akan digunakan. Pada penelitian

22
ini jenis substrat yang digunakan adalah Roger RT Duroid 6010 dan menggunakan
superstrat Roger RO3006. Desain dan simulasi antena ini menggunakan teknik
miniaturisasi, biokompatibilitas dan biomaterial. Simulasi antena menggunakan
software CST Studio Suite. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka
simulasi dilakukan dalam beberapa tahapan karakterisasi, yaitu karakterisasi spiral
pada patch, karakterisasi patch, dan karakterisasi ground.
5. Fabrikasi Antena
Yaitu, proses pembuatan purwarupa dari desain antena yang telah dibuat
menggunakan Software CST Microwave Studio. Dalam proses ini akan dilakukan
pengukuran parameter antena yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil
simulasi. Pada Gambar 18 merupakan flowchart proses fabrikasi antena.

Gambar 10. Flowchart Fabrikasi Antena Implan

Gambar 10 menunjukkan diagram alir proses fabrikasi antena implan. Setelah


fabrikasi, antena akan dilakukan pengujian antena dengan menggunakan Network
Analyzer dan Chamber. Network Analyzer digunakan untuk mengukur frekuensi,
VSWR, dan menampilkan smith chart. Sedangkan Chamber digunakan untuk

23
mengukur pola radiasi antena serta mengukur jangkauan antena. Pengujian antena
dilakukan tanpa menggunakan phantom.
6. Penulisan Hasil penelitian
Hasil dari pengujian dan pengumpulan data kemudian dianalisa. Dari sini
dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

L. Analisa Sementara
Antena implan yang akan dirancang untuk aplikasi biomedis pada alat pacu
jantung bekerja pada frekuensi MICS band (402-405 MHz). Pita frekuensi MICS
juga digunakan di Meteorological Aids Service (METAIDS) oleh karena itu,
frekuensi MICS hanya digunakan di dalam ruangan. Nilai frekuensi akan
mempengaruhi ukuran fisik antena. Miniatur antena didesain berbentuk spiral
sehingga dimensi antena kecil dan bekerja pada frekuensi rendah. Bahan substrat
yang digunakan adalah Roger RT duroid 6010 dengan konstanta dielektrik 10.2
dengan ketebalan substrat 0.635 mm, Roger 3006 dengan konstanta dielektrik 6.4
digunakan sebagai bahan superstrat.
Parameter merupakan suatu nilai yang ingin dicapai pada proses pembuatan,
baik berupa simulasi maupun pengukuran secara langsung. Parameter ini digunakan
sebagai acuan pada proses simulasi dan pengujian. Untuk antena dengan pita
frekuensi MICS menggunakan Standar Regulasi International Telecommunication
Union (ITU) sebagai acuan nilai parameter yang digunakan pada penelitian ini.
Adapun nilai-nilai parameter antena implan pada pita frekuensi MICS adalah
sebagai berikut:
1. Frekuensi kerja 402-405 MHz
2. VSWR ≤ 2
3. Return Loss -15 hingga -30 dB
4. Gain > 5 dBi dan >-31.5 dBm
5. Bandwidth > 0.3 MHz
Sebelum melakukan perancangan antena, terlebih dahulu tentukan parameter
agar antena yang dibuat bekerja secara optimal. Kemudian setelah beberapa
parameter telah ditentukan, masuklah pada tahap perancangan. Pada tahap ini

24
antena akan dirancang kemudian dihitung berdasarkan perhitungan teori. Setelah
semua nilai telah didapat, antena akan dibuat menggunakan simulasi. Simulasi akan
menjadi acuan apakah hasil perancangan telah dilakukan dengan benar, jika tidak
maka dilakukan optimasi atau perbaikan perancangan.

a) Menghitung Dimensi Antena Lingkaran


Sebelum melakukan simulasi pada perancangan antena Mikrostrip, dimensi
antena dihitung terlebih dahulu seperti patch, ground dan saluran pencatu.
Dimana :
𝒇𝒓 = 𝟒𝟎𝟑 𝑴𝑯𝒛 = 𝟒𝟎𝟑 ∗ 𝟏𝟎𝟔 Hz
𝒄 = 𝟑 ∗ 𝟏𝟎𝟖 𝒎/𝒔
𝜺𝒓 = 𝟏𝟎. 𝟐
𝒉 = 𝟎. 𝟔𝟑𝟓 𝒎𝒎
Langkah 1: Perhitungan Frekuensi berdasarkan rumus (12)
(8.791 ∗ 109 )
𝐹 = (403∗106 )
√10.2

