1. dr. Kisworowati
DOSEN :
OLEH
ROY PATARINGAS
19420036
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2019
PENELITIAN 1
BAB IV
I. Analisa Univariat
65,3%, kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,9% dan sisanya tidak
(58,4%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita > rata-rata (41,6%).
Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat
bahwa rumah yang sehat (76,3%) lebih besar dari pada rumah yang tidak sehat
(23,7%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari
(51,4%) lebih besar dibandingkan kebiasaan minum teh tiap hari (48,6%).
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat
15,4%.
(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak
normal.
umur adalah 64,85 tahun dengan standar deviasi 5,236 tahun dan umur minimum
responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 12,03 mg/dl dengan
standar deviasi 0,9721 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1
mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3,
rata-rata asupan lauk adalah 709,54 gr dengan standar deviasi 292,163 gr dan
asupan lauk minimum 150 gr serta asupan lauk maksimum 2250 gr.
II. Analisa Bivariat
rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,881 mg/dl dengan standar deviasi 0,8911
12,103 mg/dl dengan standar deviasi 0,9091 mg/dl. Pada mereka yang
pendidikan.
perkapita dibawah rata-rata adalah 11,960 mg/dl dengan standar deviasi 1,1444
pengeluaran perkapita diatas rata-rata adalah 12,150 mg/dl dengan standar deviasi
0,6434 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5%
terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden
antara pengeluaran perkapita dibawah rata-rata dengan pengeluaran perkapita
diatas rata-rata.
sehat adalah 12,814 mg/dl dengan standar deviasi 0,8522 mg/dl, sedangkan untuk
rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah
11,798 mg/dl dengan standar deviasi 0,8771 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p=0,00, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-
rata kadar hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan
setiap hari adalah 11,472 mg/dl dengan standar deviasi 0,8956 mg/dl, sedangkan
untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh
yang tidak setiap hari adalah 12,575 mg/dl dengan standar deviasi 0,6996 mg/dl.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada
kebiasaan minum teh setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap
hari.
laki adalah 12,497 mg/dl dengan standar deviasi 1,3056 mg/dl, sedangkan untuk
adalah 11,956 mg/dl dengan standar deviasi 0,0300 mg/dl. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-
bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien
dengan determinasi 0,321 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat
diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil
uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan
hemoglobin (p=0,000).
Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb)
hubungan lemah (r=0,055) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur
semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,003
artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,3%
variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan tidak
asupan lauk (gr) 0.001 0.000 0.322 14.115 0.000 0.753 1.328
Model Summaryb
ANOVAb
kelamin terhadap kadar hemoglobin (hb) memiliki nilai Sig. pada kotak anova
yang sama 0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
rumah sehat, asupan lauk, kebiasaan minum teh, Umur, Pengeluaran per kapita dan
diketahui nilai R square sebesar 0,608, hal ini mengandung arti bahwa semua
Pada pengeluaran per kapita > mean (rata-rata), hb nya akan lebih tinggi
Pada rumah yang sehat, hb nya akan lebih rendah sebesar 0,826 setelah
Setiap kenaikan asupan lauk sebesar 1 gram, hb nya akan naik sebesar 0,001
II.
PENELITIAN 2
BAB IV
I. Analisa Univariat
65,3%, kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,9% dan sisanya tidak
sekolah sebanyak 23,9%. Distribusi frekuensi pengeluaran perkapita responden
(58,4%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita > rata-rata (41,6%).
Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat
bahwa rumah yang sehat (76,3%) lebih besar dari pada rumah yang tidak sehat
(23,7%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari
(51,4%) lebih besar dibandingkan kebiasaan minum teh tiap hari (48,6%).
Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat
15,4%. Distribusi frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1,
terlihat bahwa asupan lauk2 ≤ rata-rata (64,8%) lebih besar dari pada asupan
lauk2 > rata-rata (35,2%). Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada
Tabel-1, terlihat bahwa umur muda 55,7% lebih besar dibandingkan umur tua
44,3%. Distribusi frekuensi anemia pada responden dapat dilihat pada Tabel-1,
terlihat bahwa responden yang terkena anemia 43% lebih besar dibandingkan
rata-rata, ada 162 (16.2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,034 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia
antara responden yang pengeluaran perkapita > rata-rata dengan responden yang
kejadian anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,330, artinya
responden yang pengeluaran perkapita > rata-rata mempunyai peluang 1,33 kali
bahwa ada sebanyak 385 (58,3%) responden yang memiliki rumah tidak sehat
ada 385 (38,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara
responden yang memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki
rumah sehat (ada hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan
anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,230, artinya responden
yang memiliki rumah sehat mempunyai peluang 0,23 kali untuk mengalami
anemia.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk dan Anemia
Anemia P
Asupan Total OR (95%CI)
Anemia Tidak Anemia value
Lauk
n % n % n %
≤ Rata-rata 421 42.1% 227 22.7% 648 64.8% 70.682 0.000
> Rata-rata 9 0.9% 343 34.3% 352 35.2% 35.765-139.689
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%
Hasil analisis hubungan antara asupan lauk dengan anemia diperoleh
bahwa ada sebanyak 421 (42.1%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah
lauk diatas rata-rata, ada 9 (0.9%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian
anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas rata-rata dengan
responden yang memiliki asupan lauk dibawah rata-rata (ada hubungan yang
signifikan antara kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR=70.682, artinya responden yang memiliki asupan lauk
sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 186 (18.6%) yang
mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,608 maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang
berumur tua dengan responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=1.077, artinya responden yang berumur tua mempunyai peluang 1.07 kali
anemia diperoleh bahwa ada sebanyak 372 (37.2%) responden yang terbiasa
minum teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang
tidak terbiasa minum teh setiap hari, ada 58 (5.8%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi kejadian anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap
hari dengan responden yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=25.655, artinya responden yang tidak terbiasa
minum teh setiap hari mempunyai peluang 25.655 kali untuk mengalami anemia.
perempuan, ada 382 (38.2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,002 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian
yang signifikan antara jenis kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh
sebanyak 4,5% terjadi anemia. Dari 266 responden yang berpendidikan SD,
sebanyak 22,6% terjadi anemia. Dari 119 responden yang berpendidikan SMP+,
tidak sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 1,39 kali lebih
variabel asupan lauk, umur2, kebiasaan minum teh, dan jenis kelamin. Sedangkan
yang diduga mempengaruhi anemia terdapat dari asupan lauk yang paling
asupan lauk > rata-rata memiliki risiko 105,647 kali lebih besar untuk tidak