Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTIK PENDERITA DIABETES MELITUS


TIPE II TENTANG INDEKS GLIKEMIK MAKANAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN

Najla Salsabila Noor*), Martini**), Henry Setyawan S.**)


*) Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro
**) Dosen Bagaian Epidemiologi dan Penyakit Tropik. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro
Email : najlasalsabila195@gmail.com

Abstrak : Prevalensi pasien DM tipe II di Kelurahan Tlogosari Wetan tahun 2017


berjumlah 991 orang dan merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi di Kota
Semarang. Hal ini memunculkan pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi,
Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik
penderita DM tipe II tentang indeks glikemik makanan di teritori puskesmas
Tlogosari Wetan. Jenis penelitian adalah deskriptif menggunakan pendekatan cross
sectional, metode pengumpulan data dengan observasi dan angket. Populasi
penelitian ini berjumlah 156 penderita, sedangakan sampel penelitian ini berjumlah
65 penderita DM tipe II yang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil
penelitian didapat pengetahuan Indeks Glikemik penderita DM tipe 2 dengan kriteria
tidak mengetahui 87,69%, cukup mengetahui 9,23% sedangkan mengetahui 3,08 %.
Sikap Indeks Glikemik penderita DM tipe 2 dengan kriteria tidak percaya 12,31%,
cukup percaya 26,15% sedangkan percaya 61,54%. Praktik Indeks Glikemik
penderita DM tipe 2 dengan kriteria tidak makan makanan ber-Indeks Glikemik tinggi
20%, kadang-kadang makan makanan ber-Indeks Glikemik tinggi 49,23%
sedangkan sering makan makanan ber-Indeks Glikemik tinggi 30,77%.

Kata Kunci: Diabetus melitus, DM tipe II, pengetahuan, sikap, praktik.

A. PENDAHULUAN berdampak pada mutasi gen.2 Untuk


Diabetes Melitus (DM) adalah memastikan hasil diagnosis DM,
gangguan metabolisme kronis karena sekurang-kurangnya kadar glukosa
pankreas menghasilkan insulin kurang darah di dalam tubuh adalah sebesar
memadai atau anggota tubuh tidak 2 kali abnormal. Pengecekan glukosa
memanfaatkan insulin secara efisien.1 darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl dan
DM dibagi dua jenis yaitu DM tipe I hasil pemeriksaan Glukosa Darah
dan DM tipe II. DM tipe I adalah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl bisa
penyakit karena kekurangan produksi digunakan sebagai dasar diagnosis
insulin. Sebaliknya DM tipe II gejala DM.3
penyebabnya karena jumlah insulin di Pengetahuan/pemahaman, sikap
dalam darah, tetapi karena karena maupun praktik seseorang terhadap
perubahan metabolisme tubuh yang diabetes melitus, termasuk

141
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

didalamnya pengetahuan, sikap kematian dini dilakukan dengan


maupun praktik tentang indeks kebijakan dan praktik di seluruh
glikemik (IG) makanan sangat populasi maupun dalam pengaturan
berpengaruh terhadap risiko terkena khusus (sekolah, rumah, dan tempat
DM. kerja). Mengambil perspektif hidup
Pengetahuan merupakan hasil sehat sangat penting untuk mencegah
yang diketahui seseorang akan objek diabetes tipe 2. Kebiasaan makan dan
melalui panca indera yang dimiliki.4 aktivitas fisik dapat diprogram, disertai
Sikap yakni pandangan individu atas intervensi untuk mengurangi risiko
suatu sasaran dengan melibatkan obesitas dan DM tipe 2 di kemudian
pendapat dan emosi seseorang. hari.2
Praktik adalah tindakan nyata dalam Penyembuhan DM tanpa obat
bentuk kegiatan dengan menerapkan bisa melalui pengaturan diet pola
label promosi kesehatan ke berbagai makan dengan mengatur komposisi
aktivitas.11 Sedangkan perilaku seimbang dalam hal kandungan
merupakan kegiatan atau aktivitas karbohidrat, kandungan protein, dan
seseorang yang dapat diamati kandungan lemak sesuai dengan
maupun yang tidak dengan yang angka kecukupan gizi tiap individu,
mempengaruhi kesehatan.5 baik dengan jumlah kalori yang searah
Berdasarkan data 10 besar pertumbuhan, status gizi, umur, stres
penyakit Puskesmas dan rumah sakit akut dan frekuensi kegiatan fisik.
di Semarang, prevalensi pasien DM Penyembuhan DM melalui obat
tipe dua di Kelurahan Tlogosari Wetan dilakukan jika terapi tanpa obat (diet
tahun 2017 berjumlah 991 orang serta dan olahraga) belum sukses.
merupakan daerah dengan prevalensi Penyembuhan DM melalui obat
tertinggi di Kota Semarang.6,7 Ketika dilakukan dengan cara hipoglikemik
data tersebut dilakukan crosscek di oral, terapi insulin atau terapi
lapangan ternyata prevalensi hipoglikemik oral dan insulin.8
penderita DM tipe II di Puskesmas Indeks Glikemik (IG) adalah
Tlogosari Wetan hanya berjumlah 156 indeks atau tingkatan pangan yang
orang. dapat meningkatkan nilai gula darah.
Pencegahan penyakit DM bisa Jenis bahan makanan yang
dilakukan dengan cara mencapai dan mengandung karbohidrat dari
menjaga berat badan ideal; berolah tanaman yang berbeda-beda memiliki
raga teratur paling sedikit 30 menit respon kadar glikemik yang berbeda.
dengan intensitas sedang; diagnosis Respon yang berbeda terhadap kadar
dini; dan berhenti merokok untuk glikemik terjadi akibat karbohidrat dari
menghindari komplikasi. Pencegahan tanaman yang sama tetapi berbeda
atau pengendalian penyakit DM varietas.9 Jenis makanan yang
dengan mencegah komplikasi dan menambah kadar glukosa darah naik

142
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

drastis pada pangan mempunyai IG melakukan pengendalian glukosa


tinggi, bila makanan dapat menambah darah hingga ke posisi normal,
kadar glukosa darah lebih lemah sementara dalam waktu lama dengan
berarti menyandang IG rendah.10 cara mengahalangi komplikasi
Menurut pendapat Hoerudin, mikroangiopati, makroangiopati dan
makanan dengan IG rendah dan tinggi neuropati. Untuk mencapai tujuan
bisa dilihat dari meningkatkan ritme pengendalian DM harus dilakukan
pencernaan dan penyerapan glukosa lewat pengendalian glukosa darah,
makanan serta naik-turunnya kadar tekanan darah, berat badan serta
penyerapan glukosa darah. Makanan profil lipid, lewat pengelolaan pasien
dengan IG rendah proses secara utuh dengan mengajarkan
pencernaannya lama, dan perawatan independen dan
12
berpengaruh pada kecepatan perubahan karakter.
pengosongan perut yang lambat serta Makanan dengan IG rendah
kenaikan kadar glukosa darah menyerap gula darah lebih lambat,
berlangsung perlahan-lahan. maka kadar gula darah dalam tubuh
Sehingga adanya suspensi pangan pun menjadi lebih terkendali, sehingga
(chyme) lebih lemah mencapai usus makan makanan dengan IG rendah
kecil, dan penyerapan glukosa pada sangat dianjurkan untuk penderita
usus kecil menjadi pelan. Sebaliknya, diabetes. Bila penderita DM tipe 2
makanan ber-IG tinggi, proses tidak memiliki pengetahuan tentang
kecepatan pengosongan perut, kadar indeks glikemik makanan maka
pencernaan karbohidrat, dan penderita DM tidak mengetahui
penyerapan glukosa berlangsung keberadaan dan tidak menghindari
drastis, sehingga ketakstabilan kadar serat pangan yang dapat
glukosa darah juga relatif tinggi.11 memengaruhi kadar glukosa darah.13
Makanan memiliki IG rendah jika Prevalensi pasien DM tipe dua di
pangan tersebut mempunyai indeks Kelurahan Tlogosari Wetan
glikemik ≤ 55. Makanan dengan IG merupakan daerah dengan prevalensi
sedang bila mempunyai indeks tertinggi di Kota Semarang tahun
glikemik antara > 55 hingga < 70 dan 2017.15 Hal ini perlu diatasi
makanan dengan IG tinggi diantaranya dengan mengatur pola
10
mempunyai indeks glikemik ≥ 70. makan, dimana penderita DM
Faktor-faktor yang mempengaruhi terutama DM tipe dua perlu makan
pengendalian glukosa harus sesuai makanan yang rendah indeks glikemik
dengan prinsip pengendalian DM (IG). Terkait permasalahan tersebut
secara sehat. Tujuan pengendalian maka peneliti ingin mengetahui
DM dalam waktu cepat adalah bagaimana gambaran pengetahuan,
hilangnya keluhan dan gejala DM, sikap, dan praktik penderita DM tipe
mempertahankan tetap bugar dan dua tentang indeks glikemik makanan

143
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

di wilayah kerja puskesmas Tlogosari Karakteristik f %


Wetan? Tidak 57 87,69
Mengetahui
B. METODOLOGI PENELITIAN Cukup 6 9,23
Mengetahui
Puskesmas Tlogosari Wetan
Mengetahui 2 3,08
merupakan puskesmas yang berada Jumlah 65 100,00
di wilayah Kecamatan Pedurungan
yang berada 6 meter diatas
permukaan laut (DPL). Wilayah
Pedurungan terdiri dari 12 kelurahan Tabel 2 Sikap Responden tentang IG
dimana wilayah kerja Puskesmas di Area Puskesmas Tlogosari Wetan
Tlogosari Wetan terdiri dari 513 RT Kriteria f %
dan 79 RW. Tidak 5 7,69
Informasi awal yang didapat, Percaya
diketahui prevalensi penderita DM di Cukup 20 30,77
wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Percaya
Wetan sejumlah 991 orang, tetapi Percaya 40 61,54
Jumlah 65 100,00
setelah ditelusur di lapangan, dari 991
data prevalensi pasien DM tipe II
Diketahui bahwa sebagian besar
tersebut ternyata data yang valid
responden “Percaya” terkait dengan
hanya berjumlah 156 orang, akibat
sikapnya mengenai bahan-bahan
banyaknya data ulangan (data ganda).
makanan yang menjadi triger
Dari 156 orang tersebut 40 orang
tingginya gula darah yaitu tentang: 1)
merupakan peserta prolanis dan
makanan yang di pantang, 2)
lainnya bukan peserta prolanis. Dari
makanan tinggi kadar gula
40 orang peserta prolanis, hanya 25
mempengaruhi penderita DM, 3)
orang merupakan peserta aktif
makanan kurang manis menurunkan
prolanis. Penelitian ini bersifat
kadar gula darah penderita DM, 4)
observasional deskriptif dengan
makanan sangat manis menurunkan
desain penelitian yaitu desain studi
kadar gula darah penderita DM dan 5)
cross-sectional dengan metode
memperhatikan kadar gula dalam
observasi terhadap penderita diabetes
makanan.
melitus tipe II. Sampel penelitian ini
Penderita DM tipe II di area
berjumlah 65 penderita DM tipe II
Puskesmas Tlogosari Wetan yang
yang dipilih memakai metode
14 memiliki sikap “Percaya” terhadap
purposive sampling.
indeks glikemik makanan lebih banyak
pada kelompok penderita perempuan
C. HASIL PENELITIAN
(94,44% dibanding 89,47%) dan
Tabel 1 Pengetahuan Responden di
diketahui bahwa perbedaan jenis
Wilayah Puskesmas Tlogosari Wetan
kelamin (sex difference) merupakan