= 6.830196
Langkah 2: Perhitungan jari-jari antena lingkaran berdasarkan rumus (11)
𝟔. 𝟖𝟑𝟎𝟏𝟗𝟔
𝒂=
(𝟐)(𝟎. 𝟔𝟑𝟓) (𝟑. 𝟏𝟒)(𝟔. 𝟖𝟑𝟎𝟏𝟗𝟔)
√𝟏 + [𝐥𝐧 ( ) + 𝟏. 𝟕𝟕𝟐𝟔]
(𝟑. 𝟏𝟒) (𝟏𝟎. 𝟐)(𝟔. 𝟖𝟑𝟎𝟏𝟗𝟔) (𝟐)(𝟎. 𝟔𝟑𝟓)

𝒂 = 𝟔. 𝟕𝟒𝟎𝟕𝟗𝟖 𝒎𝒎
Desain menggunakan teknik miniaturisasi yang bertujuan untuk mengurangi
ukuran antena sambil mempertahankan kinerja elektromagnetik dan pada frekuensi
rendah. Teknik miniaturisasi antena ini adalah dengan membuat antena melingkar
dan patch spiral. Bentuk spiral pada patch ini merupakan teknik miniaturisasi yang
dibuat dengan tujuan mendapatkan frekuensi rendah dengan antena kecil. Untuk
tahap awal, dimensi lebar spiral dan jarak antarspiral dapat diasumsikan.
Berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh didapatkan hasil perhitungan
suatu antena mikrostrip dengan dimensi pada Tabel 2. serta pengasumsian lebar dari
bentuk spiral pada patch. Bahan substrat yang digunakan adalah Roger RT duroid

25
6010 dengan konstanta dielektrik 10.2 dengan ketebalan substrat 0.635 mm, Roger
3006 dengan konstanta dielektrik 6.4 digunakan sebagai bahan superstrat.
Tabel 2. Hasil Dimensi Antena Mikrostrip
Parameter Dimensi (mm)
R (Jari-Jari) 6.74
h1 (substrat) 0.635
h2 (supestrat) 0.25
Wc (Lebar Spiral)* 1.3
G (Lebar antarspiral)* 1.35
N (Jumlah Spiral) 2
*
nilai dimensi diasumsikan

Antena implan dirancang menggunakan phantom dengan model jaringan


skin, fat, dan muscle. Menurut Ramzan, 2019, model simulasi antena implan dengan
phantom jantung dapat dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat dan Dimensi Jaringan Phantom Antena Implan
Relatif Conductivity Dimensi
Parameter
Permitivity (S/m) (mm)
Heart Muscle 6.6 0.97 15
Fat 11.6 0.08 20
Skin 46.7 0.69 25

b) Hasil Simulasi Rancangan Awal Antena Implan menggunakan Phantom


Hasil Simulasi rancangan awal antena mikrostrip merupakan hasil simulasi
dari desain manual antena dimana ukuran-ukuran dimensi antena berdasarkan
perhitungan teori tanpa melakukan pengkarakterisasian pada antena tersebut. Hasil
dimensi simulasi rancangan awal fleksibel antena dapat dilihat seperti Gambar 9.

26
(a) (b)

(c)

(d) (e) (f)


Gambar 11. Dimensi Antena Implan, (a) Tampak Depan, (b)
Tampak Belakang, (c) Tampak Samping, (d) Tampak Samping
Depan, (e) Tampak Samping Belakang, dan (f) Antena Implan
dengan phantom

Pada gambar 12 dapat dilihat nilai parameter VSWR yang dihasilkan


setelah melakukan simulasi perancangan antena yang dilakukan. Nilai VSWR
merupakan hasil simulasi antena sebelum karakterisasi dilakukan. Nilai yang
dihasilkan masih belum memenuhi standar yang diharapkan dalam
perancangan antena dan juga belum menghasilkan frekuensi yang diinginkan.

27
Pada gambar 12 nilai perancangan VSWR yang didapat sebesar 8.533 di
frekuensi 403 MHz.

Gambar 12. Simulasi Pengukuran VSWR

Pada gambar 13 dapat diperhatikan nilai parameter return loss yang


dihasilkan setelah melakukan simulasi pada perancangan antena. Sama halnya
dengan hasil VSWR, nilai return loss yang diperoleh tidak sesuai dengan nilai
parameter yang diharapkan. Nilai return loss yang didapat yakni sebesar -2.0468
dB di frekuensi 403 MHz, sehingga karakterisasi perlu dilakukan pada perancangan
antena ini.

Gambar 13. Simulasi Pengukuran Return Loss


c) Karakterisasi Antena Implan menggunakan Phantom
Pada awal simulasi dengan hasil nilai perhitungan awal dimensi antena tanpa
dioptimasi, dapat dilihat bahwa antena yang telah disimulasikan tidak bekerja pada
rentang frekuensi yang telah ditentukan. Nilai-nilai parameter yang diamati juga
belum mencapai spesifikasi yang diinginkan. Pada penelitian ini, akan dilakukan
beberapa pengkarakterisasian antenna implant untuk mendapatkan nilai parameter

28
yang diinginkan. Karakterisasi dilakukan dengan mengubah lebar spiral, mengubah
jarak antarspiral, membuat slot pada patch, dan Defected Ground Structure.
 Karakterisasi Lebar Spiral (Wc)
Karakterisasi lebar spiral merupakan proses mengubah dimensi lebar spiral
Wc yang mana dimensi lebar antarspiral G tetap yaitu 1.35 mm. Gambar 14
menunjukkan geometri beberapa karakterisasi lebar spiral antena implan. Gambar
15 menunjukkan perbandingan hasil return loss untuk karakterisasi lebar spiral dan
akan dijabarkan pada Tabel 4. Dari hasil karakterisasi lebar spiral menunjukkan
bahwa, jika lebar spiral Wc lebih kecil dari lebar antarspiral G, dan jika lebar spiral
Wc semakin kecil maka frekuensi dan bandwidht akan semakin besar, namun
return loss semakin kecil. Jika lebar spiral Wc lebih besar dari lebar antarspiral G,
dan jika lebar spiral Wc semakin besar maka frekuensi, bandwidht dan return loss
semakin kecil. Untuk melanjutkan karakterisasi lebar antarspiral, maka di ambil
hasil karakterisasi dengan frekuensi terkecil, yaitu pada dimensi lebar spiral Wc
sebesar 1.3 mm.

(S1,1_W1.1) (S1,1_W1.2) (S1,1_W1.3)

(S1,1_W1.4) (S1,1_W1.5) (S1,1_W1.6)

Gambar 14. Geometri Karakterisasi Lebar Patch Wc Antena Implan

29
(S1,1_W1.1)

(S1,1_W1.2)

(S1,1_W1.3)

(S1,1_W1.4)

30
(S1,1_W1.5)

(S1,1_W1.6)

(S1,1_W)

Gambar 15. Hasil Simulasi S1,1 Karakterisasi Lebar Spiral Wc Antena Implan

Tabel 4. Perbandingan Hasil Simulasi Karakterisasi Lebar Spiral Wc Antena


Implan
G Wc Frekuensi Return Loss Bandwidht
Simulasi
(mm) (mm) (MHz) (dB) (MHz
S1,1_W1.1 1.35 1.1 541 -33.372 139.2
S1,1_W1.2 1.35 1.2 525.39 -26.997 134.89
S1,1_W1.3 1.35 1.3 519.95 -18.746 120.16
S1,1_W1.4 1.35 1.4 588 -50.018 143.46

31
S1,1_W1.5 1.35 1.5 582 -58.449 142.9
S1,1_W1.6 1.35 1.6 578 -80.025 142.67

 Karakterisasi Lebar Antarspiral (G)


