Anda di halaman 1dari 37

Kerajaan Cirebon

Kelompok 1:
Felita Sabila Puteri/ 11
Florensia Amelia Rossa/ 12
Khoirinnida Sofyan Ramadhani/ 14
Nadira Ratma Felicia/ 23
Yemima Amanda Sekar Laksmi/ 34
Daftar isi:
1. Letak Kerajaan
2. Berdirinya Kerajaan
3. Sumber Sejarah
4. Perkembangan Kerajaan
5. Masa Kejayaan
6. Kondisi Kerajaan
7. Raja-raja
8. Cara dakwah dan tantangan
9. Runtuhnya Kerajaan
10. Peninggalan
Letak Kerajaan
Kesultanan Cirebon berlokasi di Pantai Utara Pulau
Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa
Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan
Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara
2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.
Berdirinya Kerajaan
• Menurut Sulendraningrat, Cirebon
mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang
didirikan oleh Ki Gedeng Tapa, yang
kemudian berkembang menjadi sebuah
perkampungan dan diberi nama Caruban.
• Dinamakan Caruban karena di sana ada percampuran para pendatang dari
berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang dan
mata pencaharian yang berbeda.
Terdapat berbagai pekerjaan di Kerajaan Cirebon, contohnya menangkap
ikan dan rebon (udang kecil) yang bisa digunakan untuk pembuatan terasi.
Lalu ada juga pembuatan petis dan garam.

Dari istilah air bekas pembuatan terasi


dan dari udang rebon inilah
berkembanglah sebutan cai-rebon
(cai: air) lalu berkembang lagi
menjadi Cirebon.
Kerajaan Cirebon didirikan pada 1 Sura 1445 M, oleh Pangeran
Cakrabuana yang sekaligus menjadi penguasa daerah tersebut. Pada
tahun 1479 M Pangeran Cakrabuana, menyerahkan kekuasaannya pada
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatulah. Sejak inilah Cirebon
menjadi negara merdeka dan bercorak Islam.
Sumber Sejarah
1. Babad Cirebon
• Ditulis pada abad ke-19 di Cirebon, menggunakan huruf Arab dan Bahasa
Jawa Cirebon.

• Menceritakan tentang perkembangan Kesultanan Cirebon pada awal


waktu penjajahan Belanda di Pulau Jawa.

• Sebagian besar isi menceritakan tentang Sunan Gunung Jati selaku


penyebar agama Islam di Jawa Barat yang juga memberikan kejayaan di
Kesultanan Cirebon.
2. Carita Purwaka Caruban Nagari
• Ditulis pada tahun 1702 Masehi oleh Pangeran Dipati Carbon.

• Terdiri dari 39 bagian yang berisi:


❑ Perkembangan Cirebon.
❑ Perjalanan hidup para petinggi kerajaan beserta keluarganya.
❑ Cerita tentang silsilah keluarga kerajaan.
3. Catatan Taom Pires
• Berisi informasi mengenai keadaan ekonomi dan politik di Jawa pada
masa awal abad ke-16.

• Disebutkan tentang 5 pelabuhan utama Kerajaan Sunda, Pelabuhan di


Cirebon, dan pengaruh Demak terhadap wilayah barat Pulau Jawa.
Perkembangan
Kerajaan
• Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana digantikan oleh
keponakannya yaitu Syarif Hidayatullah (1448 – 1568 M). Setelah
wafat, Syarif Hidayatullah dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dan
juga bergelar “Ingkang Sinuhung Kanjeng Jati Purba Penetep
Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah”.

• Pertumbuhan dan perkembangan Kesultanan Cirebon yang pesat


dimulai oleh Syarif Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai
pendiri dinasti Kesultanan Cirebon dan Banten, serta menyebar
Islam di Majalengka, Kuningan, Kawali Galuh, Sunda Kelapa,
dan Banten.
• Pada masa pemerintahan Panembahan Girilaya, Cirebon terjepit di
antara dua kekuatan, yaitu kekuatan Banten dan kekuatan Mataram.
Banten curiga, sebab Cirebon dianggap mendekat ke Mataram. Di lain
pihak, Mataram pun menuduh Cirebon tidak lagi sungguh-sungguh
mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng dari
Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi memuncak
dengan meninggalnya Panembahan Girilaya saat berkunjung ke
Kartasura.
• Hingga akhirnya pemerintahan dipimpin oleh Sultan Anom IV (1798 -
1803). Saat itu terjadilah pepecahan karena salah seorang putranya,
yaitu Pangeran Raja Kanoman, ingin memisahkan diri membangun
kesultanan sendiri.
Masa Kejayaan
• Cirebon menjadi salah satu kota dagang dan pelabuhan ekspor impor
di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
di kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya.
• Faktor kemajuan
1. Dipimpin oleh Syarif Hidayatullah
2. Letak yang strategis
3. Pelabuhan yang ramai
4. Sumber daya alam dari daerah pedalaman
Kondisi Kerajaan
Kondisi Politik
• Kerajaan Cirebon sangat dihormati oleh Kerajaan Mataram Islam karena telah
didirikan oleh salah seorang Wali Sanga. Kerajaan Cirebon berkembang
pesat menjadi pusat penyebaran agama Islam dan sebagai pusat
perdagangan di Jawa Barat.

