Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

BAHAN BANGUNAN DARI BETON

Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat mengetahui jenis, sifat-sifat dan
keutamaan bahan bangunan dari beton.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menguraikan kembali tentang jenis,
sifat-sifat dan keutamaan pemakaian bahan bangunan dari beton.

4. 1 PENDAHULUAN

Bahan bangunan ini dibuat dengan campuran :

a. Bahan perekat hidrolis


b. Bahan pengisi berupa agregat
c. Air bersih
d. Bahan tambahan (admixture) jika diperlukan

Ditinjau dari bahan campurannya yang umum dipakai dalam campuran pembuatan beton,
maka bahan bangunan ini termasuk kelompok bahan bangunan beton. Jika ditinjau
berdasarkan berat volumenya bahan bangunan beton dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :

a. Bahan bangunan beton berat (heavy weight concrete) dengan berat isinya lebih dari
3
1200 kg/m .
b. Bahan bangunan beton ringan (light weight concrete) dengan berat isinya di bawah 1200
3
kg/m .

Bentuk-bentuk bahan bangunan beton yang ada dipasaran meliputi:

a. Yang berbentuk bata atau balok yaitu : batako, bata tanah semen , bata beton paving
blok dan lain-lain
b. Bata yang berbentuk kepingan atau ubin yaitu : semen biasa, ubin teraso, genting beton,
kepingan semen asbes, sirat asbes dan lain-lain.
c. Yang berbentuk lembaran yaitu : serat semen pasir, semen asbes baik untuk langit-langit
maupun untuk penutup atap atau dinding.
d. Bentuk pipa yaitu : pipa beton tanpa tulangan, pupa beton yang bertulang baik untuk
saluran, gorong-gorong atau untuk sumur.
e. Bentuk balok atau tiang, tiang listrik,tiang pancang, barak jembatan dan balok lantai
rumah.
f. Bentuk khusus atas dasar pesanan yaitu : bak air, closet, septiktank, talang, balok rambu-
rambu lalulintas, saluran terbuka atau tertutup.

Menurut proses pembuatannya, serta sifat dan bahan yang dipakai, bahan bangunan dan
semen ini dapat dibedakan seperti berikut:

a. Bata kapur pasir, tanah liat + kapur + pasir


b. CELCO (celtural concrete)
c. Jumen : serat-serat kayu dan semen bentuk lembaran
d. Papan semen wol kayu
e. Beton bermis : beton dibuat dengan agregat batu apung
f. Bata sekam padi
g. Ferro cement

Dengan banyaknya pabrik semen di Indonesia, maka industri bahan bangunan dari semen
semakin banyak dan bertambah maju.

4. 2 BAHAN BAKU

Bahan baku untuk pembuatan bahan bangunan dari semen yaitu :

a. Bahan perekat: semen portland hidrolis (PC)


b. Bahan pengisi: agregat yang jenisnya bermacam-macam
c. Bahan pencair : air bersih
d. Bahan pembantu jika diperlukan : admixture dan pewarna (pigmen)
4. 2. 1 Bahan Perekat

Jenis bahan perekat yang dipakai meliputi:

a. Gip perekat

Ini dapat diambil atau dibeli di pasaran dalam bentuk tepung halus yang tertutup rapat.
Pemakaian gip perekat ini adalah untuk pembuatan unsur bangunan yang ringan serta
yang tidak terkena air atau untuk konstruksi dalam yang terlindung dari hujan dan panas
matahari.

Biasanya untuk membuat papan gipsum yang dicampur dengan serat tumbuhan atau
serbuk gergaji sebagai agregatnya.

b. Kapur padam

Kapur padam untuk keperluan ini dipakai yang bermutu tinggi dimana kadar kalsium
karbonatnya lebih 95% Peggunaanya untuk pembuatan :

1. Bata kapur pasir (silicat brick)


2. Bata tanah stabilitasi atau bata tras kapur
c. Semen portland

Semen portland yang dipakai adalah tipe I yang walaupun jenis atau tipe lain dapat pula
digunakan, Cuma lebih mahal daripada tipe I.

4. 2. 2 Semen Aluminium

Jenis semen ini, dipakai untuk pembuatan elemen bangunan yang perlu pengerasan cepat (1
hari selesai) tanpa perawatan yang khusus.

Di Inggris atau Perancis, sebagai negara yang banyak menghasilkan jenis semen ini,
pembuatan elemen bangunan pra cetak dan semen aluminium, masih dilakukan, meskipun
tidak terlalu banyak dibanding dengan penggunaan semen portland.

Salah satu keburukan penggunaan unsur bangunan dari semen aluminium ialah bila unsurnya
kurang padat, serta suhu pemakaiannya cukup tinggi (lebih dari 29°C) dan lembab, semen ini
akan melemah sehingga beton yang terbuat dari padanya juga melemah (rusak), akibat reaksi
balik dari semen itu.
Di Indonesia, pemakaian semen aluminium masih belum ada karena jenis ini masih di impor
dan dipakai hanya untuk pembuatan beton tahan api.

4. 3 AGREGAT

Agregat sebagai bahan untuk pembuatan unsur bangunan beton merupakan bahan utama
terbesar pemakaiannya. Bahan ini di dalam unsur bangunan berjumlah kurang lebih 70% atau
80%, sehingga bahan ini penting sekali peranannya, terhadap unsur yang dibuat. Jenis agregat
yang dipakai ada bebeapa macam, tergantung dari jenis unsur yang dibuat darinya : ada dari
jenis agregat alam dan agregat buatan. Dibagi menurut sifat kimianya, ada dari kelompok
agregat anorganik, dan atau kelompok organik (dari tumbuh- tumbuhan). Beberapa jenis
agregat untuk pembuatan unsur bangunan adalah :

4. 3. 1 Kelompok agregat anorganik alam

4. 3. 1. 1 Tanah

Jenis ini adalah yang paling mudah dan banyak didapat, karena tanah merupakan hasil
pelapukan daripada kulit bumi kita ini. Tanah yang dipakai untuk pembuatan unsur bangunan
biasanya perlu memiliki sifat – sifat yang tertentu, terutama bukan tanah yang terlalu plastis,
melainkan tanah yang mengandung pasir. Penggunaan tanah sebagai agregat, dipakai untuk
pembuatan ata tanah stabilisasi (tanah yang dimantapkan) dengan kapur, atau dengan semen
portland (soil cement). Tanah untuk pembuatan unsur ini, merupakan tanah berpasir, yang
memiliki kadar butir (butir tembus 200 mesh/75 micron) antara 10% atau 35%.

Tanah laterit (yang berkadar oksida besi tinggi) biasanya memberikan hasil yang baik bila
dimantapkan dengan kapur padam. Lain daripada itu, butir tanah untuk pembuatan unsur
bangunan tanah mantap ini, juga tidak boleh terlalu kasar, tetapi butirannya tembus ayakan 5
mm. Tanah yang telalu halus, sejenis tanah liat, tidak baik untuk pembuatan tanah mantap,
karena akan memerlukan bahan perekat yang terlalu banyak, serta pengembangan serta
penyusutannya besar.

4. 3. 1. 2 Tanah yang bersifat tras / pozolan

Jenis tanah ini, terutama terdapat sebagai hasil pelapukan abu atau batuan api. Karena
lapuknya abu atau batuan gunung api tadi, dalam tanah mengandung senyawa silika amorph
yang tinggi, dimana senyawa ini, akan aktif bereaksi dengan kapur padam dan air,
membentuk senyawa komplek kalsium aluminium silikat hidrat, yang tidak larut dalam air.
Penggunaan tanah jenis ini, misalnya telah banyak dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat, untuk
pembuatan bata tras kapur. Bila tanah pozolan ini, sifatnya baik, akan dapat dibuat bata tras.

Sebagai syarat atau pedoman dalam pemakaian tanah pozolan alam untuk pembuatan bata
tras kapur, antara lain ialah :

1. Tanah memiliki butiran halus tembus 0,30 mm kurang lebih 30%. Bagian yang halus ini,
harus memiliki sifat pozzolan yang memenuhi syarat (dapat mengeras dengan kapur
padam dalam waktu paling lambat 3 x 24 jam).

2. Butiran kasar yang berfungsi sebagai agregat sebenarnya, maksimum besar butirnya
tidak melampaui 10 mm, atau kurang lebih 1.5 dari tebal dinding bata yang tertipis.

4. 3. 1. 3 Pasir dan batu alam

Jenis ini merupakan jenis agregat yang umum dipakai untuk pembuatan beton konstruksi atau
unsur bangunan beton. Persyaratan bagi jenis agregat pasir dan batu alam (kerikil alam atau
batu pecah), sama dengan persyaratan untuk agregat beton (SK SNI 03 – 2847 – 2002),
terutama agregat harus : keras, bersih, kekal dan memiliki susunan butir yang baik.

Untuk ketentuan umum, dapat dipakai bahwa besar butir maksimum adalah 1/5 tebal unsur
yang dibuat, dan bila dibuat unsur yang berlubang atau berongga, dipakai besar butir
maksimum 2/3 dari dinding rongga bata itu.

Untuk pembuatan bata-bata beton, susunan butir kadang – kadang dibuat hampir sama besar,
bila dikehendaki suatu tekstur permukaan bata yang khusus, atau dibuat beberapa variasi.

Untuk bata beton yang umum, susunan butir dibuat antar ayakan 0,15 mm sampai ayakan 9,6
mm (10 mm). Bila dipakai pedoman angka kehalusan butir (finenes modules), untuk
pembuatan bata beton diambil Finenes modulus antara 2,70 sampai 3,70. Pasair untuk
pembuatan bata beton untuk hamparan jalan (paving brick) biasanya diayak 3 mm atau 5 mm
dan bagian yang kasar. Gilingan batu kapur yang keras, bila susunan butirnya baik, dapat
menghasilkan bata beton yang teksturnya menarik, terutama untuk konstruksi bata beton yang
dibelah (split block). Pasir kwarsa yang kadar silikanya tinggi (lebih dari 86% Si 0 2) kecuali
dipakai untuk pembuatan bata kapur pasir (sand - lime brick) dan beton busa (cellular, atau
gas- concrete) yang pematangannya atas pengerasannya menggunakan autoclave tekanan
tinggi.
4. 3. 1. 4 Batu apung

Batu apung atau pimice hasil gunung berapi, merupakan batu alam yang kropos. Buatan ini
bila digiling dan disusun butirannya, dipakai untuk pembuatan beton ringan, yang berat
3
volumenya dapat barang dari 1200 kg/m .

Karena sifat batu apung yang memiliki rongga (kropos), dalam pembuatan beton atau unsur
bangunan beton dengan bahan ini, bila tidak hati-hati dalam cara mencampur dan mengaduk
bahannya, seingkai menghasilkan beton yang berat, atau memerlukan semen yang lebih
banyak.

Pemakaian batu apung di Indonesia belum meluas, satu dan lain hal karena cadangan jenis
buatan ini memang kurang. Pada waktu ini yang banyak dipakai ialah endapan batu apung
yang terdapat di pantai Banten (hasil letusan G. Krakatau) dan juga endapan batu apung dari
daerah Cicurug Bogor. Dalam pemasaran beton dari batu apung ini, disebut dengan beton
BERMIS, yang merupakan singkatan dari beton pumice.

Dipakainya jenis batu apung dari kedua tempat tersebut, terutama karena endapannya yang
cukup banyak dan mudah diambil, serta batu apungnya berwarna agak putih (tidak kotor).
Sebenarnya jenis batu apung semacam itu terdapat pula di daerah Ciater, sebelah utara
Tangkubanperahu, Lembang. Tetapi batu apung dari tempat ini, warna hitam kelam banyak
mengandung oksida besi sehingga bila dipakai untuk pembuatan bata atau beton akan
mengeluarkan warna karat besi, sehingga teksturnya kurang menarik.

4. 3. 1. 5 Serat Asbes

Serat asbes, terutama jenis amosit dan chrysotile, merupakan serat alam yang paling banyak
dipakai untuk industri. Jenis serat ini tahan api, dan kuat. Pemakaianya terutama dalam
bidang industri bahan bangunan untuk pembuatan semen asbes.

Jenis serat yang dipakai untuk pembuatan semen asbes ini sebenarnya dari jenis seiat pendek
(mendekati serat yang dibuang) yaitu dengan panjang serat kurang dari 5 mm (grade 5
sampai grade 7). Serat yang lebih mahal (bahan isolasi, lembaran asbes dan lainnya) dan
yang termahal ialah yang seratnya masih dapat dipintal dibuat benang serat kain asbes.

Yang bubuk (yang halus) dipakai untuk campuran bahan isolasi panas pembalut pipa gas
panas atau pipa uap. Di Indonesia, kebutuhan serat asbes untuk pembuatan semen asbes,
masin diimpot, terutama dari Ottawa (Kanada).
Serat asbes endapan di Indonesia di Pulau Halmahera yang berupa serat Chrysotile pendek
belum diusahakan.

Salah satu keburukan penggunaan atau pengolahan serat asbes ini, ialah dapat menimbulkan
penyakit paru – paru bagi pekerja, karena serat asbes itu terlalu halus (diameter kurang lebih
17 x 10"^ mm). Pada waktu ini di negara maju penggunaan serta asbes makin menurun akibat
kemungkinan gangguan kesehatan tersebut di atas, sehingga antara lain negara Skandinavia,
Amerika Serikat dan Kanada sendiri, tidak menggunakan lembaran semen asbes.

Bila seseorang, dalam waktu 10 tahun secara terus menerus bekerja dengan debu serat asbes
ini, akan mendapat kemungkinan besar menderita Asbestosis (kanker paru – paru akibat serat
asbes.

4. 3. 2 Agregat Anorganik Buatan

4. 3. 2. 1 Terak Tanur Tinggi

Terak tanur tinggi dari industri pengecoran atau industri baja, bila telah dalam keadaan beku,
berupa batu keras, yang terutama mengandung senyawa kapur, karena bahan semula adalah
batu kapur. Kekerasan tekan ini sama dengan kekerasan batu kapur, oleh karena itu terak
dapat dipakai sebagai bahan agregat. Perkembangan teknologi setelah PD II, antara lain
mengolah terak menjadi bahan yang lebih berguna, ialah dengan cara mendinginkan secara
mendadak terak cair (panas) ke dalam air, atau menyemprotkan terak cair melalui suatu
orifice, sehingga membentuk serat terak (slag wool).

Pendinginan mendadak terak cair ke dalam air akan mendapat butir terak yang kropos,
semacam buatan apung, disebut "Expanded Slag". Butiran – butiran kropos ini, dipakai
sebagai agregat ringan. Mengenai slag wool, terutama untuk pembuatan lembaran plastik
yang diperkuat dengan serat ini. Terak yang didinginkan dengan cepat bila digiling halus juga
dapat dipakai sebagai pozolan buatan.

4. 3. 2. 2 A.L.W.A

ALWA singkatan dari Artificial Lightweight Aggregate merupakan agregat buatan. ALWA
pada umumnya mencakup juga Expended Slag atau biasanya dibuat dari lempung bekah.
Lempung atau tanah liat yang mineralnya mengandung senyawa atau yang terikat, atau
senyawa belerang, bila dibakar pada suhu kolminasinya akan bekah (mengembang) sehingga
berpori.
Sifat ini dimanfaatkan, untuk pembuatan agregat lempung bekah. Agregat lempung bekah ini
merupakan agregat ringan (semacam batu apung) buatan. Industri agregat ringan buatan ini
banyak terdapat terutama di Amerika Serikat dan Kanada, dan beberapa negara Eropa, serta
Jepang. Keuntungan menggunakan agregat ringan, beton yang dibuat daripadanya memiliki
berat volume lebih rendah dari beton biasa, sehingga memungkinkan untuk dicapai berat
3 3
beton kurang dari 1800 kg/m bahkan lebih rendah dari 1200 kg/m .

Di Indonesia, industri ini belum berkembang, tetapi telah dirintis cara pembuatannya oleh
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (dulu DPMB), dengan proyek
percobaannya di Cilacap. Sejenis ALWA yang bahannya dari batu alam, ialah bakaran batu
Obsidian (gelas alam), atau bakaran perlit.

Hasil bakaran dari mineral yang terakhir ini menghasilkan butir-butir kecil yang sangat
ringan, menyerupai gabus, sedang hasil bakaran batu obsidian, menghasilkan agregat ringan
yang seperti kerupuk, ringannya.

4. 3. 2. 3 Fly ash dan sisa bakaran batu bara

Fly ash atau sisa bakaran batu bara, biasanya terdapat sebagai abu sisa bakaran bahan batu
bara, industri semen, dan lainnya. Fly ash dari industri semen, tercampur dengan abu kapur
dan silikat. Di Indonesia, penggunaan abu sisa bakaran batu bara belum dikembangkan. Salah
satu sumber bahan buangan ini ialah dari PLTU Suralaya di Cilegon, Banten.

Jenis abu ini, bersifat pozolan sehingga dapat dipergunakan dalam pembuatan beton atau
unsur bangunan dari kapur dan semen. Di negara industri maju, penggunaan jenis abu ini,
sudah merupakan hal yang biasa, bahkan abu itu juga dipakai untuk campuran semen. Sisa
bakaran batu bara kadang-kadang berupa lelehan terak yang kropos tercampur arang, dan
dapat pula dimanfaatkan sebagai agregat kasar untuk pembuatan bata beton.

Bata beton dari terak bakaran batu bara ini, dapat mencapai kuat tekan yang menyamai beton
3 3
biasa, dan dengan berat volume antara 1500 kg/m atau 1800 kg/m .

4. 3. 3 Agregat Organik

Pada umumnya agregat organik, berasal dari kayu atau limbah pertanian dan sebagian lagi
merupakan limbah industri, misalnya serat majun dari industri tekstil, serat sisa, atau jute dari
industri karung (goni).
4. 3. 3. 1 Limbah atau pecahan kayu

Agregat dari limbah industri kayu, berupa serbuk gergaji atau potongan kayu. Serbuk kayu
atau serbuk gergaji, dapat dipakai sebagai bahan agregat untuk pembuatan papan ringan
dengan bahan perekat semen, atau gips perekat. Penggunaannya untuk dinding penyekat atau
plafon, terutama untuk konstruksi yang terlindung dari basah/air. Limbah kayu, biasanya
dibuat papan dengan tebal 1 sampai 5 cm. Papan kayu campur semen, dikenal di Indonesia
dengan nama JUMEN (kayu semen). Produk papan semacam ini, pertama dibuat oleh pabrik
kayu lapis di Gresik dan sekarang dibuat di Kalimantan Timur. Kayu yang panjang, atau jenis
kayu yang kurang berguna untuk konstruksi, dibuat serat dengan cara diserut, sehingga
menyerupai serat – serat kayu (disebut wol kayu), dicampur dengan perekat semen manjai
papan wol kayu. Produk semacam ini pernah dibuat oleh salah satu perusahaan di Bogor (PT.
BINAWIRAMEX). Penggunaan papan wol kayu, terutama untuk dinding penyekat dan
plafon.

Serat – serat kayu, misalnya serat sisal, jute atau sejenisnya dipakai untuk membuat
lembaran-lembaran tipis, untuk plafon. Demikian juga sisa limbah tekstil yang diberi nama
Majun, dipakai juga untuk pembuatan itu. Pemakaian serat ijuk atau serat sabut kelapa,
mungkin juga dilakukan terapi jenis serat ini agak terlalu kaku, sehingga dalam pembuatan
perlu waktu yang lebih lama, atau perlu dipress (diberi pemberat) untuk mencegah agar serta
tidak timbul kepermukaan sampai semen/perekatnya mengeras. Sekam padi, dipakai dalam 2
bentuk, yaitu bentuk asli, dicampur dengan semen, lalu dicetak berbentuk batu atau lainnya,
sehingga menjadi unsur bangunan. Bentuk kedua, sekam ini dibakar cukup tinggi, sehingga
menjadi abu sekam yang banyak mengandung silika ini, dapat bersifat aktip seperti pozolan
sehingga bila dicampur dengan kapur padam, dalam mengeras dalam air.

Pemakaian limbah kayu atau serat kayu secara langsung seagai agregat, kadang sed'kit
menimbulkan kesulitan, yaitu pengerasan semennya terhambat (lebih lama). Hal ini
disebabkan terutama karena dalam kayu itu terdapat zat gula atau asam organik dan atau
asam tanin, yang menghambat pengerasan semen.

Untuk mengurangi keadaan ini, maka sebaiknya serat kayu tadi sebelum dipakai dicuci zat
yang menganggu itu (disebut mineralisasi). Salah satu cara mineralisasi yang murah dan
mudah ialah dengan meredamnya di dalam air kapur (susu kapur) paling sedikit satu malam
agar asam atau zat gula tadi bereaksi dulu dengan susu kapur, kemudian serat / limbah kayu
tadi ditiriskan atau dicuci dan dikeringkan, untuk selanjutnya dipakai atau dicampur dengan
perekat semennya.

Karena sifat agregat organik, pada umumnya tidak tahan terhadap suasana basa (dimana
dicampur semen dan kapur), maka unsur bangunan dari agregat organik ini, tidak baik bila
selalu basah.

Unsur tersebut akan rapuh (rusak) akibat terurainya agregat organik tadi oleh sifat basa dari
kapur.

4. 3. 3. 2 Pulp Kayu

Kemajuan terbaru pemakaian limbah kayu untuk unsur bangunan semen ialah pemakaian
bubur kayu (pulp) dicampur dengan semen, dicampur atau tanpa serat asbes. Lembaran pulp
semen ini dikenal dengan nama pulp cement Board (PCB).

Ia dibuat berupa lembaran tipis 3 sampai 10 mm, untuk dinding penyekat atau plafon, yang
terlindung dari lembab.

4. 3. 4 Bahan Tambahan

Bahan tambahan dalam pembuatan unsur bangunan beton, sama dengan bahan tambah untuk
beton yang biasa.

Penggunaan bahan tambah kelompok Admixture (Accelerator, Water proofing agent,


Retarder, dan lain-lain) biasanya jarang dilakukan, terutama untuk daerah yang tropis. Yang
paling banyak dipakai ialah jenis bahan tanah, pewarna, (pigmen) bila unsur yang dibuat itu,
perlu berwarna, misalnya untuk pembuatan ubin lantai. Persyaratan pigmen untuk unsur
bangunan beton, terutama ialah jenis pigmen yang terbuat dari pigmen yang terbuat dari
oksida logam berwarna.

Pewarna organik, seperti pewarna untuk tekstil, tidak dapat dipakai, karena pewarna organik
ini akan luntur, akibat sifat basa dari kapur dan semen.

Untuk bahan bangunan yang berpori kecil misalnya beton gas, atau beton busa, dipakai bahan
tambah pembentuk busa, yang terbuat antara lain dari serbuk aluminium, atau dari hidrolized
albumin. Pemakaian serbuk logam aluminium, secara langsung dicampur dengan bahan
perekat (bubur kapur atau semen) dan agregat.
Karena basa keras dari kapur, maka aluminium akan bereaksi membentuk oksida dan
membebaskan gas H2, yang menimbulkan.gelembung halus di dalam masanya. Bila dipakai
hidrolized albumin, maka cairan ini, perlu direaksikan dulu dengan udara dibentuk busa
terlebih dahulu. Caranya ialah menyemprotkan cairan ini, bersama-sama dengan udara,
sehingga terjadi emulsi udara (busa). Busa tadi kemudian dicampurkan dengan adukan
agregat, air dan perekatnya, lalu diaduk sampai busanya merata, dan adukan yang
mengandung busa tadi dicetak.

Tanah atau bahan alam yang bersifat pozolan, di samping dipakai sebagai agregat, berfungsi
juga sebagai bahan tambah. Karena sifatnya yang dapat mengeras bila dicampur kapur dan
air, maka dengan penambahan pozolan itu, pembuatan unsur bangunan beton dapat lebih
murah, sebab akan dapat mempertinggi kekuatan, serta dapat mengurangi pemakaian semen
portland.

4. 4 UNSUR BANGUNAN BERBENTUK BATA ATAU BLOK

4. 4. 1 Bata Tanah Stabilisasi

Jenis ini adalah jenis bata yang termudah atau termurah, dan bahan utamanya adalah tanah,
dengan bahan perekat kapur atau semen portland. Tanah yang dipakai untuk pembuatan bata
tanah stabilisasi atau tanah tap, ialah tanah yang berpasir, tetapi sedikit mengandung
lempung. Tanah yang baik untuk ini kandungan lempungnya (butiran tembus ayakan micron)
kurang lebih antara 10 atau 35%. Tanah yang terlalu sedikit lempungnya atau banyak
pasirnya, kurang baik, karena akan memerlukan bahan perekat yang banyuak, serta terlalu
regas.

Butiran tanah dikeringkan dulu, lalu diayak paling kasar dengan ayakan 5 mm, kemudian
dicampur dengan bahan perekatnya, diaduk kering terlebih dulu.

Pemberian/pencampuran dengan air, diberikan sedemikian rupa, sehingga tidak terlalu basah
tetapi juga tidak terlalu kering, tetapi bila campuran nanti dapat dipadatkan, akan mencapai
kepadatan atau berat yang tertinggi.

Jadi yang penting di sini, pemberian air sedemikian banyaknya, sehingga masa campuran
dapat mencapai apa yang disebut "maximum moisture density". Pemadatan atau pencetakan
bata-bata jenis ini, sebaiknya dilakukan dengan alat mekanis, sehingga didapat pemadatan
yang optimal. Salah satu alat sederhana yang baik untuk mencetak jenis bata ini misalnya alat
pres ungkit Cinva Ram, seperti gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Alat Cetak Cinva Ram

Pencetakan dengan cara dipukul pakai palu kayu dan dengan kekuatan tangan saja biasanya
kurang memberikan kepadatan yang baik, serta kepadatan kurang merata. Bata tanah
stabilisasi ini, setelah selesai dicetak, kemudian dapat dimulai kering, harus dijaga selalu
lembab, misalnya dengan diperciki air, atau ditutup dengan kurang lembab. Pengeringan bata
diterik matahari, sebaiknya tidak dilakukan karna penguapan air akan terlalu cepat, dan
hidrasi bahan perekatnya akan terhambat, sehingga bata mudah retak.

4. 4. 1. 1 Pemakaian

Jenis bata ini, memang kurang tahan air, meskipun ia tidak akan hancur bila direndam air,
bila perekatnya telah mengering dengan baik. Oleh karena itu, konstruksi dinding dengan
bata ini, bila dipakai untuk di tempat yang berair atau sebagai kaki tembok, perlu pelindung,
lapisan yang rapat air, misalnya pakai lapisan trasram (untuk kaki tembok), atau bila dipakai
di kamar mandi, perlu diplester dengan aduk rapat air. Beberapa campuran dalam pembuatan
bata tanah stabilisasi baik dengan kapur atau dengan semen, dapat dibuat sebagai berikut.
a. Bahan perekat kapur

Tanah + kapur =3:1 (bagian berat)

Tanah + pasir + kapur =1:2:½ (bagian berat)

Tanah + pasir + kerikil + kapur =3+2+1+1 (bagian berat)

b. Bahan perekat semen, (perbandingan berat)

Tanah + semen =10+1 (paling gemuk 8 + 1 )

Tanah + pasir + semen =8 + 2+1

Tanah + krikil + pasir + semen =9 + 3 + 6 +(2 atau 1)

c. Tanah + kapur + semen (perbandingan berat)

Tanah + pasir + kapur + semen =4+141+½

Atau =2+1+½ +¼

Pasir yang dipakai untuk campuran tersebut di atas, tidak mengandung lempung / lumpur.
Sebagai aduk pasangan, untuk memasang bata stabilitasi ini, campuran aduk dapat dibuat
sama dengan di atas, atau sedikit lebih gemuk, tetapi tidak menggunakan krikil.

4. 4. 2 Bata Tras – Kapur

Bata tras – kapur, sebenarnya juga sejenis dengan bata tanah stabilisasi, tetapi di sini dipakai
jenis tanah khusus, yang memiliki sifat tras / pozolan. Tanah semacam ini, merupakan tanah
hasil lapukan dari abu gunung berapi, atau lapukan dari batu lelehan. Jenis tanah ini di
Indonesia, akan terdapat di sekitar gunung yang telah pernah mengeluarkan lahar panas, pada
ribuan tahun yang lalu, sehingga akan terdapat misalnya di daerah jajaran pegunungan di
Sumatera, Jawa, dan sebagian Sulawesi atau kepulauan Sunda kecil.

Yang telah banyak diusahakan terhadap jenis tanah ini ialah di Jawa Barat, misalnya di
sekitar Bandung, daerah Sukabumi, Bogor dan lainnya. Tras alam untuk pembuatan bata tras
kapur ini, biasanya telah mengandung butiran yang kasar, sehingga butiran ini, dipakai
sebagai agregat kasarnya.
Untuk mendapat mutu bata tras kapur yang baik, kehalusan tras alam, dipilih sebagai berikut.

a. Butir dibuat bata pejal:

Butir halus tembus 0,3 mm, berjumlah 30 atau 60%

Besar butir maksimum = % tebal batanya

b. Bila dibuat bata yang berlubang

Butir halus tembus 0,3 min = 30 atau 60%

Besar butir maksimum 2/3 tebal dinding tertipis dari batanya.

Lain daripada itu, sebaiknya pula butir paling kasar untuk bata pejal, maksimum 10 mm, dan
tebal dinding tertipis untuk bata berlubang, tidak kurang dari 25 mm. Sifat dari butir halus
tras (yang tembus 0,3 mm) harus aktif dapat mengeras bila dicampur dengan kapur padam,
dengan perbandingan 1 kapur padam + 2 bubuk tras, dan mengeras paling lambat 3 hari
(memenuhi syarat tras / pozolan, menurut NI20).

Campuran tras alam dan kapur padam.

2
Untuk pembuatan bata tras kapur dapat mencapai 70 kg/cm .

Beberapa industri kecil membuat adukan yang lebih kurus, dengan campuran 1 kapur + 8
2 2
bagian tras sehingga kekuatan batanya rendah (15 kg/cm atau 25 kg/cm ).

4. 4. 2. 1 Pencetakan

Cara pembentukan bata tras kapur yang baik, bila dilakukan dengan tenaga manusia,
sebaiknya dilakukan sama seperti pada pembuatan bata tanah stabilitas, yaitu pakai

campuran dengan jumlah air yang optimal sehingga dapat dicampurkan dengan jumlah air
yang optimal sehingga dapat dicapai kepadatan yang optimal pula. Alat pres Cinva Ram
merupakan alat yang baik untuk membuat bata jenis ini. Bila dipakai alat mekanis, sebaiknya
pula dipakai alat pres getar, seperti yang dipakai untuk pembuatan bata beton.

4. 4. 2. 2 Perawatan

Bata setelah dicetak, sebaiknya juga dirawat seperti bata tanah stabilisasi, yaitu ditimbun di
tempat yang teduh dan lembab, sampai cukup kerasnya. Penjemuran diterik matahari, akan
mempercepat panguapan air dan akan mengurangi kekuatan batanya.
4. 4. 2. 3 Sifat

Bata tras kapur, biasanya tidak rapat air, dan penyerapannya tinggi. Lain daripada itu sifat
susut muainya agak besar, sehingga kurang baik bila dipakai di tempat yang selalu terjadi
perubahan kering dan basah yang terlalu besar.

Meskipun demikian bila dipakai tras yang baik, jenis bata ini merupakan bata 3rang tahan air
(tidak rusak) oleh air yang kotor, bahkan ia akan meningkat kekerasannya bila selalu basah.
Untuk dipakai ditempat yang selalu basah, (dinding kamar mandi atau kaki tembok)
memerlukan lapisan khusus dari aduk rapat air, atau diberi pasangan tras ram. Standar mutu
untuk pemakaian bata tras kapur pasangan dinding telah tersedia, yaitu SII no. 0964-84
dimana antara lain kekuatan bata tras kapur, minimum harus rata-rata 20 kg/cm2 untuk
dinding yang tidak menahan beben, dan minum 70 kg/cm2 untuk jenis yang menahan beban.

4. 4. 2. 4 Lain-lain

Bata tras kapur, dikenal sejak tahun 1952, di Bandung, sebagai hasil pengembangan Balai
Penelitian Bahan dan Balai Penelitian Masalah Jalan pada waktu itu. Nama terkenal pada
waktu itu adalah BATACO, yang sebenarnya berasal dari nama perusahaan waktu itu di
daerah Lembang, bernama Bata Company. Nama Bataco ini, sekarang mungkin berubah
menjadi BATAKO diartikan Bata Tras Kapur.

