PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana sifat dan tipe pemimpin?
5. Bagaimana ketrampilan dalam kepemimpinan?
6. Bagaimana power dalam hubungan bisnis?
7. Apa saja fous kepemimpinan?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
2.3.1 Pendekatan Sifat (Trait) Kepemimpinan
Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin
yang baik adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang
berhasil cenderung memiliki karakteristik-karakteristik berikut ini :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal
b. Prestasi di masa lalu dalam bidang pendidikan dan olahraga
c. Kematangan dan stabilitas emosional
d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapau prestasi
yang berkesinambungan
e. Keterampilan untuk berpartisipasi secara sosial dan beradaptasi dengan
berbagai kelompok
f. Keinginan untuk menggapai status dan posisi sosial ekonomi.
2.3.2 Pendekatan situasi (situasional) Kepemimpinan
Penekanan kepemimpinan telah bergeser dari pendekatan sifat
(trait) ke pendekatan situasi. Pendekatan suasi kepemimpinan yang lebih
modern didasarkan pada asumsi bahwa semua contoh kepemimpinan,
pengikut, dan situasi kepemimpinan. Interaksi ini umumnya diungkapkan
dalam rumusan SL = f(L,F,S). Dalam rumusan ini, SK adala
kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi dari, dan L,S, dan F adalah
pemimpin, pengikut, dan situasi. Terjemahan dari rumusan ini adalah
bahwa kepemimpinan yang berhasil adalah fungsi dari pemimpin,
pengikut, dan situasi. Dengan kata lain, pemimpin, pengikut, dan situasi
harus sesuai satu dengan lainnya jika usaha kepemimpinan diharapkan
untuk berhasil.
Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih
demokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan,
sementara wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih
otokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.
4
2.4 SIFAT DAN TIPE KEPEMIMPINAN
2.4.1 SIFAT KEPEMIMPINAN
1. Kekuatan
2. Stabilitas emosi
3. Pengatahuan tentang relasi insane
4. Kejujuran
5. Objektif
6. Dorongan pribadi
7. Ketrampilan berkomunikasi
8. Kemampuan mengajar
9. Ketrampilan social
10. Kecakapan manajerial.
5
Di bawah ini adalah uraian beberapa tipe kepemimpinan.
a. Kharismatis
Tipe kepemimpinan kharismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik,
dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai
karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki
inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
b. Paternalistik/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikan dengan kepemimpinan
yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka
menganggap bawahan sebagai manusia yang belum dewasa (2) terlalu
melindungi (3) jarang memberikan keempatan pada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri (4) hampir tidak pernah memberi
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, berimajinasi, dan
berkreativitas (5) bersifat maha tahu dan maha benar. Tipe Paternalistik
dan Maternalistik hampir sama, hanya saja maternalistik lebih protektif.
c. Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari kepemimpinan
militeristik adalah (1) banya menggunakan sistem perintah, keras,
otoriter, kaku, dan kurang bijaksana (2) menghendaki kepatuhan mutlak
dari bawahan (3) Sangat menyenangi formalitas (4) menuntut adanya
disiplin keras (5) menghendaki saran, usul, dan kritikan dari bawahan
(6) komunikasi hanya searah.
d. Otokratis (Outhoriative, Dominator)
Tipe kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri : (1) mendasarkan diri
pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi (2)
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal (3) berambisi
untuk merajai situasi (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
6
sendiri (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail
tentang rencana dan tindakan yang dilakukan (6) semua pujian dan
kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
(7) adanya sikap ekslusivisme (8) selalu ingin berkuasa secara absolut
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat, dan kaku (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
e. Laissez Faire
Tipe kepemimpinan laissez faire praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya, dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan
bawahannya. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol.
f. Populistis
Tipe kepemimpinan populistis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat tradisional, tidak percaya dukungan, dan kekuatan bantuan
hutang luar negeri. Mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme.
g. Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe ini mampu menyelenggarakan tugas administrasi
secara efektif. Pemimpinnya biaanya terdiri dari teknokrat-teknokrat
dan administratur yang mampu menggerakan dinamika modernisasi
dan pembangunan.
h. Demokratis
Kepemimpinan ini berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan rasa tanggungjawab
internal dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan ini tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif
warga kelompok. Tipe ini menghargai potensi individu mau
mendengarkan nasehat bawahan, bersedia mengakui keahlian spesialis
bidangnya masing-masing serta mampu memanfaatkan kapasitas
anggota seefektif mungkin.
