Anda di halaman 1dari 5

Ujian Tengah Semester 2020

Mata Kulah: Teori CSR


Nama : Aziz Setyawijaya Nindya Putra
NIM : 20/466924/PSP/07069

Meta-Theoretical Perspektif CSR (Corporate Social Responsibility)

Dimensi Perspektif Marxisme Perspektif Stakehoder


Definisi Kaum borjuasi tidak dapat hidup tanpa Menurut teori stakeholder , manajemen
CSR terus-menerus merevolusi instrumen pemangku kepentingan, atau tanggung
produksi, dan dengan demikian jawab sosial perusahaan, bukanlah
hubungan produksi, dan dengan mereka tujuan itu sendiri tetapi hanya dilihat
seluruh hubungan masyarakat. sebagai sarana untuk meningkatkan
Kebutuhan terus-menerus memperluas kinerja ekonomi. (Crowther and Aras,
pasar untuk produknya mengejar 2008 : 57)
borjuasi ke seluruh penjuru permukaan
dunia. Itu harus bersarang di mana- Aspek fundamental dari teori
mana, menetap di mana-mana, menjalin pemangku kepentingan, dalam setiap
koneksi di mana-mana. Kaum borjuis aspeknya, adalah bahwa ia mencoba
telah melalui itu semua eksploitasi pasar untuk mengidentifikasi berbagai faksi
dunia yang diberi karakter kosmopolitan yang berbeda dalam masyarakat yang
produksi dan konsumsi di setiap negara mungkin menjadi atau terdampak
(Akbaz, 2012 : 48) tanggung jawab organisasi. (Crowther
and Aras, 2008 : 57)
CSR dipandang sebagai Capitalism
Social Responsibilty. Menunjukkan Teori stakeholders berpendapat bahwa
bagaimana ini adalah alat analisis yang perusahaan bukanlah entitas
jauh lebih produktif untuk memahami yang hanya beroperasi untuk
apa yang sebenarnya sedang bekerja kepentingan sendiri namun harus
ketika mempertimbangkan 'tanggung memberikan manfaat bagi
jawab' atau 'tidak bertanggung jawab' stakeholdernya. Dengan demikian,
perusahaan. (A. Nunn, 2012 : 3) keberadaan suatu perusahaan
sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholders kepada
perusahaan tersebut (Ghozali dan
Chariri, 2007).
Asumsi Teori Neo-Kapitalism. Teori pemangku kepentingan
Dasar (stakeholder)
Masyarakat dalam sosial-kapitalisme,
dimana relasi sosial dibangun atas dasar Teori ini menyatakan bahwa semua
kepemilikan modal dan produksi, pemangku kepentingan harus
relasinya sangat eksploitatif. Dalam diperhatikan dalam proses pengambilan
gambaran sederhana adalah hubungan keputusan organisasi. Teori tersebut
antara pemberi kerja dengan penerima menyatakan bahwa ada 3 alasan
pekerjaan. mengapa hal ini harus terjadi:
• merupakan cara yang tepat
Analisis Marx tentang kapitalisme secara moral dan etika untuk
didasarkan pada premis bahwa fitur berperilaku
utama dari mode apa pun produksi • menguntungkan pemegang
adalah hubungan sosial antara individu saham
dan kelompok sosial yang • mencerminkan apa yang
dihasilkannya. Di sebuah masyarakat sebenarnya terjadi dalam suatu
kapitalis suatu bentuk hubungan sosial organisasi
tertentu diproduksi di antara mereka
yang harus menjual tenaga kerja mereka Asumsi dasarnya adalah CSR dibuat
untuk bertahan hidup dan mereproduksi untuk meningkatkan pendapatan
diri mereka dalam kehidupan 'setiap dengan menjual value dari program
hari' dan generasi (yaitu kelas pekerja) CSR seolah-olah memberdayakan
dan mereka yang memiliki atau masyarakat tapi intinya adalah
mengontrol alat produksi (yaitu borjuasi memperkaya ‘stakeholder’ di
atau kapitalis) dan karena itu membeli perusahaan.
tenaga kerja dari pekerja kelas. (A
Nunn, 2012: 5 Tiga hal dasar yang perlu dilakukan
CSR dalam perspektif ini

• Sustainability (Keberlanjutan)
• Accountability (Akuntabilitas)
• Transparancy (Transparansi)

Analisa Salah satu bentuk sederhana CSR dalam Salah satu bentuk CSR dalam
Contoh perspektif ini adalah penerapan fasilitasi perspektif ini, adalah menjadikan
Kasus CSR perusahaan pada pekerja tambang batu investasi CSR yang dilakukan
dinilai dari baru, di PT KPC (Kaltim Prima Coal) perusahaan sekecil mungkin bisa
perspektif mereka membangun sebuah town hall memberikan brand values yang besar
dimana ada komplek perumahan dan kepada perusahaan. Contoh kasusnya
mess bagi karyawan mereka, fasilitas adalah CSR PT Astra International
olahraga dan kantin termasuk juga diman laba bersih perusahaan pada
sekolah. tahun 2019 mencapai Rp 21.7 Triliun,
Dana program CSR untuk program
Dalam perspektif marxisme yang Kampung Berseri Astra Menuju Desa
dilakukan perusahaan adalah membuat Sejahtera (KBA-DSA) hanya berkisar
kenyamanan bagi pekerja agar mereka Rp 1.5 Miliar untuk inkubasi Pondok
(karyawan dan pekerja) maksimal Pesantren menjadi inkubator Bisnis,
dalam berproduksi dan meraih profit. namun disisi lain biaya untuk Public
Relation sebesar Rp 4 Miliar, indikasi
teori stakholder jelas tepat untuk
menjelaskan hal tersebut. Terlebih pada
bagian peran aktor intermediari dalam
pola relasi stakeholder.

A.L. Friedman dan S. Miles (dalam


Teori Stakeholders mendefinisikan
aktor kunci dalam pola relasi CSR dan
Stakeholders, dimana Media dan
Intermediary Actor merupakan bagian
penting dari ‘citra’ sebuah perusahaan
sehingga bagaimana program yang ada
di masyarakat bisa dipublikasikan
secara apik untuk menaikkan minat
pelanggan/organisasi sosial terhadap
perusahaan/stakeholder.

Kritik Kritik penulis terhadap perspektif ini Kritik terhadap perspektif ini adalah
Terhadap adalah, bahwa suka tidak suka CSR adalah program yang selalu
Perspektif hubungan relasi kapitalisme akan terus dibangun dan dilaksanakan atas dasar
terjadi, mengutip tulisan Rita “kewajiban” dimana teori stakeholders
Abrahamsen dalam buku Sudut Gelap menyatakan bahwa apapun program
Kemajuan (2004) bahwa demokrasi dan yang dijalankan mendorong adanya
kapitalisme adalah dua sisi dari satu citra baik perusahaan dan membuat
keping koin yang sama. Demokrasi keuntungan yang besar agar
dihadirkan (direpresentasikan) sebagai shareholders senang. Teori ini
resep penyelenggaraan pemerintahan walaupun mengusung keberlanjutan,
yang dianggap paling sahih, dengan itu pada hakitatnya belum tenrtu
kapitalisme akan mudah masuk. berkelanjutan.

Kaum buruh akan selalu menggugat Manajemen stakeholder memiliki


pengusaha, walaupun formulasi kebutuhan informasional yang
perusahaan terus menyesuaikan signifikan. Sangat sulit untuk
permintaan buruh. Perusahaan adalah mengelola berbagai stakeholder jika
memang harus menguasai relasi tidak ada pengukuran tentang
kuasanya atas karyawan agar terjadi bagaimana organisasi telah bekerja
kepatuhan pada kultur yang diusung untuk pemangku kepentingan tersebut.
perusahaan dan mendapatkan laba. Dengan demikian, untuk setiap
stakeholder yang diidentifikasi perlu
Berbagai dorongan agar perusahaan memiliki ukuran kinerja yang dapat
lebih adalah sudah digagas bahkan di digunakan untuk mempertimbangkan
Indonesia dengan segala Undang- kinerja pemangku kepentingan. Karena
Undang, dan penilaian aspek usaha sifat dari stakeholder dan hubungan
terhadap ketenagakerjaan, namun perlu mereka dengan organisasi, hal ini tidak
diingingat bagi negara berkembang, selalu mudah, bukan juga secara
orang yang ingin dan butuh pekerjaan finansial. (Crowther and Aras, 2008 :
lebih banyak ketimbang perusahaan 32)
yang ada sehingga perspektif ini
nampaknya abai dipadang sebagai Rumitnya pengelolaan ini
solusi bagi CSR hadir didalam struktur menghadirkan adanya lembaga
sosial. Dia hanya akan menjadi pemanis intermediari untuk membantu
bagi manisnya keuntungan perusahaan. stakeholder untuk menemukan interest
dengan organisasi lainnya. Dan
meredam adanya konflik jika terjadi
kesalahan dari perusahaan.

Menurut Zimmerman dan J. Bell dalam


The Sustainibility Mindset bahwa
organisasi usaha harus sudah
memikirkan roadmap sustainability
sejak awal pendirian perusahaan bagian
dari penyusunan frameworks yang
memikirkan keberlanjutan dengan
kepentingan finansial dan pola
leadership yang akan dibangun di
perusahaan. Poinnya adalah CSR atau
Sustainibility Program Menjadi pokok
penting dalam pendirian perusahaan.
Lebih baik memitigasi resiko
ketimbang menangani resiko yang ada
dengan segala konflik di masyarakat
dan lingkungan.
Referensi Abrahamsen, Rita (2004) : Sudut Gelap Friedman, Andrew L (2006)
Perspektif Kemajuan. Relasi Kuasa dalam Wacana Stakeholders : theory and practice.
Pembangunan. Yogyakarta, Lafald New York
Pustaka.
Zimmerman, Steve. (2014). The
Akbaz, E. K (2012). Sociological Study Sustainability Mindset. San Fransico.
of Corporate Social Responsibility: a Jossey-Bass Publishing.
Marxist Perspective. Master-Thesis,
Graduate School of Social Sciences, Crowther, David and Aras, Guler. (2008)
Middle-East Technical University Corporate Social
Responsibility.bookboon.com
Nunn, Alex. (2012). The Structural
Contradictions and Constraints on
Corporate Social Responsibility:
Challenges for Corporate Social
Irresponsibility. Leeds Metropolitan
University

Anda mungkin juga menyukai