4. 4. 3 Bata Beton

Meskipun arti daripada kata "bata beton" sebenarnya mencakup semua jenis bata yang terbuat
dari campuran bahan perekat, agregat dan air, di sini akan dibatasi saja arti menurut
pengertian yang umum, yaitu bata – bata yang terbuat dari semen portland, agregat anorganik
mineral (pasir atau kerikil) dan air, dengan atau tanpa bahan tambah. Di Indonesia, penamaan
bata beton, kadang-kadang juga diseut "Conblock" yang sebenarnya juga dari arti "concrete
block" dan nama ini dipakai oleh salah satu pabrik bata beton di Jakarta.

Beberapa bahan pembuatan bata beton antara lain adalah :

4. 4. 3. 1 Semen Portland

Pada umumnya dipakai semen portland jenis (type) I, yaitu semen portland untuk tujuan
umum, dan semen ini terbanyak dibuat oleh industri semen. Semen portland jenis lain atau-
semen hidrolis lainnya juga dapat dipakai.
4. 4. 3. 2 Agregat

Dipakai agregat alam mineral, baik itu dari batuan beku lelehan atau endapan. Umumnya
dibuat dari pasir dicampur dengan sedikit kerikil kasar. Pecahan batu kapur, pecahan terak
tanur tinggi, atau batu apung alamm atau buatan, dipakai juga sebagai agregatnya.

Syarat fisis, agregat untuk batu bata beton sama dengan syarat fisis agregat untuk beton biasa,
hanya susunan butirnya biasanya diatur secara tersendiri.

Syarat susunan butir, disesuaikan dengan bentuk batanya, sering kali dibuat sebagai berikut:

a. Besar butir maksimum, 10 mm untuk bata pejal, dan atau 2/3 dari tebal dinding tertipis
bata bila dibuat bata berlubang.
b. Kehalusan butir, bila disusun serta ditentukan dengan angka kehalusan abram (abram's
Finesess Modules) berkisar antara 3.45 sampai 3.70. Tetapi bila dipakai butir yang
terkasar, biasanya 4,25.
c. Salah satu susunan butir agregat untuk bata beton, terbuat dari agregat alam atau agregat
buatan, disusun sebagai berikut:

Tabel 4. 1 perbandingan ukuran butir yang tertinggal

Agregat Alam Agregat Buatan


Butir tertinggal di atas 12,5 mm Nihil Nihil
10 mm 0-5% 0-5%
4,8 mm 20 - 30% 16-28%
2,4 mm 10-23% 21 -29%
1,2 mm 10-20% 16-24%
0,6 mm 10-20% 11-19%
0,3 mm 10-20% 6-14%
0,15 mm 5-15% 3-9%
Tembus 0,15 mm 1,5-10% 3-9%

4. 4. 3. 3 Air Pengaduk

Air pengaduk adalah air biasa yang bersih. Jumlah air pengaduk biasanya tergantung
daripada cara pemadatan bata. Bila air terlalu banyak adukan akan terlalu cair, dan batanya
kurang data. Sebaliknya bila adukan terlalu kering, untuk memadatkannya terlalu berat beban
pemadatan, sehingga batanya juga dapat kurang padat.

Biasanya perbandingan antara semen dan air, dipakai f.a.s. antara 0,4 - 0,5. Untuk cetak
dengan getaran dipakai f.a.s : untuk agregat padat 0,33 atau 0,35. Untuk agregat ringan : 0,35
atau 0,38.
4. 4. 3. 4 Perbandingan Campuran Bahan

Perbandingan antara semen dan agregat biasanya dibuat sebagai berikut:

a. Agregat alam

Pasir + kerikil alam 1 semen + 8 sampai maks. 12 bag. agregat

Pecahan batu kapur 1 semen + 7 sampai maks. 12 bag. agregat

Pecahan terak kapur tinggi 1 semen + 8 sampai maks. 12 bag. agregat

b. Agregat ringan

Cinder (sisa bakaran batu bara kasar) 1 semen + 6 atau 8 bagian berat agregat

Lempung bekah 1 semen + 6 atau 9 bagian berat agregat

Batu apung / pumice 1 semen + 4 atau 6 bagian berat agregat

Wxpanded slag 1 semen + 5 atau 7 bagian berat agregat

Pembuatan bata lantai atau paving 1 semen + 4 atau 6 agregat keras(pasir)

4. 4. 3. 5 Pencampuran agregat, semen, dan air

Sebagai alat pengaduk sebaiknya dipakai alat aduk mekanis, seperti alat untuk mengaduk
beton biasa. Tetapi di antara alat pengaduk beton biasa. Tetapi di antara alat pengaduk beton,
yang ada umumnya proses pengadukannya atas dasar bahan jatuh sendiri, kurang baik
dipakai untuk ini, mengingat bahwa adukan kelacakannya lebih kering dari aduk beton biasa.
Alat yang baik untuk pengadukan yang agak kering ini, ialah mesin aduk beton yang
pengadukannya berputar (rotary blade mixer), seperti gambar berikut ini. Gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Rotary Blade Mixer


Gambar 4. 3 Alat Cetak Getar Bata Beton Buatan dalam Negeri

Cara pengadukan untuk bata beton dengan agregat berat, dan ringan sedikit berbeda, sebagai
berikut:

Bila dipakai agregat padat (tidak berpori): Aduk dulu agregat dan semen dalam keadaan
kering kemudian setelah adukan merata, jumlah air pengaduk ditambahkan, seluruhnya.
Pengadukan biasanya berlangsung kurang lebih 6 atau 10 menit.

Bila dipakai agregat ringan (berpori): Masukkan terlebih dahulu agregatnya. Tambahkan air
2/3 bagian dan aduk dengan agregatnya. Kemudian tambahkan semennya, lalu aduk kurang
lebih 1 menit. Tambahkan jumlah air sisanya, aduk lagi sampai merata. Pengadukan kurang
lebih 6 menit.
4. 4. 3. 6 Pencetakan

Pencetakan bata dapat dilakukan dengan proses manual (tangan), tetapi cara ini terlalu berat
dan lambat serta hasilnya kurang merata pemadatannya. Cetakan sebaiknya dibuat dari baja
(plat baja) yang cukup kuat. Pencetakan yang umum dipakai ialah dengan penggetaran,
dimana frequensinya lebih baik dan pencetakan lebih cepat.

Setiap pencetakan dengan getaian kurang lebih akan memakan waktu kurang lebih 30 detik
penggetaran, (tidak boleh terlalu lama).

Bentuk alat pencetak getar beton, seperti gambar 4.3. Alat cetak getar gambar 4.3 adalah mesin
cetak setengah mekanis buatan Indonesia dengan kapasitas kurang lebih 700 bata beton
/ hari, dan gambar 4.4 yang mekanis buatan Basser di USA dengan kapasitas 10.000 atau
15.000 bata ukuran 10 x 20 x 40 cm/hari.

Gambar 4. 4 Alat Cetak Beton Automatis Kapasitas 15.000 batu / hari


4. 4. 3. 7 Perawatan

Bata beton yang telah dicetak, dibiarkan mengeras di atas dasar cetakannya (penampan)
untuk selama 1 hari, kemudian setelah itu dapat dikeraskan sercara alam (diudara biasa yang
lembab), atau dengan pengerasan dipercepat. Pengerasan diudara biasa, biasanya memakan
waktu sampai paling sedikit 21 hari (3 minggu) untuk dapat mencari kekuatan bata yang
cukup. Pengerasan dilakukan di udara terbuka tetapi terlindung dari panas matahari. Selama
pengerasan sebaiknya dijaga bata selalu basah atau lembab, dengan cara disiram air, atau
ditutup dengan karung basah.

Pengerasan dipercepat, dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara tekanan uap rendah, atau
dengan cara tekanan uap tinggi (8 atm). Hasil pengerasan dengan uap tekanan rendah akan
mempercepat pengerasan sampai kurang lebih 7 hari untuk mendapat kekuatan yang cukup.
Sedang pengerasan dengan tekanan uap tinggi, prosesnya cukup hanya 12 jam dimana bata
telah mengeras sempurna. Tetapi alat untuk ini, cukup mahal harganya.

4. 4. 3. 8 Bentuk dan Pemakaian Bata Beton

Bata beton berbentuk macam-macam tergantung kepada pemakaiannya. Beberapa bentuk


yang dapat dibuat, seperti pada gambar berikut (gambar 4.5). Pemakaiannya, juga dapat
untuk dinding, balok, atau pembuat elemen pra tekan, (lihat pada buku mengenai pasangan
bata).

4. 4. 3. 9 Standarisasi Bata Beton

Di Indonesia penggunaan bata beton sedang berkembang, terutama dengan adanya


penyediaan semen yang cukup.

Standar untuk bata beton, terutama untuk bata ukuran standar seperti tercantum dalam standar
Industri Indonesia :

SII No. 0285 - 84 Bata beton berlangsung untuk pasangan dinding

SII No. 0284 - 80 Bata beton pejal

SII No. 0819 - 83 Bata beton untuk lantai (paving block)


Gambar 4. 5 Bentuk Bata Beton dengan Ukuran Modul ( ukuran dalam centimeter)
4. 5 RANGKUMAN

Bahan bangunan dari semen adalah bahan bangunan yang dibuat dari campuran agregat dan
bahan perekat hidrolis seperti semen portland dan air yang kita kenal adalah bahan bangunan
beton, yang jenis serta macamnya banyak terdapat di pasaran seperti:

1. yang berbentuk bata atau blok : seperti batako, bata tanah semen, bata beton, bata
paving blok, dan blok beton untuk pinggian jalan raya,
2. yang terbentuk kepingan yaitu : ubin semen biasa ubin teraso, genting beton,
kepingan semen asbes semacam sirap,
3. bentuk lembaran seperti : serat semen untuk langit-langit, semen asbes rata dan
gelombang untuk atap,
4. bentuk pupa seperti: pipa beton tanpa tulangan atau bertulang,
5. bentuk balok atau tiang, seperti tiang listrik tiang pancang dan balok jembatan.

Bahan perekat yang dipakai ialah : gip, kapur, semen portland dan sejenisnya. Bahan pengisi
yang dipakai adalah : agregat anorganik dan organik, tanah yang bersifat teraso, batu apung
pasir dan batu alam, serat asbes dsb.

Air yang dipakai adalah air bersih yang bebas zat yang merugikan beton seperti garam, gula,
sulfat, organik dan minyak. Pencetakan dilakukan dengan cara manual atau dengan mesin
pencetak yang hidrolis. Proses pembuatannya meliputi:

Pengadukan, pencetakan, pemeliharaan dan penyimpanan di tempat yang aman dari


gangguan alam.

Proses pencetakannya dengan cara dicor, dipadatkan dengan tumbuhan, getaran, cara
pasingan dan cara pakerhead.

Untuk bangunan bentuk khusus seperti barang-barang senitair dibuat berdasarkan pesanan
sebagai contoh misalnya : bak cuci dan kloset yang memakai ornamen dan lain – lainnya.

Anda mungkin juga menyukai