Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya di pertanian mereka. Dia
mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah
berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.
Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya
bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih.
Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak
perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun. Setelah makan,
nenek berkata, "Sally, cuci piring."
Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian
Johnny?"
Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan,
tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan."
Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin
membantu."
Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia
tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan
meminta ampun.
Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri
dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran
berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu."
Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh ke mukamu.
Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Yesus Kristus juga selalu berdiri dijendela. Dan
Dia melihat segalanya.
Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran
melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu. Hal yang luar biasa adalah Dia
tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga melupakan.
Peran ayah sangat penting dalam mengembangkan kegigihan dan
ketekunan dalam diri anak. Karakter tersebut menjadi landasan bagi anak
dalam menghadapi tekanan kehidupan dan berhasil dalam hidupnya.
Peranan ayah dalam mendidik anak sangatlah berpengaruh besar. Hal ini
sebenarnya sudah diajarkan Alkitab.
Sekitar 52 persen ayah dalam studi itu yang berperan aktif mengasihi dan
menjadi teladan, anak-anaknya dapat mengembangkan kegigihan dan
ketekunan. Studi ini meneliti anak-anak umur 11-14 tahun. Kedua
peneliti itu menyarankan, para ayah harus terus berusaha lebih terlibat
dalam kehidupan anak-anak mereka dan melakukan interaksi yang
berkualitas, walaupun secara kuantitas terbatas, ujar Padilla-Walker.
Pada abad ke-19 ada dua orang Amerika yang memiliki kisah dan nasib
hidup yang berbanding terbalik.
Tidak ada satu keturunan dari Jonathan Edwards yang merugikan negara
maupun pemerintah Amerika. Suatu kisah nyata yang menarik untuk
dipelajari bukan? Masih tidak percaya betapa hebatnya peranan bapak
atau ayah bagi anak perempuan maupun pria?
Warisan Terbesar Setiap Ayah bagi Anaknya
| |
Setiap ayah meninggalkan warisan bagi anak-anaknya, tanpa kecuali. Namun satu-satunya
pertanyaan ialah, dalam bentuk apakah warisan ini?
Beberapa tahun yang lalu, sebuah tim sosiolog dari negara bagian New York, AS, berupaya
menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh kehidupan seorang ayah terhadap anak-anaknya
maupun generasi penerusnya. Dalam kajian itu, mereka menyelidiki riwayat dua orang pria yang
hidup dalam kurun waktu yang bersamaan di abad ke-18. Satu orang bernama Max Jukes dan yang
lain Jonathan Edwards. Warisan yang ditinggalkan oleh masing-masing pria tersebut bagi
keturunannya menjadi bahan perbandingan yang kontras; mereka begitu berbeda, bagaikan siang
dan malam.
Max Jukes bukanlah orang beriman, dan ia adalah orang yang tidak mempunyai prinsip dalam
hidupnya. Istrinya juga tidak pernah menjadi orang beriman sampai saat wafatnya. Apa pengaruh
abadi yang Max Jukes tinggalkan bagi keluarganya? Inilah gambaran yang diperoleh mengenai 1.200
orang keturunan Max Jukes:
Hasil penyelidikan membuktikan bahwa tidak satupun keturunan Max Jukes yang memberi
kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Bayangkan, tidak satupun! Sebaliknya, keluarga yang
terkenal karena keburukannya ini secara total telah merugikan negara bagian New York sebesar
1.200.000 dolar AS. Sama sekali tidak ada warisan baik yang ditinggalkan.
Bagaimana dengan keluarga Jonathan Edwards? Jonathan Edwards dikenal sebagai salah satu
pemikir yang paling cemerlang di Amerika. Ia adalah gembala jemaat yang terpandang dan teolog
yang cerdas. Sarjana yang terkenal ini adalah salah satu hamba Tuhan yang dipakai Allah untuk
gerakan Kebangunan Rohani Besar di Amerika saat itu. Di kemudian hari, Jonathan menjabat sebagai
Rektor di Princeton College.
Jonathan Edwards berasal dari keluarga yang taat. Ia menikah dengan Sarah, seorang wanita yang
sangat setia kepada Tuhan. Mereka berdua selalu berusaha meninggalkan warisan yang baik kepada
anak-anaknya. Inilah keturunan mereka yang terungkap melalui penelitian tadi:
* 300 orang menjadi pendeta, misionaris atau guru besar di bidang teologi
Nyaris mustahil untuk menemukan salah satu keturunan Jonathan Edwards yang tidak menjabat
sebagai pemimpin utama dalam bidang-bidang yang paling besar dan paling berpengaruh di
Amerika. Inilah pengaruh abadi yang dihadirkan oleh seorang pria yang taat bagi keluarga dan
keturunannya.
Setiap ayah meninggalkan warisan berupa pengaruh abadi dalam diri anak-anaknya, dan ini akan
mempengaruhi generasi-generasi berikutnya. Namun, marilah kita hadapi kenyataan ini: tidak
semua warisan itu sama. Ada yang produktif, ada yang destruktif. Ada yang menjadi termasyhur, ada
yang tidak dikenal. Bagaimana anda menjalani kehidupan ini akan mempengaruhi generasi-generasi
mendatang. Pertanyaannya ialah, bentuk warisan seperti apa yang akan Anda tinggalkan?
Warisan rohani adalah satu-satunya warisan yang benar-benar layak ditinggalkan. Warisan jenis ini
adalah sesuatu yang terpenting yang Anda tinggalkan bagi generasi penerus, yaitu iman Anda di
dalam Yesus Kristus dan nilai-nilai dasar rohani KerajaanNya yang kekal. Ini semua jauh lebih penting
dibandingkan dengan warisan berupa harta benda. Mengapa? Seorang yang hanya mewariskan uang
bagi anak-anaknya sesungguhnya sedang membuat mereka miskin. Sebaliknya, ayah yang
meninggalkan warisan rohani bagi keluarganya, berapapun besarnya, membuat keluarganya
mengalami kekayaan yang sejati.
Alkitab berkata, “Orang benar yang bersih kelakuannya – berbahagialah keturunannya” (Amsal 20:7).
Inilah warisan rohani itu, di mana integritas pribadi dan hidup bersih seseorang menjadi berkat
terbesar bagi keturunannya.