Anda di halaman 1dari 9

79

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA LAHAN


KERING DAN LAHAN YANG DISAWAHKAN
DI KECAMATAN PERAK KABUPATEN JOMBANG

Ayyu Rahayu, Sri Rahayu Utami*, Mochtar Luthfi Rayes


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
* penulis korespondensi: sryutamipj-fp@ub.ac.id

Abstract
Paddy soil processes and puddling caused by soil formation processes in paddy soil is different
with in dry soil. This research aimed to determine the differences of characteristics and soil
classification on dry land and paddy soil in Perak Dystrict Jombang. There are 6 soil profile which
is involve 3 soil profiles in dry land and 3 soil profiles in paddy soil have been described in the
field, after that the soil sample have been taken to soil physic and chemical analysis. Research
shown that dry land and paddy soil have a different of soil characteristic (morphologies, physics
and chemicals), also soil classification. Morphologically, change occure at the horizon arrangement,
colours and plow pan (Adg) form in the paddy soil profile. Differences of soil physic are soil
structure, bulk density also consistency. Paddy soil usually have a content cation exchange capacity
(K+, Na+, Ca2+ dan Mg2+), C-Organik and base saturation that higher than dry land. Soil
classification in dry soil and paddy soil different start at the sub order, as a result of changes in soil
moisture regime from ustic to be endoaquic in paddy soil.
Keywords: soil characteristic, soil classification, dry land, paddy soil

Pendahuluan belum ada acuan yang digunakan


pengklasifikasian tanah khusus untuk tanah
Sebagian besar lahan sawah di Indonesia pada yang disawahkan, sehingga klasifikasi tanah
awalnya merupakan hasil pembukaan areal sawah seharusnya perlu dilakukan untuk
lahan kering. Banyak lahan kering yang semula mengetahui perubahan klasifikasi tanah pada
digunakan untuk hutan maupun perkebunan lahan kering dan lahan kering yang telah
sekarang ini sudah dimanfaatkan sebagai disawahkan. Tujuan dari penelitian ini adalah
kawasan persawahan. Badan Pusat Statistik untuk mengetahui perbedaan karakteristik dan
(2010) mencatat bahwa luas lahan pertanian di klasifikasi tanah pada lahan kering dan lahan
Indonesia pada tahun 2009 sebesar 6.048.447 yang disawahkan di daerah penelitian.
ha, luas lahan padi ini meningkat sebesar 6,12
% dari tahun sebelumnya. Dalam budidaya
padi sawah, dilakukan proses penggenangan Metode Penelitian
yang dapat menyebabkan perbedaan
Penelitian di lapangan dan pengambilan contoh
karakteristik tanah yang terdapat pada lahan
tanah dilaksanakan pada bulan Juli samapi
sawah dan lahan kering. Moorman (1978)
Agustus 2012 di Desa Kalang Semanding dan
mengemukakan bahwa proses penggenangan
Glagahan, Kecamatan Perak Kabupaten
menciptakan keadaan reduksi yang dapat
Jombang. Analisis laboratorium dilaksanakan di
merubah ciriciri morfologi dan sifat-sifat fisika
Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Jurusan
kimia pada profil tanah asal. Perubahan sifat-
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
sifat tanah yang terjadi pada lahan sawah juga
Malang. Prosedur pelaksanaan penelitian ini
menyebabkan perubahan klasifikasi tanah
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu pengumpulan
asalnya. Di dalam Sistem Taksonomi Tanah
data-data sekunder, pengamatan di lapangan
yang dikembangkan oleh Soil Survey Staff (2010)

http://jtsl.ub.ac.id
80
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

dan pengambilan contoh tanah, analisis tanah


serta penyususnan laporan. Penelitian diawali
dengan mengumpulkan data-data sekunder
guna mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan lokasi penelitian. Informasi yang
dibutuhkan meliputi informasi jenis geologi,
jenis tanah serta sejarah penggunaan lahan.
Titik pengamatan dan pengambilan contoh
tanah didasarkan pada kesamaan formasi
geologi di daerah penelitian, yaitu Qa
(alluvium). Dari formasi geologi tersebut,
selanjutnya dipilih dua tipe lahan berdasarkan
perlakuan penggenangan yang berbeda, yaitu
lahan kering (tidak pernah disawahkan) dan
lahan yang disawahkan (ditanami padi sawah
terus-menerus). Dari 2 jenis penggunaan lahan
tersebut, selanjutnya diambil 3 profil pada
lahan kering (NS1, NS2, NS3) dan 3 profil
lahan yang disawahkan (LS1, LS2, LS3). Lokasi
keenam profil disajikan dalam Gambar 1.
Pengamatan di lapangan meliputi pengamatan
kondisi lahan sekitar dan morfologi tanah.
Pengamatan di lapangan dilakukan pada musim
kemarau dan pada sawah pada saat dikeringkan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
atau saat sawah tidak digenangi, yaitu setelah
panen sampai menj elang pengolahan tanah Berdasarkan peta geologi, daerah penelitian
awal pada musim tanam berikutnya. terdapat tiga macam batuan induk, yaitu Qa
Pengamatan morfologi tanah dilakukan pada (Endapan Alluvium), Qt (Endapan Teras) dan
profil tanah yang dibuat dengan ukuran 1,5 x 1 Qpnv (Formasi Notopuro). Namun, penelitian
meter dengan kedalaman 1,5 meter. ini hanya didasarkan pada bahan endapan
Pengambilan contoh tanah utuh dan terganggu Aluvium saja, yaitu Qa yang menempati luasan
dilakukan pada masing-masing horison sesuai paling besar di Kecamatan Perak. Endapan
dengan Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah alluvium (Qa) merupakan endapan sungai dan
(Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2004). endapan banjir dari sungai Brantas, Widas,
Contoh tanah yang diambil di lapangan Brangkal, Bangsal, Konto dan lainlainnya.
kemudian di analisis di laboratorium fisika dan Endapan alluvium tersusun atas kerakal, kerikil,
kimia tanah. Jenis dan metode analisis tanah pasir, lempung, lumpur dan sisa tumbuhan.
disajikan dalam Tabel 1. Data Curah Hujan (CH) diperoleh dari stasiun
pengamat Perak (55 mdpl) menunjukkan CH
Tabel 1. Jenis dan Metode Analisis Tanah
rata-rata tahunan sebesar 270,1 mm dengan
CH tertinggi sebesar 373,8 (Maret) dan CH
terendah sebesar 22 mm (Agustus). Suhu udara
rata-rata bulanan sebesar 25,2-27,4 °C. menurut
klasifikasi iklim Oldeman daerah penelitian
termasuk kedalam tipe iklim C3. Prediksi rejim
suhu dan rejim kelembaban tanah
menggunakan program Java Newhall Simulation
Model (JNSM) menunjukkan daerah penelitian
termasuk kedalam rejim kelembaban ustik dan
rejim suhu isohipertermik.

http://jtsl.ub.ac.id
81
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

Hasil dan Pembahasan masih belum berlanjut dan tanah masih dalam
keadaan basah sehingga tanah masih belum
MorfologiTanah dapat membentuk struktur dan masih dalam
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan keadaan seperti pasta (massif). Hasil penelitian
bahwa susunan horison pada tanah kering Arabia (2009) menjelaskan bahwa struktur
berbeda dengan tanah yang disawahkan. Tanah tanah baru terbentuk setelah satu sampai tiga
kering mempunyai susunan A, Bw dan Cg, bulan tidak disawahkan dan tidak diirigasi.
sedangkan tanah yang disawahkan secara KonsistensiTanah
umum mempunyai susunan horison Apg, Adg,
Bwg dan Cg. Tanah yang sering disawahkan Konsistensi tanah tidak terlalu berbeda antara
cenderung berwarna keabu-abuan (semakin tanah kering dengan tanah yang disawahkan
terang). Terdapat penambahan simbol g kecuali pada tanah yang mempunyai lapisan
(gleisasi) pada lahan yang disawahkan, yang tapak bajak mempunyai konsistensi yang lebih
dicirikan dengan adanya warna keabu-abuan teguh dibandingkan dengan lapisan diatas
maupun adanya kenampakan Redoximorphic maupun dibawahnya serta pada lapisan olah di
Features (RMF). Pada tanah yang disawahkan tanah yang disawahkan mempunyai konsistensi
juga tedapat penambahan simbol horison baru, basah agak lekat dan agak plastis. Arabia (2009)
yaitu Adg yang menunjukkan adanya lapisan mengemukakan bahwa lapisan olah tanahtanah
tapak bajak. Tidak semua pedon didaerah yang sedang disawahkan cenderung memiliki
penelitian terbentuk lapisan tersebut. Tidak kandungan liat yang tinggi, sehingga dalam
terbentuknya lapisan tapak bajak pada pedon keadaan basah umumnya lekat dan plastis.
LS1 disebabkan pada tanah ini mempunyai air Tekstur Tanah
tanah yang relatif dangkal serta lokasi pedonnya
yang dekat dengan sumber air, sehingga proses Tanah kering dan tanah yang disawahkan
pembentukan lapisan tapak bajaknya mempunyai tekstur yang hampir sama, yaitu
terhambat. Hal ini sesuai dengan penelitian berpasir (Tabel 2). Hal ini disebabkan lokasi
yang dilakukan oleh Winoto (1985) yang penelitian terbentuk dari bahan alluvium yang
mengemukakan bahwa proses pembentukan umurnya relatif muda, sehingga banyak
lapisan tapak bajak terhambat oleh adanya air ditemukan tekstur berpasir di semua pedon
(air irigasi atau air tanah) yang memasuki clod tanah yang diamati. Persentase pasir di tanah
(bongkah tanah) sehingga tidak memungkinkan sawah dan tanah kering juga tidak
terjadinya pemadatan. menunjukkan perbedaan yang besar. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Sifat Fisika Tanah Rayes (2000) yang menemukan bahwa lahan
Struktur Tanah kering mempunyai tekstur yang lebih kasar bila
dibandingkan dengan lahan yang disawahkan 1
Struktur tanah lapisan olah pada tanah kering kali atau 2 kali setahun.
adalah granuler sampai membulat, berukuran
halus sampai sedang dengan tingkat Bobot IsiTanah
perkembangan yang masih lemah. Pada tanah Pada umumnya,tanah yang disawahkan
yang disawahkan lapisan olah menjadi tidak mempunyai nilai bobot isi yang lebih tinggi
berstruktur (massif) seperti yang terlihat pada dibandingkan dengan tanah kering kecuali pada
Tabel 2. Hardjowigeno dan Rayes (2005) pedon LS1. Hal ini dikarenakan pengambilan
mengemukakan bahwa perubahan sifat fisik sampel tanah di pedon LS1 dilakukan pada saat
tanah yang mula-mula terjadi pada tanah tanah masih basah, sehingga kandungan air
sawah merupakan akibat pelumpuran. masih banyak dan bobot isi rendah. Lapisan
Pelumpuran dilakukan dengan pengolahan tapak bajak pada pedon tanah yang disawahkan
tanah dalam keadaan tergenang, ketika tanah terbentuk pada pada pedon LS2 dan LS3.
dibajak kemudian digaru sehingga agregat Pedon LS1 tidak terbentuk lapisan tapak bajak
tanah hancur menjadi lumpur yang sangat dikarenakan keberadaan air tanah yang relatif
lunak. Pengambilan contoh tanah pada tanah dangkal yang akan menghambat proses
yang disawahkan dilakukan pada saat tanaman pemadatan tanah. Hal ini sesuai dengan
padi baru dipanen, sehingga pengeringan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (1988)
http://jtsl.ub.ac.id
82
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

bahwa proses pembentukan lapisan tapak bajak (1986) menjelaskan bahwa pada pH 7 dengan
bisa tidak terbentuk karena air tanah selalu nilai antara 350-450 mV mulai terbentuk
mengisi bongkahbongkah tanah dan tidak Mn2+, pada 300 mV tidak ada O2 bebas, pada
adanya perubahan kondisi oksidasi-reduksi 250 mV tidak ada nitrat.
menyebabkan terjadinya pemadatan. Secara
C-Organik
umum, pada pedon yang tidak disawahkan
tidak ditemui adanya lapisan tapak bajak, Kandungan C-organik pada tanah yang
karena tidak ada pengolahan tanah yang disawahkan secara umum lebih tinggi (1,19-
dilakukan pada saat kondisi basah serta tidak 3,63 %) daripada kandungan C-organik pada
adanya proses pembasahan dan pengeringan tanah kering (0,59-2,65%). Tingginya C-organik
secara berulang-ulang. pada tanah yang disawahkan disebabkan adanya
Sifat Kimia Tanah penambahan bahan organik yang berasal dari
sisa-sisa akar tanaman padi serta
pH Tanah berlangsungnya proses dekomposisi yang lebih
Kemasaman Tanah (pH) pada semua pedon, lambat daripada tanah-tanah yang disawahkan.
baik tanah kering dan tanah yang disawahkan Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan
memiliki pH yang netral, yaitu berkisar antara oleh Teti Arabia (2009) dalam penelitiannya
6,16-7,5 (Tabel 3). Sehingga dapat disimpulkan pada tanah sawah pada toposekuen berbahan
bahwa proses penyawahan tidak induk vulkanik di daerah Bogor-Jakarta yang
mengakibatkan perubahan nilai pH tanah pada mengemukakan bahwa semakin sering tanah
tanah yang semula telah mempunyai pH netral. tergenang oleh penyawahan cenderung
Secara keseluruhan nilai pH pada tanah yang mengawetkan bahan organik, karena
disawahkan menurun dengan meningkatnya dekomposisi bahan organik dalam suasana
kedalaman tanah, walaupun tidak terlalu besar. reduktif berlangsung lebih lambat (terhambat).
Hal ini diduga karena proses penggenangan Kandungan C-organik tanah pada tanah kering
menyebabkan dekomposisi bahan organik lebih dan tanah yang disawahkan umumnya
lambat sehingga menurunkan pH tanah. Proses mempunyai pola yang sama, yaitu bahan
penggenangan yang dilakukan pada tanah organiknya semakin menurun seiring dengan
sawah akan berpengaruh pada tanah tanah bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini
masam dan alkalis, seperti yang telah disebabkan oleh proses dekomposisi bahan
dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Rayes organik oleh mikroorganisme yang hanya
(2005) bahwa penggenangan menyebabkan pH berlangsung di lapisan atas.
semua tanah mendekati 6,5-7,0, kecuali pada Basa-basa dapat Ditukar
gambut masam atau tanah dengan kadar Fe
aktif (Fe2+) yang rendah. Berdasarkan hasil analisis kationkation basa
dapat ditukar (K+, Na+, Ca2+, Mg2+) didapatkan
Potensial Redoks bahwa secara umum jumlah kation basa pada
Potensial redoks merupakan suatu sistem atau tanah yang disawahkan lebih tinggi daripada
ukuran yang digunakan untuk mengukur tanah kering. Tingginya kation-kation tersebut
adanya perpindahan elektron dalam tanah. dalam tanah yang disawahkan disebabkan oleh
Pengukuran potensial redoks sangat penting rendahnya pencucian yang terjadi sebagai
untuk mengetahui keadaan reduksi atau akibat dari adanya lapisan tapak bajak yang
oksidasi dalam tanah. Nilai potensial redoks menghambat perkolasi air serta adanya air
pada tanah yang disawahkan dan tanah kering tanah yang cukup dangkal yang menghambat
disajikan dalam Tabel 3. Nilai potensial redoks pergerakan air kebawah. Sementara itu, pada
pada tanah kering dan tanah yang disawahkan tanah kering jumlah kation basa cenderung
bervariasi, yang berkisar antara 244-326 mV rendah, yang disebabkan adanya adanya proses
sehingga masuk kedalam kelas agak tereduksi. pencucian yang membawa kation-kation basa
Seragamnya nilai potensial redoks antara tanah tersebut turun kebawah. Jumlah kation K dapat
kering dan tanah yang disawahkan diduga ditukar (Kdd) pada tanah kering tergolong
dikarenakan oleh keadaaan air tanah yang sangat rendah sampai sedang, yaitu berkisar
relatif dangkal (kurang dari 100 cm). Marschner antara 0,02-0,55 cmol.kg1 tanah, kecuali di
horison Bw1 (20-45,5 cm) yang tergolong
http://jtsl.ub.ac.id
83
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

tinggi, yaitu sebesar 0,97 cmol.kg-1 tanah. Pada hampir sama, yang tergolong rendah sampai
tanah sawah, jumlah kation Kdd tergolong tinggi sedang (0,35-0,62 cmol.kg-1). Jumlah kation Ca
sampai sangat tinggi, yaitu 0,75-1,75 cmol.kg-1 dapat ditukar (Cadd) pada tanah yang
tanah. Jumlah Kation Na dapat ditukar (Nadd) disawahkan secara umum juga lebih tinggi
pada tanah kering dan tanah yang disawahkan dibandingkan dengan tanah kering.

Tabel 2. Morfologi Tanah pada Pedon Tanah Kering dan Tanah yang Disawahkan

Jumlah kation Ca pada tanah sawah tergolong daripada tanah kering. Jumlah kation Mgdd
sangat tinggi, yang berkisar antara 8,54-15,18 pada tanah yang disawahkan tergolong tinggi
cmol.kg-1 tanah. Sedangkan, di tanah kering sampai sangat tinggi, yaitu 4,11-9,52 cmol.kg-1
jumlah kation Cadd juga masih tergolong tinggi tanah sedangkan tanah kering mempunyai
sampai sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan kation Mg dapat ditukar pada tanah kering
jumlah kation nya sebesar 5,64-8,95 cmol.kg-1 bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi,
tanah. Selaras dengan jumlah kation basa yang yang ditunjukkan dari jumlah kationnya
lain, jumlah kation Mg dapat ditukar (Mgdd) berkisar antara 0,30-3,81 cmol.kg-1 tanah.
pada tanah yang disawahkan juga lebih tinggi

http://jtsl.ub.ac.id
84
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium pada semua titik pengamatan

