Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabiei var. hominis. Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the
itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Skabies dapat menyebar dengan cepat pada
kondisi ramai dimana sering terjadi kontak tubuh. (Hanna M & Firza S.2016)
Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat
ekonomi sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap
tahunnya. Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia
pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di
Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering. (Hanna
M & Firza S.2016)
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan scabies ?
2. Apa saja etiologi pada penyakit scabies ?
3. Apa saja tanda dan gejala pada penyakit scabies ?
4. Bagaimana patofiologi/Woc pada penyakit scabies ?
5. Apa saja farmakologi pada penyakit scabies ?
6. Apa saja diet/nutrisi pada penyakit scabies ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit scabies ?
8. Apa saja managemen perawatan atau pembedahan pada pasien scabies ?
9. Apa saja rehabilitasi pada penyakit scabies ?
10. Apa saja aspek legal etis pada penyakit scabies ?
11. Apa saja fungsi advokasi pada penyakit scabies ?
12. Apa saja Health education pada penyakit scabies ?
13. Apa saja Asuhan keperawatan pada penyakit scabies ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan skabies

1
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
asuhan keperawatan pada penyakit skabies
D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada skabies
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis.
2. Untuk Institusi Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi
tentang Keperawatan medikal bedah
3. Untuk Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang Keperawatan
medikal bedah

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei
var. Hominis. Skabies yang juga dikenal dengan nama the itch, gudik, budukan,
gatal agogo ini sangat mudah menular. Penyakit skabies ini sangat mudah sekali
menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. (Kharisma W.N.P, 2014)
Penyakit skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya (Muttaqin, dkk,
2011 di dalam Arie Aulia, 2019).

Penyakit skabies mempunyai nama lain seperti Kudis, Gudikan, the itch, Gatal
Agogo, Seven year itch, Budukan adalah nama lain dari penyakit skabies ini
(Handoko, 2008 di dalam Arie Aulia, 2019). Skabies adalah salah satu kondisi
dermatologis yang paling umum, menyumbang sebagian besar penyakit kulit di
negara berkembang. Secara global, penyakit skabies ini mempengaruhi lebih dari
130 juta orang setiap saat dan dalam literatur terbaru, tingkat variasi kejadian
skabies ini dari 0,3% hingga 46% (WHO, 2014 di dalam Arie Aulia, 2019).
Skabies biasanya terjadi karena sanitasi yang kurang baik dan menyerang pada
masyarakat yang tinggal bersama-sama seperti di asrama, barak tentara, Lembaga
Pemasyarakatan, pondok pesantren dan panti asuhan (Badri, 2008 di dalam Arie
Aulia, 2019)

3
2. Etiologi
a. Faktor internal
- Keluarga pasien belum mengetahui penyebab penyakit scabies
- Penularan dan penyebaran
- Personal hygiene yang kurang
- Penularan kontak tidak langsung seperti penggunaan alat pribadi secara
bersamaan
b. Faktor lingkungan
- Kebersihan rumah yang kurang
- Pencahayaan dan ventilasi di dalam rumah kurang baik
3. Tanda gejala
Adapun tanda gejala pada penyakit scabies (Marsha Kurniawan dkk, 2020) :
a. Gejala gatal pada malam hari (pruritus nokturna), disebabkan aktivitas tungau
skabies yang lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas
b. Gejala yang sama pada satu kelompok manusia. Penyakit ini menyerang
sekelompok orang yang tinggal berdekatan, seperti sebuah keluarga,
perkampungan, panti asuhan, atau pondok pesantren.
c. Terbentuknya terowongan atau kunikulus di tempat-tempat predileksi,
terowongan berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 2 cm,
putih atau keabu-abuan. Predileksi di bagian stratum korenum yang tipis,
yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, umbilikus, bokong, perut bagian bawah, areola
mammae pada wanita dan genitalia eksterna pada laki-laki.

