Anda di halaman 1dari 17

Tugas Resume Seminar

Nyow Kabagh BPJS ?


Pembicara :

1. dr. Kisworowati

2. dr. Kalsum Komaryani, MPPM. ( diwakilkan )

3. Mery Destianty Amd.Keb., S.K.M., M.Kes.

4. Nurbani, S.K.M., MKM., AAAK.

DOSEN :

VERA YULYANI, S.Kep., MPH.

OLEH

ROY PATARINGAS

19420036

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MALAHAYATI
2019
PENELITIAN 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari dan
Jenis Kelamin
N %
Pendidikan
Tidak Sekolah 108 10.8
SD 653 65.3
SMP+ 239 23.9
Pengeluaran Perkapita
≤ mean (rata-rata) 584 58.4
> mean (rata-rata) 416 41.6
Rumah Sehat
Tidak 237 23.7
Ya 763 76.3
Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari
Ya 486 48.6
Tidak 514 51.4
Jenis Kelamin
Laki-laki 154 15.4
Perempuan 846 84.6
Total 1000 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD sebanyak

65,3%, kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,9% dan sisanya tidak

sekolah sebanyak 23,9%. Distribusi frekuensi pengeluaran perkapita responden

dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa pengeluaran perkapita ≤ rata-rata

(58,4%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita > rata-rata (41,6%).

Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat

bahwa rumah yang sehat (76,3%) lebih besar dari pada rumah yang tidak sehat

(23,7%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari

(51,4%) lebih besar dibandingkan kebiasaan minum teh tiap hari (48,6%).

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat

bahwa sebagai responden perempuan 84,6% lebih banyak dibandingkan laki-laki

15,4%.

Tabel 2. Uji Normalitas Umur, Hemoglobin (Hb), dan Asupan Lauk


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti
c df Sig. Statistic df Sig.
Umur 0.178 1000 0.000 0.849 1000 0.000
Hemoglobin (hb) 0.102 1000 0.000 0.976 1000 0.000
Asupan lauk (gr) 0.161 1000 0.000 0.898 1000 0.000
Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel-2, dari data diatas nilai p 0.000 ≤ α

(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak

normal.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Hemoglobin (HB), dan


Asupan Lauk
jumla Media
Variabel h Min-Max Mean n SD 95% CI Mean
Umur 1000 60-83 64.85 63 5.236 64.53-65.17
Hb 1000 9.4-14.1 12.03 12.1 0.9721 11.979-12.099
Asupan lauk 1000 150-2250 709.54 700 292.163 691.41-727.67
Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata

umur adalah 64,85 tahun dengan standar deviasi 5,236 tahun dan umur minimum

60 tahun serta umur maksimum 83 tahun. Distribusi frekuensi hemoglobin (hb)

responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 12,03 mg/dl dengan

standar deviasi 0,9721 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1

mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3,

rata-rata asupan lauk adalah 709,54 gr dengan standar deviasi 292,163 gr dan

asupan lauk minimum 150 gr serta asupan lauk maksimum 2250 gr.
II. Analisa Bivariat

Tabel 4. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Menurut Tingkat


Pendidikan
Variabel Mean SD 95% CI P Value
Pendidikan        
Tidak Sekolah 11.881 0.8911 11.712-12.173 0.015
SD 12.103 0.9091 12.033-12.173  
SMP+ 11.936 1.1459 11.979-12.099  
Rata-rata hemoglobin pada mereka yang berpendidikan tidak sekolah rata-

rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,881 mg/dl dengan standar deviasi 0,8911

mg/dl. Pada mereka yang berpendidikan SD rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah

12,103 mg/dl dengan standar deviasi 0,9091 mg/dl. Pada mereka yang

berpendidikan SMP+ rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,936 mg/dl dengan

standar deviasi 1,1459 mg/dl.

Hasil uji didapatkan nilai p=0,015, berarti pada alpha 5% dapat

disimpulkan ada perbedaan kadar hemoglobin (hb) diantara ketiga jenjang

pendidikan.

Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Pengeluaran Perkapita
Pengeluaran Perkapita Mean SD SE P value n
≤Rata-rata 11.960 1.1444 0.0474 0.002 584
>Rata-rata 12.150 0.6434 0.0315   416
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap pengeluaran

perkapita dibawah rata-rata adalah 11,960 mg/dl dengan standar deviasi 1,1444

mg/dl, sedangkan untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap

pengeluaran perkapita diatas rata-rata adalah 12,150 mg/dl dengan standar deviasi

0,6434 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5%

terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden
antara pengeluaran perkapita dibawah rata-rata dengan pengeluaran perkapita

diatas rata-rata.

Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Rumah Sehat
Rumah Sehat Mean SD SE P value n
Tidak 12.814 0.8522 0.0318 0.000 237
Ya 11.798 0.8771 0.0318   763
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang tidak

sehat adalah 12,814 mg/dl dengan standar deviasi 0,8522 mg/dl, sedangkan untuk

rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah

11,798 mg/dl dengan standar deviasi 0,8771 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p=0,00, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-

rata kadar hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan

rumah yang sehat.

Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari
Minum Teh Mean SD SE P value n
Ya 11.472 0.8956 0.0406 0.000 486
Tidak 12.575 0.6996 0.0309   514
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh

setiap hari adalah 11,472 mg/dl dengan standar deviasi 0,8956 mg/dl, sedangkan

untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh

yang tidak setiap hari adalah 12,575 mg/dl dengan standar deviasi 0,6996 mg/dl.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada

perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara

kebiasaan minum teh setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap

hari.

Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Mean SD SE P value n
Laki-laki 12.497 1.3056 0.1052  0.000 154
Perempuan 11.956 0.8738 0.0300   846
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin laki-

laki adalah 12,497 mg/dl dengan standar deviasi 1,3056 mg/dl, sedangkan untuk

rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin perempuan

adalah 11,956 mg/dl dengan standar deviasi 0,0300 mg/dl. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang

signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-

laki dengan jenis kelamin perempuan.

Tabel 9. Analisa Korelasi dan Regresi Asupan Lauk Dengan Kadar


Hemoglobin (Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Asupan Lauk 0.567 0.32 Hb=10.701+0.002*asupan lauk 0.000
1
Hubungan asupan lauk responden dengan kadar hemoglobin (hb)

menunjukkan hubungan kuat (r=0,567) dan berpola positif artinya semakin

bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien

dengan determinasi 0,321 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat

menerangkan 32,1% variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang

diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil

uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan

hemoglobin (p=0,000).

Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin

(Hb)

Variabel r R² Persamaan Garis P value


Umur 0.055 0.003 Hb=11.379+0.010*umur 0.083

Hubungan umur responden dengan kadar hemoglobin (hb) menunjukkan

hubungan lemah (r=0,055) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur
semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,003

artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,3%

variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk

menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan tidak

ada hubungan yang signifikan antara umur dengan hemoglobin (p=0,083).

III. Analisa Multivariat

Tabel 11. Uji Regresi Linear Berganda Pendidikan, Pengeluaran Perkapita,


Rumah Sehat, Asupan Lauk, Umur, Kebiasaan Minum Teh, dan Jenis
Kelamin
Variabel B SE BETA T Sig. Tolerance VIF
(Constant) 10.564 0.288 36.714 0.000
Pengeluaran per
0.151 0.042 0.077 3.604 0.000 0.865 1.156
kapita
RumahSehat -0.826 0.048 -0.362 -17.178 0.000 0.885 1.130

asupan lauk (gr) 0.001 0.000 0.322 14.115 0.000 0.753 1.328

Umur 0.011 0.004 0.059 2.869 0.004 0.924 1.082

Minum Teh 0.792 0.042 0.407 18.852 0.000 0.839 1.191


Jenis kelamin 1.057
-0.341 0.055 -0.127 -6.217 0.000 0.946
resp.

Model Summaryb

Model Adjusted R Std. Error of the


R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,781 ,611 ,608 ,6085 1,569

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 576,456 6 96,076 259,486 ,000a


I. D i
Residual k e
367,663 t 993 a h
,370 u i p
Total 944,119 999

kelamin terhadap kadar hemoglobin (hb) memiliki nilai Sig. pada kotak anova
yang sama 0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

rumah sehat, asupan lauk, kebiasaan minum teh, Umur, Pengeluaran per kapita dan

jenis kelamin terhadap kadar hemoglobin (hb). Berdasarkan output di atas

diketahui nilai R square sebesar 0,608, hal ini mengandung arti bahwa semua

variabel independen di atas secara simultan terhadap hb adalah sebesar 60,8%.

Adapun arti koef. B untuk masing-masing variable adalah sbb :

 Pada pengeluaran per kapita > mean (rata-rata), hb nya akan lebih tinggi

sebesar 0,151 setelah dikontrol variabel lainnya.

 Pada rumah yang sehat, hb nya akan lebih rendah sebesar 0,826 setelah

dikontrol variabel lainnya.

 Setiap kenaikan asupan lauk sebesar 1 gram, hb nya akan naik sebesar 0,001

setelah dikontrol variabel lainnya

II.
PENELITIAN 2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari,
Jenis Kelamin, Asupan Lauk2, Umur, dan Anemia
n %
N %
Pendidikan
Tidak Sekolah 108 10.8
SD 653 65.3
SMP+ 239 23.9
Pengeluaran Perkapita
≤ mean (rata-rata) 584 58.4
> mean (rata-rata) 416 41.6
Rumah Sehat
Tidak 237 23.7
Ya 763 76.3
Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari
Ya 486 48.6
Tidak 514 51.4
Jenis Kelamin
Laki-laki 154 15.4
Perempuan 846 84.6
Asupan lauk2
≤ Rata-rata 648 64.8
> Rata-rata 352 35.2
Umur
Muda 557 55.7
Tua 443 44.3
Anemia
Anemia 430 43
Tidak anemia 570 57
Total 1000 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD sebanyak

65,3%, kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,9% dan sisanya tidak
sekolah sebanyak 23,9%. Distribusi frekuensi pengeluaran perkapita responden

dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa pengeluaran perkapita ≤ rata-rata

(58,4%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita > rata-rata (41,6%).

Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat

bahwa rumah yang sehat (76,3%) lebih besar dari pada rumah yang tidak sehat

(23,7%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat

dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari

(51,4%) lebih besar dibandingkan kebiasaan minum teh tiap hari (48,6%).

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat

bahwa sebagai responden perempuan 84,6% lebih banyak dibandingkan laki-laki

15,4%. Distribusi frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1,

terlihat bahwa asupan lauk2 ≤ rata-rata (64,8%) lebih besar dari pada asupan

lauk2 > rata-rata (35,2%). Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa umur muda 55,7% lebih besar dibandingkan umur tua

44,3%. Distribusi frekuensi anemia pada responden dapat dilihat pada Tabel-1,

terlihat bahwa responden yang terkena anemia 43% lebih besar dibandingkan

yang tidak anemia 57%.

II. Analisa Bivariat

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Pengeluaran Perkapita dan


Anemia
Anemia
Pengeluaran Tidak Total OR
Anemia P value
perkapita Anemia (95%CI)
n % n % n %
≤ Rata-rata 268 26.8% 316 31.6% 584 58.4% 1.330  0.034
> Rata-rata 162 16.2% 254 25.4% 416 41.6% 1.030-
1.717  
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%    
Hasil analisis hubungan antara jenis pengeluaran perkapita dengan anemia

diperoleh bahwa ada sebanyak 268 (26.8%) responden yang pengeluaran

perkapita ≤ rata-rata mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang >

rata-rata, ada 162 (16.2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p=0,034 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia

antara responden yang pengeluaran perkapita > rata-rata dengan responden yang

≤ rata-rata (ada hubungan yang signifikan antara pengeluaran perkapita dengan

kejadian anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,330, artinya

responden yang pengeluaran perkapita > rata-rata mempunyai peluang 1,33 kali

untuk mengalami anemia.

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Rumah Sehat dan Anemia


Anemia OR
Rumah Total P value
Anemia Tidak Anemia (95%CI)
Sehat
n % n % n %
Tidak 45 4.5% 192 19.2% 237 23.7% 0.230  0.00
Ya 385 38.5% 378 37.8% 763 76.3% 0.161-0.328   
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%  
 
Hasil analisis hubungan antara jenis rumah sehat dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 385 (58,3%) responden yang memiliki rumah tidak sehat

mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki rumah sehat,

ada 385 (38,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara

responden yang memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki

rumah sehat (ada hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan

anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,230, artinya responden

yang memiliki rumah sehat mempunyai peluang 0,23 kali untuk mengalami

anemia.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk dan Anemia
Anemia P
Asupan Total OR (95%CI)
Anemia Tidak Anemia value
Lauk
n % n % n %
≤ Rata-rata 421 42.1% 227 22.7% 648 64.8% 70.682 0.000
> Rata-rata 9 0.9% 343 34.3% 352 35.2% 35.765-139.689   
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%    
Hasil analisis hubungan antara asupan lauk dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 421 (42.1%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah

rata-rata mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki asupan

lauk diatas rata-rata, ada 9 (0.9%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas rata-rata dengan

responden yang memiliki asupan lauk dibawah rata-rata (ada hubungan yang

signifikan antara kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR=70.682, artinya responden yang memiliki asupan lauk

diatas rata-rata mempunyai peluang 70,68 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Umur dan Anemia


Anemia
Total OR (95%CI) P value
Umur Anemia Tidak Anemia
n % n % n %
Muda 244 24.4% 313 31.3% 557 55.7% 1.077  0.608
Tua 186 18.6% 257 25.7 443 44.3% 0.837-1.386   
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%  
 
Hasil analisis hubungan antara umur dengan anemia diperoleh bahwa ada

sebanyak 244 (24.4%) responden yang berumur muda mengalami anemia,

sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 186 (18.6%) yang

mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,608 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang
berumur tua dengan responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=1.077, artinya responden yang berumur tua mempunyai peluang 1.07 kali

untuk mengalami anemia.

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari


dan Anemia
Kebiasaan Anemia
Total OR
Minum teh Anemia Tidak Anemia P value
(95%CI)
Setiap Hari
n % n % n %
Ya 372 37.2% 114 11.4% 486 48.6% 25.655  
 0.000
Tidak 58 5.8% 456 45.6% 514 51.4% 18.179-
36,207  
Jumlah 430 43% 570 57% 1000 100.0%  
 
Hasil analisis hubungan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan

anemia diperoleh bahwa ada sebanyak 372 (37.2%) responden yang terbiasa

minum teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang

tidak terbiasa minum teh setiap hari, ada 58 (5.8%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan

proporsi kejadian anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap

hari dengan responden yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR=25.655, artinya responden yang tidak terbiasa

minum teh setiap hari mempunyai peluang 25.655 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Anemia


Anemia
Jenis Total OR P
Kelamin Anemia Tidak Anemia (95%CI) value
n % n % n %
Laki-laki 48 4.8% 106 10.6% 154 15.4% 0.550  0.00
2
Perempuan 382 38.2% 464 46.4% 846 83.8% 0.381-0.794   
Jumlah 430 43% 570 57% 100 100.0%  
0  
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 48 (4.8%) responden yang berjenis kelamin laki-laki

mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang berjenis kelamin

perempuan, ada 382 (38.2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,002 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden perempuan dengan responden laki-laki (ada hubungan

yang signifikan antara jenis kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR=0,55, artinya responden berjenis kelamin laki-laki mempunyai

peluang 0,55 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Anemia


Anemia OR
Total P value
Pendidikan Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n % n % n %
Tidak sekolah 45 4.5% 63 6.3% 108 10.8% 1.388 0.161
SD 266 26.6% 387 38.7% 653 65.3% 1.443 0.016
SMP+ 119 11.9% 120 12% 239 23.9%
Jumlah 430 43% 570 43.5% 1000 100.0%
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia terlihat bahwa

semakin rendah tingkat pendidikan responden akan semakin besar kemungkinan

untuk terjadi anemia. Dari 45 responden yang berpendidikan tidak sekolah,

sebanyak 4,5% terjadi anemia. Dari 266 responden yang berpendidikan SD,

sebanyak 22,6% terjadi anemia. Dari 119 responden yang berpendidikan SMP+,

sebanyak 11.9% terjadi anemia.

Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang berpendidikan

tidak sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 1,39 kali lebih

besar dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMP+ (nilai p=0,161).

Sedangkan responden yang berpendidikan SD mempunyai resiko untuk terjadi


anemia sebesar 1,44 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan SMP+ (nilai p=0,016).

III. Analisa Multivariat

Tabel 9. Pengaruh Pendidikan, Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat,


Asupan Lauk2, Umur2, Kebiasaan Minum Teh, dan Jenis Kekamin
Terhadap Anemia

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 Asupan Lauk2 4,660 ,399 136,491 1 ,000 105,647 48,342 230,879

umur2 ,540 ,226 5,734 1 ,017 1,716 1,103 2,671

Kebiasaan 3,636 ,247 216,927 1 ,000 37,952 23,393 61,573


Minum Teh

Jenis Kekamin -1,628 ,303 28,965 1 ,000 ,196 ,108 ,355

Constant -3,203 ,585 30,022 1 ,000 ,041

a. Variable(s) entered on step 1: lauk2, umur2, TEH2, sex.

Variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian anemia adalah

variabel asupan lauk, umur2, kebiasaan minum teh, dan jenis kelamin. Sedangkan

variabel pendidikan, pengeluaran perkapita, dan rumah sehat sebagai variabel

konfounding. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan variabel independen

yang diduga mempengaruhi anemia terdapat dari asupan lauk yang paling

berpengaruh dengan p value 0,000<0,05 dan OR 105.647 artinya responden yang

asupan lauk > rata-rata memiliki risiko 105,647 kali lebih besar untuk tidak

menderita anemia dibandingkan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai