Anda di halaman 1dari 42

Alat transportasi industri kimia

Di dalam industri, bahan -bahan yang digunakan kadangkala merupakan bahan yang berat
maupun berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat transportasi untuk mengangkut
bahan - bahan tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa
kapasitas bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari karyawan. dalam
pemakaian alat trasnportasi industri juga harus memperhatikan klasifikasi material yang
dibawa, baik berbentuk gas, padat, maupun cair. Ada beberapa macam atau jenis alat
transportasi yang sering digunakan didalam industri, baik itu pertambangan ataupun industri
yang lainnya.
TRANSPORTASI PADATAN

SCREW CONVEYOR
Screw conveyer terdiri dari tiang baja yang berbentuk spiral (helix) dan berputar dalam
baknya tanpa terjadi sentuhan dengan dinding bak. Batang screw digerakan oleh sebuah
motor yang dilengkapi dengan roda gigi

FLIGHT CONVEYOR
Flight conveyor terdiri dari satu atau dua buah endless chain. Rantai tersebut dapat berputar
dan melewati bagian yang melengkung (palung)
Rantai-rantai tersebut juga mempunyai piringan dari kayu atay baja yang disebut Flight

BELT CONVEYOR
alat ini terdiri dari endless belt / sabuk yang membawa solid dari satu tempat ketempat yang
lain
Belt conveyor membutuhkan tenaga yang kecil dan dapat mengangkut material yang cukup
jauh

BUCKET CONVEYOR
alat ini terdiri dari beberapa bucket / ember yang membawa solid dari satu tempat ketempat
yang lain
Bucket Conveyor digunakan untuk membawa material padat yang sangat panas

PNEUMATIC CONVEYER
Pneumatic Action : Aksi pneumatic digunakan untuk membawa material padat dalam bentuk
butiran sangat halus (powder). Material dibawa sebagaimana layaknya menghandle seperti
liquid atau gas, yaitu dengan jalan mensuspensi partikelpartikel padat dalam gas atau cairan;
Apa sajakah peralatan atau instrumentasi yang digunakan untuk transportasi fluida cair ?
PERALATAN TRANSPORTASI FLUIDA CAIR

1. PIPA DAN TUBE

A. Perbedaan Pipa dan Tube


Dalam perencanaan conduit (piping system) harus diperhatikan factor-faktor sebagai
berikut.
1. Diusahakan tekanan seminimum mungkin untuk mengurangi energi pengaliran.
2. Jangan kotor dan jangan sampai ada kebocoran pada pipa atau tube yang digunakan.
Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal dindingnya, dan
bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat dialirkan dalam pipa atau tube
yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan
bahan konstruksi. Pada umumnya pipa berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan
tersedia dalam panjang antara 20-40 ft. Sedangkan tube berdinding tipis dan biasa tersedia
dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam
biasanya berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan dinding tube licin. Potongan-
potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las (weld),
sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi (compression fitting), flare fitting,
atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya dibuat dengan teknik ekstrusi atau
cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan teknik las, cor (casting), dan
piercing.

PIPA
TUBE
Paling panjang 20 – 40 ft
Bisa berates ft
Pada umumnya dindingnya tebal
Dindingnya tipis
Pipa apat dibuat ulir
Tidak dapat dibuat ulir
Disambung dengan screw, flange, dan las
Disambung dengan compression fitting, soldered, dan flare fitting
Dindingnya kasar
Dindingnya kasar
Cara pembuatannya : Las, Casting (Peleburan), dan Piercing (Penembusan).
Cara pembuatannya : extrusion (Cara membuat mie), dn Cold drawn.

B. Bahan – Bahan Kontruksi Pipa

Dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk pembuatan pipa harus diperhatikan hal-hal
berikut : sifat ductulitnya (Mudah bengkok), brittleness (Mudah rapuh), sifat plastis,
ketahanan terhadap korosi, kekuatan pipa, metode pembuatan, dan cara penyambungannya.
Bahan konstruksi pipa terdiri dari 3 macam :

1. Ferrous Metal
Umumnya bahan yang digunakan untuk pipa ferrous metal adalah baja (campuran besi dan
karbon), besi lunak (besi tempa), cast iron, dan pig iron. Contoh dari ferrous metal adalah :
Baja, cast iron, whrought iron, SS (stainless steel), dan beberapa alloy lainnya.
2. Non Ferrous Metal
Non ferrous metal umumnya digunakan dalam bentuk campuran (alloy) yaitu campuran
antara :
- Ni dan Cu (monel)
- Du dan Al (durion)
- Zn dan Cu (hastelloy)
- Su dan Cu (bronze)

3. Non Metal
Kelemahan dari non metal adalah tidak kuat seperti metal atau logam dan biasannya hanya
digunakan sebagai pelapis (lining). Contoh Non metal : Plastik, Kaca, Semen, PVC, dll.

C. Cara Pembuatan Pipa


Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa yaitu : Welding (las), Piercing
(penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.
1. Welding (Las)
Biasannya digunakan untuk material yang bersifat plastic, dan pipa yang digunakan
kebanyakan berukuran 2”. Metode las ada 2 macam yaitu :
a. Butt welding
Dilakukan dengan memanaskan kepingan pipa (plate) yang tidak lebar (skelp), hingga suhu
2600 0F. Skelp dipanaskan pada suatu welding belt yang dibengkokkan menjadi bentuk
sirkulair dan pinggirannya sekaligus dilas.

b. Lap welding
Sama seperti butt welding, tetapi pada lap welding kedua tepi yang akan dilas dipotong
miring. Cara ini akan memberikan sambungan yang lebih kuat daripada butt welding.
2. Piercing (Penembusan)
Cara ini menghasilkan seamless pipe. Biasannya untuk pipa yang berukuran pendek.
Seamless pipe adalah pipa yang tak memakai garis las. Pipa ini lebih kuat dibandingkam
dengan pipa yang dibuat dengan car alas karena dindingnya yang homogeny dan dibuat
dengan cara piercing. Cara piercing adalah sebagai berikut :
- Suatu batang baja berbentuk sirkular atau billet, dimasukkan kedalam piercing mill pada
suhu yang sangat tinggi.

- Piercing mill terdiri dari 2 roll yang menekan billet secara radial yang dapat membuat
lubang ditengah-tengahnya pada suhu yang sangat tinggi. Pada suhu ini baja akan bersifat
plastis. Ukuran pipa dan posisi lubang diatur dengan mandrel, kemudian diameter dan tebal
dinding pipa diatur dengan seamless pipe melalui dies.
Untuk pipa-pipa yang berukuran pendek seamless pipe dibentuk dengan cara forging atau
cupping. Bukaan sentral dibentuk dengan pukulan terhadap billet sirkular yang panas.
3. Casting (Cetak)
Casting dipakai untuk material yang rapuh karena material rapuh tidak dapat di roll atau di-
piercing. Satu-satunya cara adalah logam harus dicairkan, kemudian di cetak didalam cetakan
yang bernama centrifugal casting. Dengan cara ini dihasilkan pipa yang berdinding tebal,
homogeny, dan tidak ada lubang pada dinding-dindingnya.
4. Extrusion
Extrusion sering digunakan untuk pipa yang terbuat dari Pb (timbale). Cairan pipa dari
materil yang bersifat sengat elatis ini dilakukan melalui extruder sehingga dihasilkan
seamless pipe. Selai pipa, tube dari materil ini sangat plastis dan dapat dibuat dengan cara ini.

D. Ukuran Pipa dan Tube


Ukuran pipa ini dispesifikasikan oleh diameter dan tebal dindingnya. Diameter pipa dan tube
dinyatakan dengan Nominal Diameter. Untuk pipa baja standar besarnya berkisar antara 1/8 –
30 inch. Untuk pipa dengan diameter :
- > 12” disebut juga dengan pipa besar, nominan diameternya sama dengan luas pipa.
- 3” – 12” nominan diameternya mendekati diameter dalam pipa.
- <3” disebut juga pipa kecil, nominan diameternya tidak sama dengan diameter dalam
dan diameter luar.
Selain pipa baja, pipa yang terbuat dari bahan lain ukuran standarnya sama seperti pipa baja
yang dikenal sebagai IPS (Iron Pipe Size) atau NPS (Normal Pipe Size). Misalnya pipa nikel
berukuran 2 inch IPS, artinya pipa nikel yang mempunyai diameter luar seperti pipa baja
standar 2 inch.
Tebal dinding pipa dinyatakan dengan Schedule number dan untuk tube dinyatakan dengan
Birminghams Wires Gauge (BWG). Schedule pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Schedule 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 160
2. Schedule standard
3. Schedule Extra Strong (XS)
4. Schedule Double Extra Strong (XXS)
5. Schedule special
Perbedaan schedule ini dibuat untuk menahan ternal pressure dari aliran, kekuatan dari
material itu sendiri (Strength of Material), mengatasi karat, dan mengatasi kegetasan pipa.
Ukuran dari tube ditunjukan oleh diameter luarnya, nilai nominalnya adalah besarnya
diameter bagian luarnya. Tebal dinding tube digunakan BWG (Birmingham Wire Gauge)
dengan selang antara 24 untuk yang paling ringan dan 7 untuk yang paling berat.

E. Pemilihan Ukuran Pipa


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pipa untuk keperluan tertentu adalah
sebagai berikut :
1. Initial Cost ( Biaya awal )
2. Maintenance Cost ( Biaya pemeliharaan )
3. Stock ukuran yang ada
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam pemilihan pipa. Secara umun ukuran pipa baja
yang ekonomis untuk aliran turbulen dinyatakan dengan persamaan Sarchet dan Colburn
berikut :
De’ = Diameter pipa yang ekonomis
W’ = Laju aliran massa (lb/hr)
ρ = Densitas fluida (lb/ft3)
F. Penyambungan
Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :
- Joints : merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari material
yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
- Fitting : merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material ketiga
sebagai penyambung.
Cara penyambungan pipa tergantung dari sifat material pipa dan tebal dindingnya. Pipa dan
tube yang memiliki dinding tebal biasannya disambung dengan jalan : Screw Fitting, Flange,
atau Welding (las).
1. Screw Fitting
Ujung pipa yang akan disambung diderat atau dibuat ulirnya pada bagian luat dengan
menggunakan suatu alat. Pembuatan ulir ini harus tapered ( makin keujung mankin
mengerucut ). Oleh karena itu dinding pipa dapat menjadi lemah dan sambungan yang terjadi
tidak terlalu kuat.
Untuk itu dipakai sambungan dengan schedule number yang dua kali lebih besar. Screw
fitting jarang digunakan untuk pipa yang besar dari 12” karena kesukaran dalam membuat
ulir dan pipa nya terlalu berat. Biasannya screw fitting digunakan untuk pipa antara 3” – 12”.
Beberapa jenis screw fitting yaitu :
· Close nipple
· Short nipple
· Long nipple
· Coupling
· Union
· Elbow street
· Elbow tee
· Reducer
· Plug
· Cross
· Cap
· Busching

2. Flange
Cara flange digunakan untuk menyambung pipa yang lebih panjang dari 2”. Selain dengan
cara ini dapat pula digunakan cara welding. Penyambungan flange dilakukan dengan cara
mempertemukan disk (cakram) atau cincin metal dan diikat bersama gasket diantara kedua
flange yang diikat. Flange ini diikat ke pipa dengan cara screw atau welding.
Macam – macam tipe flange tergantung dari penggunaanya pada sambungan, yaitu : raised
face, male and female, tongue and groove, ring joint, full face, dan knife eage. Keuntungan
dari penggunaan flange dalam sambungan adalah sambungannya yang dapat dibuka, dan
kerugiannya karena konstruksinya yang akan menjadi berat karena berat flange itu sendiri.
Kekuatan sambungan menggunakan flange ini tergantung dari penggunaan gasket yang
disisipkan diantara kedua flange.
Macam – macam tipe gasket :
a. Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan rendah digunakan gasket yang lunak
seperti gabus atau karet.
b. Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan tinggi digunakan gasket yang keras
seperti Pb, Cu, Al, dan Baja.
c. Untuk pemakaian yang tekanannya sangat tinggi biasannya tidak menggunakan
gasket tetapi sambungan antara flange diperkuat.

3. Welding ( las )

a. Las
digunakan untuk menyambung pipa yang diameternya lebih dari 2”, dan merupakan metode
standar untuk menyambung pipa pada flange dengan tekanan tinggi. Macam – macam las
yaitu Butt Welding dan Lap Welding. Keuntungan dari sambungan menggunakan metode las
yaitu :
1. Merupakan sambungan yang kuat dan tidak melemahkan dinding pipa.
2. Murah dan tahan kebocoran.
3. Lebih enteng dibandingkan tipe sambungan lain.
4. Tidak mengganggu aliran dengan sambungan uliran.
Kerugiannya yaitu sambungan dengan las tidak dapat dilepas kecuali dengan memotong atau
merusak sambungan tersebut.

b. Soldering
Untuk pipa dan tube dengan permukaan yang sangat kecil biasannya disambung dengan cara
solder. Seperti halnya dengan cara welding, maka sambungan ini tidak akan melemahkan
dinding pipa. Sambungan dengan menggunakan solder ini dapat dibuka kembali dengan
melebur bahan solder (remelting) tanpa merusak pipa. Biasannya bahan solder yang
digunakan adalah timah.
c. Brazing
Digunakan untuk melekatkan flange ke pipa induknya. Begitu juga untuk
menyambung flange dengan tube nya. Bahan brazing yang biasannya digunakan adal
tembaga atau perak.

2. VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran dan bentuk
yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan menutup penuh aliran,
ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju aliran fluida, ada pula valve yang
berfungsi mengatur agar aliran fluida cair terjadi pada satu arah saja. Berikut beberapa jenis
valve yang paling sering digunakan :

1. Gate Valve
Gate Valve adalah valve yang paling sering dipakai pada sistem perpipaan. Fungsinya untuk
membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak untuk mengatur besar kecil aliran
(throttling). Kelebihan Gate Valve, minimnya halangan/ resistan saat valve ini dibuka penuh,
sehingga aliran bisa maksimal. Gate Valve mengontrol aliran melalui badan valve yang
berbentuk pipa, dengan sebuah lempengan atau baji vertikal (lihat gambar dibawah ini) yang
bisa bergeser naik turun saat handel valve diputar. Valve ini didesain untuk posisi terbuka
penuh, atau tertutup penuh. Jika valve ini dalam keadaan setengah terbuka, maka akan
menyebabkan pengikisan pada badan valve, dan turbulensi aliran zat bisa menyebabkan
getaran pada baji valve sehingga menghasilkan suara gemeretak.

2. Globe Valve
Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil aliran
(throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve, besarnya aliran zat yang
melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, membuat globe valve
efisien ketika mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan.
Namun demikian tahanan didalam valve cukup besar. Desain Globe Valve yang sedemikian
rupa, memaksa adanya perubahan arah aliran zat didalam valve, sehingga tekanan menurun
drastis dan menyebabkan turbulensi di dalam valve itu sendiri. Dengan demikian, Globe
Valve tidak disarankan diinstal pada sistem yang menghindari penurunan tekanan, dan sistem
yang menghindari tahanan pada aliran.

3. Angle Valve
Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana pengaturan besar
kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat dengan sudut 90°, hal ini
untuk mengurangi pemakaian elbow 90° dan fitting tambahan.

4. Ball Valve
Ball Valve adalah alternatif murah dari jenis valve-valve yang lain. Ball valve menggunakan
bola logam yang tengahnya ada lubang tembus, diapit oleh dudukan valve untuk mengontrol
aliran. Sering dipakai pada proses hydrocarbon, ball valve mampu mengatur besar kecil aliran
gas dan uap terutama untuk tekanan rendah. Valve ini dapat dengan cepat ditutup dan cukup
kedap untuk menahan fluida/ zat cair. Ball valve tidak menggunakan handwheel, tetapi
menggunakan ankle untuk membuka atau menutup valve dengan sudut 90°. Disainnya yang
simpel, meminimalkan turunnya tekanan pada saat valve dibuka penuh.

5. Butterfly Valve
Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve yang lain.
Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang dioperasikan dengan ankel untuk posisi
membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90°. Wafer ini tetap berada ditengah
aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan tertutup, wafer
tersebut tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan saat valve terbuka
wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui valve.
Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop) yang minimal.
Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan bagus untuk mengontrol
aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian valve ini biasanya tidak
memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem yang memiliki
tekanan rendah (low-pressure).

6. Relief Valve
Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang lain. Valve ini
didesain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment dan sistem perpipaan.
Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting lagi cedera pada pekerja,
relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum menjadi lebih ekstrim. Relief valve
menggunakan pegas baja yang secara otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai level
yang tidak aman. Level tekanan pada valve ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada
level tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika tekanan kembali normal, relief valve
secara otomatis akan tertutup kembali.

7. Check Valve
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe Valve. Valve
ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check valve, tapi ada 2 jenis
yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check Valve biasanya
dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa pabrikan
digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check Valve
tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan
dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow)
Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem
perpipaan.
Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa, antara lain:

1. Pipa-pipa harus sejajar dengan belokan-belokan tegak lurus pipa-pipa disusun


sedemikian sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti pipa yang rusak
atau membersihkannya.
2. Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada seharusnya
dan belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran saluran sangat
mengganggu bila aliran berlangsung dengan gravitasi saja, karena tinggi tekan
fluida tidak dapat ditambah untuk meningkatkan laju aliran saat pipa mengecil
karena fouling.
3. Kebocoran valve harus selalu diperhtungkan. Valve harus dipasang vertikal
dengan batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan didukung tanpa
mengalami regangan, dan diberi allowance untuk menampung ekspansi termal pipa di
sebelahnya.

3. POMPA
Pompa adalah alat untuk memindahkan zat cair. Istilsh pompa (pump), kipas (fan), blower
(penghembus) dan kompressortidaklah mempunyai arti yang tepat. Misalnya pompa angin
(air pump) dan pompa vakum (vacuum pump) adalah mesin-msin untuk memampatkan gas.
Namun demikian, pompa adalah alat untuk memindahkan zat cair, sedangkan kipas, blower
atau kompressor berfungsi untuk menambahkan energi pada gas. Kipas membuang gas
(biasanya udara) dalam volume besar ke ruang terbuka atau talang besar, biasanya berupa
mesin putar kecepatan rendah dan tekanan yang dibangkitkannya hanyalah beberapa inchi air
saja.
Setiap pompa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung pabrik yang
membuatnya. Pompa dapat digolongkan m enjadi 2 golongan :
1. Positive Displacement Pump (PDP)
a. Reciprocating pump
b. Rotary pump
2. Variable Head Capacity Pump (VHCP)
a. Pompa sentrifugal
b. Pompa turbin
Perbedaan kedua golongan pompa itu antara lain :
1. Pada VHCP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya putaran kipas
2. Pada PDP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya gerakan perpindahan
3. Pada PDP, tidak memerlukan priming, sedangkan pada VHCP sangat diperlukan
priming.

Priming
Priming atau pemula (pemancing) adalah cara yang dilakukan di pompa VHCP agar dapat
terjadi aliran. Cara-cara priming :
1. Dengan jalan pengisian : secara langsung atau secara tak langsung
2. Dengan cara vakum : pengaliran berlangsung karena adanya vakum. Keadaan vakum
ini diciptakan dengan melakukan penyedotan atau menggunakan jet ejektor.

Head
Head merupakan besaran energi yang terdapat di dalam persamaan neraca energi dari sistem
aliran fluida, yaitu persamaan Bernoulli. Satuan dari setiap head adalah energi per satuan
berat fluida, misalnya ft-lb/lb atau cm-gr/gr. Secara umum satuan yang biasa dipakai adalah
satuan panjang dari kolom fluida, ft atau cm.
Di dalam sistem aliran fluida terdapat dua macam head, yaitu :
1. Static Head : energi yang diakibatkan adanya perbedaan tinggi antara permukaan liquid
dengan pusat pompa (∆Z). Berdasarkan perbedaan dengan posisi pompa, maka static head
dibedakan atas : static head dan static discharge head.

2. Dynamic Head ; terdiri dari :


- Tekanan pada discharge yang diinginkan
- Velocity discharge yang diinginkan
- Hf pada sistem (friksi)
Dynamic Head adalah energi yang diakibatkan oleh adanya sifat air fluida, seperti velocity
head, pressure head, dan friction head (energi yang diakibatkan oleh adanya kecepatan air
fluida atau tekanan fluida atau energi yang hilang karena adanya friksi dari fluida).
Net Positive Suction Head (NPSH)
Definisi dari NPSH adalah selisih tekanan pada pompa inlet dengan tekanan uap likuid, yang
dinyatakan dalam ft dari likuid. Ada dua harga NPSH yang dikenal, yaitu : NPSH available
(NPSHav) yaitu NPSH yang dibentuk karena sitem pengaliran fluida., dan NPSH required
(NPSHreq) yaiutu NPSH yang tentukan oleh pabrik pembuatnya.
Dimana :
PB = tekanan pada pompa inlet
PB, = tekana upa dari liquid
Harga NPSHav harus lebih besar dari NPSHreq. Bila hal ini terjadi kebalikannya, maka akan
terjadi pemutusan aliran ( aliran tidak ada ). Bila PB > PB, maka harga NPSHav positif.
Pada keadaan ini akan terjadi aliran. Bila PB’ > PB maka harga NPSHav akan negatif
sehingga cairan pada pompa casing akan menguap. Bila terjadi penguapan akan terjadi :
pemutusan aliran atau kerusakan pada bagian pompa. Besarnya PB dan PB’ tergantung dari
jenis dan rancangan pompa.

WHP dan BHP


WHP adalah likuid horse power, merupakan tenaga yang dibawa oleh
fluida keluar dari suatu pompa, yang satuanya HP (horse power). Sedangkan BHP (brake
horse power) adalah tenaga yang digunakan untuk mengerakan pompa, yang berasal dari
steam atau power.

Kavitasi
Kavitasi adalah kondisi dari pompa dimana terjadi lokal pressure drop sehingga ruangan
pompa menjadi terisi oleh uap air. Kavitasi ini terjadi karena harga NPSH = 0. Hal ini terjadi
karena :
1. Static suction lift bertambah (Zb>>)
2. Fraksi antara permukaan fluida yang akan dipompakan dengan pomnpa inlet (Hfs>>)
3. Menurunnya tekanan atau karena ketingggian (Pa>>)
4. Naiknya temperatur dari pompa likuid (Pv>>)
5. Terjadinya penurunan tekanan absolut dari sistem fluida itu sendiri, misalnya :
pemompaan dari vessel yang vakum.
Tanda-tanda kavitasi :
1. Adanya noise dan vibrasi dari pompa.
2. Terjadi penurunan kurva dari head capcity dan efisiensi sehingga karakteristik pompa
akan lebih rendah dari semula (yang akan merugikan operasi).
3. Terjadinya lobang-lobang pada impeller, karena adanya uap air.
4. Korosi terhadap logam pompa, yang akan merusak pompa tersebut.

A. Positive Displacement Pump ( PDP )

A.1. Reciprocating Pump


Reciprocating Pump adalah suatu jenis dari PDP yang menggunakan aksi
displacement. Pompa ini digunakan untuk :
a. Proses yang memerlukan head yang tinggi.
b. Kapasitas fluida yang rendah.
c. Likuid yang kental (viskos) dan slurries (seperti lumpur)
d. Likuid yang mudah menguap (high volatile)
Macam-macam tpe dari reciprocating pump antara lain adalah : pompa plugner dan pompa
diafragma.
Material yang digunakan untuk konstruksi reciprocating pump adalah material yang di
standarisasi oleh SHI (Standard of the Hydraulic Institute), yaitu :
1. Bronze Fitted (BF)
2. Fully Bronze (FBF)
3. Acid Recisting (AR)
4. All Bronze (AB)
5. All Iron (AI)
6. Standard
Bagian-bagian dari reciprocating pump :
- Silinder, ada dua macam, yaitu : liquid silinder dan steam silinder
- Packing, yang materialnya terdiri dari : asbestos, grafit, karet, gabus, kulit, fiber atau
metalic ring (untuk tekanan tinggi)
- Kerangan : disc valve, wing valve, ball valve
- Air Chamber : berisi suatu medium elastis agar aliran menjadi smooth
Kapasitas dari reciprocating pump dibedakan atas kapasitas teoritis dan kapasitas aktual,
dimana kapasitas teoritis tersebut tergantung pada perpindahan dari likuid pistonnya.
Kapasitas teoristis pompa ini tidak pernah tercapai karena adanya slip, yang dapat disebabkan
oleh :
- Tidak sempurnanya packing, kebocoran pada kerangan
- Rusaknya kerangan sehingga tidak menutup sempurna pada saat piston bergerak
kembali.

1. POMPA TORAK
Pompa torak merupakan pompa yang banyak digunakan dalam kelompok pompa desak gerak
bolak-balik. Menurut cara kerjanya pompa torak dapat dikelompokkan dalam kerja tunggal
dan kerja ganda. Sedangkan menurut jumlah silinder yang digunakan, dapat dikelompokkan
dalam pompa torak sinder tunggal dan pompa torak silinder banyak.
Cara kerja
Untuk pompa torak kerja tunggal dan silinder tunggal, aliran cairan terjadi sebagai berikut.
Bila batang torak dan torak bergerak ke atas, zat cair akan terisap oleh katup isap di sebelah
bawah dan pada saat yang sama cairan yang ada disebelah atas torak akan terkempakan ke
luar. Jika torak bergerak ke bawah katup isap akan tertutup dan katup kempa terbuka
sehingga cairan tertekan ke atas torak melalui katup kempa. Dengan gerakan ini maka akan
terjadi kerja isap dan kerja kempa secara bergantian. Aliran cairan yang dihasilkan terputus-
putus.
Cara kerja pompa torak kerja ganda pada prinsipnya sama dengan cara kerja pompa torak
kerja tunggal, tetapi pada pompa torak kerja ganda terdapat dua katup isap dan dua katup
kempa yang masing-masing bekerja secara bergantian. Sehingga pada saat yang sama terjadi
kerja isap dan kerja kempa. Karena itu aliran zat cair menjadi relatif lebih teratur. Untuk
memperoleh kecepatan aliran zat cair yang lebih konstan dapat digunakan pompa torak kerja
ganda dengan silinder banyak.

Kegunaan
Pompa torak cocok digunakan untuk pekerjaan pemompaan dengan daya isap (suction head)
yang tinggi disamping itu pompa torak dapat digunakan untuk memompa udara dalam
kapasitas yang besar.

2. POMPA PLUNYER (PLUNGER PUMP)


Cara kerja
Prinsip kerja pompa plunyer sama dengan prinsip kerja pompa torak, tetapi torak diganti
dengan plunyer.
Kegunaan
Pompa plunyer pada umumnya digunakan untuk aliran volum (kapasitas) yang kecil tetapi
tekanan yang dapat dicapai lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai dengan pompa torak.
Pompa plunyer banyak digunakan untuk pompa bahan bakar motor diesel.

3. POMPA MEMBRAN
Cara kerja
Pada pompa ini, pembesaran dan pengecilan ruang dalam rumah pompa disebabkan oleh
membran yang kenyal. Seperti halnya pompa torak, pompa membran dapat digunakan
sebagai kerja tunggal dan kerja ganda, dan juga memberikan aliran cairan yang terputus-
putus.
Kegunaan
Pompa membran sering digunakan untuk memompa air kotor (pompa kepala kucing) dan
dapat digunakan untuk pompa bahan bakar.

A.2. Rotary Pump


Rotary Pump adalah suatu jenis dari PDP yang melakukan aksi rotasi.
Fluida di trap dalam suatu expanding chamber di dekat inlet, lalu digerakkan ke outlet dan
ditekan ke luar discharge line. Ciri dari pompa jenis ini adalah :
- Tidak mempunyai check valve
- Tidak terjadi kebocoran atau aliran balik
- Cocok untuk fluida kental (minyak pelumas atau lilin)
- Tekanan dischargenya sampai 3000 psia atau lebih.
Macam-macam tipe dari rotary pump :
1. Lobe Pump : seperti gear pump, tapi giginya lebih sedikit
2. Gear Pump : tipe external dan internal gear pump
3. Screw Pump : one screw dan double screw pump
4. Vane Pump : sliding vane and bucke vanet pump
- Sliding vane : untuk likuid sedikit volatil, dan untuk operasi vakum
- Bucket vane : untuk non-volatil, sebanyak 1500 gpm fluida pada 500 psia

1. POMPA LOBE (LOBE PUMP)


Cara kerja
Cara kerja pompa lobe pada prinsipnya sama dengan cara kerja pompa roda gigi dengan
penggigian luar. Pompa jenis ini ada yang mempunyai dua rotor lobe atau tiga rotor lobe.

Kegunaan
Pompa lobe dapat digunakan untuk memompa cairan yang kental (viskositasnya tinggi) dan
mengandung padatan. Pemilihan dua rotor lobe atau tiga rotor lobe didasarkan atas ukuran
padatan yang terkandung dalam cairan, kekentalan cairan, dan kontinyuitas aliran. Dua rotor
lobe cocok digunakan untuk cairan kental, ukuran padatan yang relatif kasar dengan
kontinyuitas kecepatan aliran yang tidak halus.

2. POMPA RODA GIGI (GEAR PUMP)


Cara kerja
Ketika roda gigi berputar, terjadi penurunan tekanan pada rumah pompa sehingga cairan
mengalir dan mengisi rongga gigi. Cairan yang terperangkap dalam rongga gigi terbawa
berputar kemudian dikempakan dalam saluran pengeluaran, karena pada bagian ini terjadi
pengecilan rongga gigi

Kegunaan
Saran umum untuk penggunaan gear pumps yaitu: Untuk mencegah terjadinya kemacetan
dan aus saat pompa digunakan maka zat cair yang dipompa tidak boleh mengandung padatan
dan tidak bersifat korosif.
Pompa dengan penggigian luar banyak digunakan untuk memompa minyak pelumas atau
cairan lain yang mempunyai sifat pelumasan yang baik. Pompa dengan penggigian dalam
dapat digunakan untuk memompa zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas) tinggi,
seperti tetes, sirop, dan cat.

3. POMPA ULIR (SCREW PUMP)

Cara kerja
Oleh gerak putar poros ulir zat cair mengalir dalam arah aksial. Pompa jenis ini hanya dapat
digunakan untuk tekanan pada saluran kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran isap dan
bila zat cair yang dipompa mempunyai kekentalan tinggi. Pada keadaan kering pompa ini
tidak dapat mengisap sendiri, sehingga sebelum digunakan pompa ini harus terisi cairan yang
akan dipompa (dipancing).
Kegunaan
Sama halnya dengan pompa roda gigi, pompa ulir ini cocok untuk memompa zat cair yang
bersih dan mempunyai sifat pelumasan yang baik.
Secara umum pompa rotary mempunyai kecepatan aliran volum yang konstan asal kecepatan
putarannya dapat dipertahankan tetap. Selain itu alirannya lebih teratur (tidak terlalu pulsatif).
Hal ini sangat berbeda dengan pompa reprocating (bandingkanlah setelah pembahasan pompa
reprocating). Pompa rotary cocok untuk operasi pada kisaran tekanan sedang dan untuk
kisaran kapasitas dari kecil sampai sedang (lihat gambar pemilihan jenis pompa berdasarkan
karakteristiknya).

4. POMPA DINDING (SLIDING-VANE PUMP)

Cara kerja
Pompa berporos tunggal yang di dalam rumah pompa berisi sebuah rotor berbentuk silinder
yang mempunyai alur-alur lurus pada kelilingnya. ke dalam alur-alur ini dimasukkan sudu-
sudu lurus yang menempel pada dinding dalam rumah pompa dan dapat berputar secara
radial dengan mudah. Rotor ini dipasang asimetri dalam rumah pompa. Ketika rotor berputar
tekanan dalam rumah pompa turun sehingga terjadi kerja isap dan pada saluran pemasukkan
terjadi pembesaran ruang kosong, sehingga cairan dapat mengalir dari sumber dan mengisi
rongga kosong dalam rumah pompa. Pada tempat pengeluaran terjadi pengecilan ruang
kosong sehingga pada tempat ini terjadi kerja kempa. Dengan cara ini secara berturut-turut
terjadi kerja isap dan kerja kempa.

Kegunaan
Pompa dinding vane dapat digunakan sebagai pompa vakum.

B. Variable Head Capacity Pump (VHCP)


B.1. Centrifugal Pump
Centrifugal Pump : Energi mekanis dari pompa sentrifugal naik karena adanya aksi
sentrifugal (VHCP). Fluida masuk melalui bagian suction yang dihubungkan secara
konsentris dengan suatu poros yang mempunyai elemen berputar secara cepat (berupa
impeller) dengan baling-baling radial.

a. ‘Klasifikasi’ pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :


- Ditinjau dari desain impellernya : volute pump, disfusser pump, propeller pump,
turbine pump
- Ditinjau dari shape impellernya : close, semi-open, open, mixed flow, axial flow
- Ditinjau dari jumlah suctionnya : side suction dan double suction
- Ditinjau dari jumlah stagenya : single dan multi stage
- Ditinjau dari drivernya : direct motor, gear motor, belt driver, steam turbin, gasoline
motor, diesel, water turbine, direct gas engine

b. Bermacam ‘kehilangan’ (losses) pada pompa sentrifugal : Mechanical losses (berasal


dari geseran antara impeller, dll), leakage losses (karena kebocoran pada ujung ataupun
suction impeller), recirculation losses (akibat kecepatan fluida), hydraulic losses (akibat friksi
atau geseran likuid).

c. ‘Keuntungan’ pompa sentrifugal dibanding reciprocating : konstruksinya sederhana dan


murah, fluida yang keluar mempunyai tekanan yang seragam, dapat dihubungkan langsung
dengan motor kendali, discharge line nya dapat ditutup sebagian tanpa merusak pompa, dapat
menangani likuid yang mengandung solid banyak, ongkos perawatannya lebih rendah
dibanding reciprocating, dan dapat dibuat dari bahan yang tahan korosi.

d. ‘Keuntungan’ reciprocating pump dibanding pompa sentrifugal : Head yang tinggi, first
cost lebih rendah, tidak terjadi air binding, operasinya lebih fleksibel, efisiensi operasi tetap,
dapat menghandel fluida kental

e. Susunan seri dan paralel pompa : untuk keadaan tertentu sering digunakan susunan seri
dan paralel dari berbagai pompa. Pompa susunan seri digunakan untuk memperoleh head
yang tinggi, yaitu bila untuk sejumlah kenaikan head tidak bisa dicapai oleh satu pompa saja.
Kecepatan alirannya sama dengan pompa tunggal. Pompa susunan paralel digunakan untuk
memperoleh kapasitas yang tinggi, yaitu apabila sejumlah kapasitas itu tidak bisa dicapai satu
pompa saja, tetapi head yang dihasilkan susunan paralel sama seperti pada pompa tunggal.

B.2. Turbine Pump


Turbine pump adalah salah satu jenis dari VHCP dengan menggunak aksi sentrifugal.
Pompa jenis ini digunakan untuk keperluan yang tidak terus menerus dan untuk flushing
(penyemprotan), misalnya pada pemadam kebakaran.
Kelebihan pompa turbin adalah baik digunakan untuk flushing dengan kapasitas
operasi sekitar 1 - 20 gpm. Sedangkan kekurangannya adalah tidak cocok untuk operasi yang
terus-menerus; cairan yang dipompakan harus jernih, karena kalau tidak jernih akan merusak
blade; cairan yang digunakan tidak boleh korosif; dan temperatur cairan tidak boleh > 350
oF.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal
dindingnya, dan bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat dialirkan
dalam pipa atau tube yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran dengan berbagai
ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa berdinding tebal,
berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20-40 ft. Sedangkan tube
berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa
ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan
dinding tube licin. Potongan-potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw),
flens (flange), atau las (weld), sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi
(compression fitting), flare fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya
dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan
teknik las, cor (casting), dan piercing.

- Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa yaitu : Welding (las),
Piercing (penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.

- Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :


· Joints : merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari material
yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
· Fitting : merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material ketiga
sebagai penyambung.

- Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada gate
valve, bukaan tempat aliran fluida cair hampir sama besar dengan pipa sehingga aliran fluida
tidak berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya menyebabkan penurunan
tekanan sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis yang berada pada dudukan yang
tipis pula. Bila gate valve dibuka, piring naik ke selongsong atas, sehingga seluruhnya berada
di luar lintasan fluida cair. Valve ini tidak cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan
biasanya dipakai dalam keadaan terbuka atau tertutup penuh.
Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran. Bukaannya bertambah
secara hampir linear menurut posisi batang valve, sehingga keausan di sekeliling piringan
terdistribusi secara seragam. Fluida cair mengalir melalui bukaan yang terbatas dan berubah
arah beberapa kali. Akibatnya, penurunan tekanan pada globe valve cukup besar.

- Setiap pompa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung pabrik yang


membuatnya. Pompa dapat digolongkan m enjadi 2 golongan :
1. Positive Displacement Pump (PDP)
c. Reciprocating pump
d. Rotary pump

2. Variable Head Capacity Pump (VHCP)


c. Pompa sentrifugal
d. Pompa turbin

Alat Transportasi Bahan Padat, Fluida Cair & Gas, Pneumatis.


2.1 Alat Transportasi Bahan Padat.

Fungsi utama dari alat transportasi bahan padat adalah untuk mengangkut dan juga
mengumpan. Prinsip pengangkutan bahan padat dapat dibedakan berdasarkan :

Prinsip Pengangkutan.
Berdasarkan prinsip pengangkutannya, alat trasportasi bahan padat yang mengangkut bahan
padat secara horizontal disebut conveyor, sedangkan untuk pengangkutan secara vertical
disebut elevator.

Cara Pengangkutan, digolongkan kembali menjadi 3 macam, yaitu :


1. Mekanis,

dengan menggunakan sistem scraper (mendorong) atau carrier (mengangkut atau membawa).
2. Pneumatis,

pengangkutan bahan padat dengan menggunakan udara secara pressure system, vacuum
system atau pressure & vacuum system.

3. Hidrolis,

pengangkutan bahan padat dengan menggunakan media air.

Berdasarkan fungsi dari transportasi bahan padat, alat transportasi bahan padat yang
digunakan adalah sebagai berikut.

2.1.1 Alat transportasi pengangkut mekanis, berupa :

Screw conveyor;
Alat ini terdiri dari pisau-pisau berbentuk spiral yang terpasang pada as yang berputar dalam
saluran yang berbentuk U. Screw konveyor digunakan untuk mengangkut bahan yang
berbentuk butir atau pasta dimana bahan tersebut akan terdorong dan ketika proses tersebut
berlangsung akan terjadi pengecilan ukuran bahan secara otomatis.

Pemasangan screw conveyor biasanya “miring” karena berfungsi untuk membantu pengaliran
bahan dengan kapasitas yang dibatasi yaitu 10.000 ft/hour.

Spiral screw sendiri dapat diganti sesuai dengan kebutuhan.


a) Screw tidak penuh digunakan untuk tujuan kristalisasi & pencampuran;

b) Dayung/plate digunakan untuk pencampuran pasta;

Secara umum screw conveyor digunakan untuk men-tansportasi-kan bahan secara horizontal,
namun bisa untuk mengangku bahan dengan elevasi tertentu.

