115 222 2 PB
115 222 2 PB
Abstract
Paddy soil processes and puddling caused by soil formation processes in paddy soil is different
with in dry soil. This research aimed to determine the differences of characteristics and soil
classification on dry land and paddy soil in Perak Dystrict Jombang. There are 6 soil profile which
is involve 3 soil profiles in dry land and 3 soil profiles in paddy soil have been described in the
field, after that the soil sample have been taken to soil physic and chemical analysis. Research
shown that dry land and paddy soil have a different of soil characteristic (morphologies, physics
and chemicals), also soil classification. Morphologically, change occure at the horizon arrangement,
colours and plow pan (Adg) form in the paddy soil profile. Differences of soil physic are soil
structure, bulk density also consistency. Paddy soil usually have a content cation exchange capacity
(K+, Na+, Ca2+ dan Mg2+), C-Organik and base saturation that higher than dry land. Soil
classification in dry soil and paddy soil different start at the sub order, as a result of changes in soil
moisture regime from ustic to be endoaquic in paddy soil.
Keywords: soil characteristic, soil classification, dry land, paddy soil
http://jtsl.ub.ac.id
80
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
http://jtsl.ub.ac.id
81
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
Hasil dan Pembahasan masih belum berlanjut dan tanah masih dalam
keadaan basah sehingga tanah masih belum
MorfologiTanah dapat membentuk struktur dan masih dalam
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan keadaan seperti pasta (massif). Hasil penelitian
bahwa susunan horison pada tanah kering Arabia (2009) menjelaskan bahwa struktur
berbeda dengan tanah yang disawahkan. Tanah tanah baru terbentuk setelah satu sampai tiga
kering mempunyai susunan A, Bw dan Cg, bulan tidak disawahkan dan tidak diirigasi.
sedangkan tanah yang disawahkan secara KonsistensiTanah
umum mempunyai susunan horison Apg, Adg,
Bwg dan Cg. Tanah yang sering disawahkan Konsistensi tanah tidak terlalu berbeda antara
cenderung berwarna keabu-abuan (semakin tanah kering dengan tanah yang disawahkan
terang). Terdapat penambahan simbol g kecuali pada tanah yang mempunyai lapisan
(gleisasi) pada lahan yang disawahkan, yang tapak bajak mempunyai konsistensi yang lebih
dicirikan dengan adanya warna keabu-abuan teguh dibandingkan dengan lapisan diatas
maupun adanya kenampakan Redoximorphic maupun dibawahnya serta pada lapisan olah di
Features (RMF). Pada tanah yang disawahkan tanah yang disawahkan mempunyai konsistensi
juga tedapat penambahan simbol horison baru, basah agak lekat dan agak plastis. Arabia (2009)
yaitu Adg yang menunjukkan adanya lapisan mengemukakan bahwa lapisan olah tanahtanah
tapak bajak. Tidak semua pedon didaerah yang sedang disawahkan cenderung memiliki
penelitian terbentuk lapisan tersebut. Tidak kandungan liat yang tinggi, sehingga dalam
terbentuknya lapisan tapak bajak pada pedon keadaan basah umumnya lekat dan plastis.
LS1 disebabkan pada tanah ini mempunyai air Tekstur Tanah
tanah yang relatif dangkal serta lokasi pedonnya
yang dekat dengan sumber air, sehingga proses Tanah kering dan tanah yang disawahkan
pembentukan lapisan tapak bajaknya mempunyai tekstur yang hampir sama, yaitu
terhambat. Hal ini sesuai dengan penelitian berpasir (Tabel 2). Hal ini disebabkan lokasi
yang dilakukan oleh Winoto (1985) yang penelitian terbentuk dari bahan alluvium yang
mengemukakan bahwa proses pembentukan umurnya relatif muda, sehingga banyak
lapisan tapak bajak terhambat oleh adanya air ditemukan tekstur berpasir di semua pedon
(air irigasi atau air tanah) yang memasuki clod tanah yang diamati. Persentase pasir di tanah
(bongkah tanah) sehingga tidak memungkinkan sawah dan tanah kering juga tidak
terjadinya pemadatan. menunjukkan perbedaan yang besar. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Sifat Fisika Tanah Rayes (2000) yang menemukan bahwa lahan
Struktur Tanah kering mempunyai tekstur yang lebih kasar bila
dibandingkan dengan lahan yang disawahkan 1
Struktur tanah lapisan olah pada tanah kering kali atau 2 kali setahun.
adalah granuler sampai membulat, berukuran
halus sampai sedang dengan tingkat Bobot IsiTanah
perkembangan yang masih lemah. Pada tanah Pada umumnya,tanah yang disawahkan
yang disawahkan lapisan olah menjadi tidak mempunyai nilai bobot isi yang lebih tinggi
berstruktur (massif) seperti yang terlihat pada dibandingkan dengan tanah kering kecuali pada
Tabel 2. Hardjowigeno dan Rayes (2005) pedon LS1. Hal ini dikarenakan pengambilan
mengemukakan bahwa perubahan sifat fisik sampel tanah di pedon LS1 dilakukan pada saat
tanah yang mula-mula terjadi pada tanah tanah masih basah, sehingga kandungan air
sawah merupakan akibat pelumpuran. masih banyak dan bobot isi rendah. Lapisan
Pelumpuran dilakukan dengan pengolahan tapak bajak pada pedon tanah yang disawahkan
tanah dalam keadaan tergenang, ketika tanah terbentuk pada pada pedon LS2 dan LS3.
dibajak kemudian digaru sehingga agregat Pedon LS1 tidak terbentuk lapisan tapak bajak
tanah hancur menjadi lumpur yang sangat dikarenakan keberadaan air tanah yang relatif
lunak. Pengambilan contoh tanah pada tanah dangkal yang akan menghambat proses
yang disawahkan dilakukan pada saat tanaman pemadatan tanah. Hal ini sesuai dengan
padi baru dipanen, sehingga pengeringan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (1988)
http://jtsl.ub.ac.id
82
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
bahwa proses pembentukan lapisan tapak bajak (1986) menjelaskan bahwa pada pH 7 dengan
bisa tidak terbentuk karena air tanah selalu nilai antara 350-450 mV mulai terbentuk
mengisi bongkahbongkah tanah dan tidak Mn2+, pada 300 mV tidak ada O2 bebas, pada
adanya perubahan kondisi oksidasi-reduksi 250 mV tidak ada nitrat.
menyebabkan terjadinya pemadatan. Secara
C-Organik
umum, pada pedon yang tidak disawahkan
tidak ditemui adanya lapisan tapak bajak, Kandungan C-organik pada tanah yang
karena tidak ada pengolahan tanah yang disawahkan secara umum lebih tinggi (1,19-
dilakukan pada saat kondisi basah serta tidak 3,63 %) daripada kandungan C-organik pada
adanya proses pembasahan dan pengeringan tanah kering (0,59-2,65%). Tingginya C-organik
secara berulang-ulang. pada tanah yang disawahkan disebabkan adanya
Sifat Kimia Tanah penambahan bahan organik yang berasal dari
sisa-sisa akar tanaman padi serta
pH Tanah berlangsungnya proses dekomposisi yang lebih
Kemasaman Tanah (pH) pada semua pedon, lambat daripada tanah-tanah yang disawahkan.
baik tanah kering dan tanah yang disawahkan Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan
memiliki pH yang netral, yaitu berkisar antara oleh Teti Arabia (2009) dalam penelitiannya
6,16-7,5 (Tabel 3). Sehingga dapat disimpulkan pada tanah sawah pada toposekuen berbahan
bahwa proses penyawahan tidak induk vulkanik di daerah Bogor-Jakarta yang
mengakibatkan perubahan nilai pH tanah pada mengemukakan bahwa semakin sering tanah
tanah yang semula telah mempunyai pH netral. tergenang oleh penyawahan cenderung
Secara keseluruhan nilai pH pada tanah yang mengawetkan bahan organik, karena
disawahkan menurun dengan meningkatnya dekomposisi bahan organik dalam suasana
kedalaman tanah, walaupun tidak terlalu besar. reduktif berlangsung lebih lambat (terhambat).
Hal ini diduga karena proses penggenangan Kandungan C-organik tanah pada tanah kering
menyebabkan dekomposisi bahan organik lebih dan tanah yang disawahkan umumnya
lambat sehingga menurunkan pH tanah. Proses mempunyai pola yang sama, yaitu bahan
penggenangan yang dilakukan pada tanah organiknya semakin menurun seiring dengan
sawah akan berpengaruh pada tanah tanah bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini
masam dan alkalis, seperti yang telah disebabkan oleh proses dekomposisi bahan
dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Rayes organik oleh mikroorganisme yang hanya
(2005) bahwa penggenangan menyebabkan pH berlangsung di lapisan atas.
semua tanah mendekati 6,5-7,0, kecuali pada Basa-basa dapat Ditukar
gambut masam atau tanah dengan kadar Fe
aktif (Fe2+) yang rendah. Berdasarkan hasil analisis kationkation basa
dapat ditukar (K+, Na+, Ca2+, Mg2+) didapatkan
Potensial Redoks bahwa secara umum jumlah kation basa pada
Potensial redoks merupakan suatu sistem atau tanah yang disawahkan lebih tinggi daripada
ukuran yang digunakan untuk mengukur tanah kering. Tingginya kation-kation tersebut
adanya perpindahan elektron dalam tanah. dalam tanah yang disawahkan disebabkan oleh
Pengukuran potensial redoks sangat penting rendahnya pencucian yang terjadi sebagai
untuk mengetahui keadaan reduksi atau akibat dari adanya lapisan tapak bajak yang
oksidasi dalam tanah. Nilai potensial redoks menghambat perkolasi air serta adanya air
pada tanah yang disawahkan dan tanah kering tanah yang cukup dangkal yang menghambat
disajikan dalam Tabel 3. Nilai potensial redoks pergerakan air kebawah. Sementara itu, pada
pada tanah kering dan tanah yang disawahkan tanah kering jumlah kation basa cenderung
bervariasi, yang berkisar antara 244-326 mV rendah, yang disebabkan adanya adanya proses
sehingga masuk kedalam kelas agak tereduksi. pencucian yang membawa kation-kation basa
Seragamnya nilai potensial redoks antara tanah tersebut turun kebawah. Jumlah kation K dapat
kering dan tanah yang disawahkan diduga ditukar (Kdd) pada tanah kering tergolong
dikarenakan oleh keadaaan air tanah yang sangat rendah sampai sedang, yaitu berkisar
relatif dangkal (kurang dari 100 cm). Marschner antara 0,02-0,55 cmol.kg1 tanah, kecuali di
horison Bw1 (20-45,5 cm) yang tergolong
http://jtsl.ub.ac.id
83
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
tinggi, yaitu sebesar 0,97 cmol.kg-1 tanah. Pada hampir sama, yang tergolong rendah sampai
tanah sawah, jumlah kation Kdd tergolong tinggi sedang (0,35-0,62 cmol.kg-1). Jumlah kation Ca
sampai sangat tinggi, yaitu 0,75-1,75 cmol.kg-1 dapat ditukar (Cadd) pada tanah yang
tanah. Jumlah Kation Na dapat ditukar (Nadd) disawahkan secara umum juga lebih tinggi
pada tanah kering dan tanah yang disawahkan dibandingkan dengan tanah kering.
Tabel 2. Morfologi Tanah pada Pedon Tanah Kering dan Tanah yang Disawahkan
Jumlah kation Ca pada tanah sawah tergolong daripada tanah kering. Jumlah kation Mgdd
sangat tinggi, yang berkisar antara 8,54-15,18 pada tanah yang disawahkan tergolong tinggi
cmol.kg-1 tanah. Sedangkan, di tanah kering sampai sangat tinggi, yaitu 4,11-9,52 cmol.kg-1
jumlah kation Cadd juga masih tergolong tinggi tanah sedangkan tanah kering mempunyai
sampai sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan kation Mg dapat ditukar pada tanah kering
jumlah kation nya sebesar 5,64-8,95 cmol.kg-1 bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi,
tanah. Selaras dengan jumlah kation basa yang yang ditunjukkan dari jumlah kationnya
lain, jumlah kation Mg dapat ditukar (Mgdd) berkisar antara 0,30-3,81 cmol.kg-1 tanah.
pada tanah yang disawahkan juga lebih tinggi
http://jtsl.ub.ac.id
84
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
http://jtsl.ub.ac.id
85
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
pada keseluruhan horison diantara kedalaman (horison Bwg dan Cg) mempunyai kondisi
25 cm dan 75 cm serta tidak mengandung akuik yang ditunjukkan dengan adanya
karbonat bebas. Sementara itu, tanah yang Redoximorphic Features (RMF) dan mempunyai
disawahkan mempunyai grup endoaquepts, warna chroma 2. Pada tanah yang disawahkan,
karena mempunyai endosaturasi yang secara umum dikategorikan ke dalam sub grup
ditunjukkan adanya RMF pada keseluruhan Fluvaquentic Endoaquepts, karena mempunyai
horisonnya dan tidak dapat dimasukkan lereng kurang dari 25 % serta terjadi penurunan
kedalam grup yang lain. Secara umum, tanah kandungan karbon organik secara tidak teratur
kering mempunyai sub grup Aquic di antara kedalaman 25 cm dan 125 cm di
Dystrustepts. Dikategorikan ke dalam Aquic bawah permukaan tanah mineral.
Dystrustepts karena pada salah satu horisonnya
Tabel 4. Horison Penciri dan Klasifikasi Tanah pada tanah kering dan tanah yang disawahkan di
daerah penelitian
http://jtsl.ub.ac.id
87
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014
Hal ini akan berakibat juga pada tingginya nilai mempunyai kandungan kation-kation dapat
KTK dan KB. Pada tanah yang tidak ditukar, C-organik, serta kejenuhan basanya
disawahkan tidak terjadi penambahan bahan lebih tinggi dibandingkan dengan tanah kering.
organic dalam tanah serta lebih tingginya Keadaan air tanah yang dangkal menyebabkan
pencucian yang terjadi. Hal ini berakibat pada semua pedon yang diamati berada pada kondisi
rendahnya C-Organik, dan basa-basa dapat akuik. Pada tanah yang disawahkan kondisi
ditukar dalam tanah yang kemungkinan ikut akuik muncul pada kategori sub ordo,
tercuci. Perubahan sifat-sifat pada tanah kering sedangkan pada tanah yang tidak disawahkan
menjadi tanah sawah tidak hanya pada kondisi akuik muncul pada kategori sub grup
perubahan morfologi dan kimianya saja, tetapi tanah.
terjadi perubahan dalam klasifikasi tanahnya.
Klasifikasi tanah kering dan tanah yang
disawahkan mulai berbeda pada kategori sub
Daftar Pustaka
ordo tanah. Tanah yang disawahkan Arabia, T. 2009. Karakteristik Tanah Sawah pada
mempunyai sub ordo aquepts, sedangkan tanah Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di
yang tidak disawahkan mempunyai sub ordo Daerah Bogor- Jakarta. Disertasi. Repository
ustepts. Semua pedon yang diamati mempunyai Hardjowigeno, S dan M. Luthfi Rayes. 2005. Tanah
Sawah. Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan
kondisi air tanah yang dangkal, sehingga baik
Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia
tanah yang kering maupun yang disawahkan Publishing Anggota IKAPI Jatim: Malang.
termasuk tanah-tanah yang berada pada kondisi Moorman, F. R. and van Breemen. 1978. Rice: Soil,
akuik. Kondisi akuik pada tanah yang Water, Land. IRRI. Los Banos: Manila.
disawahkan muncul pada kategori sub ordo, Munir, M. 1987. Pengaruh Penyawahan terhadap
sedangkan pada tanah yang tidak disawahkan Morfologi, Pedogenesis, Elektrokimia dan
kondisi akuik muncul pada kategori sub grup Klasifikasi Tanah. Desertasi. Program
tanah. Kondisi akuik di daerah penelitian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor.
dicirikan dengan adanya kroma yang rendah Rayes, M.L. 2000. Karakteristik, Genesis dan
serta adanya gej ala Redoximorphic Features Klasifikasi Tanah Sawah Berasl dari Bahan
Volkan Merapi. Desertasi. Program Pascasarjana
(RMF) sebagai akibat dari proses pembasahan
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
dan pengeringan yang berulang-ulang. Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy.
Eleventh Edition. United States Department of
Kesimpulan Agriculture: New York.
Sutrisno. 1988. Pedogenesis dan Sifat-Sifat Tanah
Secara morfologi, tanah kering dan tanah yang Disawahkan dan Tidak Disawahkan pada
disawahkan memiliki perbedaan susunan Berbagai Lereng di Sekitar Cibinong. Skripsi:
horison, warna, serta adanya lapisan tapak Institut Pertanian Bogor.
bajak. Perubahan susunan horison pada tanah Winoto, J. 1985. Genesis, Klasifikasi dan Sifat-sifat
kering yang awalnya A menjadi Apg dan Bw Tanah sawah jenis latosol pada Beberapa
Tingkat Kedalaman Air Tanah. Skripsi.
menjadi Bwg pada tanah yang disawahkan.
Repository IPB: Bogor.
Tanah yang disawahkan juga memiliki lapisan
tapak bajak (Adg), terkecuali pada pedon LS1
yang disebabkan oleh kedalaman air tanah yang
terlalu dangkal dan letaknya yang dekat dengan
sumber air. Perbedaan sifat fisik tanah kering
dan tanah yang disawahkan meliputi, struktur,
bobot isi tanah dan konsistensi tanah.
Perubahan struktur tanah granuler sampai
gumpal menjadi massif hanya terjadi pada
lapisan olah pada tanah yang disawahkan.
Konsistensi tanah relatif sama antara tanah
kering dan tanah yang disawahkan, kecuali pada
lapisan tapakbajak yang mempunyai konsistensi
lebih teguh. Tanah yang disawahkan
http://jtsl.ub.ac.id