Anda di halaman 1dari 9

Contoh Draf Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Judul:
 “Pengelolaan Pembelajaran IPA dalam Penanaman Pendidikan
Karakter di Sekolah Dasar”. (Studi Kasus: SDN ....................
Kecamatan.............. Kabupaten ............... Tahun
Pelajaran ......../.........)

Nama Informan                      : .......................................................


Hari/tanggal Wawancara    : ......................................................
Alamat Informan                   : .......................................................
Jabatan                                  : ......................................................
Unit Kerja                              : .......................................................

Pewawancara: Selamat pagi pak...


Informan: Iya selamat pagi...
Pewawancara:    Maaf pak sebelumnya, bolehkah saya berdiskusi
(berbincang-bincang) dengan   Bapak?
Informan: Iya. Silahkan...
Pewawancara: Kita menyadari saat ini konsep “Pendidikan
Karakter” sedang hangat dibicarakan untuk
memperbaiki moral para generasi penerus
bangsa ini. Pada kesempatan ini saya ingin
mengetahui pandangan dan tanggapan serta
pemikiran Bapak mengenai penerapan konsep
“Pendidikan Karakter” pada pembelajaran IPA
di SD. Apakah kiranya Bapak mau berbagi
pemikiran dengan saya?
Informan: Ouh...iya..iya..boleh...
Pewawancara: Terimakasih Pak. Dapatkah bapak menyebutkan
identitas lengkap Bapak? (Nama, Alamat,
Jabatan, dan Unit kerja/Instansi)
Informan: Iya, Boleh...                    (Identitas seperti tertulis
diatas)
Pewawancara:    Menurut Bapak apa saja tugas-tugas Bapak
sebagai seorang guru, khususnya di sekolah
dasar?
Informan:            Mengajar, membimbing, mengarahkan, dan
membina anak didik. Sebagai guru di sekolah
dasar lebih menekankan pada membekali anak
didik khususnya dalam hal-hal mendasar untuk
menuju masa dewasa/masa depannya kelak.
Pewawancara: Sesuai dengan tema diskusi kita “penerapan
pendidikan karakter pada pembelajarn IPA”,
sebagai guru yang bertugas mengajar, model
pembelajaran apa yang sering Bapak terapkan di
kelas saat mengajar mapel IPA?
Informan: Selama ini saya lebih sering menerapkan metode
ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan.
Tetapi kadang-kadang juga divariasi dengan
model eksperimen dan demonstrasi, ketika alat
dan bahan untuk percobaan mudah didapatkan.

Pewawancara: Dari metode-metode pembelajaran yang Bapak


terapkan, kira-kira metode apa yang menurut
Bapak efektif untuk digunakan mengajar IPA?
Informan: Jika hanya disuruh untuk memilih satu model
saja, saya kira kurang pas. Karena pada setiap
mengajar metode apapun yang dipilih selalu
membutuhkan metode ceramah. Kalau untuk
mapel IPA itu idealnya menggunakan metode
eksperimen,meskipun tidak terlepas dari metode
ceramah untuk menjelaskan petunjuk praktek.
Pewawancara:    Ouh..iya..iya Pak. Selain metode, dalam membuat
rencana proses pembelajaran (RPP) juga harus
menetapkan/memilih model pembelajaran, benar
demikian Pak?
Informan: Iya...baiknya demikian.
Pewawancara: Jika saya boleh tau, menurut pendapat Bapak
model pembelajaran yang bagaimana yang ideal
untuk diterapkan mengajar IPA di SD?
Informan: Jika menurut pendapat saya, karena anak usia
SD itu masih pada taraf bermain sambil belajar
dan membutuhkan sesuatu yang konkret/nyata
untuk membantu mereka memahami konsep
materi khususnya pada pelajaran IPA model
CTL (Contextual Teaching and Learning) saya
rasa sangat efektif.
Pewawancara:    Apa yang Bapak ketahui tentang model
pembelajaran CTL itu Pak?, (pengertiannya)
Informan:            Setahu saya CTL itu model pembelajaran yang
mengaitkan keadaan nyata/kondisi lingkungan
sekitar sebagai salah satu sumber belajar, siswa
mempunyai pengalaman secara langsung untuk
menemukan atau sekedar membuktikan konsep
materi yang ada pada mapel IPA, harapannya
apa yang mereka peroleh akan bertahan lama di
ingatan .
Pewawancara: Oke. Lalu sistem penilaian yang bagaimana yang
selama ini Bapak gunakan untuk menguji
kemampuan/penguasaan siswa terhadap KD
IPA?
Informan: Yang lebih sering saya gunakan selama ini
penilaian secara tes tertulis, namun saya rasa
hanya tes tertulis saja itu belum cukup.
Pewawancara: Lalu menurut Bapak bagaimana idealnya sistem
penilaian pembelajaran IPA?
Informan: Jika dikaitkan dengan model pembelajaran CTL,
seharusnya sistem penilaian meliputi 3 aspek
yaitu: penilaian proses (respon siswa selama
pembelajaran berlangsung), penilaian akhir (tes
tertulis), dan penilaian sikap (perubahan perilaku
siswa sebagai dampak pengiring setelah
pembelajaran selesai).
Pewawancara: Oke. Jika dikaitkan dengan penanaman
pendidikan karakter, menurut Bapak dapatkah
sistem penilaian sikap digunakan sebagai salah
satu upaya penanaman pendidikan karakter?,
seperti yang Bapak kemukakan tadi bahwa
sistem penilaian sikap sebagai perubahan
perilaku siswa setelah pembelajaran selesai.
Informan: Iya..bisa, tetapi mungkin tidak secara langsung....

Pewawancara: Oke, baiklah. Apakah selama ini Bapak sudah


mencantumkan nilai-nilai karakter yang hendak
Bapak selipkan di dalam RPP?
Informan: Sudah.
Pewawancara: Menurut pengetahuan Bapak, apakah
sebenarnya definisi atau hakikat dari pendidikan
karakter itu?
Informan: Kalau menurut saya, pendidikan karakter itu
proses mengubah atau membiasakan
perilaku/sikap/kematangan emosi ke arah yang
lebih baik hingga pada akhirnya terbentuklah
pribadi siswa yang berakhlak mulia. Jadi pada
pendidikan karakter ini siswa tidak hanya
dituntut untuk pandai secara akademik (IQ)
namun lebih menekankan pada aspek kecerdasan
emosi dan spiritual.   
Pewawancara: Kalau begitu dalam pendidikan karakter,
misalnya nilai siswa dibidang akademik tidak
memenuhi KKM tidak apa-apa asal dia
berakhlak baik begitu?, Bagaimana menurut
Bapak?
Informan: Kalau itu tergantung bagaimana kebijakan
sekolahan, tapi menurut saya siswa tetap harus
memperoleh nilai akademik minimal KKM, jika
belum mencapai KKM tapi dia berakhlak baik
tetap diremidi. Namun demikian, kebaikan
akhlak bisa dijadikan nilai plus untuk
mempertimbangkan dalam pemberian nilai akhir
(raport) siswa.
Pewawancara: Ouh, begitu ya Pak. Menurut Bapak, sudahkah
sekolahan Bpak ini menerapkan pendidikan
karakter?
Informan: Sudah, namun belum 100% terlaksana sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Pewawancara: Oke. Jika belum terlaksana 100%, lalu sejauh
mana kira-kira sekolah Bapak ini menerapkan
pendidikan karakter?
(Sudahkah menyeluruh dari kelas 1-6?, sudahkah
pendidikan karakter diterapkan pada semua
mata pelajaran?)
Informan: Iya sudah diterapkan dari kelas 1-6, namun
menurut saya para guru belum secara terencana
menyelipkan nilai-nilai karakter pada semua
mata pelajaran meskipun nilai-nilai tersebut
sudah tercantum di dalam RPP. Hanya mata
pelajaran tertentu yang memang memuat nilai-
nilai karakter seperti agama dan PKn, itu pun
terkadang hanya disampaikan secara teori.
Pewawancara: Menurut Bapak kenapa bisa begitu Pak, apa
kendalanya?
Informan: Para guru masih minim pengalaman untuk
menciptakan pembelajaran yang memang
didesain khusus untuk lebih menekankan pada
nilai-nilai karakter.
Selain itu, karena para guru lebih dituntut untuk
mengupayakan bagaimana siswanya mampu
menguasai KD, sehingga mereka kurang
memperhatikan/kurang fokus dalam
menyelipkan nilai-nilai karakter. Lain dengan
mapel agama dan PKn yang memang tujuan
dasarnya untuk membentuk pribadi/akhlak yang
mulia dan mengajarkan aturan-aturan/adat
bersosialisasi yang baik dalam hidup
bermasyarakat.

Pewawancara: Lalu bagaimana upaya-upaya yang selama ini


sudah dilakukan oleh para guru untuk
menanamkan pendidikan karakter tersebut Pak?
(Terintegrasi selama pembelajaran berlangsung
atau membuat program kegiatan khusus/tersendiri
diluar kegiatan pembelajaran)
Informan: Dua-duanya, jadi ada yang diintegrasikan dalam
pembelajaran dan ada pula yang melalui
program-program kegiatan yang lain.
Pewawancara: Bisa minta tolong jelaskan Pak, seperti apa
gambaran pelaksanaan pembelajaran dan
program kegiatan tersebut!
Informan: Jika terintegrasi dalam proses pembelajaran
misalnya: sebelum memulai pelajaran siswa
disuruh melihat lingkungan tempat duduk sudah
bersih, rapi, dan nyaman untuk belajar atau
belum. Selain itu juga berdoa diawal kegiatan
pembelajaran dan sebelum pulang. Guru
memberikan teguran/penghargaan baik secara
verbal maupun non verbal.
Jika contoh dalam kegiatan khusus misalnya:
kotak amal rutin yang dilakukan seminggu sekali
pada hari Senin, kegiatan pesantren kilat,
praktek sholat, buka bersama, jum’at bersih, dan
pramuka.
Pewawancara: Oke. Lalu bagaimana respon siswa terhadap
upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
menanamkan pendidikan karakter tersebut, baik
yang terintegrasi maupun yang terprogram?
(positif/negatif)
Informan: Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa
aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas
dan pada saat pembelajaran berlangsung.
Meskipun terkadang ada beberapa anak yang
pasif, namun itu kami anggap sebagai hal yang
wajar. Karena untuk mengubah karakter/tingkah
laku itu bukanlah hal yang mudah. Perlu
kesabaran dan kesinambungan untuk
membiasakan siswa.
Pewawancara: Baiklah Pak, sekarang jika dihubungkan dengan
pembelajaran IPA, kira-kira nilai-nilai karakter
apa saja yang dapat diintegrasikan ke dalam
mapel IPA?
Informan: Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-
Nya, kemandirian dan tanggung jawab, rasa
ingin tahu, peduli lingkungan, peduli sosial, kerja
keras, suka tolong menolong dan gotong
royong/kerjasama, hormat, santun, dan rendah
hati.
Pewawancara: Bagaimana kira-kira upaya yang Bapak lakukan
untuk menyelipkan nilai-nilai karakter yang
Bapak sebutkan tadi ketika mengajar IPA?
Informan: Menggunakan model pembelajaran CTL untuk
menyelipkan nilai karakter cinta Tuhan dan
segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung
jawab, peduli lingkungan, peduli sosial,
Menggunakan model pembelajaran eksperimen
untuk menyelipkan nilai karakter rasa ingin
tahu.
Menggunakan model pembelajaran kooperatif
untuk menyelipkan nilai karakter suka tolong
menolong dan gotong royong/kerjasama, hormat,
santun, dan rendah hati.
Selain dengan upaya pemilihan model
pembelajaran yang tepat, guru juga menerapkan
teguran dan hukuman bagi siswa serta
memberikan contoh/teladan bagi siswa. Misalnya
dalam hal bertutur kata, bersikap dan
berperilaku.
Pewawancara: Bagaimana respon dari para siswa Pak?
Informan: Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pewawancara: Bagaimana sistem penilaian yang Bapak lakukan
untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai
karakter tersebut melekat pada siswa?
Informan: Aspek sosial menggunakan sosiometri dan
pengamatan.
Aspek religius melalui pengamatan dan praktek
sehari-hari.
Selain itu guru juga mengupayakan agar setiap
anak mempunyai buku catatan khusus
perkembangan anak, yang memuat aspek-aspek
penilaian afektif.
Pewawancara: Pernahkah Bapak/Ibu memberikan penghargaan
atau hukuman terhadap siswa?. Dalam bentuk
apa? (verbal/non verbal)
Informan: Pernah. Verbal dan non verbal. Misalnya
menegur siswa yang melakukan perilaku yang
kurang sopan dan tidak sepantasnya.
Menghukum siswa untuk berdiri di depan pintu
karena tidak membawa buku pelajaran atau
tidak mengerjakan PR. Memberikan tepuk
tangan dan acungan jempol bagi siswa yang
dapat menjawab atau mengerjakan tugas-tugas
dengan baik. Memberikan hadiah baik berupa
material maupun non-material kepada siswa
yang berprestasi.
Pewawancara: Efektifkah penghargaan/hukuman itu untuk
menanamkan pendidikan karakter?. Bisa minta
tolong jelaskan alasannya Pak?
Informan: Menurut saya efektif. Melalui penghargaan atau
hukuman dapat merubah pandangan siswa
terhadap pentingnya proses pembelajaran dan
mengubah cara berpikir siswa, bahwa hal yang
baik akan mendatangkan/mendapat respon yang
baik dan sebaliknya.
Pewawancara: Baiklah Pak...Saya kira cukup, terimakasih atas
waktu dan kesediaan Bapak untuk berdiskusi
dengan saya.
Informan: Iya, sama-sama.

Anda mungkin juga menyukai