Anda di halaman 1dari 164

p

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


RSUP Dr. MOH. HOESIN (RSMH) PALEMBANG

DISUSUN OLEH:
1. Anggia Intan Shafira ( PO.71.39.1.18.042 )
2. Emilia Fransisca ( PO.71.39.1.18.049 )
3. Indri Septiani ( PO.71.39.1.18.056 )
4. M. Pahlan Piruzzi ( PO.71.39.1.18.061 )
5. Siti Qurrota Akyuni ( PO.71.39.1.18.071 )
6. Tharissa Rizka Ramadhani ( PO.71.39.1.18.074 )
7. Zharifah Azzahra ( PO.71.39.1.18.080 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2021

HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
RSUP Dr. MOH. HOESIN (RSMH) PALEMBANG

DISUSUN OLEH:

1. Anggia Intan Shafira ( PO.71.39.1.18.042 )


2. Emilia Fransisca ( PO.71.39.1.18.049 )
3. Indri Septiani ( PO.71.39.1.18.056 )
4. M. Pahlan Piruzzi ( PO.71.39.1.18.061 )
5. Siti Qurrota Akyuni ( PO.71.39.1.18.071 )
6. Tharissa Rizka Ramadhani ( PO.71.39.1.18.074 )
7. Zharifah Azzahra ( PO.71.39.1.18.080 )

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing

Apt Mona Rahmi Rulianti, M.Farm


NIP : 198803162014022003

Mengetahui :
Ketua Jurusan Farmasi

Mindawarnis,S.Si,Apt., M.Kes
NIP : 197206062001122002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
RSUP Dr. MOH. HOESIN (RSMH) PALEMBANG

DISUSUN OLEH:

1. Anggia Intan Shafira ( PO.71.39.1.18.042 )


2. Emilia Fransisca ( PO.71.39.1.18.049 )
3. Indri Septiani ( PO.71.39.1.18.056 )
4. M. Pahlan Piruzzi ( PO.71.39.1.18.061 )
5. Siti Qurrota Akyuni ( PO.71.39.1.18.071 )
6. Tharissa Rizka Ramadhani ( PO.71.39.1.18.074 )
7. Zharifah Azzahra ( PO.71.39.1.18.080 )

Disetujui Oleh :
Ketua Penguji

NIP :

Penguji I Penguji II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala
berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya untuk Allah atas segala
berkat, rahmat yang sangat besar, laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit
Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang ini bisa kami selesaikan.
Dalam menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan ini, kami mengucapkan
terima kasih atas bimbingan, motivasi, dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan Praktek
Kerja Lapangan tersebut di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, terutama kepada :
1. Apt Mona Rahmi Rulianti, M.Farm selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL)
2. Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Palembang yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) Di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
3. Ibu Yuniar, S.Si,M.Sc,Apt selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di
Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang
4. Apoteker dan Karyawan Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
5. Teman-teman satu grup yang telah bekerjasama dengan baik

Kami menyadari dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata
kesempurnaan.Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga
mohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat laporan.
Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat
untuk diri kami sendiri, teman-teman, dan orang lain.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palembang, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------I

DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------------------I

BAB I-------------------------------------------------------------------------------------------------1

PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------1

A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------1

B. Tujuan----------------------------------------------------------------------------------------3

C. Manfaat---------------------------------------------------------------------------------------4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA-----------------------------------------------------------------5

A. Rumah Sakit---------------------------------------------------------------------------------5

B. Klasifikasi Rumah Sakit-------------------------------------------------------------------8

C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit----------------------------------------------------------12

D. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit-----------------------------------------------------21

E. Obat Narkotika----------------------------------------------------------------------------37

F. Obat Psikotropika-------------------------------------------------------------------------37

G. Unsur Pengelola dan Sarana Manajemen Penyimpanan Obat-----------------------37

H. Sarana Penyimpanan Obat---------------------------------------------------------------39

I. Prasarana (Peralatan atau Fasilitas)-----------------------------------------------------40

J. Dokumen Penyimpanan Obat------------------------------------------------------------41

K. Ketentuan Resep---------------------------------------------------------------------------43

L. Pengelolaan Resep------------------------------------------------------------------------44

M. Definisi Copy Resep-------------------------------------------------------------------45

BAB III TINJAUAN KHUSUS-----------------------------------------------------------------48


A. Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang-------------------------------------48

B. Sejarah dan Akreditasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin
Palembang---------------------------------------------------------------------------------------49

C. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin
Palembang---------------------------------------------------------------------------------------51

D. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin Palembang
………………………………………………………………………………………..51

E. Fungsi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang-----------------------------------52

F. Motto RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang------------------------------------52

G. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang--------------------52

H. Instalasi Farmasi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang------------------------53

I. Manajemen Persediaan Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang-----61

BAB IV PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------92

A. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang-----------------------------------------------------------------------------94

B. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Gudang Instalasi Farmasi--------------------98

C. Penyimpanan Perbekalan Farmasi dan Gudang Kecil di Instalasi Farmasi RSUP


Dr.Mohammad Hoesin Palembang-----------------------------------------------------------99

D. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Pasien di Ruang Perawatan---------------------100

E. Penyimpanan Obat Kategori High Alert------------------------------------------------100

F. Penyimpanan Obat dengan Nama Obat dan Rupa Mirip (Look Alike Sound Alike
LASA)------------------------------------------------------------------------------------------101

G. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika---------------------------------------101


H. Proses Pendistribusian Obat-Obat dan Alat Kesehatan di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Pada TPO Rawat Inap, Rawat Jalan, COT Bawah, COT Atas,
Kemoterapi, Graha Spesialis, BHC, PDL, dan Anak-------------------------------------102

I. Pengelolaan Gudang Perbekalan Farmasi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin


Palembang--------------------------------------------------------------------------------------130

J. Proses Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi di RSUP Dr. Mohammad


Hosein Palembang----------------------------------------------------------------------------132

K. Proses Peracikan dan Penyerahan Obat di RSUP Dr. Mohammad Hosein


Palembang--------------------------------------------------------------------------------------135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN------------------------------------------------------138

A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------138

B. Saran---------------------------------------------------------------------------------------139

DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------140

LAMPIRAN--------------------------------------------------------------------------------------141
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan

menigkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 bahwa kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2025”. Dalam

Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan

adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani,

maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,

tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta

terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara

nilai-nilai budaya bangsa.

Menurut Peraturan menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 bahwa

penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang profesional dan bertanggung jawab

dibutuhkan dalam mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan

1
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat (Depkes, 2007). Kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah

Sakit mengelola pembekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

obat dan alat kesehatan. Pengolahan pembekalan farmasi meliputi pemilihan,

perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian. Pada

pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan sangat di perlukan

peran profesionalisme Apoteker, sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Apoteker bertaggung jawab dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif,

aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lainnya (Siregar, 2004).

Apoteker adalah tenaga profesi memiliki dasar pendidikan serta keterampilan

dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan

pekerjaan kefarmasian. Semakin berkembangnya zaman, profesionalisme Apoteker

untuk memiliki pengetahuan dalam melaksanakan pelayanan baik pengelolaan barang

farmasi maupun pelayanan farmasi klinik (Depkes RI, 2004). Untuk memperoleh

pengetahuan tambahan mengenai pelayanan dirumah sakit, serta menghasilkan tenaga

farmasi yang terampil dan berdaya guna dibidang kefarmasian.

Jadi, untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai kompetensi yang

berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang sesuai dengan standar

2
pada PMK No.72 tahun 2016, mahasiswa/i DIII Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang perlu melakukan praktek kerja lapangan yang diadakan di Rumah Sakit

Umum Moh.Hoesin Palembang. Kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah

satu mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga teknis kefarmasian yang

terampil, terlatih, dan mampu mengembangkan diri dengan baik sebagai tenaga

kesehatan yang profesional.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran

secara nyata kepada mahasiswa mengenai pelayanan kefarmasian yang ada di Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah :

1. Mengetahui susunan organisasi rumah sakit.

2. Mengidentifikasi macam-macam alat kesehatan yang digunakan dirumah sakit

3. Mengetahui cara menyimpan dan merawat alat kesehatan.

4. Mengetahui cara menggunakan alat kesehatan.

5. Mempelajari kebutuhan obat dan alat kesehatan dirumah sakit.

6. Mempelajari proses pengadaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit.

3
7. Mengidentifikasi resep.

8. Mengidentifikasi dan melaksanakan peracikan obat yang tepat.

9. Menerapkan undang-undang tentang obat.

10. Menjelaskan efek samping obat.

11. Mempelajari persiapan, pengadaan dan pemberian obat pada pasien rawat jalan dan

rawat inap.

12. Menerapkan pencatatan dan pelaporan obat.

13. Menerapkan aturan penyimpanan obat.

C. Manfaat

Manfaat yang diperoleh mahasiswa dengan diadakannya praktek kerja lapangan

(PKL) di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH)

yaitu :

1. Mengetahui cara pengambilan dan penyerahan obat di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang

2. Mengetahui alur pemasukan obat dari PBF ke gudang dan ke Instalasi Farmasi.

3. Menambah wawasan mengenai farmasi rumah sakit dan dapat dijadikan acuan jika

suatu saat bekerja di rumah sakit.

4. Mahasiswa memiliki pengalaman melakukan pekerjaan kefarmasian di gudang

perbekalan farmasi, mulai dari mencatat pengeluaran barang sampai membuat

laporan serta menerapkan aturan penyimpanan.

4
5. Mahasiswa memiliki pengalaman dalam melaksanakan praktik peracikan obat dan

menyerahkannya sesuai dengan permintaan dokter di apotek Rumah Sakit.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 72 tahun 2016 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Pelayanan

kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dahulu bernama Rumah Sakit Umum

Pusat Palembang yang melaksanakan operasional pelayanan sejak tanggal 3 Januari

1957 yang dimulai dengan fasilitas sederhana pada pelayanan rawat jalan serta

pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur 78 unit, disertai penambahan fasilitas

lainnya dan ditetapkan sebagai RSU Type C dengan fasilitas pelayanan yang memadai,

cukup lengkapnya tenaga dokter spesialis serta telah berkembang menjadi tempat

pendidikan para medis (1959) dan fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya (1968)

maka pada tahun 1972 RSUP Palembang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type B.

RSUP Dr.Mohammad Hoesin adalah rumah sakit yang didirikan pada tahun 1953

atas prakarsa menteri Kesehatan RI dr.Mohammad Ali (Dr. Lee Kiat Teng) dengan

biaya pemerintah pusat pada tanggal 03 januari 1957 rumah sakit ini dimulai operasional

yang dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel di mana itu meliputi provisi se-Sumatera

5
Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung. RSUP Dr.Mohammad

Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan Laboratorium, Apotek, Radiologi,

Emergency dan peralatan penunjang lainnya, seiring dengan perkembangan waktu,

rumah sakit ini semakin berkembang, baik fasilitas, sarana dan prasarana Sumber daya

manusianya tersedia para spesialis sehingga mengubah tipenya dari kelas C menjadi

Rumah Sakit Umum Pusat tipe B dan sekarang menjadi Rumah Sakit Rujukan nasional

berstandar internasional, Akreditasi JCI (Joint Commission International) dan menjadi

Rumah Sakit terbesar dan sebagai pusat rujukan layanan kesehatan se-sumatra selatan,

Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka belitung. Tahun 1993-1994 RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang mengubah status dari RS Vertikal (RS Penerima Negara

Bukan Pajak) menjadi RS Swadana sesuai SK. Menkes RI No.

1279/Menkes/SK/XI/1997 RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Dengan UU No.

20/1997 menjadi Rumah Sakit Instansi Pengguna PNBP, dimana Rumah Sakit dapat

memanfaatkan dana dari hasil pendapatan sesuai dengan anggaran yang di proyeksikan

rumah sakit dan diselaraskan dengan pendapatan melalui prosedur KPKN disamping itu

subsidi pemerintah tetap seperti sediakala.

Tahun 2000 dengan PP No 122/2000, RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

ditetapkan menjadi salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit

Perusahaan jawatan di Indonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 01 januari 2002,

sebagai Rumah Sakit Perjan (Perusahaan Jawatan) secara operasional RSMH Palembang

masih tetap melaksanakan fungsi pelayanan sosialnya bagi masyarakat ekonomi kurang

6
mampu melalui progam ASKESKIN. Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005

tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SK

Menkes RI No: 1243/Menkes/SK/VIII/2005, tanggal 11 Agustus 2005 tentang

Penetapan 13 eks Rumah Sakit Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksanaan Teknis

Depkes RI dengan menerapkan pola pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang

dilaksanakan pada januari 2006.

Organisasi kesehatan dunia (WHO), menjelaskan mengenai rumah sakit dan

peranannya, bahwa rumah sakit merupakan suatu bagian integral dari organisasi sosial

dan medis yang fungsinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh

pada masyarakat, baik pencegahan maupun penyembuhan dan pelayanan pada pasien

yang jauh dari keluarga dan lingkungan tempat pendidikan bagi tenaga kesehatan dan

tempat penelitian biososial.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No 34 Tahun 2010 Tentang

Pelayanan Kefarmasian, disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi sebagai

berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar RS

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

7
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemapuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan tentang kesehatan

D. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Kepemilikan

a. Rumah sakit umum pemerintah

Rumah sakit umum pemerintah adalah Rumah Sakit yang dibiayai,

diselenggarakan dan diawasi oleh pemerintah baik pemerintah pusat

(departemen kesehatan), Pemerintah Daerah, ABRI, Departemen Pertahanan

dan Keamanan maupun Badan Umum Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini

bersifat non profit, rumah sakit umum pemerintah dapat diklasifikasi

berdasarkan pada unsur pelayanan, ketenangan, fisik, dan peralatan.

1) Rumah sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

2) Rumah sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasiltas dan kemampuan pelayanan medik sekurang kurangnya 11

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

8
3) Rumah sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

4) Rumah sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan pelayanan medik dasar.

b. Rumah Sakit Umum Swasta

Rumah sakit Umum swasta adalah Rumah sakit yang dimiliki dan

diselenggarakn oleh yayasan, organisasi keagamaan atau badan hukum lain dan

dapat bersifat profit dan nonprofit.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, yaitu:

1) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan medik bersifat

umum.

2) Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan medik bersifat

umum dan spesialistik dalam 4 cabang.

3) Rumah Sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan medik brsifat

umum, spesialistik dan subspesialistik.

2. Berdasarkan Jenis Pelayanan

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit yang melayani semua bentuk pelayanan kesehatan sesuai

dengan kemampuannya. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit

bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik.

1) Kelas A

9
Mempunyai paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialisis

lainnya dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis

2) Kelas B

Mempunyai paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialisis lainnya

dan 2 Pelayanan Medik Sub Spesialis

3) Kelas C

Mempunyai paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik

4) Kelas D

Mempunyai paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis

pelayanan tertentu seperti Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Kista, Rumah

Sakit Paru, Rumah Sakit Mata, dll.

Sesuai dengan klasifikasi diatas, untuk mengarahkan dan mengendalikan

perkembangan rumah sakit diperlukan klasifikasi dan subklasifikasi rumah sakit

berdasarkan jenis pelayanan medik, penunjang medik dan perawatan yang

dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI, sebagai berikut :

1) Pelayanan medik umum

10
2) Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik:

a) Pelayanan medik spesialistik :

1) Penyakit Dalam

2) Bedah

3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan

4) Kesehatan Anak

5) Penyakit Syaraf

6) Penyakit THT

7) Penyakit Kulit dan Kelamin

8) Penyakit Gigi dan Mulut

9) Anasthesi

10) Kesehatan Jiwa

11) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

b) Pelayanan medik subspesialistik :

1) Penyakit Dalam :

Alergi dan imunologi, endokrin dan metabolik, gastrenterologi-

hepatologi, geriatrik, ginjal-hipertensi, hematologi-onkologi,

hepatologi, kardiovaskular, piskosomatik, pulmologi, reumatologi ,

penyakit tropik infeksi.

2) Ilmu Kesehatan Anak :

11
Alergi-imunologi, endokrinologo, gastro-hepatologi, hematologi

onkologi, infeksi dan pediatrik penyakit metaboliropik, kardiologi,

nefrologi, neurologi, nutrisi-penyakit metabolik, pediatrik gawat

darurat, perinatologi, respirologi, tumbuh kembang anak.

3) Bedah

Digestif, onkologi, plastik, anak, vaskuler, torak dan kardiovaskuler,

urologi, saraf, ortopedi dan traumatologi, bedah umum.

4) THT

Otologi, neurotologi, rinologi, laringologi-faringologi, onkologi kepala

leher, plastik rekonstruksi, bronkoesofagologi, alergi-imunologi, THT

komunitas.

5) Anestesi

Perawatan intessif /ICU, anestesi bedah jantung, torax dan

kardiovaskuler, klinik nyeri, gegional anlgesik, anestesi bedah syaraf,

anestesi pediatrik, anestesi bedah umum.

E. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut PMK No. 72 Tahun 2016, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit harus

terdapat bagian kefarmasian dengan persyaratan harus menjamin ketersediaan sediaan

12
farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Pelayanan

farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang

pelayanan kesehatan yang bermutu.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di

suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang

Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung

jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasiaan, yang ditujukan untuk

keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi indsutri farmasi yang

berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum

didistribusikan. Selain itu untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi

bahan baku, bahan pengemasan dan obat jadi dari pengaruh luar, binatang pengerat dan

serangga serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi terebut,

maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut

dengan manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007).

Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliput penerimaan,

penyimpanan, pemeliharaan, pedistribusian, pengendalian, dan pemusnahan agar

kualitas dan kauntitas tetap tejamin (BNPB, 2009).

2. Manfaat Gudang Farmasi

Manfaat pergudangan adalah agar :

13
a. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan.

b. Tertatanya perbekalan kesehatan.

c. Peningkatan pelayanan pendistribusian.

d. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat

dipertanggung jawabkan.

e. Kemudahan dalam pengendalian dan pengawasan.

f. Administrasi.

3. Persyaratan Gudang Farmasi

Gudang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar.

Persyaratannya antara lain :

a. Gudang harus mempunyai prosedur tetap (protap) yang mengatur tata cara kerja

bagian gudang termasuk didalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan

barang, peyimpanan, dan distribusi bahan atau produk.

b. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan

kering, suhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.

c. Gudang harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah

terbakar atau mudah meledak.

d. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room) dengan

kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).

14
Pengeluaran barang harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)

atau FEFO (First Expired Fisrt Out)

4. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

A. Tugas Pokok

1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi.

2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan

keamanan serta meminimalkan risiko

4) Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5) Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi

6) Melaksankan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan

Kefarmasian.

7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunannya standar pengobatan dan

formularium RS

15
B. Fungsi

1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d) Memproduksi perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

e) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

f) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2) Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

a) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga.

16
f) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.

g) Melakukan pencampuran obat suntik.

h) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

i) Melakukan penanganan obat kanker.

j) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

k) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

l) Melaporkan setiap kegiatan.

5. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Adapun tujuan dari instalasi farmasi rumah sakit terbagi atas 3 bagian yaitu :

a. Manajemen

1) Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

2) Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

3) Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga farmasi dan staf

melalui pendidikan.

4) Mewujudan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan

berdaya guna untuk pengembangan.

5) Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk

peningkatan mutu pelayanan.

b. Farmasi Klinik

1) Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk

pencegahan dan rehabilitasinya.

17
2)Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik

potensial maupun kenyataan.

3)Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja

sama pasien dan tenaga kesehatan lain.

4)Merancang, menerapkan, dan memonitoring penggunaan obat untuk

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat.

5)Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

6)Melaksanakan konseling obat bagi pasien, keluarga, dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

7)Melakukan pelayanan total parenteral nutrition.

8)Memonitor kadar obat dalam darah.

9)Melayani konsultasi keracunan.

10) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan,

penerapan dan evaluasi pengobatan.

c. K3LH ( Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup )

1)Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.

2)Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim infeksi nosokomial

6. Pengorganisasian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014 tentang standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat

18
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi kewenangan, dan tanggung jawab Rumah

Sakit. Berikut adalah beberapa orang di Rumah Sakit yang terkait dengan kefarmasian :

a. Pelayanan farmasi klinik

1) mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat

2) melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat

3) melaksanakan rekonsiliasi Obat

4) memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep

maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien

5) mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

6) melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain

7) memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya

8) melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

9) melaksanakan dispensing sediaan steril

b. Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi

(TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada

pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit

yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada

di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya

apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite

19
lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan

Obat.

Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker,

apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila

diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.

TFT mempunyai tugas:

a) mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit

b) melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium

Rumah Sakit

c) mengembangkan standar terapi

d) mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat

e) melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional

c. Tim lain yang terkait

Tim lain yang terkait dengan tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat

dibentuk sesuai dengan peran dan kebutuhan. Adapun peran Apoteker dalam Tim

lain yang terkait penggunaan Obat di Rumah Sakit antara lain:

1) Tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

2) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit

3) Tim Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

4) Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri

5) Tim penanggulangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndromes)

20
F. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP).

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan

perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan

ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan

suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, administrasi, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus

dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif

untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan pasal 15 ayat 3 UU

Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh

instalasi farmasi sistem satu pintu.

Sistem satu pintu adalah suatu kebijakan kefarmasiaan termasuk pembuatan

formularium, pengadaan dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui

instalasi farmasi rumah sakit. Dengan demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan

21
dan bahan medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab

instalasi farmasi rumah sakit.

Manfaat dari kebijakan pengelolaan sistem satu pintu.

a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai.

b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

e. Pemantauan terapi obat.

f. Penurunan resiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, bahan medis

habis pakai (keselamatan pasien).

g. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai yang akurat.

h. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan citra rumah sakit.

i. Peningkatan pendapatan rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan

keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication). High alert

medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi

kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan

Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Kelompok Obat high-alert diantaranya:

22
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan

Mirip (NORUM), atau Look Alike Sound Alike (LASA).

b. Elektrolit konsentrasi tinggi, misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih

pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat.

2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pengelolaan perbekalan farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72

Tahun 2016 Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai meliputi:

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

1) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.

2) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

telah ditetapkan

3) Pola penyakit

4) Efektifitas dan keamanan

5) Pengobatan berbasis bukti

6) Mutu

7) Harga dan

8) Ketersediaan di pasaran

23
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.

Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,

disusun oleh komie/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah

Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi

Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah

Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah

Sakit.

Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan

pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan

Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan

pengobatan yang rasional.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

1) membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional

(SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;

2) mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;

3) membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika

diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;

4) mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,

dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik;

5) membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;

6) menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;

24
7) menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan

8) melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan

melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

1) mengutamakan penggunaan Obat generik

2) memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan

penderita

3) mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas

4) praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

5) praktis dalam penggunaan dan penyerahan

6) menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien

7) memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya

langsung dan tidak lansung

8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based

medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang

terjangkau. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah

Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan

atau pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan

mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

b. Perencanaan Kebutuhan

25
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

1) Anggaran yang tersedia

2) Penetapan prioritas

3) Sisa persediaan

4) Data pemakaian periode yang lalu

5) Waktu tunggu pemesanan

6) Rencana pengembangan

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

26
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses

pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan

tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

1) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa

2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)

3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar

4) Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan

lain-lain).

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan

stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat

saat Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:

1. Pembelian

27
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan

pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat

b. Persyaratan pemasok

c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

2. Produksi Sediaan Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu

apabila:

a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran

b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri

c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus

d. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking

e. Sediaan Farmasi untuk penelitian

3. Sumbangan/Dropping/Hibah

Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus

28
disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat

membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan

pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi

kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak

sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah

Sakit.

d. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak

atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait

penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian.Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan

keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai

dengan persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai.

29
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label

yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,

tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.

2) elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk

kebutuhan klinis yang penting.

3) elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien

dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada

area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang

kurang hati-hati.

4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa

oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.

5) Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan,

dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)

tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

30
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi

untuk kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

1) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah

ditetapkan.

2) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.

3) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.

4) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.

5) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

6) Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau

menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari

tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin

mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan

sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

31
2) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi

Farmasi.

3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

4) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola

(diatas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung

jawab ruangan.

5) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

6) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

f. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi

Farmasi.

g. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,

32
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk

pasien rawat inap.

h. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c

atau a + c. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk

pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat

dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock

atau resep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan:

a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

i. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai bila

1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu

2) Telah kadaluwarsa

33
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan

4) Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:

1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai yang akan dimusnahkan;

2) Menyiapkan berita acara pemusnahan;

3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

4) Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan

asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan

penarikan.

j. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat

34
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi

(TFT) di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk Penggunaan Obat sesuai dengan

Formularium Rumah Sakit, Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi,

Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan atau kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);

b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan

berturut-turut (death stock);

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

k. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

Kegiatan administrasi terdiri dari:

1) Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,

35
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat

secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu

(bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).

Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang

berlaku.

Pencatatan dilakukan untuk:

a) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM

b) Dasar akreditasi Rumah Sakit

c) Dasar audit Rumah Sakit

d) Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

a) Komunikasi antara level manajemen

b) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di

Instalasi Farmasi

c) Laporan tahunan.

2) Administrasi Keuangan

Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka

perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.

Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian

dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,

36
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan

Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,

semesteran atau tahunan.

3) Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak

terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara

membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

G. Obat Narkotika

Menurut Undang-undang / UU No. 22 tahun 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Berdasarkan undang

– undang tersebut, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Golongan I, berpotensi sangat kuat dalam menimbulkan ketergantungan dan

dilarang untuk pengobatan. Contoh: opium, heroin, dan ganja

2. Golongan II, berpotensi kuat dalam menimbulkan ketergantungan dan digunakan

secara terbatas untuk pengobatan. Contoh: petilidin, candu, dan betametadol

37
3. Golongan III, berpotensi ringan dalam menimbulkan ketergantungan dan banyak

digunakan untuk pengobatan. Contoh: asetil dihidrocodeina, dokstroproposifen,

dan dihidrocodeina

H. Obat Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku ( Undang-Undang No.

5 tahun 1997). Zat yang termasuk golongan psikotropika dibedakan menjadi 4

golongan, yaitu :

1. Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan

ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh: ekstasi

(MDMA = 3,4-methylenedeoxy methamfetamine), LSD (lysergic acid

diethylamid), dan DOM.

2. Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan ketergantungan.

Contoh: amfetamin,  metamfetamin (sabu), dan fenetilin.

3. Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan,

dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh:

amorbarbital, brupornorfina, dan magadon (sering disalahgunakan).

4. Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan,

dapat digunakan untuk pengobatan terapi harus dengan resep dokter. Contoh:

38
diazepam, nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo (sering disalah

gunakan), obat penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).

I. Unsur Pengelola dan Sarana Manajemen Penyimpanan Obat

Unsur pengelola dan sarana yang harus tersedia di dalam kegiatan manajemen

penyimpanan obat terdiri dari :

1. Personil (Sumber Daya Manusia) Penyimpanan Obat

Dalam pelaksanaan penyimpanan obat di gudang, minimal terdapat beberapa

personil, yang terdiri dari :

2. Atasan Kepala Instalasi Farmasi, tugasnya:

a. Membuat perintah tertulis kepala Kepala Gudang untuk menerima,

menyimpan dan mengeluarkan obat

b. Menindaklanjuti laporan atas terjadinya kehilangan atau bencana alam

c. Melaporkan secara berkala pelaksanaan tugasnya kepada atasannya.

3. Kepala Gudang, tugasnya:

a. Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan

pengeluaran obat.

b. Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Persediaan Obat

c. Melaporkan hasil pencatatan barang/obat persediaan secara berkala

d. Melaporkan dalam bentuk Berita Acara, apabila terjadi hal yang khusus

(bencana alam, hilang, kebakaran, dll).

4. Penerimaan dan Penyimpanan

39
a. Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi pergudangan.

b. Mengatur/menyusun obat dalam gudang penyimpanan.

c. Mengumpulkan barang/obat yang akan dikeluarkan.

d. Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Obat dan mencatat jumlah obat

yang diberikan/dikeluarkan pada Surat Perintah Mengeluarkan Barang.

e. Memelihara dan merawat barang-barang dan obat dalam gudang

penyimpanan.

f. Menyusun atau membuat laporan tentang hasil pencatatan dan pembukuan

obat persediaan.

5. Staf Pelaksana Gudang, tugasnya yaitu membantu pengurusan obat dalam hal

mengumpulkan, pengepakan, memelihara atau merawat obat, dan lain-lain.

Adapun persyaratan personil gudang farmasi, minimal :

a. 1 orang Atasan Kepala instalasi farmasi (apoteker)

b. 1 orang Kepala Gudang (S1 farmasi)

c. 1 orang Penerimaan dan Penyimpanan (DIII)

d. 1 orang Staf Pelaksana Barang (SMF)

J. Sarana Penyimpanan Obat

Sarana penyimanan obat di rumah sakit biasanya berupa gudang penyimpanan.

Gudang penyimpanan obat terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

1. Gudang Terbuka

40
a. Gudang terbuka yang tidak diolah, yaitu berupa satu lapangan terbuka yang

permukaannya diratakan tanpa perkerasan.

b. Gudang terbuka diolah, yaitu lapangan terbuka yang sudah diratakan dan

diperkeras atau dipersiapkan dengan melapiskan bahan yang serasi,

sehingga dapat dilaksanakan pekerjaan-pekerjaan pengaturan barang-barang

(material handling) dengan efisien.

2. Gudang Semi Tertutup atau Lumbung

Merupakan suatu kombinasi antara penyimpanan terbuka dan

penyimpanan dalam gudang.

3. Gudang Tertutup

Gudang tertutup merupakan suatu ruang penyimpanan dalam suatu

bangunan yang beratap dan berdinding.

K. Prasarana (Peralatan atau Fasilitas)

Penyimpanan Obat Peralatan dan fasilitas yang biasa digunakan dalam penyimpanan

obat di gudang farmasi rumah sakit, antara lain :

1. Lemari atau rak yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya

gudang, gunanya untuk menyimpan obat.

2. Ganjal atau pallet, gunanya sebagai alas penumpuk barang, agar barang mudah

dipindahkan dan menghindari kerusakan barang karena pengaruh kelembaban

lantai.

41
3. Lori dorong yang berguna untuk mengangkut atau memindahkan barang/obat

dalam gudang.

4. Hand palet track yang fungsinya sama dengan lori dorong.

5. Forklift, gunanya untuk mengangkut barang/box yang besar atau berat yang

tidak mungkin untuk diangkut oleh tenaga manusia.

6. Alat pembuka peti yang berguna untuk membuka peti kemas.

7. Alat eyzer gunanya untuk mengikat peti kemas.

8. Kendaraan roda empat (box), untuk mengangkut dan mendistribusikan

barang/obat.

L. Dokumen Penyimpanan Obat

a. Buku Harian Penerimaan Obat

Buku harian penerimaan obat berisi semua catatan penerimaan obat maupun

catatan tentang dokumen obat yang akan diterima. Buku harian tersebut

diselenggarakan oleh pengurus barang atau obat dengan diketahui oleh kepala

gudang.

b. Buku Harian Pengeluaran Obat

Buku harian pengeluaran obat berisi semua catatan mengenai obat maupun

catatan tentang dokumen obat yang akan dikeluarkan.

c. Kartu Stok

42
Kartu stok obat berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat berdasarkan

dokumen penerimaan atau dokumen pengeluaran. Kartu tersebut dicatet dan

disimpan oleh Kepala Gudang atau Penerimaan dan Pengadaan.

Kartu stok obat merupakan :

a. Pencerminan obat yang ada di gudang

b. Alat bantu dan alat kontrol Kepala Gudang untuk membuat persetujuan

pengeluaran barang atau obat.

c. Sebagai bahan atau data dalam menyusun rencana kebutuhan berikutnya.

d. Kartu Persediaan Obat

Kartu persediaan obat berisi catatan/penerimaan dan pengeluaran obat

sesuai dengan dokumen penerimaan/pengeluaran obat. Kartu tersebut

diselenggarakan oleh Kepala Gudang yang berguna untuk:

1) Pertanggung jawaban Kepala Gudang.

2) Sebagai alat kontrol bagi Kepala Gudang.

3) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat dan

menentukan kebutuhan berikutnya.

e. Mengetahui jumlah harga barang berdasarkan penerimaan dan pengeluaran

obat-obatan.

f. Blanko permintaan barang item

43
Dokumen ini berisi daftar, jumlahdan item barang atau obat yang telah

dikeluarkan dari gudang penyimpanan dan diterima oleh bangsal rawat inap

dan apotek, blangko ini ditanda tangani oleh kepala ruangan.

g. Faktur

Dokumen yang berisi daftar dan jumlah obat serta alamat tujuan obat

yang dikirim.Dokumen ini diselenggarakan oleh Pengurus Barang/obat

dengan diketahui oleh Kepala Gudang.

h. Daftar isi kemasan/packing list

Dokumen yang berisi item dan jumlah obat atau alkes beserta harga dari

distributor dokumen ini diterima dengan dokumen datang dan di tanda

tangani oleh penerima dan penyimpanan barang.

M. Ketentuan Resep

Ketentuan resep meliputi :

1. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.

2. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib

menanyakan kepada penulis resep.

3. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter

penulis resep.

4. Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab

sepenuhnya dipikul oleh dokter yang bersangkutan (dokter wajib

44
menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di

atas resep).

5. Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang berbahaya

dan tidak dapat menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat

ditunda.

6. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.

7. Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral

(injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi

dan mulut.

8. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberikan

tanda ”cito (segera), urgent, statim (segera sekali), P I M / periculum in mora

(berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan resep, dan harus didahulukan

dalam pelayanannya.

9. Resep p.p / pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat

meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.

10. Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka

apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama

11. Resep yang mengandung narkotika :

a. Harus ditulis tersendiri dan ada tanda tangan dokter.

b. Tidak boleh ada iterasi (ulangan).

45
c.  Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/ususpropius

(untuk pemakaian sendiri).

d. Alamat pasien ditulis dengan jelas.

e. Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus

cognitus (sudah tahu aturan pakai).

f. Nama obat narkotika ditandai dengan garis merah.

N. Pengelolaan Resep

Pengelolaan resep meliputi :

1. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor

penerimaan / pembuatan resep.

2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya, tandai

garis merah di bawah nama obatnya.

3. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara

pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang

memadai.

4. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker pengelola bersama dengan sekurang-

kurangnya seorang petugas apotek.

5. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acara pemusnahan yang

mencantumkan :

a. Hari & tanggal pemusnahan

b. Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep

46
c. Berat resep yg dimusnahkan dalam kilogram.

d. Tanda tangan apoteker yang melakukan pemusnahan dan saksi

e. Dokumentasi berupa foto (bila ada).

O. Definisi Copy Resep

Copy resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Istilah lain

dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila Apoteker Pengelola

Apotek berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf

pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau

Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat

penderita-penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang

menurut perundang-undangan yang berlaku.

1. Bagian-bagian dari copy resep

Salinan resep memuat :

a. Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli

b. Nama dan alamat apotek

c. Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek

d. Tanda tangan atau paraf APA

e. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur

untuk obat yang belum diserahkan

f. Nomor resep dan tanggal peresepan

47
2. Ketentuan Copy Resep

Ketentuan copy resep meliputi :

a. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh

apoteker pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau

apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang

bersangkutan).

b. Resep atau salinan resep harus dirahasiakan.

c. Resepa tau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep

atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan

atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Resep untuk pengobatan segera

Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda:

a. Cito : segera

b. Urgent : penting

c. Statim : segera sekali

d. P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.

Pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini

termasuk resep antidotum.Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka

dalam resep ditulis Iteratie.Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan

48
iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X .Untuk resep yang

mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep baru

49
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

Gambar 1. Gedung RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang


(Sumber : Ditjen Yankes , 2017)

A. Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang

Status Kepemilikan : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Pengelolaan : Badan Layanan Umum

Kode Rumah Sakit : 167.1013

Direktur Utama : dr. Bambang Eko Sunaryanto, SP.KJ, MARS

Direktur Perencanaan, Organisasi : Drs. Amrizal M.Apt, M.Kes, MARS

Direktur Sumber Manusia : dr. Msy. Rita Dewi, M.S. SP.A (K), MARS

Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang : dr. Zubaedah, SP.P., MARS

48
Direktur Keuangan : Ekwanto, SE., MM

Alamat : Jl Jend. Sudirman km 3,5 Palembang 30126

Kecamatan/Kota : Ilir Timur I/Palembang

Telepon/Fax : +62 711 354088 (Hunting)

E-mail : humas.rsmh@gmail.com

Kelas Rumah Sakit : Rumah Sakit Pendidikan Kelas A, Rumah Sakit

Rujukan nasional berstandar internasional, Akreditasi JCI (Joint Commission

International).

Kapasitas Tempat Tidur : 969

Luas Tanah : 218.455 m²

Tahun Pembangunan : 1953

Tahun Operasional : 1957

B. Sejarah dan Akreditasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad

Hoesin Palembang

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin adalah rumah sakit umum milik

pemerintah di kota palembang, indonesia. RSUP dr. Mohammad Hoesin melaynai

berbagai pelayanan kesehatan (rawat inap, rawat jalan, rawat darurat, graha spesialis dan

penunjang medis), memiliki 969 tempat tidur dengan karyawan mencapai 2886 pegawai

medis dan non medis. Pada pertengahan tahun 2005, RSUP dr. Mohammad Hoesin

berstatus BLU (Badan Layanan Umum Perusahaan Jawatan. RSUP dr. Mohammad

49
Hoesin berfiliasi dengan Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Palembang RSUP

dr. Mohammad Hoesin palembang didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri

Kesehatan RI dr. Mohammad Ali (Dr. Lee kiat Teng) dengan biaya pemerintah pusat

pada tanggal 03 januari 1957 rumah sakit ini operasional yang dapat melayani

masyarakat se-Sumatra selatan, Lampung, Jambi,Bengkulu, dan Bangka Belitung. RSUP

dr. Mohammad Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap

(fasilitas 78 tempat tifur) beberapa waktu kemudian memiliki pelayanan Laboratorium,

Apotek, Radiologi, Emergency dan peralatan penunjang lainnya, seiring dengan

berkembang, baik fasilitas, sarana dan prasana sumber daya manusianya tersedia para

spesialis lengkap dan beberapa sub spesialis sehingga mengubah tipenya dari kelas C

menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Tipe B dan sekarang menjadi Rumah Sakit Rumah

Sakit Pendidikan Kelas A, Rumah Sakit Rujukan nasional berstandar internasional,

Akreditasi JCI (Joint Commission International) dan menjadi Rumah Sakit terbesar dan

sebagai pusat rujukan layanan kesehatan se-sumatra selatan, Jambi, Bengkulu,

Lampung, dan Bangka belitung.

Pada tahun 1993-1194 RSUP Palembang mengubah status dari RS Vertikal (R

Penerima Negara Bukan Pajak) menjadi RS Swadana sesuai SK. Menkes RI No.

129/Menkes/SK/XI/1997 RSUP palembang resmi bernama RSUP dr. Mohammad

Hoesin Palembang dengan UU No 20/1997 menjadi Rumah sakit Instansi pengguna

PNPB, dimana rumah sakit dapat memanfaatkan dana dari hasil pendapatan sesuai

50
dengan anggaran yang diproyeksikan rumah sakit dan diselaraskan dengan pendepatan

melalui prosedur KPKN disamping itu subsidi Pemerintah Tetap seperti sediakala.

2. Akreditasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin merupakan Rumah Sakit Pendidikan

Kelas A Fakultas Kedokteran Sriwijaya dan telah ditetapkan sebagai RS Rujukan

Nasional oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/MENKES/390/2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pedoman Penetapan

Rumah Sakit Rujukan Nasional serta telah Terakreditasi KARS pada bulan November

2019 dan RSMH berhasil lulus Tingkat Paripurna, sementara pada bulan Januari 2020

dilakukan kegiatan Mock Survey Akreditasi JCI di RSMH dan berhasil mendapatkan

Akreditasi Internasional dari Commision Internasional (JCI).

C. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin

Palembang

1. Visi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

“Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang Mandiri dan Terpercaya”.

2. Misi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

a. Menyelenggarakan standarisasi Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian

b. Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya kerja

c. Menyelenggrakan produktivitas dan efisiensi

d. Menjalin kemitraan dengan jaringan bisnis rumah sakit secara komprehensif dan

berkelanjutan.

51
D. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin

Palembang

1. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang

kesehatan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

2. Menghasilkan tenaga profesional dalam bidang kedokteran, spesialis dan

keperawatan yang berkualitas dan bermoral tinggi.

3. Terpenuhinya sarana dan prasarana.

4. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.

E. Fungsi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

1. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan promotif,

preventif, kuratif, maupun rehabilitatif secara paripurna.

2. Pengembangan pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kegawatdaruratan,

gastroentrologi, rehabilitasi medis, cardiovaskuler, stroke, reproduksi,

transplantasi dan pelayanan penunjang.

3. Pelayanan kesehatan lainnya pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang

kesehatan.

F. Motto RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Kesembuhan dan kepuasan Anda merupakan kebahagiaan kami.

G. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

52
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dikepalai oleh direktur utama dibawah

dewan pengawas. Direktur Utama membawahi Direktur Medik dan Keperawatan,

Direktur Umum, SDM, dan Pendidikan, dan Direktur Keuangan.

Direktur Medik dan Keperawatan membawahi bidang pelayanan medik, pelayanan

keperawatan, dan bidang fasilitas pelayanan medik serta membawahi departemen bedah,

rehabilitasi medik, penyakit dalam, radiologi, kesehatan anak, obgyn, telinga hidung

tenggorokan, syaraf, mata, kulit kelamin, anastesi, patologi klinik, patologi anatomi,

kedokteran forensik, gigi dan mulut, jiwa, kardiologi, mikrobiologi. Selain itu

membawahi instalasi seperti rawat jalan, rawat darurat, rawat inap utama, rawat inap

bedah, rawat inap non-bedah, rawat inap obgyn, rawat inap kesehatan anak, rawat

intensif, bedah sentral, rehabilitasi medis, dan graha spesialis.

Untuk Instalasi Farmasi dibawahi oleh direktur umum, SDM, dan pendidikan.

Instalasi lainnya yang sama, yaitu instalasi gizi, pemulasaraan jenazah, radiologi,

patologi anatomi, laboratorium, sterilisasi linen gas medik, IPSRS (Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit), hukum humas, diklat dan kesehatan lingkungan.

Selain itu terdapat bagian umum, bagian SDM dan diklit dibawah direktur umum, SDM

dan pendidikan.

Direktur Keuangan membawahi bidang perencanaan anggaran, bagian

perbendaharaan dan mobilitas dana, bagian akuntansi serta instalasi teknologi informasi

dan PPAT (Pusat Pelaporan Analisa Transaksi).

H. Instalasi Farmasi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

53
1. Falsafah, Misi dan Tujuan Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang

a. Falsafah

Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang optimal dan terpadu, berorientasi

kepada penyembuhan pasien dengan penyediaan obat yang bermutu, rasional dan

terjangkau bagi seluruh masyarakat.

b. Visi

Menjadi pusat pelayanan farmasi, pendidikan, dan penelitian yang terbaik dan

bermutu se-Sumatera Selatan.

c. Misi

Memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal, berorientasi kepada

pelayanan pasien secara terpadu, dengan penyediaan obat yang bermutu, dan

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat (Efektif, Aman, Rasional dan Murah

atau EARMU), dalam rangka menunjang dan meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

d. Tujuan

1) Agar terlaksana pengadaan obat yang bermutu dengan harga terjangkau.

2) Agar terlaksana pembuatan obat yang sesuai dengan CPOB (Cara Pembuatan

yang Obat).

3) Agar terjamin mutu dan keamanan obat selama penyimpanan dan penyaluran

obat.

54
4) Agar terlaksana pengawasan terhadap penyalahgunaan obat atau penggunaan

salah obat.

5) Agar terlaksana pelayanan pemberian obat, pelayanan informasi obat dan

pelayanan kefarmasian lain yang menunjang penggunaan obat rasional.

6) Agar dapat membantu RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam

melaksanakan pendidikan dan penelitian.

7) Agar terlaksana penelitian dan pengembangan di bidang kefarmasian.

2. Tugas Pokok, Fungsi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang

a. Tugas pokok

Melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang mencakup:

1) Penyiapan fasilitas untuk melakukan tugas peracikan dan pengelolaan

perbekalan farmasi yaitu perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, dan pengawasan.

2) Pelayanan farmasi klinik (infomasi obat, menitoring efek samping obat,

pemantauan terapi obat, dan sebagainya).

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi mempunyai fungsi:

1) Menyiapkan semua data-data yang berkaitan dengan kefarmasian dalam

rangka membantu Direktur dalam pembuatan kebijakan yang berhubungan

dengan kefarmasian.

55
2) Monitoring dan pelaporan kefarmasian.

3) Penyiapan data-data untuk perencanaan pengadaan obat, alat kesehatan,

reagen, film dan sediaan farmasi lainnya.

4) Penyimpanan dan penyaluran obat-obat, alat kesehatan, reagen, film dan

sediaan farmasi lain

5) Pelayanan informasi obat dan pelayanan farmasi medik

6) Pelayanan kefarmasian untuk pasien yang berobat ke RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang

7) Distribusi mencakup pasien rawat jalan dan rawat inap, ruangan di

lingkungan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang

Gambar 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP


Dr. Mohammad Hoesin Palembang

56
Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin dibawah Direktur Umum, SDM

dan Pendidikan yang dikepalai oleh kepala Instalasi Farmasi. Instalasi farmasi memiliki

4 sub koordinator pelayanan yang dibawahi kepala Instalasi Farmasi yaitu, Koordinator

Persediaan Farmasi, Koordinator Mutu dan Keselamatan, Koordinator Pelayanan

Farmasi, dan Koordinator Farmasi Klinik.

Koordinator Persediaan Farmasi membawahi Kepala Tim ADM dan Logistik dan

Kepala Tim Gudang dimana setiap Kepala Tim membawahi Pelaksana dan Pramubakti

sedangkan Koordinator Mutu dan Keselamatan membawahi Pelaksana.

Koordinator Pelayanan Farmasi membawahi Kepala Tim TPO Rawat Jalan,

Kepala Tim TPO Graha Spesialis, Kepala Tim TPO Instalasi Rawat Darurat Atas dan

Bawah, Kepala Tim TPO One Day Care, Central Operating Theatre Atas dan Bawah,

Kepala Tim TPO Brain Heart Centre,, Kepala Tim TPO Handling Sitostatik, Kepala

Tim TPO Rawat Inap, Kepala Tim TPO Anak.

Koordinator Farmasi Klinik membawahi Staf Fungsional Apoteker yang mana

setiap apoteker memiliki tanggung jawab di masing-masing TPO.

4. Uraian Tugas

a. Kepala Instalasi Farmasi

1) Memimpin, merumuskan program kerja, rencana kerja, tata kerja Instalasi

Farmasi, dan kebijakan interen Instalasi Farmasi yang merujuk dan tidak

bertentangan dengan kebijakan RSMH.

57
2) Mengkoordinasikan, mengendalikan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan di

lingkungan Instalasi Farmasi.

3) Memberikan motivasi, penilaian kerja, sanksi dan penghargaan kepada pegawai

Instalasi Farmasi.

4) Mempelajari dan mengkaji laporan, saran, hasil kerja staf dan pegawai Instalasi

Farmasi.

5) Mengadakan rapat staf dan Petugas Instalasi Farmasi terkait secara rutin dan

insidentil dengan prinsip KIS (Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi).

6) Mencarikan solusi dan alternatif penyelesaian masalah yang timbul.

7) Menyampaikan laporan berkala seluruh kegiatan Instalasi Farmasi kepada

pimpinan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

8) Memberikan saran atau masukan dan berkonsultasi dengan pimpinan RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang untuk kelancaran tugas Instalasi Farmasi.

9) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

b. Koordinator Pelayanan Farmasi

Dalam melakukan tugasnya, bertanggung jawab kepada kepala Instalasi Farmasi

dengan tugas sebagai berikut:

1) Mengkoordinir proses penyusunan, penyeleksian serta pengolahan data dalam

rangka perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi di TPO (Tempat Pelayanan

Obat) untuk pelayanan pasien

58
2) Mengkoordinir proses penyusunan, penyeleksian serta pengolahan data dalam

rangka perencanaan kebutuhan ATK, rumah tangga, dan kebutuhan TPO

3) Mengkoordinir proses penyiapan data untuk pembuatan laporan bulanan, triwulan,

semester dan tahunan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di TPO

4) Mengawasi dan memantau proses penyiapan perbekalan farmasi dibawah

koordinasinya

5) Mengkoordinir penyiapan data untuk pembuatan laporan bulanan pemakaian obat

narkotika dan psikotropika di TPO.

6) Mengkoordinir penyiapan data untuk pembuatan laporan hasil pelaksanaan Stock

Opname.

c. Ketua Tim

Dalam melakukan tugasnya, bertanggung jawab kepada koordinator atasan

langsung dalam hal sebagai berikut:

1) Menerima, menyimpan, mengadministrasikan dan menyimpan dokumen barang

farmasi yang telah diperiksa.

2) Menyusun dan membuat daftar permintaan kebutuhan barang farmasi dan barang

rumah tangga.

3) Menyiapkan bahan dan data barang farmasi yang akan diinformasikan oleh

apoteker penanggung jawab.

4) Melayani dan menyiapkan bahan untuk kebutuhan perencanaan, penelitian yang

diminta oleh Apoteker Penanggung Jawab.

59
5) Melaksanakan penyiapan untuk produksi obat dibawah pengawasan Apoteker.

6) Mencatat semua yang berkaitan dengan pelaksanaan penyiapan, pengerjaan dan

pengemasan obat dalam rangka pelayanan obat kepada pasien.

7) Menyiapkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.

8) Menyiapkan bahan dan data untuk menunjang penyusunan rencana bulanan,

triwulan dan tahunan.

9) Melaporkan fasilitas yang perlu diperbaiki, direnovasi ataupun dihapuskan.

10) Menyiapkan bahan dan data yang dibutuhkan untuk mengikuti rapat atau

pertemuan.

11) Menyiapkan jadwal dinas petugas untuk diajukan kepada Apoteker Penanggung

Jawab.

d. Pelaksana

Dalam melakukan tugasnya, bertanggung jawab kepada Ketua Tim dalam hal

sebagai berikut:

1) Melaksanakan tugas-tugas pelayanan kefarmasian dilingkungan farmasi yang

mencakup peracikan, pencampuran, pengemasan kembali, pendistribusian,

penyimpanan, pembuatan dan administrasi barang farmasi.

2) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengatur ruang dan penanggung

jawab.

3) Melaksanakan rapat internal.

60
I. Manajemen Persediaan Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

1. Pemilihan Perbekalan Farmasi

Pemilihan merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

Pemilihan obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin merujuk kepada beberapa pedoman,

diantaranya :

a) Daftar Formularium Nasional untuk gudang JKN.

b) Formularium Rumah Sakit untuk gudang umum.

Pemilihan obat dilakukan oleh Panitia Farmasi Terapi (PFT) dan Apoteker

masing-masing TPO dengan melihat penggunaan obat 2 minggu sebelumnya.

2. Perencanaan Perbekalan Farmasi

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,

tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari

kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,

kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia

61
b. Penetapan prioritas

c. Sisa persediaan

d. Data pemakaian periode yang lalu

e. Waktu tunggu pemesanan

f. Rencana pengembangan

3. Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi

dengan harga yang layak dengan mutu baik, pengiriman barang terjamin dan tepat

waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.

Pengadaan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dilakukan melalui pembelian.

Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan perbekalan

farmasi. Pengadaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

dibuat berdasarkan kebutuhan dari masing-masing TPO yang dikumpulkan ke dalam

buku pesanan obat atau alat kesehatan. Setelah mendapat persetujuan dari kepala

Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin maka dibuatlah surat pesanan yang

ditujukan kepada distributor atau PBF. Tiap gudang akan memesan obat dalam 2 minggu

sekali berdasarkan kebutuhan bangsal- bangsal yang merujuk pada pedoman diatas.

Terdapat 2 tipe pembelian yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang, yaitu:

1) Tender

62
Pembelian secara tender dilakukan untuk obat, alat kebutuhan ruangan, dan alat

kesehatan. Biasanya dilakukan sekali dalam setahun, menggunakan dana APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara).

2) Pembelian Langsung

Pembelian obat yang dilakukan melalui surat pesanan atau order dan

langsung ditujukan kepada distributor atau PBF. Pemesanan ini dilakukan

dengan cara memberikan surat pemesanan kepada salesmen atau melalui

telepon. Khusus untuk pemesanan narkotika harus dipesan secara langsung

dengan pembayaran tunai.

4. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang

harus tersimpan dengan baik.

5. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan

adalah:

a. Memelihara mutu sediaan farmasi.

b. Menghindari penggunaan penggunaan yang tidak bertanggungjawab.

63
c. Menjaga ketersediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Metode penyimpanan dapat

dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan

menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)

disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan sudah berlaku sistem

penyimpanan dengan pemberian label khusus agar menghindari kesalahan, yaitu:

1) LASA ( Look Alike Sound Alike)

Gambar 4. Daftar obat-obat yang termasuk Look Alike dan Sound Alike (LASA)

64
LASA (Look Alike Sound Alike) adalah istilah yang dipakai untuk obat yang

mempunyai nama, tampilan, dan ucapan yang mirip. Obat ini harus diletakkan ditempat

yang terpisah dengan obat lain yang mempunyai kemiripan. Untuk mempermudah dan

agar selalu meningkatkan kehati-hatian tenaga kefarmasian dalam mengambil obat, di

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang obat berkategori LASA ditempatkan pada

satu area, tetapi untuk obat yang mempunyai kemiripan diletakkan terpisah satu sama

lain dengan cara memisahkannya dengan obat lain yang berbeda. Stiker LASA berwarna

kuning cerah dan bertuliskan “LASA”. Contoh obat yang diberi label LASA:

Celebrex−Cerebryx, Nicardipine−Nifedipine, Dobutamine-−Dopamine.

2) High Alert

Gambar 5. Daftar obat-obat yang termasuk High Alert

65
Obat yang berkategori High Alert adalah obat yang dapat menimbulkan cedera jika

terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya:

a) Menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin,

kemoterapi, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan

agonis adrenergik.

b) Kelompok obat antidiabetes jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara

alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah. Stiker obat ini berwarna merah dan

bertuliskan “High Alert”. Kategori obat yang diberi label High Alert, yaitu:

epinefrin, propanolol, propofol, ketamin, lidokain, amiodarone, warfarin, heparin

intravena, trombolitik (alteplase), obat-obat kemoterapi, parenteral dan oral,

dextrose hipertonis ≥ 20 %, dextrose 40 %, digoxin, midazolam, kloralhidrat,

pethidin, fentanil, morfin, codein, MST tablet, durogesic patch, codipront, injeksi

magnesium sulfat, oxitosin IV, KCl pekat untuk injeksi, NaCl untuk hipertonik >

0,9%.

3) Sitostatika

Sitostatika adalah obat kanker yang mempunyai efek toksis dan perlu tindakan

hati-hati dalam penanganannya. Stiker obat ini berwarna ungu dan bertuliskan “obat

kanker tangani dengan hati-hati”. Contoh obat kanker yang diberi label ini, yaitu

Carbolatin, Cisplatin, Doxorubicin, Methotrexate, Paclitaxel, Rituximab, dan Vincristin.

Gudang farmasi RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang terbagi menjadi 2

gudang besar yaitu Gudang Master dan gudang Instalasi Farmasi. Gudang Instalasi

66
farmasi dibagi lagi menjadi tiga ruangan yaitu Gudang Obat, Gudang Alat Kesehatan

dan Gudang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

1. Gudang Obat

Gudang obat adalah tempat penyimpanan obat, baik obat yang stabil pada

suhu ruang atau obat yang stabil pada suhu dingin sebelum didistribusikan ke TPO-

TPO. Suhu ruangan gudang terjaga dengan baik karena adanya AC yang membuat

ruangan sejuk dan selalu dipantau suhunya. Untuk obat yang stabil pada suhu dingin,

terdapat beberapa chiller yang ada di gudang ini, suhu chiller selalu dijaga dan dicatat

agar tidak melebihi batas maksimal, thermometer chiller di gudang ini memiliki

alarm yang bisa berbunyi ketika hal ini terjadi.

Selain penyimpanan sesuai suhu obat disusun sesuai bentuk sediaannya, ada

golongan sirup, tablet, injeksi, topikal dan lain-lain secara alfabetis. Untuk obat yang

masuk dalam kategori LASA (Look Alike Sound Alike) terdapat lemari khusus LASA

dimana obat disimpan secara alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA, yaitu obat

dikelang penyimpanannya dengan obat yang mirip nama, rupa atau bentuknya agar

tidak tertukar dan ditempeli stiker LASA. Ada juga lemari untuk obat High Alert

yang ditempeli selotip merah dan tiap kemasan obatnya dipasangi stiker High Alert

berwarna merah.

Gudang ini menerapkan prinsip FIFO (First In First Out ) dan FEFO (First

Expired First Out) dengan kartu stok yang ada pada tiap obat agar stok obat selalu

terkendali dan tidak keliru jumlah keluar masuknya.

67
2. Gudang Alat Kesehatan

Gudang ini menyimpan alat-alat kesehatan baik yang digunakan petugas

medis atau alat kesehatan yang digunakan oleh pasien seperti handscoon, spuit

injeksi, NGT, IV catheter dan infusion set.Di gudang ini juga tersimpan Bahan Habis

Pakai seperti kapas, perban, plester dan lain-lain. Gudang ini dilengkapi AC untuk

menjaga suhunya agar tetap stabil dan sama seperti gudang obat, tiap barang

dilengkapi kartu stok untuk mempermudah pencatatan stoknya.

3. Gudang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Gudang ini terdapat bahan-bahan yang bersifat oksidator dan mudah terbakar.

Disetiap bahan terdapat kartu stok untuk mempermudah pencatatan barang yang

masuk dan keluar.Bahan-bahan tersusun dan tersimpan rapi dalam rak besi. Gudang

ini juga digunakan sebagai tempat pembuatan reagen dan obat cairan yang

direkonsitusi seperti carbo gliserin.

Ketiga gudang diatas memiliki penanggung jawab masing-masing. Pada saat

petugas dari TPO ingin melakukan amprah barang baik obat, alat kesehatan maupun

B3, petugas TPO diharuskan melakukan entry/posting pesanan ke gudang melalui

SIM RS. Setelah itu, pihak gudang akan mengonfirmasi pesanan yang diterima

beserta jumlah barang yang akan dipenuhi permintaannya, lalu mencetak lembar

Bukti Distribusi Barang yang berisi nomor ditribusi, tanggal distribusi, gudang yang

memnuhi, gudang yang meminta, catatan serta nomor, kode, nama item, pesanan,

jumlah yang dipenuhi, satuan item, harga satuan, harga total + PPN dan harga total

68
distribusi. Terdapat tempat paraf untuk petugas yang menyerahkan dan petugas yang

menerima.

Lembar tersebut diprint, petugas gudang menyiapkan barang yang diminta

dan diletakkan di sebuah container plastik besar. Setelah semua barang diambil,

jumlahnya akan dicek ulang. Bila jumlahnya telah benar, barang siap diambil petugas

dari masing-masing TPO dimana petugas akan mengecek barang, kondisi serta

jumlahnya lalu menandatangani lembar Distribusi Barang dan mengambil satu

rangkap, mengembalikan sisa lembarnya lalu membawa barang tersebut kembali ke

TPO mereka masing-masing.

6. Distribusi Perbekalan Farmasi

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan

serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah tersedianya

perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah.

Distribusi perbekalan farmasi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ada 3 sistem:

a. Distribusi dari Gudang Farmasi ke TPO

Sistem distribusi obat dan alat kesehatan dari Gudang Farmasi ke TPO disesuaikan

dengan kebutuhan dan permintaan obat atau ampragh menggunakan SIM (Sistem

Informasi Manajemen) secara online sehingga efesien dan efektif. Yang mengambil obat

ke Gudang Farmasi adalah asisten apoteker di masing–masing TPO. Distribusi Obat di

69
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang menggunakan sistem 1 pintu artinya semua

TPO hanya dapat mengambil obat dari satu tempat, yaitu Gudang Farmasi.

Cara distribusi narkotika dan psikotropika ke TPO sama dengan pendistribusian

obat-obat lainnya. Narkotika dan psikotropika di-entry secara komputerisasi ke gudang

untuk memesan lalu pihak gudang akan memberikan faktur tanda bukti penyerahan obat

untuk ditandatangani dan obat diberikan ke petugas TPO.

b. Distribusi dari TPO ke bangsal

Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari TPO ke bangsal dilakukan dengan cara

UDD (Unit Dose Dispensing). Pemberian obat secara UDD atau pemberian obat untuk

satu hari adalah khusus untuk pasien rawat inap. Dalam sistem ini dokter menuliskan

resep untuk pasien rawat inap yang berlaku untuk kebutuhan satu hari. Obat tersebut

diantarkan di tiap-tiap bangsal Rumah Sakit sesuai dengan CPPF oleh Asisten Apoteker

di masing-masing TPO. Cara ini dilakukan di TPO Rawat Inap, TPO BHC, TPO COT

bawah, TPO Anak, TPO PDL.

c. Sistem Resep Perorangan

Sistem resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter langsung untuk tiap

pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh TTK

sesuai dengan resep. Sistem ini dilakukan oleh TPO Graha Spesialis dan TPO Rawat

Jalan. Pasien membawa resep dari dokter dan memberikan kepada petugas kefarmasian

di TPO dan secara langsung akan diberikan kepada pasien. Namun, sedikit berbeda

dengan system di TPO kemoterapi, perawat akan membawa resep obat yang akan

70
dicampurkan untuk pasien kemoterapi, petugas kefarmasian akan menyiapkan obat, obat

akan didistribusikan.

Cara distribusi untuk pasien Rawat Jalan menggunakan sistem Individual Order.

Dalam sistem ini dokter menuliskan resep untuk pasien rawat jalan yang berlaku untuk

30 hari. Cara distribusi individual dari TPO langsung ke dokter dilakukan oleh TPO

Instalasi Gawat Darurat dan COT Atas. Dokter menulis obat dan alat kesehatan di

lembar permintaan perbekalan farmasi dan mendapatkan obat serta alat kesehatan secara

langsung untuk keperluan pasien. Apabila pasien akan pindah ruangan KIM akan

diberikan kepada pasien. Sedangkan apabila pasien pulang, KIM tersebut diberikan ke

administrasi dan pasien membayar obat di kasir lalu mendapatkan obat lanjutan di TPO

Instalasi Rawat Darurat. Ada juga cara yang distribusi yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pasien apabila kekurangan obat dan alat kesehatan di TPO, yaitu meminta ke

TPO lain dengan bukti lembar distribusi barang.

Cara distribusi obat atau alat kesehatan dari TPO ke TPO lain adalah untuk

memenuhi kebutuhan pasien. Misalnya TPO IGD Bawah membutuhkan Lovenox 4

buah, tetapi stok di TPO ini habis. Maka TPO IGD Bawah tersebut mengecek stok

ketersediaan obat tersebut secara online untuk mengetahui TPO manakah yang memiliki

stok obat tersebut. Hasil pencarian secara online ditemukan bahwa TPO Rawat Inap

masih memiliki banyak stok untuk Lovenox, maka TPO IGD Bawah meminta Lovenox

ke TPO Rawat Inap. Prosedurnya adalah petugas TPO IGD Bawah membuat postingan

secara online yang ditujukan ke TPO Rawat Inap, kemudian petugas mendatangi TPO

71
Rawat Inap. Bukti permintaan yang diprint lembar diberikan ke TPO Rawat Inap. Obat

diberikan ke petugas TPO IGD Bawah. Stok obat Lovenox di TPO Rawat Inap akan

berkurang 4 buah.

7. Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi

a. Pencatatan Perbekalan Farmasi di Gudang

Pencatatan perbekalan farmasi secara umum dilakukan di masing-masing gudang,

yang mencatat adalah petugas gudang. Pada saat barang masuk dan barang keluar dicatat

di kartu stok masing-masing obat. Apabila masing-masing TPO memesan obat maka

secara otomatis jumlah obat akan berkurang di komputer, yang nantinya akan disamakan

dengan kartu stok.

Untuk obat yang diretur dari TPO ke gudang, petugas di gudang akan

menambahkan jumlah obat ke komputer secara manual. Contohnya ada TPO Rawat Inap

meminta obat sejumlah 10 box, tetapi dikembalikan 3 box, maka petugas gudang akan

menambahkan jumlah obat yang diretur sebanyak 3 box ke komputer secara manual,

serta merubah jumlah obat di kartu stok.

b. Pencatatan Perbekalan Farmasi di TPO

Semua TPO menggunakan kartu stok. Namun, TPO menggunakan SIM (Sistem

Informasi Manajemen) secara otomatis apabila obat dikeluarkan untuk pasien, maka

jumlah obat berkurang di komputer. Jadi, sebelum resep dikerjakan, petugas terlebih

dahulu akan memeriksa ketersediaan obat serta meng-entry obat yang akan dikeluarkan.

c. Pelaporan Narkotika

72
Seluruh resep atau jika tidak ada dapat digantikan dengan salinan resep narkotika

di tiap-tiap TPO dikumpulkan dan diberikan ke gudang logistik (kebutuhan ruangan)

yang nanti akan direkap serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kota dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

8. Proses Pelayanan Obat Atas Resep Dokter di Setiap Tempat Pelayanan Obat

di Rumah Sakit

Tempat Pengambilan Obat (TPO) adalah suatu ruangan untuk melakukan

pekerjaan dan kegiatan kefarmasian yang meliputi penyimpanan, peracikan,

pengemasan, pemberian obat/alkes dan pelayanan kefarmasian lainnya. Instalasi Farmasi

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang memiliki berbagai macam Tempat

Pengambilan Obat (TPO), yaitu TPO Rawat Jalan, TPO Graha Spesialis, TPO Instalasi

Gawat Darurat Atas dan Bawah, Central Operating Theatre Atas dan Bawah, TPO

Brain Heart Centre, TPO Handling Sitostatik (Kemoterapi), TPO Rawat Inap, TPO

Anak, dan TPO PDL.

Proses pelayanan obat di masing-masing tempat pelayanan obat (TPO) berbeda

satu sama lain, karena masing-masing TPO memiliki fungsi tersendiri sesuai tempat dan

situasi pasien yang dilayani. Berikut adalah uraian masing TPO di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang:

a. TPO Rawat Jalan

TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien rawat jalan yang terdaftar

dalam program BPJS. TPO ini tidak melayani pasien selama 24 jam, melainkan

73
hanya sampai pukul 16.00. Penyimpanan obat di TPO Rawat Jalan berdasarkan

suhu, alpabetis, bentuk sediaan, dan obat non-JKN. Sistem pemberian obat yang

dilakukan di TPO ini ialah Individual Order.

Tahapan dari penyerahan obat di TPO rawat jalan adalah pasien menyerahkan

resep kepada petugas farmasi. Kemudian petugas farmasi memastikan terlebih

dahulu apakah tepat obat yang diberikan dengan diagnosa penyakitnya. Dilanjutkan

dengan menyiapkan etiket dan petugas lainnya akan menyiapkan obat tersebut. Obat

tersebut akan di cek kembali untuk menghindari kesalahan. Kemudian obat

diserahkan kepada pasien beserta informasi penggunaan obat. Resep kemudian

dientry khusus untuk obat 1 bulan dan untuk obat satu minggu tidak dientry. Pasien

tidak dipungut biaya karena menggunakan BPJS. TPO rawat jalan melayani kasus

DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) atau tuberculosis dan kasus ARV

(Anti Retro Viral) atau HIV.

b. TPO Rawat Inap

TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk seluruh pasien rawat inap

baik BPJS maupun umum. TPO ini melayani pasien rawat inap yang berada di

bangsal maupun paviliun. Pelayanan obat dan alat kesehatan di TPO ini dilakukan

oleh petugas secara UDD (Unit Dose Dispensing) dengan cara mengantarkan

langsung obat dan alat kesehatan ke ruang perawat pada siang hari berdasarkan

CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) untuk pemberian pada waktu siang,

sore, malam, dan pagi.

74
Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien

adalah dokter menuliskan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien pada

kertas CPO (Catatan Pemberian Obat) kemudian petugas farmasi mencatatnya ke

dalam Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi. Setelah itu, obat tersebut akan

dimasukan ke komputer. Obat akan disiapkan dan diberi etiket serta label sesuai

dengan nama pasien dan ruangan misalnya Yasmin D. Kemudian obat diantarkan ke

pos perawat dan diletakkan pada masing-masing rak yang telah ditempeli masing-

masing nama pasien.

c. TPO COT (Central Operating Theatre)

TPO Central Operating Theatre atau Instalasi Bedah Sentral adalah tempat

pengambilan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan selama operasi pembedahan

dan pasien yang dirawat secara intensif. TPO bedah sentral terbagi dua, yaitu:

1) COT (Central Operating Theatre) Atas

TPO COT Atas merupakan tempat pengambilan obat khusus untuk

melayani pasien yang akan dibedah. Alur penyerahan resep sampai penyerahan

obat di COT Atas adalah dokter datang menulis obat dan alat kesehatan yang

dibutuhkan untuk operasi di kartu instruksi medis dan catatan pemberian

perbekalan kesehatan di TPO tindakan lalu petugas farmasi mengambil obat

yang dibutuhkan dan diserahkan kepada dokter. Setelah pasien selesai operasi

dan pindah ruangan, kartu instruksi medis dan catatan pemberian perbekalan

kesehatan di TPO tindakan dientry di komputer kemudian dipisahkan untuk

75
dibawa oleh perawat. Resep dan obat kemudian dicek apabila telah sesuai maka

akan segera di paraf.

Obat-obat yang terdapat di TPO COT Atas ialah obat-obat injeksi dan

alat-alat kesehatan seperti Fentanyl Injeksi, Sedacum Injeksi, Spuit, ETT, Gudel,

IV Catheter, dan lainnya.

2) COT (Central Operating Theatre) Bawah

TPO COT Bawah merupakan tempat pengambilan obat khusus untuk

pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Ruang perawatan intensif yang

terdapat di COT Bawah ialah GICU (General Intensif Care Unit), Nicu

(Neonatus Intensif Care Unit), dan PICU (Pediatric Intensif Care Unit). Alur

penyerahan resep sampai penyerahan obat di COT Bawah adalah dokter datang

menulis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk operasi di catatan

pemberian perbekalan kesehatan di TPO tindakan lalu petugas farmasi

menganalisa kelengkapan catatan tersebut. Obat disiapkan, ditulis etiket, dikemas

dan diberi label sesuai dengan ruangan dan nama pasien. Setelah itu, obat

diantarkan ke ruang perawatan intensif dan diletakkan ke dalam lemari obat.

d. TPO IGD (Instalasi Gawat Darurat)

TPO ini adalah tempat pengambilan obat dan alat kesehatan untuk pasien

yang membutuhkan pertolongan pertama dan cepat. TPO ini mempunyai jam kerja

24 jam, melayani obat dan alat kesehatan secara tunai dan kredit serta dapat

76
melayani permintaan obat dengan resep maupun kartu instruksi medis. TPO IGD

terbagi menjadi dua, yaitu ada TPO IGD Atas dan TPO IGD Bawah.

Alur penyerahan obat di TPO IGD Atas adalah pasien datang diperiksa dan

diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan menuliskan obat dan

alat kesehatan yang diperlukan di buku khusus bedah, obgyn, dan lain-lain.

Kemudian setiap obat akan di-entry ke komputer. Setelah pasien selesai menjalani

operasi, kartu instruksi medis diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar,

khusus untuk pasien yang tidak akan menjalani rawat inap maka KIM akan diminta

di TPO instalasi rawat darurat dan akan dibayar dibagian administrasi.

Alur penyerahan obat di TPO IGD Bawah tidak jauh berbeda dengan TPO

IGD Atas. Akan tetapi di TPO IGD Bawah untuk pasien secara umum bukan hanya

pasien khusus, seperti misalnya pasien bedah

e. TPO Kemoterapi

TPO Kemoterapi adalah tempat pelayanan obat khusus untuk pencampuran obat

sitostatika. TPO ini dibawah naungan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang yang melayani resep rawat inap khusus obat sitostatika pada

pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi. Kegiatan kefarmasian yang

dilakukan disini yaitu penerimaan resep, persiapan resep, pengentrian resep

kemoterapi, pencampuran obat, pendistribusian obat dan monitoring obat kanker.

Adapun syarat pencampuran obat kemo adalah sebagai berikut:

1) Resep obat kemoterapi

77
2) Formulir PPOK (canggih)

3) Copy hasil patologi

4) Copy surat elegibilitas peserta (jaminan)

5) Protokol obat kemoterapi

Prosedur persiapan sebelum melakukan pencampuran obat sitostatika

adalah menyiapkan protokol pencampuran, menyiapkan obat yang akan dicampur,

menyiapkan etiket, plastik klip dan aluminium foil, masukkan dalam

kontainer/box dan memasukan kontainer/box ke dalam passbox. Sebelum

mencampur obat sitostatika maka prosedur yang harus dilakukan adalah cuci

tangan sesuai dengan aturan WHO, memakai APD (Alat Pelindung Diri) meliputi

baju pelindung, penutup kepala, masker kemoterapi, handscoone steril, kacamata,

dan sepatu. Baju pelindung harus berlengan panjang dan bermanset dengan bahan

yang tidak menyerap cairan. Handscoone latex tebal yang steril dan tidak

mengandung bedak, dianjurkan digunakan ganda/double. Membersihkan BSC

(Biological Safety Cabinet), memastikan dan mengecek alat yang akan digunakan.

Alur penyerahan resep sampai penyerahan obat di TPO Kemoterapi adalah

sebagai berikut : konfirmasi pasien dari ruang tindakan kemoterapi, kemudian

petugas menelaah resep dan mengisi formulir pencatatan pencampuran obat

sitostatika. Kemudian petugas mengambil obat sitostatika sesuai resep dan

membuat etiket untuk masing-masing obat. Etiket untuk obat sitostatika terbagi

menjadi empat jenis etiket, yaitu etiket khusus untuk obat dengan rute pemberian

78
(I.V.), etiket khusus untuk bolus (ditempelkan pada spuilt), etiket untuk paket dan

etiket yang ditempelkan ke infus untuk mengetahui jika ada obat yang

ditambahkan. Setelah itu petugas melakukan penyiapan obat sitostatika dan

perlengkapan yang dibutuhkan. Kemudian dilakukanlah proses pencampuran obat-

obat sitostatika secara aseptis di Biological Safety Cabinet (BSC). Jika obat sudah

selesai disiapkan maka dilakukan proses pengemasan obat sebelum di

distribusikan.

Sebelum melakukan proses pencampuran obat sitostatika, petugas juga

melakukan rekonstitusi terlebih dahulu untuk beberapa jenis infus. Misalnya NaCl

infus 1 liter yang volumenya dikurangi sampai 500 ml. Setelah dilakukan

rekonstitusi tersebut, botol infus yang akan digunakan dalam pencampuran obat

sitostatika disesuaikan dengan jenis obat. Untuk obat yang harus terlindung dari

cahaya, botol infus yang digunakan harus dibungkus dengan kertas aluminium.

Setelah kegiatan di TPO Kemoterapi telah selesai dilakukan, semua

perlengkapan yang digunakan dalam proses pencampuran obat sitostatika

disterilkan dengan menyemprotkan alkohol pada peralatan tersebut dan seluruh

petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu dan melepaskan APD yang dipakai

sebelum meninggalkan TPO.

f. TPO Brain and Heart Center

TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien dengan keluhan jantung

dan saraf otak atau biasa disebut ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit).

79
Pendistribusian obat di Brain Heart Center adalah Unit Dose Dispensing. Obat-obat

yang digunakan di TPO BHC hanyalah obat-obat khusus untuk penyakit jantung dan

syaraf otak. Contohnya: Albumin, Clopidogrel, Valsartan.

Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien ialah

resep datang dari post perawat dan obat disiapkan, ditulis etiket dikemas dan diberi

label sesuai ruangan dan nama pasien lalu petugas mengisi CPO. CPPF dan obat

dibawa ke post perawat yang selanjutnya dicek kesesuaian obat dengan resep lalu di

paraf dan resep diambil kembali oleh petugas TPO.

g. TPO Graha Spesialis

TPO ini merupakan tempat melayani obat dan alat kesehatan sesuai resep dokter

spesialis yang pembayarannya dilakukan secara tunai dan untuk pasien yang

mempunyai jaminan kesehatan di tempat pasien atau keluarga pasien bekerja.

Contohnya jaminan kesehatan In Health. Alur penyerahan resep kepada pasien

hingga penyerahan obat adalah sebagai berikut : Pasien membawa resep dari dokter

ke TPO Graha Spesialis, kemudian resp diterima oleh asisten apoteker untuk

dianalisis kelengkapan resepnya (nama dokter, nama pasien, umur pasien, cap

poliklinik), kemudian obat akan dicek apakah ada atau tidak, jika tidak ada obat yang

diminta tetapi ada obat dengan khasiat yang sama maka akan diganti dengan obat

tersebut, apabila pasien setuju maka resep tersebut akan disiapkan. Sebelum

disiapkan asisten apoteker mengecek terlebih dahulu status pasien apakah pasien

umum atau jaminan.

80
Jika status pasien umum, maka alur penyiapan resep dimulai dengan mengentry

terlebih dahulu resep tersebut ke SIM RS, kemudian mengecek harga dan meminta

persetujuan pasien, jika pasien setuju maka pasien tersebut diberikan nota dan nomor

antrian, lalu nota tersebut diberikan ke bagian kasir untuk melakukan proses

pembayaran dan pencetakan kuitansi sebagai bukti sudah melakukan pembayaran

dan nantinya akan diserahkan kepada asisten apoteker saat pengambilan obat. Disaat

pasien melakukan proses pembayaran, asisten apoteker menyiapkan obat dan etiket

dan kemudian obat tersebut diberikan kepada pasien dengan dilengkapi pemberian

informasi.

Untuk pasien dengan status jaminan terbagi menjadi dua, untuk pasien dengan

jaminan perusahaan resep dilengkapi dengan surat jaminan perobatan. Sedangkan

untuk pasien dengan jaminan asuransi, resep dilengkapi fotocopy kartu peserta

asuransi. Resep yang masuk dientry ke SIM RS, lalu cetak SPH (Surat Pengakuan

Hutang) dan pasien diberi nomor antrian. Kemudian asisten apoteker menyiapkan

obat dan etiket. Obat yang telah siap segera diberikan kepada pasien dengan

dilengkapi informasi.

h. TPO Anak

TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien rawat inap di gedung

Selincah khusus Anak baik BPJS maupun umum. Pelayanan obat dan alat kesehatan

di TPO ini dilakukan oleh petugas secara UDD (Unit Dose Dispensing) dengan cara

mengantarkan langsung obat dan alat kesehatan ke ruang perawat pada siang hari

81
berdasarkan CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) untuk pemberian pada

waktu siang, sore, malam, dan pagi.

Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien adalah

dokter menuliskan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien pada kertas

CPO (Catatan Pemberian Obat) kemudian petugas farmasi mencatatnya ke dalam

Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi. Setelah itu, obat tersebut akan dimasukan ke

komputer. Obat akan disiapkan dan diberi etiket serta label sesuai dengan nama

pasien dan ruangan misalnya Diana A. Kemudian obat diantarkan ke pos perawat

dan diletakkan pada masing-masing rak yang telah ditempeli masing-masing nama

pasien

P. Covid 19

1. SK Tim Gabungan dan Alur Screening bagi Petugas Kesehatan dalam Penanganan

Covid 19

82
83
84
85
86
2. SK Tentang Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan bagi Pegawai dalam Upaya

Pencegahan Penyebaran Covid 19

87
88
89
90
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dengan

melakukan perencanaan pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di

Instalasi Farmasi, kemudian akan dilakukan pembelian dan pemesanan obat ke PBF,

penerimaan barang akan dilakukan pengecekan sesuai dengan surat pesanan (SP).

Penyimpanan obat di gudang dan di instalasi berdasarkan alphabet dan bentuk

sediaannya.Obat tersebut disusun secara rapi dan dipisahkan berdasarkan mulai dari

bentuk sediaan, high alert, LASA, Narkotik, dan Psikotropika.Kemudian setiap obat baik

yang masuk ke gudang ataupun yang masuk ke instalasi farmasi dilakukan pencatatan

barang dikartu stok obat.

Alur pendistribusian obat kepada pasien di RSUP Dr.Mohammad Hoesin

Palembang hanya melayani resep dokter, yaitu pelayanan resep BPJS Inhealth,). Dalam

pelayanan resep yang diterima oleh pasien di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

terdiri dari 2 resep, yaitu :

a. Resep bersifat kronis

b. Resep yang tidak bersifat kronis

Untuk resep yang bersifat kronis harus di Entry terlebih dahulu, karena penggunaan

obat-obatan tersebut dalam jangka panjang dan tiap bulan obat tersebut harus diganti

serta untuk dapat mengetahui tagihan askes.Sedangkan resep yang tidak bersifat kronis

92
tidak harus di Entry.Karena pelayanan resep dilakukan berdasarkan nomor urut kecuali

untuk resep yang bersifat emergency.

Alur Pelayanan Obat di Instalasi Farmasi RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

hanya melayani resep dokter yang berasal dari RSUP Dr.Mohammad Hoesin

Palembang.Ketika resep masuk di Instalasi Farmasi maka pasien akan diberi nomer

antrian terlebih dahulu untuk menunggu obat yang akan disipakan. Kemudian Tenaga

Teknis Kefarmasian (TTK) akan melakukan skrining resep. Jika obat didalam resep

tersebut tidak bermasalah, maka TTK akan langsung menyiapkan obat. Untuk waktu

tunggu obat racikan 20 menit, sedangkan untuk waktu tunggu obat non racikan hanya 10

menit. Apabila obat sudah siap maka akan dilakukan pengecekan oleh 2 orang TTK

dengan memberikan cap checklist, yang terdiri dari:

a. Pasien

b. Obat

c. Nama Obat

d. Aturan Pakai

e. Dosis Obat

f. Rute/waktu

g. Indikasi

Jika sudah tepat, maka pada resep akan dilakukan cap ke 2 untuk menandakan

bahwa obat tersebut telah benar. selanjutnya TTK akan memanggil nomor antrian

tersebut kepada pasien, yang disertai dengan penjelasan yang baik. Pada instalasi

93
farmasi RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang telah memberikan pelayanan yang

baik. Karena untuk setiap obat yang akan diberikan kepada pasien harus sesuai

berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) meliputi :

1. Panggil nomor antrian.

2. Cocokkan nomor antrian dengan nomor resep.

3. Tanyakan nama pasien, tanggal lahir, MR.

4. Tanyakan berobat ke dokter mana.

5. Jelaskan aturan pakai obat

6. Tanyakan apakah ada yang kurang jelas.

Kemudian untuk penulisan etiket di Instalasi Farmasi RSUP Dr.Mohammad Hosein

Palembang telah menggunakan sistem komputer yang sangat baik. Setiap resep yang

masuk di instalasi akan dilakukan pengecekan barang terlebih dahulu dengan

menggunakan komputer. Jika obat tersebut terdata dikomputer baru akan dilakukan

pengambilan obat didalam joly box sesuai dengan permintaan resep.

RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang juga melakukan pendidikan dan pelatihan

dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa baik farmasi, keperawatan ataupun

kedokteran untuk mengadakan PKL (Praktik Kerja Lapangan)

A. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dipimpin oleh Direktur Utama.

Dibawah direktur utama terdapat tiga direktur yang membawahi seluruh jajaran staf dan

94
karyawan yang bekerja di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang termasuk dokter,

perawat, bidan, ahli gizi, tenaga farmasi, tenaga laboratorium medik, petugas

administrasi, keamanan, kebersihan dan lain-lain yaitu Direktur Medik dan

Keperawatan, Direktur Keuangan serta Direktur Umum, SDM dan Pendidikan.

Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin berdiri dibawah pimpinan

Direktur Umum, SDM dan Pendidikan. Dimana Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang ini membawahi tiga koordinator yang memiliki tanggung jawab atas

bidangnya masing-masing. Yaitu Koordinator Persediaan Farmasi, Koordinator Farmasi

Klinik dan Koordinator Pelayanan Farmasi.

Kepala Koordinator Persediaan Farmasi membawahi Kepala Tim ADM &

Logistik, dan Kepala Tim Gudang. Kepala Tim ADM & Logistik membawahi Pelaksana

ADM & Logistik yang diisi oleh pramubakti, sedangkan Kepala Tim Gudang

membawahi pramubakti pelaksana pekerjaan kegudangan. Koordinator Mutu dan

Keselamatan membawahi pelaksana. Koordinator Farmasi Klinik membawahi Staf

Fungsional Apoteker yang mana setiap apoteker memiliki tanggung jawab di masing-

masing TPO.

Koordinator Pelayanan Farmasi membawahi sembilan kepala tim yang

bertanggung jawab di masing-masing TPO. Yang terdiri dari Kepala tim TPO Brain

Heart Centre (BHC), Kepala Tim TPO Rawat Inap, Kepala Tim TPO Instalasi Gawat

Darurat (IGD), Kepala Tim TPO Central Operating Theatre (COT) Atas atau Operatie

Kamer (OK) dan Kepala Tim TPO Central Operating Theatre (COT) Bawah atau

95
Intensive Care Unit (ICU), Kepala Tim TPO Graha Spesialis, Kepala Tim TPO

Handling Sitostatik atau TPO Kemoterapi, Kepala Tim TPO Rawat Jalan dan Kepala

Tim TPO Anak dimana masing-masing Kepala Tim membawahi Pelaksana Pelayanan

yaitu pramubakti.

Berikut bagan struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

Gambar 3. STruktur Organisasi Instalasi farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin


Palembang

Direktur Umum
dr. Mohammad Syahril, Sp,P, MPH

Direktur Umum, SDM dan Pendidikan


dr. Msy. Rita Dewi Mustika, Sp,A(K),
MARS

Kepala Instalasi Farmasi


Yuniar, S.Si, M.Sc, Apt

Koor. Persediaan Farmasi Koor. Farmasi Klinis Koor. Pelayanan Farmasi


Diah Susanti, S.far, Apt Sari Delita, S.Farm, Apt Lilek Mindharty S.farm, Apt

Ka. Tim Ka. Tim


Apoteker Fungsional/ Ka. Tim TPO
ADM & Gudang
Apoteker Penanggung
Logistik
Jawab TPO

Pelaksana Pelaksana Pelaksana


Pelaksana

96
Rumah sakit tipe A memiliki struktur organisasi yang kebih kompleks

dibandingkan rumah sakit tipe B dan C sesuai pada PMK RI No

1045/MENKES/PER/XI/2006 bahwa rumah sakit tipe A dipimpin oelh direktur utama

yang membawahi paling banyak 4 direktorat, sedangkan unutk tipe B direktur utama

paling banyak membawahi tiga direktorat dan untuk rumah sakit tipe C direktur

membawahi paling banyak 2 bidang dan 1 bagian. Dapat dilihat bahwa RSMH memiliki

direktur utama yang membawahi tiga direktorat. Walaupun dmeikian dengan adanya

SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) pengelolaan di Rumah sakit

menjadi lebih muda dan teratur. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, idealnya

menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit bahwa Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit Tipe A paling

sedikit terdiri atas 15 apoteker. Dan RSUP Moh. Hoesin telah memiliki 29 apoteker

yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dalam menjalankan tugas

kefarmasiannya. Namun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016,

mengatakan bahwa dibutuhkan satu apoteker untuk 30 pasien pada rawat inap. Jika

dikaitkan dengan PMK No. 72 tahun 2016 tersebut RSUP Moh. Hoesin memiliki 969

bed pasien serta ditambah bed untuk menangani pasien covid-19, yang artinya jika

dibagi rata satu apoteker bertanggung jawab pada 34 pasien hal ini masih belum sesuai

dengan standarisasi menurut PMK No 72 tahun 2016 sehingga harus ditambah 4

apoteker untuk pasien rawat inap apalagi ditambah jumlah pasien Covid-19 yang saat ini

terus meningkat.

97
Sedangkan di Tempat Pengambilan Obat (TPO) untuk rawat jalan menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016, dbutuhkan satu apoteker untung

melayani 50 pasien. Namun, di TPO rawat jalan, hanya ada 3 apoteker yang seharusnya

dibutuhkan paling sedikit 5 apoteker untuk melayani resep yang biasanya sekitar 300

resep perhari, hal ini sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2004

tentang Klsifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa untuk rumah sakit tipe A paling

sedikit lima apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit

sepuluh tenaga teknis kefarmasian.

B. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Gudang Instalasi Farmasi

Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang dilakukan digudang oleh petugas gudang. Area penyimpanan perbekalan

farmasi tersebut tidak boleh dimasuki oleh orang lain selain petugas farmasi. Untuk

penyimpanan barang di gudang farmasi dilakukakn berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan dibedakan berdasarkan :

1. Alfabetis.

2. Bentuk sediaan.

3. Resiko tinggi (High Alert), LASA, Narkotika dan Psikotropika.

4. Stabilitas sediaan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pelabuhan dilakukan dengan menggunakan metode FEFO dan FIFO.

98
C. Penyimpanan Perbekalan Farmasi dan Gudang Kecil di Instalasi Farmasi

RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek dan gudang kecil di RSUP

Dr.Mohammad Hoesin Palembang merupakan tempat penyimpanan barang yang di

dapatkan dari operan gudang besar. Karena setiap obat yang stoknya tinggal sedikit akan

di catat oleh karyawan farmasi di apotek. Kemudian tugas apoteker akan membuat daftar

obat yang akan di pesan ke PBF atau Industri tertentu. Ketika obat-obat tersebut sudah

dicatat maka akan disetujui terlebih dahulu oleh manager farmasi yang bersangkutan.

Kemudian barulah akan diberikan ke pihak gudang. Pihak gudang inilah yang akan

berwenang untuk melakukan pemesanan ke PBF dan di industry tertentu. Ketika barang

yang dipesan sudah datang, maka gudang akan mencocokan dengan faktur yang ada.

Jika sudah tepat, maka gudang baru akan memberikan barang tersebut ke apotek di

instalasi farmasi RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Kemudian apotek akan

mencocokan surat pesanan yang diminta dengan barang yang datang dari gudang.

Apotek tersebut akan membuat tanggal pada hari itu berdasarkan kedatangan barang tiba

di apotek. Gunanya dibuat tanggal tersebut untuk menerapkan system FEFO dan FIFO

di dalam apotek tersebut. Kemudian, baru barang tersebut akan disusun dan diletakkan

di gudang kecil yang letaknya tepat di dalam ruangan apotek instalasi farmasi RSUP

Dr.Mohammad Hoesin Palembang.

D. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Pasien di Ruang Perawatan

99
Penyimpanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap disimpan dilemari obat

per pasien sesuai persyaratan penyimpanan perbekalan farmasi. Setiap kotak

penyimpanan perbekalan farmasi diberi label nama (minimal 2 kata) yaitu tanggal lahir

dan nomor Medical Record (MR).

E. Penyimpanan Obat Kategori High Alert

Yang termasuk kategori obat High Alert di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

adalah:

1. Otsu D 40

2. Otsu KCL 7,46

3. Otsu Salin 3%

4. Otsu MgSO4, 20%, 40%

5. Meylon 84

Pada obat-obat yang tergolong High Alert ditandai dengan penempelan label HIGH

ALERT dibuat lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam. Pelebelan

tersebut dilakukan dikemasan terkecil setiap sediaan.Untuk penyimpanan obat-obat High

Alert baik digudang / apotek / troli / kit emergensi ditandai dengan garis merah

(terlokalisir). Sedangkan untuk penyimpanan obat High Alert milik pasien diruang

perawatan disimpan bersama-sama dengan obat lain di kotak pasien di lemari obat

dengan berlebelkan High Alert yang berawarna merah.

F. Penyimpanan Obat dengan Nama Obat dan Rupa Mirip (Look Alike Sound

Alike = LASA)

100
Untuk obat-obat yang tergolong obat LASA di RSPP ditulis dalam daftar obat

LASA yang tercantum dalam Panduan Obat LASA. Obat LASA tersebut ditandai

dengan penempelan label LASA berwarna kuning. Pelebelan obat LASA di RSPP

dilakukan di luar joly box tempat wadah obat-obatan.Penyimpanan obat LASA ini

disimpan ditempat yang tidak besebelahan. Sedangkan untuk penyimpanan obat kategori

LASA di ruang perawatan pasien disimpanbersama-sama dengan obat lain dikotak

lemari obat pasien rawat inap.

G. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

1. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropka dilakukan oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian di gudang dan apotek.

2. Area penyimpanan obat narkotika dan psikotropika tidak boleh dimasuki selain

petugas farmasi.

3. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang dilengkapi Double

Door dengan kunci ganda dan menempel dari dinding dengan jarak 30 cm sesuai

dengan UU Narkotika.

4. Pada jam kerja, penanggung jawab terhadap kunci lemari narkotika dan psikotropika

adalah Tenaga Teknis Kefarmasian yang sedang berdinas saat itu sesuai dengan

jadwal dinas.

5. Pada saat hari libur atau diluar jam kerja, penanggung jawab kunci lemari narkotika

dan psikotropik diserahkan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang sedang

berdinas pada saat itu sesuai dengan jadwal dinas.

101
H. Proses Pendistribusian Obat-Obat dan Alat Kesehatan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Pada TPO Rawat Inap, Rawat Jalan, COT

Bawah, COT Atas, Kemoterapi, Graha Spesialis, BHC, PDL, dan Anak

1. TPO Rawat Inap

a) Pelaksanaan di TPO Rawat Inap

TPO Rawat Inap melayani resep seluruh pasien yang dirawat di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang. Sistem distribusi yang dilakukan di TPO Rawat Inap

adalah sistem Unit Dose Dispensing (UDD) yang diantarkan pada siang hari, jadi obat

yang diantar adalah obat yang akan digunakan untuk hari ini pada siang hari, malam hari

dan pagi hari keesokannya sesuai petunjuk penggunaan obat. Petugas kefarmasian

menyiapkan obat berdasarkan kartu catatan masing-masing pasien yang terbagi menjadi

dua lembar, yaitu kartu Instruksi Medis Farmakologis berwarna kuning yang ditulis oleh

dokter untuk pasien, dan lembar CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) (lembar

putih) untuk mencatat obat yang telah disiapkan. digabung pada bagian belakang lembar

Instruksi Medis Farmakologis.

Petugas kefarmasian bekerja dalam sebuah tim beranggotakan 3 sampai 5 orang

untuk menyiapkan obat pasien per ruang perawatan atau per bangsal perawatan.

Contohnya, satu tim menyiapkan obat hanya untuk Ruang Rupit, tim lainnya

menyiapkan obat untuk Ruang Musi dan sebagainya.

Dalam penyiapan persediaan farmasi, biasanya terdiri dari obat yang berupa obat

oral, obat parenteral/injeksi volume kecil atau obat parenteral volume besar (cairan

102
infus) dan juga alat kesehatan seperti spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan,

infusion set, transfusion set dan alat kesehatan lain yang dirasa perlu. Tak jarang

terdapat obat yang memerlukan peracikan atau penggerusan yang biasanya dilakukan di

ruang peracikan kemudian dibungkus dengan perkamen. Untuk obat parenteral yang

harus dicampur dengan steril dilakukan di ruang premix secara aseptis menggunakan

alat pelindung diri lengkap untuk menghindari terjadinya kontaminasi saat proses

pencampuran.

Obat yang telah disiapkan petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama pasien,

nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu obat

dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama biasanya

digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan obat luar.

Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak etiket

berupa label/barcode yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis

kelamin, serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.

Obat yang telah siap kemudian akan di antarkan ke setiap bangsal atau ruang

perawatan menggunakan troli dengan membawa lembar Instruksi Medis dan CPPF,

setiba di bangsal atau ruang perawatan petugas kefarmasian dan perawat melakukan

serah terima dengan system pengecekan ulang/Crosscheck terhadap obat-obatan yang di

bawa, apabila tidak ada yang kurang atau salah maka perawat akan menandatangani

bukti terima pada lembar CPPF dan petugas kefarmasian akan menyusun persediaan

obat ke lemari masing-masing pasien.

103
Setelah menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi

Medis Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh dokter

penanggung jawab pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada

disana. Pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian yang menjelaskan cara penggunaan

obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk menyampaikannya, hal ini dilakukan

karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan tidak sempat untuk selalu mengunjungi

pasien untuk memberikan pelayanan informasi obat (PIO).

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO Rawat Inap

Obat di TPO Rawat Inap disusun berdasarkan bentuk sediaan dan berdasarkan

suhu penyimpanan obat dan diurutkan berdasarkan alfabetis pada setiap box – box

plastik bertutup di atas rak yang panjang. Setiap box memiliki label dan juga untuk obat-

obat yang mirip akan disusun menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli stiker

LASA yang berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat

LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca. Namun,

pada saat mahasiswa melaksanakan praktek kerja lapangan obat tablet disusun

berdasarkan alfabetis secara garis besar namun tidak sepenuhnya runtut, misalnya acetyl

cystein diletakkan setelah obat Amoxicillinum. Obat injeksi diletakkan di lemari lain

berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula, namun seperti halnya obat

tablet, penyusunan obat injeksi tidak sepenuhnya runtut.

Obat high alert disimpan di lemari yang berada dibalik lemari sediaan injeksi

dengan stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan hingga satuan terkecil obat

104
tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan obat yang disimpan perlu

perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high alert yang ada di RSUP

dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl konsentrasi tinggi, MgSO 4 40%

dll.

Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, Lemari

pendingin di TPO Rawat Inap merupakan lemari pendingin rumah tangga bukan chiller,

namun semua lemari pendingin ini dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya

secara rutin tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Terdapat lemari

pendingin khusus untuk menyimpan obat yang stabil pada suhu dingin yang tergolong

obat high alert, bagian depan lemari pendingin diberi selotip merah sebagai penanda

obat yang disimpan perlu perhatian khusus.

Obat parenteral volume besar disimpan di ruang belakang atau ruang gudang,

disusun kardusnya di atas palet plastik dengan tinggi tidak kurang dari 25 cm dan

tumpukan tidak lebih dari 7 kardus. Obat-obat lain yang belum dikeluarkan dari

kemasan sekundernya disusun di lemari lain yang berada di ruang belakang, dalam

lemari yang disusun berdasarkan alfabetis.

Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di lemari yang berada di

depan lemari obat tablet. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun

berdasarkan jenis alkes. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika

disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO Rawat Inap dengan lemari double lock dan

yang kuncinya dipegang oleh Ka. Tim TPO Rawat Inap tersebut

105
2. Pelaksanaan di TPO Rawat Jalan

a) Pelaksanaan di TPO Rawat Jalan

TPO Rawat Jalan melayani resep untuk pasien Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) yang melakukan pengobatan di Poli Rawat Jalan dengan sistem Individual Order

(Resep Perorangan). Untuk menebus obat, pasien datang ke TPO Rawat Jalan dengan

membawa resep dari poli rawat jalan. Resep tersebut akan diterima setelah

kelengkapannya dicek. Adapun kelengkapan resep yang harus dibawa saat menebus obat

adalah Surat Jaminan Pasien BPJS, Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Hasil Pemeriksaan

Patologi Anatomi, dan Form Permintaan Obat Non Formularium (jika ada obat non

formularium).

Setelah resep diterima pasien akan diberi nomor resep dan apoteker akan

melakukan skrinning farmasetik dan klinis resep yang meliputi ketepatan obat, dosis,

bentuk dan kekuatan obat, frekuensi, rute pemberian, duplikasi teraupetik, alergi,

interaksi obat, kontraindikasi dan kesesuaian formularium. Setelah resep ditelaah dan

dicek ketersediaan obatnya, petugas langsung menyiapkan obat sesuai resep kemudian

resep di-entry di komputer melalui SIM BPJS. Pasien hanya bisa menebus obat setiap 1

bulan sekali. Jika waktu pengambilan obat sudah tepat dan obat seluruhnya ada. Etiket

yang digunakan di TPO Rawat Jalan berupa etiket barcode yang diprint melalui

komputer sekaligus saat entry. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas akan

melakukan pengecekkan ulang obat yaitu meliputi benar pasien, benar dosis, benar rute,

benar obat, dan benar waktu.

106
Jika sudah benar menurut seluruh aspek telaahnya, obat akan diberikan ke pasien

disertai informasi. Yang melakukan PIO adalah apoteker yang berada di konter depan

TPO. Obat yang telah diserahkan dientry lagi ke SIM RS sebagai catatan waktu pasien

mengambil obat. Hal ini dilakukan karena pasien hanya bisa mengambil resep tiap 1

bulan sekali.

Alur diatas merupakan alur standar pelayanan resep di TPO Rawat Jalan. Namun

bila saat tahap entry obat tidak ada di TPO, pengecekan stok obat di TPO melalui SIM

RS harus dilakukan. Dengan melakukan pengecekan di SIM RS tadi, petugas di TPO

bisa mengetahui di mana obat yang kosong tadi tersedia. Bila obat tersedia di TPO lain,

petugas TPO Rawat Jalan akan menelepon TPO tersebut untuk konfirmasi permintaan

obat dan melakukan posting agar stok obat pindah ke TPO Rawat Jalan, kemudian

petugas akan melakukan amprah.

Apabila obat tersebut ternyata tidak ada di TPO lain, maka dilakukan koordinasi

dengan gudang farmasi. Bila obat ada di gudang farmasi, maka petugas TPO Rawat

Jalan akan menelepon gudang untuk konfirmasi permintaan obat, kemudian petugas

akan melakukan amprah. Apabila stok obat ternyata juga kosong di gudang maka bon

obat akan dibuat.

b) Penyimpanan Obat di TPO Rawat Jalan

Penyimpanan Obat pada TPO Rawat Jalan sama halnya dengan penyimpanan pada

TPO rawat inap yang disusun pada beberapa rak, lemari dan kulkas. Namun, setiap rak

nya dibedakan berdasarkan kegunaannya masing-masing, rak yang ada disamping ruang

107
racik adalah tempat obat fast moving atau obat yang sering digunakan seperti

paracetamol, amlodipine, candesartan, dll yang diurutkan secara alfabetis, sedangkan rak

obat yang ada di depan ruang racik adalah tempat obat slow moving atau obat yang

jarang dignakan contohnya acetylsistein, lansoprazol,dll. Yang membuat mahasiswa

dalam prakteknya sering bingung karena belum terbiasa. Obat- obat tersebut disusun

mengikuti kaidah LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa

Ucapan Mirip). Obat LASA seperti Metilprednisolon 4 mg, 8 mg dan 16 mg ditempeli

stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain. Sebagian obat

LASA diketik menggunakan Tallman Letter tapi yang tidak menggunakan pun ditulis

dengan huruf kapital yang jelas dan mudah dibaca.

Kemudian, ada lemari-lemari yang secara tersendiri menyimpan obat golongan

narkotika, obat golongan psikotopika, obat kemoterapi oral dan obat penyakit kronis

lainnya. Lemari obat narkotika dan psikotropika menggunakan double lock dan

dilengkapi kartu stok manual untuk masing-masing obat. Obat kemoterapi oral dan obat

penyakit kronis lainnya disimpan di lemari tersendiri yang tertutup, dengan selotip

merah di sekeliling lemari sebagai tanda obat sitostatik dan high alert. Rak yang berada

di sebelah lemari-lemari ini menyimpan obat berbentuk sirup, tetes mata/telinga, salep

dan obat topikal lainnya. Obat-obat sirup disusun bersebelahan dengan sesama obat

sirup sedangkan obat berbentuk lain seperti obat mata dan obat kulit, topikal disusun di

rak yang berada di atas rak obat sirup secara alfabetis. Ada juga obat yang disimpan di

kulkas atau lemari pendingin yang dilengkapi dengan thermometer yang selalu dipantau

108
agar suhu obat stabil contohnya insulin, serta penggunaan label high alert sampai dengan

satuan terkecil sediaan. Secara keseluruhan telah memenuhi standar agar tidak terjadi

kesalahan.

3. TPO COT (Central Operating Theatre) Bawah/ICU

a) Pelaksanaan di TPO COT (Central Operating Theatre) Bawah/ICU

Alur pendistribusian obat pada TPO ini sama dengan TPO rawat inap yaitu sistem

UDD (Unit Dose Dispensing) yang diantarkan pada siang hari namun, obat diberikan

sesuai dengan Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan, bukan

berdasarkan formulir Instruksi Medis Farmakologis seperti pada rawat inap pada TPO

ini juga menerapkan distribusi secara floor stock dimana persediaan farmasi yang

diminta dalam keadaan darurat akan di tulis melalui lembar permintaan obat.

Setiap pagi, petugas di TPO COT Bawah biasanya memulai tugasnya dengan

mengambil Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi. Lembar-lembar ini ditaruh di atas

nampan, setiap pasien obatnya disiapkan dalam satu nampan. Obat diambil sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan pada hari itu dan dikemas sesuai lalu diberi centang di

Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan. Etiket yang dipakai untuk

obat oral dan injeksi ditulis tangan, sementara etiket untuk kolf infus dicetak dalam

bentuk barcode dan ditempel langsung. Obat yang sudah dikemas dimasukkan dalam

kotak kontainer plastik yang ditempel barcode yang memuat nama pasien dan

keterangan lain seperti nomor rekam medik pasien, jenis kelamin, dsb. Sama seperti di

TPO Rawat Inap. Obat dibawa dengan menggunakan troli dan diletakkan di dalam loker

109
obat yang ada di ruang rawat ICU. Setiap loker ini juga memiliki barcode yang sama

dengan barcode yang ada di kotak obat tadi dengan masing-masing kunci yang dipegang

oleh perawat di ruang rawat.

Selain pelayanan obat reguler seperti yang dijelaskan di atas, TPO COT Bawah

juga melayani permintaan perbekalan farmasi untuk tindakan yang dilakukan dokter,

atau untuk keadaan darurat. Ruang TPO COT Bawah ini memiliki jendela yang

menghadap langsung ke lorong bangsal ICU. Pada jendela ini terdapat satu tumpuk

Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan yang kosong, hanya berisi

nama dan keterangan pasien GICU, NICU dan PICU beserta pena. Lembar ini berbeda

dengan lembar Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan yang menjadi

pedoman penyiapan obat reguler di atas, jadi apabila perawat maupun dokter ingin

mengambil suatu obat atau alkes, mereka tinggal menuliskan perbekalan farmasi yang

mereka butuhkan pada Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan milik

pasien yang memerlukan perbekalan farmasi tersebut.

Bila keadaan sedang tenang, biasanya baik dokter, dokter residen maupun perawat

rajin menulis perbekalan farmasi yang mereka perlukan pada lembar ini, namun bila

sedang terjadi Code Blue para dokter dan perawat hanya meneriakkan saja apa yang

mereka perlukan tanpa sempat mencatatnya demi menyelamatkan nyawa pasien yang

sedang kritis tersebut yang kemudian setelah kondisi kembali normal barulah dokter

menuliskannya pada lembar permintaan. Namun, terkadang dokter lupa untuk

menulisnya sehingga harus diingatkan oleh petugas famrasi di TPO.

110
b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO COT (Central Operating

Theatre) Bawah/ICU

Obat disimpan dalam tiga lemari tertutup, satu kulkas dan satu lemari double lock

untuk narkotika dan psikotropika, sementara alat kesehatan disimpan dalam dua rak besi

besar dan satu lemari besi tertutup. Lemari kayu yang berada di dekat pintu masuk

menyimpan obat oral yang disusun secara alfabetis. Terdapat juga stiker LASA untuk

obat golongan LASA yang dipasang pada toples untuk masing-masing obat. Obat di sini

cenderung sedikit jumlahnya, karena obat oral yang dipakai pasien ICU juga sedikit.

Lemari narkotika dan psikotropika dilengkapi double lock dan kartu stok manual,

berada di belakang lemari besi obat dan dilengkapi daftar obat narkotika dan

psikotropika. Lemari besi tempat menyimpan obat injeksi, sirup, sebagian obat

parenteral dan berbagai bentuk sediaan lain berasa di dekat jendela TPO ICU yang

menghadap ke lorong bangsal ICU. Obat diletakkan dalam wadah plastik tanpa tutup

secara alfabetis dengan kaidah LASA dan high alert.

Obat parenteral volume besar yang sering digunakan seperti NaCl 0,9%,

paracetamol dan dekstrosa 5% diletakkan di rak di sebelah meja komputer atau pada rak

besi paling bawah, tempat menyimpan alat kesehatan. Alat kesehatan lebih banyak

jumlahnya dari obat di TPO ICU ini, dan alat ini disimpan di rak besi yang berada di

samping kiri meja komputer atau lemari besi yang berada di dekat pintu masuk TPO.

Alat ini disimpan di wadah plastik tanpa tutup yang sama dengan wadah yang dipakai

untuk menyimpan obat di lemari besi, lengkap dengan label berisi nama alatnya. Dan

111
untuk obat0obat dengan penyimpanan suhu dingin disimpan dalam kulkas yang

dilengkapi dengan thermometer yang di pantau setiap tiga kali sehari.

4. TPO COT (Central Operating Theatre) Atas

a) Pelaksanaan di TPO COT (Central Operating Theatre) Atas

TPO ini terletak masuk kedalam area ruangan bedah pada pasien, sehingga alur

distribusi sediaan farmasi pada TPO COT atas berbeda dengan COT bawah yang telah

disebutkan diatas karena pada TPO ini merupakan tempat pengambilan obat khusus

untuk melayani pasien yang akan dibedah. Bahkan seluruh petugas yang berada didalam

ruangan tersebut menggunakan baju steril berwarna hijau. Maka distribusi persediaan

farmasi pada COT atas ini menggunakan sistem floor stock, dimana dokter akan

meminta persediaan farmasi dengan datang langsung ke TPO.

Alur penyerahan resep sampai penyerahan obat di COT Atas adalah dokter datang

menulis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk operasi di kartu instruksi medis

farmakologis dan catatan permintaan perbekalan kesehatan di TPO tindakan lalu petugas

farmasi mengambil obat biasanya injeksi dan infus serta perbekalan farmasi yang

dibutuhkan dimasukkan ke dalam klip plastik besar yang sudah diberi etiket barcode

yang memuat nama pasien, jenis kelamin, dll. dan diserahkan kepada dokter sesuai

nomor OK dan nama pasiennya. Setelah pasien selesai operasi dan pindah ruangan,

kartu instruksi medis dan catatan pemberian perbekalan kesehatan di TPO tindakan

dientry di komputer kemudian dipisahkan untuk dibawa oleh perawat.

Bila keadaan sedang tenang, biasanya baik dokter, dokter residen maupun perawat

112
rajin menulis perbekalan farmasi yang mereka perlukan pada lembar permintaan

perbekalan farmasi, namun bila sedang terjadi Code Blue para dokter dan perawat hanya

meneriakkan saja apa yang mereka perlukan tanpa sempat mencatatnya demi

menyelamatkan nyawa pasien yang sedang kritis tersebut. Petugas farmasi juga sibuk

mengambilkan perbekalan farmasi yang diperlukan hingga tidak ada pihak yang sempat

mencatat barang yang keluar atau terpakai. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya

kesalahan dalam pencatatan pengeluaran obat belum lagi ditambah perbekalan farmasi

yang dikembalikan karena tidak terpakai berupa injeksi high alert yang terambil terlalu

banyak. Hal ini bisa menyebabkan hilangnya obat atau alat kesehatan.

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO COT (Central Operating

Theatre) Atas

Di COT atas terdapat satu lemari pendingin, lima lemari alkes, dua lemari etalase,

dua lemari besi, satu lemari double lock untuk narkotika dan psikotropika, dan lima

lemari gantung. Obat-obat seperti flexpen, yang penyimpanannya pada suhu 2-8ºC

disimpan di lemari pendingin (Chiller). Di bagian depan yang ada di dekat passing

window terdapat dua lemari etalase dan 3 lemari alkes yang berisi obat-obat injeksi yang

disusun secara alfabetis, terdapat juga stiker LASA untuk obat golongan LASA yang

dipasang pada toples untuk masing-masing obat dan stiker High Alert untuk obat yang

beresiko tinggi seperti injeksi lidokain yang dipasang pada kemasan masing-masing

obat. Selain injeksi, juga terdapat alkes seperti, Suction catheter, urine bag, benang-

benang, spuit, perban, alcohol swab, aqua for inject, larutan dan cairan. Obat parenteral

113
volume besar yang sering digunakan seperti NaCl 0,9%, paracetamol dan dekstrosa 5%

diletakkan di box yang ada di sebelah meja komputer atau pada rak besi paling bawah,

tempat menyimpan alat kesehatan.

Lemari narkotika dan psikotropika dilengkapi double lock dan kartu stok berada di

belakang lemari besi obat dan dilengkapi daftar obat narkotika dan psikotropika.

Dibagian belakang, terdapat lemari besi yang berisi obat-obat salep, injeksi, dan cairan

seperti ns dan aqua for inject. Tiga lemari alkes yang berada di dekat pintu belakang,

dan terdapat countainer yang berisi stok cairan atau latutan obat parenteral volume

besar, masker, sarung tangan, spuit.

5. TPO BHC (Brain and Heart Center)

a) Pelaksanaan di TPO BHC (Brain and Heart Center)

TPO BHC melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien dengan keluhan jantung

dan saraf otak atau biasa disebut ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit).

Pendistribusian obat di Brain Heart Center adalah UDD. Obat-obat yang digunakan di

TPO BHC hanyalah obat-obat khusus untuk penyakit jantung dan syaraf otak.

Contohnya: Albumin, Clopidogrel, Valsartan.

Di TPO BHC, obat diberikan sesuai dengan Instruksi Medis Farmakologis (lembar

kuning). Setiap pagi, petugas di TPO BHC biasanya memulai tugasnya dengan

mengambil Lembar Intruksi Medis Farmakologis. Obat diambil sesuai dengan jumlah

yang dibutuhkan pada hari itu dan dikemas sesuai dengan aturan pakainya lalu diberi

centang di Lembar Intruksi Medis Farmakologis di TPO Tindakan. Etiket yang dipakai

114
untuk obat oral dan injeksi ditulis tangan, sementara etiket untuk kolf infus dicetak

dalam bentuk barcode dan ditempel langsung. Apabila ada obat yang memerlukan

peracikan atau penggerusan, petugas biasanya melakukannya setelah memberi nama

pada blister obatnya, agar tidak terjadi kesalahan. Peracikan disini biasanya dilakukan

dengan menggunakan lumpang bila jumlah obat yang digerus hanya satu atau dua tablet.

Obat dan alat kesehatan yang sudah dikemas dimasukkan dalam kotak kontainer

plastik yang ditempel barcode yang memuat nama pasien dan keterangan lain seperti

nomor rekam medik pasien, dan jenis kelamin. Obat dibawa dengan menggunakan troli

dan diletakkan di dalam loker obat yang ada di ruang rawat NHCU, Unit Stroke, Jantung

dan Ruang Perawat Kelas BHC. Petugas dan perawat mengecek kembali obat-obat yang

sudah disiapkan dan melakukan serah terima obat. Petugas juga mengecek kelengkapan

alat kesehatan dan menambah atau mengurangi jumlah alat kesehatan tersebut sesuai

kebutuhan. Setelah menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi

Medis Farmakologis ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung

Jawab Pasien.

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO BHC

Penyimpanan obat di TPO BHC hamper sama dengan TPO lainnya disusun di

beberapa Rak, lemari dan kulkas dengan penandaan yang sesuai. Obat berlabel secara

alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli stiker LASA berwarna

kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat LASA diketik

menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca.

115
Obat injeksi diletakkan di rak dibawah obat tablet secara alfabetis juga, dengan

menuruti kaidah LASA pula. Obat high alert disimpan di rak dalam box-box kecil

tertutup yang berada disamping rak gudang kecil dan sirup sediaan injeksi dengan stiker

high alert yang tertempel di seluruh kemasan individual dari obat tersebut. Obat yang

stabil pada suhu dingin disimpan di dalam kulkas, namun sama seperti di TPO Rawat

Jalan, kulkas di TPO BHC merupakan kulkas rumah tangga, bukan chiller, namun

semua kulkas ini dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya.

Obat parenteral volume besar disimpan di rak bagian belakang didekat pintu

keluar ruang TPO BHC, di dekat rak Obat Parenteral terdapat rak untuk penyimpanan

alat kesehatan yang disusun secara alfabetis, dan ada pula yang disimpan di countener

seperti towel. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika disimpan di

dalam lemari yang terletak di samping rak obat tablet dengan lemari double lock dan

yang kuncinya disimpan Ka. Tim TPO BHC sendiri.

6. TPO Penyakit Dalam

a) Pelaksanaan di TPO Penyakit Dalam

TPO Penyakit Dalam (TPO PDL) termasuk kedalam TPO rawat inap sehingga

sistem pendistribusian sama yaitu sistem Unit Dose Dispensing (UDD).. TPO PDL

melayani resep bagi pasien yang dirawat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

khusus penyakit dalam. Setiap pagi petugas melakukan ronda ke bangsal-bangsal, ronda

dilakukan untuk mengecek obat dan alkes yang telah didistribusikan dihari sebelumnya

yang biasanya berada dalam plastik klip besar dalam satu box per satu pasien yang

116
disusun di lemari yang ada di bangsal atau ruang rawat, jika masih ada obat atau alkes

yang tidak digunakan dari bangsal atau ruang rawat maka obat dan alkes tersebut akan

dibawa ke TPO lagi untuk dilakukan retur. Setelah itu barulah petugas menyiapkan obat-

obat untuk didistribusikan pada siang harinya.

Petugas kefarmasian akan menyiapkan obat berdasarkan Instruksi Medis

Farmakologis (lembar kuning) yang ditulis oleh dokter, obat yang disiapkan dicatat di

lembar CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) (lembar putih). Petugas

mengambil obat dari lemari penyimpanan obat sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang

dibutuhkan untuk pemakaian selama satu hari. Obat yang telah diambil dicek oleh

petugas yang berbeda.

Obat yang diambil pun hampir sama dengan obat-obatan yang ada di TPO rawat

inap yaitu bisa berupa obat oral, obat parenteral/injeksi volume kecil atau obat parenteral

volume besar (cairan infus). Obat oral yang diambil biasanya dipotong atau dipisahkan

sesuai dengan jumlah untuk pemakaian satu kali, biasanya obat yang terpotong-potong

agak susah dikenali karena tidak adanya nama obat pada kemasan potongan obat

sehingga petugas juga menuliskan nama obat di kemasan potongan obat tersebut. Jika

ada obat yang memerlukan peracikan atau penggerusan biasanya dilakukan di ruang

peracikan kemudian dibungkus dengan perkamen.

Obat yang sudah disiapkan oleh petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama

pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu

obat dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama

117
biasanya digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan

obat luar. Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak

etiket berupa label yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis kelamin,

serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.

Setelah semua obat disiapkan, petugas akan memasukkan obat dan alkes seperti

spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan, infusion set, transfusion set dan alat

kesehatan lain yang dirasa perlu dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik klip besar

dimana setiap klip memuat obat dan alkes untuk kebutuhan per satu pasien, kemudian

dimasukkan ke dalam box yang telah diambil dari bangsal saat ronda. Untuk kolf-kolf

infus biasanya disusun oleh petugas ke dalam troli sejumlah yang dibutuhkan untuk

kemudian dibawa bersama box-box obat dan alkes yang telah disiapkan.Setelah semua

obat disiapkan, petugas akan melakukan ampragh ke bangsal atau ruang perawatan.

Setelah diruang perawatan obat disimpan di ruang persiapan yang dimasukan

kedalam lemari masing-masing pasien, dimana petugas akan meletakkan box-box obat

dan alkes yang sudah disiapkan. Petugas juga mengecek kolf-kolf infus yang ada dan

menambah atau mengurangi jumlah kolf-kolf infus tersebut sesuai kebutuhan. Setelah

menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi Medis

Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung

Jawab Pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada disana.

Sama juga halnya dengan di TPO rawat inap pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian

yang menjelaskan cara penggunaan obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk

118
menyampaikannya, hal ini dilakukan karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan

tidak sempat untuk selalu mengunjungi pasien untuk memberikan pelayanan informasi

obat (PIO).

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO Penyakit Dalam

Obat di TPO Penyakit Dalam (PDL) disusun di beberapa lemari dan lemari

pendingin dengan penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan

obat tablet yang stabil pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup

dan berlabel yang disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat

LASA ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama

lain dan label obat LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah

dibaca. Obat injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat

tablet dan disusun berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula.

Obat high alert disimpan di lemari yang berbed namun bersebelahan dengan obat

tablet dan injeksi. Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan

hingga satuan terkecil obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan

obat yang disimpan perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high

alert yang ada di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl

konsentrasi tinggi, MgSO4 40% dll.

Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, namun

sama seperti di TPO Rawat Jalan dan TPO Rawat Inap, lemari pendingin yang

dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya secara rutin tiga kali sehari yaitu

119
pada pagi, siang dan sore hari.

Obat parenteral volume besar disimpan di ruang yang sama namun di lemari yang

terpisah dengan obat lainnya. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di

lemari tersendiri yang berdekatan dengan lemari penyimpanan obat parenteral volume

besar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun berdasarkan alafabetis dan

jenis alkes atau bmhp. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika

disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO PDL dengan lemari double lock dan yang

kuncinya disimpan Ka. Tim TPO Rawat PDL.

7. TPO Anak

a) Pelaksanaan di TPO Anak

TPO anak juga termasuk kedalam TPO rawat inap sehingga sistem pendistribusian

sama yaitu sistem Unit Dose Dispensing (UDD). TPO anak melayani resep khusus

pasien anak yang dirawat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada ruang anak.

Petugas kefarmasian akan menyiapkan obat berdasarkan Instruksi Medis

Farmakologis (lembar kuning) yang ditulis oleh dokter, obat yang disiapkan dicatat di

lembar CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) (lembar putih). Petugas

mengambil obat dari lemari penyimpanan obat sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang

dibutuhkan untuk pemakaian selama satu hari. Obat yang telah diambil dicek kembali,

umumnya obat-obat pada TPO ini berupa racikan serbuk yang dibungkus pada

perkamen. Pada saat prakteknya, TPO ini terlalu sempit sedangkan jumlah petugas

didalamnya banyak, ditemukan juga untuk obat yang memiliki salut selaput seperti

120
rifampicin yang digerus kemudian selaputnya di saring lalu serbuknya dimasukan dalam

perkamen dan di buat etiket.

Obat yang sudah disiapkan oleh petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama

pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu

obat dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama

biasanya digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan

obat luar. Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak

etiket berupa label yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis kelamin,

serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.

Setelah semua obat disiapkan, petugas akan memasukkan obat dan alkes seperti

spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan, infusion set, transfusion set dan alat

kesehatan lain yang dirasa perlu dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik klip besar

dimana setiap klip memuat obat dan alkes untuk kebutuhan per satu pasien. Untuk kolf-

kolf infus biasanya disusun oleh petugas ke dalam troli sejumlah yang dibutuhkan untuk

kemudian dibawa bersama box-box obat dan alkes yang telah disiapkan.Setelah semua

obat disiapkan, petugas akan melakukan ampragh ke bangsal atau ruang perawatan.

Setelah diruang perawatan obat disimpan di ruang persiapan yang dimasukan

kedalam lemari masing-masing pasien, dimana petugas akan meletakkan box-box obat

dan alkes yang sudah disiapkan. Petugas juga mengecek kolf-kolf infus yang ada dan

menambah atau mengurangi jumlah kolf-kolf infus tersebut sesuai kebutuhan. Setelah

menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi Medis

121
Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung

Jawab Pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada disana.

Sama juga halnya dengan di TPO rawat inap pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian

yang menjelaskan cara penggunaan obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk

menyampaikannya, hal ini dilakukan karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan

tidak sempat untuk selalu mengunjungi pasien untuk memberikan pelayanan informasi

obat (PIO).

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO Anak

Obat di TPO Anak disusun di beberapa lemari dan lemari pendingin dengan

penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan obat tablet yang stabil

pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup dan berlabel yang

disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli

stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat

LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca. Obat

injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat tablet dan

disusun berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula.

Obat high alert disimpan di lemari yang berbed namun bersebelahan dengan obat

tablet dan injeksi. Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan

hingga satuan terkecil obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan

obat yang disimpan perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high

alert yang ada di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl

122
konsentrasi tinggi, MgSO4 40% dll.

Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, namun

sama seperti di TPO Rawat Jalan dan TPO Rawat Inap, lemari pendingin yang

dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya secara rutin tiga kali sehari yaitu

pada pagi, siang dan sore hari.

Obat parenteral volume besar disimpan di ruang yang sama namun di lemari yang

terpisah dengan obat lainnya. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di

lemari tersendiri yang berdekatan dengan lemari penyimpanan obat parenteral volume

besar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun berdasarkan alafabetis dan

jenis alkes atau bmhp. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika

disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO Anak dengan lemari double lock dan yang

kuncinya disimpan Ka. Tim TPO Rawat Anak.

8. TPO IGD

a) Pelaksanaan di TPO IGD

TPO IGD dibagi menjadi dua ada IGD bawah dan juga IGD atas. Alur penyerahan

obat di TPO IGD adalah menggunakan sistem floor sctock, pasien datang diperiksa dan

diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan menuliskan obat dan alat

kesehatan yang diperlukan di buku khusus bedah, obgyn, dan lain-lain. Kemudian setiap

obat akan dientry ke komputer. Setelah pasien selesai menjalani operasi, kartu instruksi

medis diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar, khusus untuk pasien yang

tidak akan menjalani rawat inap maka KIM akan diminta di TPO instalasi rawat darurat

123
dan akan dibayar dibagian administrasi.

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO IGD

Obat dan alkes di TPO IGD disusun di beberapa lemari dan lemari pendingin

dengan penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan obat tablet

yang stabil pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup dan berlabel

yang disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA

ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan

label obat LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca.

Obat injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat tablet dan

disusun berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula. Obat high alert

disimpan di lemari yang berbeda namun bersebelahan dengan obat tablet dan injeksi.

Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan hingga satuan terkecil

obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan obat yang disimpan

perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high alert yang ada di

RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Terdapat satu lemari narkotika dan

psikotropika di dekat pintu yang dilengkapi Double lock serta dua lemari untuk tempat

penyimpanan alkes. Pada prakteknya, penyusunan sediaan farmasi pada TPO IGD

sangat teratur sehingga mahasiswa mudah untuk menghafal letak persediaan obat, alkes,

dan persediaan farmasi lainnya.

9. TPO Kemoterapi

a) Pelaksanaan di TPO Kemoterapi

124
TPO Kemoterapi adalah tempat pelayanan obat khusus untuk pencampuran obat

sitostatika. TPO ini dibawah naungan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang yang melayani resep rawat inap khusus obat sitostatika pada pasien kanker

yang akan menjalani kemoterapi. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan disini yaitu

penerimaan resep, persiapan resep, pengentrian resep kemoterapi, pencampuran obat,

pendistribusian obat dan monitoring obat kanker.

Adapun syarat pencampuran obat kemo adalah sebagai berikut:

1) Resep obat kemoterapi

2) Formulir PPOK (canggih)

3) Copy hasil patologi

4) Copy surat elegibilitas peserta (jaminan)

5) Protokol obat kemoterapi

Prosedur persiapan sebelum melakukan pencampuran obat sitostatika adalah

menyiapkan protokol pencampuran, menyiapkan obat yang akan dicampur, menyiapkan

etiket, plastik klip dan aluminium foil, masukkan dalam kontainer/box dan memasukan

kontainer/box ke dalam passbox. Sebelum mencampur obat sitostatika maka prosedur

yang harus dilakukan adalah cuci tangan sesuai dengan aturan WHO, memakai APD

(Alat Pelindung Diri) meliputi baju pelindung, penutup kepala, masker kemoterapi,

handscoone steril, kacamata, dan sepatu. Baju pelindung harus berlengan panjang dan

bermanset dengan bahan yang tidak menyerap cairan. Handscoone latex tebal yang steril

dan tidak mengandung bedak, dianjurkan digunakan ganda/double. Membersihkan BSC

125
(Biological Safety Cabinet), memastikan dan mengecek alat yang akan digunakan.

Alur penyerahan resep sampai penyerahan obat di TPO Kemoterapi adalah

sebagai berikut : konfirmasi pasien dari ruang tindakan kemoterapi, kemudian petugas

menelaah resep dan mengisi formulir pencatatan pencampuran obat sitostatika.

Kemudian petugas mengambil obat sitostatika sesuai resep dan membuat etiket untuk

masing-masing obat. Etiket untuk obat sitostatika terbagi menjadi empat jenis etiket,

yaitu etiket khusus untuk obat dengan rute pemberian (I.V.), etiket khusus untuk bolus

(ditempelkan pada spuilt), etiket untuk paket dan etiket yang ditempelkan ke infus untuk

mengetahui jika ada obat yang ditambahkan.

Sebelum melakukan proses pencampuran obat sitostatika, petugas juga

melakukan rekonstitusi terlebih dahulu untuk beberapa jenis infus. Misalnya NaCl infus

1 liter yang volumenya dikurangi sampai 500 ml. Setelah dilakukan rekonstitusi

tersebut, botol infus yang akan digunakan dalam pencampuran obat sitostatika

disesuaikan dengan jenis obat. Untuk obat yang harus terlindung dari cahaya, botol infus

yang digunakan harus dibungkus dengan kertas aluminium. Setelah itu petugas

melakukan penyiapan obat sitostatika dan proses pencampuran obat-obat sitostatika

secara aseptis di Biological Safety Cabinet (BSC). Jika obat sudah selesai disiapkan

maka dilakukan proses pengemasan obat sebelum di distribusikan.

Setelah kegiatan di TPO Kemoterapi telah selesai dilakukan, semua

perlengkapan yang digunakan dalam proses pencampuran obat sitostatika disterilkan

dengan menyemprotkan alkohol pada peralatan tersebut dan seluruh petugas harus

126
mencuci tangan terlebih dahulu dan melepaskan APD yang dipakai sebelum

meninggalkan TPO, kemudian seluruh APD yang digunakan dimasukan kedalam wadah

khusus yang nanti akan dihancurkan.

b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO Kemoterapi

Obat sitostatika disimpan sesuai dengan suhu penyimpanannya yang sesuai. Obat

yang stabil dalam suhu dingin disimpan di dalam chiller dan disusun sesuai dengan

kaidah alfabetis dan ditempeli stiker sitostatika, LASA dan High Alert. Chiller yang

digunakan adalah chiller khusus untuk obat dan dilengkapi thermometer khusus.

Obat yang stabil di suhu ruangan disimpan di lemari kaca biasa. Obat sitostatika

yang terdapat di sini adalah obat sitostatika berbentuk injeksi, bukan obat oral. Selain

obat sitostatika, disimpan juga injeksi nonsitostatik seperti ranitidin yang digunakan

bersama obat sitostatik. Terdapat juga beberapa jenis obat oral seperti metilprednisolon

yang dikemas dalam kemasan 100 tablet per plastik.Untuk sediaan parenteral volume

besar disimpan di ruang pengemasan obat sitostatika.

10. TPO Graha Spesialis

a) Pelaksanaan di TPO Graha Spesialis

TPO ini merupakan tempat melayani obat dan alat kesehatan sesuai resep dokter

spesialis yang pembayarannya dilakukan secara tunai dan untuk pasien yang mempunyai

jaminan kesehatan di tempat pasien atau keluarga pasien bekerja (Non-BPJS).

Contohnya jaminan kesehatan In Health. Alur penyerahan resep kepada pasien hingga

penyerahan obat adalah sebagai berikut : Pasien membawa resep dari dokter ke TPO

127
Graha Spesialis, kemudian resep diterima oleh asisten apoteker untuk dianalisis

kelengkapan resepnya (nama dokter, nama pasien, umur pasien, cap poliklinik),

kemudian obat akan dicek apakah ada atau tidak, jika tidak ada obat yang diminta tetapi

ada obat dengan khasiat yang sama maka akan diganti dengan obat tersebut, apabila

pasien setuju maka resep tersebut akan disiapkan. Sebelum disiapkan asisten apoteker

mengecek terlebih dahulu status pasien apakah pasien umum atau jaminan.

Jika status pasien umum, maka alur penyiapan resep dimulai dengan meng-entry

terlebih dahulu resep tersebut ke SIM RS, kemudian mengecek harga dan meminta

persetujuan pasien, jika pasien setuju maka pasien tersebut diberikan nota dan nomor

antrian, lalu nota tersebut diberikan ke bagian kasir untuk melakukan proses pembayaran

dan pencetakan kuitansi sebagai bukti sudah melakukan pembayaran dan nantinya akan

diserahkan kepada asisten apoteker saat pengambilan obat.

Disaat pasien melakukan proses pembayaran, asisten apoteker menyiapkan obat

dan etiket dan kemudian obat tersebut diberikan kepada pasien dengan dilengkapi

pemberian informasi. Untuk pasien dengan status jaminan terbagi menjadi dua, untuk

pasien dengan jaminan perusahaan resep dilengkapi dengan surat jaminan perobatan.

Sedangkan untuk pasien dengan jaminan asuransi, resep dilengkapi fotocopy kartu

peserta asuransi. Resep yang masuk di-entry ke SIM RS, lalu cetak SPH (Surat

Pengakuan Hutang) dan pasien diberi nomor antrian. Kemudian asisten apoteker

menyiapkan obat dan etiket. Obat yang telah siap segera diberikan kepada pasien dengan

dilengkapi informasi.

128
b) Penyimpanan Obat di TPO Graha Spesialis

TPO Graha Spesialis merupakan TPO yang paling besar setelah TPO rawat inap di

RSUP Dr. Muhammad Hoesin, perbekalan darmasi disusun di beberapa rak, lemari dan

kulkas. Dua rak untuk sediaan tablet berada di samping lemari narkotika dan

psikotropika, berisi obat berbagai penyakit seperti obat hipertensi, suplemen, obat mual

muntah dan lain-lain yang disusun dalam kotak plastik bertutup dengan label, secara

alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM

(Nama Obat, Rupa Umum Mirip). Obat LASA seperti Metilprednisolon 4 mg, 8 mg dan

16 mg ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama

lain (ada obat lain yang namanya tidak mirip diletakkan di antara obat LASA tersebut).

Kemudian, ada lemari-lemari yang secara tersendiri menyimpan obat golongan

narkotika, obat golongan psikotopika. Lemari obat narkotika dan psikotropika

menggunakan double lock dan dilengkapi kartu stok untuk masing-masing obat. Rak

yang berada didepan rak-rak tablet ini menyimpan obat berbentuk sirup, tetes

mata/telinga, salep dan high alert. Obat-obat sirup disusun bersebelahan dengan sesama

obat sirup sedangkan obat berbentuk lain terutama obat mata dan obat kulit topikal

disusun di rak yang berada di samping rak sirup yang dipisahkan dengan passing

window yang di atas rak salep dan tetes mata terdapat obat-obat high alert yang di beri

label high alert berwarna merah yang disusun secara alfabetis.

Ada juga obat yang disimpan di kulkas, obat ini memerlukan suhu yang dingin

agar tetap stabil, contohnya insulin. Sayangnya kulkas yang digunakan di TPO Rawat

129
Jalan ini masih berupa kulkas rumah tangga bukan berupa chiller, namun kulkas ini

selalu dijaga dan dicatat suhunya. Terdapat obat high alert yang disimpan di kulkas ini

dan pada tiap obat high alert ada stiker penanda high alert berwarna merah yang

ditempel pada kotak obatnya dan juga pada tiap sediaan, seperti pada tiap-tiap flexpen di

bagian tutupnya.

Terakhir, obat yang lainnya disimpan di ‘gudang’ mini yang ada di TPO Graha

Spesialis. ‘Gudang’ ini berupa rak yang berada di bawah rak sirup. Obat yang disimpan

di rak ini adalah obat penyakit kronis, obat yang jarang digunakan dan obat yang belum

dikeluarkan dari kotak kemasan sekundernya.

I. Pengelolaan Gudang Perbekalan Farmasi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin

Palembang

Gudang farmasi RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang terbagi menjadi 2

gudang besar yaitu Gudang Master dan gudang Instalasi Farmasi. Gudang Instalasi

farmasi dibagi lagi menjadi tiga ruangan yaitu Gudang Obat, Gudang Alat Kesehatan

dan Gudang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

1. Gudang Obat

Gudang obat adalah tempat penyimpanan obat, baik obat yang stabil pada suhu

ruang atau obat yang stabil pada suhu dingin sebelum didistribusikan ke TPO-TPO.

Suhu ruangan gudang terjaga dengan baik karena adanya AC yang membuat ruangan

sejuk dan selalu dipantau suhunya. Untuk obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di

130
chiller yang disertai thermometer agar suhu chiller selalu terjaga, apabila melebihi batas

suhu maksimal, thermometer chiller di gudang ini akan berbunyi.

Selain penyimpanan sesuai suhu obat disusun sesuai bentuk sediaannya, ada

golongan sirup, tablet, injeksi, topikal dan lain-lain secara alfabetis. Untuk obat yang

masuk dalam kategori LASA (Look Alike Sound Alike) terdapat lemari khusus LASA

dimana obat disimpan secara alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA, yaitu obat

dikelang penyimpanannya dengan obat yang mirip nama, rupa atau bentuknya agar tidak

tertukar dan ditempeli stiker LASA. Ada juga lemari untuk obat High Alert yang

ditempeli selotip merah dan tiap obatnya dipasangi stiker High Alert berwarna merah.

Gudang ini menerapkan prinsip FIFO (First In First Out ) dan FEFO (First

Expired First Out) dengan kartu stok yang ada pada tiap obat agar stok obat selalu

terkendali dan tidak keliru jumlah keluar masuknya.

2. Gudang Alat Kesehatan

Gudang ini menyimpan alat-alat kesehatan baik yang digunakan petugas medis

atau alat kesehatan yang digunakan oleh pasien seperti handscoon, spuit injeksi, NGT,

IV catheter dan infusion set. Di gudang ini juga tersimpan Bahan Habis Pakai seperti

kapas, perban, plester dan lain-lain. Gudang ini dilengkapi AC untuk menjaga suhunya

agar tetap stabil dan sama seperti gudang obat, tiap barang dilengkapi kartu stok untuk

mempermudah pencatatan stoknya.

3. Gudang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pada gudang ini terdapat bahan-bahan yang bersifat oksidator dan mudah terbakar.

131
Disetiap bahan terdapat kartu stok untuk mempermudah pencatatan barang yang masuk

dan keluar. Bahan-bahan tersusun dan tersimpan rapi dalam rak besi.

Ketiga gudang diatas memiliki penanggungjawab masing-masing. Pada saat

petugas dari TPO ingin melakukan amprah barang baik obat, alat kesehatan maupun B3,

petugas TPO diharuskan melakukan entry/posting pesanan ke gudang melalui SIM RS.

Setelah itu, pihak gudang akan mengonfirmasi pesanan yang diterima beserta jumlah

barang yang akan dipenuhi permintaannya, lalu mencetak lembar Bukti Distribusi

Barang yang berisi nomor ditribusi, tanggal distribusi, gudang yang memnuhi, gudang

yang meminta, catatan serta nomor, kode, nama item, pesanan, jumlah yang dipenuhi,

satuan item, harga satuan, harga total + PPN dan harga total distribusi. Terdapat tempat

paraf untuk petugas yang menyerahkan dan petugas yang menerima.

Setelah lembar tersebut diprint, petugas gudang menyiapkan barang yang

diminta dan diletakkan di sebuah container plastik besar. Setelah semua barang diambil,

jumlahnya akan dicek ulang. Bila jumlahnya telah benar, barang siap diambil petugas

dari masing-masing TPO dimana petugas akan mengecek barang, kondisi serta

jumlahnya lalu menandatangani lembar Distribusi Barang dan mengambil satu rangkap,

mengembalikan sisa lembarnya lalu membawa barang tersebut kembali ke TPO mereka

masing-masing. .

J. Proses Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi di RSUP Dr.

Mohammad Hosein Palembang

132
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka

penatausahaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,

didistribusikan maupun yang digunakan di unit-unit pelayanan rumah sakit. Tujuan

pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah

penerimaan persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh

rangkaian kegiatan mutasi obat.

Proses pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP Dr.

Mohammad Hosein Palembang meliputi pencatatan suhu dan kelembaban lemari

pendingin. Sediaan farmasi perlu disimpan di tempat penyimpanannya yang suhunya

sesuai agar sediaan tetap stabil dan tidak rusak. Terdapat beberapa suhu penyimpanan

sediaan farmasi yaitu suhu dingin, suhu sejuk, suhu ruang dan suhu hangat. Suhu dingin

berkisar antara 2-8o C, suhu sejuk 8-15o C, suhu ruang 15-25o C, dan suhu hangat 30-40

derajat celcius.

RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang selalu melakukan pencatatan suhu dan

kelembaban pada lemari pendingin. Sebagian besar TPO di RSUP dr. Mohammad

Hoesin menggunakan kulkas rumah tangga, namun kulkas ini dilengkapi thermometer

dan alat pengukur kelembaban yang selalu dipantau dan dicatat. Biasanya petugas tiap

TPO atau gudang akan mencatat kedua hal ini di lembat catatan suhu dan kelembaban

yang ditempelkan di kulkas secara teratur.

Selain pelaporan suhu dan kelembaban lemari pendingin, RSUP Dr. Mohammad

Hosein Palembang juga melakukan proses pencatatan stok perbekalan farmasi. Pada

133
umumnya untuk pencatatan stok kita mengenal kartu stok yang berfungsi untuk

mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa),

menyusun laporan, perencanaan pengadaan-distribusi dan sebagai pembanding terhadap

keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.

Saat resep masuk petugas akan melakukan entry ke SIM RS, jadi stok obat di

RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang langsung terpotong dari sistem komputer dan

bisa dicek stoknya di masing-masing TPO maupun gudang secara online, sehingga

sedikit obat yang stoknya dicatat menggunakan kartu stok manual. Meskipun begitu,

penggunaan kartu stok tidak secara langsung ditinggalkan. Hal ini dikarenakan masih

diterapkannya penggunaan kartu stok di gudang dan kartu stok untuk obat narkotika

serta psikotropika. Kartu stok ini digunakan hanya sebagai alat bantu dalam mencatat

stok perbekalan farmasi yang keluar dan masuk secara manual. Kartu stok tersebut

diletakkan berdekatan dengan perbekalan farmasi untuk memudahkan petugas dan

mengurangi terjadi kesalahan dalam proses pencatatan. Selain itu, kartu stok digunakan

untuk merekap resep narkotika dan psikotropika yang perlu dilaporkan melalui SIPNAP

tiap bulannya. Pelaporan obat narkotika di RSUP Dr. Mohammad Hoesin yaitu dengan

mengumpulkan resep narkotika dari setiap TPO, kemudian direkap di gudang dan

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota dan Badan Pengawas

Obat dan Makanan.

Kemudian proses pencatatan dan pelaporan yang juga dilakukan di RSUP Dr.

Mohammad Hosein Palembang adalah proses pencatatan dan pelaporan medication

134
error. Untuk mencegah dan mengetahui medication error, RSUP Dr. Mohammad

Hoesin memberlakukan kegiatan telaah resep secara rutin. Contohnya di TPO Graha

Spesialis dan rawat jalan, proses telaah resep dilakukan di setiap penerimaan resep oleh

petugas sesuai tugas mereka masing-masing.

K. Proses Peracikan dan Penyerahan Obat di RSUP Dr. Mohammad Hosein

Palembang

Proses peracikan di RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang dilakukan oleh

petugas kefarmasian di masing-masing TPO. Petugas yang melakukan peracikan harus

memakai APD yang telah disediakan seperti jas lab, masker, sepatu karet, dan penutup

kepala, namun seringkali petugas hanya memakai seragam yang bersih saja. Alat yang

digunakan beragam, sesuai dengan ketersediaan alat yang berada di TPO. Kelengkapan

alat peracikan meliputi mortir dan stamfer standar dengan berbagai ukuran, tablet

crusher, sudip, kertas perkamen atau kantong serbuk khusus beserta alat pembagi serbuk

dan heater penyegelnya (khusus TPO Rawat Jalan), serta serbet yang digunakan sebagai

alas.

Peracikan dimulai ketika petugas kefarmasian sudah menyiapkan obat yang perlu

diracik. Obat dikumpulkan, dihitung kembali jumlahnya sesuai resep lalu dikeluarkan

dari kemasan primernya. Untuk peracikan obat yang jumlahnya sedikit, petugas

kefarmasian di TPO biasanya menggunakan mortir dan stamper untuk menggerus obat,

namun bila obat yang diracik jumlahnya banyak, petugas akan memakai tablet crusher

yang lebih efisien dan hemat tenaga. Hal ini dilakukan karena mortir dan stamfer lebih

135
ringkas proses pembersihannya, cukup disemprot alkohol 70% lalu diseka kain kasa

saja, sedangkan tablet crusher perlu dicuci dengan air dan dikeringkan terlebih dahulu

baru bisa dipakai lagi.

Setelah obat digerus hingga halus dan homogen, obat akan dibagi menjadi

beberapa bungkus sesuai dengan resep. Pada TPO Rawat Jalan, digunakan bungkus

serbuk khusus dipasangkan dengan alat mirip scoop yang digunakan untuk membagi

serbuk dan memasukkanya ke dalam bungkus tersebut. Serbuk obat racikan dibagi dan

diletakkan di alat scoop lalu dimasukkan ke bungkus dengan cara ditegakkan dan

diketuk-ketuk agar seluruh serbuknya masuk. Setelah seluruh obat masuk ke dalam

bungkusnya, bungkus serbuk ini disegel dengan alat heater yang memanaskan bagian

atasnya sehingga menempel satu sama lain, membentuk segel yang kedap udara.

Bungkusan serbuk ini lalu dirobek satu per satu agar menjadi satu sachet individual.

Pada TPO lain, serbuk obat biasanya dibungkus dengan kertas perkamen biasa dengan

cara melipat yang biasa pula. Setelah dibungkus, obat racikan diberi keterangan nama

obat dan dosisnya pada bungkus perkamennya jika perlu. Hal ini biasa dilakukan pada

TPO yang melayani pasien rawat inap seperti TPO Rawat Inap, TPO BHC dan TPO

Anak. Perbedaan alat pengerjaan dan cara pengerjaan mungkin terjadi mengingat TPO

Rawat Jalan merupakan TPO yang paling banyak melayani pasien, sehingga alat yang

lebih canggih dibutuhkan untuk membungkus obat racikan agar proses pengerjaannya

pun lebih cepat.

136
Ketika proses peracikan dan pembungkusan telah selesai, obat racikan dimasukkan

ke dalam klip plastik dan diberi etiket yang sesuai, lalu siap untuk didistribusikan.

Pada periode PKL mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang yang dimulai pada

bulan Februari 2020 hingga bulan April 2020, mahasiswa sempat melihat cara peracikan

lain yang dilakukan oleh petugas TPO yang mungkin tidak sesuai dengan standar

peracikan. Dimana obat yang tidak boleh digerus dan dipotong seperti obat salut selaput

yang terpaksa digerus. Kejadian ini terjadi karena biasanya pasien rawat inap tidak bisa

menelan obat tersebut karena tidak sadarkan diri sehingga obat harus dimasukkan

melalui NGT atau ketika dosis obat terlalu besar dan tidak ada sediaan obat dengan dosis

yang lebih kecil, sehingga obat perlu dipotong menjadi beberapa bagian dan digerus,

biasanya hal ini dilakukan untuk pasien anak yang dirawat di Ruang Selincah. Untuk

penyerahan obat di RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang sendiri, terdapat

perbedaan cara penyerahan obat di TPO Rawat Jalan dan TPO lainnya. Di TPO Rawat

Jalan, apoteker menyerahkan obat kepada pasien sambil memberi penjelasan, namun di

TPO lain yang melayani pasien rawat inap, biasanya tidak terjadi PIO antara petugas

kefarmasian dengan pasien secara langsung. Biasanya petugas kefarmasian hanya

memberikan PIO kepada perawat yang sedang bertugas, sehingga perawatlah yang

menyampaikan cara memakai obat dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini terjadi

karena jumlah petugas kefarmasian yang bekerja di TPO yang melayani pasien rawat

inap cenderung sedikit dibandingkan pasien yang banyak sekali jumlahnya.

137
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammad Hoesin telah melakukan pelayanan yang

cukup baik karena pelayanan di rumah sakit tersebut sudah didukung dengan sisstem

komputer.Baik dalam identifikasi resep maupun penulisan etiket.

2. Struktur organisasi pada rumah sakit tipe A lebih kompleks dengan memiliki 3

direktorat dibawah pimpinan direktur utama, namun dengan penggunaan teknologi

yang disebut SIMRS (Sitem Informasi Manajemen Rumah Sakit) semua kegiatan

dapat berjalan dengan baik dan lebih mudah.

3. Penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang

sudah memenuhi persyaratan yang cukup baik berdasarkan persyaratan Permenkes

No. 58 Tahun 2014. Untuk obat-obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dilemari

khusus dengan menggunakan kunci ganda. Sedangkan obat-obat high alert dan

LASA diberi pelebelan warna merah untuk high alert dan warna kuning untuk obat

LASA.

4. Sistem distriburi perbekalan farmasi pada RSUP dr. Mohammad Hoesin dibagi

menjadi, desentralisasi (dari Gudang Farmasi ke TPO), Unit Dose Dispensing (pada t

iap TPO yang melayani pasien rawat inap), resep perseorangan/individual drugs

138
order (di TPO Rawat Jalan dan TPO Graha Spesialis) dan Floorstock ( di TPO COT

dan IGD)

5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammad Hoesin telah memiliki kelengkapan obat

yang cukup memadai dan tata ruang yang cukup baik untuk menunjang pelayanan

kesehatan dirumah sakit. Selain itu, pelayanan di sudah baik seperti tenaga kerja

instalasi yang ramah dan berwawasan luas dibidang apotek, waktu tunggu pelayanan

resep yang optimal.

B. Saran

1. Perlu adanya perluasan di instalasi farmasi supaya dapat melakukan pelayanan yang

lebih optimal.

2. Untuk petugas di instalasi farmasi diharapakan lebih teliti dalam menulis kartu stok.

3. Perlu adanya penambahan ruangan di instalasi farmasi agar obat-obatan dapat

tersusun lebih baik dan dapat terkelola secara efektif.

4. Perlu adanya perluasan ruangan gudang persediaan di RSMH Palembang.

139
DAFTAR PUSTAKA

Kemkes (2017, 3 Oktober). Retrieved from Ditjen Yankes 2017. Diakses pada tanggal
20 juni 2021, dari http://sirs.yankes.kemkes.go.id

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Pedoman Pengelolaan Obat Program


Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI,(2004) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta:Depkes RI;2004

Depkes. 2007. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan

BNPB (2011, 11 januari) Kejadian Bencana Tahun 2009. Diakses Pada 21 juni 2021,
dari https://bnpb.go.id/infografis/kejadian-bencana-tahun-2009

E-Pharm.Kemkes (2004, 8 Maret) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 1997. Diakses pada 20 Juni 2021, dari http://e
pharm.kemkes.go.id/front/pdf/UU51997.pdf

Dokumen Indonesia (2019. 3 Maret) Keputusan Menteri kesehatan nomor 1243 tahun
2005. Diakses pada 21 Juni 2021, dari https://fdokumen.com/document/-web-
viewkeputusan-menteri-kesehatan-ri-nomor-1243menkesskviii2005-tanggal.html

Jamsosindonesia.com (2015. 3 Mei ) Pedoman penetapan rumah sakit rujukan regional.


Diakses pada tanggal 20 Juni 2021, dari
http://www.jamsosindonesia.com/document/download/211/keputusan-menteri-
kesehatan-republik-indonesia-nomor-hk0202menkes3912014-tentang-pedoman-
penetapan-rumah-sakit-rujukan-regional

BPK RI (2020) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2000. Diakses pada tanggal 21
Juni 2021, dari https://jdih.bpk.go.id/?p=32516

Peraturan Pemerintah (2013) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun


2010. Diakses Pada Tanggal 21 Juni 2021, dari
http://jdih.tanjungpinangkota.go.id/peraturan/pp%20_%2034%20_
%202010%20_%20jdihtpi(75).pdf

140
Staff.Ugm (2005) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997. Diakses
Pada Tanggal 20 Juni 2021, dari https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-
1997PNBP.pdf

Staff.Ugm (2007) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005.


Diakses pada tanggal 21 Juni 2021, dari http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP23-
2005PengelolaanUangBLU.pdf

BPK RI (2010) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Diakses Pada
Tanggal 20 Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-
36-tahun-2009

BPK RI (2020) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020. Diakses pada tanggal 21
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-
3-tahun-2020

BPK RI (2017) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016. Diakses pada tanggal 20
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114491/permenkes-no-
72-tahun-2016

BPK RI ( 2015) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014. Diakses Pada Tanggal 21
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139680/permenkes-no-
58-tahun-2014

BPK RI (2000) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22 Tahun 1997. Diakses pada tanggal 20
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46016/uu-no-22-tahun-
1997

Rumah Belajar (2016) Psikotropika . Diakses Pada Tanggal 21 Juni 2021, dari
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/PSIKOTR
OPIKA-2016-/menu3.html

Komisi Informasi ( 2010) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Diakses
Pada Tanggal 20 Juni 2021, dari
https://www.komisiinformasi.go.id/uploads/documents/UU_44_Tahun_2009.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi


Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Industri Farmasi, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang


Besar Farmasi. Jakarta

141
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
PERMENKES No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi. Jakarta

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Priyambodo. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E. 2004. Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

142
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

141
Gambar 4. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Lampiran 2. Format Kartu Instruksi Medis Farmakologis RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang

142
Gambar 5. Kartu Instruksi Medis Farmakologis
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Lampiran 3. Label LASA, High Alert, Obat Sitostatiska

Gambar 6. Label LASA Gambar 7. Stiker LASA pada obat

143
Gambar 8. Label High Alert Gambar 9. Stiker High Alert pada sediaan

Gambar 10. Label Sitostatika Gambar 11. Stiker Sitostatika pada sediaan

Lampiran 4. Etiket dan Barcode

144
Gambar 12. Etiket biru pemakaian luar Gambar 13. Etiket putih untuk oral

Gambar 13. Etiket sediaan larutan (Sirup) Gambar 14. Etiket barcode

Lampiran 5. Formulir Pencatatan Pencampuran Obat Sitostatik

145
Gambar 15. Formulir Pencatatan Pencampuran Obat Sitostatik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Lampiran 6. Kartu Stok

Gambar 16. Kartu Stok RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Lampiran 7. Pemeriksaan Perbekalan Farmasi Tas Emergency (Blue Code)

146
Gambar 17. Pemeriksaan Perbekalan Farmasi Tas Emergency (Blue Code)
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Lampiran 8. Pemakaian Perbekalan Farmasi Emergency

Gambar 18. Pemakaian Perbekalan Farmasi Emergency


RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Lampiran 9. Lemari Pendingin

147
Gambar 19. Lemari Pendingin Dengan Thermometer dan Lembar Cek Suhu

Gambar 20. Lemari Pendingin Untuk Obat-Oat High Aler

Lampiran 10. Lemari Obat

148
Gambar 21. Lemari Obat Berdasarkan Nama Pasien

Gambar 22. Rak Obat dan Persediaan Farmasi di Gudang

149
Gambar 23. Rak Obat dan Persediaan Obat di Gudang Master

Gambar 24. Rakdan Persediaan Alkes

150
Gambar 24. Rak Obat Tablet di TPO

Gambar 25. Rak Injeksi di TPO

151
Gambar 26. Rak Sirup di TPO

Gambar 27. Rak Alkes di TPO

Lampiran 11. Penyimpanan Obat Narkotika, Psikotropika dan B3

152
Gambar 28. Lemari Obat Psikotropika Gambar 29. Lemari Narkotika

Gambar 30. Rak penyimpanan B3

153

Anda mungkin juga menyukai