• Pada pemerintahaan Sunan Gunung Jati yang ada di Cirebon tak berlangsung
lama karena beliau lebih menekuni bidang keagamaan. Setelah penyerahan
tahta kerajaan kepada cucunya yaitu Panembahan Ratu.
• Penerus raja selanjutnya yaitu Pangeran Wanasakerta. di masa
pemerintahannya Kerajaan Cirebon mulai diterjang intervensi politik
yang berasal dari VOC. Sehingga pada tahun 1679 akhirnya Cirebon
terbagi atas dua kekuasaan yakni Kanoman dan Kasepuhan. Kanoman
terbagi lagi menjadi dua kekuasaan yakni Kacirebonan dan
Kanomanan.

• Akhirnya kekuasaan Cirebon terbagi atas 3 bagian yaitu Kacirebonan,


Kanomanan, dan Kasepuhan. Oleh sebab itu pada akhir abad ke 17
Cirebon telah dikuasai oleh VOC
Kondisi Ekonomi
Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdagangan jalur laut,
dimana terletak bandar – bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat
singgah para pedagang dari luar Cirebon yang juga memiliki fungsi sebagai
tempat jual beli barang dagangan. Sejak Syarif Hidayatullah memerintah,
bandar – bandar di Cirebon makin ramai. Selain itu perekonomian Cirebon
juga ditunjang oleh kegiatan masyarakatnya yang menjadi nelayan dimana
Cirebon kaya akan udangnya.
Kondisi Sosial-Budaya
✓ Masyarakat Cirebon diperkirakan merupakan campuran dari
kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah
menganut agama Islam.

✓ Kondisi sosial Kerajaan Cirebon juga dibagi menjadi beberapa golongan


seperti
❑ Golongan raja

Raja beserta keluarga yang tinggal di Kraton.

❑ Golongan elite

kedudukan di lapisan atas seperti bangsawan, tentara, ulama, dan pedagang.

❑ Golongan non-elite

masyarakat kecil yang bermata pencaharian seperti petani, pedagang, tukang, nelayan,
dantentara.

❑ Golongan budak

orang-orang yang bekerja keras, menjual tenaga hingga melakukan pekerjaan kasar.
Kehidupan Budaya
✓ Kerajaan Cirebon memiliki beberapa tradisi:

➢ Upacara tradisional Maulid Nabi Muhammad SAW, telah ada sejak


pemerintahan Pangeran Cakrabuana.

➢ Upacara Pajang Jimat, dsb.

➢ Seni Sasusasteran Kerajaan Cirebon juga mempunyai seni tari yang


diantaranya yang berkembang adalah seni ogel namun mengandung unsur-
unsur Islam.
Raja-Raja
• Pangeran Cakrabuana / Raden walangsungsang
• Syarif hidayatullah tahun 1479 hingga 1495.
• Pangeran Pasarean tahun 1495 hingga 1552.
• Kekosongan Jabatan tahun 1552 hingga 1562
• Pangeran Agung tahun 1568 hingga 1649.
• Pangeran Sedang Gayam tahun 1649 hingga wafat.
• Panembahan Girilaya / Pangeran Putera
Cara Dakwah Sunan
Gunung Jati Cirebon
Menyebarkan Islam
1. Sunan Gunung Jati selalu berdakwah langsung ke masyarakat bawah.
Dengan cara itu, dia bisa memahami karakter masyarakat yang
dikunjunginya sekaligus menjadi solver problem.
2. Sunan Gunung Jati mengubah aturan bulu bekti (pajak) menjadi atur bekti
(zakat/infak/sodaqoh). Kebijakan Sang Wali untuk menghentikan
pengiriman garam dan terasi sebagai upeti (pajak) ke Pajajaran juga
diterapkan di Cirebon. Di masa pemerintahannya, di Cirebon tidak
dikenakan wajib pajak. Para kuwu dan gegeden yang berada di bawah
perlindungan kerajaan Cirebon, dengan sukarela memberikan hasil panen
atau hasil tangkapan ikannya kepada negara setahun sekali tanpa
ditentukan jumlahnya.
3. Menjalin silaturahim dengan cara mempererat perkawinan antarsuku.
4. Memberikan keterampilan berupa pembuatan kerajinan untuk
meningkatkan ekonomi rakyat serta melakukan pemberdayaan
dalam bidang kepemimpinan agar setiap pemimpin di masyarakat
bisa mengurus rakyatnya dengan penuh kasih sayang dan mengerti
keinginan rakyatnya
5. Penegakan hukum yang memenuhi rasa keadilan dan membuat efek
jera bagi pelakunya tanpa pandang bulu dan tebang pilih
6. Menjaga stabilitas keamanan nasional dan regional dengan cara
memiliki sistem keamanan yang berlapis-lapis untuk menjaga
serangan dari luar.
Keruntuhan
Kerajaan Cirebon
• Beberapa Faktor penyebab kemunduruan Kerajaan Cirebon:
1) Perpecahan antara saudara menyebabkan kedudukan Kesultanan
Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan
menjadi proteksi VOC.
2) Pada waktu Panembahan Sepuh wafat pada tahun 1697, terjadi
perebutan kekuasaan di antara kedua putranya.
3) Dalam perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC
disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung
VOC.
Setibanya dua putra Panembahan Girilaya ke Cirebon, keduanya
diangkat menjadi penguasa Cirebon yang pengangkatannya adalah tanda
runtuhnya Kerajaan Cirebon karena Cirebon telah menjadi tiga bagian,
dua bagian untuk dua putra Panembahan Gerilaya, dan satu bagian
diberikan pada Pangeran Wangsakerta.
Peninggalan
Keraton Kasepuhan Cirebon Kereta Singgasana Barong
Kasepuhan
Keraton Kanoman Kereta Paksi Naga Lima
Keraton Kacirebonan Masjid Sang Cipta Rasa
Makam Sunan Gunung Jati
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai