Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

Di susun Oleh : Arin Nasrikhusna


NIM : 20650194

Telah disetujui dalam rangka memenuhi tugas praktik profesi ners keperawatan anak Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Lahan) (Institusi)

( ) ( )
Laporan Pendahuluan
Respiratory Distress Pada
Bayi Baru Lahir
1. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga disebut Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasa juga
disebut Hyaline Membrane Disease (HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
RDS (Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-
tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2016)
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2016) etiologi dari RDS yaitu :
1) Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2) Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan
untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan
masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3) Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam proteinaceous filtrat serum (saringan serum
protein), di fagosit oleh makrofag.
4) Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5) Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
6) Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin
(PMH).
7) Bayi prematur atau kurang bulan
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, semakin
muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
C. Patofisiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit
berkembang, pengembangan kurangsempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan
perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi
berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara
dan berwarna kemerahan seperti hati.
Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen,
menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks
fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir.
Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah
komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat.
Penilaian tingkat kegawatan napas dengan downe skor
Skor
Pemeriksaan
0 1 2 Evaluasi :
Frekuensi 1-3 Sesak napas ringan O² Nasal / Head Box
,60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
napas 4-6 Sesak napas sedang Perlu Nasal

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat CPAP


≥7 Sesak napas berat Diperlukan
Sianosis menetap
Sianosis hilang analisis gas darah/ Perlu Intubas
Sianosis Tidak ada sianosis walaupun Primer Sekunder
dengan O2
diberikan O2 Perdarahan antepartum, Ibu diabetes Aspirasi
Seksio
Pneumotorak,
Resusitasi
Asfiksia
mekonium
sesaria
Bayi prematur
hipertensi hipotensi (pneumonia
sindrom
neonatorum
neonatus
aspirasi)
wilson,
Penurunan (pada ibu) mikity
Tidak ada udara Pembentukan Hiperinsulinemia Pernapasan Pengeluaran
intra uterin
Gangguan perfusi darah Janin
Pemberian
kekurangan
Air entry Udara masuk ringan udara membran hialin
uterus
janin hormon stresskadar
Insufisiensi pada
oleh
masuk surfaktan paru OTrauma
Sumbatan 2Odan
2 yang
bayi kadar
jalan tinggi
CO2
napas
prematur
ibu akibat
masuk belum sempurna Sirkulasi utero plasenter Mengalir
parsial oleh keketuban
meningkat
air
Gangguan janin
Imaturitas paru kadar O2 yang
kurang baik pematangan
dan mekonium
perfusi paru
Kerusakan tinggi
Dapat didengar bayi yangsurfaktan
berisi air
Bayi prematur; dismaturitas Menekan sintesis
Dapat didengar
Merintih Tidak merintih dengan Pertumbuhan surfaktan paru belum matang surfaktan
tanpa bantuan Surfaktan
Janin menurun
tidak dapat menjaga Kolaps paru (atelektasis)
Ketidakseimbangan inflasisaat ekspirasi
saat inspirasi
Meningkatnya tegangan permukaan alveoli
stetoskop rongga paru tetap Penurunan produksi surfaktan
Kolaps paru/ IRDS
mengembang IDIOPATIC RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Gangguan
Hipoksia ventilasi pulmonal
D. Manifestasi Klinik Peningkatan pulmonary
Retensi CO2
Tekanan negatif intra vaskular
Kerusakan resistence (PVR)
endotel kapiler
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
toraks yang tingkat maturitas paru. Semakin rendah
besar dan epitel
Kontriksi duktus arteriousus
vaskularisasi
Asidosis respiratorik
pulmonal
PembalikanHipoperfusi
parsial
berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan adanyaTransudasi sirkulasi
Pe↓ pH alveoli
jaringan
darah
dan paru
janin
PaO
Usaha inspirasi yang lebih Masukan oral 2
P↓ oksigenasi jaringan
atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkankuat kebocoran serum protein ke dalam alveoli
tidak adekuat/ Pembentukan Membran
AliranMe↓nya
hialin
fibrinaliran
darah dari
menyusu buruk Vasokontriksi
melapisi berat
alveoli
Metabolisme kanan
anaerobdarah kepulonal
kiri
sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera
- Dispena Fibrin &melalui
jaringan yang
arteriosus
- Takipnea Pe↓Menghambat
nekrotik membentuk sirkulasilapisan
paru
dan
Timbunanmembran
asam foramen
laktat ovale
- Apnea pertukaran
dan hialin gas
pulmonal
- Retraksi dinding Peningkatan MK : kerusakan
metabolisme AsidosisMKmetabolik
:Penurunan
Resti penurunan
pertukaran curah
gas
dada MK : Perubahan curahjantung
jantung
nutrisi kurang (membutuhkan
- Pernapasan cuping glikogen lebih Kurangnya cadangan
hidung dari kebutuhan glikogen danaliran
lemak coklat
banyak Me↓nya -M↓nya
darah
Pe↓ perfusi
pulmonal
Paru
kesadaran ke
tubuh
- Mengorok organ vitalotot
- Kelemahan
Respon menggigil padaGangguan
Iskemia
Otak
- Kelemahan - Dilatasi MK :
pupil
MK : Pola nafas tidak bayi kurang/tidak
Bayi kehilangan
MK- :Kejang ada
panas fungsi
Termoregulasi
tubuh/tdk
Hipoglikemia Resti
serebral
setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan
sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
1) Terdapat sedikit bercak  retikulogranular dan  sedikit bronchogram udara.
2) Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran  udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke
perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
3) Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak
terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak dapat
dilihat.
Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah :
1) Pernapasan cepat
2) Pernapasan terlihat parodaks
3) Cuping hidung
4) Apnea
5) Murmur
6) Sianosis pusat
E. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
1) Seri rontqen dada, untuk  melihat  densitas  atelektasis dan elevasi diaphragma dengan   overdistensi duktus alveolar.
2) Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3) Data laboratorium
4) Profil paru
a. Untuk  menentukan  maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat
usia gestasi 35 minggu Tingkat phosphatydylinosito
F. Penatalaksananaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2016) dan Surasmi,dkk (2017) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan
meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
1) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila  bayi tidak dalam keadaan dehidrasi
berikan infus dektrosa 5 %
a. Pantau selalu tanda vital
b. Jaga kepatenan jalan nafas
c. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
2) Jika bayi mengalami apneu
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
3) Bila terjadi kejang potong kejang
4) Segera periksa kadar gula darah

Gangguan nafas ringan :


Pemberian nutrisi adekuat  Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut :
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut
“Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik
dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda
awal dari infeksi sistemik.

Gangguan nafas sedang :


1) Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan
sungkup
2) Bayi jangan diberi minum
3) Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
4) Suhu aksiler <> 39˚C
5) Air ketuban bercampur mekonium
6) Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam) .
7) Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
8) Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan  antibiotika untuk terapi kemungkinan
besar seposis
9) Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.
10) Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
11) Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar
sepsis
12) Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2 secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI
peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
13) Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian
O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan .

Gangguan nafas berat :
1) Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
2) Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar
sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
3) Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif
pemberian minuman.
4) Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas
antara 40-60 kali/menit.

Penatalaksanaan medis :
1) Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
2) Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
3) Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
4) Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5) Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
6) Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen
( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan.
G. Komplikasi
1) Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal
hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat
respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi
prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
2) Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan
oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi
dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi,
adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

2. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
1) Anamnesa :
a. Data Demografi
a) Nama
b) Usia : bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu.
c)  Jenis Kelamin
d) Suku / Bangsa
e) Alamat
b. Keluhan Utama :
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok ekspiratori, pernapasan cuping hidung, lemah, lesu,
apneu, tidak responsive, penurunan bunyi napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi,
hipotermi, tonus otot menurun, edema terutama di daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/
intercosta, grunting expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu),
gangguan surfactan, lahir premature dengan operasi Caesar serta penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran pada
bayi matur atau premature, atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia, asidosis
e. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan placenta, placenta previa, tipe
dan lama persalinan, stress fetal atau  intrapartus, dan  makrosomnia (bayi dengan ukuran besar akibat ibu yang memiliki
riwayat sebagai perokok, dan  pengkonsumsi minuman keras serta tidak memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit -penyakit yang disinyalir sebagai penyebab
kelahiran premature / Caesar sehinnga menimbulakan membrane hyialin disease.
g. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku
keluarga pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap bayinya.
h. Status Infant saat Lahir
a) Prematur, umur kehamilan.
b) Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
c) Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi keadaan umum bayi baru lahir.
d) Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit), pernafasan mendengkur, retraksi
subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit
bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya pertukaran udara,
nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan
penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi respirasi meliputi :
a. Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan
merupakan usaha kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,
diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering
terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
b. Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada
obtruksi jalan nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi memanjang
menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
c. Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu,
pucat dan teraba dingin.
d. Kardiovaskuler
a) Frekuensi jantung dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau
kelainan fungsi jantung.
b) Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak
adekwat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada
daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat dan sianosis.
e. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara :
a) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
b) Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan
telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat
akan menghilang 2-3 detik.
c) Perfusi pada otak dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak
selain terjadi penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
3) ADL (Activity daily life)
a. Nutrisi :
Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat  bayi belum minum atau menghisap
b. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak nafas ataupun kebutulan nyaman tergangu akibat tindakan medis
c. Eliminasi  
Penurunan pengeluaran urine
B. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler- alveolar
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
3) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
4) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
5) Kecemasan orangtua b.d kurang pengetahuan orangtua tentang kondisi bayi.
6) Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
(NOC)
1 Ketidak efektifan pola Tujuan : Setelah dilakukan Monitor Pernafasan
nafas berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor kecepatan, irama,
dengan imaturitas selama 3 x 24 jam, kedalaman dan kesulitan
neurologis (defisiensi bersihan jalan nafas dapat bernafas
surfaktan dan teratasi 2. Catat pergerakan dada,
ketidakstabilan Kriteria Hasil : catat ketidaksimetrisan,
alveolar) a. Frekuensi pernafasan penggunaan otot- otot nafas
dalam kisaran normal dan retraksi pada otot
b. Irama pernafasan 3. Monitor suara nafas
dalam kisaran normal tambahan
c. Penggunaan otot bantu 4. Monitor pola nafas
nafas tidak ada 5. Palpasi kesimetrisan
d. Suara perkusi nafas ekspansi paru
tidak ada 6. Auskultasi suara nafas
e. Tidak terjadi dispnea setelah tindakan
7. Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
2 Kerusakan pertukaran Tujuan : Setelah dilakukan Monitor Respirasi (3350) :
gas berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor rata-rata irama,
dengan perubahan selama 3x 24 jam, kedalaman dan usaha
membran kapiler- pertukaran gas pasien untuk bernafas.
alveolar menjadi efektif, 2. Catat gerakan dada, lihat
Kriteria Hasil : kesimetrisan, penggunaan
Status Respirasi : Ventilasi otot bantu dan retraksi
(0403) : dinding dada.
a. Pasien menunjukkan 3. Monitor suara nafas,
peningkatan ventilasai saturasi oksigen, sianosis
dan oksigenasi adequat 4. Monitor kelemahan otot
berdasarkan nilai AGD diafragma
sesuai parameter 5. Catat onset, karakteristik
normel pasien dan durasi batuk
b. Menunjukkan fungsi 6. Catat hasil foto rontgen
paru yang normal dan Terapi Oksigen (3320) :
bebas dari tanda-tanda 1. Kelola humidifikasi
distres pernafasan oksigen sesuai peralatan
2. Siapkan peralatan
oksigenasi
3. Kelola O2 sesuai indikasi
4. Monitor terapi O2 dan
observasi tanda keracunan
O2
3 Hipotermia Tujuan : Setelah dilakukan Pengobatan Hipotermi
berhubungan dengan tindakan keperawatan (3800) :
berada di lingkungan selama 3 x 24 jam 1. Pindahkan bayi dari
yang dingin hipotermia tidak terjadi lingkungan yang dingin ke
Kriteria Hasil : dalam lingkungan / tempat
Termoregulasi Neonatus yang hangat (didalam
(0801) : inkubator atau lampu
- Suhu axila 36-37˚ C sorot)
- RR : 30-60 X/menit 2. Segera ganti pakaian bayi
- Warna kulit merah yang dingin dan basah
muda dengan pakaian yang
- Tidak ada distress hangat dan kering, berikan
respirasi selimut.
- Tidak menggigil 3. Monitor gejala dari
- Bayi tidak gelisah hopotermia : fatigue,
- Bayi tidak letargi lemah, apatis, perubahan
warna kulit
4. Monitor status pernafasan
5. Monitor intake dan output
4 Gangguan kebutuhan Tujuan : Setelah diberikan Manajemen Nutrisi :
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 1. Kaji adanya elergi
kebutuhan tubuh b.d diharapkan kebutuhan makanan
intake yang tidak nutrisi klien dapat 2. Monitor jumlah nutrisi dan
adekuat. terpenuhi kandungan kalori
Kriteria Hasil : 3. Kaji kemampuan
 Peningkatan BB mendapatkan nutrisi
 Nafsu makan klien 4. Anjurkan klien makan
meningkat sedikit tapi sering
 Menunjukkan status 5. Kolaborasi dengan ahli
gizi : asupan makanan, gizi untuk menentukan
cairan dan zat gizi. jenis makanan
6. Lakukan alat bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum maka
7. Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makan
(Misalnya bersih,
berventilasi, dan bebas dari
bau yang menyengat)
Daftar Pustaka

Dinkes, Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan Palembang


Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Medical Record Rumah Sakit Muhammadiyah. 2014. Profil Kesehatan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 2011-2013

Nughoro. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Wilkinsom dkk. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawata. Jakarta : EGC

Wijayakusuma. 2009. Terapi Juz Untuk Cegah danAtasi Asma. Jakarta : INDOCAMP

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Herdman, T. Heather (2015) Nanda International Inc. diagnosis keperawatan : definisi & klasifikasi 2015 ed 10, jakarta : EGC

Bulechek Gloria, Butcher Howard,dkk (2016) Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition, Elsevier Singapore Pte Ltd

Moorhead Sue, Marion Johnson, dkk (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th edition, Elsevier Singapore Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai