Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Abiyyu Nurfadh Nurdin

NPM : 1812011161

TUGAS 9 HUKUM PIDANA

A. Pengertian Penyertaan

Penyertaan atau dalam bahasa Belanda DEELNEMING di dalam hukum Pidana DEELNEMING
di permasalahkan karena berdasarkan kenyataan sering suatu delik dilakukan bersama oeleh
bebrapa orang,jika hanya satu orang yang melakukan delik,pelakunya disebut Alleen dader.

Apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang, sehingga harus dicari
pertaunggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam persitiwa tersebut. Hubungan
antar peserta dalam menyelesaikan delik tersebut, adalah: bersama-sama melakukan kejahatan
seorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia mempergunakan
orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut. seorang saja yang melaksanakan tindak
pidana, sedangkan orang lain membantu melaksanakan

Penyertaan dapat dibagi menurut sifatnya:

Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta melakukan
tindak pidana. Pertanggung jawaban masing-masing peserta dinilai senidiri-sendiri atas segala
perbuatan yang dilakukan. Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu,
dan yang menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang satu
digantungkan pada perbuatan peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang lain juga.

Beberapa pandangan tentang sifat penyertaan:

Sebagai dasar memperluas dapat dipidananya seseorang:

Penyertaan dipandang sebagai persoalan pertanggungjawaban pidana;

Penyertaan bukan suatu delik sebab bentuknya tidak sempurna.

Penganutnya;Simons, van Hattum, Hazewingkel Suringa

2. Sebagai memperluas dapat dipidannya perbuatan:


Penyertaan dipandang sebagai bentuk khusus tindak pidana;

Penyertaan merupakan suatu delik, hanya bentuknya istimewa;

Penganutnya: Pompe, Mulyanto, Roeslan Saleh

Menurut Prof. Mulyanto, sesuai dengan dengan pandangan individual karena yang diprimairkan
adalah “hal dapat dipidananya seseorang”; pandangan yang kedua sesuai dengan pandangan
bansa Indonesia karena yang diutamakan adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan, jadi lebih
ditekankan kepada “hal dapat dipidananya perbuatan”. Dan dalam pandangan pertama tidak
dikenal dalam hukum adat.

B. Bentuk Penyertaan

Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:

1. Para Pembuat (dader) pasal 55 KUHP, yaitu:

a. yang melakukan (pleger)

b. yang menyuruh melakukan (doen pleger)

c. yang turut serta melakukan (mede pleger)

d. yang sengaja menganjurkan (uitlokker)

Pembuat Pembantu (madeplichtigheid) pasal 56 KUHP

a. Pembantu pada saat kejahatan dilakukan

b. Pembantu sebelum kejahatan dilakukan

Dengan demikian dapat diketahui siapa-siapa yang dapat membuat delik dan siapa-siapa yang
terlibat dalam terwujudnya tindak delik : pembuat tunggal (dader), kriterianya: (a) dalam
mewujudkan tindak pidana tidak ada keterlibatan orang lain baik secara fisik maupun psikis; (b)
dia melakukan perbuatan yang telah memenuhi seluruh unsur delik dalam uu.

para pembuat, ada 4 bentuk Pembuat Pembantu.


Perbedaan antara para pembuat dengan pembuat pembantu adalah: para pembuat (dader) secara
langsung turut serta dalam pelaksanaan delik , sedangkan pembuat pembantu hanya memberi
bantuan yang sedikit atau banyak bermanfaat dalam melaksanakan delik. Pembuat yang
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) adalah ia tidak melakukan delik secara pribadi, melainkan
secara bersama-sama dengan orang lain dalam mewujudkan delik. Apabila dilihat dari perbuatan
masing2 peserta berdiri sendiri, tetapi hanya memenuhi sebagian unsur delik. Dengan demikian
semua unsur delik terpenuhi tidak oleh perbuatan satu peserta, tetapi oleh rangkaian perbuatan
semua peserta.

Anda mungkin juga menyukai