7
2.5 KETRAMPILAN DALAM KEPEMIMPINAN
Ketrampilan utama ketiga yang harus dimiliki adalah Soft skill. Ini
mungkin satu-satunya kemampuan yang tidak bisa dipelajari di jalur
pendidikan formal. Walaupun banyak pelatihan-pelatihan dewasa ini yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan soft skill dari seseorang, tetapi
akan lebih efektif jika didapatkan dari jalur pengalaman [non formal]. Yang
termasuk soft skill diantaranya, kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri,
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain termasuk kemampuan untuk,
mengola konflik dalam sebuah organisasi dan masih banyak lainnya.
8
a. Keterampilan Presentasi.
c. Keterampilan Negosiasi.
9
d. Keterampilan Bersikap Baik.
e. Keterampilan Memotivasi.
f. Keterampilan Mengorganisasi.
10
2.6 POWER DALAM HUBUNGAN BISNIS
Kekuasaan dalam hubungan bisnis antara dua perusahaan terkait
dengan penggunaan pengaruh untuk mengikuti kemauan salah satu pihak
dalam sebuah hubungan bisnis (Ramasheshan et al., 2006; Butaney dan
Wortzel, 1988; Kim, 2000).
Pola penggunaan kekuasaan dalam hubungan bisnis antara pemasok
dan peritel mempunyai dua sisi yang menjadi inti perdebatan dalam riset
tentang relationship marketing (pemasaran keterhubungan). Kekuasaan bisa
menjadi bagian dari strategi perusahaan yang memperkuat hubungan bisnis
perusahaan dengan konsumen maupun pemasok, namun demikian kekuasaan
juga bisa menyebabkan berakhirnya sebuah hubungan bisnis, jika tidak
dikelola dengan baik (El Ansery dan Stern, 1972).
Morgan dan Hunt (1994), Kim (2000), Maloni dan Benton (2000) dan
Ramaseshan et al., (2006) menyatakan salah satu masalah penting dalam
penggunaan kekuasaan sebuah perusahaan terhadap mitra bisnisnya adalah
adanya fenomena kesenjangan kekuasaan (power asymmetry). Hingley (2005)
mengemukakan bahwa masalah kesenjangan kekuasaan ini harus dipahami
dan diperhitungkan oleh perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam sebuah
hubungan bisnis sehingga masing-masing pihak bisa mengantisipasinya.
Suvanto (2012) dalam penelitiannya tentang pola hubungan bisnis antara
perusahaan pengolahan makanan dengan pemasoknya di Finlandia
menemukan bahwa dalam sebuah hubungan bisnis yang asimetris,
kepercayaan kepada mitra bisnis terkait dengan kontrol, ukuran perusahaan
dan reputasi mitra bisnis.
Ryu et al., (2011) menyatakan bahwa dalam kondisi hubungan bisnis
dengan kesenjangan kekuasaan, maka komitmen akfektif terhadap hubungan
bisnis dari perusahaan yang mengalami eksploitasi akan hilang atau
berkurang. Ryu et al.,(2011) menguji hipotesis itu pada hubungan bisnis
antara perusahaan pengolahan Amerika Serikat yang mempunyai kekuasaan
besar dengan pemasoknya sebuah perusahaan lemah dari Korea Selatan.
Hasilnya komitmen afektif terhadap hubungan bisnis dari perusahaan lemah
11
dari Korea Selatan berkurang seiring dengan besarnya pengaruh mitranya
perusahaan besar dari Amerika Serikat. Viitaharju dan Lahdesmaki (2012)
b. Orientasi Orang-orang
12
dalam bekerja dan berusaha menghilangkan kendala dalam pencapaian tujuan,
dapat bersikap bijak menghindari perilaku yang mengancam ego, mencoba
meminimisasi tekanan-tekanan dalam hubungan bawahab untung menghindari
perununan kemampuan intelektual dari bawahan. Mengetahui kebutuhan bagi
corak kepemimpinan untuk menjadi agak berbeda pada lingkungan teknologi
yang berbeda contohnya mungkin sangat mudah untuk terlalu terstruktur dan
terlalu mengarahkan pada lingkungan laboratorium dan untuk tidak terlalu
terstruktur dan terlalu partisipatif dalam beberapa lingkungan pabrik.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15