144
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kodrat dari Tuhan kepada manusia perhatian kepada informasi menurut


dan memiliki dampak pada berbagai Plude dan Hoyer dalam Jogiyanto.17
aspek. Menurut teori, pada aspek Frekuensi berkumpul berkurang
psikologis pria lebih aktif, agresiitas, seiring dengan meningkatnya umur
dan rasional, sementara wanita lebih yang membentuk seseorang yang
penuh perhatian, kasih sayang dan lebih tua akan lebih sedikit tahu
memiliki perasaan yang dalam tentang segala sesuatu akibat
Badriyah.15 Karena wanita memiliki pengaruh-pengaruh lingkungan sosial.
perasaan yang dalam maka wanita Jadi, hasil penelitian yang
lebih percaya kepada lingkungan menggambarkan penderita DM tipe II
sekitarnya maupun kesehatannya. dengan usia < 60 tahun lebih banyak
Hal ini bisa dianalisis berdasar yang “percaya” tentang Indeks
penelitian yang ditulis oleh Eisenberg glikemik makanan (makanan yang
dan Morris serta Hastings dan Sullivan mengandung indeks glikemik tinggi
yang mengatakan bahwa peserta didik bisa meningkatkan kadar gula darah)
perempuan memiliki perasaan empati bisa dipahami kerena masih luasnya
yang lebih baik dibandingkan peserta lingkup pergaulan mereka dibanding
didik laki-laki.16 yang usianya lebih dari 60 tahun.
Dengan demikian bisa dipahami Dengan demikian bisa dipahami kalau
kalau penderita DM tipe II perempuan penderita DM tipe II < 60 tahun lebih
lebih banyak yang “memiliki sikap banyak yang percaya tentang Indeks
percaya” tentang Indeks glikemik glikemik makanan. Hal ini sejalan
makanan dibanding laki-laki sejalan dengan teori menurut Plude dan
dengan teori menurut Eisenberg dan Hoyer dalam Jogiyanto.
Morris serta Hastings dan Sullivan dan Sikap responden di wilayah kerja
juga sejalan dengan teori Badriyah. Puskesmas Tlogosari Wetan pada
Dilihat dari usianya, sikap penderita DM tipe II dengan
responden di wilayah kerja penghasilan < Rp 1.000.000/bulan
Puskesmas Tlogosari Wetan yang (golongan bawah) menggambarkan
“Percaya” terhadap indeks glikemik lebih banyak yang “percaya” (sikap
makanan lebih banyak pada mereka baik) tentang Indeks glikemik
yang usianya < 60 tahun yaitu 96,43% makanan (makanan yang
dibanding 88,89 % pada mereka yang mengandung indeks glikemik tinggi
usianya ≥ 60 tahun. bisa meningkatkan kadar gula darah),
Umur merupakan faktor intrinsik demikian halnya untuk responden
yang menyesuaikan penggunaan yang penghasilan antara Rp
sistem informasi baru. Perbedaan 1.000.000-Rp 2.000.000/bulan
umur akan berhubungan dengan (golongan menengah) dan yang
kesulitan di dalam memproses stimuli penghasilannya > Rp 2.000.000/bulan.
kompleks dan mengalokasikan

145
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hal ini menggambarkan sikap diterimanya sebelum mengambil


tentang indeks glikemik makanan sikap.
tidak dipengaruhi oleh golongan
penghasilan, semua golongan Tabel 3 Praktik Responden tentang
penghasilan sebagian besar “percaya” Kuantitas Makan Makanan ber-IG
terhadap indeks glikemik makanan. Tinggi di Area Puskesmas Tlogosari
Sikap responden di wilayah kerja Wetan
Puskesmas Tlogosari Wetan terkait Kriteria
indeks glikemik makanan Konsumsi
menunjukkan bahwa mereka yang Makanan ber- f %
berpendidikan tinggi (menengah dan indeks
glikemik tinggi
tinggi) lebih percaya (100%, 100%)
Tidak makan 20 30,77
dibanding responden berpendidikan Kadang-kadang
rendah (tidak sekolah dan dasar) lebih 32 49,23
makan
“percaya” (92,31% dan 89,65%). Sering Makan 13 20
Semakin tinggi jenjang pendidikan Jumlah 65 100,00
seseorang akan semakin rasional
dalam berpikir sehingga segala Lebih lanjut mengenai praktik ini,
sesuatu informasi yang diterimanya baik pada kelompok penderita
akan difahami lebih dahulu, tidak perempuan maupun pada penderita
langsung diterimanya sebagai sebuah laki-laki diketahui memiliki praktik
informasi yang benar. Jadi, hasil yang kadang-kadang makan makanan
penelitian yang menggambarkan ber-indeks glikemik tinggi.
semakin tinggi jenjang pendidikan Praktik responden di wilayah kerja
seseorang akan semakin rasional Puskesmas Tlogosari Wetan bahwa
dalam berpikir sebelum mengambil penderita DM tipe II perempuan
kesimpulan. (38,89% dari seluruh responden
Menurut Titkow berdasarkan perempuan) lebih banyak tidak makan
penelitian di Warsaw seseorang makanan ber-indeks glikemik tinggi
dengan pendidikan tinggi lebih dibandingkan penderita DM tipe II laki-
percaya tentang kesehatan laki (21,05% dari seluruh responden
dibandingkan dengan seseorang laki-laki).
dengan pendidikan rendah.18 Dengan Dari uraian tersebut dapat
demikian bisa dipahami kalau disimpulkan bahwa perbedaan jenis
penderita DM tipe II dengan kelamin (sex difference) merupakan
pendidikan rendah (tidak sekolah, kodrat dari tuhan kepada manusia dan
dasar dan menengah) lebih gampang memiliki dampak pada berbagai
“percaya” dibanding responden yang aspek. Menurut Badriyah pada aspek
berpendidikan tinggi yang cenderung psikologis pria lebih aktif, agresitas,
merasionalkan dulu informasi yang dan rasional. Wanita lebih penuh
perhatian, kasih sayang dan memiliki

146
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

perasaan yang dalam.15 Karena Menurut Lave dkk seseorang


wanita memiliki perasaan yang dalam dengan pendapatan rendah akan lebih
maka wanita lebih peduli kepada memperhatikan kesehatannya
lingkungan sekitarnya maupun daripada seseorang dengan
20
kesehatannya. Dengan demikian bisa pendapatan tinggi. Maka hasil
dipahami kalau penderita DM tipe II penelitian tidak sejalan dengan teori
perempuan lebih banyak yang perduli yang dikemukakan oleh Lave dkk
tentang indeks glikemik makanan yaitu penderita DM tipe II dengan
dibanding penderita DM tipe II laki- pendapatan tinggi akan lebih
laki. Hal ini sejalan dengan teori dari memperhatikan kesehatannya
Badriyah. daripada seseorang dengan
Praktik responden di wilayah kerja pendapatan rendah.
Puskesmas Tlogosari Wetan pada Praktik responden di wilayah kerja
penderita DM tipe II yang usianya < 60 Puskesmas Tlogosari Wetan pada
tahun lebih banyak yang tidak makan penderita DM tipe II yang
makanan ber-indeks glikemik tinggi berpendidikan rendah (tidak sekolah,
(memperhatikan apa yang dimakan) pendidikan dasar dan pendidikan
dibanding penderita DM tipe II yang menengah) lebih besar persentasenya
usianya ≥ 60 tahun (37,04% dibanding pada kategori kadang-kadang makan
28,57%). makanan ber-indeks glikemik tinggi
Menurut Christie dan Lawrence dibanding yang berpendidikan tinggi
praktik usia ≥ 60 tahun lebih perduli mengenai indeks glikemik makanan.
dibandingkan lanjut usia (< 60 Semakin tinggi jenjang pendidikan
tahun).19 Maka hasil penelitian tidak seseorang akan semakin rasional
sejalan dengan teori yang dalam berpikir sehingga segala
dikemukakan oleh Christie dan sesuatu informasi yang diterimanya
Lawrence yaitu penderita DM tipe II akan difahami secara rasional lebih
lanjut usia (< 60 tahun) lebih peduli dahulu sebelum mengambil sikap
dibandingkan usia ≥ 60 tahun. terkait praktik tentang indeks glikemik
Dilihat dari persentase kepedulian makanan. Jadi, hasil penelitian
tentang praktik dalam kaitannya menggambarkan semakin tinggi
dengan indeks glikemik makanan jenjang pendidikan seseorang akan
pada kelompok responden dengan semakin dipikir rasional lebih dahulu
penghasilan tinggi (> Rp ketika diberikan informasi sebelum
2.000.000,00) tersebut juga bertindak.
menunjukkan persentase yang besar Penderita DM tipe II di wilayah
(60%) pada kategori kadang-kadang kerja Puskesmas Tlogosari Wetan
makan makanan ber-indeks glikemik yang dalam keseharian makan
tinggi. makanan ber-indeks glikemik rendah
ada sebanyak 31 orang (56,36% dari

147
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

keseluruhan responden). Makanan sebesar 21,75 yang


dengan indeks glikemik rendah adalah menggambarkan responden
makanan yang dicerna tubuh secara banyak yang berada pada
perlahan dan menyebabkan kenaikan jenjang/kategori “Tidak mengetahui
kadar gula darah secara bertahap. sama sekali” tentang indeks
Makanan jenis ini antara lain kacang- glikemik makanan.
kacangan, buah-buahan (tidak 2) Sikap responden baik dilihat dari
termasuk buah kering), sayuran, dan jenis kelamin, usia, penghasilan
makanan yang terbuat dari biji-bijian maupun tingkat pendidikan memiliki
utuh seperti bubur havermut. mean 17,36 yang menggambarkan
Dari data penelitian yang responden banyak yang berada
didapatkan, persentase penderita DM pada jenjang/kategori “percaya”
tipe II (responden) di wilayah kerja tentang indeks glikemik makanan.
Puskesmas Tlogosari Wetan yang 3) Praktik responden baik dilihat dari
makan makanan ber-indeks glikemik jenis kelamin, usia, penghasilan
rendah lebih besar yaitu 52,73% maupun tingkat pendidikan memiliki
dibanding responden yang makan rerata 66,22 yang menggambarkan
makanan dengan IG sedang dan IG responden banyak yang berada
tinggi sebesar 47,27%. Hal ini pada jenjang/kategori kadang-
menunjukkan bahwa sebagian besar kadang makan makanan ber-
responden telah memiliki indeks glikemik tinggi.
pengetahuan, sikap maupun praktik Untuk penyempurnaan penelitian
yang baik dalam hal pola makan yang selanjutnya, sebaiknya dilakukan
mendukung pengendalian gula darah dengan mencari hubungan antara
penderita sehingga para praktisi pengetahuan, sikap, dan praktik
kesehatan terutama pengelola dengan Indeks glikemik makanan
Puskesmas Tlogosari Wetan tinggal sehingga diketahui pola hubungan
menguatkan lagi lewat sosialisasi agar antar variabel-variabel tersebut.
semakin besar masyarakat yang
berpraktik memilih makanan yang E. DAFTAR PUSTAKA
memiliki indeks glikemik rendah. 1. Kemenkes RI. Situasi dan
Analisis Diabetes. Pusat Data
D. PENUTUP dan Informasi Kementerian
Berdasar hasil dan analisis Kesehatan RI. 2014. p. 2.
penelitian yang dilakukan dapat 2. WHO. Diabetes The Problem. J
disimpulkan bahwa: Diabetes Fact Sheet [Internet].
1) Pengetahuan responden baik 2010;(February):2. Available
dilihat dari jenis kelamin, usia, from:
penghasilan maupun tingkat http://www.who.int/nmh/publicat
pendidikan memiliki rata-rata nilai ions/fact_sheet_diabetes_en.pd

148
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

f Brand-Miller JC. Glycemic Load


3. Beatriz L, Rojas A, Gomes MB, Values : 2008. Diabetes Care.
Rojas LBA, Gomes MB. 2008;31(12):2281–3.
Metformin: an old but still the 11. Hoerudin. Indeks Glikemik
best treatment for type 2 Buah dan Implikasinya Dalam
diabetes. Diabetol Metab Syndr Pengendalian Kadar Glukosa
[Internet]. 2013;5(1):6. Available Darah. Bul Teknol Pascapanen
from: Pertan. 2012;8(2):80–98.
http://dmsjournal.biomedcentral. 12. Fatimah RN. Diabetes Melitus
com/articles/10.1186/1758- Tipe 2. Matority. 2015;4(5):97.
5996-5-6 13. Roufiq N, Roufiq A N. Nilai
4. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Indeks Glikemik (IG) VS
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Diabetes Mellitus (DM)
PT Rineka Cipta; 2003. [Internet]. Badan Litbang
5. Notoatmodjo S. Promosi Pertanian Kalimantan Timur.
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2014 [cited 2017 Sep 24]. p. 1–
Pertama (1. Jakarta: PT Rineka 24. Available from:
Cipta; 2007. 136-148 p. http://kaltim.litbang.pertanian.go
6. Dinas kesehatan kota .id/ind/index.php?option=com_c
Semarang. Profil Kesehatan ontent&view=article&id=582&Ite
Kota Semarang 2015. mid=59
2015;104. Available from: 14. Hadi S. Metodologi Riset.
http://www.dinkes.semarangkot Cetakan Pe. Yogyakarta:
a.go.id Pustaka Pelajar; 2015. 97,110.
7. Semarang DKK. Data 15. Badriyah M. Manajemen
Puskesmas Tlogosari Wetan Sumber Daya Manusia.
Bulan Januari- Juli 2017. 2017; Cetakan Pe. Bandung: Pustaka
8. Muchid A, Umar F, Ginting MN, Setia; 2014.
Basri C, Wahyuni R, Helmi R, et 16. Eisenberg N, Morris AS. The
al. Pharmaceutical care untuk Origins and Social Significance
penyakit diabetes mellitus. Dep of Empathy-Related
Kesehat RI. 2005;1–89. Responding . A Review of
9. Frei M, Siddhuraju P, Becker K. Empathy and Moral
Studies on the in vitro starch Development : Implications for
digestibility and the glycemic Caring and Justice by M . L .
index of six different indigenous Hoffman. 2001;14(1). Available
rice cultivars from the from:
Philippines. Food Chem. https://www.researchgate.net/p
2003;83(3):395–402. ublication/226351375_The_Orig
10. Atkinson F, Foster-Powell K, ins_and_Social_Significance_of

149
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

_Empathy- Patients and hospitals: A study


Related_Responding_A_Revie of the attitudes of stroke
w_of_Empathy_and_Moral_Dev patients. Soc Sci Med Part A
elopment_Implications_for_Cari Med Psychol Med Sociol.
ng_and_Justice_by_M_L_Hoff 1978;12:49–51.
man 20. Lave JR, Lave LB, Leinhardt S,
17. Jogiyanto. Sistem Informasi Nagin D. Characteristics of
Keperilakuan. Edisi Revi. individuals who identify a
Yogyakarta: Andi Offset; 2007. regular source of medical care.
18. Titkow A. Illness Behaviour and Am J Public Health.
Action: The Patient-role. Soc 1979;69(3):261–7.
Sci Med. 1983;17(10):637–46.
19. Christie D, Lawrence L.

150

Anda mungkin juga menyukai