Karakterisasi lebar antarspiral merupakan proses mengubah dimensi lebar
antarspiral G yang mana dimensi lebar antarspiral Wc tetap yaitu 1.3 mm. Gambar
16 menunjukkan geometri beberapa karakterisasi lebar spiral antena implan.
Gambar 17 menunjukkan perbandingan hasil return loss untuk karakterisasi lebar
spiral dan akan dijabarkan pada Tabel 5. Dari hasil karakterisasi lebar antarspiral
menunjukkan bahwa, jika lebar antarspiral G lebih kecil dari lebar spiral Wc, dan
jika lebar antarspiral G semakin kecil maka frekuensi akan semakin besar. Jika lebar
antarspiral G lebih besar dari lebar spiral Wc, dan jika lebar antarspiral G semakin
besar maka frekuensi semakin kecil. Pada karakterisasi antarspiral ini, bandwidth
berbanding terbalik dengan return loss, apabila bandwidth semakin kecil, maka
return loss akan semakin besar, begitu sebaliknya. Untuk melanjutkan karakterisasi
patch, maka di ambil hasil karakterisasi dengan frekuensi yang paling mendekati
fkuensi resnansi yang diinginkan, yaitu pada dimensi lebar spiral Wc sebesar 1.3
mm dan lebar antarspiral G 1 mm.

(S1,1_G1.1) (S1,1_G1.2) (S1,1_G1.3)

32
(S1,1_G1.4) (S1,1_G1.5) (S1,1_G1.6)

(S1,1_G1)
Gambar 16. Geometri Karakterisasi Lebar Antarspiral G Antena Implan

(S1,1_G1.1)

33
(S1,1_G1.2)

(S1,1_G1.3)

(S1,1_G1.4)

(S1,1_G1.5)

(S1,1_G1.6)

34
(S1,1_G1)

(S1,1_G)
Gambar 17. Hasil Simulasi S1,1 Karakterisasi Lebar Antarspiral G Antena
Implan

Tabel 5. Perbandingan Hasil Simulasi Karakterisasi Lebar Antarspiral G


Antena Implan
Wc G Frekuensi Return Loss Bandwidht
Simulasi
(mm) (mm) (MHz) (dB) (MHz
S1,1_G1.1 1.3 1.1 475.27 -25.3252 131.36
S1,1_G1.2 1.3 1.2 470.01 -20.013 117.45
S1,1_G1.3 1.3 1.3 470 -31.522 141.17
S1,1_G1.4 1.3 1.4 486 -23.169 128.89
S1,1_G1.5 1.3 1.5 434 -40 146.46
S1,1_G1.6 1.3 1.6 425 -35.338 143.14
S1,1_G1 1.3 1 431 -32.418 148.13

 Karakterisasi Patch
Karakterisasi patch merupakan proses pemberian slot pada spiral dengan
dimensi lebar antarspiral G adalah 1 mm dan dimensi lebar antarspiral Wc adalah
1.3 mm. Gambar 18 menunjukkan geometri beberapa karakterisasi patch antena

35
implan. Gambar 19 menunjukkan perbandingan hasil return loss untuk
karakterisasi patch dan akan dijabarkan pada Tabel 6. Dari hasil karakterisasi patch
menunjukkan bahwa, dengan pemberian slot pada patch, maka dapat
mempersempit penyebaran arus sehingga frekuensi dapat bergeser mendekati
frekuensi resonansi yang diinginkan. Namun, kekurangannya adalah nilai return
loss menjadi senakin besar sehingga untuk memperkecil return loss maka dilakukan
karakterisasi ground atau Defected Ground Structure.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 18. Geometri Karakterisasi Patch Antena Implan

(S1,1_SPTB)

36
(S1,1_SP1)

(S1,1_SP2)

(S1,1_SP3)

(S1,1_SP)
Gambar 19. Hasil Simulasi S1,1 Karakterisasi Patch Antena Implan

37
Tabel 6. Perbandingan Hasil Simulasi Karakterisasi Patch Antena Implan
Return
Wc G Frekuensi Bandwidht
Simulasi Karakterisasi Loss
(mm) (mm) (MHz) (MHz
(dB)
S1,1_SPTB 1.3 1 tb = 40 443.93 -15.406 122.29
Slot 1
S1,1_SP1 1.3 1 364.12 10.911 59.25
(1.8x0.5)
Slot 2
S1,1_SP2 1.3 1 395.32 -12.554 92.78
(1.8x3)
S1,1_SP3 1.3 1 Slot 3 394.81 -12.553 92.79

 Karakterisasi Ground (Defected Ground Structure)


Karakterisasi ground merupakan proses pemberian slot pada ground atau
dapat disebut sebagai Defected Ground Structure yaitu merusak ground.
Karakterisasi dilakukan dengan melanjutkan nilai karakterisasi patch. Gambar 20
menunjukkan geometri beberapa karakterisasi ground antena implan. Gambar 21
menunjukkan perbandingan hasil return loss untuk karakterisasi ground dan akan
dijabarkan pada Tabel 7. Dari hasil karakterisasi ground menunjukkan bahwa,
dengan pemberian slot pada patch, maka dapat mempersempit penyebaran arus
sehingga frekuensi dapat bergeser mendekati frekuensi resonansi yang diinginkan.
Namun, kekurangannya adalah nilai return loss menjadi senakin besar sehingga
untuk memperkecil return loss maka dilakukan karakterisasi ground atau Defected
Ground Structure.

(S1,1_GND1) (S1,1_ GND2) (S1,1_ GND3)

38
(S1,1_GND4) (S1,1_GND5)
Gambar 20. Geometri Karakterisasi Ground Antena Implan

(S1,1_GND1)

(S1,1_GND2)

(S1,1_GND3)

39
(S1,1_GND4)

(S1,1_GND4)

(S1,1_GND)

Gambar 21. Hasil Simulasi S1,1 Karakterisasi Ground Antena Implan

Tabel 7. Perbandingan Hasil Simulasi Karakterisasi Ground Antena Implan


Wc G Frekuensi Return Bandwidht
Simulasi Karakterisasi
(mm) (mm) (MHz) Loss (dB) (MHz)
S1,1_GND1 1.3 1 Slot 1 405.72 -14.5 113.75
S1,1_GND2 1.3 1 Slot 2 428.4 -20.283 139.62
Diameter Inner
S1,1_GND3 1.3 1 426.04 -20.548 140.34
Ground

40
Diameter Inner
S1,1_GND4 1.3 1 426.1 -21.103 140.38
Ground
Diameter Inner
S1,1_GND5 1.3 1 422.02 -21.06 136.95
Ground

d) Hasil Simulasi Antena Implan tanpa Phantom


Setelah melakukan beberapa karakterisasi, maka didapatlah hasil sesuai
dengan yang diinginkan. Gambar menunjukkan dimensi antena implan yang akan
di fabrikasi. Antena implant di fabrikasi tanpa phantom. Dengan menggunakan
phantom, antena implan didapat pada frekuensi 422.02 MHz dengan return loss
sebesar -21.06 dB dan bandwidth sebesar 136.5 MHz. seteah didapat simulasi yang
di inginkan maka simulasi dilanjutkan dengan tanpa phantom. Tanpa phantom,
hasil simulasi didapat bahwa antenna bekerja pada frekuensi 5.39 GHz dan 7.194
GHz.

(a) (b) (c)

Gambar 22. Dimensi Antena Implan

Gambar 23. Hasil Simulasi Antena Implan tanpa phantom

41
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan proses simulasi antena sementara
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Antena implan yang dirancang dengan nilai perhitungan awal dimensi antena
sebelum dilakukan optimasi belum mencapai spesifikasi parameter yang
diinginkan.
2. Dilakukan karakterisasi pada patch antena dengan mengubah dimensi patch
spiral yaitu mengubah nilai lebar spiral dan lebar antarspiral. Berdasarkan
data hasil simulasi sementara, nilai return loss terbaik diperoleh setelah
karakterisasi adalah -22,716 dB pada frekuensi 5,8 GHz dengan bandwith
antenna 3,1 GHz.
3. Dilakukan karakterisasi ground.
4. Simulasi menggunakan phantom dapat menghasilkan frekuensi yang
diinginkan. Namun, jika tidak menggunakan phantom, maka didapat
frekuensi yang besar, yaitu 5 GHz. Simulasi tanpa phantom diperlukan untuk
referensi saat dilakukan fabrikasi antena karena keterbatasan ketersediaan
phantom jantung.

N. Jadwal Kegiatan
Tabel 7. Perkiraan Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Minggu
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Studi Literatur

Penentuan dan perhitungan


2. desain antena yang akan
dirancang

Perancangan antena dengan


3.
CST Microwave Studio

Pengoptimasian rancangan
4.
antena untuk mendapatkan
karakteristik yang baik

42
5. Analisa hasil simulasi

Fabrikasi dan Pengujian


antena

6. Pembuatan laporan akhir

O. Rancangan Biaya
Tabel 5. Pengeluaran lain-lain (Administrasi, Publikasi dan Operasional)

No Biaya Satuan
Uraian Kegiatan Volume Jumlah(Rp)
. (Rp)
Pengetikan dan Perbanyak
1. 5 Rangkap 30.000 150.000
Proposal
2. Seminar Proposal 1 Kali 250.000 250.000
Pengetikan dan Perbanyak
3. 6 Rangkap 100.000 600.000
Laporan Hasil Penelitian
4. Seminar Hasil Penelitian 1 Kali 300.000 300.000
5 ATK 1 Set 50.000 50.000
6 Transportasi 6 x (PP) 25.000 150.000
Jumlah Biaya (Rp) 1.500.000

43
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., & Prasojo, A. K. (2017). Desain Antena Mikrostrip GPS Berbentuk
Lingkaran (Circular). Jurnal Kajian Teknik Elektro, 2(1), 67-70.

Alodokter. (2018, April). Mengenal Alat Pacu Jantung dan Cara Kerjanya. Diakses
16 Januari 2020, <https://www.alodokter.com/mengenal-alat-pacu-jantung-
dan-cara-kerjanya>

Balanis, C. A., & Holzman, E. (2005). Circular waveguides. Encyclopedia of RF


and Microwave Engineering.

ElSalamouny, M. Y., & Shubair, R. M. (2015, November). Novel design of


compact low-profile multi-band microstrip antennas for medical applications.
In 2015 loughborough antennas & propagation conference (LAPC) (pp. 1-4).
IEEE.

Garg, R., Bhartia, P., Bahl, I. J., & Ittipiboon, A. (2001). Microstrip antenna design
handbook. Artech house.

Hasan, R. R., Rahman, M. A., Sinha, S., Uddin, M. N., & Niloy, T. S. R. (2019,
April). In body antenna for monitoring pacemaker. In 2019 International
Conference on Automation, Computational and Technology Management
(ICACTM) (pp. 99-102). IEEE.

Indonesian Heart Association Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular


Indonesia (PERKI) 2019. Hari Jantung Sedunia (World Heart Day): Your
Heart is Our Heart Too.. Diakses pada 24 November 2020.
<http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2019/9/26/press_release_
world_heart_day_perki_201%209>

Jatiningsih, Asni (2009). Institut Teknologi Bandung. "Biomaterials", Kuliah


Singkat Prof.Kunio Ishikawa. Diakses tanggal 15 Februari 2021 pukul 15.00
<https://www.itb.ac.id/news/2348.xhtml>

44
Kim, J., & Rahmat-Samii, Y. (2004). Implanted antennas inside a human body:
Simulations, designs, and characterizations. IEEE Transactions on
microwave theory and techniques, 52(8), 1934-1943.

Kiourti, A., Christopoulou, M., & Nikita, K. S. (2011, July). Performance of a novel
miniature antenna implanted in the human head for wireless biotelemetry. In
2011 IEEE International Symposium on Antennas and Propagation
(APSURSI) (pp. 392-395). IEEE.

Kiourti, A., & Nikita, K. S. (2012). Miniature scalp-implantable antennas for


telemetry in the MICS and ISM bands: design, safety considerations and link
budget analysis. IEEE Transactions on antennas and propagation, 60(8),
3568-3575.

Kompas, 2019. Alat Pacu Jantung Terbaru Ini Hanya Sebesar Pil. Diakses 16
Januari 2020 pukul 22.00 <https://kilasdaerah.kompas.com/sulawesi-
utara/read/2014/06/22/1225383/Alat.Pacu.Jantung.Terbaru.Ini.Hanya.Sebes
ar.Pil>

Liu, W. C., Chen, S. H., & Wu, C. M. (2008). Implantable broadband circular
stacked PIFA antenna for biotelemetry communication. Journal of
Electromagnetic Waves and Applications, 22(13), 1791-1800

Ma'ruf, M. T. (2018). FIKSASI TULANG DENGAN ALAT BERBAHAN


DASAR POLIMER (Uji Biokompatibilitas). Interdental: Jurnal Kedokteran
Gigi, 14(2), 27-31.

A. Mehta and U. Sydney, “Microstrip Antena,” no. March, 2015.

Pusat Jantung Nasional. 2018. Alat pacu jantung permanen tanpa kabel. diakses
pada tanggal 10 Desember 2020. Pukul 11:00 WIB.
<https://pjnhk.go.id/artikel/alat-pacu-jantung-permanen-tanpa-kabel >

45
Rahaman, M. A., & Hossain, Q. D. (2019, January). “Design and Overall
Performance Analysis of an Open End Slot Feed Miniature Microstrip
Antenna for On-body Biomedical Applications”. In 2019 International
Conference on Robotics, Electrical and Signal Processing Techniques
(ICREST) (pp. 200-204). IEEE.

Rambe, A. H. (2012). Antena Mikrostrip: Konsep dan Aplikasinya. Jurnal Ilmiah


Teknologi Harapan, 1(1), 86-92.

Ramzan, M., Fang, X., Wang, Q., Neumann, N., & Plettemeier, D. (2019, May).
Miniaturized planar implanted spiral antenna inside the heart muscle at MICS
band for future leadless pacemakers. In 2019 13th International Symposium
on Medical Information and Communication Technology (ISMICT) (pp. 1-
4). IEEE.

Safrianti, E. Egi Pratama. (2018). Desain Antena Mikrostrip Circular Patch dengan
Teknik Pencatuan Direct Feed Line Frekuensi Kerja 2,4 GHz . Seminar
Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA), 159-163

Sianipar, A. (2018). Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip MIMO Bowtie


4x4 dengan Corner Reflektor 90º pada Frekuensi 1, 8 Ghz untuk Aplikasi LTE
Melalui Teknik Pencatuan Mikrostrip Line (Doctoral dissertation, Universitas
Komputer Indonesia).

Soontornpipit, P., Furse, C. M., & Chung, Y. C. (2005). Miniaturized biocompatible


microstrip antenna using genetic algorithm. IEEE Transactions on Antennas
and Propagation, 53(6), 1939-1945.

Usui, H., Takahashi, M., & Ito, K. (2006, July). Radiation characteristics of an
implanted cavity slot antenna into the human body. In 2006 IEEE Antennas
and Propagation Society International Symposium (pp. 1095-1098). IEEE.

46
Usman, Yuslely, et al (2019). Indonesia’s sample registration system in 2018 : a
work in progress. Journal of Population and Social Studies [JPSS] 27.1
(2019): 39-52.

Volakis, J. L. (2007). Antenna engineering handbook. McGraw-Hill Education.

Von Arx, J. A., Mass, W. R., Mazar, S. T., & Amundson, M. D. (2004). Antenna
for an Implantable Medic Device. US Patent6708065, Mar, 16

Wadell, B. C. (1991). Transmission line design handbook. Artech House.

Wang, M., Liu, H., Zhang, P., Zhang, X., Yang, H., Zhou, G., & Li, L. (2020).
Broadband implantable antenna for wireless power transfer in cardiac
pacemaker applications. IEEE Journal of Electromagnetics, RF and
Microwaves in Medicine and Biology.

World Health Organization (WHO) 2018. The top 10 causes of death. Diakses pada
24 November 2020, < https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-
top-10-causes-of-death>

X. Lin, B-C. Seet, F. Joseph. 2015. Fabric Antenna With Body Temperature
Sensing For Ban Applications Over 5g Wireless Systems. Ninth International
Conference On Sensing Technology.

Yaser, M., & Priyanto, U. (2019). Antena Medical Implantable Communication


System Menggunakan HFSS 13.0. Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 17(1),
15-29.

Yang, Z. J., Zhu, L., & Xiao, S. Q. (2018, May). An Implantable Circularly
Polarized Patch Antenna for Pacemaker Monitoring System. In 2018
International Conference on Microwave and Millimeter Wave Technology
(ICMMT) (pp. 1-3). IEEE.

47

Anda mungkin juga menyukai