Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

CRITICAL BOOK REVIEW

Disusun Oleh

Muhammad Razaq (18110176)

Dosen Pembimbing

Rumiris Siahaan, SE., M. Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BINA KARYA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat

menyelesaikan tugas critical book review

Penyusunan critical book review ini penulis menyadari bahwa kelancaran penulisan critical book

review adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan critical book review ini.

Dalam penulisan critical book review inidapat memberikan informasi serta mempunyai nilai manfaat

bagi semua pihak.

Tebing, 26 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ____________________________________________________________ 2

DAFTAR ISI __________________________________________________________________ 3

BAB I _______________________________________________________________________ 4

PENDAHULUAN _______________________________________________________________ 4

BAB II _______________________________________________________________________ 5

IDENTITAS BUKU _____________________________________________________________ 5

BUKU I ____________________________________________________________________ 5

BUKU II ____________________________________________________________________ 5

BAB III ______________________________________________________________________ 6

RINGKASAN BUKU ____________________________________________________________ 6

BUKU I ____________________________________________________________________ 6

BUKU II ___________________________________________________________________ 14

BAB IV _____________________________________________________________________ 20

PEMBAHASAN _______________________________________________________________ 20

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU __________________________________________ 20

BUKU I _________________________________________________________________ 20

BUKU II _________________________________________________________________ 21

PENUTUP ___________________________________________________________________ 22

KESIMPULAN ______________________________________________________________ 22

SARAN ___________________________________________________________________ 22
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Ekonomi koperasi adalah suatu organisasi bersama yang berasaskan kekeluaragaan yang bertujuan

untuk mencari profit atau keuntungan baik untuk anggota itu sendiri dan juga untuk masyarakat umum

yang ada disekitarnya. Ekonomi koperasi merupakan suatu organisasi bisnis yang dioperasikan secara

bersama berdasarkan oleh prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berasaskan pada kekeluragaan,

bertujuan untuk mencaapai kepentingan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama baik

untuk diri sendiri maupun seluruh anggota koperasi itu sendiri dan juga seluruh masyarakat sekitar yang

membutuhkannya.

Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide – ide abstrak yan nerupakan petunjuk untuk membangun

koperasi yang efektif dan tahan lama. Di indonesia sendiri telah dibuat UU no.25 tahun 1992 tentang

perkoperasian. Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah keanggotaan bersifat sukarela

dan terbuka, pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing - masing anggota.

B. TUJUAN

Penulisan critical book report ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca maupun penulis

mengenai perkembangan peserta didik yang meliputi konsep dan prinsip-prinsip perkembangan peserta

didik.

C. MANFAAT

Penulisan critical book report ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun

secara teoritis dalam pembelajaran ekonomi koperasi


BAB II

IDENTITAS BUKU
BUKU I

Judul buku : Ekonomi Koperasi

Penulis : Prof. Dr. Jochen Ropke

Penerjemah : Sri Djatnika S, SE, M.Si

Penerbit : Graha Ilmu

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283

Telp. (0274) 8898936; (0274) 889398

Fax. (0274) 889057

Cetakan : Kedua, 2012

ISBN : 978-979-756-808-5

Tebal buku : (xii+182), 1 Jil. : 26 cm

BUKU II

Judul : Ekonomi skala kecil/menengah & koperasi

Pengarang : Tiktik Sartika Partomo, Abd. Rachman Soejoedono

Penerbit : Ghalia Indonesia, 2002

Asli dari : Universitas Michigan

Didigitalkan : 4 Jan 2010

ISBN : 9794504386, 9789794504383

Tebal : 136 halaman


BAB III

RINGKASAN BUKU
BUKU I

BAB 1

PENTINGNYA KONSEP-KONSEP TEORETIS DALAM ANALISIS KOPERASI

Seperti yang dikatakan oleh filsuf Jerman, Emmanuel Kant, bahwa “tidak ada sesuatu yang lebih

praktis, selain sebuah teori yang baik”. Tanpa teori dan pemahaman empiris yang memadai atas kegiatan-

kegiatan koperasi serta konsekuensinya maka pengukuran kebijakan dan strategi-strategi yang dimaksudkan

untuk memberikan kontribusi pada pencapaian berbagai tujuan (seperti meningkatkan pendapatan per kapita)

melalui koperasi, akan melahirkan peluang yang baik untuk menjadi Ad hoc hypothesis yang tidak efisien,

kontradiktif, dan bahkan merugikan.

Mengembangkan dan membina koperasi serta organisasi-organisasi swadaya lainnya di negara-negara

berkembang dewasa, merupakan tugas sulit dan menghabiskan waktu dengan hasil yang tidak pasti, bila

dibandingkan dengan periode historis sebelumna, saat koperasi modern didirikan dengan spontan di beberapa

negara-negara Barat dan Jepang.

Koperasi di negara-negara yang sedang berkembang, pada umumnya tidak memiliki kesempatan untuk

tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisien ekonominya agar sejajar dengan para pesaing swasta

utama (lembaga) ekonomi pemerintah (govermental economic competit6rs) lainnya. Koperasi-koperasi

tersebut sejak awal keberadaanya pun sudah dihadapkan pada pesaing internasional yang kuat.

Membangun gerakan koperasi yang berhasil dalam kondisi dengan tingkat kemampuan/kompetisi

yang tidak seimbang antara organisasi/lembaga swadaya dan para pesaing utamanya melalui metode alami

trial and error akan merupakan usaha yang sia-sia saja.

Sedangkan untuk berpindah pada strategi lain (yaitu instituisionalisasi organisasi swadaya/koperasi

yang dirancang) memerlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor atau variabel-variabel yang menentukan

berhasil atau tidaknya institusi tersebut. Perubahan strategi lain dan rancangan organisasi-organisasi akan
memerlukan hipotesis yang telah teruji dengan baik, teori-teori, hukum-hukum mengenai pengembangan

koperasi, yang dapat memberi informasi yang diperlukan bagi para pendiri institusi tersebut.

Salah satu pendorong utama dari pengetahuan yang akan dipakai dalam mengembangkan kelembagaan

institusi adalah pengetahuan “teoretis”, yaitu jenis informasi yang kita butuhkan untuk “menjelaskan”

kenyataan empiris. Dengan bantuan informasi teoretis, setidaknya kita akan mampu menyarankan kepada

berbagai agen pendiri institusi, kebijakan-kebijakan koperasi mana yang tidak akan berjalan/berfungsi dalam

fungsi tertentu.

Saat mengacu pada pengetahuan teoretis ini maka pengetahuan dan pengalaman para ahli juga dapat

menjadi sangat bermanfaat. Bila tanpa informasi teoretis mungkin akan mengarah pada peniruan dogmatis

dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam situasi yang tidak relevan dalam lingkungan baru. Teori-

teori dan hipotesis mana yang kita perlukan untuk membantu menganalisis institusi koperasi dan mendirikan

organisasi koperasi.

Teori ekonomi koperasi yang ada selama ini, belum merupakan jawaban yang memuaskan bagi banyak

masalah yang kita hadapi dalam menganalisis dan membangun institusi koperasi. Para pembuat kebijakan dan

peneliti perlu sedapat mungkin teruji mendasarkan tindakan-tindakannya pada prinsip-prinsip yang kuat; yang

secara empiris sehingga mereka mampu menguasai berbagai permasalahan rumit yang terkait dalam

melakukan tugasnya.

Teori ekonomi mikro standar membangun hipotesisnya pada perusahaan yang dikelola sendiri, yang

memiliki konsekuensi menyenangkan. Masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan timbul dari tidak adanya

pemisahan antara kepemilikan dan manajemen serta pengendalian/pengawasan terhadap perusahaan. Dalam

perusahaan seperti itu seseorang dapat bertindak baik sebagai pemilik perusahaan maupun pengambil

keputusan-keputusan penting mengenai manajemen kewirausahaan.

Efisiensi suatu lembaga seperti koperasi, tidak dapat ditentukan dalam isolasi atau keadaan yang

berdiri sendiri terlepas dari efisiensi lembaga-lembaga lainnya. Efisiensi suatu lembaga harus dibandingkan

dengan efisiensi lembaga lain pada situasi riil atau lingkungan yang sama, untuk mengetahui lembaga mana

yang lebih efisien.


Sebagai konsekuensi, dalam melakukan analisis harus dicari faktor-faktor (penyebab) yang dapat

mendorong koperasi melakukan berbagai transaksi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari lembaga

lainnya. Misalnya, koperasi berhasil mewujudkan skala ekonomi, oleh karena itu dapat memproduksi dengan

biaya yang lebih rendah, atau koperasi dapat memberikan kepada anggotanya kekuatan tawar-menawar yang

lebih tinggi, sehingga dapat menawarkan harga yang lebih menguntungkan, dan seterusnya.

Untuk mengatakan koperasi memiliki keunggulan karena dapat mewujudkan skala ekonomi, perlu

dibuktikan bahwa skala ekonomi tersebut tidak hanya ada pada waktu dan tempat yang khusus sa1a,

melainkan, bahwa koperasi memang lebih mewujudkan keunggulan-keunggulan itu. Akan tetapi sayang, hal

ini belum dapat dibuktikan sehubungan dengan satu atau faktor-faktor lainnya. Agar koperasi mampu

mewujudkan skala ekonomi sering koperasi diberi hak-hak monopoli maupun hak istimewa yang

memungkinkan untuk menahan masuknya pesaing. Skala ekonomi (pengurangan biaya) yang kemudian

dicapai dalam situasi seperti itu bukanlah hasil dari efisiensi koperasi, melainkan karena posisi monopoli atau

hak-hak istimewa yang sama.

BAB 2

BADAN USAHA YANG BERBENTUK KOPERASI

(THE COOPERATIVE FORM OF ENTERPRISE)

Cara para esensialis mendefinisikan koperasi kurang dapat membantu mencapai tugastugas yang

secara konvensional dijadikan pelengkap bagi ilmu empiris, untuk menjelaskan kenyataan, membimbing

kegiatan pemecahan masalah maupun untuk pembuatan prediksi.

Berbicara mengenai kegiatan koperasi, jika sekelompok orang yang bebas secara hukum atau unit-unit

ekonomi bekerja sa0a untuk memiliki dan bertanggung jawab atas manajemen suatu badan usaha, dan

bermaksud untuk menggunakan output-output ekonomis dari badan usaha, dan bermaksud untuk

menggunakan output-output ekonomis dari badan usaha tersebut maka kita menamakan badan usaha semacam

itu sebagai badan usaha koperasi. Pelaku-pelaku ekonomi (economic agents) pada saat bersamaan, bertindak

sebagai pemilik maupun pelanggan atau pemasok dari unit usahanya, disebut anggota masyarakat koperasi
(cooperator). Kelompok tersebut terdiri dari anggota koperasi (cooperators) dan badan usaha koperasi, yang

bersama-sama membentk masyarakat koperasi.

Penggunaan prinsip identitas untuk mengidentifikasi koperasi adalah suatu hal yang agak baru, dengan

demikian banyak pelaku koperasi yang belum mengenalnya dan masih berpaut pada pendekatan-pendekatan

esensialis maupun hukum yang lebih dahulu, yang membuatnya sulit atau bahkan tidak mungkin untuk

membedakan suatu koperasi dari unitunit usaha lainnya seperti kemitraan, perusahaan saham atau di Indoneisa

dikenal dengan Perseroan Terbatas (PT).

Selain itu, dengan mengunakan kriteria identitas, akan mampu dipadukan pandanganpandangan baru

dan perkembangan-perkembangan mutakhir dalam teori perusahaan ke dalam ilmu koperasi.

Terdapatnya suatu identitas yang disengaja yakni para pemilik suatu organisasi usaha sama dengan

para pengguna jasa utama pelayanannya itulah yang mendorong asumsi bahwa organisasi semacam itu

bersikap lain daripada usaha “biasa atau umumnya”, dan organisasi semacam itu menghasilkan efek yang juga

berbeda dari transaksi pasar yang “biasa/umum”.

Koperasi dapat menjadi organisasi yang benar-benar swadaya (mandiri), tetapi, koperasi dapat dan

sering pula diorganisir untuk memperoleh bantuan dari luar. Koperasi dapat merupakan organisasi swadaya

(Self Help Organization) atau organisasi atas bantuan eksternal (External Help Organization); atau campuran

dari keduanya, tergantung pada apakah mereka menggunakan sumber-sumber daya sendiri yang lebih utama

atau perolehan dana eksternal yang didapat melalui saluran non-pasar;

BAB 3

PARTISIPASI DALAM KOPERASI

Terdapat banyak koperasi dengan tingkat partisipasi anggota yang rendah, namun beberapa

diantaranya tetap dapat memberikan manfaat yang memuaskan bagi para anggotanya. Akan tetapi, tanpa

partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam rangka

mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar.


Partisipasi pada hakikatnya tidak membuat koperasi berbeda dari organisasi yang tidak memiliki

sifat/kriteria identitas. Jika suatu perusahaan menjual jasanya di pasar terbuka maka perusahaan tersebut juga

membutuhkan umpan balik dari pelanggan agar dapat bersaing dengan berhasil. Inti dari umpan balik ini

adalah informasi mengenai jumlah produk/jasa yang dapat dijual oleh perusahaan jika pelanggan tidak puas,

mereka akan membeli sedikit, dan dengan ini sebenarnya mereka telah memberikan informasi berharga bagi

perusahaan untuk meningkatkan pelayanannya.

Kebutuhan untuk memuaskan kondisi pasar merupakan pengendalian yang efektif atas kekuatan bisnis

perusahaan. Para pelanggan dapat pula memberikan informasi yang lebih langsung (misalnya, dengan

membuat saran maupun keluhan) atau bahkan ikut terlibat dalam pengembangan produk-produk baru.

Jika hubungan antara pemilik dan manajemen diisolasi, terdapat empat kemungkinan bentuk yang akan

dipakai perusahaan: perusahaan yang dikelola sendiri (perusahaan perseorangan); kemitraan; perusahaan

umum, dan koperasi. Hanya dalam perusahaan yang dikelola sendiri tidak terdapat masalah konflik

kepentingan karena pemilik/pengelolanya adalah orang (satu-satunya) yang memiliki klaim atas pendapatan

(surplus) perusahaannya.

Memiliki suatu perusahaan belum menjamin pengawasan atau pengelolaan. Manajemen perusahaan

berjalan menurut kepentingan pemilik, kecuali jika orang yang memiliki perusahaan juga merupakan orang

yang membuat keputusan-keputusan manajerial penting.

Pengelompokan utama dalam suatu koperasi terdiri dari anggota, direksi, dan manajemen.

Keanggotaan itu sendiri tidak perlu homogen, mungkin saja ada para pemegang saham yang tidak lagi

melakukan hubungan dagang dengan koperasi tetapi masih memiliki hak memilih; anggota yang sudah lama

menggunakan layanan koperasi, maupun anggotaanggota baru. Volume usaha yang dilakukan anggota dengan

koperasi bervariasi sehingga pengguna jasa/pelanggan yang aktif mungkin akan memiliki kebutuhan dan

aspirasi yang berbeda dari mereka yang tidak aktif.

Konflik mungkin juga terjadi antara direktorat dan eksekutif (pelaksana) terlebih lagi pada pada

koperasi yang besar, multi-fungsi/usaha dengan struktur administrasi yang rumt dan kegiatan-kegiatan

komersil yang luas.


BAB 4

ANALISIS TEORI HARGA PADA KOPERASI

Alternatif mengenai make atau buy dapat juga diterapkan dalam koperasi. Jika koperasi dibentuk oleh

para pengrajin sepatu, mereka dapat berfungsi menjadi distributor pada tingkat grosir (membeli sepatu dari

anggota dan menjualnya kepada pengecer) atau pada tingkat eceran (pengrajin sepatu memiliki outlet eceran

sendiri dan memasarkan sepatu kepada produsen akhir.

Apa yang dilakukan oleh produsen sepatu kadang-kadang disebut rasionalisasi saluran atau dalam

istilah yang lebih umum adalah ‘menghapuskan perantara’ sebagai unsur independen dalam rantai pemasaran.

Sebagaimana yag telah diungkapkan sebelumnya, koperasi dapat didirikan pada tingkat manapun dalam rantai

pemasaran. Konsumen dapat bekerja sama untuk membentuk koperasi konsumen sepatu dan bersaing

langsung dengan pengecer sepatu lainnya. Atau pengecer sepatu mendirikan koperasi yang berfungsi untuk

membeli sepatu dari grosir dengan kondisi yang lebih menguntungkan bagi anggota atau bahkan bertransaksi

secara langsung dengan produsen sepatu.

Koperasi grosir yang dimiliki oleh produsen dapat bersaing dengan koperasi yang dimiliki olej

pengecer pada tingkat yang sama dalam rantai pemasaran. Kepentingan masingmasing operasi tersebut sangat

berbeda, karena keanggotaan mereka yang berlainan. Koperasi yang beranggotakan produsen, akan berusaha

mengenakan harga yang anggotanya terdiri dari pengecer berusaha untuk membayar harga serendah mungkin

kepada produsen sepatunya. Terjadilah konflik ‘in-built’ yang hanya dapat dipecahkan jika koperasi produsen

berintegrasi ke hilir dengan mendirikan fasilitas produksi sendiri. Dalam kasus ini, dapat diamati persaingan

antar tingkat pemasaran pada koperasi.

Walaupun demikian, kelihatannya kurang realistis bila berharap bila berharap bahwa konflik antar

pelaku atau antar tingkatan dalam rantai pemasaran dapat dikurangi hanya dengan mengorganisir sektor

ekonomi secara koperasi.

Struktur pasar (market conduct) ata4 perilaku (behaviour) bisnis dapat dipahami sebagai pilihan taktik

dan strategi yang terdapat pada pembagian perusahaan dalam struktur pasar yang khusus. Tindakan pasar

terdiri dari parameter tindakan atau instrumen yang akan digunakan oleh perusahaan, yang berhubungan
dengan pemasaran produk-produknya dan bentuk-bentuk pilihan dari persaingan maupun kerja sama dengan

pesaing.

Kinerja pasar berhubungan dengan hasil-hasil ekonomis dan non ekonomis yang ditentukan oleh

struktur pasar atas ‘behaviour’ perusahaan yang harus dihasilkannya. Kinerja dapat dilihat dalam

hubungannya dengan dimensi-dimensi yang berbeda seperti efisiensi ekonomis/alokatif, mutu produk,

kemajuan teknologi, dalam hal koperasi, dan promosi anggota.

BAB 5

BIAYA TRANSAKSI DAN KINERJA KOMPARATIF KOPERASI

Keberhasilan koperasi untuk jangka panjang jarang tergantung hanya pada hasil—hasil ekonomis

secara murni, tetapi justru hal inilah yang diasumsikan terjadi dalam pendekatan kelembagaan komparatif.

Terdapat dua pendekatan penting untuk menelaah sebab-sebab kinerja komparatif organisasi yang

dimiliki oleh pengguna jasa/pelayanannya. Terdapat dua faktor ekonomis yang berperan secara menonjol,

yaitu aplikasi harga konvensional dan teori pasar, serta penggunaan argumen teoretis biaya standar (skala

ekonomi) bagi koperasi. Masing-masing argumen ini memiliki kelebihan maupun kekurangan sehingga

menimbulkan motivasi dalam mencari penyebab lain atas keberhasilan maupun kegagalan koperasi.

Dalam teori konvensional, perusahaan dianggap sebagai “fungsi produkasi”. Jika dua perusahaan

menggunakan teknologi yang identik maka perusahaan itu dianggap sama/identik. Perusahaan tersebut

diperlakukan sebagai “kotak hitam” yang operasi internalnya (interworkings) dapat diabaikan dalam

menjelaskan tindakan-tindakan pasar (Ropke,1977). Keanekaragaman organisasi, sekalipun merupakan suatu

data, tidak memiliki konsekuensi ekonomi yang nyata.

Jika pasar tersebut bekerja dengan baik, efisien, tanpa menimbulkan perselisihan atau jika koordinasi

pasar oleh invisible hand efektif maka tidak akan diperlukan lagi cara-cara alternatif untuk mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan ekonomi. Spesialisasi dapat diabaikan karena tata tertib yang spontan dari pasar (koordinasi

invisible hand).
Sebagaimana yang diperlihatkan oleh ekonomi biaya transaksi, berbagai masalah yang rumit dapat

ditelaah secara meyakinkan dengan menggunakan biaya transaksi. Misalnya, dapat diperlihatkan bahwa biaya

transaksi pasar menyebabkan berintegrasi secara vertikal. Karena organisasi koperasi pun merupakan integrasi

vertikal maka ekonomi biaya transaksi juga dapat menjelaskan mengenai kinerja koperasi.

Suatu perusahaan akan memperluas atau menginternalisasikan transaksi pasar ke dalam batas-batas

perusahaanya jika biaya organisasi untuk menambah fungsi lain dalam perusahaan, sama dengan biaya

transaksi untuk mengkoordinasikan kegiatan yang sama melalui pasar (sistem pasar). Daripada

mempertimbangkan batas-batas perusahaan sebagai faktor-faktor yang ditentukan oleh teknologi, Coase

(1952,333) mengusulkan bahwa perusahaan dan pasar dapat dianggap sebagai alat alternatif dari koordinasi

ekonomi (organisasi). Masalah yang timbul dari pendapat Coase ini adalah sulitnya mengidentifikasi faktor-

faktor yang menentukan terjadinya perbedaan biaya transaksi.

BAB 6

TEORI KETIDAKPASTIAN KOPERASI

Pendekatan biaya transaksi pada teori perusahaan secara luas dianggap sebagai suatu inovasi teoretis

yang penting. Walaupun konsep-konsep baru seperti asset specificity, oportunisme, hold-up, dan sejenisnya

serta pengertian yang muncul karena adanya pergeseran dari pasar ke hierarki patut dihargai, namun,

pemikiran biaya transaksi ekonomis tidak harus digunakan.

Adaptasi harus dilakukan untuk dapat bertahan. Kesulitan utamanya ialah dalam mengevaluasi biaya

transaksi properti dalam suatu organisasi yang digunakan pemikiran keseimbangan ekonomis ekuilibrium atau

dengan ekonomi yang berubah? Perusahaan yang bergerak secara optimal dibawah kondisi ekuilibriumnya,

tidak dapat bertahan lama di dalam lingkungan yang pertumbuhan ekonominya berjalan cepat.

Koperasi didirikan untuk mengurangi ketidakpastian bagi para anggota. Agar dapat menjalankan

fungsi ini, koperasi harus bersaing dengan pasar dan perusahaan lain yang tidak memiliki karakteristik

koperasi.
Ketidakpastian dalam pengertian ini, tidak dapat menjadi probabilitas yang dapat dihitung secara

numeris, dapat dianggap sebagai suatu kategori yang subjektif. Dua orang pelaku ekonomi yang dihadapkan

pada keadaan yang sama, yang satu melihat keadaan itu sebagai tidak pasti, sedangkan yang lain melihat

sebagai keadaan berisiko. Masing-masing dapat memperkirakan probabilitas secara subjektif tergantung pada

pengetahuan dan kemampuan mereka.

Ketidakpastian timbuk karena ada kesenjangan antara kesulitan menguasai suatu keadaan dengan

kemampuan atau kepandaian pribadi seorang pelaku ekonomi. Oleh karena itu, ada banyak tingkat motivasi

dan insentif yang berbeda dari tiap individu untuk bergabung atau memasuki suatu organisasi di mana

ketidakpastian diharapkan dapat dikurangi. Apa yang dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang tidak dapat

diatur bagi petani A sehingga memutuskan untuk masuk sebuah koperasi, mungkin dianggap dapat diatur bagi

petani B, yang melihat tidak adanya insentif untuk masuk sebuah koperasi.

BUKU II

BAB 4

PERINTISAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI KOPERASI

4.1 Latar belakang

Tujuan ekonomi yang ingin dicapai adalah antara lain menciptakan kesempatan kerja, distribusi

pendapatan yang merata, menciptakan efisiensi, memantapkan stabilitas harga dan mendorong

pertumbuhan ekonomi.

4.2 Lembaga historis dan bentuk kerja sama tradisional

Lembaga koperasi dinamakan lembaga koperasi asli atau kerjasama tradisional, contoh gotong

royong di Indonesia. Walaupun lembaga koperasi historis secara analisis berbeda dengan koperasi

koperasi modern. Namun koperasi historis dalam bentuk swadaya dan kerja sama tradisional merupakan

keadaan yang menguntungkan bagi prakarsa dan penyebaran organisasi koperasi modern.
4.3 Sejarah dan penyebaran organisasi koperasi

Sebelum terjadinya revolusi di Eropa (awal abad 18), keadaan perekonomian lebih mendekati

kondisi pasar persaingan sempurna. Dalam kondisi ini para pengusaha tidak bias menentukan harga.

Gagasan-gagasan mengenai organisasi koperasi mulai menyebar dari Eropa ke benua Amerika dan

juga berkembang ke asia termasuk Indonesia.

4.4 Perkembangan koperasi di Negara – Negara industry

Perkembangan secara bertahap dan penyebaran koperasi-koperasi modern dan gerakan-gerakan

koperasi di Eropa sering dipengaruhi sebagai suatu “poses perkembangan yang cepat”, yang juga

dipengaruhi oleh ideology para pelakunya. 4.5 Perintisan dan perkembangan organisasi koperasi di Negara

yang sedang berkembang

Organisasi –organisasi koperasi terutama didirikan di daerah-daerah pedesaan Negaranegara

berkembang. Hal ini terutama menyangkut organisasi-organisasi yang di daftarkan sesuai dengan undang-

undang koperasi dari Negara bersangkutan dan organisasi tersebut biasanya disebut koperasi modern.

4.6 Sejarah koperasi di Indonesia

Pada masa penjajahan diberlakukan “culturstelsel” yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat,

terutama para petani dan golongan bawah. Peristiwa tersebut menimbulkan gagasan dari seorang patih

purwokerto untuk mengatasi kemelaratan rakyat. Kegiatannya diawali dengan menolong orang kecil dengan

mendirikan “Hulpen sparen landbouwcredit” didirikan juga rumahrumah gadai, lumbung desa, dan bank-

bank desa.
BAB 5

ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI

5.1 Definisi organisasi koperasi

Definisi koperasi berbeda beda dan menimbulkan diskusi-diskusi yang tidak terlepas dari pengaruh

pengaruh ideology tertentu.

5.2 Pemikiran dasar mengenai organisasi koperasi

Karakteristik maka suatu organisasi koperasi dapat dilihat dari hal-hal berikut: 1. Substansinya

adalah suatu system sosio-teknis

2. Hubungannya dengan lingkungan adalah suatu system yang terbuka

3. Pemanfaatan sumber dayanya adalah suatu system ekonomi

5.3 Perangkat organisasi koperasi

Perangkat organisasi terdiri atas rapat anggota, pengurus dan pengawas akan diuraikan secara terinci

menurut tingkat hirarki, koordinasi, dan uraian tugasnya masing-masing.

5.4 Manajemen koperasi

Fungsi-fungsi manajemen koperasi ialah:

a. Perencanaan (planning)

b. Pengorganisasian (organizing)

c. Pelaksanaan (actuating)

d. Pengawasan ( controlling)
5.5 Pembentukan koperasi dan pembubaran koperasi

Pembentukan koperasi terdiri dari; Daftar nama pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan

tujuan serta bidang usaha, ketentuan mengenai keanggotaan,pengelolaan,rapat anggota, permodalan,jangka

waktu berdirirnya, pembagian SHU, sanksi.

Pembubaran koperasi dilakukan apabila: pertama, terdpat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan

tidak dapat memenuhi ketentuan UU ini, kedua, kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau

keusilan, ketiga, kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

5.6 Jenis-jenis organisasi koperasi

1. Koperasi dalam arti sosio ekonomis dan koperasi dalam arti hokum

2. Prakoperasi dan koperasi

3. Koperasi yang otonom dan koperasi yang diofisialisasikan.

BAB 6

PERMODALAN KOPERASI

Koperasi mempunyai prinsip member based oriented activity, bukan capital oriented activity,

sehingga pembentukan modal sendiri(equity) tergantung pada besarnya simpanansimpanan para anggotanya

dan jumlah anggota koperasi tersebut.

Menurut UU No 52/1992 modal koperasi terdiri atas hal-hal berikut:

1. Modal sendiri

2. Modal pinjaman

3. Modal penyertaan
BAB 7

ORGANISASI KOPERASI DALAM SISTEM PASAR

Keunggulan organisasi koperasi dalam system pasar:

1. Untuk mencapai skala ekonomi

2. Biaya transaksi bias dikoordinasikan antarfungsi sehingga biaya tersebut bias ditekan serendah-

rendahnya

3. Bias mengadakan kesepakatan agar harga jual poduk koperasi tetap menarik bagi konsumen

dengan melaksanakan orientasi pesaing

BAB 8

ORGANISASI KOPERASI DALAM STRUKTUR PASAR

Dalam kondisi pasar bagaimana koperasi dengan tingkat kemampuan yang given mencapai hasil-

hasil ekonomi yang lebih baik bagi anggotanya. Memusatkan pada kebijakan harga pasar bagi koperasi dan

sedikit tentang aturan harga intra-koperasi (the intra-cooperative pricing rules). Berapa harga yang harus

dibayar anggota pada koperasi pemasok (supply), dan berapa harga yang diperoleh anggota pada koperasi

pemasaran. Pendekatan model struktur pasar neoklasik standar, adalah suatu pendekatan yang akan dipakai

dalam buku koperasi ini.

BAB 9

KOPERASI DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

Dibandingkan dengan tipe organisasi lain, pembentukan organisasikoperasi yang mandiri dan otonom

telah diterima dengan alas an-alasan sebagai berikut:

1. Organisasi koperasi relative terbuka dan demokrasi, mempunyai perusahaan yang dimiliki bersama

dan dapat mewujudkan keuntungan-keuntungan yang bersifat social/ekonomis dari kerjasama bagin

kemanfaatan para anggotanya.


2. Struktur dasar dari tipe organisasi koperasi yang bersifat social ekonomis cukup fleksibel untuk

diterapkan pada berbagai kondidi social ekonomis tertentu

3. Melalui pembentukan perusahaan yang dimiliki secara bersama, para anggota memiliki peningkatan

pelayanan dengan pengadaan secara langsung barang dan jasa yang dibutuhkannya atas dasar

persyaratan yang lebih baik dibandingkan dengan yang diperoleh di pasar umum atau disediakan

Negara.

4. Para anggota yang termasuk golongan penduduk yang social ekonominya “lemah”., dapat

memanfaatkan sarana swadaya yang terdapat pada organisasi koperasi untuk memperbaiki situasi

ekonomi/sosialnya, dan untuk mengintegrasikan dirinya dalam pLroses pembangunan social

ekonomis.
BAB IV

PEMBAHASAN

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

BUKU I

KELEBIHAN

1. Paduan cover buku ini menarik, memungkinkan memikat minat pembaca.

2. Pada buku ini di paparkan jelas bagaimana konsep Ekonomi Koperasi.

3. Buku ini memuat pendapat para ahli tentang konsep-konsep dalam prinsip Ekonomi Koperasi.

4. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan mengerti.

5. Dengan penyajian kalimat yang baik, pembaca dapat dengan mudah memaknai setiap pernyataan

pembelajaran.

6. Bahasan yang sangat edukatif.

7. Pembahasan materi yang dibahas di paparkan secara sistematis, mulai dari pendahuluan hingga

bagaimana pengembangan Ekonomi Koperasi.

8. Materi yang dibahas dalam buku ini sederhana tetapi sudah mencakup secara keseluruhan mengenai

konsep Ekonomi Koperasi.

KELEMAHAN

1. Tidak ada buku yang sempurna, buku ini juga memiliki kekurangan.

2. Terdapat beberapa penulisan yang salah dalam pengetikannya atau berlebih huruf dalam

pengetikannya.

3. Terkadang ada istilah asing yang tidak di cetak miring atau di cetak tebal.

4. Banyak menggunakan istilah asing yang ambigu atau kurang jelas pemaparannya.

5. Pada pembahasan yang memuat item seharusnya dibuat menurun sehingga memudahkan pembaca dan

menarik minat pembaca. 6. Ada beberapa penjelasan yang kurang diperjelas oleh penulis.
BUKU II

KELEBIHAN

1. Cover dari buku satu sangat menarik. Sehingga si pembaca tertarik untuk membaca buku tersebut.

2. Tata cara penulisan buku ini sudah sangat baik

3. Judul danPembahasan pada buku ini juga sinkron

4. Pada BAB ke VII, buku ini membahas tentang Potensi Koperasi dalam sisitem pasar, yang mana

pembahasan ini sangat dibutuhkan oleh sebagian pembaca dan si penulis memaparkan kajian dengan

baik

KELEMAHAN

1. Pada BAB ke II, dalam kajiannya, buku ini kurang menjelaskan tentang mengapa UKM di masa krisis

namun tetap bisa berkembang, hal ini membuat si pembaca bingung dan memikirkan hal itu.

2. Pada BAB ke VI, sipenulis menjelaskan mengenai SHU, namun si penulis tidak memaparkan contoh

penghitungan SHU itu sendiri

3. Pada BAB ke VIII, si penulis banyak memaparkan kurva analisis jangka pendek, namun si pembaca

tidak menjelaskan bagaimana garis pada kurva tersebut bisa berada pada titiknya masing-masing

4. Buku ini tidak memaparkan tentang biodata si penulis, sehingga kami para pembaca tidak bisa lebih

mengenal sosok penulis dari buku ini


PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi, koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang-seseorang atau badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi berfungsi dan berperan mengembangkan potensi dan

kemampuan anggota dan masyarakat berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh

perekonomian rakyat, mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa. Tujuan dari

koperasi itu adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta

ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan untuk prinsip koperasi sudah dijelaskan menurut

UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5.

Dan penjelasan terakhir di pendahuluan ini adalah mengenai sejarah lahirnya koperasi dimana koperasi

sudah berdiri dan ada sejak lama. Yaitu sejak Indonesia sebelum merdeka hingga orde baru sampai sekarang

ini juga koperasi masih berkembang.

SARAN

Pada pembahasan ini menjelaskan pengertian koperasi dari berbagai pandangan para ahli dan dari

undang-undang koperasi itu sendiri, termasuk juga prinsip-prinsip dan asas koperasi. Dengan demikian

diharapkan mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya menjadi paham tentang bagaimana

melakukan kegiatan usaha dengan berkoperasi, dan dapat membandingkan dengan kegiatan usaha yang bukan

koperasi.

Anda mungkin juga menyukai