Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

Mata Kuliah: ETIKA EKONOMI

Dosen Pengampu : Noni Rozaini M.Si

Disusun Oleh :

Anggi Permata Sari 7193540011

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI C


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas nikmat yang telah
diberikan sehingga selesainya Critical Book Review ini dalam rangka memenuhi tugas
matakuliah Etika Ekonomi , dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Noni Rozaini M.Si.
selaku dosen pengampu matakuliah Etika Ekonomi ini karena telah memberikan tugas
serta membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan tugas ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran serta usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Critical Book Review ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf jika terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Medan, Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Tujuan ...................................................................................................................1
C. Manfaat .................................................................................................................1
BAB II. RINGKASAN BUKU ........................................................................................2
A. Identitas Buku ......................................................................................................2
B. Ringkasan Buku ...................................................................................................3
BAB III. PEMBAHASAN ...............................................................................................10
A. Kelebihan Isi Buku ...............................................................................................10
B. Kelemahan Isi Buku .............................................................................................10
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................................11
A. Kesimpulan ...........................................................................................................11
B. Saran .....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehubungan dengan diterapkan kurikulum KKNI pada Universitas Negeri
Medan, para mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide,
dan kreatifitasnya. Dalam Critical Book Report ini mahasiswa dituntut untuk
mengkritisi sebuah buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga
dapat dipahami oleh mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk
didalamnya mengerti akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan
dikritisi. Namun kali ini penulis hanya akan meringkas chapter Etika Ekonomi dari
materi buku ini.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan serta sistematika. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi, terkhusus pada pokok pembahasan tentang Etika Ekonomi
.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Critical Book Report adalah sebagai berikut :
1. Penyelesaian salah satu tugas mata kuliah Etika Ekonomi .
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam menggali informasi dan menganalisis
gagasan.
3. Menguatkan teori yang berhubungan dengan Etika Ekonomi sehingga dapat
disintesis menjadi gagasan utama dalam tulisan atau penelitian baru.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Critical Book Report adalah sebagai berikut:
1. Merangkum gagasan yang dituangkan didalam penelitian yang dilaporkan.
2. Menemukan kelebihan dan kekurangan dengan melakukan analisis secara
seksama.
3. Melatih kemampuan berfikir kritis, analitis serta menuangkannaya kembali
dalam gagasan yang terdapat dalam buku.
BAB II
RINGKASAN BUKU

1
A. Identitas Buku
BUKU UTAMA
1. Judul Buku : Etika Ekonomi
2. Penulis : Bonaraja Purba dkk
3. Penerbit : Yayasan Kita Menulis
4. Tahun Terbit : 2021
5. ISBN : 978-623-342-143-0

BUKU PEMBANDING
1. Judul Buku :Etika Bisnis Perspektif Islam
2. Penulis :Abdul Aziz, M.Ag.
3. Penerbit :Alfabeta
4. Kota Terbit :Bandung
5. Tahun Terbit :2013
6. ISBN :978-602-7825-98-7

B. Ringkasan Buku

2
BUKU UTAMA

Bab 1
Konsep Etika, Moralitas, dan Tanggung Jawab Sosial
Konsep etika ekonomi ini diharapkan dapat membantu para pelaku ekonomi dalam
mengambil keputusan dan tindakan tertentu dalam kegiatan ekonominya.Hal ini bermakna
bahwa kita dapat menilai apakah perilaku ekonomi tertentu dapat dibenarkan jika dilihat
dari sudut pandang teori etika tertentu (Sonny, 1998).Untuk menghadapi perkembangan
dunia ekonomi yang begitu cepat dan dinamis pada saat ini dan pada waktu mendatang,
tentunya harus diimbangi dengan suatu aturan-aturan atau norma-norma yang dapat
mengatur kegiatan ekonomi itu sendiri, agar pihak-pihak pemangku kepentingan
(stakeholder) dapat melakukan kegiatan ekonominya dengan baik, lancar, dan
berkesinambungan.Bahkan dalam suatu kegiatan ekonomi itu dapat mendatangkan manfaat
dan laba yang optimal bagi kelangsungan hidup perusahaannya (Sudarmanto et al., 2020).
1.2 Konsepsi Etika Ekonomi
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang menurut Keraf (1998) adalah
adat istiadat atau kebiasaan.Perpanjangan dari adat istiadat membangun suatu aturan kuat
di masyarakat, yaitu setiap tindakan mengikuti aturan, dan aturan tersebut membentuk
moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat yang berlaku.Etika pada umumnya
diidentikkan dengan moral (atau moralitas).Meskipun keduanya terkait dengan baik dan
buruknya tindakan manusia, etika dan moral memiliki pengertian yang berbeda.Moral
lebih terkait dengan nilai baik dan buruk setiap perubahan manusia, sedangkan etika lebih
merupakan ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk tersebut.
1.3 Moralitas Dalam Etika Ekonomi
Dalam kegiatan perekonomian moral perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-
benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.Kenapa hal
perlu ini dibicarakan? Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi
tanpa diimbangidengan dunia bisnis yang ber “moral”, dunia ini akan menjadi suatu rimba
modern yang kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal
33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud.
Adapun moral yang baik pastilah lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran
agama dan budaya dengan baik pula. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan
hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan
bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis.

3
1.4 Pengembangan Tanggung Jawab Sosial
Setiap pelaku ekonomi dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks
lagi.Misalnya kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat
harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan
kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup
keuntungan yang berlipat ganda.Jadi, diharapkan meskipun dalam keadaan excess demand
pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya.

Bab 2
Teori Teori Etika
Etika adalah cabang filsafat yang secara kritis mempertimbangkan apa tindakan yang baik
dan buruk berdasarkan ajaran moral tertentu. Tindakan ini memiliki sifat yang relatif,
karena hal ini berkaitan erat dengan kapan, siapa di mana dan bagaimana cara menyikapi
tindakan tersebut. Jika pendapat ini diberlakukan maka situasi yang akan dihadapai bisa
menjadi kacau. Hal yang menjadi permasalahannya adalah karena tidak ada pedoman yang
bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
2.2 Etika Teleologi
Etika Teleologi berasal dari bahasa Yunani yakni ”telos” yang artinya tujuan. Etika
teleologi memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai bagaimana kita bertindak secara
konkret dengan cara menganalisis objek atau memberikan efek atas suatu konsekuensi dari
tindakan yang telah lakukan. Dengan kata lain, etika ini dapat memberikan ukuran
mengenai tindakan baik atau buruk atas dasar tujuan yang akan dicapai, atau berdasarkan
efek yang disebabkan atas tindakan yang dilakukan tersebut. Teleologi merupakan sebuah
studi yang membahas mengenai rencana, rancangan, tujuan akhir, maksud, sasaran,
kecenderungan, arahan dan bagaimana hal tersebut bisa dicapai untuk suatu proses
perkembangan. Secara umum, teleologi merupakan suatu studi filosofis yang digunakan
sebagai bukti fungsi, perencanaan, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam
bidang lain, teleologi menganut ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan
”kebijaksanaan” objektif di luar manusia.
Egoisme Etis

4
Inti dari pandangan egoisme adalah bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar mengejar
kesenangan pribadi dan progresif. Dengan kata lain seseorang bertindak tidak
berkewajiban secara moral kepada orang lain namun individu tersebut hanya menjalankan
hal hal yang terbaik baik dirinya sendiri. Jadi menurut egoisme etis, individu tidak
memiliki kewajiban secara alami kepada orang lain. Meskipun mereka yang memiliki
prinsip egoisme etis namun mereka masih memerlukan bantuan orang lain, dengan catatan
selama kepentingan pribadinya masih bertautan dengan kepentingan orang lain.
Ultitarianisme
Ultitarianisme berasal dari bahasa Yunani yaitu ”Ultilis” yang berarti berguna, dapat
memberikan manfaat. Teori ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Jeremy Bentham
pada tahun 1978 – 1832. Teori ini sering disebut teori kebahagiaan dalam arti bahwa jika
suatu tindakan akan baik jika tindakan dapat memberikan manfaat. Teori Ultitarianisme
tergantung pada konsep bahwa tindakan ini dipengaruhi atas dasar tujuan, dalam hal ini
tujuan hidup.Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa tujuan hidup adalah kebahagian
(happiness).Orang mengukur tingkat kebahagiaan itu atas dasar dengan berkurangnya
penderitaan (pain) dan bertambahnya kesenangan (pleasure) (Raharjo, 2018).
2.3 Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani ”Deon”, berarti kewajiban. Menurut teori ini
tindakan yang baik bukan saja dianggap dan dibenarkan atas dasar dari tujuan atas
tindakan tersebut namun atas dasar kewajiban untuk bertindak kepada orang lain.
Terdapat 3 defenisi dari etika deontologi (Faris, 2021) di antaranya :
1. Stanford Encyclopedia Of Philosophy
2. Ethics Unwrapped
3. Encyclopedia Britannica

2.4 Teori Keutamaan


Teori keutamaan diusulkan dalam buku The Nicomachean Ethics oleh filsuf Yunani
Aristoteles (384 – 322). Aristoteles menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah
kebahagiaan (eudaimonia)(Weruin, 2019). Bertentangan dengan teleologi dan deontologi,
sedangkan teori keutamaan (virtue ethics) tidak mempertanyakan konsekuensi atas
tindakan yang dilakukan, dan tidak membuat penilaian moral berdasarkan kewajiban
terhadap hukum moral universal.Etika keutamaan semacam ini lebih mementingkan
pengembangan dari karakter moral setiap individunya.

5
2.5 Teori Hak
Teori Hak (right theory) diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1724 – 1804.Tiap
orang memiliki hak dan kewajiban secara ekonomis. Dalam evaluasi moral atas berbagai
situasi ekonomis akan dilandasi dengan adanya teori hak. Teori hak adalah metode pilihan
yang paling banyak digunakan untuk menilai pro atau kontra dari tindakan
seseorang/sekelompok.Teori hak juga bagian dari teori deontologi, hal ini disebabkan teori
hak berkaitan dengan kewajiban.Telah kita ketahui bahwa hak dan kewajiban diibaratkan
seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Seseorang pada dasarnya memiliki hak
dan kewajiban dalam menerapkan hal hal tertentu kepada orang lain.
Bab 3
Keadilan Dalam Bisnis
Keadilan merupakan nilai sosial yang pada suatu segi menyangkut aneka perserikatan
manusia dalam suatu kelompok apapun, seperti keluarga, perhimpunan, ataupun yang
lainnya dan pada aspek lain yang meliputi berbagai kebajikan perseorangan yang selalu
diharapkan ada dalam kehidupan manusia. Keadilan adalah suatu nilai yang bersifat
intrinsik yang dalam pencapaian keadilan tersebut harus berdasarkan kesepakatan
bersama.Pada hakikatnya, keadilan merupakan suatu sikap untuk memperlakukan
seseorang sesuai dengan haknya. Dan yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak
dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan golongan.
3.2 Teori Keadilan

Keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan
antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya
sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakukan tersebut tidak pandang bulu atau pilih
kasih; melainkan, semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Keadilan dalam Islam Pada hakikatnya adil telah ada dan digunakan sejak awal kehadiran
Islam.AlQur’an sendiri sangat menekankan keadilan dalam setiap aspek kehidupan umat
manusia.Oleh karena itu, merupakan hal wajar jika keadilan juga diwujudkan dalam
aktivitas apapun.Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau
menegakkan keadilan pada setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan.

3.3 Keadilan Bisnis dalam Perspektif Ekonomi Syariah

6
Keadilan dalam bisnis merupakan suatu hal yang harus dipatuhi oleh para
perusahaan.Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial bisnis
berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam terwujudnya keadilan akan menciptakan
stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis saja melainkan sejauhmana prinsip
keadilan dijalankan dengan baik dan akan melahirkan wajah bisnis yang lebih baik dan
etis.
Bab 4
Pasar Bebas dan Peran Pemerintah
Salah satu bentuk dan konsekuensi dari adanya globalisasi adalah perdagangan bebas,
tujuan dari perdagangan bebas adalah membuka perekonomian di suatu negara,
perdagangan bebas yang dilakukan di beberapa negara berkembang adalah untuk
memodifikasi spesialisasi produksi dan hubungan perdagangan luar negeri. Tujuan
hubungan perdagangan luar negeri akan meningkatkan pangsa relatif dalam produksi dan
perdagangan barang, terutama untu produk yang diproduksi dengan teknologi padat karya,
dengan harapan akan meningkatkan efisiensi ekonomi disuatu negara.
4.2 Pasar Bebas
Pasar bebas memberikan peluang adanya perdagangan antar negara seperti ekspor dan
impor, regulasi diatur oleh negara yang bersangkutan.Hakikat dari pasar bebas adalah salah
satu bentuk perjanjian perdagangan antar dua negara atau lebih. Menurut Britannica
Encyclopedia (2015), pasar bebas adalah sistem pertukaran ekonomi yang pajak, kendali
mutu, kuota, tarif, serta bentuk lain intervensi ekonomi, di mana peran pemerintah menjadi
bersifat minimal bahkan tidak ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar bebas
merupakan perdagangan yang tidak diatur oleh otoritas yang memaksa seperti pemerintah.
Dalam pasar bebas, pajak serta bea cukai barang yang masuk atau keluar dari suatu negara
biasanya akan dihapus.
4.3 Pasar Bebas dan Peran Pemerintah
Pada pasar bebas bagaimana peran pemerintah dalam melindungi pelaku
industrinya.Pemerintah AS telah banyak terlibat dalam memberikan dukungan pendapatan
income dan kebijakan manajemen risiko untuk petani AS selama 65 tahun terakhir. Di
Negara Amerika, terdapat kendala harga komoditas pertanian yang rendah dan kekeringan
lokal maka bantuan Pemerintah menerapkan manajemen risiko kebijakan di sektor
pertanian, yakni mendukung asuransi tanaman, bantuan bencana dalam beberapa tahun

7
terakhir. Perubahan kebijakan yang baru adalah menggerakkan pertanian AS menuju
kebebasan pasar (Goodwin, 2000).
Bab 5
Keuntungan Sebagai Tujuan Bisnis
Keuntungan merupakan salah satu aspek yang memiliki keterkaitan definisi konseptual
dengan bisnis.Apakah yang menjadi definisi sesungguhnya dari bisnis? Dengan cara dan
pendekatan yang sederhana tapi cukup jelas, bisnis sering dilukiskan sebagai “to provide
products or services for a profit”. Menyediakan suatu produk atau jasa secara percuma
tidak merupakan bisnis.Itulah sebabnya bisnis selalu berbeda dengan berbagai aktivitas
lainnya yang dikategorikan sebagai kegiatan sosial.
5.2 Bisnis
Untuk memahami tentang bisnis, pertama kita harus mengetahui apa yang di maksud
dengan bisnis. Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Peng, 2016). Business is all those activities in
providing the goods and services needed and desired by people. Dalam konteks pengertian
ini kegiatan bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang dan jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen, dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memiliki
badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak
memiliki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang
tidak memiliki SITU dan SIUP, serta usaha informal lainnya.
5.3 Maksimalisasi Keuntungan dalam Perspektif Sejarah Pemikiran Ekonomi
Profit maximization atau maksimalisasi keuntungan merupakan tema penting dalam ilmu
ekonomi.Banyak buku teks ekonomi yang menggarisbawahi faktor ini.Metode kuantitatif
yang dipakai dalam ekonomi mengandaikan keuntungan sebagai tujuan perusahaan.
Ekonomi terapan justru mencapai coraknya sebagai ilmu yang sistematis dan memiliki
kerangka logis yang ketat, karena hanya memandang keuntungan sebagai tujuan
perusahaan, sambil melewati semua tujuan lain yang mungkin.
5.4 Keuntungan vs Etika: Kasus Masalah Pekerja Anak
Pekerjaan yang dilakukan oleh anak memang dinilai tidak etis.Masalah pekerja anak ini
terjadi dikarenakan berbagai faktor di antaranya karena faktorfaktor ekonomi, sosial dan
budaya (Radfar et al., 2018).Kita harus bisa menilai atau menelaah faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya pekerja anak.Istilah anak “di bawah umur” harus disamakan
dengan batas umur wajib belajar. Tidak praktis sama sekali, kalau anak sudah tidak wajib
belajar lagi tetapi belum boleh bekerja. Misalkan saja di dalam kehidupan keluarga anak

8
sering membantu orang tua bekerja seperti membantu panen di sawah.Hal ini dikatakan
tidak melanggar etis.Pekerja anak baru menimbulkan etis yang serius dalam zaman
industrialisasi.
5.5 Relativasi Keuntungan
Tidak bisa disangkal pertimbangan etis mau tidak mau membatasi peranan keuntungan
dalam bisnis.Keuntungan merupakan faktor satu-satunya yang menentukan sukses dalam
bisnis, perdagangan heroin, kokain, atau obat terlarang lainnya harus dianggap sebagai
good bussiness, karena dapat membawa untung amat banyak. Perdagangan narkotika
seperti itu justru merupakan bidang di mana usaha bisnis langsung bentrok dengan
pertimbangn etis dan karena itu tidak merupakan good business sama sekali (good dalam
arti moral). Bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung dimutlakkan dan segi moral
dikesampingkan.Manajemen modern sering disifatkan sebagai management by objectives.
5.6 Manfaat Keuntungan Bagi Stakeholders
Suatu cara lain lagi untuk mendekati tujuan perusahaan adalah melukiskan tujuan itu
sebagai the stakeholders benefit. Istilah stakeholders untuk pertama kali muncul pada 1963
dalam sebuah memorandum internal dari Stanford Research Institute, California. Sekarang
istilah itu sudah lazim dipakai dalam teori manajemen dan juga dalam etika
bisnis.Stakeholders adalah orang atau instansi yang berkepentingan dengan sutu bisnis atau
perusahaan. Stakeholders merupakan individu-individu dan kelompok-kelompok yang
dipengaruhi oleh tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan pada gilirannya dapat
memengaruhi tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Dalam bahasa Indonesia kini sering
dipakai terjemahan “pemangku kepentingan”.
Bab 6
Etika Individu Dalam Organisasi
Manusia atau bisa disebut Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang terpenting
dalam suatu organisasi. Karenanya, setiap individu memiliki peran krusial dalam
organisasi, tanpa perannya meskipun berbagai komponen penunjang kegiatan organisasi
telah tersedia, aktivitas organisasi tetap tidak akan bisa berjalan sesuai dengan harapan.
Karena yang akan menjalankan dan melaksanakan seluruh mobilitas dalam organisasi
adalah SDM, bukan mesin atau sistem komputer. Demi menciptakan kualitas yang unggul
bagi manusia, hendaknya organisasi harus memberikan pengarahan dan bimbingan secara
intensif demi tercapainya optimalisasi kinerja SDM dan membuat tujuan organisasi bisa
tercapai.
6.2 Kaitan Etika dan Kinerja Individu

9
Etika individu dipercaya berasal dari hubungan antara hasil pemikiran individu yang
diaktualisasikan dalam bentuk pekerjaan dan tanggung jawabnya dalam
organisasi.Hubungan ini bisa menciptakan dua jenis etika, yaitu etika dalam tingkatan
pribadi dan etika dalam tingkatan kelompok.Seseorang yang memiliki etika tingkatan
individu cenderung bisa berkomunikasi dengan dirinya sendiri, seperti memotivasi,
mencari intuisi, dan aktivitas intrapersonal lainnya.
6.3 Jenis Etika Individu
Menurut Ahmad Taufik (2012), dengan melihat berbagai faktor yang memengaruhi etika
individu dalam organisasi seperti pembahasan diatas, para ahli telah mengklasifikasikan
bahwa terdapat 5 macam etika individu dalam organisasi dilihat dari bentuk tingkah laku,
sebagai berikut:
1. Task Performance (Performa Tugas)
2. Organizational Behaviour (Perilaku Organisasi)
3. Counter-productive Behaviour Organizational (Perilaku Ancaman)

6.4 Persepsi Etika


Individu Definisi persepsi peran adalah suatu kondisi pada diri individu di mana mereka
memahami fungsu dan peran yang diberikan kepadanya. Dengan adanya pemahaman ini,
maka mereka akan selalu menghasilkan upaya yang maksimal, menciptakan kerjasama
yang erat dengan pihak lainnya (Isa, 2020). ada tiga bentuk persepsi etika individu yang
berkaitan dengan ketepatan pemahaman peran dalam organisasi, yaitu:
1. Ketepatan dalam memahami tugas
2. Ketepatan dalam memahami kepentingan posisi
3. Ketepatan dalam memahami prosedur kinerja Adalah sebuah kondisi di mana
individu telah memah

6.5 Dimensi Etika


Individu Etika seseorang terbentuk dari berbagai karakter yang dimilikinya.Karakter ini
muncul bisa didapat dari adanya pengaruh lingkungan yang berada pada seseorang selama
menjalani hidupnya, ada juga karakter yang didapat dari pengaruh genetik keluarga
(Januarti, 2011). Semua itulah yang akan menggambarkan etika seseorang.
6.6 Model Berjenjang dari Etika
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa etika seseorang sangat berkaitan
dengan bentuk kepribadiannya, karena etika adalah sebuah sudut pandang batiniah yang
menjadi dasar seseorang dalam membentuk kepribadiannya (Ibrahim & Mubarak,

10
2016).Banyak riset yang mengatakan bahwa terdapat kaitan antara dimensi kepribadian
dan performa kinerja.Salah satu riset itu menghasilkan sebuah teori yang bernama Teori
Pembentukan Sikap Secara Berjenjang.Teori ini menggambarkan hubungan antara
kepribadian dan etika seseorang, di mana etika seseorang bisa kita ketahui dari bagaimana
dia memberikan responrespon kognitif, afektif, dan konatif (Ludigdo, 2005).

Bab 7
Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan merupakan usaha yang didirikan untuk mendapatkan keuntungan.Keberadaan
perusahaan selain menguntungkan bagi pemilik modal, namun juga telah memberikan
keuntungan bagi masyarakat sekitar.Selain menyediakan kebutuhan masyarakat,
perusahaan juga membuka lapangan pekerjaan.Perusahaan dan masyarakat adalah dua
pihak yang saling membutuhkan.Perusahaan membutuhkan masyarakat dalam hal ini
merupakan konsumen sebagai tujuan utama penjualan produk atau jasa yang
dihaasilkan.Sedangkan perusahaan merupakan penyedia kebutuhan konsumen/masyarakat.
Sehingga kedua pihak tersebut diharapkan akan terus berhubungan secara harmonis dan
selaras.

Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan tanggungjawab
sosial perusahaan, sedangkan di Amerika konsep ini seringkali disamakan dengan
corporate citizenship. Pada intinya, keduanya dimaksudkan sebagai upaya perusahaan
untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan
usaha dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan
secara sukarela.Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia
bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan untuk menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ruang Lingkup CSR
Konsep Tripple Bottom Line
John Elkington pada tahun 1997 dalam (Wibisono, 2007) melalui bukunya “Cannibals with
Fork, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”.Elkington mengembangkan
konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan
social justice.Elkington memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin

11
berkelanjutan, harus memperhatikan “3P”.Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Manfaat CSR bagi Perusahaan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dengan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility antara lain sebagai berikut dalam Untung (2008):
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
6. Mereduksi biaya, misalnya yang terkait dampak pembuangan limbah.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan penghargaan
Faktor yang Memengaruhi Implementasi Corporate Social Responsibility
Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah untuk memberdayakan
masyarakat.Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri. definisi kata
sosial pada Corporate Social Responsibility sering diinterprestasikan dengan
kedermawanan, padahal CSR terkait dengan sustainability dan acceptability, artinya
diterima dan berkelanjutan untuk berusaha di suatu tempat, dan keinginan untuk
berkelanjutan dalam jangka panjang. Jadi CSR juga dilihat dalam lingkup
stakeholder.Selama ini CSR diukur dari sudut seberapa uang yang dikeluarkan
perusahaan.Sebenarnya bukan uang saja, uang itu hanya sebagian nilai karena ada nilai
intangible yang sangat penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan
uang.Nilai intangible, yaitu sampai sejauh mana perusahaan anda aktif dan proaktif dengan
lingkungan.
Standar CSR
Saat ini berbagai organisasi dan para pemangku kepentingannya di seluruh dunia, memiliki
kesadaran yang lebih baik mengenai kebutuhan dan manfaat perilaku bisnis yang
bertanggung jawab.Kesadaran ini pada akhirnya memberikan sumbangan nyata pada
pembangunan berkelanjutan. International Standard Organization menyediakan panduan
mengenai bisnis dan organisasi yang beroperasi secara bertanggung jawab, yaitu ISO

12
26000: 2010 SR. Berbeda dengan standard ISO lainnya, ISO 26000:2010 lebih bersifat
panduan daripada kumpulan persyaratan.
Regulasi CSR di Indonesia
CSR bukan merupakan hal yang baru diatur dalam peraturan perundangundangan di
Indonesia.Sejumlah peraturan perundang-undangan, termasuk yang bersifat sektoral, telah
mengatur mengenai CSR tersebut.Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan
hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma,
dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Implementasi CSR di Indonesia
Berikut beberapa implementasi dari CSR pada perusahaan go public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Informasi implementasi CSR diperoleh dari Laporan Tahunan 2019
yang dipublikasikan.Data laporan tahunan diperoleh dari laman resmi Indonesia Stock
Exchange yaitu idx.co.id.
1. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
2. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3. PT Unilever Indonesia Tbk
4. PT Astra Otoparts Tbk

Bab 8
Etika dalam Perdagangan Global
Apabila dilihat dari kacamata sejarah, perdagangan merupakan faktor penting dalam
pergaulan antar negara dan bangsa. Sejarawan besar dari Skotlandia, William Roberson
(1721-1793) menegaskan bahwa melalui perdagangan bisa memperlunak dan memperhalus
cara pergaulan manusia. Begitu pula menurut filsuf dan ahli ilmu politik Perancis,
Montesquieu (1689-1755) yang mengatakan merupakan gejala umum bahwa di mana adat
istiadat bersifat halus di situ ada perdagangan, dan di mana ada perdagangan di situ adat
istiadatnya bersifat halus.Sehingga melalui perdagangan sanggup menjembatani jarak yang
jauh dan menjalin komunikasi serta hubungan baik antar manusia.Hubungan antar manusia
yang sudah menjadi tradisi sejak lama itu kini tampak mengalami perubahan yang sangat
cepat dengan cara baru. Dengan sarana transportasi dan komunikasi yang ada sekarang,
bisnis menjadi lebih cepat berubah dan berkembang.Namun demikian, jika dipandang dari
sudut etika dan moral gejala globalisasi ekonomi juga memiliki sisi negatif.Di satu pihak

13
meningkatnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan antara bangsa-bangsa untuk
melanjutkan tradisi perdagangan internasional yang sudah ada sejak dulu. Di lain pihak
bisa timbul suasana konfrontasi dan permusuhan karena diakibatkan adanya pertentangan
ekonomi dan perang dagang yang melibatkan berbagai kepentingan besar yang dimiliki
oleh berbagai negara.
Etika Perdagangan Global
Dalam pembahasan tentang etika perdagangan global, berikut ini pembahasan singkat
tentang definisi dan teori etika, etika umum internasional, aspek etis korporasi
multinasional serta kebijakan dumping dalam bisnis internasional.
Definisi dan Teori Etika Global
Definisi etika, secara etimologi kata “etika” berasal dari kata Yunani ethos yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan. Dari definisi ini, etika berkaitan dengan kebiasaan dan tata
cara hidup yang baik yang dianut oleh suatu masyarakat dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.

Etika Umum Internasional


Salah satu masalah besar yang menjadi diskusi dan pembicaraan umum dalam etika
filosofis adalah relatif tidaknya norma-norma moral.Salah satu pihak berpendapat bahwa
pandangan yang menganggap norma-norma moral relatif, cukup sulit untuk bisa
dipertahankan.Namun demikian, tidak berarti bahwa norma-norma moral pasti bersifat
absolut atau tidak mutlak begitu saja.Masalah teoritis yang serba kompleks ini kembali
muncul pada taraf praktis dalam etika bisnis internaasional.
Aspek Etis Korporasi Multinasional
Fenomena yang sering berhubungan dengan etika bisnis global adalah menyangkut
panggung bisnis dunia bagi korporasi multinasional, yaitu perusahaan yang mempunyai
investasi langsung dalam dua negara atau lebih.Perusahaan yang memiliki hubungan
dagang dengan luar negeri belum termasuk korporasi multinasional (KMN), tetapi
perusahaan yang telah mempunyai industri/pabrik di beberapa negara bisa disebut
korporasi multinasional.Bentuk organisasi korporasi multinasional bisa berbeda-
beda.Perusahaanperusahaan di negara di mana industri itu berada sekurang-kurangnya
sebagian kepemilikan saham dimiliki oleh warga setempat, sedangkan manajemen dan
kebijakan bisnis umumnya dipegang dan menjadi tanggung jawab pimpinan perusahaan di
negara asalnya. Korporasi multinasional ini pertama kali muncul sekitar tahun 1950-an dan
hingga saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Contoh industri korporasi

14
multinasional antara lain Coca-Cola, Johnson & Johnson, Toyota, Mitsubishi, General
Motors, IBM, Unilever dan lain-lain yang memiliki kegiatan di seluruh dunia dan
menguasai kebutuhan jutaan manusia.
Dumping dalam Bisnis Internasional
Dumping adalah suatu kegiatan menjual barang di pasar internasional dengan memasang
harga yang lebih murah atau lebih rendah dari harga pasar yang ada di dalam negeri.
Kegiatan dumping sering kali dilakukan oleh pihak eksportir yang menjual produk atau
komoditasnya ke negara lain dengan harga yang lebih rendah, baik itu di pasar dalam
negeri importir ataupun eksportir. Perlu diketahui bahwa berbagai negara yang sudah
tergabung dalam World Trade Organization (WTO) sudah menyetujui adanya perdagangan
bebas, yang berarti bahwa setiap hambatan yang terjadi pada perdagangan internasional,
baik itu dalam bentuk tarif ataupun nontarif harus bisa dihilangkan atau ditiadakan. Maka
dari itu, setiap produsen harus selalu siap untuk menghadapi adanya persaingan di dalam
negeri dan di luar negeri. Karena perdagangan bebas akan memberikan efek pada lebih
mudahnya barang yang keluar dan masuk pada negara-negara yang telah tergabung dalam
anggota WTO .

BUKU PEMBANDING
A. Bab 1 Prinsip Dan Sistem Nilai Dalam ekonomi Islam

Membicarakan tentang prinsip dasar ajaran Islam, maka tema besar yang diusung
adalah iman, Islam dan ihsan yang berujung pada taqwa. Sementara sumber utamanya

15
adalah al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad. Ketiga tema pokok nilai dasar ajaran Islam
tersebut di atas merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mencapai kesempurnaannya,
mencapai kesempurnaan paripurna (ahsan taqwim) dalam bentuk wujud dan hakikat (insan
kamil). Dua bentuk ahsan taqwim dan insan kamil merupakan manifestasi dari ketaqwaan
(manusia paripurna) yang diperolehnya (kualitas dan bermutu diri). Karenanya, dalam
konteks ini sering dikatakan bahwa iman adalah pondasi yang harus kokoh dan kuat dalam
sebuah bangunan.

