DISUSUN OLEH:
1. Anggia Intan Shafira ( PO.71.39.1.18.042 )
2. Emilia Fransisca ( PO.71.39.1.18.049 )
3. Indri Septiani ( PO.71.39.1.18.056 )
4. M. Pahlan Piruzzi ( PO.71.39.1.18.061 )
5. Siti Qurrota Akyuni ( PO.71.39.1.18.071 )
6. Tharissa Rizka Ramadhani ( PO.71.39.1.18.074 )
7. Zharifah Azzahra ( PO.71.39.1.18.080 )
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
RSUP Dr. MOH. HOESIN (RSMH) PALEMBANG
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Jurusan Farmasi
Mindawarnis,S.Si,Apt., M.Kes
NIP : 197206062001122002
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh :
Ketua Penguji
NIP :
Penguji I Penguji II
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala
berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya untuk Allah atas segala
berkat, rahmat yang sangat besar, laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit
Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang ini bisa kami selesaikan.
Dalam menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan ini, kami mengucapkan
terima kasih atas bimbingan, motivasi, dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan Praktek
Kerja Lapangan tersebut di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, terutama kepada :
1. Apt Mona Rahmi Rulianti, M.Farm selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL)
2. Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Palembang yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) Di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
3. Ibu Yuniar, S.Si,M.Sc,Apt selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di
Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang
4. Apoteker dan Karyawan Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
5. Teman-teman satu grup yang telah bekerjasama dengan baik
Kami menyadari dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata
kesempurnaan.Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga
mohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat laporan.
Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat
untuk diri kami sendiri, teman-teman, dan orang lain.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------I
DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------------------I
BAB I-------------------------------------------------------------------------------------------------1
PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------1
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------1
B. Tujuan----------------------------------------------------------------------------------------3
C. Manfaat---------------------------------------------------------------------------------------4
A. Rumah Sakit---------------------------------------------------------------------------------5
E. Obat Narkotika----------------------------------------------------------------------------37
F. Obat Psikotropika-------------------------------------------------------------------------37
K. Ketentuan Resep---------------------------------------------------------------------------43
L. Pengelolaan Resep------------------------------------------------------------------------44
B. Sejarah dan Akreditasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin
Palembang---------------------------------------------------------------------------------------49
C. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin
Palembang---------------------------------------------------------------------------------------51
D. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin Palembang
………………………………………………………………………………………..51
BAB IV PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------92
A. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang-----------------------------------------------------------------------------94
F. Penyimpanan Obat dengan Nama Obat dan Rupa Mirip (Look Alike Sound Alike
LASA)------------------------------------------------------------------------------------------101
A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------138
B. Saran---------------------------------------------------------------------------------------139
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------140
LAMPIRAN--------------------------------------------------------------------------------------141
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menigkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang
Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 bahwa kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai
adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani,
maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi,
tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
1
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (Depkes, 2007). Kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah
pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan sangat di perlukan
Apoteker bertaggung jawab dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif,
aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan
farmasi maupun pelayanan farmasi klinik (Depkes RI, 2004). Untuk memperoleh
berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang sesuai dengan standar
2
pada PMK No.72 tahun 2016, mahasiswa/i DIII Farmasi Poltekkes Kemenkes
Palembang perlu melakukan praktek kerja lapangan yang diadakan di Rumah Sakit
Umum Moh.Hoesin Palembang. Kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah
satu mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga teknis kefarmasian yang
terampil, terlatih, dan mampu mengembangkan diri dengan baik sebagai tenaga
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran
secara nyata kepada mahasiswa mengenai pelayanan kefarmasian yang ada di Rumah
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Umum
3
7. Mengidentifikasi resep.
11. Mempelajari persiapan, pengadaan dan pemberian obat pada pasien rawat jalan dan
rawat inap.
C. Manfaat
(PKL) di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH)
yaitu :
2. Mengetahui alur pemasukan obat dari PBF ke gudang dan ke Instalasi Farmasi.
3. Menambah wawasan mengenai farmasi rumah sakit dan dapat dijadikan acuan jika
4
5. Mahasiswa memiliki pengalaman dalam melaksanakan praktik peracikan obat dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
Nomor 72 tahun 2016 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Pelayanan
1957 yang dimulai dengan fasilitas sederhana pada pelayanan rawat jalan serta
pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur 78 unit, disertai penambahan fasilitas
lainnya dan ditetapkan sebagai RSU Type C dengan fasilitas pelayanan yang memadai,
cukup lengkapnya tenaga dokter spesialis serta telah berkembang menjadi tempat
pendidikan para medis (1959) dan fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya (1968)
maka pada tahun 1972 RSUP Palembang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type B.
RSUP Dr.Mohammad Hoesin adalah rumah sakit yang didirikan pada tahun 1953
atas prakarsa menteri Kesehatan RI dr.Mohammad Ali (Dr. Lee Kiat Teng) dengan
biaya pemerintah pusat pada tanggal 03 januari 1957 rumah sakit ini dimulai operasional
yang dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel di mana itu meliputi provisi se-Sumatera
5
Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung. RSUP Dr.Mohammad
rumah sakit ini semakin berkembang, baik fasilitas, sarana dan prasarana Sumber daya
manusianya tersedia para spesialis sehingga mengubah tipenya dari kelas C menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat tipe B dan sekarang menjadi Rumah Sakit Rujukan nasional
Rumah Sakit terbesar dan sebagai pusat rujukan layanan kesehatan se-sumatra selatan,
Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka belitung. Tahun 1993-1994 RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang mengubah status dari RS Vertikal (RS Penerima Negara
20/1997 menjadi Rumah Sakit Instansi Pengguna PNBP, dimana Rumah Sakit dapat
memanfaatkan dana dari hasil pendapatan sesuai dengan anggaran yang di proyeksikan
rumah sakit dan diselaraskan dengan pendapatan melalui prosedur KPKN disamping itu
ditetapkan menjadi salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit
sebagai Rumah Sakit Perjan (Perusahaan Jawatan) secara operasional RSMH Palembang
masih tetap melaksanakan fungsi pelayanan sosialnya bagi masyarakat ekonomi kurang
6
mampu melalui progam ASKESKIN. Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005
tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SK
Penetapan 13 eks Rumah Sakit Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksanaan Teknis
Depkes RI dengan menerapkan pola pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang
peranannya, bahwa rumah sakit merupakan suatu bagian integral dari organisasi sosial
dan medis yang fungsinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh
pada masyarakat, baik pencegahan maupun penyembuhan dan pelayanan pada pasien
yang jauh dari keluarga dan lingkungan tempat pendidikan bagi tenaga kesehatan dan
berikut :
standar RS
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
7
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
1. Berdasarkan Kepemilikan
dan Keamanan maupun Badan Umum Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini
1) Rumah sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
subspesialistik luas.
2) Rumah sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
8
3) Rumah sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
4) Rumah sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
Rumah sakit Umum swasta adalah Rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakn oleh yayasan, organisasi keagamaan atau badan hukum lain dan
umum.
1) Kelas A
9
Mempunyai paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5
2) Kelas B
3) Kelas C
4) Kelas D
pelayanan tertentu seperti Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Kista, Rumah
10
2) Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik:
1) Penyakit Dalam
2) Bedah
4) Kesehatan Anak
5) Penyakit Syaraf
6) Penyakit THT
9) Anasthesi
1) Penyakit Dalam :
11
Alergi-imunologi, endokrinologo, gastro-hepatologi, hematologi
3) Bedah
4) THT
komunitas.
5) Anestesi
Menurut PMK No. 72 Tahun 2016, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit harus
12
farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di
suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasiaan, yang ditujukan untuk
berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum
didistribusikan. Selain itu untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi
bahan baku, bahan pengemasan dan obat jadi dari pengaruh luar, binatang pengerat dan
serangga serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi terebut,
maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut
13
a. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan.
d. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat
dipertanggung jawabkan.
f. Administrasi.
Gudang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar.
a. Gudang harus mempunyai prosedur tetap (protap) yang mengatur tata cara kerja
b. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan
c. Gudang harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
14
Pengeluaran barang harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)
A. Tugas Pokok
kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
Kefarmasian.
formularium RS
15
B. Fungsi
yang berlaku.
berlaku.
kefarmasian.
kesehatan.
c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
16
f) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.
Adapun tujuan dari instalasi farmasi rumah sakit terbagi atas 3 bagian yaitu :
a. Manajemen
melalui pendidikan.
b. Farmasi Klinik
17
2)Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik
5)Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta
6. Pengorganisasian
18
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi kewenangan, dan tanggung jawab Rumah
Sakit. Berikut adalah beberapa orang di Rumah Sakit yang terkait dengan kefarmasian :
yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada
apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite
19
lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan
Obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila
b) melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit
Tim lain yang terkait dengan tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat
dibentuk sesuai dengan peran dan kebutuhan. Adapun peran Apoteker dalam Tim
20
F. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP).
dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan
perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
pelaporan.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus
untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan pasal 15 ayat 3 UU
Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh
formularium, pengadaan dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
instalasi farmasi rumah sakit. Dengan demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan
21
dan bahan medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
g. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication). High alert
medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan
22
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
b. Elektrolit konsentrasi tinggi, misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat.
Tahun 2016 Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
a. Pemilihan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
2) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan
3) Pola penyakit
6) Mutu
7) Harga dan
8) Ketersediaan di pasaran
23
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh komie/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah
Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi
Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah
Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah
Sakit.
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan
3) membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
24
7) menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
melakukan monitoring.
penderita
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan
b. Perencanaan Kebutuhan
25
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
6) Rencana pengembangan
c. Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
26
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan
tenaga kefarmasian.
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
4) Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain).
stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat
1. Pembelian
27
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
b. Persyaratan pemasok
apabila:
3. Sumbangan/Dropping/Hibah
28
disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan
Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah
Sakit.
d. Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
e. Penyimpanan
keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
29
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
kurang hati-hati.
4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
30
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi
1) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan.
6) Pendistribusian
menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
31
2) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
4) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
jawab ruangan.
5) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi
Farmasi.
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,
32
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
h. Sistem Kombinasi
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c
atau a + c. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock
i. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
2) Telah kadaluwarsa
33
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
terkait;
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan
penarikan.
j. Pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
34
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi
Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk Penggunaan Obat sesuai dengan
Formularium Rumah Sakit, Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi,
Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
k. Administrasi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
35
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat
secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu
berlaku.
d) Dokumentasi farmasi.
Instalasi Farmasi
c) Laporan tahunan.
2) Administrasi Keuangan
36
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
3) Administrasi Penghapusan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
G. Obat Narkotika
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
37
3. Golongan III, berpotensi ringan dalam menimbulkan ketergantungan dan banyak
dan dihidrocodeina
H. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku ( Undang-Undang No.
golongan, yaitu :
dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh:
dapat digunakan untuk pengobatan terapi harus dengan resep dokter. Contoh:
38
diazepam, nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo (sering disalah
Unsur pengelola dan sarana yang harus tersedia di dalam kegiatan manajemen
pengeluaran obat.
d. Melaporkan dalam bentuk Berita Acara, apabila terjadi hal yang khusus
39
a. Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi pergudangan.
d. Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Obat dan mencatat jumlah obat
penyimpanan.
obat persediaan.
5. Staf Pelaksana Gudang, tugasnya yaitu membantu pengurusan obat dalam hal
1. Gudang Terbuka
40
a. Gudang terbuka yang tidak diolah, yaitu berupa satu lapangan terbuka yang
b. Gudang terbuka diolah, yaitu lapangan terbuka yang sudah diratakan dan
3. Gudang Tertutup
Penyimpanan Obat Peralatan dan fasilitas yang biasa digunakan dalam penyimpanan
1. Lemari atau rak yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya
2. Ganjal atau pallet, gunanya sebagai alas penumpuk barang, agar barang mudah
lantai.
41
3. Lori dorong yang berguna untuk mengangkut atau memindahkan barang/obat
dalam gudang.
5. Forklift, gunanya untuk mengangkut barang/box yang besar atau berat yang
barang/obat.
Buku harian penerimaan obat berisi semua catatan penerimaan obat maupun
catatan tentang dokumen obat yang akan diterima. Buku harian tersebut
diselenggarakan oleh pengurus barang atau obat dengan diketahui oleh kepala
gudang.
Buku harian pengeluaran obat berisi semua catatan mengenai obat maupun
c. Kartu Stok
42
Kartu stok obat berisi catatan penerimaan dan pengeluaran obat berdasarkan
b. Alat bantu dan alat kontrol Kepala Gudang untuk membuat persetujuan
obat-obatan.
43
Dokumen ini berisi daftar, jumlahdan item barang atau obat yang telah
dikeluarkan dari gudang penyimpanan dan diterima oleh bangsal rawat inap
g. Faktur
Dokumen yang berisi daftar dan jumlah obat serta alamat tujuan obat
Dokumen yang berisi item dan jumlah obat atau alkes beserta harga dari
M. Ketentuan Resep
2. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep.
44
menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di
atas resep).
dan tidak dapat menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat
ditunda.
7. Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral
(injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi
dan mulut.
(berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan resep, dan harus didahulukan
dalam pelayanannya.
9. Resep p.p / pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat
10. Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka
apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama
45
c. Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/ususpropius
e. Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus
N. Pengelolaan Resep
1. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya, tandai
3. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai.
mencantumkan :
46
c. Berat resep yg dimusnahkan dalam kilogram.
Copy resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau apotek. Istilah lain
dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Apabila Apoteker Pengelola
pada salinan resep yang dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau
Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat
penderita-penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
e. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur
47
2. Ketentuan Copy Resep
a. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh
bersangkutan).
c. Resepa tau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
berlaku.
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda:
a. Cito : segera
b. Urgent : penting
Pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini
termasuk resep antidotum.Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka
dalam resep ditulis Iteratie.Dan ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan
48
iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3 kali ulangan = 4 X .Untuk resep yang
mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie tetapi selalu dengan resep baru
49
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Direktur Sumber Manusia : dr. Msy. Rita Dewi, M.S. SP.A (K), MARS
48
Direktur Keuangan : Ekwanto, SE., MM
E-mail : humas.rsmh@gmail.com
International).
Hoesin Palembang
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin adalah rumah sakit umum milik
berbagai pelayanan kesehatan (rawat inap, rawat jalan, rawat darurat, graha spesialis dan
penunjang medis), memiliki 969 tempat tidur dengan karyawan mencapai 2886 pegawai
medis dan non medis. Pada pertengahan tahun 2005, RSUP dr. Mohammad Hoesin
berstatus BLU (Badan Layanan Umum Perusahaan Jawatan. RSUP dr. Mohammad
49
Hoesin berfiliasi dengan Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Palembang RSUP
dr. Mohammad Hoesin palembang didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri
Kesehatan RI dr. Mohammad Ali (Dr. Lee kiat Teng) dengan biaya pemerintah pusat
pada tanggal 03 januari 1957 rumah sakit ini operasional yang dapat melayani
dr. Mohammad Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap
berkembang, baik fasilitas, sarana dan prasana sumber daya manusianya tersedia para
spesialis lengkap dan beberapa sub spesialis sehingga mengubah tipenya dari kelas C
menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Tipe B dan sekarang menjadi Rumah Sakit Rumah
Akreditasi JCI (Joint Commission International) dan menjadi Rumah Sakit terbesar dan
Penerima Negara Bukan Pajak) menjadi RS Swadana sesuai SK. Menkes RI No.
PNPB, dimana rumah sakit dapat memanfaatkan dana dari hasil pendapatan sesuai
50
dengan anggaran yang diproyeksikan rumah sakit dan diselaraskan dengan pendepatan
melalui prosedur KPKN disamping itu subsidi Pemerintah Tetap seperti sediakala.
Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin merupakan Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit Rujukan Nasional serta telah Terakreditasi KARS pada bulan November
2019 dan RSMH berhasil lulus Tingkat Paripurna, sementara pada bulan Januari 2020
dilakukan kegiatan Mock Survey Akreditasi JCI di RSMH dan berhasil mendapatkan
C. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin
Palembang
“Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang Mandiri dan Terpercaya”.
d. Menjalin kemitraan dengan jaringan bisnis rumah sakit secara komprehensif dan
berkelanjutan.
51
D. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Mohammad Hoesin
Palembang
3. Pelayanan kesehatan lainnya pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang
kesehatan.
52
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dikepalai oleh direktur utama dibawah
keperawatan, dan bidang fasilitas pelayanan medik serta membawahi departemen bedah,
rehabilitasi medik, penyakit dalam, radiologi, kesehatan anak, obgyn, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, mata, kulit kelamin, anastesi, patologi klinik, patologi anatomi,
kedokteran forensik, gigi dan mulut, jiwa, kardiologi, mikrobiologi. Selain itu
membawahi instalasi seperti rawat jalan, rawat darurat, rawat inap utama, rawat inap
bedah, rawat inap non-bedah, rawat inap obgyn, rawat inap kesehatan anak, rawat
Untuk Instalasi Farmasi dibawahi oleh direktur umum, SDM, dan pendidikan.
Instalasi lainnya yang sama, yaitu instalasi gizi, pemulasaraan jenazah, radiologi,
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit), hukum humas, diklat dan kesehatan lingkungan.
Selain itu terdapat bagian umum, bagian SDM dan diklit dibawah direktur umum, SDM
dan pendidikan.
perbendaharaan dan mobilitas dana, bagian akuntansi serta instalasi teknologi informasi
53
1. Falsafah, Misi dan Tujuan Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
a. Falsafah
kepada penyembuhan pasien dengan penyediaan obat yang bermutu, rasional dan
b. Visi
Menjadi pusat pelayanan farmasi, pendidikan, dan penelitian yang terbaik dan
c. Misi
pelayanan pasien secara terpadu, dengan penyediaan obat yang bermutu, dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat (Efektif, Aman, Rasional dan Murah
d. Tujuan
2) Agar terlaksana pembuatan obat yang sesuai dengan CPOB (Cara Pembuatan
yang Obat).
3) Agar terjamin mutu dan keamanan obat selama penyimpanan dan penyaluran
obat.
54
4) Agar terlaksana pengawasan terhadap penyalahgunaan obat atau penggunaan
salah obat.
Palembang
a. Tugas pokok
b. Fungsi
dengan kefarmasian.
55
2) Monitoring dan pelaporan kefarmasian.
Hoesin Palembang
Palembang
56
Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin dibawah Direktur Umum, SDM
dan Pendidikan yang dikepalai oleh kepala Instalasi Farmasi. Instalasi farmasi memiliki
4 sub koordinator pelayanan yang dibawahi kepala Instalasi Farmasi yaitu, Koordinator
Koordinator Persediaan Farmasi membawahi Kepala Tim ADM dan Logistik dan
Kepala Tim Gudang dimana setiap Kepala Tim membawahi Pelaksana dan Pramubakti
Kepala Tim TPO Graha Spesialis, Kepala Tim TPO Instalasi Rawat Darurat Atas dan
Bawah, Kepala Tim TPO One Day Care, Central Operating Theatre Atas dan Bawah,
Kepala Tim TPO Brain Heart Centre,, Kepala Tim TPO Handling Sitostatik, Kepala
4. Uraian Tugas
Farmasi, dan kebijakan interen Instalasi Farmasi yang merujuk dan tidak
57
2) Mengkoordinasikan, mengendalikan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan di
Instalasi Farmasi.
4) Mempelajari dan mengkaji laporan, saran, hasil kerja staf dan pegawai Instalasi
Farmasi.
5) Mengadakan rapat staf dan Petugas Instalasi Farmasi terkait secara rutin dan
8) Memberikan saran atau masukan dan berkonsultasi dengan pimpinan RSUP Dr.
9) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
58
2) Mengkoordinir proses penyusunan, penyeleksian serta pengolahan data dalam
koordinasinya
Opname.
c. Ketua Tim
2) Menyusun dan membuat daftar permintaan kebutuhan barang farmasi dan barang
rumah tangga.
3) Menyiapkan bahan dan data barang farmasi yang akan diinformasikan oleh
59
5) Melaksanakan penyiapan untuk produksi obat dibawah pengawasan Apoteker.
10) Menyiapkan bahan dan data yang dibutuhkan untuk mengikuti rapat atau
pertemuan.
11) Menyiapkan jadwal dinas petugas untuk diajukan kepada Apoteker Penanggung
Jawab.
d. Pelaksana
Dalam melakukan tugasnya, bertanggung jawab kepada Ketua Tim dalam hal
sebagai berikut:
jawab.
60
I. Manajemen Persediaan Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
Pemilihan obat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin merujuk kepada beberapa pedoman,
diantaranya :
Pemilihan obat dilakukan oleh Panitia Farmasi Terapi (PFT) dan Apoteker
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
61
b. Penetapan prioritas
c. Sisa persediaan
f. Rencana pengembangan
dengan harga yang layak dengan mutu baik, pengiriman barang terjamin dan tepat
waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
farmasi. Pengadaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
buku pesanan obat atau alat kesehatan. Setelah mendapat persetujuan dari kepala
Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin maka dibuatlah surat pesanan yang
ditujukan kepada distributor atau PBF. Tiap gudang akan memesan obat dalam 2 minggu
sekali berdasarkan kebutuhan bangsal- bangsal yang merujuk pada pedoman diatas.
Terdapat 2 tipe pembelian yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr.
1) Tender
62
Pembelian secara tender dilakukan untuk obat, alat kebutuhan ruangan, dan alat
2) Pembelian Langsung
Pembelian obat yang dilakukan melalui surat pesanan atau order dan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan
adalah:
63
c. Menjaga ketersediaan.
dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)
dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan sudah berlaku sistem
Gambar 4. Daftar obat-obat yang termasuk Look Alike dan Sound Alike (LASA)
64
LASA (Look Alike Sound Alike) adalah istilah yang dipakai untuk obat yang
mempunyai nama, tampilan, dan ucapan yang mirip. Obat ini harus diletakkan ditempat
yang terpisah dengan obat lain yang mempunyai kemiripan. Untuk mempermudah dan
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang obat berkategori LASA ditempatkan pada
satu area, tetapi untuk obat yang mempunyai kemiripan diletakkan terpisah satu sama
lain dengan cara memisahkannya dengan obat lain yang berbeda. Stiker LASA berwarna
kuning cerah dan bertuliskan “LASA”. Contoh obat yang diberi label LASA:
2) High Alert
65
Obat yang berkategori High Alert adalah obat yang dapat menimbulkan cedera jika
a) Menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin,
agonis adrenergik.
b) Kelompok obat antidiabetes jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara
alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah. Stiker obat ini berwarna merah dan
bertuliskan “High Alert”. Kategori obat yang diberi label High Alert, yaitu:
pethidin, fentanil, morfin, codein, MST tablet, durogesic patch, codipront, injeksi
magnesium sulfat, oxitosin IV, KCl pekat untuk injeksi, NaCl untuk hipertonik >
0,9%.
3) Sitostatika
Sitostatika adalah obat kanker yang mempunyai efek toksis dan perlu tindakan
hati-hati dalam penanganannya. Stiker obat ini berwarna ungu dan bertuliskan “obat
kanker tangani dengan hati-hati”. Contoh obat kanker yang diberi label ini, yaitu
gudang besar yaitu Gudang Master dan gudang Instalasi Farmasi. Gudang Instalasi
66
farmasi dibagi lagi menjadi tiga ruangan yaitu Gudang Obat, Gudang Alat Kesehatan
1. Gudang Obat
Gudang obat adalah tempat penyimpanan obat, baik obat yang stabil pada
suhu ruang atau obat yang stabil pada suhu dingin sebelum didistribusikan ke TPO-
TPO. Suhu ruangan gudang terjaga dengan baik karena adanya AC yang membuat
ruangan sejuk dan selalu dipantau suhunya. Untuk obat yang stabil pada suhu dingin,
terdapat beberapa chiller yang ada di gudang ini, suhu chiller selalu dijaga dan dicatat
agar tidak melebihi batas maksimal, thermometer chiller di gudang ini memiliki
Selain penyimpanan sesuai suhu obat disusun sesuai bentuk sediaannya, ada
golongan sirup, tablet, injeksi, topikal dan lain-lain secara alfabetis. Untuk obat yang
masuk dalam kategori LASA (Look Alike Sound Alike) terdapat lemari khusus LASA
dimana obat disimpan secara alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA, yaitu obat
dikelang penyimpanannya dengan obat yang mirip nama, rupa atau bentuknya agar
tidak tertukar dan ditempeli stiker LASA. Ada juga lemari untuk obat High Alert
yang ditempeli selotip merah dan tiap kemasan obatnya dipasangi stiker High Alert
berwarna merah.
Gudang ini menerapkan prinsip FIFO (First In First Out ) dan FEFO (First
Expired First Out) dengan kartu stok yang ada pada tiap obat agar stok obat selalu
67
2. Gudang Alat Kesehatan
medis atau alat kesehatan yang digunakan oleh pasien seperti handscoon, spuit
injeksi, NGT, IV catheter dan infusion set.Di gudang ini juga tersimpan Bahan Habis
Pakai seperti kapas, perban, plester dan lain-lain. Gudang ini dilengkapi AC untuk
menjaga suhunya agar tetap stabil dan sama seperti gudang obat, tiap barang
Gudang ini terdapat bahan-bahan yang bersifat oksidator dan mudah terbakar.
Disetiap bahan terdapat kartu stok untuk mempermudah pencatatan barang yang
masuk dan keluar.Bahan-bahan tersusun dan tersimpan rapi dalam rak besi. Gudang
ini juga digunakan sebagai tempat pembuatan reagen dan obat cairan yang
petugas dari TPO ingin melakukan amprah barang baik obat, alat kesehatan maupun
SIM RS. Setelah itu, pihak gudang akan mengonfirmasi pesanan yang diterima
beserta jumlah barang yang akan dipenuhi permintaannya, lalu mencetak lembar
Bukti Distribusi Barang yang berisi nomor ditribusi, tanggal distribusi, gudang yang
memnuhi, gudang yang meminta, catatan serta nomor, kode, nama item, pesanan,
jumlah yang dipenuhi, satuan item, harga satuan, harga total + PPN dan harga total
68
distribusi. Terdapat tempat paraf untuk petugas yang menyerahkan dan petugas yang
menerima.
dan diletakkan di sebuah container plastik besar. Setelah semua barang diambil,
jumlahnya akan dicek ulang. Bila jumlahnya telah benar, barang siap diambil petugas
dari masing-masing TPO dimana petugas akan mengecek barang, kondisi serta
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah.
Distribusi perbekalan farmasi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ada 3 sistem:
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan dari Gudang Farmasi ke TPO disesuaikan
dengan kebutuhan dan permintaan obat atau ampragh menggunakan SIM (Sistem
Informasi Manajemen) secara online sehingga efesien dan efektif. Yang mengambil obat
69
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang menggunakan sistem 1 pintu artinya semua
TPO hanya dapat mengambil obat dari satu tempat, yaitu Gudang Farmasi.
untuk memesan lalu pihak gudang akan memberikan faktur tanda bukti penyerahan obat
Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari TPO ke bangsal dilakukan dengan cara
UDD (Unit Dose Dispensing). Pemberian obat secara UDD atau pemberian obat untuk
satu hari adalah khusus untuk pasien rawat inap. Dalam sistem ini dokter menuliskan
resep untuk pasien rawat inap yang berlaku untuk kebutuhan satu hari. Obat tersebut
diantarkan di tiap-tiap bangsal Rumah Sakit sesuai dengan CPPF oleh Asisten Apoteker
di masing-masing TPO. Cara ini dilakukan di TPO Rawat Inap, TPO BHC, TPO COT
Sistem resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter langsung untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh TTK
sesuai dengan resep. Sistem ini dilakukan oleh TPO Graha Spesialis dan TPO Rawat
Jalan. Pasien membawa resep dari dokter dan memberikan kepada petugas kefarmasian
di TPO dan secara langsung akan diberikan kepada pasien. Namun, sedikit berbeda
dengan system di TPO kemoterapi, perawat akan membawa resep obat yang akan
70
dicampurkan untuk pasien kemoterapi, petugas kefarmasian akan menyiapkan obat, obat
akan didistribusikan.
Cara distribusi untuk pasien Rawat Jalan menggunakan sistem Individual Order.
Dalam sistem ini dokter menuliskan resep untuk pasien rawat jalan yang berlaku untuk
30 hari. Cara distribusi individual dari TPO langsung ke dokter dilakukan oleh TPO
Instalasi Gawat Darurat dan COT Atas. Dokter menulis obat dan alat kesehatan di
lembar permintaan perbekalan farmasi dan mendapatkan obat serta alat kesehatan secara
langsung untuk keperluan pasien. Apabila pasien akan pindah ruangan KIM akan
diberikan kepada pasien. Sedangkan apabila pasien pulang, KIM tersebut diberikan ke
administrasi dan pasien membayar obat di kasir lalu mendapatkan obat lanjutan di TPO
Instalasi Rawat Darurat. Ada juga cara yang distribusi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pasien apabila kekurangan obat dan alat kesehatan di TPO, yaitu meminta ke
Cara distribusi obat atau alat kesehatan dari TPO ke TPO lain adalah untuk
buah, tetapi stok di TPO ini habis. Maka TPO IGD Bawah tersebut mengecek stok
ketersediaan obat tersebut secara online untuk mengetahui TPO manakah yang memiliki
stok obat tersebut. Hasil pencarian secara online ditemukan bahwa TPO Rawat Inap
masih memiliki banyak stok untuk Lovenox, maka TPO IGD Bawah meminta Lovenox
ke TPO Rawat Inap. Prosedurnya adalah petugas TPO IGD Bawah membuat postingan
secara online yang ditujukan ke TPO Rawat Inap, kemudian petugas mendatangi TPO
71
Rawat Inap. Bukti permintaan yang diprint lembar diberikan ke TPO Rawat Inap. Obat
diberikan ke petugas TPO IGD Bawah. Stok obat Lovenox di TPO Rawat Inap akan
berkurang 4 buah.
yang mencatat adalah petugas gudang. Pada saat barang masuk dan barang keluar dicatat
di kartu stok masing-masing obat. Apabila masing-masing TPO memesan obat maka
secara otomatis jumlah obat akan berkurang di komputer, yang nantinya akan disamakan
Untuk obat yang diretur dari TPO ke gudang, petugas di gudang akan
menambahkan jumlah obat ke komputer secara manual. Contohnya ada TPO Rawat Inap
meminta obat sejumlah 10 box, tetapi dikembalikan 3 box, maka petugas gudang akan
menambahkan jumlah obat yang diretur sebanyak 3 box ke komputer secara manual,
Semua TPO menggunakan kartu stok. Namun, TPO menggunakan SIM (Sistem
Informasi Manajemen) secara otomatis apabila obat dikeluarkan untuk pasien, maka
jumlah obat berkurang di komputer. Jadi, sebelum resep dikerjakan, petugas terlebih
dahulu akan memeriksa ketersediaan obat serta meng-entry obat yang akan dikeluarkan.
c. Pelaporan Narkotika
72
Seluruh resep atau jika tidak ada dapat digantikan dengan salinan resep narkotika
yang nanti akan direkap serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
8. Proses Pelayanan Obat Atas Resep Dokter di Setiap Tempat Pelayanan Obat
di Rumah Sakit
Pengambilan Obat (TPO), yaitu TPO Rawat Jalan, TPO Graha Spesialis, TPO Instalasi
Gawat Darurat Atas dan Bawah, Central Operating Theatre Atas dan Bawah, TPO
Brain Heart Centre, TPO Handling Sitostatik (Kemoterapi), TPO Rawat Inap, TPO
satu sama lain, karena masing-masing TPO memiliki fungsi tersendiri sesuai tempat dan
situasi pasien yang dilayani. Berikut adalah uraian masing TPO di RSUP Dr.
TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien rawat jalan yang terdaftar
dalam program BPJS. TPO ini tidak melayani pasien selama 24 jam, melainkan
73
hanya sampai pukul 16.00. Penyimpanan obat di TPO Rawat Jalan berdasarkan
suhu, alpabetis, bentuk sediaan, dan obat non-JKN. Sistem pemberian obat yang
Tahapan dari penyerahan obat di TPO rawat jalan adalah pasien menyerahkan
dahulu apakah tepat obat yang diberikan dengan diagnosa penyakitnya. Dilanjutkan
dengan menyiapkan etiket dan petugas lainnya akan menyiapkan obat tersebut. Obat
dientry khusus untuk obat 1 bulan dan untuk obat satu minggu tidak dientry. Pasien
tidak dipungut biaya karena menggunakan BPJS. TPO rawat jalan melayani kasus
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) atau tuberculosis dan kasus ARV
TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk seluruh pasien rawat inap
baik BPJS maupun umum. TPO ini melayani pasien rawat inap yang berada di
bangsal maupun paviliun. Pelayanan obat dan alat kesehatan di TPO ini dilakukan
oleh petugas secara UDD (Unit Dose Dispensing) dengan cara mengantarkan
langsung obat dan alat kesehatan ke ruang perawat pada siang hari berdasarkan
CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) untuk pemberian pada waktu siang,
74
Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien
adalah dokter menuliskan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien pada
dalam Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi. Setelah itu, obat tersebut akan
dimasukan ke komputer. Obat akan disiapkan dan diberi etiket serta label sesuai
dengan nama pasien dan ruangan misalnya Yasmin D. Kemudian obat diantarkan ke
pos perawat dan diletakkan pada masing-masing rak yang telah ditempeli masing-
TPO Central Operating Theatre atau Instalasi Bedah Sentral adalah tempat
pengambilan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan selama operasi pembedahan
dan pasien yang dirawat secara intensif. TPO bedah sentral terbagi dua, yaitu:
melayani pasien yang akan dibedah. Alur penyerahan resep sampai penyerahan
obat di COT Atas adalah dokter datang menulis obat dan alat kesehatan yang
yang dibutuhkan dan diserahkan kepada dokter. Setelah pasien selesai operasi
dan pindah ruangan, kartu instruksi medis dan catatan pemberian perbekalan
75
dibawa oleh perawat. Resep dan obat kemudian dicek apabila telah sesuai maka
Obat-obat yang terdapat di TPO COT Atas ialah obat-obat injeksi dan
alat-alat kesehatan seperti Fentanyl Injeksi, Sedacum Injeksi, Spuit, ETT, Gudel,
terdapat di COT Bawah ialah GICU (General Intensif Care Unit), Nicu
(Neonatus Intensif Care Unit), dan PICU (Pediatric Intensif Care Unit). Alur
penyerahan resep sampai penyerahan obat di COT Bawah adalah dokter datang
menulis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk operasi di catatan
dan diberi label sesuai dengan ruangan dan nama pasien. Setelah itu, obat
TPO ini adalah tempat pengambilan obat dan alat kesehatan untuk pasien
yang membutuhkan pertolongan pertama dan cepat. TPO ini mempunyai jam kerja
24 jam, melayani obat dan alat kesehatan secara tunai dan kredit serta dapat
76
melayani permintaan obat dengan resep maupun kartu instruksi medis. TPO IGD
terbagi menjadi dua, yaitu ada TPO IGD Atas dan TPO IGD Bawah.
Alur penyerahan obat di TPO IGD Atas adalah pasien datang diperiksa dan
diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan menuliskan obat dan
alat kesehatan yang diperlukan di buku khusus bedah, obgyn, dan lain-lain.
Kemudian setiap obat akan di-entry ke komputer. Setelah pasien selesai menjalani
operasi, kartu instruksi medis diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar,
khusus untuk pasien yang tidak akan menjalani rawat inap maka KIM akan diminta
Alur penyerahan obat di TPO IGD Bawah tidak jauh berbeda dengan TPO
IGD Atas. Akan tetapi di TPO IGD Bawah untuk pasien secara umum bukan hanya
e. TPO Kemoterapi
TPO Kemoterapi adalah tempat pelayanan obat khusus untuk pencampuran obat
sitostatika. TPO ini dibawah naungan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang yang melayani resep rawat inap khusus obat sitostatika pada
77
2) Formulir PPOK (canggih)
mencampur obat sitostatika maka prosedur yang harus dilakukan adalah cuci
tangan sesuai dengan aturan WHO, memakai APD (Alat Pelindung Diri) meliputi
dan sepatu. Baju pelindung harus berlengan panjang dan bermanset dengan bahan
yang tidak menyerap cairan. Handscoone latex tebal yang steril dan tidak
(Biological Safety Cabinet), memastikan dan mengecek alat yang akan digunakan.
membuat etiket untuk masing-masing obat. Etiket untuk obat sitostatika terbagi
menjadi empat jenis etiket, yaitu etiket khusus untuk obat dengan rute pemberian
78
(I.V.), etiket khusus untuk bolus (ditempelkan pada spuilt), etiket untuk paket dan
etiket yang ditempelkan ke infus untuk mengetahui jika ada obat yang
obat sitostatika secara aseptis di Biological Safety Cabinet (BSC). Jika obat sudah
distribusikan.
melakukan rekonstitusi terlebih dahulu untuk beberapa jenis infus. Misalnya NaCl
infus 1 liter yang volumenya dikurangi sampai 500 ml. Setelah dilakukan
rekonstitusi tersebut, botol infus yang akan digunakan dalam pencampuran obat
sitostatika disesuaikan dengan jenis obat. Untuk obat yang harus terlindung dari
cahaya, botol infus yang digunakan harus dibungkus dengan kertas aluminium.
petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu dan melepaskan APD yang dipakai
TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien dengan keluhan jantung
dan saraf otak atau biasa disebut ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit).
79
Pendistribusian obat di Brain Heart Center adalah Unit Dose Dispensing. Obat-obat
yang digunakan di TPO BHC hanyalah obat-obat khusus untuk penyakit jantung dan
Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien ialah
resep datang dari post perawat dan obat disiapkan, ditulis etiket dikemas dan diberi
label sesuai ruangan dan nama pasien lalu petugas mengisi CPO. CPPF dan obat
dibawa ke post perawat yang selanjutnya dicek kesesuaian obat dengan resep lalu di
TPO ini merupakan tempat melayani obat dan alat kesehatan sesuai resep dokter
spesialis yang pembayarannya dilakukan secara tunai dan untuk pasien yang
hingga penyerahan obat adalah sebagai berikut : Pasien membawa resep dari dokter
ke TPO Graha Spesialis, kemudian resp diterima oleh asisten apoteker untuk
dianalisis kelengkapan resepnya (nama dokter, nama pasien, umur pasien, cap
poliklinik), kemudian obat akan dicek apakah ada atau tidak, jika tidak ada obat yang
diminta tetapi ada obat dengan khasiat yang sama maka akan diganti dengan obat
tersebut, apabila pasien setuju maka resep tersebut akan disiapkan. Sebelum
disiapkan asisten apoteker mengecek terlebih dahulu status pasien apakah pasien
80
Jika status pasien umum, maka alur penyiapan resep dimulai dengan mengentry
terlebih dahulu resep tersebut ke SIM RS, kemudian mengecek harga dan meminta
persetujuan pasien, jika pasien setuju maka pasien tersebut diberikan nota dan nomor
antrian, lalu nota tersebut diberikan ke bagian kasir untuk melakukan proses
dan nantinya akan diserahkan kepada asisten apoteker saat pengambilan obat. Disaat
pasien melakukan proses pembayaran, asisten apoteker menyiapkan obat dan etiket
dan kemudian obat tersebut diberikan kepada pasien dengan dilengkapi pemberian
informasi.
Untuk pasien dengan status jaminan terbagi menjadi dua, untuk pasien dengan
untuk pasien dengan jaminan asuransi, resep dilengkapi fotocopy kartu peserta
asuransi. Resep yang masuk dientry ke SIM RS, lalu cetak SPH (Surat Pengakuan
Hutang) dan pasien diberi nomor antrian. Kemudian asisten apoteker menyiapkan
obat dan etiket. Obat yang telah siap segera diberikan kepada pasien dengan
dilengkapi informasi.
h. TPO Anak
TPO ini melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien rawat inap di gedung
Selincah khusus Anak baik BPJS maupun umum. Pelayanan obat dan alat kesehatan
di TPO ini dilakukan oleh petugas secara UDD (Unit Dose Dispensing) dengan cara
mengantarkan langsung obat dan alat kesehatan ke ruang perawat pada siang hari
81
berdasarkan CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) untuk pemberian pada
Alur penyerahan resep dari pasien hingga penyerahan obat kepada pasien adalah
dokter menuliskan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien pada kertas
Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi. Setelah itu, obat tersebut akan dimasukan ke
komputer. Obat akan disiapkan dan diberi etiket serta label sesuai dengan nama
pasien dan ruangan misalnya Diana A. Kemudian obat diantarkan ke pos perawat
dan diletakkan pada masing-masing rak yang telah ditempeli masing-masing nama
pasien
P. Covid 19
1. SK Tim Gabungan dan Alur Screening bagi Petugas Kesehatan dalam Penanganan
Covid 19
82
83
84
85
86
2. SK Tentang Pengaturan Pelaksanaan Pekerjaan bagi Pegawai dalam Upaya
87
88
89
90
BAB IV
PEMBAHASAN
Instalasi Farmasi, kemudian akan dilakukan pembelian dan pemesanan obat ke PBF,
penerimaan barang akan dilakukan pengecekan sesuai dengan surat pesanan (SP).
sediaannya.Obat tersebut disusun secara rapi dan dipisahkan berdasarkan mulai dari
bentuk sediaan, high alert, LASA, Narkotik, dan Psikotropika.Kemudian setiap obat baik
yang masuk ke gudang ataupun yang masuk ke instalasi farmasi dilakukan pencatatan
Palembang hanya melayani resep dokter, yaitu pelayanan resep BPJS Inhealth,). Dalam
pelayanan resep yang diterima oleh pasien di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Untuk resep yang bersifat kronis harus di Entry terlebih dahulu, karena penggunaan
obat-obatan tersebut dalam jangka panjang dan tiap bulan obat tersebut harus diganti
serta untuk dapat mengetahui tagihan askes.Sedangkan resep yang tidak bersifat kronis
92
tidak harus di Entry.Karena pelayanan resep dilakukan berdasarkan nomor urut kecuali
hanya melayani resep dokter yang berasal dari RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang.Ketika resep masuk di Instalasi Farmasi maka pasien akan diberi nomer
antrian terlebih dahulu untuk menunggu obat yang akan disipakan. Kemudian Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) akan melakukan skrining resep. Jika obat didalam resep
tersebut tidak bermasalah, maka TTK akan langsung menyiapkan obat. Untuk waktu
tunggu obat racikan 20 menit, sedangkan untuk waktu tunggu obat non racikan hanya 10
menit. Apabila obat sudah siap maka akan dilakukan pengecekan oleh 2 orang TTK
a. Pasien
b. Obat
c. Nama Obat
d. Aturan Pakai
e. Dosis Obat
f. Rute/waktu
g. Indikasi
Jika sudah tepat, maka pada resep akan dilakukan cap ke 2 untuk menandakan
bahwa obat tersebut telah benar. selanjutnya TTK akan memanggil nomor antrian
tersebut kepada pasien, yang disertai dengan penjelasan yang baik. Pada instalasi
93
farmasi RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang telah memberikan pelayanan yang
baik. Karena untuk setiap obat yang akan diberikan kepada pasien harus sesuai
Palembang telah menggunakan sistem komputer yang sangat baik. Setiap resep yang
menggunakan komputer. Jika obat tersebut terdata dikomputer baru akan dilakukan
A. Struktur Organisasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Dibawah direktur utama terdapat tiga direktur yang membawahi seluruh jajaran staf dan
94
karyawan yang bekerja di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang termasuk dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, tenaga farmasi, tenaga laboratorium medik, petugas
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan. Dimana Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang ini membawahi tiga koordinator yang memiliki tanggung jawab atas
Logistik, dan Kepala Tim Gudang. Kepala Tim ADM & Logistik membawahi Pelaksana
ADM & Logistik yang diisi oleh pramubakti, sedangkan Kepala Tim Gudang
Fungsional Apoteker yang mana setiap apoteker memiliki tanggung jawab di masing-
masing TPO.
bertanggung jawab di masing-masing TPO. Yang terdiri dari Kepala tim TPO Brain
Heart Centre (BHC), Kepala Tim TPO Rawat Inap, Kepala Tim TPO Instalasi Gawat
Darurat (IGD), Kepala Tim TPO Central Operating Theatre (COT) Atas atau Operatie
Kamer (OK) dan Kepala Tim TPO Central Operating Theatre (COT) Bawah atau
95
Intensive Care Unit (ICU), Kepala Tim TPO Graha Spesialis, Kepala Tim TPO
Handling Sitostatik atau TPO Kemoterapi, Kepala Tim TPO Rawat Jalan dan Kepala
Tim TPO Anak dimana masing-masing Kepala Tim membawahi Pelaksana Pelayanan
yaitu pramubakti.
Berikut bagan struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Direktur Umum
dr. Mohammad Syahril, Sp,P, MPH
96
Rumah sakit tipe A memiliki struktur organisasi yang kebih kompleks
yang membawahi paling banyak 4 direktorat, sedangkan unutk tipe B direktur utama
paling banyak membawahi tiga direktorat dan untuk rumah sakit tipe C direktur
membawahi paling banyak 2 bidang dan 1 bagian. Dapat dilihat bahwa RSMH memiliki
direktur utama yang membawahi tiga direktorat. Walaupun dmeikian dengan adanya
menjadi lebih muda dan teratur. Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, idealnya
menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit bahwa Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit Tipe A paling
sedikit terdiri atas 15 apoteker. Dan RSUP Moh. Hoesin telah memiliki 29 apoteker
yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dalam menjalankan tugas
mengatakan bahwa dibutuhkan satu apoteker untuk 30 pasien pada rawat inap. Jika
dikaitkan dengan PMK No. 72 tahun 2016 tersebut RSUP Moh. Hoesin memiliki 969
bed pasien serta ditambah bed untuk menangani pasien covid-19, yang artinya jika
dibagi rata satu apoteker bertanggung jawab pada 34 pasien hal ini masih belum sesuai
apoteker untuk pasien rawat inap apalagi ditambah jumlah pasien Covid-19 yang saat ini
terus meningkat.
97
Sedangkan di Tempat Pengambilan Obat (TPO) untuk rawat jalan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016, dbutuhkan satu apoteker untung
melayani 50 pasien. Namun, di TPO rawat jalan, hanya ada 3 apoteker yang seharusnya
dibutuhkan paling sedikit 5 apoteker untuk melayani resep yang biasanya sekitar 300
resep perhari, hal ini sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2004
tentang Klsifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa untuk rumah sakit tipe A paling
sedikit lima apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit
farmasi tersebut tidak boleh dimasuki oleh orang lain selain petugas farmasi. Untuk
1. Alfabetis.
2. Bentuk sediaan.
4. Stabilitas sediaan.
98
C. Penyimpanan Perbekalan Farmasi dan Gudang Kecil di Instalasi Farmasi
dapatkan dari operan gudang besar. Karena setiap obat yang stoknya tinggal sedikit akan
di catat oleh karyawan farmasi di apotek. Kemudian tugas apoteker akan membuat daftar
obat yang akan di pesan ke PBF atau Industri tertentu. Ketika obat-obat tersebut sudah
dicatat maka akan disetujui terlebih dahulu oleh manager farmasi yang bersangkutan.
Kemudian barulah akan diberikan ke pihak gudang. Pihak gudang inilah yang akan
berwenang untuk melakukan pemesanan ke PBF dan di industry tertentu. Ketika barang
yang dipesan sudah datang, maka gudang akan mencocokan dengan faktur yang ada.
Jika sudah tepat, maka gudang baru akan memberikan barang tersebut ke apotek di
mencocokan surat pesanan yang diminta dengan barang yang datang dari gudang.
Apotek tersebut akan membuat tanggal pada hari itu berdasarkan kedatangan barang tiba
di apotek. Gunanya dibuat tanggal tersebut untuk menerapkan system FEFO dan FIFO
di dalam apotek tersebut. Kemudian, baru barang tersebut akan disusun dan diletakkan
di gudang kecil yang letaknya tepat di dalam ruangan apotek instalasi farmasi RSUP
99
Penyimpanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap disimpan dilemari obat
penyimpanan perbekalan farmasi diberi label nama (minimal 2 kata) yaitu tanggal lahir
Yang termasuk kategori obat High Alert di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
adalah:
1. Otsu D 40
3. Otsu Salin 3%
5. Meylon 84
Pada obat-obat yang tergolong High Alert ditandai dengan penempelan label HIGH
ALERT dibuat lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam. Pelebelan
Alert baik digudang / apotek / troli / kit emergensi ditandai dengan garis merah
(terlokalisir). Sedangkan untuk penyimpanan obat High Alert milik pasien diruang
perawatan disimpan bersama-sama dengan obat lain di kotak pasien di lemari obat
F. Penyimpanan Obat dengan Nama Obat dan Rupa Mirip (Look Alike Sound
Alike = LASA)
100
Untuk obat-obat yang tergolong obat LASA di RSPP ditulis dalam daftar obat
LASA yang tercantum dalam Panduan Obat LASA. Obat LASA tersebut ditandai
dengan penempelan label LASA berwarna kuning. Pelebelan obat LASA di RSPP
dilakukan di luar joly box tempat wadah obat-obatan.Penyimpanan obat LASA ini
disimpan ditempat yang tidak besebelahan. Sedangkan untuk penyimpanan obat kategori
2. Area penyimpanan obat narkotika dan psikotropika tidak boleh dimasuki selain
petugas farmasi.
3. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang dilengkapi Double
Door dengan kunci ganda dan menempel dari dinding dengan jarak 30 cm sesuai
dengan UU Narkotika.
4. Pada jam kerja, penanggung jawab terhadap kunci lemari narkotika dan psikotropika
adalah Tenaga Teknis Kefarmasian yang sedang berdinas saat itu sesuai dengan
jadwal dinas.
5. Pada saat hari libur atau diluar jam kerja, penanggung jawab kunci lemari narkotika
101
H. Proses Pendistribusian Obat-Obat dan Alat Kesehatan di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Pada TPO Rawat Inap, Rawat Jalan, COT
Bawah, COT Atas, Kemoterapi, Graha Spesialis, BHC, PDL, dan Anak
TPO Rawat Inap melayani resep seluruh pasien yang dirawat di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Sistem distribusi yang dilakukan di TPO Rawat Inap
adalah sistem Unit Dose Dispensing (UDD) yang diantarkan pada siang hari, jadi obat
yang diantar adalah obat yang akan digunakan untuk hari ini pada siang hari, malam hari
dan pagi hari keesokannya sesuai petunjuk penggunaan obat. Petugas kefarmasian
menyiapkan obat berdasarkan kartu catatan masing-masing pasien yang terbagi menjadi
dua lembar, yaitu kartu Instruksi Medis Farmakologis berwarna kuning yang ditulis oleh
dokter untuk pasien, dan lembar CPPF (Catatan Pemberian Perbekalan Farmasi) (lembar
putih) untuk mencatat obat yang telah disiapkan. digabung pada bagian belakang lembar
untuk menyiapkan obat pasien per ruang perawatan atau per bangsal perawatan.
Contohnya, satu tim menyiapkan obat hanya untuk Ruang Rupit, tim lainnya
Dalam penyiapan persediaan farmasi, biasanya terdiri dari obat yang berupa obat
oral, obat parenteral/injeksi volume kecil atau obat parenteral volume besar (cairan
102
infus) dan juga alat kesehatan seperti spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan,
infusion set, transfusion set dan alat kesehatan lain yang dirasa perlu. Tak jarang
terdapat obat yang memerlukan peracikan atau penggerusan yang biasanya dilakukan di
ruang peracikan kemudian dibungkus dengan perkamen. Untuk obat parenteral yang
harus dicampur dengan steril dilakukan di ruang premix secara aseptis menggunakan
alat pelindung diri lengkap untuk menghindari terjadinya kontaminasi saat proses
pencampuran.
Obat yang telah disiapkan petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama pasien,
nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu obat
dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama biasanya
digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan obat luar.
Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak etiket
berupa label/barcode yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis
kelamin, serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.
Obat yang telah siap kemudian akan di antarkan ke setiap bangsal atau ruang
perawatan menggunakan troli dengan membawa lembar Instruksi Medis dan CPPF,
setiba di bangsal atau ruang perawatan petugas kefarmasian dan perawat melakukan
bawa, apabila tidak ada yang kurang atau salah maka perawat akan menandatangani
bukti terima pada lembar CPPF dan petugas kefarmasian akan menyusun persediaan
103
Setelah menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi
Medis Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh dokter
penanggung jawab pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada
disana. Pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian yang menjelaskan cara penggunaan
obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk menyampaikannya, hal ini dilakukan
karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan tidak sempat untuk selalu mengunjungi
Obat di TPO Rawat Inap disusun berdasarkan bentuk sediaan dan berdasarkan
suhu penyimpanan obat dan diurutkan berdasarkan alfabetis pada setiap box – box
plastik bertutup di atas rak yang panjang. Setiap box memiliki label dan juga untuk obat-
obat yang mirip akan disusun menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli stiker
LASA yang berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat
LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca. Namun,
pada saat mahasiswa melaksanakan praktek kerja lapangan obat tablet disusun
berdasarkan alfabetis secara garis besar namun tidak sepenuhnya runtut, misalnya acetyl
cystein diletakkan setelah obat Amoxicillinum. Obat injeksi diletakkan di lemari lain
berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula, namun seperti halnya obat
Obat high alert disimpan di lemari yang berada dibalik lemari sediaan injeksi
dengan stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan hingga satuan terkecil obat
104
tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan obat yang disimpan perlu
perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high alert yang ada di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl konsentrasi tinggi, MgSO 4 40%
dll.
Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, Lemari
pendingin di TPO Rawat Inap merupakan lemari pendingin rumah tangga bukan chiller,
namun semua lemari pendingin ini dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya
secara rutin tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Terdapat lemari
pendingin khusus untuk menyimpan obat yang stabil pada suhu dingin yang tergolong
obat high alert, bagian depan lemari pendingin diberi selotip merah sebagai penanda
Obat parenteral volume besar disimpan di ruang belakang atau ruang gudang,
disusun kardusnya di atas palet plastik dengan tinggi tidak kurang dari 25 cm dan
tumpukan tidak lebih dari 7 kardus. Obat-obat lain yang belum dikeluarkan dari
kemasan sekundernya disusun di lemari lain yang berada di ruang belakang, dalam
Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di lemari yang berada di
depan lemari obat tablet. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun
berdasarkan jenis alkes. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika
disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO Rawat Inap dengan lemari double lock dan
yang kuncinya dipegang oleh Ka. Tim TPO Rawat Inap tersebut
105
2. Pelaksanaan di TPO Rawat Jalan
TPO Rawat Jalan melayani resep untuk pasien Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang melakukan pengobatan di Poli Rawat Jalan dengan sistem Individual Order
(Resep Perorangan). Untuk menebus obat, pasien datang ke TPO Rawat Jalan dengan
membawa resep dari poli rawat jalan. Resep tersebut akan diterima setelah
kelengkapannya dicek. Adapun kelengkapan resep yang harus dibawa saat menebus obat
adalah Surat Jaminan Pasien BPJS, Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Hasil Pemeriksaan
Patologi Anatomi, dan Form Permintaan Obat Non Formularium (jika ada obat non
formularium).
Setelah resep diterima pasien akan diberi nomor resep dan apoteker akan
melakukan skrinning farmasetik dan klinis resep yang meliputi ketepatan obat, dosis,
bentuk dan kekuatan obat, frekuensi, rute pemberian, duplikasi teraupetik, alergi,
interaksi obat, kontraindikasi dan kesesuaian formularium. Setelah resep ditelaah dan
dicek ketersediaan obatnya, petugas langsung menyiapkan obat sesuai resep kemudian
resep di-entry di komputer melalui SIM BPJS. Pasien hanya bisa menebus obat setiap 1
bulan sekali. Jika waktu pengambilan obat sudah tepat dan obat seluruhnya ada. Etiket
yang digunakan di TPO Rawat Jalan berupa etiket barcode yang diprint melalui
komputer sekaligus saat entry. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas akan
melakukan pengecekkan ulang obat yaitu meliputi benar pasien, benar dosis, benar rute,
106
Jika sudah benar menurut seluruh aspek telaahnya, obat akan diberikan ke pasien
disertai informasi. Yang melakukan PIO adalah apoteker yang berada di konter depan
TPO. Obat yang telah diserahkan dientry lagi ke SIM RS sebagai catatan waktu pasien
mengambil obat. Hal ini dilakukan karena pasien hanya bisa mengambil resep tiap 1
bulan sekali.
Alur diatas merupakan alur standar pelayanan resep di TPO Rawat Jalan. Namun
bila saat tahap entry obat tidak ada di TPO, pengecekan stok obat di TPO melalui SIM
bisa mengetahui di mana obat yang kosong tadi tersedia. Bila obat tersedia di TPO lain,
petugas TPO Rawat Jalan akan menelepon TPO tersebut untuk konfirmasi permintaan
obat dan melakukan posting agar stok obat pindah ke TPO Rawat Jalan, kemudian
Apabila obat tersebut ternyata tidak ada di TPO lain, maka dilakukan koordinasi
dengan gudang farmasi. Bila obat ada di gudang farmasi, maka petugas TPO Rawat
Jalan akan menelepon gudang untuk konfirmasi permintaan obat, kemudian petugas
akan melakukan amprah. Apabila stok obat ternyata juga kosong di gudang maka bon
Penyimpanan Obat pada TPO Rawat Jalan sama halnya dengan penyimpanan pada
TPO rawat inap yang disusun pada beberapa rak, lemari dan kulkas. Namun, setiap rak
nya dibedakan berdasarkan kegunaannya masing-masing, rak yang ada disamping ruang
107
racik adalah tempat obat fast moving atau obat yang sering digunakan seperti
paracetamol, amlodipine, candesartan, dll yang diurutkan secara alfabetis, sedangkan rak
obat yang ada di depan ruang racik adalah tempat obat slow moving atau obat yang
dalam prakteknya sering bingung karena belum terbiasa. Obat- obat tersebut disusun
mengikuti kaidah LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa
stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain. Sebagian obat
LASA diketik menggunakan Tallman Letter tapi yang tidak menggunakan pun ditulis
narkotika, obat golongan psikotopika, obat kemoterapi oral dan obat penyakit kronis
lainnya. Lemari obat narkotika dan psikotropika menggunakan double lock dan
dilengkapi kartu stok manual untuk masing-masing obat. Obat kemoterapi oral dan obat
penyakit kronis lainnya disimpan di lemari tersendiri yang tertutup, dengan selotip
merah di sekeliling lemari sebagai tanda obat sitostatik dan high alert. Rak yang berada
di sebelah lemari-lemari ini menyimpan obat berbentuk sirup, tetes mata/telinga, salep
dan obat topikal lainnya. Obat-obat sirup disusun bersebelahan dengan sesama obat
sirup sedangkan obat berbentuk lain seperti obat mata dan obat kulit, topikal disusun di
rak yang berada di atas rak obat sirup secara alfabetis. Ada juga obat yang disimpan di
kulkas atau lemari pendingin yang dilengkapi dengan thermometer yang selalu dipantau
108
agar suhu obat stabil contohnya insulin, serta penggunaan label high alert sampai dengan
satuan terkecil sediaan. Secara keseluruhan telah memenuhi standar agar tidak terjadi
kesalahan.
Alur pendistribusian obat pada TPO ini sama dengan TPO rawat inap yaitu sistem
UDD (Unit Dose Dispensing) yang diantarkan pada siang hari namun, obat diberikan
berdasarkan formulir Instruksi Medis Farmakologis seperti pada rawat inap pada TPO
ini juga menerapkan distribusi secara floor stock dimana persediaan farmasi yang
diminta dalam keadaan darurat akan di tulis melalui lembar permintaan obat.
Setiap pagi, petugas di TPO COT Bawah biasanya memulai tugasnya dengan
nampan, setiap pasien obatnya disiapkan dalam satu nampan. Obat diambil sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan pada hari itu dan dikemas sesuai lalu diberi centang di
Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan. Etiket yang dipakai untuk
obat oral dan injeksi ditulis tangan, sementara etiket untuk kolf infus dicetak dalam
bentuk barcode dan ditempel langsung. Obat yang sudah dikemas dimasukkan dalam
kotak kontainer plastik yang ditempel barcode yang memuat nama pasien dan
keterangan lain seperti nomor rekam medik pasien, jenis kelamin, dsb. Sama seperti di
TPO Rawat Inap. Obat dibawa dengan menggunakan troli dan diletakkan di dalam loker
109
obat yang ada di ruang rawat ICU. Setiap loker ini juga memiliki barcode yang sama
dengan barcode yang ada di kotak obat tadi dengan masing-masing kunci yang dipegang
Selain pelayanan obat reguler seperti yang dijelaskan di atas, TPO COT Bawah
juga melayani permintaan perbekalan farmasi untuk tindakan yang dilakukan dokter,
atau untuk keadaan darurat. Ruang TPO COT Bawah ini memiliki jendela yang
menghadap langsung ke lorong bangsal ICU. Pada jendela ini terdapat satu tumpuk
Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan yang kosong, hanya berisi
nama dan keterangan pasien GICU, NICU dan PICU beserta pena. Lembar ini berbeda
dengan lembar Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan yang menjadi
pedoman penyiapan obat reguler di atas, jadi apabila perawat maupun dokter ingin
mengambil suatu obat atau alkes, mereka tinggal menuliskan perbekalan farmasi yang
mereka butuhkan pada Lembar Permintaan Perbekalan Farmasi di TPO Tindakan milik
Bila keadaan sedang tenang, biasanya baik dokter, dokter residen maupun perawat
rajin menulis perbekalan farmasi yang mereka perlukan pada lembar ini, namun bila
sedang terjadi Code Blue para dokter dan perawat hanya meneriakkan saja apa yang
mereka perlukan tanpa sempat mencatatnya demi menyelamatkan nyawa pasien yang
sedang kritis tersebut yang kemudian setelah kondisi kembali normal barulah dokter
110
b) Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan di TPO COT (Central Operating
Theatre) Bawah/ICU
Obat disimpan dalam tiga lemari tertutup, satu kulkas dan satu lemari double lock
untuk narkotika dan psikotropika, sementara alat kesehatan disimpan dalam dua rak besi
besar dan satu lemari besi tertutup. Lemari kayu yang berada di dekat pintu masuk
menyimpan obat oral yang disusun secara alfabetis. Terdapat juga stiker LASA untuk
obat golongan LASA yang dipasang pada toples untuk masing-masing obat. Obat di sini
cenderung sedikit jumlahnya, karena obat oral yang dipakai pasien ICU juga sedikit.
Lemari narkotika dan psikotropika dilengkapi double lock dan kartu stok manual,
berada di belakang lemari besi obat dan dilengkapi daftar obat narkotika dan
psikotropika. Lemari besi tempat menyimpan obat injeksi, sirup, sebagian obat
parenteral dan berbagai bentuk sediaan lain berasa di dekat jendela TPO ICU yang
menghadap ke lorong bangsal ICU. Obat diletakkan dalam wadah plastik tanpa tutup
Obat parenteral volume besar yang sering digunakan seperti NaCl 0,9%,
paracetamol dan dekstrosa 5% diletakkan di rak di sebelah meja komputer atau pada rak
besi paling bawah, tempat menyimpan alat kesehatan. Alat kesehatan lebih banyak
jumlahnya dari obat di TPO ICU ini, dan alat ini disimpan di rak besi yang berada di
samping kiri meja komputer atau lemari besi yang berada di dekat pintu masuk TPO.
Alat ini disimpan di wadah plastik tanpa tutup yang sama dengan wadah yang dipakai
untuk menyimpan obat di lemari besi, lengkap dengan label berisi nama alatnya. Dan
111
untuk obat0obat dengan penyimpanan suhu dingin disimpan dalam kulkas yang
TPO ini terletak masuk kedalam area ruangan bedah pada pasien, sehingga alur
distribusi sediaan farmasi pada TPO COT atas berbeda dengan COT bawah yang telah
disebutkan diatas karena pada TPO ini merupakan tempat pengambilan obat khusus
untuk melayani pasien yang akan dibedah. Bahkan seluruh petugas yang berada didalam
ruangan tersebut menggunakan baju steril berwarna hijau. Maka distribusi persediaan
farmasi pada COT atas ini menggunakan sistem floor stock, dimana dokter akan
Alur penyerahan resep sampai penyerahan obat di COT Atas adalah dokter datang
menulis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk operasi di kartu instruksi medis
farmakologis dan catatan permintaan perbekalan kesehatan di TPO tindakan lalu petugas
farmasi mengambil obat biasanya injeksi dan infus serta perbekalan farmasi yang
dibutuhkan dimasukkan ke dalam klip plastik besar yang sudah diberi etiket barcode
yang memuat nama pasien, jenis kelamin, dll. dan diserahkan kepada dokter sesuai
nomor OK dan nama pasiennya. Setelah pasien selesai operasi dan pindah ruangan,
kartu instruksi medis dan catatan pemberian perbekalan kesehatan di TPO tindakan
Bila keadaan sedang tenang, biasanya baik dokter, dokter residen maupun perawat
112
rajin menulis perbekalan farmasi yang mereka perlukan pada lembar permintaan
perbekalan farmasi, namun bila sedang terjadi Code Blue para dokter dan perawat hanya
meneriakkan saja apa yang mereka perlukan tanpa sempat mencatatnya demi
menyelamatkan nyawa pasien yang sedang kritis tersebut. Petugas farmasi juga sibuk
mengambilkan perbekalan farmasi yang diperlukan hingga tidak ada pihak yang sempat
mencatat barang yang keluar atau terpakai. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan pengeluaran obat belum lagi ditambah perbekalan farmasi
yang dikembalikan karena tidak terpakai berupa injeksi high alert yang terambil terlalu
banyak. Hal ini bisa menyebabkan hilangnya obat atau alat kesehatan.
Theatre) Atas
Di COT atas terdapat satu lemari pendingin, lima lemari alkes, dua lemari etalase,
dua lemari besi, satu lemari double lock untuk narkotika dan psikotropika, dan lima
lemari gantung. Obat-obat seperti flexpen, yang penyimpanannya pada suhu 2-8ºC
disimpan di lemari pendingin (Chiller). Di bagian depan yang ada di dekat passing
window terdapat dua lemari etalase dan 3 lemari alkes yang berisi obat-obat injeksi yang
disusun secara alfabetis, terdapat juga stiker LASA untuk obat golongan LASA yang
dipasang pada toples untuk masing-masing obat dan stiker High Alert untuk obat yang
beresiko tinggi seperti injeksi lidokain yang dipasang pada kemasan masing-masing
obat. Selain injeksi, juga terdapat alkes seperti, Suction catheter, urine bag, benang-
benang, spuit, perban, alcohol swab, aqua for inject, larutan dan cairan. Obat parenteral
113
volume besar yang sering digunakan seperti NaCl 0,9%, paracetamol dan dekstrosa 5%
diletakkan di box yang ada di sebelah meja komputer atau pada rak besi paling bawah,
Lemari narkotika dan psikotropika dilengkapi double lock dan kartu stok berada di
belakang lemari besi obat dan dilengkapi daftar obat narkotika dan psikotropika.
Dibagian belakang, terdapat lemari besi yang berisi obat-obat salep, injeksi, dan cairan
seperti ns dan aqua for inject. Tiga lemari alkes yang berada di dekat pintu belakang,
dan terdapat countainer yang berisi stok cairan atau latutan obat parenteral volume
TPO BHC melayani obat dan alat kesehatan untuk pasien dengan keluhan jantung
dan saraf otak atau biasa disebut ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit).
Pendistribusian obat di Brain Heart Center adalah UDD. Obat-obat yang digunakan di
TPO BHC hanyalah obat-obat khusus untuk penyakit jantung dan syaraf otak.
Di TPO BHC, obat diberikan sesuai dengan Instruksi Medis Farmakologis (lembar
kuning). Setiap pagi, petugas di TPO BHC biasanya memulai tugasnya dengan
mengambil Lembar Intruksi Medis Farmakologis. Obat diambil sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan pada hari itu dan dikemas sesuai dengan aturan pakainya lalu diberi
centang di Lembar Intruksi Medis Farmakologis di TPO Tindakan. Etiket yang dipakai
114
untuk obat oral dan injeksi ditulis tangan, sementara etiket untuk kolf infus dicetak
dalam bentuk barcode dan ditempel langsung. Apabila ada obat yang memerlukan
pada blister obatnya, agar tidak terjadi kesalahan. Peracikan disini biasanya dilakukan
dengan menggunakan lumpang bila jumlah obat yang digerus hanya satu atau dua tablet.
Obat dan alat kesehatan yang sudah dikemas dimasukkan dalam kotak kontainer
plastik yang ditempel barcode yang memuat nama pasien dan keterangan lain seperti
nomor rekam medik pasien, dan jenis kelamin. Obat dibawa dengan menggunakan troli
dan diletakkan di dalam loker obat yang ada di ruang rawat NHCU, Unit Stroke, Jantung
dan Ruang Perawat Kelas BHC. Petugas dan perawat mengecek kembali obat-obat yang
sudah disiapkan dan melakukan serah terima obat. Petugas juga mengecek kelengkapan
alat kesehatan dan menambah atau mengurangi jumlah alat kesehatan tersebut sesuai
kebutuhan. Setelah menyusun obat, petugas akan memberikan kembali lembar Instruksi
Medis Farmakologis ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung
Jawab Pasien.
Penyimpanan obat di TPO BHC hamper sama dengan TPO lainnya disusun di
beberapa Rak, lemari dan kulkas dengan penandaan yang sesuai. Obat berlabel secara
alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli stiker LASA berwarna
kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat LASA diketik
115
Obat injeksi diletakkan di rak dibawah obat tablet secara alfabetis juga, dengan
menuruti kaidah LASA pula. Obat high alert disimpan di rak dalam box-box kecil
tertutup yang berada disamping rak gudang kecil dan sirup sediaan injeksi dengan stiker
high alert yang tertempel di seluruh kemasan individual dari obat tersebut. Obat yang
stabil pada suhu dingin disimpan di dalam kulkas, namun sama seperti di TPO Rawat
Jalan, kulkas di TPO BHC merupakan kulkas rumah tangga, bukan chiller, namun
Obat parenteral volume besar disimpan di rak bagian belakang didekat pintu
keluar ruang TPO BHC, di dekat rak Obat Parenteral terdapat rak untuk penyimpanan
alat kesehatan yang disusun secara alfabetis, dan ada pula yang disimpan di countener
seperti towel. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika disimpan di
dalam lemari yang terletak di samping rak obat tablet dengan lemari double lock dan
TPO Penyakit Dalam (TPO PDL) termasuk kedalam TPO rawat inap sehingga
sistem pendistribusian sama yaitu sistem Unit Dose Dispensing (UDD).. TPO PDL
melayani resep bagi pasien yang dirawat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
khusus penyakit dalam. Setiap pagi petugas melakukan ronda ke bangsal-bangsal, ronda
dilakukan untuk mengecek obat dan alkes yang telah didistribusikan dihari sebelumnya
yang biasanya berada dalam plastik klip besar dalam satu box per satu pasien yang
116
disusun di lemari yang ada di bangsal atau ruang rawat, jika masih ada obat atau alkes
yang tidak digunakan dari bangsal atau ruang rawat maka obat dan alkes tersebut akan
dibawa ke TPO lagi untuk dilakukan retur. Setelah itu barulah petugas menyiapkan obat-
Farmakologis (lembar kuning) yang ditulis oleh dokter, obat yang disiapkan dicatat di
mengambil obat dari lemari penyimpanan obat sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang
dibutuhkan untuk pemakaian selama satu hari. Obat yang telah diambil dicek oleh
Obat yang diambil pun hampir sama dengan obat-obatan yang ada di TPO rawat
inap yaitu bisa berupa obat oral, obat parenteral/injeksi volume kecil atau obat parenteral
volume besar (cairan infus). Obat oral yang diambil biasanya dipotong atau dipisahkan
sesuai dengan jumlah untuk pemakaian satu kali, biasanya obat yang terpotong-potong
agak susah dikenali karena tidak adanya nama obat pada kemasan potongan obat
sehingga petugas juga menuliskan nama obat di kemasan potongan obat tersebut. Jika
ada obat yang memerlukan peracikan atau penggerusan biasanya dilakukan di ruang
Obat yang sudah disiapkan oleh petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama
pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu
obat dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama
117
biasanya digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan
obat luar. Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak
etiket berupa label yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis kelamin,
serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.
Setelah semua obat disiapkan, petugas akan memasukkan obat dan alkes seperti
spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan, infusion set, transfusion set dan alat
kesehatan lain yang dirasa perlu dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik klip besar
dimana setiap klip memuat obat dan alkes untuk kebutuhan per satu pasien, kemudian
dimasukkan ke dalam box yang telah diambil dari bangsal saat ronda. Untuk kolf-kolf
infus biasanya disusun oleh petugas ke dalam troli sejumlah yang dibutuhkan untuk
kemudian dibawa bersama box-box obat dan alkes yang telah disiapkan.Setelah semua
obat disiapkan, petugas akan melakukan ampragh ke bangsal atau ruang perawatan.
kedalam lemari masing-masing pasien, dimana petugas akan meletakkan box-box obat
dan alkes yang sudah disiapkan. Petugas juga mengecek kolf-kolf infus yang ada dan
menambah atau mengurangi jumlah kolf-kolf infus tersebut sesuai kebutuhan. Setelah
Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung
Jawab Pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada disana.
Sama juga halnya dengan di TPO rawat inap pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian
yang menjelaskan cara penggunaan obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk
118
menyampaikannya, hal ini dilakukan karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan
tidak sempat untuk selalu mengunjungi pasien untuk memberikan pelayanan informasi
obat (PIO).
Obat di TPO Penyakit Dalam (PDL) disusun di beberapa lemari dan lemari
pendingin dengan penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan
obat tablet yang stabil pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup
dan berlabel yang disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat
LASA ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama
lain dan label obat LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah
dibaca. Obat injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat
tablet dan disusun berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula.
Obat high alert disimpan di lemari yang berbed namun bersebelahan dengan obat
tablet dan injeksi. Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan
hingga satuan terkecil obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan
obat yang disimpan perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high
alert yang ada di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl
Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, namun
sama seperti di TPO Rawat Jalan dan TPO Rawat Inap, lemari pendingin yang
dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya secara rutin tiga kali sehari yaitu
119
pada pagi, siang dan sore hari.
Obat parenteral volume besar disimpan di ruang yang sama namun di lemari yang
terpisah dengan obat lainnya. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di
lemari tersendiri yang berdekatan dengan lemari penyimpanan obat parenteral volume
besar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun berdasarkan alafabetis dan
jenis alkes atau bmhp. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika
disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO PDL dengan lemari double lock dan yang
7. TPO Anak
TPO anak juga termasuk kedalam TPO rawat inap sehingga sistem pendistribusian
sama yaitu sistem Unit Dose Dispensing (UDD). TPO anak melayani resep khusus
pasien anak yang dirawat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada ruang anak.
Farmakologis (lembar kuning) yang ditulis oleh dokter, obat yang disiapkan dicatat di
mengambil obat dari lemari penyimpanan obat sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang
dibutuhkan untuk pemakaian selama satu hari. Obat yang telah diambil dicek kembali,
umumnya obat-obat pada TPO ini berupa racikan serbuk yang dibungkus pada
perkamen. Pada saat prakteknya, TPO ini terlalu sempit sedangkan jumlah petugas
didalamnya banyak, ditemukan juga untuk obat yang memiliki salut selaput seperti
120
rifampicin yang digerus kemudian selaputnya di saring lalu serbuknya dimasukan dalam
Obat yang sudah disiapkan oleh petugas kemudian diberi etiket yang berisi nama
pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir pasien dan aturan pemakaian obat. Setelah itu
obat dikemas dengan plastik klip, obat-obat dengan waktu pemakaian yang sama
biasanya digabungkan dalam satu plastik klip namun dipisahkan antara obat oral dan
obat luar. Khusus untuk obat parenteral volume besar atau infus, petugas akan mencetak
etiket berupa label yang berisi nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis kelamin,
serta keterangan lain seperti ‘kolf ke’, ‘gtt’, tanggal serta jam pemasangannya.
Setelah semua obat disiapkan, petugas akan memasukkan obat dan alkes seperti
spuit, IV catheter ukuran 18-26 sesuai kebutuhan, infusion set, transfusion set dan alat
kesehatan lain yang dirasa perlu dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik klip besar
dimana setiap klip memuat obat dan alkes untuk kebutuhan per satu pasien. Untuk kolf-
kolf infus biasanya disusun oleh petugas ke dalam troli sejumlah yang dibutuhkan untuk
kemudian dibawa bersama box-box obat dan alkes yang telah disiapkan.Setelah semua
obat disiapkan, petugas akan melakukan ampragh ke bangsal atau ruang perawatan.
kedalam lemari masing-masing pasien, dimana petugas akan meletakkan box-box obat
dan alkes yang sudah disiapkan. Petugas juga mengecek kolf-kolf infus yang ada dan
menambah atau mengurangi jumlah kolf-kolf infus tersebut sesuai kebutuhan. Setelah
121
Farmakologis dan CPPF ke nurse station untuk diisi kembali oleh Dokter Penanggung
Jawab Pasien sambil menjelaskan cara pemakaian obat ke perawat yang ada disana.
Sama juga halnya dengan di TPO rawat inap pada prakteknya, bukan tenaga kefarmasian
yang menjelaskan cara penggunaan obat tetapi perawatlah yang diberi amanat untuk
menyampaikannya, hal ini dilakukan karena kurangnya jumlah petugas farmasi dan
tidak sempat untuk selalu mengunjungi pasien untuk memberikan pelayanan informasi
obat (PIO).
Obat di TPO Anak disusun di beberapa lemari dan lemari pendingin dengan
penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan obat tablet yang stabil
pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup dan berlabel yang
disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA ditempeli
stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan label obat
LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca. Obat
injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat tablet dan
Obat high alert disimpan di lemari yang berbed namun bersebelahan dengan obat
tablet dan injeksi. Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan
hingga satuan terkecil obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan
obat yang disimpan perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high
alert yang ada di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti Digoxin, KCl
122
konsentrasi tinggi, MgSO4 40% dll.
Obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di dalam lemari pendingin, namun
sama seperti di TPO Rawat Jalan dan TPO Rawat Inap, lemari pendingin yang
dilengkapi thermometer dan selalu dipantau suhunya secara rutin tiga kali sehari yaitu
Obat parenteral volume besar disimpan di ruang yang sama namun di lemari yang
terpisah dengan obat lainnya. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di
lemari tersendiri yang berdekatan dengan lemari penyimpanan obat parenteral volume
besar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disusun berdasarkan alafabetis dan
jenis alkes atau bmhp. Terakhir, obat dengan golongan narkotika dan psikotropika
disimpan di dalam ruangan Ka. Tim TPO Anak dengan lemari double lock dan yang
8. TPO IGD
TPO IGD dibagi menjadi dua ada IGD bawah dan juga IGD atas. Alur penyerahan
obat di TPO IGD adalah menggunakan sistem floor sctock, pasien datang diperiksa dan
diberikan tindakan medis oleh dokter, kemudian dokter akan menuliskan obat dan alat
kesehatan yang diperlukan di buku khusus bedah, obgyn, dan lain-lain. Kemudian setiap
obat akan dientry ke komputer. Setelah pasien selesai menjalani operasi, kartu instruksi
medis diambil dan dibawa untuk proses pemindahan kamar, khusus untuk pasien yang
tidak akan menjalani rawat inap maka KIM akan diminta di TPO instalasi rawat darurat
123
dan akan dibayar dibagian administrasi.
Obat dan alkes di TPO IGD disusun di beberapa lemari dan lemari pendingin
dengan penandaan yang sesuai. Terdapat satu lemari tempat penyimpanan obat tablet
yang stabil pada suhu ruang, obat disimpan dalam box-box plastik bertutup dan berlabel
yang disusun berdasarkan alfabetis dengan menuruti kaidah LASA. Obat LASA
ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama lain dan
label obat LASA diketik menggunakan Tallman Lettering yang jelas dan mudah dibaca.
Obat injeksi diletakkan di lemari lain yang bersebelahan dengan lemari obat tablet dan
disusun berdasarkan alfabetis, dengan menuruti kaidah LASA pula. Obat high alert
disimpan di lemari yang berbeda namun bersebelahan dengan obat tablet dan injeksi.
Sediaan diberi stiker high alert yang tertempel di seluruh kemasan hingga satuan terkecil
obat tersebut. Lemari ini diberi selotip merah yang menandakan obat yang disimpan
perlu perhatian khusus, dan disampingnya ditempel daftar obat high alert yang ada di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Terdapat satu lemari narkotika dan
psikotropika di dekat pintu yang dilengkapi Double lock serta dua lemari untuk tempat
penyimpanan alkes. Pada prakteknya, penyusunan sediaan farmasi pada TPO IGD
sangat teratur sehingga mahasiswa mudah untuk menghafal letak persediaan obat, alkes,
9. TPO Kemoterapi
124
TPO Kemoterapi adalah tempat pelayanan obat khusus untuk pencampuran obat
sitostatika. TPO ini dibawah naungan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang yang melayani resep rawat inap khusus obat sitostatika pada pasien kanker
yang akan menjalani kemoterapi. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan disini yaitu
etiket, plastik klip dan aluminium foil, masukkan dalam kontainer/box dan memasukan
yang harus dilakukan adalah cuci tangan sesuai dengan aturan WHO, memakai APD
(Alat Pelindung Diri) meliputi baju pelindung, penutup kepala, masker kemoterapi,
handscoone steril, kacamata, dan sepatu. Baju pelindung harus berlengan panjang dan
bermanset dengan bahan yang tidak menyerap cairan. Handscoone latex tebal yang steril
125
(Biological Safety Cabinet), memastikan dan mengecek alat yang akan digunakan.
sebagai berikut : konfirmasi pasien dari ruang tindakan kemoterapi, kemudian petugas
Kemudian petugas mengambil obat sitostatika sesuai resep dan membuat etiket untuk
masing-masing obat. Etiket untuk obat sitostatika terbagi menjadi empat jenis etiket,
yaitu etiket khusus untuk obat dengan rute pemberian (I.V.), etiket khusus untuk bolus
(ditempelkan pada spuilt), etiket untuk paket dan etiket yang ditempelkan ke infus untuk
melakukan rekonstitusi terlebih dahulu untuk beberapa jenis infus. Misalnya NaCl infus
1 liter yang volumenya dikurangi sampai 500 ml. Setelah dilakukan rekonstitusi
tersebut, botol infus yang akan digunakan dalam pencampuran obat sitostatika
disesuaikan dengan jenis obat. Untuk obat yang harus terlindung dari cahaya, botol infus
yang digunakan harus dibungkus dengan kertas aluminium. Setelah itu petugas
secara aseptis di Biological Safety Cabinet (BSC). Jika obat sudah selesai disiapkan
dengan menyemprotkan alkohol pada peralatan tersebut dan seluruh petugas harus
126
mencuci tangan terlebih dahulu dan melepaskan APD yang dipakai sebelum
meninggalkan TPO, kemudian seluruh APD yang digunakan dimasukan kedalam wadah
Obat sitostatika disimpan sesuai dengan suhu penyimpanannya yang sesuai. Obat
yang stabil dalam suhu dingin disimpan di dalam chiller dan disusun sesuai dengan
kaidah alfabetis dan ditempeli stiker sitostatika, LASA dan High Alert. Chiller yang
digunakan adalah chiller khusus untuk obat dan dilengkapi thermometer khusus.
Obat yang stabil di suhu ruangan disimpan di lemari kaca biasa. Obat sitostatika
yang terdapat di sini adalah obat sitostatika berbentuk injeksi, bukan obat oral. Selain
obat sitostatika, disimpan juga injeksi nonsitostatik seperti ranitidin yang digunakan
bersama obat sitostatik. Terdapat juga beberapa jenis obat oral seperti metilprednisolon
yang dikemas dalam kemasan 100 tablet per plastik.Untuk sediaan parenteral volume
TPO ini merupakan tempat melayani obat dan alat kesehatan sesuai resep dokter
spesialis yang pembayarannya dilakukan secara tunai dan untuk pasien yang mempunyai
Contohnya jaminan kesehatan In Health. Alur penyerahan resep kepada pasien hingga
penyerahan obat adalah sebagai berikut : Pasien membawa resep dari dokter ke TPO
127
Graha Spesialis, kemudian resep diterima oleh asisten apoteker untuk dianalisis
kelengkapan resepnya (nama dokter, nama pasien, umur pasien, cap poliklinik),
kemudian obat akan dicek apakah ada atau tidak, jika tidak ada obat yang diminta tetapi
ada obat dengan khasiat yang sama maka akan diganti dengan obat tersebut, apabila
pasien setuju maka resep tersebut akan disiapkan. Sebelum disiapkan asisten apoteker
mengecek terlebih dahulu status pasien apakah pasien umum atau jaminan.
Jika status pasien umum, maka alur penyiapan resep dimulai dengan meng-entry
terlebih dahulu resep tersebut ke SIM RS, kemudian mengecek harga dan meminta
persetujuan pasien, jika pasien setuju maka pasien tersebut diberikan nota dan nomor
antrian, lalu nota tersebut diberikan ke bagian kasir untuk melakukan proses pembayaran
dan pencetakan kuitansi sebagai bukti sudah melakukan pembayaran dan nantinya akan
dan etiket dan kemudian obat tersebut diberikan kepada pasien dengan dilengkapi
pemberian informasi. Untuk pasien dengan status jaminan terbagi menjadi dua, untuk
pasien dengan jaminan perusahaan resep dilengkapi dengan surat jaminan perobatan.
Sedangkan untuk pasien dengan jaminan asuransi, resep dilengkapi fotocopy kartu
peserta asuransi. Resep yang masuk di-entry ke SIM RS, lalu cetak SPH (Surat
Pengakuan Hutang) dan pasien diberi nomor antrian. Kemudian asisten apoteker
menyiapkan obat dan etiket. Obat yang telah siap segera diberikan kepada pasien dengan
dilengkapi informasi.
128
b) Penyimpanan Obat di TPO Graha Spesialis
TPO Graha Spesialis merupakan TPO yang paling besar setelah TPO rawat inap di
RSUP Dr. Muhammad Hoesin, perbekalan darmasi disusun di beberapa rak, lemari dan
kulkas. Dua rak untuk sediaan tablet berada di samping lemari narkotika dan
psikotropika, berisi obat berbagai penyakit seperti obat hipertensi, suplemen, obat mual
muntah dan lain-lain yang disusun dalam kotak plastik bertutup dengan label, secara
alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM
(Nama Obat, Rupa Umum Mirip). Obat LASA seperti Metilprednisolon 4 mg, 8 mg dan
16 mg ditempeli stiker LASA berwarna kuning dan disusun secara terpisah satu sama
lain (ada obat lain yang namanya tidak mirip diletakkan di antara obat LASA tersebut).
menggunakan double lock dan dilengkapi kartu stok untuk masing-masing obat. Rak
yang berada didepan rak-rak tablet ini menyimpan obat berbentuk sirup, tetes
mata/telinga, salep dan high alert. Obat-obat sirup disusun bersebelahan dengan sesama
obat sirup sedangkan obat berbentuk lain terutama obat mata dan obat kulit topikal
disusun di rak yang berada di samping rak sirup yang dipisahkan dengan passing
window yang di atas rak salep dan tetes mata terdapat obat-obat high alert yang di beri
Ada juga obat yang disimpan di kulkas, obat ini memerlukan suhu yang dingin
agar tetap stabil, contohnya insulin. Sayangnya kulkas yang digunakan di TPO Rawat
129
Jalan ini masih berupa kulkas rumah tangga bukan berupa chiller, namun kulkas ini
selalu dijaga dan dicatat suhunya. Terdapat obat high alert yang disimpan di kulkas ini
dan pada tiap obat high alert ada stiker penanda high alert berwarna merah yang
ditempel pada kotak obatnya dan juga pada tiap sediaan, seperti pada tiap-tiap flexpen di
bagian tutupnya.
Terakhir, obat yang lainnya disimpan di ‘gudang’ mini yang ada di TPO Graha
Spesialis. ‘Gudang’ ini berupa rak yang berada di bawah rak sirup. Obat yang disimpan
di rak ini adalah obat penyakit kronis, obat yang jarang digunakan dan obat yang belum
Palembang
gudang besar yaitu Gudang Master dan gudang Instalasi Farmasi. Gudang Instalasi
farmasi dibagi lagi menjadi tiga ruangan yaitu Gudang Obat, Gudang Alat Kesehatan
1. Gudang Obat
Gudang obat adalah tempat penyimpanan obat, baik obat yang stabil pada suhu
ruang atau obat yang stabil pada suhu dingin sebelum didistribusikan ke TPO-TPO.
Suhu ruangan gudang terjaga dengan baik karena adanya AC yang membuat ruangan
sejuk dan selalu dipantau suhunya. Untuk obat yang stabil pada suhu dingin disimpan di
130
chiller yang disertai thermometer agar suhu chiller selalu terjaga, apabila melebihi batas
Selain penyimpanan sesuai suhu obat disusun sesuai bentuk sediaannya, ada
golongan sirup, tablet, injeksi, topikal dan lain-lain secara alfabetis. Untuk obat yang
masuk dalam kategori LASA (Look Alike Sound Alike) terdapat lemari khusus LASA
dimana obat disimpan secara alfabetis dengan mengikuti kaidah LASA, yaitu obat
dikelang penyimpanannya dengan obat yang mirip nama, rupa atau bentuknya agar tidak
tertukar dan ditempeli stiker LASA. Ada juga lemari untuk obat High Alert yang
ditempeli selotip merah dan tiap obatnya dipasangi stiker High Alert berwarna merah.
Gudang ini menerapkan prinsip FIFO (First In First Out ) dan FEFO (First
Expired First Out) dengan kartu stok yang ada pada tiap obat agar stok obat selalu
Gudang ini menyimpan alat-alat kesehatan baik yang digunakan petugas medis
atau alat kesehatan yang digunakan oleh pasien seperti handscoon, spuit injeksi, NGT,
IV catheter dan infusion set. Di gudang ini juga tersimpan Bahan Habis Pakai seperti
kapas, perban, plester dan lain-lain. Gudang ini dilengkapi AC untuk menjaga suhunya
agar tetap stabil dan sama seperti gudang obat, tiap barang dilengkapi kartu stok untuk
Pada gudang ini terdapat bahan-bahan yang bersifat oksidator dan mudah terbakar.
131
Disetiap bahan terdapat kartu stok untuk mempermudah pencatatan barang yang masuk
dan keluar. Bahan-bahan tersusun dan tersimpan rapi dalam rak besi.
petugas dari TPO ingin melakukan amprah barang baik obat, alat kesehatan maupun B3,
petugas TPO diharuskan melakukan entry/posting pesanan ke gudang melalui SIM RS.
Setelah itu, pihak gudang akan mengonfirmasi pesanan yang diterima beserta jumlah
barang yang akan dipenuhi permintaannya, lalu mencetak lembar Bukti Distribusi
Barang yang berisi nomor ditribusi, tanggal distribusi, gudang yang memnuhi, gudang
yang meminta, catatan serta nomor, kode, nama item, pesanan, jumlah yang dipenuhi,
satuan item, harga satuan, harga total + PPN dan harga total distribusi. Terdapat tempat
diminta dan diletakkan di sebuah container plastik besar. Setelah semua barang diambil,
jumlahnya akan dicek ulang. Bila jumlahnya telah benar, barang siap diambil petugas
dari masing-masing TPO dimana petugas akan mengecek barang, kondisi serta
jumlahnya lalu menandatangani lembar Distribusi Barang dan mengambil satu rangkap,
mengembalikan sisa lembarnya lalu membawa barang tersebut kembali ke TPO mereka
masing-masing. .
132
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah
Proses pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP Dr.
sesuai agar sediaan tetap stabil dan tidak rusak. Terdapat beberapa suhu penyimpanan
sediaan farmasi yaitu suhu dingin, suhu sejuk, suhu ruang dan suhu hangat. Suhu dingin
berkisar antara 2-8o C, suhu sejuk 8-15o C, suhu ruang 15-25o C, dan suhu hangat 30-40
derajat celcius.
RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang selalu melakukan pencatatan suhu dan
kelembaban pada lemari pendingin. Sebagian besar TPO di RSUP dr. Mohammad
Hoesin menggunakan kulkas rumah tangga, namun kulkas ini dilengkapi thermometer
dan alat pengukur kelembaban yang selalu dipantau dan dicatat. Biasanya petugas tiap
TPO atau gudang akan mencatat kedua hal ini di lembat catatan suhu dan kelembaban
Selain pelaporan suhu dan kelembaban lemari pendingin, RSUP Dr. Mohammad
Hosein Palembang juga melakukan proses pencatatan stok perbekalan farmasi. Pada
133
umumnya untuk pencatatan stok kita mengenal kartu stok yang berfungsi untuk
Saat resep masuk petugas akan melakukan entry ke SIM RS, jadi stok obat di
RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang langsung terpotong dari sistem komputer dan
bisa dicek stoknya di masing-masing TPO maupun gudang secara online, sehingga
sedikit obat yang stoknya dicatat menggunakan kartu stok manual. Meskipun begitu,
penggunaan kartu stok tidak secara langsung ditinggalkan. Hal ini dikarenakan masih
diterapkannya penggunaan kartu stok di gudang dan kartu stok untuk obat narkotika
serta psikotropika. Kartu stok ini digunakan hanya sebagai alat bantu dalam mencatat
stok perbekalan farmasi yang keluar dan masuk secara manual. Kartu stok tersebut
mengurangi terjadi kesalahan dalam proses pencatatan. Selain itu, kartu stok digunakan
untuk merekap resep narkotika dan psikotropika yang perlu dilaporkan melalui SIPNAP
tiap bulannya. Pelaporan obat narkotika di RSUP Dr. Mohammad Hoesin yaitu dengan
mengumpulkan resep narkotika dari setiap TPO, kemudian direkap di gudang dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota dan Badan Pengawas
Kemudian proses pencatatan dan pelaporan yang juga dilakukan di RSUP Dr.
134
error. Untuk mencegah dan mengetahui medication error, RSUP Dr. Mohammad
Hoesin memberlakukan kegiatan telaah resep secara rutin. Contohnya di TPO Graha
Spesialis dan rawat jalan, proses telaah resep dilakukan di setiap penerimaan resep oleh
Palembang
memakai APD yang telah disediakan seperti jas lab, masker, sepatu karet, dan penutup
kepala, namun seringkali petugas hanya memakai seragam yang bersih saja. Alat yang
digunakan beragam, sesuai dengan ketersediaan alat yang berada di TPO. Kelengkapan
alat peracikan meliputi mortir dan stamfer standar dengan berbagai ukuran, tablet
crusher, sudip, kertas perkamen atau kantong serbuk khusus beserta alat pembagi serbuk
dan heater penyegelnya (khusus TPO Rawat Jalan), serta serbet yang digunakan sebagai
alas.
Peracikan dimulai ketika petugas kefarmasian sudah menyiapkan obat yang perlu
diracik. Obat dikumpulkan, dihitung kembali jumlahnya sesuai resep lalu dikeluarkan
dari kemasan primernya. Untuk peracikan obat yang jumlahnya sedikit, petugas
kefarmasian di TPO biasanya menggunakan mortir dan stamper untuk menggerus obat,
namun bila obat yang diracik jumlahnya banyak, petugas akan memakai tablet crusher
yang lebih efisien dan hemat tenaga. Hal ini dilakukan karena mortir dan stamfer lebih
135
ringkas proses pembersihannya, cukup disemprot alkohol 70% lalu diseka kain kasa
saja, sedangkan tablet crusher perlu dicuci dengan air dan dikeringkan terlebih dahulu
Setelah obat digerus hingga halus dan homogen, obat akan dibagi menjadi
beberapa bungkus sesuai dengan resep. Pada TPO Rawat Jalan, digunakan bungkus
serbuk khusus dipasangkan dengan alat mirip scoop yang digunakan untuk membagi
serbuk dan memasukkanya ke dalam bungkus tersebut. Serbuk obat racikan dibagi dan
diletakkan di alat scoop lalu dimasukkan ke bungkus dengan cara ditegakkan dan
diketuk-ketuk agar seluruh serbuknya masuk. Setelah seluruh obat masuk ke dalam
bungkusnya, bungkus serbuk ini disegel dengan alat heater yang memanaskan bagian
atasnya sehingga menempel satu sama lain, membentuk segel yang kedap udara.
Bungkusan serbuk ini lalu dirobek satu per satu agar menjadi satu sachet individual.
Pada TPO lain, serbuk obat biasanya dibungkus dengan kertas perkamen biasa dengan
cara melipat yang biasa pula. Setelah dibungkus, obat racikan diberi keterangan nama
obat dan dosisnya pada bungkus perkamennya jika perlu. Hal ini biasa dilakukan pada
TPO yang melayani pasien rawat inap seperti TPO Rawat Inap, TPO BHC dan TPO
Anak. Perbedaan alat pengerjaan dan cara pengerjaan mungkin terjadi mengingat TPO
Rawat Jalan merupakan TPO yang paling banyak melayani pasien, sehingga alat yang
lebih canggih dibutuhkan untuk membungkus obat racikan agar proses pengerjaannya
136
Ketika proses peracikan dan pembungkusan telah selesai, obat racikan dimasukkan
ke dalam klip plastik dan diberi etiket yang sesuai, lalu siap untuk didistribusikan.
Pada periode PKL mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang yang dimulai pada
bulan Februari 2020 hingga bulan April 2020, mahasiswa sempat melihat cara peracikan
lain yang dilakukan oleh petugas TPO yang mungkin tidak sesuai dengan standar
peracikan. Dimana obat yang tidak boleh digerus dan dipotong seperti obat salut selaput
yang terpaksa digerus. Kejadian ini terjadi karena biasanya pasien rawat inap tidak bisa
menelan obat tersebut karena tidak sadarkan diri sehingga obat harus dimasukkan
melalui NGT atau ketika dosis obat terlalu besar dan tidak ada sediaan obat dengan dosis
yang lebih kecil, sehingga obat perlu dipotong menjadi beberapa bagian dan digerus,
biasanya hal ini dilakukan untuk pasien anak yang dirawat di Ruang Selincah. Untuk
perbedaan cara penyerahan obat di TPO Rawat Jalan dan TPO lainnya. Di TPO Rawat
Jalan, apoteker menyerahkan obat kepada pasien sambil memberi penjelasan, namun di
TPO lain yang melayani pasien rawat inap, biasanya tidak terjadi PIO antara petugas
memberikan PIO kepada perawat yang sedang bertugas, sehingga perawatlah yang
menyampaikan cara memakai obat dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini terjadi
karena jumlah petugas kefarmasian yang bekerja di TPO yang melayani pasien rawat
137
BAB V
A. Kesimpulan
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammad Hoesin telah melakukan pelayanan yang
cukup baik karena pelayanan di rumah sakit tersebut sudah didukung dengan sisstem
2. Struktur organisasi pada rumah sakit tipe A lebih kompleks dengan memiliki 3
yang disebut SIMRS (Sitem Informasi Manajemen Rumah Sakit) semua kegiatan
No. 58 Tahun 2014. Untuk obat-obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dilemari
khusus dengan menggunakan kunci ganda. Sedangkan obat-obat high alert dan
LASA diberi pelebelan warna merah untuk high alert dan warna kuning untuk obat
LASA.
4. Sistem distriburi perbekalan farmasi pada RSUP dr. Mohammad Hoesin dibagi
menjadi, desentralisasi (dari Gudang Farmasi ke TPO), Unit Dose Dispensing (pada t
iap TPO yang melayani pasien rawat inap), resep perseorangan/individual drugs
138
order (di TPO Rawat Jalan dan TPO Graha Spesialis) dan Floorstock ( di TPO COT
dan IGD)
5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammad Hoesin telah memiliki kelengkapan obat
yang cukup memadai dan tata ruang yang cukup baik untuk menunjang pelayanan
kesehatan dirumah sakit. Selain itu, pelayanan di sudah baik seperti tenaga kerja
instalasi yang ramah dan berwawasan luas dibidang apotek, waktu tunggu pelayanan
B. Saran
1. Perlu adanya perluasan di instalasi farmasi supaya dapat melakukan pelayanan yang
lebih optimal.
2. Untuk petugas di instalasi farmasi diharapakan lebih teliti dalam menulis kartu stok.
139
DAFTAR PUSTAKA
Kemkes (2017, 3 Oktober). Retrieved from Ditjen Yankes 2017. Diakses pada tanggal
20 juni 2021, dari http://sirs.yankes.kemkes.go.id
Depkes. 2007. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan
BNPB (2011, 11 januari) Kejadian Bencana Tahun 2009. Diakses Pada 21 juni 2021,
dari https://bnpb.go.id/infografis/kejadian-bencana-tahun-2009
Dokumen Indonesia (2019. 3 Maret) Keputusan Menteri kesehatan nomor 1243 tahun
2005. Diakses pada 21 Juni 2021, dari https://fdokumen.com/document/-web-
viewkeputusan-menteri-kesehatan-ri-nomor-1243menkesskviii2005-tanggal.html
BPK RI (2020) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2000. Diakses pada tanggal 21
Juni 2021, dari https://jdih.bpk.go.id/?p=32516
140
Staff.Ugm (2005) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997. Diakses
Pada Tanggal 20 Juni 2021, dari https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-
1997PNBP.pdf
BPK RI (2010) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009. Diakses Pada
Tanggal 20 Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-
36-tahun-2009
BPK RI (2020) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020. Diakses pada tanggal 21
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-
3-tahun-2020
BPK RI (2017) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016. Diakses pada tanggal 20
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114491/permenkes-no-
72-tahun-2016
BPK RI ( 2015) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014. Diakses Pada Tanggal 21
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139680/permenkes-no-
58-tahun-2014
BPK RI (2000) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22 Tahun 1997. Diakses pada tanggal 20
Juni 2021, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46016/uu-no-22-tahun-
1997
Rumah Belajar (2016) Psikotropika . Diakses Pada Tanggal 21 Juni 2021, dari
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/PSIKOTR
OPIKA-2016-/menu3.html
Komisi Informasi ( 2010) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Diakses
Pada Tanggal 20 Juni 2021, dari
https://www.komisiinformasi.go.id/uploads/documents/UU_44_Tahun_2009.pdf
141
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
PERMENKES No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar
Farmasi. Jakarta
Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E. 2004. Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
142
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
141
Gambar 4. Struktur Organisasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Lampiran 2. Format Kartu Instruksi Medis Farmakologis RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
142
Gambar 5. Kartu Instruksi Medis Farmakologis
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
143
Gambar 8. Label High Alert Gambar 9. Stiker High Alert pada sediaan
Gambar 10. Label Sitostatika Gambar 11. Stiker Sitostatika pada sediaan
144
Gambar 12. Etiket biru pemakaian luar Gambar 13. Etiket putih untuk oral
Gambar 13. Etiket sediaan larutan (Sirup) Gambar 14. Etiket barcode
145
Gambar 15. Formulir Pencatatan Pencampuran Obat Sitostatik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Lampiran 6. Kartu Stok
146
Gambar 17. Pemeriksaan Perbekalan Farmasi Tas Emergency (Blue Code)
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
147
Gambar 19. Lemari Pendingin Dengan Thermometer dan Lembar Cek Suhu
148
Gambar 21. Lemari Obat Berdasarkan Nama Pasien
149
Gambar 23. Rak Obat dan Persediaan Obat di Gudang Master
150
Gambar 24. Rak Obat Tablet di TPO
151
Gambar 26. Rak Sirup di TPO
152
Gambar 28. Lemari Obat Psikotropika Gambar 29. Lemari Narkotika
153