Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

SEJARAH
KERAJAAN
CIREBON
    

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
NAMIRA SETIYANA
MAULIA NURJANAH
AKBAR DESAFITRA
ERLAMBANG
PETA KONSEP
KERAJAAN CIREBON

SEJARAH KERAJAAN PERKEMBANGN PENINGGALAN


CIREBON KERAJAAN CIREBON KERAJAAN CIREBON

AWAL BERDIRI
POLITIK
KERAJAAN CIREBON

LETAK GEOGRAFIS
EKONOMI
KERAJAAN CIREBON

SOSIAL DAN
BUDAYA
KERAJAAN CIREBON
A.SEJARAH KERAJAAN CIREBON
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan islam yang ternama di Jawa Barat. Kerajaan ini
berkuasa pada abad ke 15 hingga abad ke 16 M. Letak kesultanan cirebon adalah di pantai
utara pulau jawa. Lokasi perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat membuat
kesultanan Cirebon menjadi “jembatan” antara kebudayaan jawa dan Sunda. Sehingga, di
Cirebon tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak
didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Pada awalnya, cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa.
Demikian dikatakan oleh serat Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad
Tanah Sunda. Lama-kelamaan cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang
diberi nama caruban. Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari
beraneka bangsa,agama, bahasa, dan adat istiadat.
Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana digantikan oleh keponakannya. Keponakan
Cakrabuana tersebut merupakan buah perkawinan antara adik cakrabuana, yakni Nyai
Rarasantang, dengan Syarif Abdullah dari Mesir. Keponakan Cakrabuana itulah yang
bernama Syarif Hidayatullah (1448 – 1568 M). Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal
dengan nama sunan Gunung Jati, atau juga bergelar ingkang Sinuhun Kanjeng Jati Purba
Penetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatura Rasulullah.
Pertumbuhan dan perkembangan kesultanan Cirebon yang pesat dimulai oleh syarif
Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti kesultanan cirebon dan banten,
serta menyebar islam di majalengka, Kuningan, kawali Galuh,Sunda Kelapa, dan Banten.
Setelah Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan
tertinggi kerajaan Islam cirebon. Pada mulanya, calon kuat penggantinya adlah pangeran
Dipati Carbon, Putra Pengeran Pasarean, cucu syarif hidayatullah. Namun, Pangeran dipati
carbon meninggal lebuh dahulu pada tahun 1565.
Kosongnya kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat istana yang memegang
kenali pemerintahan selama syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati melaksanakan
Dakwah. Pejabat tersebut adalah Fatahillah atauFadillah Khan. Fatahillah kemudian naik tahta,
secara resmi menjadi sultan cirebon sejak tahun 1568.
Dengan kematian panembahan Girilaya, terjadi kekosongan penguasa. Sultan ageng tirtayasa
segera dinobatkan pangeran Wangsakerta sebagai pengganti panembahan Girilaya, atas
tanggung jawab pihak Banten. Sultan ageng tirtayasa pun kemudian mengirimkan pasukan dan
kapal perang untuk membantu trunajaya, yang pada saat itu sedang memerangi Amangkurat I
dari mataram. Dengan bantuan Trunajaya, maka kedua putra penembahan Girilaya yang
ditahan akhirnya dapat dibebaskan, dan dibawa kembali ke Cirebon. Bersama satu lagi putra
panembahan Girilaya, mereka kemudian dinobatkan sebagai penguasa kesultanan Cirebon
Panembahan Girilaya memiliki tiga putra, yaitu pangeran murtawijaya, pangeran
Kartawijaya, dan pangeran wangsakerta. Pada penobatan ketiganya di tahun 1677,
kesultanan cirebon terpecah menjadi tiga. Ketiga bagian itu dipimpin oleh tiga anak
panembahan Girilaya, yakni :
1. Pangeran Martawijaya atau sultan Kraton Kasepuhan, dengan gelar Sepuh Abi
Makarimi Muhammad Samsudin (1677 – 1703)
2. Pangeran Kartawijaya atau Sultan Kanoman, dengan gelar Sultan Anom Abil
Makarimi Muhammad Badrudin (1677 – 1723)
3. Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Cirebon, dengan gelar pangeran Abdul
Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677 – 1713)
Pergantian kepemimpinan para sultan di cirebon selanjutnya berjalan lancar, sampai
pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798 – 1803). Saat itu terjadilah
pepecahan karena salah seorang putranya, yaitu pangeran raja kanoman, ingin
memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama kesultanan
Kacirebonan
1. Awal Berdiri Kerajaan Cirebon
Cirebon dianggap sebagai awal dari keberagaman dengan multi etnis, agama dan bahasa.
Dari Pelabuhan Muara Jati (1415 M) ketika Laksamana Muslim China Cheng Ho mendaratkan
puluhan perahunya, mulai Cirebon menjadi bandar terkenal dijalurPantai Utara Jawa. Dari
situ kemudian mendarat pula para perantau yang datang dari negeri seberang bergerak
memasuki pedalaman Jawa Kulwan (JawaBarat).
Jawa Barat, memang sebuah keberagaman (Soemardjo, 2011). Ditilik dari bahasanya, ada
bahasa Cirebon, Sunda, Jawa Banten dan Melayu Betawi. Dari kelompok ras terdapat
keturunan Tionghoa, Arab dan India. Demikian pula dari produk keseniannya yang amat
beragam.

2. Letak Geografis Kerajaan Cirebon


Cirebon dibagi menjadi dua wilayah. Pada bagian utara dinamakan wilayah Kesultanan
Cirebon yang meliputi daerah Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Gebang. Bagian selatan
dinamakan Tanah Priangan-Cirebon (Cheribonesche-Preanger landen), meliputi daerah
Limbangan, Sukapura, dan Galuh. Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah kolonial
telah menetapkan sebuah keputusan pada 13 Maret 1809 bahwa wilayah Kesultanan
Cirebon terbagi atas tiga daerah yang dikepalai oleh sultan yang mempunyai kedudukan yang
sederajat dengan bupati, ketiga daerah tersebut adalah: Kuningan-Cirebon, Indramayu, dan
Majalengka (Syafirudin, 1993: 260).
Peta Wilayah Cheribon (Cirebon)
Administratif 1811-1900
C. PENINGGALAN KERAJAAN CIREBON
 Peninggalan Berupa Keraton
Keraton
Kasepuhan
Cirebon 
kini terletak di Kec.
Lemah Wungkuk,
Kotamadya Cirebon. Ia
merupakan pusat
pemerintahan dari
kesultanan Cirebon
pada masa silam. Di
keraton ini akan dapat
kita jumpai bangunan-
bangunan dengan gaya
arsitekturnya yang
unik, kereta Singa
Barong, benda-benda
kuno dan naskah kuno.
Keraton Kanoman 
adalah keraton yang didirikan oleh
Sultan Anom I pada tahun 1678.
Letaknya berada di 300 meter
sebelah utara keraton Kasepuhan.
Keraton ini telah berdiri sejak
wafatnya Panembahan Girilaya

Keraton Kacirebonan 
adalah keraton terkecil yang
dimiliki kesultanan Cirebon.
Letaknya berada di 1 km barat
daya Keraton Kasepuhan. Di
dalamnya juga terdapat berbagai
benda-benda bersejarah
peninggalan kerajaan Cirebon
seperti keris, wayang, gamelan,
dan perlengkapan perang
2. Peninggalan Berupa Masjid
Masjid Sang Cipta Rasa 
adalah masjid yang dibangun Wali
Songo pada tahun 1498 di kompleks
keraton Kasepuhan. Berdasarkan
cerita rakyat, masjid ini didirikan
hanya dalam waktu 1 malam saja.
Subuh keesokan harinya masjid
yang hingga kini masih berdiri
kokoh tersebut telah digunakan
untuk sholat berjamaah

Masjid Jami Pakuncen 


berada di Tegal Arum, Kab. Tegal -
Jawa Tengah. Masjid ini didirikan
oleh Sunan Amangkurat I sebagai
tempat penting untuk keperluan
syiar Islam di tanah Cirebon pada
masa itu
Peninggalan Berupa Makam
Pemakaman muslim kuno yang kini masih
terpelihara juga merupakan peninggalan yang tidak
bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di
Kesultanan Cirebon. Di antara makam tersebut
misalnya makam Sunan Gunung Jati dan makam
para penguasa kerajaan lainnya.
 
Kompleks pemakaman peninggalan Kerajaan
Cirebon terletak di Keraton Cirebon, 6 km dari
pusat Kota Cirebon, Jawa Barat.

Peninggalan
Berupa Benda Pusaka
adalah pusaka yang berwujud kereta, misalnya
kereta Singa barong atau kereta Paksi Naga Liman.
dari
Kereta ini adalah kereta kuno yang berasal
tahun 1549 buatan cucu Sunan Gunung
Jati yang bernama Panembahan Losari.

Anda mungkin juga menyukai