B. Bab 2 Konsep Etika Bisnis Islami

Salah satu norma yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah norma moral
(akhlak or etika). Memang benar, bahwa dengan norma moral saja belum cukup dan
masyarakat kemudian menciptakan norma hukum. Tapi norma hukum ini tidak mungkin
tegak tanpa norma moral, yang seperti yang telah dijelaskan di muka, adalah adat atau
kebiasaan yang telah terinternalisasikan, sehingga norma itu ditaati tanpa rasa terpaksa
(sebagaimana definisi akhlak di muka). Norma atau ajaran moral, tidak lain adalah sesuatu
yang ditetapkan oleh manusia untuk mengatur hidupnya, agar hidup ini dapat berlangsung
dengan sendirinya seperti yang dikehendakinya. (M. Dawam Rahadjo, 1990: 6) Akan
tetapi norma moral atau moralitas, perlu pemeliharaan.
Etika, tidak lain adalah sebuah bidang kegiatan pemikiran manusia untuk memelihara
moral ini. Untuk memeliharanya diperlukan prinsipprinsip tertentu. Prinsip-prinsip itu
ditemukan dalam kehidupan itu sendiri. Dari pengalaman hidup, terutama dari tuntutan-
tuntutan hidup, seperti; tuntutan fisik, psikologis, social, politik, intelektual dan akhirakhir
ini ditemukan orang mengenai tuntutan lingkungan hidup dan kelangsungan hidup manusia
itu sendiri (yang disadari karena timbulnya ancaman, baik yang bersumber dari
perkembangan alami atau akibat ulah dan upaya manusia untuk “membangun”, orang atau
masyarakat menemukan apa yang dianggap sebagai “prima facie”, atau yang paling utama
dalam hidup ini. Karena itu, moral bukan suatu ilmu, merupakan suatu perbuatan manusia.
(Mahjuddin, 1996: 7).

C. Bab 3 Konsepsi Dan Teori Etika

16
Kajian etika berkenaan dengan bisnis dapat memberi pegangan atau orientasi dalam
menjalani kehidupan kita di dunia ini. Ini berarti tindakan manusia dalam berbisnis selalu
mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Tidak menghalalkan segala cara. Ada
arah dan sasaran dari tindakan atau hidup manusia. Sehubungan dengan itu, timbul
pertanyaan: Apakah bobot moral, atau baik buruk-nya suatu tindakan, terletak pada nilai
moral tindakan itu sendiri ataukah terletak pada baik buruk serta besar kecilnya tujuan
yang ingin dicapai itu. Maksudnya, apakah suatu tindakan dinilai baik karena memang
pada dirinya sendiri baik, atau karena tujuan yang dicapainya itu memang baik, terlepas
dari apakah tindakan itu sendiri pada dirinya sendiri baik atau tidak.
Dalam pembahasan teori-teori tentang etika (akhlak), kiranya kita fokuskan pada
jawaban-jawaban pokok yang diajukan atas pertanyaan: menurut norma-norma manakah
kita seharusnya bertindak? Untuk memberi jawaban atas pertanyaan tersebut, maka
dikemukakan beberapa teori, yakni: 1) Teori Deontologis, 2) Teori Teleologis, dan 3)
Teori Egoisme Etis. Teori-teori ini dalam akhlak falsafi dikenal dengan teori alHusn wa al-
Qubh, yakni teori tentang penilaian baik dan buruk (jahat).

D. Bab 4 Konsepsi Etika Dalam Al-Quran

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang


lebih baik di dunia dan sekaligus memperoleh kehidupan yang baik di akhirat.
Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat inilah yang dapat menjamin
dicapainya kesejahteraan lahir dan batih (falah). Hal ini berarti bahwa dalam mengejar
kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan kecuali dengan cara yang halal melalui gerakan
amal sholeh. Perbuatan amal sholeh adalah perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi
yang melakukan dan mendatangkan faedah bagi orang lain, yang dapat berupa tingkah laku
dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori ibadah (iyyaka na’budu) maupun
muamalah (iyyaka nasta’iin).

E. Bab 5 Etika Bisnis Perspektif Islam

Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tentang etika bisnis, maka landasan
filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi hubungan

17
manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya,
yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah wa hablum minannas).
Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau beraktivitas
apapun akan merasa ada kehadiran “pihak ketiga” (Tuhan) di setiap aspek hidupnya.
Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini
karena Bisnis dalam Islam tidak semata mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat
yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis
menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam.

F. Bab 6 Etos Kerja Dalam Bisnis Islami

Islam menganjurkan umatnya agar selalu memiliki etos kerja yang tinggi, bekerja
keras untuk mencapai prestasi puncak merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan
bagi setiap manusia dalam kesuksesannya. Kesuksesan lahiriah akan ditentukan oleh ada
tidak-nya etos kerja, sedang kesuksesan jiwa sangat ditentukan oleh sikap dan nilai
spiritual, (M. Iqbal, 102). Karenanya, etos kerja akan mampu merubah menuju kesuksesan.
Menurut Hasan Al-Banna, bahwa Islam memberikan perhatian terhadap etos kerja (usaha)
serta mendorong umatnya agar bekerja dan selalu berusaha. Islam tidak berharap seseorang
itu menganggur. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja guna memperbaiki kondisi
keluarga maupun sosial lainnya. Bekerja dan berusaha dinilai ibadat.

G. Bab 7 Etika Produksi Perspektif Islam

Pembicaraan tentang produksi menempati bagian besar dari ruang jiwa manusia
menurut tingkat dan taraf masing-masing. Hal itu karena eratnya hubungan antara produksi
dengan perkembangan pendapatan dan peningkatan taraf hidup, yang mempengaruhi
kemuliaan hidup dan kehidupan yang sejahtera bagi individu dan masyarakat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa produksi adalah suatu proses atau siklus kegiatankegiatan ekonomi
untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi
dalam waktu tertentu.

18
H. Bab 8 Etika Konsumsi Perspektif Islam

Konsumsi merupakan bagian aktivitas ekonomi yang sangat vital bagi kehidupan
manusia. Konsumsi adalah fitrah manusia untuk mempertahankan hidup nya. Jika manusia
masih berada dalam fitrah yang suci, maka manusia sadar bahwa konsumsi memiliki
keterbatasan baik dari segi kemampuan harta maupun apa yang akan dikonsumsi sesuai
dengan kebutuhannya. Teori etika konsumsi Islami membatasi konsumsi berdasarkan
konsep harta dan berbagai jenis konsumsi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam demi
keberlangsungan dan kesejahteraan itu sendiri. Dalam Islam aktivitas konsumsi telah diatur
dalam bingkai syariah, sehingga dapat menuntun seorang muslim agar tidak terjerumus
dalam keharaman dan apa yang dikonsumsinya menjadi berkah.

I. Bab 9 Etika Distribusi Perspektif Islam

Distribusi pendapatan dalam Islam yang dijadikan batasan kebutuhan adalah maqasid
asy-syar’i (menjaga agama, diri/personal, akal, keturunan dan harta). Sistematika yang
dikembangkan oleh para fuqoha dalam memenuhi maqasid asy-syar’i tersebut mengacu
pada skala prioritas dengan urutan sebagai berikut:
1) Ad-Daruriyyah (kebutuhan primer): suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan
kebaikan dan kepentingan umum dalam menjalani hidup di dunia dan di akhirat. 2) Al-
Hajiyah (kebutuhan sekunder): suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan
kemudahan dan penghindaran dari kesulitan dalam menjalani hidup di dunia dan di akhirat.
3) At-Tashniyyah (kebutuhan tersier): suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan
kelengkapan dan kecakapan melaksanakan hidup di dunia dan di akhirat.

J. Bab 10 Etika Kerja Dalam Islam

Dalam rangka memperoleh barang dan jasa atau sederhananya adalah kekayaan, baik
secara alami, semisal jamur, ataupun ada karena diusahakan manusia, seperti roti dan
mobil, maka nampak jelaslah bahwa untuk memperolehnya membutuhkan kerja (usaha)
tertentu. Kata kerja wujudnya sangat luas, jenisnya bermacam-macam, bentuknya pun

19
beragam, serta hasilnya pun berbeda-beda, maka Allah SWT tidak membiarkan kerja
tersebut secara mutlak. Allah SWT juga tidak menetapkan kerja tersebut dengan bentuk
yang sangat umum. Akan tetapi, Allah telah menetapkannya dalam bentuk kerja-kerja
tertentu. Kemudian dalam menetapkannya, Allah menjelaskan kerja-kerja tersebut, berikut
jenis-jenisnya yang layak untuk dijadikan sebagai sebab kepemilikan sesuai dengan cara
dan syariat ajaran-Nya melalui hukumhukumnya.

K. Bab 11 Tanggung Jawab Sosial Dalam Perspektif Islam

Konsep pertanggungjawaban bermula dari pemahaman bahwa setiap orang akan


dipertanggungjawabkan amalnya, kemudian keluarga dan perusahaan miliknya. Walaupun
tanggungjawab keluarga dan perusahaan bermula pula dari bagaimana setiap pemahaman
bahwa aksinya merupakan tanggung jawab atas perbuatan nya itu. Karenanya, dalam Islam
setiap orang bertanggung-jawab atas individu dapatdirinya, keluarganya dan apa yang
dimilikinya juga merupakan tanggungjawabnya, termasuk
kepemilikan perusahaan dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial. Tanggung
jawab Sosial Perusahaan kepemilikan perusahaan. Dalam atau Corporate Social
Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.

L. Bab 12 Etika Profesi Dalam Islam

Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Dalam kerja
keras itu, tersembunyi kepuasan batin, yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis
mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian prestise, bukan sebaliknya prestise dulu,
baru prestasi. Generasi muda yang mengutamakan prestise dulu, mereka tidak akan
mencapai kemajuan, karena setiap kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi
dimulai dengan usaha kerja keras, dalam bidang apa pun termasuk bisnis. (Buchari Alma,
2009: 157) Kemauan keras (azam) ini dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh. Orang-orang yang berhasil, atau bangsa yang berhasil ialah bangsa yang

20
mau kerja keras, menderita, tapi berjuang tahan terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan
dakwah yang dilakukan oleh Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil
mencapai kejayaannya.

M. Bab 13 Konsep Keadilan Dalam Bisnis

Islam hanya membolehkan usaha yang dilakukan dengan adil, jujur dan cara yang
bijaksana. Sedangkan usaha yang tidak adil dan salah, sangat dicela. Sebab usaha semacam
ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada masyarakat dan akhirnya menyebabkan
kehancuran. Karena itu, sistem ekonomi Islam bebas dari kesewenangwenangan,
eksploitasi model kapitalisme dan kediktatoran model komunisme.
Untuk mencapai sasaran ini, Islam tidak memberikan kebebasan tanpa batas di dalam
usaha ekonomi seperti yang terdapat pada sistem kapitalis, dimana orang-orang diijinkan
mencari harta sebanyak mungkin yang mereka suka dan dengan cara yang mereka sukai
pula dan memberi kebebasan tanpa batas kepada setiap orang dalam memperjuangkan
ekonominya, sehingga orang dapat memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Islam tidak
pula terlalu mengikat manusia dengan pengawasan ekonomi seperti yang dilakukan
komunisme, sehingga orang-orang kehilangan kebebasan secara total dan juga tidak
menekan sehingga setiap manusia kehilangan seluruh kebebasan individunya.

N. Bab 14 Etika Bisnis Dalam Pasar Islami

Secara umum, kedua sistem ekonomi tersebut di atas tidak sepenuhnya bertentangan
dengan nilai-nilai Islam, namun Islam hendak menempatkan segala sesuatu sesuai pada
porsinya, tidak ada yang dirugikan, dan dapat mencerminkan sebagai bagian dari
kehidupan holistik dunia dan akhirat manusia. Berdagang adalah aktivitas yang paling
umum dilakukan di pasar. Untuk itu teks-teks Al-Qur’an selain memberi-kan stimulan agar
umat Islam menjadi seorang pedagang, di lain pihak juga menjalan-kan aktivitas tersebut
dengan sejumlah rambu atau aturan main yang bisa menegakkan kepentingan diterapkan di
pasar semua pihak, baik dalam upaya individu maupun kelompok. Konsep Islam
menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan sempurna (perfect

21
competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan
tetapi kebebasan yang dibungkus oleh frame (kerangka) syari’ah.

O. Bab 15 Etika Lembaga Bisnis Syariah

Dasar-dasar etika perbankan Islam itulah yang mendasari sifat perbankan Islam yang
merupakan perbankan yang bersifat universal dan multi purpose serta tidak semata-mata
merupakan bank komersil. Perbankan Islam merupakan perpaduan antara commercial
banks, dan investment banks, investment trust dan investment-management institutions,
dan akan menawarkan pelayanan yang luas kepada nasabahnya. Investasi dengan pola
equity-oriented menjauhkan perbankan Islam dari kegiatan borrowing short dan lending
long, yang menjadikan perbankan Islam relatif kurang rawan terhadap ancaman krisis
dibandingkan perbankan konvensional. Dalam pengembangan perbankan syariah,
keikutsertaan secara aktif para ulama dalam keanggotaan Dewan Pengawas Syariah dari
suatu bank syariah, Menurut Syahril Sabirin (2003: 405) dapat turut mengawasi secara
langsung dan menjaga agar transaksi-transaksi yang dilakukan oleh bank syariah benar-
benar sejalan dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah sehingga dapat
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap kemurnian operasional dari bank syariah
yang bersangkutan.