Gambar 2.1.1 1. Screw Conveyor.

Belt conveyor;
Pemakaian belt conveyor biasanya dilakukan karena sifat transportasi kontinu, penggunaan
powernya lebih rendah dan dapat digunakan dengan kemiringan 180-200, kemiringan
maksimal 300. Dengan kecepatan bisa mencapai 1000 ft/menit dengan kapasitas hingga 5000
ton/jam sehingga jarak tempuh dari belt conveyor ini dapat bermil-mil.

Kapasitas dari belt conveyor ini tergantung dari bulk density bahan, sudut tergelincir bahan,
ukuran bahan, lebar & kecepatan belt serta elevasi pengangkutannya.

Untuk itu belt yang digunakan memiliki banyak variasinya, mulai dari kawat, kasa kawat
baja, natural rubber, special rubber, cotton, asbeston fiber, elastomers seperti Teflon, vinyls
dsb.
Namun, bahan yang ditransfer tidak dapat mengalami pengecilan ukuran dan tidak baik untuk
mengangkut bahan yang mudah terbawa angin.

Gambar 2.1.1 2. Belt Conveyor.

Bucket elevator;
Terdapat beberapa material memerlukan pengangkutan dengan kemiringan yang curam maka
bucket elevator ini dapat digunakan karena sudut elevasi yang melebihi 300. Dimana bucket
elevator ini terdiri dari timba-timba (bucket) yang dibawa oleh rantai/sabuk yang bergerak.

Gambar 2.1.1 3. Bucket Elevator.

Vibrating elevator;
Roller conveyor.

2.1.2 Alat transportasi pengangkut pneumatik.


Vacuum conveyor;
Pressure conveyor.

2.1.3 Alat transportasi pengumpan (feeder).

Vibrating feeder;
Screw feeder;
Belt/apron feeder;
Table feeder;
Vibratory feeder;
Star feeder.

2.2 Alat Transportasi Fluida Cair & Gas.

Transportasi fluida merupakan perpindahan fluida dari suatu tempat ke tempat lain.
Perpindahan fluida dibutuhkan energi dimana energy tersebut didapatkan dari alat-alat
transportasi.

Kipas angin/fan : Transportasi udara/gas dengan ρ tetap, incompressible.


Pompa : Transportasi cairan dengan ρ tetap, incompressible.
Blower : Transportasi udara/gas dengan ρ tidak tetap, compressible.
Kompresor : Transportasi cairan dengan ρ tidak tetap, compressible.

Kriteria pemilihan operasi pemindahan cairan ditentukan oleh perfoma juga karakteristik
operasi seperti kapasitas alir, power, efisiensi, pemeliharaan & perbaikan serta sifat fisik &
kimia fluida yang dipindahkan.
Alat transportasi fluida cair & gas berdasarkan pembagian menurut cara kerja dibedakan
menurut cara kerja, yaitu :

2.2.1 Positive Displacement , memberi tekanan langsung terhadap fluida. Dibedakan atas
reciprocating dan rotary.

Reciprocating pump
Prinsip kerja : cairan dipindahkan kemudian ditangkap didalam ruangan (silinder) pompa
kemudian didorong keluar.

Reciprocating pump terdiri dari :

Piston pump (single acting & double acting);


Plunger pump;
Diaphragm pump;
Glandless pump.

Rotary pump
Prinsip kerja : cairan didorong keluar oleh torak sedangkan ruangan dimana cairan
terperangkap tetap diam.

Rotary pump terdiri dari :

Gear pump;
Lobe pump;

Screw pump;

Cam pump;
Vane pump;

Lobe pump;
Screw pump;
Cam pump;
Vane pump;
Flow inducer;
Mono pump.

2.2.2 Centrifugal, memberi torsi dan putaran terhadap fluida. Dibedakan atas centrifugal
pump dan kipas angin/fan, blower & kompresor.
Centrifugal pump digunakan untuk pemindahan cairan sedangkan kipas angin/fan,
blower & kompresor digunakan untuk pemindahan gas / udara.

Prinsip kerja dari centrifugal pump adalah ketika cairan dan ruangan cairan berputar
maka cairan akan terlempar keluar. Jumlah cairan yang keluar bergantung dari kecepatan
gerakan torak, kecepatan putaran. Selain itu, kita harus mempertimbangkan head yang harus
dicapai, friksi sepanjanng saluran, sifat fisik & kimia cairan serta sumber tenaga.

2.3 Alat Transportasi Pneumatis.

Alat transportasi yang memberi beda tekanan terhadap fluida dari tangki tekanan tinggi ke
tangki tekanan rendah.

PENDAHULUAN
1. Conveyor
Di dalam industri, bahan -bahan yang digunakan kadangkala merupakan bahan yang berat
maupun berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat transportasi untuk mengangkut
bahan -bahan tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa
kapasitas bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari karyawan.
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah Conveyor yang berfungsi
untuk mengangkut bahan -bahan industri yang berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi
(conveying equipment) material padatan antara lain tergantung pada :
Kapasitas material yang ditangani
Jarak perpindahan material
Kondisi pengangkutan : horizontal, vertikal atau inklinasi
Ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material (properties)
Harga peralatan tersebut.
2. Klasifikasi Conveyor
Secara umum jenis/type Conveyor yang sering digunakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Belt Conveyor
Chain Conveyor :
1. Scraper Conveyor
2. Apron Conveyor
3. Bucket Conveyor
4. Bucket Elevator
Screw Conveyor
Pneumatic Conveyor

ALAT TRANSPORTASI
1. Belt Conveyor

Belt Conveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup sederhana. Alat tersebut
terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan
pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis bahan misalnya dari karet, plastik,
kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk
mengangkut bahan -bahan yang panas, sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan
terhadap panas.

Karakteristik dan performance dari belt conveyor yaitu :


Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut maksimum sampai dengan
18.
Sabuk disanggah oleh plat roller untuk membawa bahan.
Kapasitas tinggi.
Serba guna.
Dapat beroperasi secara kontinu.
Kapasitas dapat diatur.
Kecepatannya sampai dengan 600 ft/m.
Dapat naik turun.
Perawatan mudah.
Kelemahan -kelemahan dari belt conveyor:
Jaraknya telah tertentu.
Biaya relatif mahal.
Sudut inklinasi terbatas.
2. Chain Conveyor
Chain conveyor dapat dibagi atas beberapa jenis conveyor, yaitu :
Scraper Conveyor
Apron Conveyor
Bucket Conveyor
Bucket Elevator
Keempat jenis elevator tersebut pada dasarnya menggunakan rantai sebagai alat bantu untuk
menggerakkan material.
a. Scraper Conveyor

Scraper conveyor merupakan konveyor yang sederhana dan paling murah diantara jenis -jenis
conveyor lainnya. Conveyor jenis ini dapat digunakan dengan kemiringan yang besar.
Conveyor jenis ini digunakan untuk mengangkut material - material ringan yang tidak mudah
rusak, seperti : abu, kayu dan kepingan.

Karakteristik dan performance dari scaper conveyor:


Dapat beroperasi dengan kemiringan sampat 45°.
Mempunyai kecepatan maksimum 150 ft/m.
Kapasitas pengangkutan hingga 360 ton/jam.
Harganya murah.
Kelemahan - kelemahan pada scraper conveyor:
Mempunyai jarak yang pendek.
Tenaganya tidak konstan.
Biaya perawatan yang besar seperti service secara teratur.
Mengangkut beban yang ringan dan tidak tetap.

b. Apron Conveyor
Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban yang lebih berat
dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor yang sederhana terdiri dari dua rantai yang
dibuat dari mata rantai yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan A. Palang
kayu dipasang pada alat tambahan A diantara rantai dengan seluruh tumpuan dari tarikan
conveyor. Untuk bahan yang berat dan pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda
(roller) pada alat tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu dapat juga digantikan
dengan plat baja untuk mengangkut bahan yang berat.

Karakteristik dan performance dan apron conveyor:


Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25°.
Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam.
Kecepatan maksimum 100 ft/m.
Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang besar.
Perawatan murah.
Kelemahan -kelemahan apron konveyor :
Kecepatan yang relatif rendah.
Kapasitas pengangkutan yang kecil
Hanya satu arah gerakan

c. Bucket Conveyor

Bucket Conveyor sebenarnya merupakan bentuk yang menyerupai conveyor apron yang
dalam.

Karakteristik dan performance dari bucket conveyor:


Bucket terbuat dari baja
Bucket digerakkan dengan rantai
Biaya relatif murah.
Rangkaian sederhana.
Dapat digunakan untuk mengangkut bahan bentuk bongkahan.
Kecepatan sampai dengan 100 ft/m.
Kapasitas kecil 100 ton/jam.
Kelemahan -kelemahan bucket conveyor:
Ukuran partikel yang diangkut 2-3 in.
Investasi mahal.
Kecepatan rendah.

d. Bucket Elevator

Belt, scraper maupun apron conveyor mengangkut material dengan kemiringan yang terbatas.
Belt conveyor jarang beroperasi pada sudut yang lebih besar dari 15-20° dan scraper jarang
melebihi 30°. Sedangkan kadangkala diperlukan pengangkutan material dengan kemiringan
yang curam. Untuk itu dapat digunakan Bucket Elevalor. Secara umum bucket elevator terdiri
dari timba -timba (bucket) yang dibawa oleh rantai atau sabuk yang bergerak. Timba -timba
(bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan fungsinya masing -masing.
Bentuk - bentuk dari timba -timba (bucket) dapat dibagi atas :

- Minneapolis Type

Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk mengangkut butiran dan
material kering yang sudah lumat.

- Buckets for Wet or Sticky Materials.

Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung lengket.

- Stamped Steel Bucket for Crushed Rock

Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan besar dan material yang berat.

3. Screw Conveyor
Screw Conveyor : a Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d. Riboon ; e. Cut Flight
Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur
adalah konveyor sekrup (screw conveyor)Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang
berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini
disebut flight.

Macam-macam flight adalah:


Sectional flight : Konveyor berfiight section dibuat dari pisau-pisau pendek yang disatukan
-tiap pisau berpilin satu putaran penuh- dengan cara disimpul tepat pada tiap ujung sebuah
pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan membentuk sebuah pilinan yang panjang.
Helicoid flight : Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros . Untuk membentuk suatu konveyor, flight- flight itu disatukan
dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya.
Special flight, terbagi:
cast iron flight : digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi
ribbon flight : Untuk bahan yang lengket
cut flight : Untuk mengaduk digunakan cut flight, Flight pengaduk ini dibuat dari flight
biasa, yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan potongannya ke
berbagai arah.
Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah, biasanya konveyor
tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang konveyor pendek disatukan
dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan disesuaikan pasangan pilinannya.
Tiap konveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga dapat dipasang dengan konveyor
pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah satu poros sebuah konveyor ke lubang
yang terdapat pada poros konveyor yang satunya lagi.

Wadah konveyor biasanya terbuat dan lempeng baja , Panjang sebuah wadah antara 8, 10,
dan 12 ft. Tipe wadah yang paling sederhana hanya bagian dasarnya, yang berbentuk
setengah lingkaran dan terbuat dari baja, sedangkan sisi-sisi lurus lainnya terbuat dari kayu.
Untuk mendapatkan sebuah wadah yang panjang, wadah-wadah pendek disusun sehingga
sesuai dengan panjang konveyor. menunjukkan wadah yang lebih rumit yang konstruksinya
semuanya terbuat dari besi.
4. Pneumatic Conveyor

Konveyor yang digunakan unluk mcngangkul bahan yang ringan atau berbentuk bongkahan
kecil adalah konvenyor aliran udara (pneumatic conveyor). Pada jenis konveyor ini bahan
dalam bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.

Pada konveyor ini banyak alat dipakai, antara lain:


Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.
Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
Sebuah kotak penyaring (bag filter) untuk menyaring debu.
Pada tipe yang sederhana, sebuah pompa cycloida akan menghasilkan kehampaan yang
sedang dan sedotannya dihubungkan dengan sistem pengangkulan. Bahan -bahan akan
terhisap naik melalui selang yang dapat dipindahpindahkan ujungnya.
Kemudian, aliran udara yang mengangkut bahan padat dalam bentuk suspensi akan menuju
siklon dan selanjutnya menuju ke pompa.
Jika bahan-bahan ini mengandung debu, debu ini tentunya akan merusak pompa dan debu ini
juga akan membahayakan jika dibuang ke udara, dengan kala lain debu adalah produk yang
tidak diinginkan. Karenanya, sebuah kotak penyaring ditempatkan diantara siklon dan
pompa.
Jenis konveyor ini terutama digunakan untuk mengangkut bahan yang kebersihannya harus
tetap terjaga baik (seperti biji-bijian, bahan-bahan lumat seperti soda abu, dan lain-lain)
supaya keadaannya tetap baik dan tidak mengandung zat-zat beracun seperti timbal dan
arsen.
Konveyor ini juga dapat dipakai untuk mengangkut bahan-bahan yang berbentuk bongkahan
kecil seperti chip kayu, bit pulp kering, dan bahan lainnya yang sejenis. Kadang-kadang juga
digunakan bila jalan yang dilalui bahan berkelok- kelok atau jika bahan harus diangkat dan
lain-lain hal yang pada tipe konveyor lainnya menyebabkan biaya pengoperasian lebih tinggi.
Kecepatan aliran udara pada kecepatan rendah adalah 3000-7500 fpm dan pada kecepatan
tinggi adalah 10000-20000 fpm. Sedangkan jumlah udara yang digunakan untuk mengangkut
tiap ton bahan per jam adalah 50-200 cfm, tergantung pada keadaan dan berat bahan,jarak
dan kemiringan pengangkutan, dan lain-lain.

Kerugian menggunakan jenis konveyor ini adalah pemakaian energinya lebih besar dibanding
jenis konveyor lainnya untuk jumlah pengangkutan yang sama. Perhitungan-perhitungan pada
konveyor pneumatik sama sekali empiris dan memuat faktor-faktor yang tidak terdapat di
luar data-data peralatan pabrik. PENDAHULUAN
1. Conveyor
Di dalam industri, bahan -bahan yang digunakan kadangkala merupakan bahan yang berat
maupun berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat transportasi untuk mengangkut
bahan -bahan tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa
kapasitas bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari karyawan. 
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah Conveyor yang berfungsi untuk
mengangkut bahan -bahan industri yang berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi (conveying
equipment) material padatan antara lain tergantung pada :

 Kapasitas material yang ditangani 


 Jarak perpindahan material 
 Kondisi pengangkutan : horizontal, vertikal atau inklinasi 
 Ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material (properties)  
 Harga peralatan tersebut. 

2. Klasifikasi Conveyor
Secara umum jenis/type Conveyor yang sering digunakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : 

 Belt Conveyor
 Chain Conveyor : 

               1. Scraper Conveyor


               2. Apron Conveyor
               3. Bucket Conveyor 
               4. Bucket Elevator

 Screw Conveyor 
 Pneumatic Conveyor  

ALAT TRANSPORTASI
1. Belt Conveyor 
Belt Conveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup sederhana. Alat tersebut terdiri
dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan pada belt
conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis bahan misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun
logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk mengangkut bahan
-bahan yang panas, sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas. 

Karakteristik dan performance dari belt conveyor yaitu : 

 Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut maksimum sampai
dengan 18.
 Sabuk disanggah oleh plat roller untuk membawa bahan. 
 Kapasitas tinggi. 
 Serba guna. 
 Dapat beroperasi secara kontinu.
 Kapasitas dapat diatur. 
 Kecepatannya sampai dengan 600 ft/m.
 Dapat naik turun. 
 Perawatan mudah. 

Kelemahan -kelemahan dari belt conveyor: 

 Jaraknya telah tertentu. 


 Biaya relatif mahal.
 Sudut inklinasi terbatas.  

2. Chain Conveyor 
Chain conveyor dapat dibagi atas beberapa jenis conveyor, yaitu :  

 Scraper Conveyor
 Apron Conveyor
 Bucket Conveyor 
 Bucket Elevator

Keempat jenis elevator tersebut pada dasarnya menggunakan rantai sebagai alat bantu untuk
menggerakkan material.
a. Scraper Conveyor 

Scraper conveyor merupakan konveyor yang sederhana dan paling murah diantara jenis -jenis
conveyor lainnya. Conveyor jenis ini dapat digunakan dengan kemiringan yang besar. Conveyor
jenis ini digunakan untuk mengangkut material - material ringan yang tidak mudah rusak,
seperti : abu, kayu dan kepingan. 

Karakteristik dan performance dari scaper conveyor:  

 Dapat beroperasi dengan kemiringan sampat 45°.


 Mempunyai kecepatan maksimum 150 ft/m.
 Kapasitas pengangkutan hingga 360 ton/jam. 
 Harganya murah. 

Kelemahan - kelemahan pada scraper conveyor:

 Mempunyai jarak yang pendek. 


 Tenaganya tidak konstan. 
 Biaya perawatan yang besar seperti service secara teratur. 
 Mengangkut beban yang ringan dan tidak tetap. 

b. Apron Conveyor 

Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban yang lebih berat
dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor yang sederhana terdiri dari dua rantai yang dibuat
dari mata rantai yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan A. Palang kayu
dipasang pada alat tambahan A diantara rantai dengan seluruh tumpuan dari tarikan conveyor.
Untuk bahan yang berat dan pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda (roller) pada alat
tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu dapat juga digantikan dengan plat baja untuk
mengangkut bahan yang berat.

Karakteristik dan performance dan apron conveyor: 

 Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25°.


 Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam. 
 Kecepatan maksimum 100 ft/m. 
 Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang besar.
 Perawatan murah.  

Kelemahan -kelemahan apron konveyor : 

 Kecepatan yang relatif rendah. 


 Kapasitas pengangkutan yang kecil 
 Hanya satu arah gerakan  

c. Bucket Conveyor 

Bucket Conveyor sebenarnya merupakan bentuk yang menyerupai conveyor apron yang dalam. 

Karakteristik dan performance dari bucket conveyor: 

 Bucket terbuat dari baja 


 Bucket digerakkan dengan rantai 
 Biaya relatif murah. 
 Rangkaian sederhana. 
 Dapat digunakan untuk mengangkut bahan bentuk bongkahan. 
 Kecepatan sampai dengan 100 ft/m. 
 Kapasitas kecil 100 ton/jam. 

Kelemahan -kelemahan bucket conveyor: 

 Ukuran partikel yang diangkut 2-3 in. 


 Investasi mahal. 
 Kecepatan rendah.
 

d. Bucket Elevator 
Belt, scraper maupun apron conveyor mengangkut material dengan kemiringan yang terbatas.
Belt conveyor jarang beroperasi pada sudut yang lebih besar dari 15-20° dan scraper jarang
melebihi 30°. Sedangkan kadangkala diperlukan pengangkutan material dengan kemiringan
yang curam. Untuk itu dapat digunakan Bucket Elevalor. Secara umum bucket elevator terdiri
dari timba -timba (bucket) yang dibawa oleh rantai atau sabuk yang bergerak. Timba -timba
(bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan fungsinya masing -masing.
Bentuk - bentuk dari timba -timba (bucket) dapat dibagi atas : 

- Minneapolis Type

Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk mengangkut butiran dan material
kering yang sudah lumat. 

- Buckets for Wet or Sticky Materials. 

Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung lengket. 

- Stamped Steel Bucket for Crushed Rock


Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan besar dan material yang berat.

3. Screw Conveyor   

Screw Conveyor : a Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d. Riboon ; e. Cut Flight  


Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur
adalah konveyor sekrup (screw conveyor)Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin
mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. 

Macam-macam flight adalah: 

 Sectional flight  : Konveyor berfiight section dibuat dari pisau-pisau pendek  yang
disatukan -tiap pisau berpilin satu putaran penuh- dengan cara disimpul tepat pada tiap
ujung sebuah pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan membentuk sebuah
pilinan yang panjang.
 Helicoid flight  : Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros . Untuk membentuk suatu konveyor, flight- flight itu disatukan
dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya. 
 Special flight, terbagi: 

1. cast iron flight  : digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi 
2. ribbon flight     : Untuk bahan yang lengket
3. cut flight         : Untuk mengaduk digunakan cut flight, Flight pengaduk ini dibuat dari flight
biasa, yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan potongannya
ke berbagai arah.
Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah, biasanya konveyor
tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang konveyor pendek disatukan
dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan disesuaikan pasangan pilinannya. 
Tiap konveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga dapat dipasang dengan konveyor
pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah satu poros sebuah konveyor ke lubang
yang terdapat pada poros konveyor yang satunya lagi. 

Wadah konveyor biasanya terbuat dan lempeng baja , Panjang sebuah wadah antara 8, 10, dan
12 ft. Tipe wadah yang paling sederhana hanya bagian dasarnya, yang berbentuk setengah
lingkaran dan terbuat dari baja, sedangkan sisi-sisi lurus lainnya terbuat dari kayu. Untuk
mendapatkan sebuah wadah yang panjang, wadah-wadah pendek disusun sehingga sesuai
dengan panjang konveyor.  menunjukkan wadah yang lebih rumit yang konstruksinya semuanya
terbuat dari besi.

4.  Pneumatic Conveyor 
Konveyor yang digunakan unluk mcngangkul bahan yang ringan atau berbentuk bongkahan kecil
adalah konvenyor aliran udara (pneumatic conveyor). Pada jenis konveyor ini bahan dalam
bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.

Pada konveyor ini banyak alat dipakai, antara lain: 

 Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.


 Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
 Sebuah kotak penyaring (bag filter) untuk menyaring debu. 

Pada tipe yang sederhana, sebuah pompa cycloida akan menghasilkan kehampaan yang
sedang dan sedotannya dihubungkan dengan sistem pengangkulan. Bahan -bahan akan
terhisap naik melalui selang yang dapat dipindahpindahkan ujungnya.
Kemudian, aliran udara yang mengangkut bahan padat dalam bentuk suspensi akan menuju
siklon dan selanjutnya menuju ke pompa. 
Jika bahan-bahan ini mengandung debu, debu ini tentunya akan merusak pompa dan debu ini
juga akan membahayakan jika dibuang ke udara, dengan kala lain debu adalah produk yang
tidak diinginkan. Karenanya, sebuah kotak penyaring ditempatkan diantara siklon dan pompa.  
Jenis konveyor ini terutama digunakan untuk mengangkut bahan yang kebersihannya harus
tetap terjaga baik (seperti biji-bijian, bahan-bahan lumat seperti soda abu, dan lain-lain) supaya
keadaannya tetap baik dan tidak mengandung zat-zat beracun seperti timbal dan arsen. 
Konveyor ini juga dapat dipakai untuk mengangkut bahan-bahan yang berbentuk bongkahan
kecil seperti chip kayu, bit pulp kering, dan bahan lainnya yang sejenis. Kadang-kadang juga
digunakan bila jalan yang dilalui bahan berkelok- kelok atau jika bahan harus diangkat dan lain-
lain hal yang pada tipe konveyor lainnya menyebabkan biaya pengoperasian lebih tinggi. 
Kecepatan aliran udara pada kecepatan rendah adalah 3000-7500 fpm dan pada kecepatan
tinggi adalah 10000-20000 fpm. Sedangkan jumlah udara yang digunakan untuk mengangkut
tiap ton bahan per jam adalah 50-200 cfm, tergantung pada keadaan dan berat bahan,jarak dan
kemiringan pengangkutan, dan lain-lain. 
Kerugian menggunakan jenis konveyor ini adalah pemakaian energinya lebih besar dibanding
jenis konveyor lainnya untuk jumlah pengangkutan yang sama. Perhitungan-perhitungan pada
konveyor pneumatik sama sekali empiris dan memuat faktor-faktor yang tidak terdapat di luar
data-data peralatan pabrik.

Anda mungkin juga menyukai