4
d. Ditemukan tungau Sarcoptes scabiei, dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup.
4. Patofisiologi / WOC
5. Farmakologi
Beberapa obat farmakologi yang di gunakan untuk penyakit scabies (Hanna &
Firza, 2016)
a. Permetrin krim 5%
Permetrin krim 5% telah disetujui oleh United States Food and Drug
Administration (FDA). Aman dan efektif bila digunakan pada anak-anak
berusia 2 bulan atau lebih, dan merupakan obat pilihan untuk pengobatan
skabies. Permetrin dapat membunuh tungau dan telur. Aplikasinya hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu.
b. Krotamiton losio 10% dan Krotamiton krim 10%
Krotamiton losio 10% dan Krotamiton krim 10% telah disetujui FDA untuk
pengobatan skabies pada orang dewasa. Aman bila digunakan dengan
pengarahan, yaitu harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Obat ini
memiliki dua efek, yaitu sebagai antiskabies dan antigatal.
c. Sulfur presipitatum 5%-10%
Sulfur presipitatum 5%-10% digunakan untuk mengobati skabies pada anak-
anak dan orang dewasa. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur
sehingga penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya ialah

5
berbau dan mengotori pakaian, kadang-kadang menyebabkan iritasi. Telah
terbukti dapat mengobati anak usia kurang dari 2 bulan.
d. Benzyl Benzoat Losio 2,5%
Benzyl Benzoat losio 2,5% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang menyebabkan rasa makin gatal dan panas setelah dipakai
e. Gamma benzene hexachloride 1% krim (Lindane losio 1%)
Penggunaan yang berlebihan atau secara tidak sengaja menelan lindane dapat
menjadi racun bagi otak dan bagian-bagian lain dari system saraf. Lindane
tidak boleh digunakan pada bayi yang premature, orang dengan gangguan
kejang, ibu hamil atau menyusui, iritasi kulit, serta bayi, anak-anak, dan orang
dewasa yang beratnya kurang dari 110 pon.
f. Ivermektin
Ivermektin merupakan agen antiparasit oral yang yang digunakan untuk infeksi
cacing. Ivermektin oral digunakan untuk pasien yang mengalami gagal
pengobatan atau tidak dapat mentoleransi obat topikal. Dosis yang digunakan
untuk skabies klasik adalah 2 dosis (200μg/kgBB/ dosis) diminum bersamaan
dengan makan, sekitar satu minggu terpisah
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang scabies menggunakan gelas pembesar atau
microscop cahaya untuk menemukan tungau . Pemeriksaan histopatologik melalui
biopsy kulit juga dapat dilakukan. (Lorettha wijaya dkk,2019)
7. Diet/nutrisi
Untuk pasien scabies tidak memiliki hubungan dengan makanan selama
pasien scabies tersebut tidak memiliki alergi. dan harus memperbanyak
mengkonsumsi protein. Protein merupakan zat gizi yang berfungsi dalam proes
bertumbuhan mempertahankan dan menggantikan jaringan tubuh yang rusak. 1
gram protein mengandung 4 kkal. Sumber protein sendiri dari dua, yaitu protein
hewani dan protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan
seperti susu, daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam dan sebagiannya.

6
Protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuhan seperti, jagung, kedelai,
kacang hijau, dan sebagianya.
8. Managemen perawatan atau pembedahan
a. Pasien dengan scabies harus menerima informasi verbal dan tertulis yang
terperinci tentang scabies. individu yang terinfeksi harus dinasehati untuk
menghindari kontak fisik yang erat sampai mereka menyelesaikan
perawatannya,
b. Selimut, pakaian, handuk dan peralatan rumah tangga yang digunakan oleh
penderita scabies sebeluum pengobatan harus didekontaminasi dengan mencuci
dalam air panas dan dikeringkan.
9. Rehabilitasi
Pengobatan scabies dilakukan dengan mengoleskan salep, obat anti histamine
untuk mengobati rasa gatal yang mengganggu, terlebih di malam hari, dan
antibiotic untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
10. Aspek legal etis
a. Otonomi (autonomy)
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan diri.
b. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan.
c. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral, legal
dan kemanusiaan.
d. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
e. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

7
f. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien.
g. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.
11. Fungsi advokasi
a. Otonomi, memberikan hak kemandirian kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi, gosok gigi, dll. Untuk
tindakan yang akan diberikan pada klien seperti diberi obat anti nyeri untuk
diminum namun klien menolak maka perawat tidak bisa memaksakan klien
untuk tetap minum obat tetapi perawat dapat melakukan pendekatan secara
bertahap.
b. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri untuk
meringankan rasa nyeri.
c. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak memandang
usia ataupun jenis kelaminnya.
d. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti memasang
pengaman di tempat tidur.
e. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang penyakit pasien
jika pasien bertanya-tanya
f. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
g. Kerahasian, merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada pasien bila pasien
yang memintanya, dan termasuk keluarganya tidak boleh mengetahui.

8
h. Akuntabilitas, perawat memberikan pelayanan secara professional kepada
pasien sehingga pasien merasa nyaman.
12. Health Education
Adapun beberapa edukasi untuk pasien scabies (Niken & Tutik.2020) :
a. Semua pakaian yang dikenakan di kulit dalam seminggu terakhir harus di cuci
dengan air panas
b. Membiasakan diri untuk mandi dengan sabun mandi 2 kali sehru terutama
setelah beraktivitas padat dan berkeringat
c. Tidak bertukar-tukar barang pribadi seperti pakaian, pakaian dalam, handuk,
bantal, dan seprei
d. Masyarakat yang hidup dalam kelompok padat seperti tinggal di asrama,
pesantren, maupun perumahan padat penduduk perlu sering-sering melakukan
kerja bakti membersihkan lingkungan rumah dan tempat tidur, kasur berjemur
di bawah sinar matahari dan sering mencuci peralatan tidur.
e. Personal hygiene

9
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda.
b. Riwayat sekarang
Pada penderita scabies terdapat lesi di kulit seluruh tubuh terutama pada kulit
yang tipis seperti kulit kepala, wajah, leher, telapak tangan dan kaki. Dan juga
akan merasa gatal pada malam hari karena S. scabies bekerja membuat
terowongan pada malam hari dan S.scabies senang suhu yang lembab dan panas
c. Riwayat penyakit keluarga
Scabies merupakan penyakit menular sehingga apabila ada anggota keluarga
yang terkena scabies akan menularkan ke anggota keluarga yang lain.
B. Pemeriksaan fisik
a. Integumen : lokasi lesi, luas lesi, dan status dermatologis. Diagnosa skabies
ditentukan dengan adanya lesi pada daerah predileksi melalui pemeriksaan fisik
dan teknik dermoskopi. Lokasi lesi dominan terletak di punggung, lengan
bawah, bokong, tangan atas, tangan bawah, dan sela jari dengan luas terbatas.
Status dermatologikus santri terdiri dari papula, eritematosa, skuama dan erosi.
(Lalu Husnul dkk,2020)

C. Diagnosa keperawatan
a. Resiko infeksi b.d Peningkatan papar organisme pathogen lingkungan
b. Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan d.d Mengeluh sulit tidur

10
c. Gangguan integritas kulit b.d Kelembapan d.d Kemerahan
d. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
D. Tindakan Keperawatan
Gangguan integritas kulit
a. Perawatan integritas kulit
Observasi
1. Identifikasi penyebab integritas kulit
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Edukasi
1. Anjurkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

11
DAFTAR PUSTAKA

Arie Aulia Nur Affandi.2019. The Study of Personal Hygiene and The Existence of
Sarcoptes Scabiei in The Sleeping Mats Dust and Its Effects on Scabiesis
Incidence Amongst Prisoners at IIB Class Penitentiary, Jombang District.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 11 No. 3. Page 165 – 174
Hanna Mutiara, Firza Syailindra.2016. Skabies. Majority.Vol 5. No 2
Kharisma Wibawa Nurdin Putra.2014. Treatment Of Secondary Infection Scabies On
8 Years Old Girl With Family Medicine Approach. J Medula Unila. Vol 3
Lalu Husnul Hidayat, Siti Rahmatul Aini, Dedianto Hidajat, Iman Surya
Pratama.2020. Peningkatan Pengetahuan Dan Pemeriksaan Skabies Santri
Pondok Pesantren Nurul Islam Sekarbela. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol
16. No 2
Loretta Wijaya, Ricky Fernando, Stefanus Lembar.2019. Pemeriksaan penunjang
dan laboratorium pada penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Peneribit
Unversitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Marsha Kurniawan, Michael Sie Shun Ling, Franklind.2020. Diagnosis dan Terapi
Skabies. CDK-283. Vol 47. No 2
Niken Rahmatia, Tutik Ernawati. Penatalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan
Kedokteran Keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Satelit. Majority. Vol 9. No
1

12

Anda mungkin juga menyukai