P. Bab 16 Lembaga Arbitrase Atas Persengketaan Bisnis Syariah

Al-Qur’an memandang tingkah laku manusia, secara individual maupun kolektif


(masyarakat), dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat, sebagai berada di bawah
perintah Ilahi. “Barangsiapa tidak menghakimi (atau memutuskan hukum) menurut apa
yang telah diturunkan Allah, merekalah orang-orang yang ingkar”, (Q.S. 5: 44, lihat juga 5:
45; 5: 47, dan sebagainya). Sesungguhnya, dalam surat al-Baqarah, ayat 213, maksud dan
tujuan utama Allah menurunkan kitab-kitab wahyu adalah untuk memutuskan berbagai
perkara dan soal yang diperselisihkan di kalangan manusia. Karena itu, al-Qur’an
menisbatkan perintah-perintah shalat atau puasa pada Allah, dan begitu pula halnya dengan
hukumhukum menyangkut berbagai transaksi (akad) finansial, Fazlur Rahman (dalam
Jurnal Al-Hikmah, 1993: 39).

22
Jadi, hukum-hukum fiqih Islam merupakan tata aturan yang mengatur problematika
yang diperselisihkan antar pribadi, individu, atau kolektif, baik dalam masalah ibadah,
politik, sosial, dan ekonomi. Namun demikian, karena kecenderungan naluri manusia yang
berlebihan dalam mencintai harta, di bidang ekonomi terkadang membuat manusia lupa
cara mendapatkannya, bisa jadi didapatkan dengan cara yang haram dan
mengesampingkan aspek kehalalannya. Perbuatan ini termasuk melanggar kaidah-kaidah
syariah. Oleh karena itu, jika kegiatan ekonomi dengan maksud untuk mendapatkan harta
dan tidak dipandu dengan kaidah-kaidah syariah, potensi terjadi persengketaan menjadi
sangat besar. Islam membenci orang-orang yang mencari harta dengan menghalalkan
segala cara sehingga menimbulkan persengketaan. (Juhaya S. Praja, 2012: 221)

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Isi Buku


BUKU UTAMA

BUKU PEMBANDING
Kelebihan dari buku pembanding ini yaitu menyajikan materi yang penulis
inginkan yaitu Perspektif Etika Ekonomi Dalam Islam . Materi disajikan dengan lengkap
dan dimengerti karena banyak ayat al-quran menjelaskan . Buku ini juga memaparkan
kelebihan dan kekurangan Perspektif etika ekonomi.

B. Kelemahan Isi Buku


BUKU UTAMA

BUKU PEMBANDING
Kelemahan buku yaitu pada isi buku masih ada kesalahan penulisan kata, tanda
baca, spasi, dan paragraph terutama banyaknya penggunaan titik dua yang tidak tepat
didalam sebuah kalimat sehingga menjadikan pembaca sulit dalam menelaah materi yang
dibahas. Oleh karena itu memungkinkan bagi penulis untuk merevisi buku kedepannya.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem etika bisnis Islam adalah seperangkat pedoman yang digunakan umat Islam
berdasarkan alqur’an dan hadits untuk berprilaku dalam segala aspek kehidupan termasuk
bisnis.
Prinsip etika bisnis Islam antara lain: unity (kesatuan), equilibrium (keseimbangan),
freewill (kebebasan berkehendak), responsibility (tanggung jawab) dan benevolence
(kebenaran).
Peran etika bisnis Islam ialah untuk menyeimbangkan antara kehidupan didunia dan
akhirat, dimana dengan adanya etika dalam bisnis manusia tidak hanya menyibukkan diri
dengan prilaku bisnis namun juga harus diimbangi dengan ibadah kepada Allah.
Etika bisnis Islam bersumber dari nilai Ilahiyat dan nilai Insaniyat. Nilai Ilahiyat
adalah nilai yang dititahkan Allah kepada RasulNya, yang berbentuk takwa, iman, ihsan,
adil dan sebagainya yang diabadikan dalam wahyu Ilahi.
Sistem etika bisnis Islam berbeda dengan sistem etika kontemporer dimana sistem
etika Islam memiliki ajaran moral yang tidak terikat waktu dan prilaku manusia, sehingga
ajaran etika Islam bisa diterapkan sampai kapanpun namun sistem etika kontemporer
bersifat sebaliknya.
Etika kontemporer sebagian besar merupakan buatan manusia yang sifatnya relatif
dan situasional serta kurang “legitimate” dukungan otoritas dibelakangnya. Etika
kontemporer juga mengembangkan standart etika berdasarkan pengalaman dan perasaan.
Etika kontemporer mengasumsikan ajaran moral yang bersifat sementara dan berubah-
rubah karena didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini para pencetusnya,

B. Saran

24
Buku ini memiliki banyak pesan tersirat maupun tersurat yang dapat bermanfaat
bagi orang-orang yang membacanya. Sebagai sumber belajar, saya menyarankan buku ini
dimiliki oleh setiap mahasiswa. Sebab selain penggunaan bahasa yang mudah dipahami
buku ini juga memiliki manfaat yang besar bagi setiap orang yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya.


2007. Abduh, Isa, Tanpa Tahun. Al-‘Uqud Al-Syar’iyah al-Muhakamah lil Maliyah al-
Mu’asyrah. Mesir.
1973. Wad’u al-Riba fi al-Bina al-Iqthisad. Darul Buhust alIlmiyah, Kuwait.
Al-Asy’ari, Ahmad Daud al-Muzjazi,
2000. Muqaddimah fi al-Idarah AlIslamiyah. Al-Mamlakah al-Arabiyah al-Sya’udiyah,
Jeddah. Abdul Aziz,
2011. Ekonomi Sufistik Model Al-Ghazali. Bandung, Alfabeta.
2008. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro. Yogyakarta, Graha Ilmu.
2010. Manajemen Investasi Syariah. Bandung, Alfabeta. Abdullah, Taufik (Ed.). Agama,
Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. LP3ES. Abu Sinn, Ahmad Ibrahim,
2008. Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer. Jakarta, Rajawali
Press.Afiff, Faisal, dkk.,
1996. Strategi dan Operasional Bank. Bandung, Eresco. Al-Assal, Ahmad Muhammad dan
Abdul Karim, Fathi Ahmad,
1999. Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam. Terjemahan. Bandung, Pustaka
Setia.Ahmad Azhar Bayir,
1996. Refleksi atas Persoalan Keislaman, Bandung: Mizan.

25

Anda mungkin juga menyukai