Anda di halaman 1dari 24

RONDE KEPERAWATAN

PELAKSANAAN PASSIVE RANGE OF MOTION PADA PASIEN


PENURUNAN KESADARAN DIRUANG ICU RSUP DR. M. Djamil Padang

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH

TIARA YALITA, S.KEP


ERNI CAHAYA YANTI GEA, S.KEP
SUCI INDAH PUTRI, S.KEP

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Yuldanita, S.Kep) (Ns. Emil Huriani, S.Kp, MN)


PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf
dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit,
trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa (Musliha, 2010). Pasien
dengan fase kritis dengan satu atau lebih gangguan fungsi sistem organ vital
manusia yang dapat mengancam kehidupan serta memiliki morbiditas dan
mortalitas tinggi, sehingga membutuhkan suatu penanganan khusus dan
pemantauan secara intensif (Kemenkes RI, 2011). Pasien kritis memiliki
kerentanan yang berbeda. Kerentanan itu meliputi ketidakberdayaan,
kelemahan dan ketergantungan terhadap alat pembantu (Sunatrio, 2010).
Hasil studi di Amerika melaporkan prevalensi pasien kritis selama 2004-
2009 terdapat 3.235.741 pasien yang mendapat perawatan ICU dan 246.151
(7,6%) merupakan pasien kritis kronis. Pasien kritis kronis dengan sepsis
(63,7%) dan yang lainnya seperti stroke, luka parah, cidera kepala dan
tracheostomy (Kahn et al, 2015).
Perawat merupakan salah satu bagian dari team ICU, yang mempunyai
ruang lingkup luas, karakteristik unik serta peran yang penting dalam
pemberian asuhan keperawatan kritis di ICU (Sri dkk, 2012). Salah satu
intervensi yang diberikan berupa perubahan posisi pasien dilakukan tiap 2
jam. Pasien yang dirawat di ruang ICU dengan gangguan status mental
misalnya oleh karena stroke, injuri kepala atau penurunan kesadaran tidak
mampu untuk merasakan atau mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan atau
pasien merasakan adanya tekanan namun mereka tidak bisa mengatakan
kepada orang lain untuk membantu mereka mengubah posisi. Bahkan ada
yang tidak mampu merasakan adanya nyeri atau tekanan akibat menurunnya
persepsi sensori (Batticaca, 2008).
Pemantauan hemodinamika perlu diperhatikan, pemantauan tersebut
merupakan suatu teknik pengkajian pada pasien kritis, mengetahui kondisi
perkembangan pasien, serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk
(Burchell, L. & Powers, A., 2011). Dasar dari pemantauan hemodinamika
adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan
oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan
keseimbangan elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan
hemodinamika berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani
secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ
multipel.Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam merawat pasien-
pasien kritis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memonitor
keadaan hemodinamika. Monitoring hemodinamika merupakan suatu
pengkajian fisiologis yang penting dalam perawatan pasien pasien kritis
(Hery dkk, 2015).
American Association of Critical Care Nurses (AACN) memperkenalkan
intervensi mobilisasi progresif yang terdiri dari beberapa tahapan: Head of
Bed (HOB), latihan Range of Motion (ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan
rotasi lateral, posisi tengkurap, pergerakan melawan gravitasi, posisi duduk,
posisi kaki menggantung, berdiri dan berjalan.Mobilisasi progresif yang
diberikan kepada pasien diharapkan menimbulkan respon hemodinamik yang
baik. Pada posisi duduk tegak kinerja paru paru baik dalam proses distribusi
ventilasi serta perfusi akan membaik selama diberikan mobilisasi. Proses
sirkulasi darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh dan perubahan gravitasi
tubuh. Sehingga perfusi, difusi, distribusi aliran darah dan oksigen dapat
mengalir ke seluruh tubuh (Vollman, 2010).
Menurut Perry & Potter (2006) dalam cahyati (2011), salah satu latihan
fisik untuk mobilisasi persendian yaitu dengan latihan range of motion
(ROM). Range of motion (ROM) atau bisa dikenal dengan rentang gerak
adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of
motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

Berdasarkan data dan fakta yang ada, kelompok tertarik mengangkat ronde
keperawatan mengenai Passive Rang of Motion pada pasien penurunan
kesadaran di ruang ICU RSUP DR.M.DJAMIL PADANG.

B. Tujuan`
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti ronde diharapkan perawat dan keluarga/pasien
dapat mengetahui pengertian, indikasi, manfaat dan pelaksanaan laatihan
ROM Pasif.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti ronde diharapkan keluarga mampu:
a) Menyebutkan pengertian Range Of Motion (ROM)
b) Menyebutkan manfaat Range Of Motion (ROM)
c) Menyebutkan indikasi Range Of Motion (ROM)
d) Menyebutkan cara/ langkah-langkah Range Of Motion (ROM)
e) Memperagakan cara/langkah-langkah melakukan Range Of Motion
(ROM)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP RONDE KEPERAWATAN


1. PENGERTIAN
Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan
keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya
pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.
Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah
satu implementasi dari Relationship Based Care. Ronde keperawatan
memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan
pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat
dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan
serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012).
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai
banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi
di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2010).
Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah salah satu
prosedur dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan
informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan
dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawataannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah
diterima pasien. Laporan dari Studer

2. TUJUAN
Clement (2011) menyebutkan ada dua tujuan dilaksanakannya ronde
keperawatan yaitu bagi perawat dan bagi pasien.
1) Bagi Perawat
a) Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien,
b) Mendukung pertumbuhan dan pengembangan professional,
c) Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus,
d) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan keterampilan klinis, membangun kerjasama dan rasa
hormat,
e) Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
2) Bagi pasien
a) Mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan dari hari ke
hari,
b) Membuat pengamatan khusus dan memberikan laporan ke dokter
c) Memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya,
d) Melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien,
e) Mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien serta
memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

3. KARAKTERISTIK
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
a) Dilibatkan secara langsung
b) Merupakan fokus kegiatan
c) Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
d) Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.

4. PERAN DALAM RONDE KEPERAWATAN


1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi .
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

5. LANGKAH-LANGKAH RONDE KEPERAWATAN


1. Persiapan/ Pre Ronde
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada / keluarga.

2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang kondisi pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan & rencana tindakan
yg akan/telah dilaksanakan & memilih prioritas yg perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah serta tindakan yg akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

6. ROM PASIF
1. Gerakan ROM Pasif
Menurut Potter & Perry (2010), gerakan dalam Passive Range
Of Motion terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut :
1) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

Gambar 2.1. Latihan fleksi dan


ekstensi pergelangan tangan

2) Fleksi dan Ekstensi Siku


Gambar 2.2 Latihan fleksi dan
ekstensi siku

3) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Gambar 2.3 Latihan pronasi
dan supinasi lengan bawah

4) Pronasi Fleksi Bahu


Gambar 2.4 Latihan
pronasi fleksi bahu

5) Abduksi dan Adduksi Bahu

Gambar 2.5 Latihan


abduksi dan adduksi
bahu

6) Rotasi Bahu

Gambar 2.6. Latihan rotasi bahu

7) Fleksi dan Ekstensi Jari-jari kaki

Gambar 2.7 Latihan fleksi dan ekstensi


jari-jari kaki
8) Infersi dan Efersi Kaki

Gambar 2.8 Latihan infersi dan efersi


kaki

9) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki

Gambar 2.9 Latihan fleksi dan


ekstensi pergelangan kaki

10) Fleksi dan Ekstensi Lutut

Gambar 2.10 Latihan fleksi dan ekstensi


lutu
11) Rotasi pangkal paha

Gambar 2.11 Latihan rotasi pangkal paha

12) Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha

Gambar 2.12 Latihan abduksi dan


adduksi pangkal paha
BAB III
RENCANA KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topic / Judul Kegiatan : Pelaksanaan Passive Range Of Motion Exercise
pada pasien penurunan kesadaran di ruang ICU RSUP DR.M.Djamil
Padang
2. Sasaran dan Target
a. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien yang di ruang ICU RSUP DR.M.Djamil
Padang.
b. Target
Pasien dan keluarga pasien saat ronde diadakan
3. Metode
Presentasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
a. Waktu : Jumat, 02 Agustus 2019
b. Pukul : 10.00 WIB s/d 10.30 WIB
c. Tempat : Ruangan ICU RSUP DR.M.Djamil Padang
6. Kegiatan : Ronde tentang pelaksanaan Passive Range Of
Motion Exercise (ROM) pada pasien penurunan kesadaran diruang ICU
RSUP DR.M.Djamil Padang
7. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : CI Klinik
Kepala Ruangan :
Ketua Tim :
Tim Ronde : Tiara Yalita ,S.Kep
Erni Cahaya Yanti Gea, S.kep
Suci Indah Putri, S.Kep
8. Setting Tempat

Keterangan :
: Kepala Ruangan : Ketua Tim/ Tim
Ronde

: Pembimbing

: Pasien

C. RANGKAIAN KEGIATAN

No. Kegiatan Ronde Kegiatan Peserta Waktu


1 Pre- Ronde
 Menetapkan kasus minimal 5 menit
1 hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
 Memberikan inform consent  Menyetujui kontrak
kepada pasien. dan inform consent

2 Pelaksanaan Ronde
 Menjelaskan tentang ROM  Mendengarkan dan 5 menit
Pasif dan kondisi pasien memperhatikan
oleh penyaji dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan &
rencana tindakan yg
akan/telah dilaksanakan &
memilih prioritas yg perlu  Mengemukakan
didiskusikan. pendapat
 Menjelaskan definisi dari
ROM Pasif  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Mendengarkan dan
ROM Pasif memperhatikan
 Menjelaskan tentang
manfaat dari ROM Pasif  Mengemukakan
 Menjelaskan prosedur pendapat
terkait ROM Pasif
 Memberi reinforcement  Mendengarkan
positif  Mendengarkan dan
memperhatikan

 Mengemukakan
pendapat
 Mendengarkan dan
memperhatikan
3 Demonstrasi ROM 10 menit
 Penyaji melakukan ROM  Melakukan
Pasif kepada pasien demonstrasi
 Penyaji mengevaluasi
respon pasien terhadap
tindakan ROM
4 Sesi tanya jawab  Bertanya terkait 5 menit
 Moderator membuka sesi tindakan ROM Pasif
tanya jawab terkait tindakan
ROM
 Penyaji menjawab
pertanyaan yang diajukan
3 Penutup
 Penyaji melakukan evaluasi  Menjawab 5 menit
pertanyaan
 Penyaji meyimpulkan hasil  Bersama moderator
diskusi menyimpulkan
 Penyaji mengucapkan salam materi
 Menjawab salam

D. RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evalusi Struktural
 Kegiatan ronde terlaksana dengan baik
 Peserta ronde hadir sesuai rencana
 Tempat dan alat sesuai dengan perencanaan
 Pre-planning telah disetujui
2. Evalusi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
 Peserta ronde berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evalusi Hasil
 Peserta Ronde mampu menyebutkan pengertian ROM Pasif
 Peserta Ronde mampu menyebutkan pentingnya latihan ROM bagi
pasien dengan penurunan kesadaran
 Peserta Ronde mampu menyebutkan cara/langkah ROM Pasif
 Peserta Ronde mampu melakukan cara/langkah ROM Pasif

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ronde keperawatan adalah salah satu prosedur dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawataannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Passive
Range Of Motion (ROM pasif) merupakan energi yang dikeluarkan untuk
latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat
melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentan gerak dengan mandiri, pasien tirah baring
total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008).
Pasien yang dirawat di ICU diperlukan latihan ROM pasif untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot, sehingga kelompok mengangkat latihan ROM
Pasive sebagai ronde keperawatan sebagai intervensi efektif yang dapat
diberikan dan diterapkan pada pasien-pasien yang dirawat di ICU.

LAMPIRAN MATERI

B. Konsep Passive Range of Motion Exercises


1. Pengertian
Menurut Potter & Perry (2010) rentang gerak (Range Of
Motion/ROM) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan
masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Passive Range Of Motion (ROM pasif) merupakan energi yang
dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat
mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif).
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentan gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun,
dkk., 2008).

2. Indikasi dan Sasaran ROM


Pasif Indikasi:
a. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
b. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total
Sasaran:
a. Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c. Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d. Membantu kelancaran sirkulasi
e. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan
serta difusi persendian
f. Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
Mekanisme Penurunan Intensitas Nyeri dengan Pelaksanaan
ROM Pasif :
Adanya cidera akibat tindakan laparatomi pada pasien
menyebabkan pelepasan mediator kimia nyeri seperti bradikinin,
prostagladin, histamin, dan subtansi P. Mediator nyeri ini yang
pada akhirnya menghasilkan persepsi nyeri pada pasien
(Smeltzer & Bare, 2010). Dengan dilakukannya ROM pasif
sebagai mobilisasi dini pada pasien dengan ventilasi mekanis
dapat menurunkan intensitas perilaku nyeri pasien (Younis &
Safaa, 2015).
ROM pasif dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan
memicu penyembuhan luka yang lebih cepat pada bagian yang
cidera. Sejalan dengan itu proses peradangan menurun dan
aktivasi mediator kimia nyeri menurun sehingga transmisi nyeri
ke sistem saraf pusat menurun. Dengan demikian intensitas
nyeri pada pasien dapat menurun (Nugroho, dkk., 2016).
g. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
Waktu yang tepat untuk memulai mobilisasi dan durasi
intervensi mobilisasi tidak jelas dalam literature. Beberapa
peneliti menunjukkan bahwa layak untuk melaksanakan
mobilisasi segera setelah onset penyakit kritis. Pohlman, dkk.,
memobilisasi rata-rata dalam 1,5 hari setelah intubasi, sementara
Winkelman memobilisasi pasien dalam 48 jam intubasi, dan
Schweickert, dkk melakukan mobilisasi dalam 72 jam intubasi
(Amidei, 2012).
3. Gerakan ROM Pasif
Menurut Potter & Perry (2010), gerakan dalam Passive Range
Of Motion terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut :
13) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

Gambar 2.1. Latihan fleksi dan


ekstensi pergelangan tangan

14) Fleksi dan Ekstensi Siku


Gambar 2.2 Latihan fleksi dan
ekstensi siku

15) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Gambar 2.3 Latihan pronasi
dan supinasi lengan bawah

16) Pronasi Fleksi Bahu

Gambar 2.4 Latihan


pronasi fleksi bahu

17) Abduksi dan Adduksi Bahu


Gambar 2.5 Latihan
abduksi dan adduksi
bahu

18) Rotasi Bahu

Gambar 2.6. Latihan rotasi bahu

19) Fleksi dan Ekstensi Jari-jari kaki

Gambar 2.7 Latihan fleksi dan ekstensi


jari-jari kaki
20) Infersi dan Efersi Kaki

Gambar 2.8 Latihan infersi dan efersi kaki

21) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki

Gambar 2.9 Latihan fleksi dan


ekstensi pergelangan kaki

22) Fleksi dan Ekstensi Lutut

Gambar 2.10 Latihan fleksi dan ekstensi lutu


23) Rotasi pangkal paha

Gambar 2.11 Latihan rotasi pangkal paha

24) Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha

Gambar 2.12 Latihan abduksi dan


adduksi pangkal paha

4. Passive Range of Motion Exercises pada Pasien dengan Ventilator


Mekanik

Menurut Younis & Safaa (2015), pelaksanaan passive range of


motion exercises pada pasien dengan ventilator mekanik dapat
dilaksanakan seperti kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria Pasien:

a. Umur 18 tahun atau lebih

b. Pasien dengan ventilasi mekanis dimulai


dalam 48 jam

c. Hemodinamik stabil
d. Tidak adanya masalah ortopedi dan vaskular membatasi
rentang gerak (ROM) seperti fraktur ekstremitas, dislokasi
sendi, amputasi subluksasi, anggota badan yang hilang atau
cedera, dicurigai atau trombosis vena dalam yang sebenarnya
dan spinal, panggul, atau ketidakstabilan ekstremitas bawah.

Tahap Evaluasi

Para demonstrator memperoleh parameter hemodinamik dan


Behavior Pain Scale melalui empat fase:
i. Fase 1 (waktu 0): melibatkan pengukuran garis dasar
(denyut jantung, sistolik, diastolik, dan saturasi
oksigen, CVP) dan skor BPS diperoleh.
ii. Tahap 2 (waktu 1): para peneliti mengukur parameter
fisiologis (denyut jantung, sistolik, diastolik, dan
saturasi oksigen, CVP) dan skor BPS setelah 5 menit
setelah latihan.
iii. Tahap 3 (waktu 2): para peneliti mengukur parameter
fisiologis setelah 20 menit intervensi (setelah selesai).
Pada fase ini, para peneliti mulai mengukur parameter
hemodinamik dan Behavior Pain Scale selama empat
fase yang disebutkan diatas dan membandingkannya
untuk mengetahui peningkatan dalam temuan ini
melalui penggunaan lembar penilaian (Younis & Safaa,
2015
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes
RI Jakarta
Gehan A,Yanes,et al. 2015. Effectiveness of Passive Range of Motion Exercises on
Hemodynamic parameters and Behavioral pain Intensity among Adult
Mechanically Ventilated Patients. Journal ofNursing and health Scienc Vol.4
Issue 6.
Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai