Anda di halaman 1dari 82

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN MENONTON TELEVISI

TERHADAP AKHLAK ANAK USIA DINI DI


TK PKK KREBET DESA SIDOHARJO JAMBON PONOROGO

SKRIPSI

OLEH:

UMI MAISAROH
NIM. 211116009

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
2020
PONOROGO

2020
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN MENONTON TELEVISI
TERHADAP AKHLAK ANAK USIA DINI DI
TK PKK KREBET DESA SIDOHARJO JAMBON PONOROGO

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam

OLEH

UMI MAISAROH
NIM. 211116009

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA


DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO 2020

ii
ABSTRAK

MAISAROH, UMI. 2020. Faktor-faktor Determinan Menonton Televisi


Terhadap Akhlak Anak Usia Dini di TK PKK Krebet Jambon Ponorogo.
Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Pembimbing Mukhlison Effendi, M.Ag.

Kata Kunci: Televisi, Akhlak, Anak Usia Dini.


Sesungguhnya pendidikan itu dimulai sedini mungkin, begitu pula dengan
penanaman akhlak pada anak. Melalui akhlak anak diajarkan tentang bagaimana
berperilaku, berpakaian, belajar, dan makan minum yang sesuai dengan ajaran
islam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, akhlak anak terhadap kebiasaan
berpakaian, belajar, dan makan minum anak di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo
Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo tergolong sudah baik. Hal ini
ditunujukkan dengan adanya anak yang memakai pakaian yang rapi, berdo’a
ketika sebelum dan sesudah belajar, makan dan minum menggunakan tangan
kanan, dan berdo’a ketika selesai makan dan minum.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan faktor determinan
menonton televisi dalam berpakaian anak usia dini di TK PKK Krebet Desa
Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo; (2) Mengetahui apa faktor
determinan menonton televisi dalam belajar bersama teman sebaya anak usia dini
di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo; (3)
Mengetahui apa faktor determinan menonton televisi dalam makan dan minum
anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten
Ponorogo.
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data, dalam
penlitian ini yaitu menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Adapun teknis analisis data kualitatif mengikuti konsep Miles dan
Hubermandengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini adalah (1) Faktor determinan menonton
televisi terhadap akhlak teman sebaya dalam berpakaian anak di TK PKK Krebet
adalah faktor pembawaan dari diri anak berupa kecenderungan yang dimiliki anak
terhadap sesuatu hal, seperti ketertarikan anak terhadap sesuatu yang dilihat,
orang tua, dan lingkungan sekitar. (2) Faktor determinan menonton televisi dalam
belajar bersama teman sebaya anak usia dini di TK PKK Krebet adalah faktor
pembiasaan dan pembawaan anak, anak yang sering menonton televisi akan pasif
dan sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar yang akan menyebabkan menurunnya
hasil belajar anak. (3) Faktor determinan menonton televisi dalam makan dan
minum anak usia dini di TK PKK Krebet adalah pembawaan anak dan
pembiasaan yang diperoleh anak dari orangtua saat makan sambil menonton
televisi.
AN

Skripsi atas nama :


NAMA : Umi Maisaroh
NIM : 211116009
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Judul Penelitian : Faktor-faktor Determinan Menonton Televisi Terhadap
Akhlak Teman Sebaya Anak Usia Dini di TK PKK
Krebet Sidoharjo Jambon Ponorogo

Pembimbing

Mukhlison Effendi, M.Ag. Ponorogo, Agustus 2020


NIP. 197104302000031002,

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstit
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : UMI MAISAROH
NIM 211116009
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu keguruan
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul Skripsi/Thesis : Faktor-faktor Determinan Menonton Televisi Terhadap
Akhlak Anak Usia Dini di TK PKK Krebet Jambon
Ponorogo.

Menyatakan bahwa naskah skripsi / thesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen
pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh
perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id.
adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari penulis.
Demikian pernyataan saya untuk dapat dipergunakan semestinya.

Ponorogo, 16 November 2020


Penulis

UMI MAISAROH
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang

mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai

khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi

dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat

pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan

acara yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi

agenda wajib bagi sebagian besar anak.

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian

dan diantara barang elektronik yang banyak dibeli oleh orang pada umumnya.

Semenjak televisi ditemukan, informasi dari berbagai macam peristiwa dari

seluruh dunia, dapat disaksikan. Media televisi dapat menghadirkan

pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas

(broadcast) dalam waktu yang bersamaan. Televisi merupakan gabungan dari

media dengar (audio) dan gambar hidup (live visual) yang dapat bersifat

informatif, menghibur dan mendidik. Sebagai media informasi, televisi

memiliki kekuatan yang ampuh (powerfull) untuk menyampaikan pesan.1

1
Andi Abdul Muis, Indonesia Di era Dunia Maya, Teknologi Informasi Dalam Dunia
Tanpa Batas ( Cet I: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), 11.

1
Hal ini harus diakui bahwa perannya sangat besar dalam membentuk

pola pikir, pengembangan wawasan dan pendapat umum.2 Selain itu, media

televisi dapat menyajikan acara tentang potert kehidupan dan perilaku sehari-

hari baik dalam bentuk kisah nyata maupun dramatisasi sesuai dengan tujuan

yang paling populer digemari oleh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak

dan remaja.3 Acara menonton televisi sudah menjadi agenda wajib bagi

mereka. Berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotaiment, hiburan

musik, sampai pada film kartun dan sinetron yang berbau kekerasan, televisi

mampu membius pemirsanya seperti anak-anak, remaja, bahkan orang tua

untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian

mungkin dan ditambahkan dengan tayangan menarik, sehingga membuat

pemirsanya terkagum-kagum dengan acara yang disajikan. Tidak jarang

banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi daripada belajar,

bahkan hampir lupa akan waktu makan dan ibadah.

Hal ini merupakan masalah yang terjadi dilingkungan dan perlu

adanya perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi

aktivitas anaknya. Tidak dipungkiri, dengan adanya media televisi banyak

sekali manfaat yang bisa diambil, salah satunya dengan cepat mendapatkan

informasi terbaru yang terjadi dimanapun hingga tembus dibelahan dunia.

Sehingga masyarakat memperoleh wawasan yang luas dan tidak akan

ketinggalan berita-berita terhangat masa kini dan mengetahui masalah apa

saja yang sedang terjadi. Sebagai manusia global harus mampu mengkritisi

2
3
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 27.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana Prenanda,2011), 173.

2
dari berbagai aspek manapun baik sosial, ekonomi, politik, hukum, dan

budaya.

Menurut Froebel, salah satu seorang tokoh pendidikan anak usia dini

berkebangsaan Jerman, memandang bahwa anak pada dasarnya memiliki

bawaan baik, (innate goodness) dan berpotensi kreatif (creativepotensial).

Hal ini berarti bahwa secara bawaan, kecenderungan perkembangan anak itu

mengarah pada suatu kehidupan yang baik pada dasarnya anak memiliki

kemampuan untuk mencipta, serta berkreasi. Persoalannya terletak pada

perlakuan lingkungan karena lingkungan cukup memberi dampak pada anak

untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya atau tidak. Menurut

Froebel, masa anak-anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan

berharga, yang dijadikan sebagai fase pembentukan dalam periode kehidupan

manusia (a noble and malleable phase of human life). Untuk itu, masa anak-

anak sering dipandang sebagai masa emas (the golden age) bagi

penyelenggaraan pendidikan. Artinya, masa anak merupakan fase yang sangat

fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadi

pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.4

Pendidikan juga harus memahami dan mengikuti perkembangan

anak usia dini dalam menerapkan metode pendidikannya untuk itu Al-Gazali

mengatakan sebagaimana dikutip dalam buku Zainudin dkk: Sebelum anak

berfikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak, serta belum sanggup

menentukan mana yang baik dan mana yang buruk (tamyiz) mana yang benar

4
Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD, 8- 9.
dan mana yang salah, maka contoh-contoh, latihan-latihan, dan pembiasaan-

pembiasaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembinaan pribadi

anak, karena masa anak usia dini adalah masa yang paling baik untuk

menanamkan dasar-dasar pendidikan akhlak.5

Media massa televisi sebenarnya mempunyai fungsi utama yang

harus diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai

sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau kepahaman. Namun jika dilihat

kenyataannya saat ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan

rekreatif saja. Sedangkan fungsi edukatif merupakan fungsi yang sangat

penting untuk disampaikan atau diinformasikan hanya sedikit sekali

frekuensinya. Hal ini bisa dilihat dari susunan acara-acara televisi,

kebanyakan hanya acara-acara sinetron yang marak terdapat diberbagai

channel televisi contohnya sinetron suara hati istri yang berada pada channel

INDOSIAR. Selain sinetron adapula sinema kartun yang ditayangkan pada

waktu yang tidak tepat seperti pada pagi hari, siang bahkan menjelang malam

hari seperti contohnya marsha and the bear, upin dan ipin, shiva, dan

boboboy. Jauh berbeda dengan acara-acara yang mengarah kepada edukatif

atau pendidikan sangat sedikit jumlah tayangnya.

Salah satu contoh yang terjadi akibat anak seringan menonton

televisi terhadap akhlak anak di TK PKK Krebet. Berdasarkan hasil observasi

peneliti menemukan bahwa anak memiliki potensi yang sangat banyak

menggunakan media televisi untuk mengisi waktunya dibandingkan dengan

5
Yusufha di Miarso, menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media,
2004), 445.
belajar. Anak-anak di TK PKK lebih tertarik dengan acara yang imajinatif

seperti tentang roket dan kenderaan luar angkasa, upin dan ipin, show, cerita

misteri, detektif, drama, dan musik.

Anak di TK PKK Krebet sering mengalami dampak yang tidak baik

sepertihalnya peniruan perilaku yang dilihat anak ketika menonton televisi

baik seketika maupun tertunda, adopsi sikap dan perilaku, referensi terhadap

tindakan, perilaku konsumtif, sampai pada moral dan etika. Selain itu

sebagian sering mengalami masalah terlambat datang ke sekolah dengan

alasan menonton film kartun yang setiap pagi ada pada stasiun televisi yaitu

marsha and the bear, upin ipin. Hal inilah yang menarik peneliti untuk

membuat penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Determinan Menonton

Televisi Terhadap Akhlak Anak Usia Dini di TK PKK Krebet Desa

Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo”

B. Fokus Penelitian

Berangkat dari latar belakang diatas, perlu adanya batasan masalah

agar tidak terjadi kerancuan dalam penelitian. Adapun dalam penelitian ini

peneliti memfokuskan pada faktor determinan menonton televise terhadap

akhlak berpakaian, belajar, dan makan dan minum anak usia dini di TK PKK

Krebet Desa sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.


C. Rumusan Masalah

Berdaasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor determinan menonton televisi dalam berpakaian anak

usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana faktor determinan menonton televisi dalam belajar bersama

teman sebaya anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?

3. Bagaimana faktor determinan menonton televisi dalam makan dan minum

anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui apa faktor determinan menonton televisi dalam berpakaian

anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo?

2. Mengetahui apa faktor determinan menonton televisi dalam belajar

bersama teman sebaya anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?


3. Mengetahui apa faktor determinan menonton televisi dalam makan dan

minum anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan

Jambon Kabupaten Ponorogo?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan fikiran, menambah pengetahuan dalam melakukan inovasi

pendidikan dan membantu guru maupun orang tua dalam menciptakan

akhlak yang baik pada anak sejak dini.Penelitian ini diharapkan dapat

menguji teori tentang ada ataupun tidaknya dampak menonton TV

terhadap akhlak siswa, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran keilmuan tentang tayangan TV terhadap akhlak siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Lembaga

Sebagai bahan kajian tentang informasi pentingnya dampak tontonan

TV terhadap akhlak siswa.

b. Manfaat bagi Kepala Sekolah/Guru

Sebagai bahan kajian guru agar lebih bisa bekerjasama dengan orang

tua siswa dan saling membantu dalam menanamkan, membimbing,

mengajar, dan mendidik peserta didik yang lebih baik dan berakhlak

mulia.
c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wawasan

pengetahuan dan pengalaman baru serta bekal dalam mendidik anak

sejak dini.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah

pemahaman para pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada

didalamnya. Dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari enam bab

yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan

sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan Bab ini berfungsi untuk

memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi yang terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, telaah terdahulu dan kajian teori. Bab ini berfungsi

untuk menerangkan kerangka acuan teori yang digunakan sebagai landasan

pemikiran dan penelitian yang terdiri dari faktor-faktor determinan menonton

televisi terhadap akhlak teman sebaya anak usia dini.

Bab ketiga, berisi metode penelitian yang berisi tentang pendekatan

dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, dan data dan sumber

data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan

temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.


Bab keempat, deskripsi data yang terdiri dari deskripsi data umum

dan deskripsi data khusus. Deskripsi data umum mengenai sekilas tentang TK

PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo dan

deskripsi data khusus yaitu pembahasan tentang faktor-faktor determinan

menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya anak usia dini.

Bab kelima, pembahasan yang berisi analisis data terkait dengan

faktor-faktor determinan menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya

anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo.

Bab keenam, penutup bab ini berfungsi mempermudah pembaca

dalam mengambil intisari skripsi ini yaitu terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Terdahulu

Penulis melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya

dengan penelitian ini. Adapun hasil temuan terdahulu adalah sebagai berikut.

Penelitan yang diakukan oleh Malikhah tahun 2013 dengan judul

“Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku

Negatif Anak Usia Dini pada kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah

Bustanul Athfal V Kudus”. Hasil penelitian mengatakan bahwa: menunjukkan

ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi (X) dengan

perkembangan perilaku negatif anak (Y) di Taman Kanak-kanak Aisyiyah

Bustanul Athfal V Kudus dengan hasil yang menunjukkan bahwa korelasi

antara variable x dan y tergolong cukup. Nilai signifikan F hitung (38,019) >

dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05), menunjukkan

bahwa ada hubungan signifikan antara variabel x dan y. Melihat hasil

penelitian tersebut maka dampingan orang tua sewaktu anak sedang menonton

televisi sangat diperlukan. Orang tua dapat mengatur jadwal menonton televisi

anak-anaknya. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia

anak. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak. Orangtua sebaiknya

tidak meletakkan televisi di kamar anak. Ajak anak untuk melakukan banyak

aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Ajari anak untuk memperbanyak

membaca buku yang bermanfaat. Orangtua harus membiasakan anak tidak

10
menonton televisi di harihari sekolah. Orangtua harus membekali anak dengan

pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama.6

Penelitian yang dilakukan oleh Gifari Annisa Rohani tahun 2015,

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Pengaruh Televisi terhadap

Apek-aspek Perkembangan Anak Usia 3-4 tahun di PAUD An-nuur”. Hasil

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: Televisi merupakan salah satu

media yang dekat dengan anak-anak baik di sekolahan maupun di sekolah

yakni televisi. Televisi termasuk ke dalam media audio-visual. Kebanyakan

orang tua mempercayai bahwa televisi membawa dampak buruk bagi anak.

Akan tetapi hal tersebut tidaklah benar. Televisi sebagai sebuah media

pembelajaran juga membawa dampak positif bagi anak. Dampak positif

tersebut yakni meningkatkan aspek tumbuh kembang anak usia dini yang

mencakup nilai kognitif, bahasa, emosi sosial, motorik, moral dan agama.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dampak dari media pembelajaran

berupa televisi pada aspek tumbuh kembang anak usia dini. Penelitian ini

termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan sebuah model interaktif

milik Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa televisi

memberikan dampak positif dan negatif bagi anak-anak. Dampak positif

tersebut berupa peningkatan semua aspek perkembangan anak usia dini

sehingga anak menjadi lebih komunikatif, imaginatif, dan aktif. Sedangkan

6
Malikhah, Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku
Negatif Anak Usia Dini pada kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus,
Skripsi Universitas Negeri
Semarang,2013.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.unnes.ac.id/1
7237/1/1601908022.pdf&ved=2ahUKEwjp9b. diakses 17 February 2020.

11
dampak negatifnya berupa penurunan prestasi belajar anak yang akibat terlalu

sering menonton televisi.7

Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Munirul Jannah dari IAIN

Ponorogo, jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2019 dengan judul

“Pengaruh Tayangan Televisi dan Internet terhadap Akhlak Siswa di MTSN

Darul Istiqomah Ngumpul Balong Ponorogo 2018/2019”. Sesuai dengan

judul penelitian yang membahas tentang pengaruh tayangan televisi dan

internet. Peneliti menyimpulkan bahwa: Berdasarkan hasil analisa data dapat

disimpulkan bahwa: (1) variabel tayangan televisi berpengaruh secara

signifikan terhadap akhlak siswa MTs darul Istiqamah Ngumpul Balong

Ponorogo. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung >Ftabel, maka tolak H0 yang

artinya tayangan tv (x1) berpengaruh pada akhlak (y) sebesar 20,16%. (2)

variabel internet berpengaruh secara signifikan terhadap akhlak siswa MTs

darul Istiqamah Ngumpul Balong Ponorogo. Hal ini dibuktikan dengan

Fhitung >Ftabel, maka tolak H0 yang artinya internet (x2) berpengaruh pada

akhlak (y) sebesar 24,47 %. (3) variabel tayangan televisi dan internet

berpengaruh secara signifikan terhadap akhlak siswa MTs Darul Istiqamah

Ngumpul Balong Ponorogo. Hal tersebut dibuktikan dengan dengan Fhitung

>Ftabel, maka tolak H0 yang artinya tayangan televisi (x1) dan internet (x2)

berpengaruh pada akhlak (y) sebesar 29,11%.8

7
Gifari Annisa Rohani, “Pengaruh Televisi terhadap Apek-aspek
Perkembangan Anak Usia 3-4 tahun di PAUD An-nuur” Jurnal Pendidikan Anak, 4,
(Desember, 2015), 631.
8
Ulfa Munirul Jannah, “Pengaruh Tayangan Televisi dan Internet terhadap
Akhlak Siswa di MTSN Darul Istiqomah Ngumpul Balong Ponorogo 2018/2019” (phd
Thesis, IAIN Ponorogo, 2019).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian pertama menggunakan metode penelitian kuantitatif, dan penelitian

ini lebih berfokus pada korelasi pengaruh tayangan televisi terhadap

perkembangan perilaku negative. Penelitian kedua terfokus pada pengaruh

televisi terhadap apek-aspek perkembangan anak usia 3-4 tahun dan

menggunaka metode penelitian kuantitatif, sedangkan penelitian selanjutnya

terfokus pada pengaruh tayangan televisi dan internet terhadap akhlak Siswa

di MTSN Darul Istiqomah Ngumpul Balong Ponorogo dan penelitian

menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan penelitian ini terfokus kepada

faktor-faktor determinan menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya

anak usia dini di TK PKK Krebet denggan menggunakan metode penelitian

kuantitatif.

B. Kajian Teori

1. Televisi

a. Sejarah Televisi

Televisi ditemukan oleh Paul Nipkow di Jerman pada tahun

1884, namun baru tahun 1928 Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat)

menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan

mengirim gambar ke kotak bernama televisi. Iconoscope bekerja

mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis

untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan kedalam gelombang

radio. Zworkny dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil


menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada

umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939.

Kemunculan televisi pada awalnya ditanggapi biasa saja oleh

masyarakat. Harga televisi saat itu masih mahal, selain itu belum

tersedia banyak program untuk disaksikan. Pengisi acara televisi pada

masa itu bahkan meragukan masa depan televisi, merke tidak yakin

televisi dapat berkembangdengan pesat. Pembawa acara televisi ketika

itu, harus mengenakan make-up biru tebal agar dapat terlihat normal

ketika muncul di layar televisi. Mereka juga harus menelan tablet

garam untuk mengurangi keringat yang membanjir dibadan karena

intenditas cahaya lampu studio yang sangat tinggi, menyebabkan para

pengisi acara sangat kepanasan. Selain itu, layar televisi sudah menjadi

lebih besar. Terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah

stasiun televisi lokal mulai membentuk jaringan. Masa depan televisi

mulai terlihat menjanjikan.9

Pada awal tahun 1945, hanya terdapat delapan stasiun televisi

dan 8000 pesawat televisi di seluruh AS. Namun sepuluh tahun

kemudian, jumlah stasiun televisi meningkat menjadi hampir 100

stasiun sedangkan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat

9
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan
Televisi (Jakarta:Prenada Media Group, 2011), 6-7.
televisi mencapai 35 juta rumah tangga atau 67 persen dari total rumah

tangga. 10

Perkembangan industri televisi di Amerika Serikat mengikuti

model radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain

menayangkan program lokal, juga bekerja sama dengan tiga televisi

jaringan yaitu CBS, NBS, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi

jaringan itu menjadi sumber program utama bagi stasiun afilisinya.

Semua program televisi pada awalnya ditayangkan dalam siaran

langsung (live). Pertunjukan opera di New York menjadi program

favorit dan disiarkan secara langsung. Ketika itu, belum ditemukan

kaset penyimpan suara dan gambar (videotape). Pengisi acara televisi

harus mengulang lagi pertunjukannya beberapa kali agar dapat

disiarkan pada kesempatan lain.

Barulah pada tahun 1956, Mpex Corporation berhasil

mengembangkan videotape sebagai sarana yang murah dan efisien

untuk menyimpan suara dan gambar program televisi. Pada awal tahun

1960-an hampir seluruh program, yang pada awalnya disiarkan secara

langsung, diubah dan disimpan dalam videotape.Pesawat televisi

berwarna mulai diperkenalkan kepada publik pada tahun 1950an.

siaran televisi berwarna, dilaksanakan pertama kali oleh stasiun televisi

10
Ibid. 6-7.
NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna

selama tiga jam setiap harinya.11

Siaran televisi di Indonesia, lahir setelah pada tahun 1961

Pemerintah memutuskan untuk memasukkan program media massa

televisi ke dalam proyek Asian Games, tentu saja proyek media massa

ini sebelumnya telah dilakukan penelitian yang mendalam tentang

kemanfaatannya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 20 / E /

M / 1961, dibentuklah Panitia Persiapan Pembangunan Televisi di

Indonesia, kemudian berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.

215/1963, dibentuklah Yayasan Televisi Republik Indonesia, yang

berlaku sejak tanggal 20 Oktober 1963. Dengan kondisi yang terbatas

lahirlah televisi siaran di bumi pertiwi Indonesia, pada tanggal 24

Agustus 1962. Meskipun saat awalnya hanya mempunyai jangkauan

siaran terbatas serta jumlah pesawat penerima terbatas pula.

Pada tahun 1969, TVRI memasuki era satelit komunikasi

internasional, dengan menggunakan stasiun bumi di Jatiluhur, hal ini

menunjukkan bukan saja televisi berjalan terus sesuai dengan

perkembangan teknologi, tetapi Indonesia telah mampu memberikan

pelayanan di bidang telekomunikasi, melalui hubungan telepon,

telegram, faksimil, pegiriman data dan penyaluran siaran radio maupun

11
Ibid, 6-7.

16
televisi, sehingga peristiwa di belahan bumi mana pun dapat diikuti

dengan baik.

Perkembangan berjalan terus yang akhirnya pada tahun 1976,

Indonesia memasuki era Sistem Kominikasi Satelit Domestik (SKSD)

palapa, dengan tujuan sebagai jalan pintas yang memungkinkan dalam

waktu yang singkat, seluruh wilayah Indonesia sudah terjangkau oleh

siaran televisi, maupun sistem komunikasi sekaligus. Palapa

memungkinkan seluruh daerah terjangkau, hanya dengan membangun

Stasiun Bumi Kecil (SBK) di daerah yang ingin dihubungkan secara

langsung.12

b. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele jauh dan visie

artinya penglihatan, jadi televisi adalah peglihatan jarak jauh atau

penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. Televisi sama

halnya sama dengan media massa lainnya yang mudah kita jumpai dan

dimiliki oleh manusia di mana-mana, seperti media massa surat kabar,

radio atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat

memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para

penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat

berupa pendidikan, berita, dan hiburan.

12
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelejar,
2011), 85-86.
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar

diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel. Sistem ini

menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam

gelombang elektrik dan mengonversikannya kembali kedalam cahaya

yang dapat dilihat dan suara yang dapat didenggar. Televisi merupakan

paduan audio dari segi penyiarannya dan video dari segi gambar

bergeraknya. Televisi pendidikan adalah penggunaan program video

yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa

melihat siapa yang menyiarkan.

Menurur Effendi yang dimaksud dengan televisi adalah televisi

siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-

ciri yang dimiliki komunikasi massa, yang berlangsung satu arah,

komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya

menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses

komunikasi antara komunikator dengan komunikasi (massa) melalui

sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada

kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk

mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan

atau pemberitaan sangat cepat.13

13
Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Jakarta: Rajawali Pers,2013), 184-185.

18
c. Karakteristik Menonton Televisi

Dalam menonton televisi terdapat beberapa karakteristik, antara

lain: lamanya menonton televisi, jenis rancangan yang ditonton, dan

tempat menonton televisi.14 yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Lama menonton televisi

a) Dua pertiga dari bayi dan balita sudah mulai menonton media

layar rata-rata 2 jam sehari.

b) Anak-anak dibawah usia 6 tahun menonton rata-rata sekitar 2

jam media layar sehari terutama televisi, radio, atau DVD.

c) Anak-anak dan remaja usia 8 tahun sampai 18 tahun

menghabiskan hampir 4 jam sehari di depan layar televisi dan

hampir 2 jam tambahan pada komputer (diluar sekolah ) dan

bermain vidio game.

2) Jenis rancangan yang ditonton

Dalam televisi terdapat beberapa program tayangan yang

ditonton sebagai berikut:15

a) Program informasi

Program informasi segala jenis siaran yang tujuannya

untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada

14
Rishalenia Muniandy, Karakteristik Kebiasaan Menonton Televisi di
Kalangan Pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No. 106162 (Medan: Skripsi Tahun
2013), (Online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39837/5/ Chapter%20.
pdf. Diakse 19 November 2019.
15
Morisan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan
Televisi (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 218-220.

19
khalayak audien. Program informasi ini dibagi menjadi dua

bagian yaitu:

(1) Berita keras (hard news) adalah segala informasi penting

dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran

karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat

diketahui khalayak audien secepatnya. Dalam hal ini berita

keras dapat dibagi kedalam beberapa bentuk berita yaitu:

(a) Straight news berarti berita “langsung” maksudnya

suatu berita singkat (tidak detail) dengan hanya

menyajikan informasi terpenting terhadap peristiwa.

(b) Feature adalah berita ringan namun menarik,

maksudnya informasi yang lucu, unik, aneh,

menimbulkan kekagungan dan sebagainya. Misalnya:

informasi mengenai tempat makan yang enak atau

tempat hiburan yang menarik.

(c) Infotaiment adalah berita yang menyajikan informasi

mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal

masyarakat (celebrity).

(2) Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang

penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam

namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Dalam

berita lunak ini dibagi menjadi beberapa berita yaitu:


(a) Dokumenter adalah informasi yang bertujuan untuk

pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan

menarik.

(b) Talk show atau perbincangan adalah program yang

menampilkan satu atau beberapa orang untuk

membahas suatu topic tertentu yang dipandu oleh

seorang pembawa acara.

b) Program hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang

bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu,

cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori

hiburan sebagai berikut:

(1) Drama adalah pertunjukan yang menyajikan cerita

mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau

beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain

(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program

televisi yang termasuk program drama yaitu:

(a) Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita

dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-

masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-

sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu

kesimpulan. Terdapat 2 kategori sinetron: pertama,

tema yang di dalamnya terdapat komedi, laga/action,


misteri/mistik, dan religious dan yang kedua,

segmentasi yang di dalamnya terdapat keluarga,

anak-anak, dan remaja.

(b) Film sebagai salah satu jenis program yang masuk

dalam kelompok atau kategori drama, adapun yang

dimaksud film di sini adalah film layar lebar yang

dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena

tujuan pembuatannya adalah untuk layar lebar, maka

biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi

setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop

atau bahkan setelah film itu di distribusikan atau

dipasarkan dalam bentuk VCD dan DVD.

(2) Permainan merupakan suatu bentuk program yang

melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun

kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan

sesuatu. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu:

(a) Kuis adalah bentuk permainan yang paling sederhana

dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk

menjawab sejumlah pertanyaan.

(b) Ketangkasan merupakan permainan yang harus

menunjukkan kemampuan fisik untuk melewati suatu


halangan atau rintangan suatu permainan yang

membutuhkan perhitungan strategi.

(c) Reality show merupakan program yang menyajikan

suatu situasi seperti konflik, persaingan, atau

hubungan berdasarkan realitas yang sebesarnya

(3) Musik dapat ditampilkan dua format yaitu vidioklip atau

konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di

lapangan ataupun di dalam studio. Program musik di

televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan

artis menarik audien.

(4) Pertunjukan adalah program yang menampilkan

kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu

lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam

ruangan ataupun di luar ruangan. Mislanya seperti juru

masak, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan masak,

pertunjukan sulap, lawak, dan tarian.

3) Tempat menonton televisi

a) Ruang tamu

b) Kamar tidur.16

16
Andri Priyatna, Perenting di Dunia Digital (Jakarta: PT Alex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, 2012), 94.
d. Dampak positif menonton televisi

Konsumsi televisi yang moderat, dapat menjadikan dampak

yang baik, missal:17

1) Anak prasekolah bisa mendapat bantuan belajar membaca alphabet

dari siaran pendidikanyang ditayangkan stasiun televisi.

2) Anak sekolah dasar dapat belajar tentang satwa liar di acara

pengetahuan alam.

3) Orang tuapun dapat memperoleh informasi terkinidari berita-berita

yang disuguhkan televisi.

e. Dampak negatif menonton televisi

Meskipun memberi manfaat, terlalu banyak menonton televisi

pun dapat memberikan dampak buruk, antara lain:18

1) Kekerasan

Untuk mendapat perspektif tentang berapa banyak konten

kekerasan yang anak-anak kita lihat di TV, menurut hasil

penelitian, setiap anak menyaksikan setidaknya 200.000 konten

tindak kekerasan di TV begitu mereka menginjak usia 18. Anak-

anak dapat saja menjadi peka terhadap kekerasan dan menjadi lebih

agresif. Kekerasan di TV kadang-kadang memang menggoda untuk

ditiru karena konten kekerasan tersebut sering kali dipromosikan

17
Andri Priyatna, Parenting di Dunia Digital, 94.
18
Ibid , 95-98.

24
dengan cara yang menyenangkan dan efektif untuk mendapat apa

yang kita inginkan.

2) Obesitas

Para ahli telah lama mengkaitkan nonton TV berlebihan

dengan obesitas, problem kesehatan yang signifikan saat ini. Saat

nonton TV, anak-anak menjadi tidak aktif dan cenderung lebih

mudah untuk ngemil.

3) Komersial

Saat ini, banyak sekali iklan yang langsung ditunjukkan

untuk anak-anak. Dari mulai iklan junk food dan iklan mainan saat

film kartun di hari Sabtu dan Minggu, sampai promo menarik yang

tertempel di kotak sereal. Pesan-pesan pemasaran membanjiri anak-

anak di segala usia. Bagi mereka, semua akan tampak ideal, seolah

mereka memang “layak” atau “harus” memiliki atau mencoba apa

yang ditawarkan di iklan tersebut.

Jadi pada dasarnya medi televisi itu memiliki dampak

positif dan negatifyang sudah dijelaskan di atas. Dapat disimpulkan

bahwasannya, dampak positif dari tayangan televisi yang

dipaparkan sebagai informasi dan pendidikan. Sedangkan dampak

negatif dari tayangan televisi yang memaparkan adegan kekerasan,

obesitas, dan komersial. Dari dampak negatif dapat memengaruhi

orang-orang yang melihatnya terutama pada anak-anak.

25
f. Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Akhlak

Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang kuat

dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena

kekuatan audiovisualnya. Terlepas dari pengaruh positif atau negatif,

media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan pemirsa dalam

era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat.19

Televisi dapat mempengaruhi pembentukan perilaku atau akhlak anak-

anak, pembentukan perilaku ini didasarkan pada stimulus yang

diterima melalui panca indra yang kemudian diberi arti dan makna

berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan keyakinan yang dimiliki.

Jika anak belum memiliki sebuah pemahaman tentang benar

atau salah kemudian mereka melihat acara televisi yang penuh dengan

adegan umpatan, eksploitasi seksualitas, dan kekerasan hal itu akan

mereka anggap sebagai sebuah kebenaran baru. Bahayanya adalah jika

kebenaran baru tersebut bukanlah kebenaran yang sesungguhnya.

Maka tidak heran jika muncul berita anak yang awalnya tidak gagap

menjadi gagap karena menonton acara televisi dan mengelurakan

perkataan-perkataan yang menyengat dan membuat jantug serasa

copot. Misalnya, “orang tua menyebalkan, kurang ajar, bangsat atau

segudang makian lainnya, bahkan kadang bukan hanya perkataan saja,

tetapi juga disertai aksi yang tidak kalah mengagetkan, misalnya

dengan membanting piring, gelas atau barang terdekat yang bisa

19
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Analisis Interaktif Budaya Massa (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), 92.
diraihnya, berbicara dengan teriak-teriak, mengancam, menendang ala

kungfu master dan lain sebagainya.20

Anak yang cenderung meniru orang lain. Kecenderungan

mencontoh atau meniru orang lain ini salah satu naluri manusia yang

kuat. Tatkala anak berusia 1-5 tahun, dorongan untuk meniru orang

lain amatlah kuat. Anak tidak mengetahui hal yang baik dan yang

buruk bagi dirinya. Ia tidak menunjukkan alasan yang logis terhadap

apa yang dilakukannya. Kadangkala, kita melihat seorang anak yang

setelah menonton televisi, kemudian berfantasi dengan menirukan

perilaku sang tokoh. Proses identifikasi semacam ini kerap terjadi pada

diri anak, sebab daya fantasi mereka kuat terhadap sesuatu atau

seseorang yang memiliki kehebatan tertentu.21

Selain itu televisi juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pendidikan dan pengajaran, sekarang ini banyak televisi yang

menampilkan program dan acara-acara dengan berbagai bentuk, yaitu

cerdas cermat, dialog interaktif. Untuk program pendidikan agama,

televisi begitu berperan dalam menyampaikan atau menayangkan

pesan-pesan pendidikan agama melalui mimbar agama, hikmah fajar,

dan dalam bentuk program yang lain.22

Dengan demikian orang tua perlu memberikan arahan kepada

anak agar anak tidak terjerat di depan layar televisi tanpa mengetahui

20
Ibid, 45-48.
21
Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Krakter, Depok : PT Raja Grafindo Persada,
2017, 39).
22
Hujair AH Sanaky, Media Pembelaaran Interaktif-Inovatif (Yogyakarta: KAUKABA
DIPANTARA, 2015), 122.
acara yang dilihatnya. Orang tua juga harus mampu memberikan

arahan dan nasehat tentang film yang sedang atau telah ditonton dan

harus berani mengambil sikap dengan tegas untuk melarang anaknya

menyaksikan tayangan kekerasan di televisi serta memilihkan acara

yang ditonton, dengan demikian potensi yang dimiliki media televisi

menjadi positif.23

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jama’

dari kata khulq, yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabi’at. Dalam bahasa Sanksekerta budi artinya alat

kesadaran (batin), sedang dalam bahasa Indonesia pekerti berarti

kelakuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi pekerti ialah

tingkah laku, perangai, akhlak.24

Definisis lainnnya akhlak adalah, ilmu yang menentukan batas

antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau

perbuatan manusia secara lahir dan batin. Dengan lain perkataan, ilmu

akhlak adalah menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang

seharusnya dilakukan, menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan,

menyatakan tujuan didalam perbuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal. Amal


23
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, 121.
24
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998),
346.
disini terdiri dari perkataan, perbuatan, atau kombinasi keduanya dari

segi lahir dan batin.25

Adapun definisi akhlak menurut para ahli yakni: menurut Al-

Ghazali dalam Ihya‟ Ulumiddin, khuluq ialah sifat yang tertanam

dalam jiwa tempat munculnya perbuatanperbuatan dengan mudah

tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu. Menurut Ibn Miskawaih dalam

Tahdzib al-Akhlaq wa tathhir al-Araq khuluq ialah keadaan jiwa

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatanperbuatan

tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Menurut Ahmad Amin dalam Al-

Akhlaq, Khuluq ialah membiasakan keinginan.26

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapatlah dimengerti

bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa

yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah

melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.

Jadi, akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan

gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Oleh karenanya dapatlah

disebutkan bahwa “akhlak itu adalah nafsiah (bersifat kejiwaan), atau

maknawiyah (suatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan

25
Barmawie Umary, Materi Akhlak (Solo: Ramadhani, 1995), 1.
26
Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generaasi Muda
(Bandung: Marja, 2012), 23.

29
dinamakan muamalah (tindakan) tahu suluk (perilaku), maka akhlak

adalah sumber dan perilau adalah bentuknya.27

b. Macam-macam akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu :28

1) Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)

Akhlak terpuji merupakan sikap sederhana dan lurus sikap

sedang, tidak berlebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu,

beramal, jujur, tepat janji, amanah, istiqamah, berkemauan, berani,

sabar, syukur, lemah lembut, takwa, malu, zuhud, tawakal kepada

Allah, pemaaf dan bertoleransi, kasih sayang, adil, baik, mulia,

disiplin, menjaga lisan, kebersihan, apa adanya (qanaah), tanggung

jawab, ketertiban, kedamaian, tanpa pamrih, ramah, rajin,

menghargai orang lain.29

2) Akhlak Tercela (Akhlakul Madzmumah)

Akhlak tercela adalah sikap berlebihan, buruk berperilaku,

takabur, malas, bohong, khianat, plin-plan, penakut, putus asa,

tidak bersyukur, kasar, tidak tahu malu, serakah, dendam, curang,

suka meremehkan, perbuatan tidak sesuai ucapan, bermuka dua,

buruk sangka, adu domba, marah, judi dan mabuk, riya’, boros, dan

lain-lain.

27
Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Po
PRESS, 2009), 184.
28
Aminuddin, et.al., Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 97.
29
Ibid,..

30
c. Ruang lingkup akhlak

Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruag lingkup ajaran

islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan.

Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak

terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,

tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai

bentuk dan raung lingkup akhlak yaitu sebagai berikut:30

1) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diatikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakuklan oelh manusia sebagai

makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan

tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah

tersebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat mengapa manusia

perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah

menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang

ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk.

Kedua, karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan

panca indra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati

sanubari. Ketiga, karena allah lah yang menyediakan berbagai

bahan dan sarana yag diperlukan bagi kelangsungan hidup

manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari

tumbuhantumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lain

30
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), 149.
sebagainya. Keempat, Allah lah yang telah memuliakan manusia

dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.31

2) Akhlak Terhadap Sesama Makhluk

Akhlak mulia kepada makhluk terangkum dalam dua hal,

yaitu banyak mengulurkan tangan untuk amal kebajikan serta

menahan diri dari perkataan dan perbuatan tercela. Kedua hal ini

mudah dilakukan jika memiliki lima jasmani, dan pemahaman yang

benar tentang islam syarat yaitu ilmu, kemurahan hati, kesabaran,

kesehatan, jasmani, dan pemahaman yang benar tentang islam.32

Contoh akhlak kepada sesama makhluk antara lain yaitu,

akhlak mulia kepada orang tua, akhlak mulia kepada teman, akhlak

mulia kepada tetangga dan teman sejawat, dan akhlak mulia dalam

pergaulan antar jenis.33

d. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

Menurut M. Imam Pamungkas yang ditulis dalam bukunya

Akhlak Muslim Modern mengemukakan bahwa faktor paling dominan

dalam pembentukan akhlak adalah:

31
Ibid, 150-151.
32
Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangaun Karakter Generasi
Muda, 54.
33
Ibid.,54-48.
1) Faktor Internal

a) Insting atau naluri

Insting adalah karakter yang melekatdalam jiwa

seseorang yang dibawanya sejak lahir. Ini merupakan faktor

pertama yang memunculkan sikap dan perilaku dalam dirinya.

Tetapi karakter ini dipandang masih primitif atau harus dididik

dan diarahkan.

b) Adat/Kebiasaan

Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk

yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

c) Keturunan

Perpindahnya sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada

anak. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi

orangtuanya. Kadang-kadang anak mewarisi sebagian besar

sifat orangtuanya.

2) Faktor Eksternal

Segala sesuatu yang berada di luar individu yang

berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik

disadari maupun tidak disadari, terhadap pembentukan mental dan

karakter.
a) Lingkungan Alam

Alam yang meliputi manusia merupakan faktor yang

paling mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang.

Lingkungan alam dapat mematangkan pertumbuhan bakat yang

dibawanya. Dapat dilihat perbedaan antara individu yang hidup

di lingkungan alam yang tandus, gersamg dan panas dengan

individu yang hidup di lingkungan alam yang subur dan sejuk.

Lingkungan alam ini dapat berpengaruh terhadap pembawaan

seseorang.

b) Lingkungan Pergaulan

Untuk menjamin kelangsungan hidupnya, manusia selalu

berhubungan satu dengan yang lain. Dengan adanya pergaulan,

manusia bisa saling mempengaruhi, seperti dalam pemikiran,

sifat, dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan ini meliputi

beberapa hal diantaranya keluarga/ rumah, lingkungan sekitar,

lingkungan sekolah/ kerja.34

3. Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini

adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Menurut kajian

34
Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangaun Karakter Generasi Muda,
29.
rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya, di beberapa Negara

PAUD dilaksanakan sejak 0-8 tahun.

Bredekamp membagi anak usia dini menjadi tiga kelompok

yaitu kelompok bayi hingga 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, dan

kelompok 6 hingga 8 tahun. Berdasarkan keunikan dan

perkembangannya, anak usia dini terjadi menjadi tiga tahapan, yaitu

masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa balita (toddler) usia 1-3 tahun,

masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun.35

Pendapat lain menyebutkan Anak Usia Dini adalah anak yang

berusia 0-6 tahun yang melewati masa bayi, masa balita, dan masa pra

sekolah. Pada setiap masa yang dilakukan anak usia dini akan

menunjukkan perkembangan masing-masing yang berbeda antara masa

bayi, masa balita dan masa pra sekolah. Perkembang tersebut dapat

berlangsung secara normal dan bisa secara tidak normal yang dapat

mengakibatkan kelainan pada diri anak usia dini.36

Sementara itu, jika kita ditinjau dari sisi usia kronologisnya,

maka menurut agreement of UNESCO anak usia dini adalah kelompok

anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pengertian tersebut

berbeda jika dibandingkan dengan pengertian anak usia dini pada

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Perbedaan rentang usia antara UNESCO dengan Undang-

Undang tersebut terletak pada prinsip pertumbuhan dan perkembangan


35
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2014), 18-19.
36
Novan Ardy Wiyana, Konsep Dasar PAUD, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), 98.
anak, dimana usia 6-8 tahun merupakan usia transisi darimana anak-

anak yang masih memerlukan bantuan (dependen) ke masa anak-anak

yang mulai mampu mandiri (independen), baik dari segi fisik maupun

psikis. Itulah sebabnya UNESCO menetapkan rentang usia 0-8 tahun

masih berada pada jalur early childhood education atau

PAUD.Sementara itu di Indonesia, anak yang berusia 6 tahun ke atas

sudah berada pada jalur pendidikan dasar (elementary school).

Kemudian berdasarkan rentang usia pada anak usia dini, maka

setidaknya ada empat tahapan yang dilalui oleh anak pada masa usia

dini, yaitu:

1) Masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12 bulan (tahun).

2) Masa kanak-kanak/batita dari usia 1 tahun hingga 3 tahun.

3) Masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun.37

Jadi, dapat dipahami anak usia dini ialah anak yang berkisar

antara usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan

yang luar biasa sehingga memunculkan berbagai keunikan pada

dirinya. Pada tahap inilah, masa yang tepat untuk menanamkan nilai-

nilai kebaikan yang nantinya diharapkan dapat membentuk

kepribadiannya.38

37
Novan Ardy Wiyani, Manajemen PAUD Bermutu (Yogyakarta: GAVA MEDIA,
2015), 21-22.
38
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, 19.

36
b. Karakteristik Anak Usia Dini

Masa usia dini merupakan masa ketika anak memiliki berbagai

kekhasan dalam bertingkah laku. Bentuk tubuhnya mungil dan tingkah

lakunya yang lucu, membuat orang dewasa yang merasa senang,

gemas, dan terkesan. Namun, terkadang juga membuat orang dewasa

merasa kesal, jika tingkah laku anak berlebihan dan tidak bisa

dikendalikan.

Segala bentuk aktifitas tingkah laku yang ditunjukkan seorang

anak pada dasarnya merupakan fitrah. Sebab, masa usia dini adalah

masa perkembangan dan pertumbuhan yang akan membentuk

kepribadiannya ketika dewasa. Seseorang anak belum mengerti apakah

yang ia lakukan tersebut berbahaya atau tidak, bermanfaat atau

merugikan, serta benar maupun salah.hal yang terpenting bagi mereka

ialah ia merasa senang dan nyaman dalam melakukannya. Oleh karena

itu, sudah menjadi tugas orangtua ataupun pendidikan untuk

membimbing dan mengarahkan anak dalam beraktivitas supaya yang

dilakukan tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya sehingga nantinya

mampu membentuk kepribadian yang baik.39 Berikut ini adalah

beberapa karakteristik anak usia dini menurut berbagai pendapat.

1) Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu dengan yang lainnya.

2) Egosentris, yaitu anak yang lebih cenderung melihat dan

memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.

39
Ibid, 56.
3) Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan berbagai

aktivitas.

4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

5) Eksploratif, dan berjiwa petualang, yaitu anak yang terdorong oleh

rasa ingin tahu yang kuat dan senang menjelajah, mencoba, dan

mempelajari hal-hal yang baru.

6) Spontan, yaitu perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif

asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada

dalam perasaan dan fikirannya.

7) Senang dan kaya fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang

imajinatif.

8) Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila

menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan.

9) Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu anak

belum mempunyai pertimbangan yang matang, termasuk

berkenaan dengan hal-hal yang membahayakannya.

10) Daya perhatiannya yang pendek, yaitu lazimnya memiliki daya

perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara

intrinsik menarik dan menyenangkan.

11) Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, yaitu

anak senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan

terjadinya perubahan tingkahlaku pada dirinya.


12) Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai

menunjukkan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-

temannya.

Selain karakteristik-karakteristik tersebut, karakteristik yang

tidak kalah penting dan patut dipahami oleh setiap orang tua maupun

pendidik ialah anak suka meniru dan bermain. Kedua karakteristik ini

sangat dominan memengaruhi perkembangan anak usia dini.40

40
Ibid, 57-58.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian digunakan metodologi penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata atau lisan dari

orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar

dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi

perlu memandangnya sebagai suatu bagian dari suatu keutuhan.41

Penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa karakteristik,

diantarannya yaitu: penelitian menggunakan latar alami (natural setting),

manusia sebagai alat (instrument), penelitian kualitatif menggunakan metode

kualitatif, analisis dan secara induktif (analisis data kualitatif bersamaan

dengan proses pengumpulan data), penelitian bersifat deskriptif (data yang

diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku), mementingkan segi proses

daripada hasil, penelitian bersifat menyeluruh, makna merupakan perhatian

utama dalam penelitian.42

41
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,
42
2009), 3.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 38.

40 40
B. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrument juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti siap terjun ke

lapangan.43

Peneliti secara langsung hadir di lokasi penelitian yaitu di TK PKK

Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo untuk

meneliti faktor-faktor determinan menonton televisi terhadap akhlak teman

sebaya anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo sehingga peneliti mampu mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti datang ke TK PKK Krebet guna untuk

memperhatikan kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan diikuti anak-anak

TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo dengan pertimbangan sekolah ini

memiliki keterkaitan dengan judul penelitian yaitu faktor-faktor determinan

menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya anak usia dini. Atas dasar

inilah dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana akhlak terhadap

akhlak teman sebaya ketika bermain dan melakukan aktifitas seperti ketika

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), 350.

41
makan minum dan berpakaian. Alasan peneliti mengambil penelitian di TK

PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten ponorogo.

D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data adalah kata-kata dan tindakan yang dijadikan

bahan untuk menyusun informasi dan selebihnya dokumen tambahan lainnya.

Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan dari

penelitian yang telah dilakukan. Maka dapat diperoleh data sebagai berikut44.

1. Informan dari penelitian ini meliputi kepala sekolah, dan orangtua di TK

PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

2. Dokumen yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, catatan

tertulis, foto dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan

data.45 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang

menggunakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

obyek yang diteliti. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 62.


44
45
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, 308.
tidak langsung. Metode ini digunakan untuk mencatat dan mengamati hal-

hal yang diperlukan dalam penelitian.46

Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan yang merupakan

alat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti

mengadakan pengamatan lapangan, setelah mengamati fenomena yang

terjadi terkait dengan akhlak anak ketika bermain bersama teman sebaya,

ketika makan dan minum, serta ketika anak sedang belajar bersama teman

sebayanya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

maka dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.47

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara terbuka, artinya wawancara tidak hanya dilakukan sekali atau

dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi dengan

melakukan pengamatan untuk mengeceknya. Peneliti juga menggunakan

petunjuk umum wawancara, artinya bahwa pewawancara membuat

kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan


46
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit UGM, 1981),
136.
47
Sugiyono, 310.

43
disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang

sebenarnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa bertindak tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, sketsa dan lain-lain.48

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data

berupa berdirinya sekolah, profil sekolah seperti visi misi dan tujuan

sekolah data serta tambahan yang dibutuhkan untuk melengkapi hasil

penelitian. Dokumentasi dapat berupa data-data penting maupun foto

kegiatan.

F. Teknik Analisis Data

Dalam peneltian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles and Huberman analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification.

48
Sugiyono, 329.

44
Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman

1. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.49

2. Display (penyajian data)

Penelitian kualitatif, penyajian data bila dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya, yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam peneliian kualitatif

adalah dengan teks bersifat naratif.50

49
Sugiyono, 338.
50
Sugiyono, 341.
3. Conclusion/drawing/verivication

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.51

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep yang penting yang diperbaharui

dari konsep kesahihan (Validitas) dan keandalan (reabilitas). Ada empat

kriteria yang digunakan yaitu:52

1. Derajat kepercayaan (kredibilitas), dimana peneliti percaya atas segala

yang diberikan.

2. Keteralihan, peneliti bisa berganti waktu, informasi, dan lainnya untuk

mencari data yang lebih mendalam.

3. Kebergantungan, data yang diperoleh hasil yang dapat dipastikan dari

lokasi penelitian.

4. Kepastian, penelitian disini bahwa sesuatu itu objektif atau tidak

bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,

pendapat, dan penemuan seseorang.

51
Sugiyono, 345.
52
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.

46
H. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan

ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu, tahap penulisan,

laporanhasil penelitian. Tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah:

1. Tahap Pra-Lapangan meliputi

Menurut Bodgan dan Taylor bahwa desain penelitian kualitatif

dilakukan sebelum ke lapangan, yakni dimana peneliti mempersiapkan diri

sebelum terjun ke lapangan. Desain penelitiannya bersifat fleksibel,

termasuk ketika terjun ke lapangan. Sekalipun peneliti memakai

metedologi tertentu, tetapi pokok-pokok pendekatan tetap dapat berubah

pada waktu penelitian sudah dilakukan.53

Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki

dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,

menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan

ketika penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi

Memahami latar penelitian dan persiapan diri, persiapan diri

memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisis data

Tahap ini meliputi, analisis selama dan setelah pengumpulan

data, pada bagian tahap analisis data ini terdiri dari:

53
sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D, 270.

47
a. Konsep dasar analisis data

Hal ini akan mempersoalkan pengertian, waktu pelaksanaan,

maksud tujuan dan kedudukan anaisis data.

b. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis

Sejak menganalisis data dilapangan, peneliti sudah mulai

menemukan tema dan hipotesis. Namun, analisis yang dilakukan

lebih intensif, tema dan hipotesis lebih diperkaya, diperdalam, dan

lebih ditelaah lagi dengan menggabungkannya dengan data dari

sumber-sumber lainnya.54

c. Menganalisis berdasarkan hipotesis

Sesudah memformulasikan hipotesis, peneliti mengalihkan

pekerjaan analisisnya dengan mencari dan menemukan apakah

hipotesis itu didukung atau ditunjang oleh data yang benar. Dalam

hal demikian, peneliti akan mengubah atau membuang beberapa

hipotesis.

4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian

Penulisan laporan hasil penelitain tidak terlepas dari keseluruhan

tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Kemampuan melaporkan

hasil penulisan merupakan suatu tuntunan mutlak bagi peneliti. Dalam

hal ini peneliti hendaknya tetap berpegang teguh pada etika penelitian,

54
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 215.

48
sehingga ia membuat laporan apa adanya, objektif, walaupun dalam

banyak hal ia akan mengalami kesulitan.55

55
Ibid. 216.

49
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah BerdirinyaTK PKK KREBET Desa Sidoharjo Kecamatan

Jambon Kabupaten Ponorogo

TK PKK Krebet berdiri sejak tahun 1995 yang diketuai oleh Ny.

Tutik Habibi Husaini. Latar belakang berdirinya lembaga pendidikan ini

adalah adanya kondisi masyarakat yang tertinggal dan tingkat kurangnya

kesadaran akan pendidikan apalagi tingkat pendidikan yang harus

ditanamkan sejak usia dini. Maka didirikanya lembaga TK PKK Krebet

dapat membantu betapa pentingnya sebuah pendidikan. Pada tanggal 26

April 1995 beberapa tokoh masyarakat yang dibantu oleh PLAN

INTERNASIONAL mendirikan lembaga taman kanak-kanak (TK) yaitu

TK PKK Krebet yang dibawah naungan dinas pendidikan. Pada tahun

1995 sampai 2004 proses belajar mengajar bertempat di rumah ibu Purwati

selaku pendidik di TK tersebut.

Kemudian pada tanggal 11 September 2007 ada pemecahan desa

yang awalnya lembaga TK PKK Krebet mengikuti Desa Krebet, dan

sekarang dengan adanya pecahan dari desa tersebut yaitu memecah

menjadi Desa Sidoharjo sehingga pada saat itu lembaga pendidikan TK

PKK Krebet ikut serta dalam perpindahan Desa dan mengikuti PKK Desa

Sidoharjo yang diketuai oleh Ny Tutik Suwarto. Dalam proses belajar

50
mengajar berpindah tempat di salah satu gedung SDN 3 Krebet dari tahun

2005 hingga tahun 2009.

Pada tahun 2010 TK PKK Krebet mendapatkan bantuan berupa

gedung dari PNPM dan diberi hibah tanah pinjam pakai oleh pemerintah

desa Sidoharjo bertempat di halaman Balai Desa Sidoharjo hingga saat ini.

Yang telah memiliki izin operasional dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Ponorogo nomor 421.1/4610/405.07/2018 untuk program taman kanak-

kanak dan telah lulus akreditasi dari BAN PNF dengan Nilai B+.56

2. Perkembangan TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Ponorogo

Harapan atau cita-cita yang ingin dicapai oleh TK PKK Krebet

Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Ponorogo tertuang dalam visi sekolah

yaitu Mendidik anak usia dini untuk menjadi generasi yang berbudi pekerti

luhur, sehat, berprestasi, ceria, terampil dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Tindakan yang dilakukan pihak sekolah untuk mewujudkan visi

sekolah adalah: (a) Membantu anak untuk mengembangkan potensi dini

melalui kegiatan bermain dan belajar, (b) Menciptakan sekolah yang

menyenangkan dengan menerapkan pola asah, asih, dan asuh, (c)

Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak

usia dini agar tumbuh secara sehat dan optimal sesuai nilai dan norma, (d)

Meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru sehingga pembelajaran

56
Lihat pada transkip dokumentasi dalam lampiran penelitian ini, kode: 01/D/10-02-
2020.

51
semakin meningkat, (e) Selalu menanamkan rasa cinta tanah air dan

bangsadengan berlandaskan pancasila dan undang-undang. 57

Salah satu faktor keberhasilan tujuan pendidikan adalah pendidik

atau guru yang professional. Latar pendidikan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat keprofesionalan guru atau pendidik dalam

menjalani tugas, sehingga hasil yang akan diperolehnya berkualitas.

Pendidik atau guru di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo berjumlah 4 dan 1 kepala sekolah. Dengan jumlah

peserta didik 57 anak. Sarana dan prasarana yang dimiliki adalah 2 ruang

kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 gudang, 1 ruang terbuka (speelood), 1

kamar mandi anak.58

B. Deskripsi Data Khusus

1. Faktor determinan menonton televisi terhadap akhlak dalam

berpakaian anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

Sudah lumrah baik di kota maupun di desa, sebagian besar waktu

anak-anak dihabiskan dengan menonton acara televisi. Menurut

pengamatan para ahli, seorang anak bisa menghabiskan waktu rata-rata 50

jam dalam seminggu hanya untuk menonton televisi. Pertumbuhan media

57
Lihat pada transkip dokumentasi dalam lampiran penelitian ini, kode: 03/D/11-02-
2020.
58
Lihat pada transkip dokumentasi dalam lampiran penelitian ini, kode: 04/D/12-02-
2020.
yang sangat pesat, mampu menyedot perhatian anak-anak menikmati acara

kesenangan mereka secara bergantian pada channel yang berbeda.59

Sehingga faktor anak menonton televisi sangat besar dan dapat

mempengaruhi segala hal salah satunya adalah cara berpakaian anak. Pada

dasarnya anak yang mempunyai sikap bawaan yang suka meniru. Apalagi,

anak memiliki karakteristik egosentris anak yang lebih cenderung melihat

dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.60

Dilihat dari kebiasaan anak yang suka membawa aksesoris kesekolah,

mereka terlalu sering melihat sinetron sehingga mereka mengerti barang-

barang yang sering digunakan di film dan mereka bawa kesekolah. Seperti

yang diungkapkan oleh kepala sekolah TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo ibu purwati, yaitu:

“Mengenai faktor yang paling menentukan di TK PKK Krebet


adalah faktor pembawaan dari diri si anak berupa kecenderungan
yang dimiliki anak. Anak-anak yang mempunyai kebiasaan
menonton tokoh kartun, film yang mereka lihat di televise, dan
kurangnya perhatian orang tua akan tontonan yang dilihat anak,
sehingga anak dapat dengan mudah meniru cara berpakaian yang
dilihat di televise. Seperti halnya, Anak-anak mengikuti tren
aksesoris yang sering digunakan di dalam sinetron tersebut.
Padahal seperti yang kita ketahui di sekolah sering dilarang untuk
menggunakan atribut yang tidak seharusnya di bawa kesekolah, hal
tersebut adanya kurag perhatian orang tua terhadap anak.
Kebanyakan anak sekarang yang sering menonton televise seperti
kartun, biasanya anak meminta pakaian yang ada gambar kartun
yang telah dilihat. Apalagi sekarang banyak pakaian yang disebut
lol, itu cenderung banyak digunakan anak perempuan”.61
Peran Orang tua sangat penting salah satunya adalah madrasah

yang pertama bagi anak-anaknya, hendaknya mereka mendampingi dalam

59
Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 45-46.
60
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, 57.
61
Lihat Transkip wawancara No 01/W/10-3/2020.
berbagai hal salah satunya dalam memilih tontonan yang sesuai dengan

anak dan memilih pakaian yang sesuai dengan usianya agar anak-anak

tidak mencontoh yang dilihat di televisi. Selain orang tua peran sekolah

juga diperlukan mengenai cara yang di ajarkan kepada anak mengenai

berpakaian yang baik ketika mereka di sekolah, Seperti yang diungkapkan

ibu Anjarwati selaku wali kelas B yaitu:

“Anak-anak di TK PKK Krebet selalu diajarkan menggunakan


pakaian yang rapi di sekolah dengan menggunakan pakaian
seragam sekolah dan tidak menggunakan atribut lain. Namun, ada
beberapa anak yang memang menggunakan seragam tapi anak
tesebut tidak mengancingkan pakaian mereka, ketika di ingatkan
oleh guru mereka mengatakan bahwa itu adalah hal yang bagus
atau keren.”62
Kebiasaan menonton televise pada anak bisa menyebabkan banyak

pengaruh terhadap perkembangan akhlak, dari sekian banyak program

acara yang disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap

penontonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi.

Bagaimana cara mengatasi anak anak yang suka menonton TV dengan

baik dan benar. maka di TK PKK Krebet, seperti yang diutarakan oleh ibu

Purwati sebagai Kepala Sekolah, yaitu:

“ Memberikan pendidikan akhlak mengenai cara berpakaian yang


baik dan benar, yang bisa menutup aurat. Setidaknya memberikan
pengertian-pengertian yang ringgan agar anak mudah memahami.
Berpakaian bukan hanya sebagai aksesoris pada tubuh mereka,
namun berpakaian yang sesuai dengan syariat islam bisa
melindungi kita dari hal-hal yang tidak di inginkan. Memberi
pengertian kepada anak mana tayangan yang layak untuk ditonton
sesuai usia mereka, mendampingi ketika menonton TV dan
memberi pengetahuan tentang dampak yang tidak baik ditimbulkan
akibat kelamaan menonton tv. Sehingga, anak bisa memahami

62
Lihat transkip wawancara No 01/W/12-3/2020.
begitu pentingnya berpakaian yang sesuai umur mereka dan sesuai
syariat islam”.63
Anak usia dini merupakan masa yang paling tepat dalam

membiasakan dan mengajarkan akhlak sejak dini kepada anak dalam hal

ini di TK PKK Krebet berusaha menerapkan akhlak yang baik dan benar

ketika berpakaian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru kelompok

B dan hasil observasi sebagai berikut:

“Menggunakan pakaian yang sopan, yang menutupi aurat, dan


sesuai dengan usia mereka. Seperti memberikan arahan yang baik
ketika anak menginginkan pakaian yang tidak sesuai dengan usia
mereka.”64
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di TK PKK

Krebet mengenai akhlak berpakaian anak yaitu:

“Bahwa anak dari sekolah sudah diberikan pendidikan akhlak


mengenai cara berpakaian yang pantas digunakakn seusia anak-
anak, pakain yang sopan dan menutupi aurat. Selain itu, masih ada
beberapa anak yang masih mengabaikan mengenai akhlak
berpakaian. Peran media masa televise sangat mudah
mempengaruhi cara berpakaian anak.65

2. Faktor determinan menonton televisi dalam belajar bersama anak

usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo

Belajar merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh anak usia

sekolah. Akan tetapi pada anak usia dini belajar harus menjadi suatu hal

yang tidak menjadikan suatu beban untuk mereka. Salah satunya adalah

belajar sambil bermain, belajar menggunakan media salah satunya televise


63
64
Lihat transkip wawancara No 01/W/10-3/2020.
Lihat transkip Observasi No 01/O/5-3/2020.
65
Lihat transkip Observasi No 01/O/5-3/2020.
bisa menambah pengetahuan yang luas untuk anak tetapi juga harus

diawasi oleh orang tua agar anak tidak salah memilih program tayangan

televise yang mengakibatkan anak cenderung melihat televise tanpa ada

pendidikan yang dilihat. Belajar bisa dilakukan dengan teman sebayanya

agar anak juga bisa saling bertukar pendapat dan mengetahui seberapa jauh

pengetahuan teman mereka, dengan seperti itu secara tidak disadari anak

banyak mendapat pengetahuan melalui teman-temannya.

Selain itu anak yang memiliki karakteristik bergairah untuk belajar

dari pengalaman, dan semakin menunjukkan minat terhadap teman. Itu

menjadikan sebuah motivasi untuk anak agar dapat lebih meningkatkan

kegiatan belajarnya bersama teman-temannya, agar tidak terpaku kepada

televise. Oleh karena itu faktor yang menentukan anak ketika belajar

adalah faktor internal seperti pembawaan si anak, pendidikan yang

diperoleh dan lingkungan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh ibu Suyanti,

yaitu:

“Faktor yang paling mempengaruhi dalam belajar anak adalah


faktor internal, seperti pembawaan si anak, pendidikan dan melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Belajar dibiasakan sejak ada di
rumah dengan membiasakan anak membagi waktu, diantara waktu
belajar, bermain dan menonton TV. Apabila anak terus bermain
dan menonton TV mereka akan lupa akan kewajiban belajar
mereka, apalagi tayangan televise sekarang sangat menarik
perhatian anak-anak. Selain itu, cara belajar anak juga dapat
dilakukan dengan menggunakan cara yang menyenangkan agar
anak tidak bosan.”66
Pada dasarnya anak usia dini memiliki karakteristik seperti rasa

ingin tahu yang tinggi dan antusias. Oleh sebab itu, dampingan dari orang

66
Lihat transkip wawancara No 01/W/13-3/2020.
tua sangat diperlukan ketika anak sedang menonton televise. Agar orang

tua mampu memberikan arahan mengenai apa yang telah di tonton anak

dari televise. Selain hal-hal yang tidak layak untuk dilihat anak-anak,

Televise juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan seperti halnya

cerdas cermat dan tayangan yang dapat memberi edukasi yang baik dalam

proses belajar anak. Dengan demikian potensi yang dimiliki televise

menjadi positif. Seperti yang diaturkan oleh ibu Anjarwati, yaitu:

“Menurut saya sangat bermanfaat untuk pendidikan, seperti


meningkatkan pengetahuan anak melalui televisi sebab anak bisa
mengetahui dunia luar seperti luar negeri, tanpa harus
mengeluarkan biaya yang mahal, dan mengasah keterampilan anak
melalui tayangan yang inspiratif dan inovatif. Anak juga dapat
memperoleh informasi berupa produk barang, ilmu pengetahuan
dan wawasan seperti dunia hewan, air yang sebelumnya belum di
ketahui wujud aslinya. Dapat mengetahui berita-berita yang ada di
luar sana apa itu berita dari luar negeri maupun dalam negeri. Serta
dapat memotivasi untuk mengembangkan bakat-bakat yang
dimiliki. Selain itu dapat dijadikan sebagai hiburan oleh anak. Oleh
sebab itu peran sebagai orang tua selalu mendampingi anaknya
ketika menonton televisi agar dapat diarahkan secara positif.”67
Dari berbagai macam tayangan yang ada di televisi bisa

dimanfaatkan, ada juga dampak buruk yang di akibatkan ketika menonton

televise. Dampak buruk yang di akibatkan seperti focus anak akan terbagi

antara belajar dan menonton televisi. Seperti halnya yang diungkapkan ibu

Suyanti selaku wali kelas TK A, yaitu:

“Seperti umumnya anak-anak apabila keseringan menonton TV


akan menyebabkan anak kurang focus ketika belajar, dan di
sekolah anak akan sering mengantuk, itu disebabkan kurang
tegasnya orang tua terhadap anak yang kecenderungan menonton
televise.” 68

67
Lihat transkip wawancara No 01/W/12-3/2020
68
Lihat transkip wawancara No 01/W/11-3/2020
“Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di
lapangan bahwa anak kelompok B ketika melakukan kegiatan
belajar di sekolah masih banyak anak yang tidak fokus, lari-larian,
dan ada juga yang mengantuk itu yang di akibatkan kebanyakan
menonton televise sampai larut malam”.69
Pendidikan akhlak pada anak usia dini yang harus ditanamkan

ketika di sekolah serta di rumah, anak dapat menerapkan setiap contoh atau

pembiasaan yang telah ia dapat di sekolah maupun di rumah. Untuk

menunjang setiap akhlak anak, di sekolah telah dibiasakan kegiatan-

kegiatan mengenai akhlak yang baik untuk anak ketika akan belajar seperti

pembiasaan yaitu berdoa’a sebelum dan sesudah belajar, menghargai buku.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru kelompok B dan hasil

observasi sebagai berikut:

“Kegiatan pembiasaan di kelompok B TK PKK Krebet Jambon


Ponorogo berguna untuk meningkatkan akhlak anak usia dini,
pendidikan akhlak yang ditanamkan melalui sebuah pembiasaan
anak seperti hafalan surat-surat pendek, doa sehari-hari, berdo’a
sebelum dan sesudah belajar, dan menghargai buku yang tidak
boleh di lempar”.70
Anak usia dini yang pada dasarnya memiliki karakteritik salah

satunya yaitu: memiliki daya perhatian yang sangat pendek kecuali

terhadap hal-hal yang secara intrinsic menarik dan menyenangkan. Oleh

sebab itu cara belajar yang di berikan kepada anak harus menarik, seperti

dalam penyampaiannya sebisa mngkin memancing anak untuk lebih ingin

tahu.71

69
70
Lihat transkip Observasi No. 02/O/9-3/2020
Lihat transkip Observasi No.03/11-3/2020
71
Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, 58.
3. Faktor determinan menonton televisi dalam makan dan minum anak

usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo

Dalam pendidikan akhlak untuk anak memang harus diterapkan

sejak dini, apalagi pada dasarnya anak yang memiliki ingatan yang kuat

ketika mereka melihat sesuatu di depan mata, pastinya mereka akan

menirukan hal-hal yang mereka lihat, seperti hal-hal yang baik ataupun

hal-hal yang buruk sekalipun. Apalagi akhlak ketika makan dan minum

yang baik harus diterapkan sejak dini. Pada dasarnya anak memiliki

bawaan baik belum mengenal mana yang baik dan mana yang buruk

(tamyiz) mana yang benar dan mana yang salah.72

Itu disebabkan dari faktor lingkungan dan faktor pendidikan yang

di ajarkan orangtua, serta anak-anak akan dengan mudah dengan

pembiasaan-pembiaaan yang baik. Hal tersebut seperti yang diungkapkan

oleh kepala sekolah yaitu:

“Faktor utama yaitu lingkungan keluarga, untuk meningkatkan


akhlak yang baik pada anak, seperti halnya akhlak makan dan
minum itu sebuah keseharian yang sering dilakukan. Jadi, ketika
anak sudah mulai bisa makan sendiri dan minum sendiri di
usahakan sebisa mungkin sebelum makan cuci tangan terlebih
dahulu, membaca do’a sebelum dan sesudah makan, dan ketika
makan menggunakan tangan kanan. Itu semua dibiasakan dari
lingkungan keluarga.”73
Seperti halnya di sekolah anak di TK PKK Krebet diberi

pembiasaan, seperti ketika sudah jam istirahat anak sebelum keluar kelas

72
YusufhadiMiarso, menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media,
2004), 445.
73
Lihat transkip wawancara No.01/10-3/2020

59
harus membaca do’a sebelum makan dan guru menginggatkan kepada

anak ketika makan dan minum harus menggunakan tangan kanan dan

sambil duduk. Akan tetapi masih saja anak-anak ketika makan dan minum

masih sambil berjalan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu wali kelas B

yaitu:

“Setiap hari anak sudah dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum


dan sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah makan dan
minum, dan sambil duduk, membereskan sampah ketika sesudah
makan dan minum. Namaun masih saja banyak anak-anak yang
akhlak makan dan minum kurang baik. Seperti halnya masih ada
yang sambil berdiri, menggunakan tangan kiri, dan ada juga yang
sambil lari-lari.”74
“Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika akhlak
makan dan minum pada anak TK PKK Krebet kelompok B, anak
dibiasakan berdo,a sebelum dan sesudah makan, ketika makan
menggunakan tangan kanan, makan dan minum sambil duduk.
Namun masih ada saja anak-anak yang tidak menerapkan
pembiasaan tersebut, tetapi sebagai guru juga menginggatkan jika
anak masih makan sambil berdiri, menggunakan tangan kiri.”75
Selain pembiasaan yang dilakukan di sekolah, anak-anak juga

ketika dirumah selalu di ajarkan akhlak makan dan minum. Seperti yang

diungkapkan ibu Suyanti selaku wali murid dan wali kelas TK B yaitu:

“Anak saya selalu saya ajarkan sebelum makan untuk cuci tangan,
makan minum menggunakan tangan, makan minum sambil duduk,
berdo’a, tidak boleh membuang-buang makanan, saling berbagi
kepada teman-temannya.”76
“berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti tehadap
akhlak makan dan minum anak, sudah sesuai dengan apa yang di
ajarkan guru di sekolah seperti cuci tangan sebelum makan, makan
minum menggunakan tangan, makan minum sambil duduk,

74
Lihat transkip wawancara No. 01/12-3/2020
75
Lihat traskip Observasi No.04/11-3/2020
76
Lihat transkip Wawancara No. 01/12-3/2020

60
berdo’a, tidak boleh membuang-buang makanan, saling berbagi
kepada teman-temannya.”77
Meskipun di sekolah sudah diberikan pembiasaan-pembasaan yang

baik, anak-anak ketika di rumah akan lebih cenderung ke televise. Televise

merupakan media yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari apalagi

dengan anak-anak, kebiasaan anak yang sedang menonton TV sambil

makan biasanya akan membuat anak lebih fokus kepada televise daripada

makanan yang ada di depannya, Ada juga tayangan yang di televise

membuat anak menirukan cara makan dan minum sepertihalnya seperti di

pesta yang biasanya berdiri. Itu sebabnya anak menirukannya hal tersebut

seperti yang diungkapkan oleh ibu suyanti yaitu:

“Kebiasaan anak ketika makan dan minum di depan televise


mengakibatkan anak lebih cenderung melihat televise daripada
menghabiskan makanannya, meskipun makanannya habis tapi itu
sangat lama, dan anak tidak segera membereskan waah yang telah
digunakan. Ada beberapa anak ketika di sekolah makan dan minum
sambil berdiri, padahal dari pihak guru selalu memperingatkan si
anak. Itu disebabkan karena anak sering melihat tayangan televise
seperti pesta yang makan sambil berdiri.”78
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa masih
banyak anak –anak yang ketika makan dan minum sambil berdiri.
Karena anak sering melihat tv seperti acara pesta, makan dan
minum dengan berdiri.79

77
Lihat transkip Observasi No. 05/13-3/2020
78
Lihat transkip wawancara No.01/13-3/2020
79
Lihat transkip observasi No.1/06-3/2020

61
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Tentang faktor determinan menonton televisi terhadap

akhlak teman sebaya dalam berpakaian anak di TK PKK Krebet Desa

Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

Pendidikan bagi anak usia dini amatlah penting apalagi untuk masa

yang akan datang. Anak usia dini meliputi usia 0-6 tahu. Pada tahap inilah,

masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan yang nantinya

diharapkan dapan mementuk kepribadiannya dan memiliki akhlak yang mulia.

Memang tidak mudah dalam mengajarkan akhlak pada anak. Mengajarkan

akhlak yang baik kepada anak haruslah dari semua kalangan, dari sekolah,

lingungan, dan yang paling penting lingkungan keluarga.

Berkaitan dengan akhlak anak di TK PKK Krebet seperti akhlak

berakaian anak dalam kategori baik. Faktor yang menentukan cara berpakaian

anak adalah faktor pembawaan dari diri si anak berupa kecenderungan yang

dimiliki anak, orang tua, lingkungan sekitar. Sebagian besar akhlak

berpakaian anak sesuai dengan usia mereka, memakai pakaian yang rapi

ketika di sekolah, namun ada beberapa anak yang belum memakai pakaian

yang rapi. Hal ini ditunjukkan dengan anak mulai patuh terhadap peraturan

sekolah dengan menggunakan pakaian yang rapi, anak mengerti akhlak yang

baik berpakaian ketika di sekolah, meskipun ada beberapa anak belum

menggunakan pakaian yang rapi.

62
Dalam pendidikan akhlak anak usia dini di TK PKK Krebet juga

mempunyai cara mendidik dengan akhlak berpakaian anak seperti halnya

memakai jilbab untuk anak perempuan, memakai pakaian yang menutupi

aurat, dan berpakaian yang rapi. Dengan adanya pendidikan akhlak berpakaian

yang ada di sekolah diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan akhlak

yang baik untukk anak di TK PKK Krebet.

Akhlak tidak baik yang dilakukan anak kelompok B dalam berpakaian

ada berbagai macam. Akhlak yang tidak baik tersebut seperti membawa

aksesoris yang tidak sesuai dengan anak yang tidak seharusnya di bawa

kesekolah, melepas seragam sekolah, dan tidak mengancigkan baju. Karena

anak menirukan gaya anak sekolah yang ada di televise, padahal sebisa

mungkin guru berperan menasehati anak tersebut.

Sebuah keberhasilan dalam menedidik anak dalam akhlak berpakaian

harus adanya pemberian contoh yang baik selain dari sekolah, lingkungan

keluarga sangat berperan penting dalam mendidik akhlak untuk anak usia dini.

Selain itu, zaman sekarang ini banyak media yang sangat berpengaruh

terhadap pendidikan akhlak, salah satunya adalan televise. Televise media

yang sangat menarik untuk dilihat, apalagi gampang sekali menarik perhatian

anak-anak. Televise juga dapat mempengaruhi perilaku dan akhlak anak,

pembentukan ini perilaku dan akhlak didasarkan pada stimulus yang diterima

melalui penglihatan anak dari media televise.

TK PKK Krebet Sidoharjo Jambon Ponorogo juga memberikan contoh

untuk anak untuk berpakaian yang sesuai dengan usia mereka, sopan, dan

63
menutup aurat. Meskipun masih ada beberapa anak yang tidak berpakaian

yang rapi. Rasulullah Saw sendiri juga telah memberikan contoh dalam hal

berpakaian. Beliau menujukkan cara berpakaian dengan jelas dan terang. Di

antaranya, yang paling menonjol adalah kesederhanaan, kebersihan dan

kerapian.80

B. Pembahasan Tentang faktor determinan menonton televisi dalam belajar

bersama teman sebaya anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo

Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

Pemerintah telah mengatur Undang-Undang Republik Indonesia

nomor: 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan

pembinaan penyelenggaraan penyiaran dimana penyiaran merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dalam

upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Dasar 1945.Hal ini tercantum dalam BAB I Undang-Undang

Penyiaran Nomor 24 tahun 1997. Pasal 5: Penyiaran mempunyai fungsi

sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang

memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan

keamanan.81

Media televise sebagai sarana untuk menambah pengetahuan anak atau

juga disebut dengan sarana pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh guru

dan kepala sekolah di TK PKK Krebet mereka berpendapat bahwa televise


80
81
Su’aib H. Muhammad, Al-Qur’an, (UIN Maliki Press: Malang, 2011), 19-24.
Edison, Pengaruh Tayangan Televisi Film Terhadap Akhlak Belajar Anak, Vol. 42
No. 2 2018. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/article/download/9360/4898. 22
bisa digunakan sebagai sarana pendidikan. Untuk pendidikan televise bisa

digunakan anak untuk mengetahui dunia luar, untuk mengetahui berbagai

hewan yang awalnya mereka belum mengetahuinya, sekarang melalui televise

anak bisa mengetahui hewan-hewan yang di sekitarnya tidak ada. Selain itu

peran orangtua juga sangat penting dalam mendampingi anak ketika

menonton TV, agar orang tua bisa mengontrol apa yang dilihat anak. Akan

tetapi semua itu harus ada pengawasan dari orang tua agar anak tidak salah

megartikan mengenai tontonan yang dilihat. Berdasarkan temuan di lapangan

faktor yang menentukan anak tetika menonton televise terhadap teman sebaya

dalam belajar bersama adalah, sebagai berikut:

1. Faktor internal

a) Pembawaan si anak

b) Pendidikan yang di dapat anak

c) Dan melalui interaksi dalam lingkungan sosial.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti

yang dilakukan di TK PKK Krebet, ada beberapa dampak buruk dan dampak

baik yang ditimbulkan ketika anak menonton televise yaitu:

1. Anak kurang fokus ketika pembelajaran di sekolah.

2. Anak mengatuk ketika di kelas.

3. Suka menganggu temannya ketika belajar.

4. Anak akan kecanduan menonton televise dan kurangnya sosialisasi anak

dengan lingkungan

Adapun manfaat televise untuk pendidikan, antara lain:


1. Untuk menambah pengetahuan anak.

2. Membantu anak dalam memperoleh informasi diantaranya: informasi

berupa produk barang, ilmu pengetahuan dan wawasan seperti dunia

hewan.

3. Dapat mengetahui berita-berita yang ada di luar sana apa itu berita dari

luar negeri maupun dalam negeri.

4. Dapat memotivasi untuk mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki.

C. Pembahasan Tentang faktor determinan menonton televisi dalam makan

dan minum anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan

Jambon Kabupaten Ponorogo

Televisi merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh

terhadap kehidupan manusia, salah satunya adalah pengaruh terhadap anak-

anak. Televisi memiliki banyak pengaruh terhadap pembentukan akhlak, oleh

sebab itu tayangan yang disiarkan melalui media televisi hendaknya memiliki

pengaruh yang sangat baik untuk kelangsungan generasi yang akan

mendatang.

Faktor determinan menonton televisi dalam makan dan minum anak

usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Jambon Ponorogo adalah Fisik,

anak-anak yang banyak menton televisi cenderung memiliki masalah

kegemukan. Karena biasanya, sambil menonton televisi mulut mereka terus

mengunyah camilan terlalu banyak dan akhirnya selera makan mereka pada

makanan sehat menurun. Anak yang lebih banyak duduk didepan layar TV
akan menyebabkan aktifitas anak sedikit karena pembakaran kalori akan lebih

sedikit, sehingga hanya sedikit kalori yang terbuang akibatnya badan mereka

menjadi gemuk.82

Selain itu pendidikan akhlak dan minum di TK PKK Krebet Desa

Sidoharjo Jambon Ponorogo anak diberi pembiasaan yang baik ketika makan

dan minum ketika selesai pembelajaran, namun juga masih ada beberapa anak

yang belum menerapkan pembiasaan yang diberikan oleh sekolah.

Salah satu akhlak makan dan minum yang diajarkan oleh pendidik di

TK PKK Krebet yaitu:

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

2. Membaca do’a sebelum dan sesudah makan

3. Makan dan minum menggunakan tangan kanan

4. Makan dan minum secukupnya

5. Saling berbagi dengan teman

6. Makan dan minum sambil duduk

7. Tidak boleh membuang-buang makanan

8. Ketika makan tidak tergesa-gesa

9. Menjaga pola makan yang baik

82
Andri Priyatna, Parenting di Dunia Digital, 94.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor determinan

menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya anak usia dini di TK PKK

Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor determinan menonton televisi terhadap akhlak teman sebaya dalam

berpakaian anak di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo, adalah faktor pembawaan dari diri anak berupa

kecenderungan yang dimiliki anak terhadap sesuatu hal. Sepertihalnya

memakai pakaian yang tidak sesuai dengan usianya yang mereka lihat di

media televisi ataupun yang mereka lihat dari lingkungan sekitarnya

sehingga anak tertarik untuk meniru cara berpakaiannya dan anak sulit

apaila diingatkan.

2. Faktor determinan menonton televisi dalam belajar bersama teman sebaya

anak usia dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon

Kabupaten Ponorogo, adalah Faktor internal seperti dari Pembawaan anak,

Pendidikan yang di dapat anak, dan melalui interaksi dalam lingkungan

sosial dan apapun yang di dapat melalui tayangan televisi yang dilihat oleh

anak. Sepertihalnya dengan anak-anak yang banyak menghabiskan waktu

mereka di depan layar kaca memiliki prestasi yang buruk di sekolah. Anak

yang menonton televisi terus menerus akan mempunyai waktu yang lebih

68
sedikit untuk beraktivitas dengan orang lain, anak akan lebih pasif yang

sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar yang akan menyebabkan

menurunnya prestasi anak.

3. Faktor determinan menonton televisi dalam makan dan minum anak usia

dini di TK PKK Krebet Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten

Ponorogo, adalah faktor lingkungan dan pembawaan anak. Kebiasaan

yang di ajarkan orangtua kepada anak cenderung akan lebih

mempengaruhi hal terebut dikarenakan kebiasaan anak yang suka

menonton televisi sambil makan tanpa adanya teguran dari orangtua yang

hanya menuruti kebiasaan yang tidak baik dari anak. Anak yang suka

menonton televisi sambil makan akan menyebabkan anak lebih fokus

terhadap televise daripada makanan yang ada di depannya.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Diharapkan selalu meningkatkan pendidikan akhlak berpakaian, belajar dan

makan minum kepada anak.

2. Bagi Guru

Di harapkan memberikan motivasi serta meningkatkan kesadaran siswa

terhadap akhlak ketika berpakaian, belajar dan makan minum, sejak dini.

3. Kepada peneliti

Hasil penelitian ini semoga bermanfaat dan dapat menjadi acuan untuk

peneliti selanjutnya khususnya untuk peneliti upaya guru dalam

69
mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui sentra bermain peran

dan menemukan hal-hal yang menarik dengan mengembangkan

kompetensi siswanya menggunakan berbagai variasi model pembelajaran


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muis, Andi. Indonesia Di era Dunia Maya, Teknologi Informasi Dalam
Dunia Tanpa Batas.Cet I: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo,
1998.

Aminuddin. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan


Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Ardy Wiyani, Novan. Manajemen PAUD Bermutu. Yogyakarta: GAVA MEDIA,


2015.

Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2007.

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA, 2009.

Edison, Pengaruh Tayangan Televisi Film Terhadap Akhlak Belajar Anak, Vol. 42 No. 2
2018.http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/Anida/article/download/9360/489
8.

El-Khuluqo, Ihsana. Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Fadlillah, Muhammad. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA, 2014.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit UGM,


1981.

Jhon W, Santrock. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga, 2003.

Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Analisis Interaktif Budaya Massa.


Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.

Marliani, Rosleny. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: CV


PUSTAKA SETIA, 2016.

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada


Media, 2004.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009.
Monks, F.J. Ontwikkelings Psychologie. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti
Oerss, 1985.

Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi.


Jakarta:Prenada Media Group, 2011.

Muniandy, Rishalenia. Karakteristik Kebiasaan Menonton Televisi di Kalangan


Pelajar SD Dwiwarna 3 dan SD Negeri No. 106162. Medan: Skripsi
Tahun 2013), (Online),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39837/5/Chapter%20.pdf
. Diakse 19 November 2019.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf . Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996.

Pamungkas, Imam. Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generaasi


Muda. Bandung: Marja, 2012.

Prahara, Erwin Yudi. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN Po


PRESS, 2009.

Priyatna, Andri. Perenting di Dunia Digital. Jakarta: PT Alex Media Komputindo


Kelompok Gramedia, 2012.

Rohani, Gifari Annisa. Pengaruh Televisi terhadap Apek-aspek Perkembangan


Anak Usia 3-4 tahun di PAUD An-nuur” Jurnal Pendidikan Anak, 4.
Desember, 2015.

Rusman dkk. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.


Jakarta: Rajawali Pers,2013.

Sanaky, Hujair AH. Media Pembelaaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:


KAUKABA DIPANTARA, 2015.

Skripsi. Malikhah, Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap


Perkembangan Perilaku Negatif Anak Usia Dini pada kelompok B
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, Skripsi
Universitas Negeri Semarang, 2013.

Skripsi. Pengaruh Tayangan Televisi dan Internet terhadap Akhlak Siswa di


MTSN Darul Istiqomah Ngumpul Balong Ponorogo 2018/2019. IAIN
Ponorogo, 2019.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2013.

Thalib. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1993.
Umary, Barmawie. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani, 1995.

Wiyana, Novan Ardy. Konsep Dasar PAUD. Yogyakarta: Gava Media, 2016.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009.

Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Krakter. Depok : PT Raja Grafindo Persada,


2017.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenanda,2011.


1

Anda mungkin juga menyukai