Anda di halaman 1dari 2

Bab I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Saintifikasi Jamu (SJ) adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis
pelayanan kesehatan (Menkes RI, 2010). Dasar hukum dari SJ adalah Peraturan Menteri
Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Tujuan dari SJ adalah untuk
“pengilmiahan” jamu supaya jamu lebih bisa diterima masyarakat luas. Jamu dan bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan harus sudah terdaftar dalam
vademikum, atau merupakan bahan yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Saintifikasi Jamu.
Bahan jamu yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan keamanan berdasarkan uji
keamanan (toksisitas), berkhasiat berdasarkan data empiris yang dibuktikan dengan uji klinis dan
berkualitas sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional(Kristiana dkk., 2017).

Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan kesehatan jamu menggunakan hasil
program SJ merupakan hal yang masih baru. Penyelenggara pelatihan SJ yang pertama adalah
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Penelitian pelaksanaan pelayanan jamu hasil program SJ di fasilitas pelayanan kesehatan masih
belum banyak dilakukan.

Apoteker menjadi bagian penting dalam klinik saintifikasi jamu yaitu berperan dan
bertanggung jawab dalam proses pembuatan/penyediaan simplisia dan penyimpanan, pelayanan
resep mencakup skrining resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, pemberian kemasan
obat, penyerahan obat, dan Informasi obat, konseling. monitoring penggunaan obat. promosi dan
edukasi, home care. serta pencatatan dan pelaporan (Suharmiati dkk., 2012). Terkait dengan hal
tersebut dalam makalah ini akan dibahas implementasi peran apoteker pada BKTM (Balai
Kesehatan Tradisional Masyarakat) Makasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan di atas, rumusan masalah pada pada makalah ini antara lain:

1.2.1. Bagaimana Sejarah BKTM (Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat) Makasar?


1.2.2. Bagaimana Peran Apoteker pada BKTM (Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat)
Makasar?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1.3.1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah berdirinya BKTM (Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat) Makasar
1.3.2. Mahasiswa dapat memahami peran apoteker pada BKTM (Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat) Makasar

Daftar Pustaka

Kristiana, L., H. Maryani, dan W. Lestari. 2017. Gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan
tradisional ramuan menggunakan jamu tersaintifikasi (studi kasus di bktm makassar dan
puskesmas a karanganyar). Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 27(3):185–
196.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No: 003/MENKES/Per/I/2010 Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan. 2010.

Suharmiati, Lestari Handayani, Faiq Bahfen, Djuharto, L. K. 2012. Kajian hukum peran apoteker
dalam saintifikasi jamu. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 15

Anda mungkin juga menyukai