Anda di halaman 1dari 14

Sumber : https://kelembagaandas.wordpress.

com/pengertian- Menurut Uphoff (1986: 8-9), istilah kelembagaan dan organisasi sering
kelembagaan/syahyuti/ membingungkan dan bersifat interchangeably. Secara keilmuan, ‘social institution’
Kelembagaan DAS dan ‘social organization’ berada dalam level yang sama, untuk menyebut apa yang
Just another WordPress.com weblog kita kenal dengan kelompok sosial, grup, social form, dan lain-lain yang relatig
Syahyuti sejenis. Namun, perkembangan akhir-akhir ini, istilah “kelembagaan” lebih sering
TINJAUAN SOSIOLOGIS TERHADAP KONSEP KELEMBAGAAN DAN UPAYA digunakan untuk makna yang mencakup keduanya sekaligus. Ada beberapa alasan
MEMBANGUN RUMUSAN YANG LEBIH OPERASIONAL kenapa orang-orang lebih memilih istilah tersebut. Kelembagaan lebih dipilih karena
Oleh: Syahyuti; Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. kata “organisasi” menunjuk kepada suatu social form yang bersifat formal, dan
akhir-akhir ini semakin cenderung mendapat image negatif. Kata kelembagaan juga
Abstrak lebih disukai karena memberi kesan lebih “sosial” dan lebih menghargai budaya
lokal, atau lebih humanistis.
Istilah “kelembagaan” belum memperoleh kesamaan pengertian di kalangan para
ahli. Hal in menyebabkan munculnya beberapa pengertian dan konsep yang Mempelajari kelembagaan (atau organisasi) merupakan sesuatu yang esensial,
menyebabkan tidak dapat dioperasionalkan. Tulisan ini berusaha melakukan review karena masyarakat modern beroperasi dalam organisasi-organisasi. Tiap perilaku
seluruh pemikiran yang berkembang, terutama kaitannya dengan istilah individu selalu dapat dimaknai sebagai representaif kelompoknya. Seluruh hidup
“organisasi”, untuk kemudian merumuskan satu konsep yang lebih mudah sehingga kita dilaksanakan dalam organisasi, mulai dari lahir, bekerja, sampai meninggal
dapat dipergunakan baik untuk kalangan ilmuwan maupun praktisi. Ketidaksamaan (Etzioni, 1985: 1). Itulah alasannya kenapa kita harus mempelajari kelembagaan,
pemaknaan terjadi karena setiap ahli memiliki titik pandang yang berbeda dalam sebagaimana juga disampaikan oleh Mancur Olson (1971, 5) sebagai berikut:
membahasnya, terutama pda masa-masa awal perkembangan sosiologi. Namun,
semenjak era 1950-an, sesungguhnya sudah terlihat adanya pembedaan yang tegas “……Since most (though by no means all) of the action taken by or on behalf of
antara kelembagaan (social institution) dan organisasi (social organization). Sebagai group of individuals is taken through organization, it will be helpful to consider
solusinya, penulis menggunakan istilah “kelembagaan” untuk menyebut suatu organization in a general or theoritical way”.
sistem sosial dimaksud, yang didalamnya dapat dibagi menjadi dua komponen
penting, yaitu “aspek kelembagaan” dan “aspek keorganisasian”. Dengan Dengan menelaah berbagai tulisan, tampaknya kajian kelembagaan perlu dipisahkan
membedakan seperti ini, maka analisa dapat lebih mendalam, dapat diketahui aspek ke dalam “aspek kelembagaan” dan “aspek keorganisasian”. Dengan
apa yang kuat dan lemah, serta dapat memilih strategi untuk pengembangannya. membedakannya kita dapat menggunakannya dalam analisis secara lebih tajam. Kita
menjadi bisa tahu aspek mana dari keduanya yang kuat dan lemah, serta mana yang
Kata kunci: kelembagaan, keorganisasian, aspek kelembagaan, aspek perlu diperkuat. Lebih jauh, dengan mengetahui perbedaannya, maka kita pun
keorganisasian. dapat menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkannya. Dengan kata
lain, strategi pengembangan kelembagaan berbeda dengan strategi pengembangan
PENDAHULUAN keorganisasian. Memadukan keduanya sama halnya dengan memadukan
“pendekatan kultural” dan “pendekatan struktural” dalam perubahan sosial.
istilah pokok terutama dalam ilmu antropologi. Kedua kata ini sering sekali
Mempelajari kelembagaan dan keorganisasian hampir seluas kajian sosiologi itu menimbulkan perdebatan di antara para ahli. Persoalannya terletak pada karena
sendiri, karena ia memfokuskan kepada suatu yang pokok, fungsional, dan berpola tekanan masing-masing orang yang berbeda-beda, atau sering mempertukarkan
dalam sistem sosial. Untuk memahaminya, diperlukan pemahaman terhadap penggunaannya. “What contstitutes an ‘institution’ is a subject of continuing debate
konsep-konsep yang berkembang dalam studi grup dan kelompok sosial, birokrasi, among social scientist….. The term institution and organixation are commonly used
organisasi formal dan nonformal, stratifikasi sosial, masalah kelas, perubahan sosial, interchangeably and this contributes to ambiguityand confusion” (Norman Uphoff,
kekuasaan, wewenang, dan lain-lain. Kajian kelembagaan (social institution) 1986: 8).
semestinya dibedakan antara aspek kelembagaan (institutional aspect) yang
memiliki inti kajian kepada perilaku dengan nilai, norma, dan rule di belakangnya; Menurut Soemardjan dan Soemardi (1964: 61) “…belum terdapat istilah yang
serta aspek keorganisasian (organizational aspect) yang memfokuskan kepada kajian mendapat pengakuan umum dalam kalangan para sarjana sosiologi untuk
struktur dan peran. Tulisan ini mencoba merumuskan konsep kelembagaan yang menterjemahkan istilah Inggris ‘social institution’… Ada yang menterjemahkannya
lebih operasional sehingga dapat dipergunakan tidak hanya pada kalangan ilmuwan, dengan istilah ‘pranata’, ada pula yang ‘bangunan sosial’”. Ketidaksepakatan
namun juga untuk kalangan praktisi di lapangan. tersebut bukan sekedar apa padanan katanya yang cocok dalam bahasa Indonesia.
Yang lebih penting adalah, apa makna kata itu sendiri seharusnya. Selama ini
KETIDAKSEPAHAMAN PENGERTIAN “KELEMBAGAAN” DAN “ORGANISASI” pengertiannya sering berbeda-beda antar penulis, tergantung buku mana yang kita
baca. Horton dan Hunt (1984) misalnya, menempatkan social organization sebagai
Kata “kelembagaan” merupakan padanan dari kata Inggris “institution”, atau lebih konsep yang lebih luas, yang di dalamnya mencakup social institution.
tepatnya “social institution”; sedangkan “organisasi” padanan dari “organization”
atau “social organization”. Meskipun kedua kata ini sudah umum dikenal Dua Aspek Kajian dengan Menggunaan Dua Istilah
masyarakat, namun pengertian dalam sosiologi berbeda. Sebagaimana kata Horton
dan Hunt (1984: 211): “What is an institution? The sociological concept is different Ketidaksepahaman tersebut dapat diurai, dengan pertama-tama melihat, apa
from the common usage”. Kedua kata tersebut pada mulanya digunakan secara sesungguhnya objek yang menjadi perhatian. Pada hakikatnya, objek ini mengkaji
bolak balik, baur dan luas, namun akhirnya lebih menjadi tegas dan sempit. dua hal yang berbeda dengan dua istilah yang satu sama lain tidak konsisten. Dua
Tujuannya adalah membangun suatu makna yang baku secara keilmuan, istilah yang dimaksud adalah ‘kelembagaan’ dan ‘organisasi’, dan dua aspek tersebut
sebagaimana dipaparkan dalam bagian akhir bab ini. Keduanya memiliki hubungan adalah ‘aspek kelembagaan’ dan ‘aspek keorganisasian’.
yang kuat, sering sekali muncul secara bersamaan, namun juga sering digunakan
secara bolak balik, karena menyangkut objek yang sama atau banyak kesamaannya. Jika melihat pada konsep sosiologi akhir abad 19 sampai awal abad 20, para ahli
menggunakan entry istilah yang berbeda, namun membicarakan hal yang sama
Kata “institution” sudah dikenal semenjak awal perkembangan ilmu sosiologi. Frasa (lihat misalnya Ralph et al., 1977). Sebagian ahli mendefiniskan kelembagaan yang
seperti “capital institution” dan “family intitution” sudah terdapat dalam tulisan mencakup aspek organisasi, sebaliknya ada yang memasukkan aspek-aspek
soiolog August Comte sebagai bapak pendiri ilmu sosiologi, semenjak abad ke 19. Di kelembagaan dibawah topik organisasi sosial. Sesungguhnya ada dua objek pokok
sisi lain, konsep organisasi dalam pengertian yang sangat luas, juga merupakan yang berbeda yang dibicarakan dalam hal ini. Pertama adalah apa yang disebut
Koentjaraningrat dengan ‘wujud ideel kebudayaan” atau Colley menyebutnya Social integration and individual regulation through consensus about morals and
dengan public mind (Soemardjan dan Soemardi, 1964: 75), atau Gillin dan Gillin values”. Demikian pula dengan Soekanto yang melihat norma dalam oragnisasi soial.
menyebutnya dengan “cultural”; sementara yang kedua adalah “struktur”. Ia berpendapat bahwa organisasi sosial adalah norma-norma yang diwujudkan
dalam hubungan antar manusia (Soekanto, 1999: 218). Jelaslah, apa yang
Dalam penelusuran secara kronologis terlihat bagaimana kedua objek tersebut yang dimaksudnya dengan ‘organisasi sosial’ disini tidak berbeda dengan apa yang
pada awalnya selalu berbaur, kemudian menjadi terpisah (Mitchel, 1968: 172-3). Hal dimaksud dengan ‘social institution’ oleh Sumner atau Cooley dengan tekanan pada
ini disebabkan karena soiolog tersebut hanya mengenal satu kata saja dalam established norm.
menerangkan fenomena sosial: institution saja atau organization saja. Pada
akhirnya, kira-kira mulai tahun 1950-an, terjadi perubahan yang mendasar, dimana Dua Aspek yang Jadi Kajian
istilah institution semakin terfokus kepada aspek-aspek nilai, norma dan perilaku;
sedangkan organization terfokus kepada struktur. Perhatikan dua definisi berikut Jika dicermati, maka sesungguhnya ada dua hal yang menjadi kajian dalam
antara yang menggunakan social institution dengan Cooley yang menggunakan kelembagaan sosial (ataupun organisasi sosial). Menurut Knight (1952: 51): “The
social organization. Sumner memasukkan aspek struktur ke dalam pengertian term institution has two meanings …. One type … may be said to be created by the
kelembagaan (dalam Soemardjan dan soemardi, 1964: 67): ‘inveisible hand’. …….The other type is of course the deliberately made….”.
Kelembagaanmemiliki dua bentuk, yaitu sesuatu yang dibentuk oleh masyarakat itu
“An institution consist s of a concept (idea, notion, doctrine, interest) and structure. sendiri, serta yang datang dari luar yang sengaja dibentuk. Meskipun ia
The structure is a framework, or apparatus, or perhaps only a number of membedakannya berdasarkan asal terbentuknya, namun di sana melekat berbagai
functionaries set to-operate in prescribed ways at a certain conjuncture. The perbedaan pokok. Apa yang yang menurut Knight terbentuk dengan sendirinya
structure holds the concepts and furnishes instrumentalis for bringing it into the (invisible hand), bagi sosiolog Sumner hal itu dapat dijelaskan denga gamblang, yaitu
world of facts and action in a way to serve the interaest of men in society”. berawal dari folkways yang meningkat menjadi custom, lalu berkembang menjadi
mores, dan matang ketika menjadi norm. Sementara, bagi Norman Uphoff, apa yang
Sebaliknya Cooley dalam buku Social Organization yang terbit tahun 1909, datang dari luar ini disebut dengan organisasi.
memasukkan objek mental dalam pembahasannya tentang grup primer. Ia
menyatakan (dalam Mitchell, 1968: 173): Pernyataan bahwa kelembagaan (atau organisasi) memiliki dua bentuk, juga
dinyatakan oleh Uphoff (1986: 9), bahwa: “Some kinds of institutions have an
“…. His view of social organization as the ‘diferentiated unity of mental or social organizational form with roles and structures, whereas others exist as pervasive
life’….. mind and one’s conception of self are shaped through social interaction, and influenced on behaviour”. Dua hal yang dimaksudnya disini adalah organisasi dalam
social organization is nothing more than the shared activities and understanding bentuk roles (peran) dan structur, serta sesuatu yang mempengaruhi perilaku.
which social interaction requires”. Sesuatu yang terakhir ini adalah ‘norma’ yang diturunkan dari ‘nilai’ yang hidup
dalam suatu kelompok masyarakat.
Nilai dan norma juga merupakan aspek yang dikaji dalam organisasi sosial oleh Emile
Durkheim (dalam Le Suicide yang terbit tahun 1897) Ia menyatakan bahwa: “ ….
Lebih jauh Uphoff menyatakan, bahwa intitusi memiliki dua orientasi, yaitu behaviour, and that other terms shold be used to denote the organizational aspect
roleoriented dan rule-oriented; namun kelembagaan lebih fokus kepada rules. of such behaviour and the group of persons involved” (dalam Mitchell, 1968: 100).
Secara jelas Uphoff mengakui adanya aspek organisasi dalam kelembagaan; namun
“pengembangan kelembagan” (institutional development) hanya difokuskan kepada Sikap yang membedakan secara tegas kemudian juga dapat dilihat pada Mac Iver
kelembagaan yang memiliki struktur, serta organisasi yang potensial untuk dan Page, pada bukunya Society yang terbit tahun 1949. Mereka membedakan
dikembangkan. objek yang dilihat pada institution dengan assosiation. “Institution are established
form or conditions of procedure characteristic of group activity. The group which
Selaras dengan itu, Beals (1977: 423-4) yang masuk melalui social organization performs the standardized action is termed an assoiciation. Thus a churh is an
menyatakan bahwa suatu organisasi dapat dipandang dari sisi struktural dan proses. association, and services are its institution”.
Melihat secara struktural, adalah bagaimana hubungan atau cara-cara bagaimana
anggota diorganisasikan, yang menyangkut posisi masing-masing anggota. Demikian pula dengan L. Broom dan Selznik dalam bukunya Sociology: A Text with
Sedangkan secara proses dalam arti berbagai aktifitas atau perilaku yang diharapkan Adapted Readings, tahun 1963. Menurutnya social organization adalah : “…. The
dari anggota, yaitu batasan berperilaku yang boleh atau tidak boleh. patterned relations of individual and groups and identity it as one of the two basic
sources of order in social life, the other being norm and values”. Jelaslah, bahwa ada
Kesadaran perlunya Pembedaan dua hal yang berbeda, yaitu antara ‘relasi yang berpola’ di satu bagian, dengan
‘norma dan nilai’ di bagian lain, yang terjadi dalam kehidupan sosial. Bentuk
Perlunya pembedaan makna untuk ‘institution’ dan ‘organization’, timbul dari perbedaan yang diinginkan semakin tegas pada Wilson. Menurutnya organisasi
ketidaksepakatan tentang penggunaan istilah institution. “…… some authors sosial semestinya “…. Focusing on the structure rather than the behaviour, an
consider than an institution; whatever the scope of behaviour referred to, also organization of individual such as a hospital, or a public school, may be referred to
involves a structure and perhaps a ‘material elemen’. Other writers emphatically as an institution”. Meskipun telah disadari bahwa ada dua hal yang berbeda yang
reject this suggestion” (Mitchell, 1968: 100). Bahwa institution perlu dibedakan dikaji baik dalam term kelembagaan maupun organisasi, namun bagaimana
dengan organization juga dinayatakan secara gamblang oleh Horton dan Hunt membedakannya tidaklah juga mudah.
(1984: 211). “An institution is not a building; it is not a group of people; it is not an
organization”. Ragam Bentuk Pembedaan yang Timbul

Kesadaran perlunya perbedaan ini terlihat jelas dalam E. Chinoy dalam buku Society; Setidaknya ada empat bentuk cara membedakan yang timbul. Pertama,
tahun 1962. Lebih jauh lagi, ia bahkan menegaskan bahwa kelembagaan cenderung kelembagaan cenderung tradisional, sedangkan organisasi cenderung modern.
hanya membicarakan perilaku, dan yang lain tentang aspek organisasinya. Kelembagaan merupakan sesuatu yang tradisional, atau tidak modern. Cara berpikir
seperti ini merupakan ciri khas ideologi modernisasi yang menuntut keseragaman
“…... Asserts that there is an increasing measure of agreement that the word dalam segala hal, baik manajemen maunpun kelembagaan. Pembedaan atas
institution should be used to refer only to pattern of approved or sanction tradisional dan modern ini sejalan dengan pembedaan yang diajukan oleh Horton
dan Hunt (1984: 211): “… institution do not have members, they have followers”.
Keempat, organisasi merupakan bagian dari kelembagaan. Dari kacamata ekonomi,
Kedua, kelembagaan dari masyarakat itu sendiri dan organisasi datang dari atas. Binswanger dan Ruttan (1978: 329) mengemukakan pandangan, bahwa: “An
Cara pembedaan ini relatif mirip dengan pembedaan di atas, namun ini tidak dalam institution is usually defined as the set of behavioral rules that govern a particular
konteks tradisional-modern, namun bawah-atas. Kelembagaan dan organisasi pattern of section and relationship. An organization is generally seen as a decision
merupakan bipolar yang secara diametral dapat dipertentangkan. Keduanya making unit – a family, a firm, a bureau – that exercise control of resources….. the
merupakan social form yang berada pada dua ujung garis kontinuum: kelembagaan concept of institution will include that of organization”. Dalam konteks ini,
berada di sebelah kiri, dan organisasi di sebelah kanan. organisasi merupakan organ dalam suatu kelembagaan. Keberadaan organisasi
menjadi bagian teknis yang penting yang menjamin beroperasinya kelembagaan.
Pendapat ini muncul dalam pembahasan Tjondronegoro ketika membicarakan
fenomena interaksi masyarakat desa dengan tekanan pihak atas secara politik. Ia Dari bahasan di atas, terlihat bahwa ada 3 hal, dengan dua level, dan dua objek
berpendapat, bahwa kelembagaan adalah satu tata aturan yang dibentuk oleh pokok. Tiga hal yang dimaksud adalah kelembagaan, perilaku, dan struktur.
masyarakat sehingga memiliki ciri-ciri tradisional dan non-formal, sementara Kelembagaan merupakan sebutan yang lebih tinggi, yang mencakup perilaku dan
organisasi lebih modern dan formal arena dibentuk dari atas. ”… lembaga semakin struktur, yang sejajar kedudukannya dengan sebutan organisasi . Sedangkan
mencirikan lapisan bawah dan lemah, dan organisasi mencirikan lapisan tengah perilaku dibentuk dari norma, nilai, dan lain-lain. Sementara strukur berperan
dengan orientasi ke atas dan kota” (Tjondronegoro, 1999: 22). Batasan seperti ini sebagai aspek statis yang menjamin berlangsungnya suatu kelembagaan.
dekat dengan pandangan Brewer (dalam Dove, 1985), dimana kelembagaan adalah
sebagai aturan dan norma yang dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat itu Telah diperlihatkan, bagaimana akhirnya terjadi kecenderungan penggunaan istilah
sendiri. Hayami dan Kikuchi (1987: 29) juga memiliki pengertian yang relatif sama yang membedakan antara ‘kelembagaan’ dan ‘organisasi’. Pemberian makna yang
dengan fokusnya kepada pengelolaan ekonomi sumber daya atau mode of terpisah dan semakin tegas terhadap kedua kata tersebut, merupakan aplikasi dari
production. Ia menggunakan istilah ‘pranata’ sebagai sesuatu yang sangat melekat perkembangan konseptualnya masing-masing yang berbeda secara fundamental.
dengan komunitas. Dengan membedakannya, maka ia dapat membantu penganalisaan sistem-sistem
sosial, betapapun lemah atau pun ketat sistem sosial tersebut.
Ketiga, kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinuum, dimana
organisasi adalah kelembagaan yang belum melembaga. Menurut Norman Uphoff Pengertian “Lembaga” atau “Kelembagaan”
(1986: 8), tujuan akhir adalah organisasi yang melembaga, atau kelembagaan yang
memiliki aspek organisasi. Jadi, mereka hanya berbeda dalam tingkat penerimaan di Meskipun banyak ditemui pemberian batasan yang tumpang tindih antar penulis,
masyarakat saja. Organisasi dipandangnya hanyalah sebagai sesuatu yang akan namun tampak bahwa istilah kelembagaan memberi tekanan kepada lima hal
dilembagakan. Pendapat ini sedikit banyak juga berasal dari dari Huntington (1965: berikut. Pertama, kelembagaan berkenaan dengan seuatu yang permanen. Ia
378) yang menyatakan: “Organization and procedures vary in their degree of menjadi permanen, karena dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam
institutionalization……Institutionalization is the process by which organizations and kehidupan. Cooley (dalam Soemardjan dan Soemardi, 1964: 75) secara sederhana
procedures acquire value and stability”. menyimpulkan bahwa:. “….institution defined as established norm or procedures. It
is sometime the practice to refer to anything which is socially established as an
institution”. Suatu norma dan tata cara yang bersifat tetap tersebut berada dalam tingkat kepentingannya yang tinggi, maka seiring berjalannya waktu, akhirnya ia
suatu kelembagaan. Sejalan dengan itu, Uphoff juga menyatakan bahwa mempunyai kedudukan pasti, atau terkristalisasi menjadi semakin tegas.
kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang telah berjalan lama. Namun, Uphoff Sebagaimana juga ditambahkan W. Hamilton (dalam Johnoson, 1960: 22): “Social
tidak menyebut sesuatu yang bersifat tetap tersebut norm dan procedurs, tapi norm institution …. A complex normative pattern that is widely accepted as binding in
dan behaviour. “In general, institutions, are complexes of norm and behaviour that particular society or part of a society”.
persist over time by serving colletively valued purpose” (Uphoff, 1986: 9).
Bahwa kelembagaan lebih fokus kepada aspek kultural, juga merupakan kerangka
Meskipun dalam batasan Uphoff ‘norma’ dan ‘perilaku’ merupakan dua hal pokok berpikir Gillin dan Gillin. Ia mendefinisikan kelembagaan dalam cultural concept
dan berada dalam satu kalimat, namun keduanya bukanlah sesuatu yang selevel. sebagai: “A Social institution is a functional configuration of cultural patterns
Atau, bukan dua hal yang dapat dipisahkan saja dengan mudah begitu saja. Menurut (including actions, ideas, attitudes, and cultural aquipment) which possesses a
struktur peristilahan, ‘perilaku’ diturunkan dari ‘norma’, sehingga norma berada di certain permanence and which is intended to satisfy felt social need” (dalam
level yang lebih tinggi. Dalam batasan Johnson (1960: 48), perilaku selain Soemardjan dan Soemardi, 1964: 67).
dipengaruhi oleh apa yang disebutnya dengan ‘culture’, “…….. also chemical,
physical, genetic, and physiological”. Sesuatu yang tetap tersebut berguna untuk Ketiga, berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat mores (tata kelakuan), atau
menyediakan stabilitas dan konsistensi di masyarakat, yang berfungsi sebagai cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat (establish way of
pengontrol dan pengatur perilaku. Selain itu, aspek yang tetap tersebut menjamin behaving). Perilaku yang terpola merupakan kunci keteraturan hidup. Sebagaimana
situasi akan berulang atau dapat diperkirakan (predictable), sehingga perilaku menurut Hebding et al. (1994), institusi sosial merupakan sesuatu yang selalu ada
tersebut menjadi efektif. Perilaku yang teratur dan predictable merupakan hal yang pada semua masyarakat, karena berguna untuk mempertemukan berbagai
penting dalam masayarakat sehingga menjadi teratur, bukan perilaku yang spontan kebutuhan dan tujuan sosial yang dinilai penting. Jika masyarakat ingin survive,
dan unpredictable. maka insitusi sosial harus ada. Keluarga misalnya, merupakan institusi sosial pokok
yang mempertemukan kebutuhan sosial yang dinilia vital.
Kedua, berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku. Sesuatu
yang abstrak tersebut merupakan suatu kompleks beberapa hal yang sesungguhnya Koentjaraningrat juga termasuk salah satu penulis yang lebih menekankan kepada
terdiri dari beberapa bentuk yang tidak selevel. Hal yang abstrak ini kira-kira sama aspek perilaku. Ia menggunakan kata “pranata” sebagai padanan kata “institution”,
dengan apa yang disebut Cooley dengan public mind, atau ‘wujud ideel kebudayaan’ dan pranata sosial untuk “social institution”. Pranata diartikannya sebagai kelakukan
oleh Koentjaraningrat, atau cultural menurut Johnson. Secara garis besar, hal yang berpola dari manusia dalam kebudayaannya. Sedangkan, pranata sosial diartikan
dimaksud terdiri dari nilai, norma, hukum, peraturan-peraturan, pengetahuan, ide- sebagai suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-
ide, belief, dan moral. aktivitas untuk memenuhi kompleks-komplkes kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat (Koentjaraningrat, 1964: 113). Jelas terlihat bahwa definisi ini lebih
Kumpulan dari hal-hal yang abstrak tersebut, terutama norma sosial, diciptakan menekankan kepada aspek tata kelakuan yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam
untuk melaksanakan fungsi masyarakat (Taneko, 1993). Fungsi-fungsi yang masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
dimaksud merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Karena
Meskipun aspek ‘perilaku’ merupakan inti kajian pranata, namun Koentjaraningrat
menyatakan bahwa terwujudnya suatu pranata berada dalam pengaruh dari tiga Sama halnya dengan kelembagaan, setidaknya juga ada lima tekanan yang diberikan
wujud kebudayaan, yaitu: (1) sistem norma dan tata kelakuan dalam konteks wujud kepada istilah “organisasi” atau” keorganisasian”. Pertama, istilah organisasi sosial
ideel kebudayaan, (2) kelakuan berpola untuk wujud kelakukan kebudayaan, dan (3) (social organization) diartikan sebagai kesalinghubungan antar bagian, yang dinilai
peralatannya untuk wujud fisik kebudayaan. Ditambah dengan personelnya sendiri, esensial bagi tercapinya suatu kesatuan sosial, baik pada satu grup kecil, komunitas,
maka pranata terdiri dari empat komponen tersebut yang saling berinteraksi satu maupun masyarakat yang lebih luas. George C. Hommans dalam The Human
sama lain. Groups, tahun 1950, dengan tekanan pada sistem sosial menyatakan bahwa social
organization merupakan “…… the interrelated parts of social system are interaction,
Keempat, kelembagaan juga menekankan kepada pola perilaku yang disetujui dan and sentiment” (Mitchell, 1968: 173). Dengan pengertian yang relatif sama, Herbert
memiliki sanksi. Untuk penjelasan ini dinyatakan oleh E. Chinoy bahwa: Spencer dalam The Principles of Sociology, terbit tahun 882, berpendapat bahwa
apa yang dimaksud dengan ‘organisasi sosial’ merefer kepada adanya
“An institution is an organization of conceptual and behaviour pattern in manifested kesalinghubungan baik berupa integrasi maupun diferensiasi yang terjadi baik pada
through social activity and its material products. Thus it may be regarded as a bidang ekonomi, politik, dan bagian lain dalam masyarakat.
‘cluster of social usages’ and as composed of custom, folkways, mores, and trait
complexes organized, consciously or unconsciously, into a functioning unit” (dalam Kedua, berkenaan dengan aspek peran. Kesaling hubungan tersebut dibutuhkan
Soemardjan dan Soemardi, 1964: 68). karena tiap bagian memiliki peran yang berbeda-beda. Talcot Parsons dalam Beneral
Theory in Sociology, menyatakan bahwa semua sistem sosial diorganisasikan dalam
Kelima, kelembagaan merupakan cara-cara yang standar untuk memecahkan kesadaran bahwa mereka berbeda secara struktural. Jadi, tekanannya ada pada
masalah. Tekananya adalah pada kemampuannya untuk memecahkan asalah. peran yang disadari berbeda, dan stuktur. ‘Peran’ dan ‘struktur’ inilah yang menjadi
Hebding et al. (1994: 407) menyatakan bahwa institusi sosial adalah nilai-nilai yang fokus “organisasi sosial”.
melekat pada masyarakat yang menyediakan stabilitas dan konsistensi di
masyarakat, yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengatur perilaku. Menjamin Ketiga, berkenaan dengan struktur. Dalam perkembangannya, istilah organisasi
sistuasi akan berulang, sehingga menjadi efektif. Efektifitas merupakan perhatian sosial memiliki dua penggunaan: “(a) to refer the particular kind of organization
utama dalam apa yang dikenal dengan pemahaman “ekonomi kelembagaan”. under study (e.g. the social organization of a factory), and (b) casually, as a synonym
for social structure or related term” Terlihat, bahwa definisi yang kedua memberi
Dari kelima tekanan pengertian di atas terlihat bahwa ‘kelembagaan’ memiliki tekanan pada struktur. Satu penulis lain yang menguatkan pendapat ini adalah
perhatian utama kepada perilaku yang berpola yang sebagian besar datang norma- Uphoff. Ia menyatakan bahwa organisasi merupakan suatu struktur dari peran yang
norma yang dianut. Kelembagaan berpusat pada sekitar tujuan-tujuan, nilai atau diterima, yang dihasilkan dari interaksi peran. “Organizations are structures of
kebutuhan sosial utama. Lebih jauh, kelembagaan merefer kepada suatu prosedur, recognized and accepted roles. The structures that results from interactions of roles
suatu kepastian, dan panduan untuk melakukan sesuatu. can be complex or simple”(Uphoff, 1986: 8).

Pengertian “Organisasi” atau “Keorganisasian”


Demikian pula dengan Beals et al. (1977: 437) yang melihat bahwa struktur sosial menyebut ‘tujuan’ sebagai spirit utama suatu organisasi. Katanya: “Organization
merupakan fokus pokok ketika membicarakan organisasi sosial. Penggunaan kata refers to an aspect of interaction system; namely their structure insofar as this may
“struktur’ merupakan perluasan dari konsep struktur yang biasa digunakan dalam be regarded as having a bearing on the attainment of system goals ….”. Organisasi
mengkaji masyarakat, yang berkenaan dengan status, posisi, peran, serta label. adalah suatu sistem sosial yang memiliki tujuan. Dua tujuan organisasi sosial secara
Analisa tentang struktur dalam membicarakan grup primer, face to face grup, umum adalah ‘produktivitas’ dan ‘memenuhi kepuasan’.
maupun grup sekunder, perbedaannya terletak pada bagaimana keanggotaan
dicapai, apa yang anggota lakukan, bagaimana keputusan dibuat, seberapa tingkat Kelima, formaitas. Menurut Berelson dan Steiner (1964: 55-69), ada empat ciri yang
keformalannya, dan seberapa hierarkhisnya. dimiliki oleh organisasi sosial, yaitu: formalitas, hierarkhi, besarnya dan
kompleksnya, serta lamanya (duration). Formalitas dicirikan oleh perumusan tertulis
Dalam pemahaman dasar teori evolusi, perkembangan dunia yang terjadi dianggap peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan,
terjadi secara linier akan dicirikan terutama oleh semakin meningkatnya diferensiasi strategi dan lain-lain. Hierarkhi merupakan suatu pola kekuasaan dan wewenang
peranan. Pada gilirannya, setiap peran membutuhkan koordinasi; dimana struktur, yang berbentuk piramida. Sementara, besarnya dan kompleksnya suatu organisasi
dalam arti penentuan posisi serta perannya, merupakan pengendali berjalannya terjadi karena anggotanya banyak, hubungan antar anggota tidak langusng
suatu sistem sosial. Dalam konteks ini Talcott Parson menyatakan bahwa suatu (impersonal). Hal ini merupakan gejala birokrasi. Dan terakhir, aspek lamanya
organisasi sosial merupakan “……… all social system are organized in the sense that (duration), dicirikan oleh eksistensinya yang lebih lama daripada keanggotaan
they are structurally differentiated” (Mitchell, 1968: 173). Bahwa posisi dan peran orang-orang di dalam organisasi tersebut.
menjadi hal yang utama dalam struktur juga dinyatakan oleh Firth (1964: 60): “……
Organization implies a systematic ordering of position and duties which defines a Satu hal yang sedikit membingungkan adalah, istilah organisasi memiliki dua
chain of command and makes possible the administrative integration of specialized penggunaan sekaligus, yaitu merefer kepada jenis khusus dari organisasi dan
functions towards a recognized limited goal….”. sebagai sinonim terhadap struktur sosial atau hal-hal lain seputarnya. Selain itu, kata
“organisasi” juga merefer untuk menunjukkan suatu tipe grup yang biasanya disebut
Keempat, selain posisi dan tugas, ‘tujuan’ juga menjadi penentu yang pokok dalam sebagai “birokrasi”. Sosiolog dan ahli filsafat sosial generasi pertama menggunakan
suatu organisasi sosial. Ciri utama organisasi dibandingkan dengan kelembagaan, istilah tersebut dengan melihat kepada masyarakat, sedangkan sosiolog terakhir
menurut sebagian penulis, adalah “kelompok sosial yang memiliki tujuan”. Dengan menggunakannya ketika membicarakan tentang grup dengan seluruh ukuran.
kata lain, tujuanlah yang mengawali terbentuknya suatu organisasi. Implikasi dari Dengan kata lain, organisasi dulu diberi konteks yang lebih luas, dan kemudian
kalimat ini secara tak langsung ingin mengatakan bahwa, kelembagaan seolah-olah menciut terbatas hanya untuk konteks yang lebih sempit.
terbentuk bukan arena tujuan. Hal ini tentu tak sepenuhnya benar, karena
kelembagaan juga terbentuk karena berorientasi pada tujuan, meskipun Organisasi sosial dapat dianalisis dalam tiga level, yaitu dalam relasi antar pribadi,
terbentuknya lambat laun, sehingga seolah tidak disadari. dalam asosiasi dan komunitas, dan dalam masyarakat. Subjek tersebut lebih jauh
berkaitan dengan suatu cara yang umum dalam pembahasannya pada grup primer,
Menurut Harry M. Johnson (1960: 280), sebagai seorang penulis yang telah asosiasi, keluarga, religi, pendidikan, minoritas, serta kriminal dan delinquency.
membedakan dengan tegas antara social instution dengan social organization. Ia
Organisasi juga merupakan bidang kajian pokok dalam ilmu antropologi (lihat bidang kajian pokok dalam sosiologi. Dalam perkembangan terbaru, pembedaan
misalnya Belas, 1977). Istilah organisasi sosial menunjuk kepada sekumpulan orang atas besarannya menghasilkan berbagai cabang kajian sosologi, sehingga dikenal
yang saling berhubungan untuk memfasilitasi dan melaksanakan aktivitas dari satu sosiologi kelompok kecil, sosiologi organisasi, sosiologi organisasi formal, sosiologi
grup atau komunitas tertentu. Suatu organisasi dapat dipandang secara struktural keluarga dan kekerabatan.
dan secara proses.
RUMUSAN BATASAN “KELEMBAGAAN” YANG LEBIH OPERASIONAL
Analisa secara srtuktural adalah melihat hubungan atau bagaimana cara anggota
diorganisasikan, khususnya berkenaan dengan posisi masing-masing anggota. Dari paparan di atas terlihat secara ringkas bagaimana konsep “kelembagaan” dan
Sedangkan analisa secara proses, mempelajari berbagai aktivitas yang dipakai untuk “keorganisasian” digunakan dalam perkembangan ilmu sosiologi. Terlihat
menjaganya (maintain). Dalam topik “organisasi sosial” juga dipelajari apa perilaku bagaimana sebuah konsep terbentuk, yang pada akhirnya kedua kata tersebut
yang diharapkan dari anggota, dalam konteks boleh dan tidak boleh. Jika dicermati, dibedakan secara tegas. Semakin mantapnya konsep tersebut merupakan indikator
tampaklah bahwa analisis secara struktural lebih dekat dengan apa yang kita kenal pentingnya kedudukannya dalam khasanah ilmu sosiologi. Dengan memahami dan
dengan aspek organisasi, sedangkan analisa prosesual selaras dengan aspek membatasi maka ia menjadi berguna dalam membantu para sosiolog untuk
kelembagaannya. mempelajari masyarakat.

Penelahaan pada suatu keluarga inti (nuclear familiy) misalnya, maka yang dimaksud Perkembangan yang terjadi adalah adanya pembedaan yang semakin tegas, bahwa
dengan status terdiri dari orang tua, suami, isteri, ayah, ibu, anak laki-laki, anak “kelembagaan” dan “keorganisasian” berbeda. Artinya, terjadi perubahan dari
perempuan, saudara laki-laki, dan saudara perempuan. Sedangkan aspek proses pengertian yang “luas dan baur” menjadi “sempit dan tegas”. Kesadaran perlunya
membicarakan tentang apa peran yang dilakukan pada status tersebut, yang pembedaan, serta lahirnya pembedaan tersebut terlihat pada buku-buku yang dirilis
diharapkan untuk dijalankannya, serta berbagai perilaku yang individu-individu tahun 1950-an. Dengan membedakannya secara tegas, maka ia dapat digunakan
tersebut tunjukkan. Perluasan pembicaraan tentang status secara lebih jauh, yaitu misalnya untuk melihat bagian mana yang lemah dan kuat dalam menganalisa suatu
yang berkenaan dengan status atau posisi, peran, dan label; akan sampai kepada sistem sosial.
“struktur sosial”.
Pada awalnya, istilah “institution’ dan ‘organization’ cenderung tidak dibedakan dan
Dalam organisasi sosial dibicarakan tentang berbagai bentuk yang dibedakan bahkan adakalnya digunakan secara bolak balik. Sumner pada tahun 1906 misalnya,
misalnya atas bagaimana keanggotaan dicapai, apa yang anggota lakukan, masih memasukkan unsur “struktur” di bawah entry kelembagaan. Ini karena
bagaimana keputusan dibuat, seberapa tingkat keformalannya, dan seberapa kelembagaan merupakan bagian yang ia nilai jauh lebih penting dari suatu kelompok
hierarkhis mereka. Atas dasar pembagian ini kita mengenal adanya grup primer, sosial, karena menjadi nyawa kehidupan sosial. Sebaliknya, Durkheim (tahun 1897)
kelompok tatap muka (face to face grup), dan grup sekunder. dan Cooley (tahun 1909) memasukkan unsur-unsur nilai, norma, dan kepercayaan
ketika mengkaji organisasi sosial. Terjadinya tumpang tindih tersebut adalah
Sesungguhnya masih banyak lagi pendapat para ahli tentang keorganisasian yang persoalan perbedaan dari sisi mana seorang ilmuwan memasukinya, terlihat dari
belum dicakup dalam tulisan ini karena organisasi sosial merupakan salah satu kata apa yang digunakannya. Pembedaan yang mulai tegas terlihat misalnya pada
Mac Iver dan Page setelah setengah abad kemudian, yaitu pada bukunya yang terbit perilaku yang dibakukan dalam struktur sosial pastilah memiliki nilai dan normanya
tahun 1949, serta L. Broom dan P. Selznik tahun 1950. sendiri. Beberapa analogi dapat diguanakan untuk menjelaskan perbedaan ini
antara aspek kelembagaan dan aspek keorganiasian. Jika dianalogkan dengan
Dari berbagai bahan bacaan di atas, maka kita sekarang dapat membuat pembagian bekerjanya sebuah sistem komputer, maka kelembagaan merupakan software-nya
secara lebih tegas. Apa yang disebut dengan ‘kelembagaan’ secara keilmuan setara dan organisasi merupakan bagian hardware-nya (Pakpahan, 1991: Nataatmadja,
dengan suatu ‘organisasi’. Namun di dalamnya, setiap ‘kelembagaan’ ataupun 1993). Namun, jika kelembagaan dianalogkan dengan tubuh manusia, maka aspek
‘organisasi’ tersebut dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu ‘aspek-aspek kelembagaan merupakan daging dan pembuluh darah, dimana hilir mudiknya darah
kelembagaan’ dan ‘aspek-aspek keorganiasian’. Pembedaan suatu kelembagaan dianalogkan sebagai bentuk aktivitas sosial yang sesungguhnya. Sementara tulang
menjadi dua aspek, yaitu aspek kelmbagaan dan organisasi merupakan jalan terbaik dengan bentuk dan susunannya merupakan aspek keorganisasian.
agar kita dapat menganalisa secara mendalam.
Dalam contoh lain, jika dianalogkan dengan sebuah gedung perkantoran. Maka
Usaha memilah-milah atau membeda-bedakan merupakan kebutuhan dasar dalam aspek kelembagaan adalah berbagai bentuk aktivitas manusia yang bekerja di
pekerjaan keilmuan, untuk kemudian menganalisa, mensintesa, dan seterusnya Dari dalamnya, yang aliran manusia di dalamnya dikendalikan dan dibatasi oleh dinding,
bahasan di atas sudah ditunjukkan bahwa norma dan perilaku merupakan dua objek tangga, dan pintu. Bangunan itu sendiri, berupa dinding, tangga, dan pintu-pintunya
pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi semakin kuat kepada hanya itulah yang dimaksudkan dengan aspek keorganisasiannya.
memperhatikan masalah struktur serta peran. Berikut dipaparkan perbedaan antara
“aspek kelembagaan” dan “aspek keorganisasian” dalam suatu kelembagaan. KESIMPULAN

0t1 Dari uraian di atas terlihat bagaimana sebuah konsep yang penggunaannya pada
Pemahaman lebih jauh terhadap tabel di atas memberikan kesimpulan, bahwa mulanya tidak konsisten perlu dirumuskan ke dalam bentuk yang baik namun tetap
kedua aspek tersebut merupakan dua hal utama dalam sosiologi. Dalam buku ilmiah, sehingga menjadi lebih jelas, dan karena itu juga menjadi lebih operasional.
Taneko (1993: judul buku “Struktur dan Proses Sosial”) misalnya terlihat bahwa dua Meskipun batasan kelembagaan dan organisasi berbeda-beda menurut berbagai
inti pokok dalam sosiologi adalah segi struktur dan segi dinamikanya (proses sosial). ahli, namun apa yang dimaksud adalah merupakan suatu yang stabil, mantap, dan
Terlihat bahwa kajian kelembagaan dan organisasi tersebut hampir seluas kajian berpola; berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat; ditemukan
sosiologi itu sendiri. Selain itu, keduanya juga bersifat saling melengkapi. Justeru dalam sistem sosial tradisional dan modern, atau bisa berbentuk tradisional dan
dengan mengkaji keduanyalah analisa sosiologis terhadap suatu sistem sosial modern; dan berfungsi untuk mengefisienkan kehidupan sosial. Penelaahan lebih
menjadi lengkap. Dengan memahami ini kita sampai kepada kajian yang jauh, memerlukan pembedaan ke dalam “aspek kelembagaan’ dan ‘aspek
menyatukan keduanya. keorganisasian’. Keduanya, merupakan komponen pokok yang selalu exist dalam
setiap sistem sosial, selemah atau seketat apapun sistem sosial tersebut. ‘Perilaku’
Pokok perhatian dalam sosiologi adalah aspek perilaku manusia dan struktur sosial. dan ‘strukur’ sebagai kajian utama ‘aspek kelembagaan’ dan aspek keorganiasian’
Keduanya merupakan hal yang muncul ke permukaan, sedangkan yang berada di saling membutuhkan satu sama lain ibarat dua sisi mata uang. Masingmasing
belakangnya adalah hal-hal yang lebih abstrak, terutama nilai dan norma. Setiap mewakili aspek yang dinamis dan statis dalam suatu masyarakat. Hal ini sesuai
dengan perhatian utama ilmu sosiologi yang selalu terbagi ke dalam aspek dinamis Colleman, J. C. 1994. Foundation of Social Theory. Harvard University Press,
misalnya perubahan sosial, serta aspek yang statis misalnya struktur sosial. Cambriedge and London.

Meskipun tiap orang dapat menggunakan istilah-istilah yang berbeda untuk Echols, John M. Dan Hassan Sadily. 1993. Kamus Inggris Indonesia: An English-
menyebut suatu sistem sosial, misalnya kelompok, lembaga, organisasi, asosiasi, Indonesian Dictionary. Cet. XIX. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
departemen, komunitas, dan lain-lain; namun secara keilmuan seluruhnya dapat
disebut sebagai “kelembagaan” yang di dalamnya selalu terdapat komponen “aspek Etzioni, Amitai. 1961. Comparative Analysis of Complex Organizations. The Free
kelembagaan” dan “aspek keorganiasian”. Pokok kajian dalam aspek kelembagaan Press of Glencoe, Inc., USA.
adalah perilaku atau perilaku sosial. Ini merupakan objek yang terlihat secara visual,
dimana faktor-faktor yang lebih abstrak berada di belakangnya, terutama aspek nilai _____. 1985. Organisasi-Organisasi Modern: Foundations of Modern Sociology
dan norma. Sedangkan, struktur merupakan kajian utama aspek keorganisasian, Series. UI-Press dan Pustaka Bradjaguna, Jakarta. Cet. 2. Vii, 174 hal., 23 cm. Judul
yang dibentuk oleh peran yang dijalankan. Asli: Modern Organizations.

Daftar Pustaka Firth, R. 1964. Essays on Social Organization and Values. University of London, The
Athlone Press.
Beals, Ralph L.; Harry Hoijer; dan Alan R. Beals. 1977. An Introduction to
Anthropology. Fifth Edition. Macmillan Publishing C. Inc, New York dan Collier Fowler, A. 1992. Prioritizing Institutional Development: A New Role for NGO.
Macmillan Publisher, London. Centres for Study and Development. Sustainable Agriculture Programme
Gatekeeper Series SA35. IIED, London.
Berelson, B. Dan Steiner G.A. 1964. Human Behaviour: Shorter Edition. Harcourt,
Brace and World, Inc., New York. Garcia, Manuel B. 1994. Introductory Sociology: A Unified Approach with
Accompanying Work Book. National Book Store, Inc. Metro Manila, Philippines. 303
Binswanger, Hans P. Dan Vernon W. Ruttan. 1978. Induced Innovation: Technology, hal.
Institutions and Development. The Johns Hopkins University Press, Baltimore and
London. Brewer, Jeffrey D. 1985. Penggunaan Tanah Tradisional dan Kebijakan Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia.
Pemerintah di Bhratara K.A., Jakarta.

Bima, Sumbawa Timur (hal. 163 – 188). Dalam: Michael R. Dove (ed) 1985. Peranan Gillin, John Lewis dan John Phillip Lewis. 1954. Cultural Sociology. The MacMillan
Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Yayasan Obor Indonesia, Book Company. New York. (hal. 313-320). Dalam: Soemardjan, Selo dan Soelaeman
Jakarta.
Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi (Kumpulan Tulisan). Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Koentjaraningrat. 1964. Pengantar Antropologi. Cetakan kedua. Universitas
Granovetter, Mark dan Richard Sedberg (ed). 1992. The Sociology of Economics Life. Indonesia, Jakarta. Hal. 113.
Westview Press; Boulder, San Fransisco, Oxford.
_____. 1974. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Harper, Charles L. 1989. Exploring Social Change. Prectice Hall, New Jersey.
______. 1997. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka
Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Utama, Jakarta.
Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta. Mitchell, G. Duncan (ed). 1968. A Dictionary of Sociology. Routledge and Kegan Paul,
London.
Hebding, Daniel E. Dan Leonard Glick. 1994. Introduction to Sociology: A Text with
Readings. Forth Edition. McGraw-Hill Inc dan Philipine Graphic Art Inc, Pilipina. Olson, Mancur. 1971. The Logic of Cllective Action: Public Goods and The Theory of
Groups. Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts; London, England.
Horton, Paul B. Dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Sixth Edition. McGraww-Hill
Book Company; Sidney, Tokyo, dan lain-lain. Pakpahan, Agus. 1989. Kerangka Analitik untuk Penelitian Rekayasa Sosial:
Perspektif Ekonomi Institusi. Prosiding Patanas: Evolusi Kelembagaan Pedesaan di
Huntington, Samuel P. 1965. Political Development and Politic Decay. World Politics Tengah Perkembangan Teknologi Pertanan. Pusat Penelitain Agro Ekonomi, Bogor.
17 (3). Hal. 378.
Purcell, Wayne D. 1979. Agricultural Marketing: Systems, Coordination, Cash and
Iver, R.M. dan Charles H. Page. 1957. Society: an Introductory Analysis. Rinchart and Future Prices. Reston Publishing Company, Inc. A Prentice-Hall Company. Reston
Company, Inc. New York (hal. 15-22) Dalam: Soemardjan, Selo dan Soelaeman Virginia, dan lain-lain.

Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi (Kumpulan Tulisan). Lembaga Penerbit Rex, John. 1985. Analisa Sistem Sosial. PT Bina Aksara, Jakarta. Alih Bahasa: Sahat
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Simamora. Buku asli: “Social Conflict”.

Johnson, Harry M. 1960. Sociology: A Systematic Introduction. Under the General Ritzer, George. 1992. Sosiologi ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Rajawali
Editorship of Robert K. Merton. Harcourt, Brace and World Inc., New York dan Press, Jakarta.
Burlingame.
Sanderson, Stephen K. 1993. Sosiologi Makro. Rajawali Press, Jakarta.
Knight, Frank H. 1952. Intitutionalism and Empiricisme in Economics. American
Economic Review 42 (May 1952). Hal. 51. Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi: Suatu Pengantar. Edisi Baru, Cet. 28. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi Notify me of new comments via email.
(Kumpulan Tulisan). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta. Notify me of new posts via email.

Taneko, Soleman. 1993. Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi RUHADY SUWANDY on October 15, 2009 at 5:17 pm
Pembangunan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Saya sangat respek dengan penjelasan diatas. Namun ada satu hal yang ingin saya
tanyakan yaitu apakah suatu lembaga atau perguruan tinggi itu dapat disebut
Tjondronegoro, SMP. 1999. Memudarnya Otonomi Desa (hal. 15-25) Dalam: Keping- masyarakat?kalau iya, kenapa dan apa sebabnya kalau tidak kenapa dan apa
Keping Sosiologi dari Pedesaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud RI. sebabnya. Bagi ada yang tahu tentang itu saya mohon dengan sangat konfirmasinya
Jakarta. ke email saya.www.ruh_adieswd@yahoo.com
Terima kasih.
Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook
With Cases. Kumarian Press. Reply
Tanti on June 18, 2010 at 5:04 am
Warner, Mildred. 1999. Social Capital Construction and The Role of the Local State. Thank menambah wacana ternyata kelembagaan berbeda diametral dg organisasi.
Majalah Rural Sociology, Vol. 64 No. 3, September 1999. Hal. 373-393.
Reply
Share this: Poso on December 6, 2011 at 3:33 pm
TwitterFacebook Akhirnya kutemukan tulisan ini susah bener cari yang seperti ini….btw pernah
Loading... dengar B.Guy Peters? Dia juga bahas soal kelembagaan…

Leave a Reply Reply


Your email address will not be published. Required fields are marked * Sahroel Polontalo on December 7, 2011 at 6:59 am
https://kelembagaandas.wordpress.com/teori-kelembagaan/b-guy-peters/
Comment
Reply
Name* Badrudin Abu Rusydi on January 7, 2012 at 9:42 am
Bismillaah. Saya menggunakan tulisan di atas sebagai salah satu referensi. Insyaa
Email* Allooh barokah untuk kita semua, aamiin. Sites: http://www.kitaabunaa.com; FB:
Badrudin Abu Rusydi. Walillaahil hamd. Sampaikan!
Website
Reply
Sri endang sukarsih on June 4, 2012 at 2:16 pm
Selama ini banyak defenisi kelembagaan yg susah untuk dimaknai, sehingga sy
hanya meraba-raba & berujung kepada keraguan…..akhirnya kutemukan tulisan yg
bisa jadi literaturku. Tks banyak mas….karyamu selalu kutunggu

Reply
View Full Site

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you
agree to their use.

Anda mungkin juga menyukai