Anda di halaman 1dari 5

Archtectural Innovation

Disusun Oleh:

1. Satrio Wahyu N (16311254)


2. Ammar Waly Bisowarno (17311127)
3. Arief Suryadi (17311177)
4. M. Mirzam Nopriandana (17311178)
5. Salman Alfarizi (17311245)
6. Saef Saiful Muzayin (17311246)
7. Mochammad Adhis Raihan (17311247)
8. Rakka Adiqka (17311267)
9. Dwi Septianto N (17311274)
10. Reza Pahlevi Pranata (17311276)
11. Shalazandyan Kresna Jumelano (17311280)
12. Muhammad Ryan Sholihin (17311445)
13.
I. Definisi Archtectural Innovation
Inovasi arsitektur mengacu pada inovasi dalam arsitektur sebuah produk yang
memodifikasi atau mengubah fungsi komponen yang berbeda terhadap sistem yang
saling mempengaruhi atau saling terhubung satu sama lain. Komponen yang berbeda
dari sistem juga dapat dimodifikasi dalam arsitektur baru (faktor bentuk lebih kecil,
bobot yang lebih ringan, dll) namun, teknologi kunci pada tingkat komponen tetap
tidak berubah.
Arsitektur inovasi adalah konfigurasi ulang suatu produk teknologi yang ada
dimana konfigurasinya tidak secara incremental atau radikal, namun perubahan
arsitektur produk tanpa perubahan komponen. (Henderson & Clark, 1990). 

II. Masalah Archtectural Innovation


1. Organisasi atau perusahaan yang sudah mapan membutuhkan waktu yang
lama atau signifikan untuk mengidentifikasi inovasi tertentu sebagai
arsitektur.
 Pengenalan hubungan baru jauh lebih sulit dikenali.
2. Kebutuhan untuk membangun dan menerapkan pengetahuan arsitektural baru
secara efektif.
 Hal Itu harus beralih ke mode pembelajaran baru dan kemudian
menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk mempelajari
arsitektur baru.
 Pengalaman dalam perubahan
 Membangun pengetahuan arsitektur baru.
3. Pendatang baru
 Mudah untuk reorientasi
 Mudah untuk membangun pengetahuan arsitektur baru.
III. Dampak Archtectural Innovation
Dampak utama dari kesalahan yang dilakukan dalam mengelola perubahan
adalah munculnya resistensi dari seluruh anggota yang terkait terhadap perubahan
yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Kreitner dan Kinicki (2001)
mendefinisikan resistensi terhadap perubahan sebagai suatu reaksi emosional maupun
tingkah laku yang muncul sebagai respon terhadap munculnya  ancaman, baik nyata
atau  imajiner bila terjadi perubahan pada pekerjaan rutin. Adapun beberapa hal yang
menjadi alasan terjadinya resistensi terhadap perubahan organisasi, yaitu :
a. Kebiasaan

Pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang hidup dari kebiasaan yang dibangunnya.
Kebiasaan ini akan lebih mempermudah manusia untuk menjalankan kehidupannya
yang sudah cukup kompleks. Saat dihadapkan pada perubahan, maka manusia akan
cenderung untuk enggan melakukan penyesuaian atas kebiasaan yang selama ini ia
lakukan   Sebagai contoh : seseorang akan cenderung untuk melalui rute perjalan
menuju kantor yang biasa dilaluinya setiap hari yang jarak tempuhnya lebih panjang,
dibandingkan  melalui jalur baru yang belum ia kenal yang jarak tempuhnya lebih
pendek.
b. Ketakutan terhadap munculnya dampak yang tidak diinginkan

Perubahan tak jarang  menimbulkan ketidak-pastian, karena perubahan membuat


seseorang bergerak dari suatu situasi yang ia ketahui menuju pada situasi yang tidak
diketahuinya. Akibatnya orang yang bersangkutan akan merasa takut bahwa dampak
perubahan akan merugikan dirinya.
c. Faktor-faktor ekonomi

Berkurangnya penghasilan, kenaikan gaji yang tidak sesuai harapan, meningkatnya


ongkos angkutan, merupakan faktor-faktor ekonomi yang dapat menjadi penyebab
munculnya resistensi terhadap perubahan. Bila perubahan memberikan dampak
ekonomi  yang cukup besar terhadap seseorang, maka dapat diramalkan bahwa
resistensi  dari orang yang bersangkutan terhadap perubahan akan semakin kuat.
d. Tidak adanya kepercayaan dalam situasi kerja

Seorang manajer yang membangun hubungan kerja dengan bawahannya atas dasar
ketidak-percayaan, akan lebih mungkin menghadapi resistensi dari  bawahannya bila
ia menggulirkan perubahan. Sementara seorang manajer yang mempercayaai
bawahannya akan memperlakukan perubahan sebagai hal yang sifatnya terbuka, jujur
dan partisipatif. Di sisi lain, bawahan yang dipercaya oleh atasannya akan  mungkin
untuk melakukan upaya yang lebih baik dalam menghadapi perubahan dan melihat
perubahan sebagai sebuah kesempatan. Hal ini terjadi karena tumbuhnya
kepercayaan/ketidak-percayaan dalam hubungan kerja bersifat timbal balik.   
e. Takut mengalami kegagalan

Proses perubahan pada pekerjaan yang bersifat menekan karyawan, akan dapat
memunculkan keraguan pada karyawan akan kemampuannya untuk melakukan
pekerjaan dengan baik. Keraguan ini lambat laun akan mengkikis kepercayaan
dirinya dan melumpuhkan pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
f. Hilangnya status atau keamanan kerja

Pemanfaatan  teknologi atau sistim administrasi yang baru di dalam dunia kerja , pada
satu sisi dapat mempercepat proses kerja. Namun pada sisi lainnya akan dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah pekerjaan. Dampak inilah yang dikawatirkan
oleh para karyawan bila terjadi perubahan. Buat sebagian besar karyawan, hilangnya
pekerjaan dapat diartikan sebagai hilangnya status dan juga hilangnya penghasilan.
Untuk alasan inilah maka, para karyawan cenderung untuk resisten terhadap
perubahan.
g. Tidak ada manfaat yang diperoleh dari perubahan

Seseorang akan melakukan resistensi terhadap perubahan bila yang bersangkutan


memperkirakan atau melihat bahwa dirinya tidak akan mendapatkan manfaat bila
melakukan perubahan.
IV. Contoh Archtectural Innovation
1. iPhone (Apple)

iPhone 5 iPhone 6

2. Motor Honda

Honda CB150R Honda All New CB150R

3. Kamera Go Pro

Go Pro Hero4 Go Pro Hero4 Session

Anda mungkin juga menyukai