http://jtsl.ub.ac.id
85
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

disawahkan mempunyai epipedon okrik dengan


Kapasitas Tukar Kation (KTK)
ketebalan masing-masing pada titik
Tanah yang disawahkan mempunyai KTK pengamatan LS114 cm, LS2 25 cm dan LS3 39
lebih tinggi daripada tanah kering (tidak cm. Dikategorikan ke dalam epipedon okrik
disawahkan). Hal ini disebabkan oleh karena mempunyai kedalaman kurang dari 18
rendahnya pencucian basa-basa pada tanah cm dan mempunyai warna yang terlalu terang
yang disawahkan. KTK pada tanah kering yaitu value dan chroma lebih dari 3, sehingga
meningkat pada horison di bawah lapisan atas, tidak memenuhi criteria epipedon umbrik dan
kemudian semakin menurun dengan molik. Horison penciri bawah (endopedon)
bertambahnya kedalaman tanah (Tabel 3). Nilai pada semua pedon tanah kering dan tanah yang
KTK pada tanah kering berkisar antara 13,21- disawahkan adalah kambik. Dikategorikan ke
31,87 cmol.kg-1 yang tergolong dalam kategori dalam endopedon kambik karena telah
rendah sampai tinggi. Sementara itu, pada mengalami perkembangan struktur tanah, tidak
pedon tanah yang disawahkan mempunyai adanya proses eluviasi liat, serta kandungan
KTK yang lebih tinggi, yaitu 19,18-36,57 pasir yang meningkat seiring dengan
cmol.kg-1. bertambahnya kedalaman tanah. Dengan
demikian ordo tanah pada semua pedon adalah
Kejenuhan Basa (KB)
Inceptisol. Perbedaan klasifikasi tanah di
Tanah yang disawahkan mempunyai KB lebih daerah penelitian dimulai pada tingkat sub ordo
tinggi daripada tanah kering (Tabel 3). Hal ini tanah. Tanah kering mempunyai sub ordo
menunjukkan bahwa kation-kation basa ustepts, karena mempunyai rejim kelembaban
tersedia lebih banyak pada tanah sawah. tanah ustik. Sementara itu, tanah yang
Tingginya kejenuhan basa pada tanah sawah disawahkan mempunyai sub ordo akuik. Hal ini
juga disebabkan oleh rendahnya pencucian dikarenakan dari hasil pengamatan morfologi
yang terjadi. Selain itu, tingginya kejenuhan dilapang menunjukkan bahwa tanah yang
basa ini diduga disebabkan oleh kation-kation disawahkan mempunyai ciri-ciri seperti yang
basa yang terlarut terakumulasi dibawah lapisan terdapat pada rejim kelembaban akuik, yaitu
olah pada saat tanah sedang digenangi. Kondisi pada suatu lapisan di bawah epipedon atau di
ini berbanding terbalik dengan pendapat yang dalam 50 cm dari permukaan tanah mempunyai
dikemukakan Munir (1987) bahwa lapisan value kurang dari 2 serta ditemukannya
tapak bajak pada umumnya mempuyai Redoximorphic Features (RMF) pada sebagian
kejenuhan basa relatif lebih tinggi daripada besar horison tanah. Dimana adanya RMF
lapisan olah, karena banyaknya kation-kation menunjukkan bahwa tanah tersebut
seperti Ca, Mg, K, Na dan kation lainnya mengandung cukup besi fero aktif. Meskipun
tertimbun diatas lapisan tapak bajak. hasil simulasi NSM menunjukkan bahwa rejim
kelembabannya termasuk ke dalam ustik,
Tanah kering mempunyai kejenuhan basa yang namun rejim kelembaban ini tidak
relatif beragam mulai dari rendah sampai sangat dipergunakan. Hal ini di dukung oleh Mitsuchi,
tinggi. KB tertinggi terdapat di horison A pada 1974 (dalam Moorman dan van Breemen, 1978)
pedon NS2 yaitu sebesar 85,47 %. Tingginya yang mengemukakan bahwa penggenangan
nilai KB pada horison ini disebabkan oleh pada tanah sawah dapat membawa kepada
KTK tanahnya yang rendah, sebagai akibat dari perkembangan karakteristik akuik pada horison
tekstur tanah yang berpasir di lapisan atas. permukaan dan bawah permukaan. Pernyataan
Sehingga mempunyai Kejenuhan Basa yang ini diperkuat oleh Moorman dan van Breemen
tinggi. (1978) yang juga mengemukakan bahwa pada
Klasifikasi Tanah tanah yang berdrainase baik rejim kelembaban
akuik mungkin terjadi dan pada tanah yang
Klasifikasi tanah didasarkan pada hasil analisis berdrainase buruk atau agak terhambat rejim
sifat morfologi, fisika dan kimia tanah yang kelembaban akuik diperkuat.
diperlukan. Ringkasan klasifikasi tanah di lokasi Pada tingkat grup, tanah yang kering
penelitian disajikan pada Tabel 4. Dari hasil dikategorikan ke dalam grup Dystrustepts. Hal
pengamatan tanah yang telah dilakukan, ini dikarenakan, pedon tanah kering
menunjukkan bahwa semua pedon tanah yang mempunyai kejenuhan basa kurang dari 60%
http://jtsl.ub.ac.id
86
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

pada keseluruhan horison diantara kedalaman (horison Bwg dan Cg) mempunyai kondisi
25 cm dan 75 cm serta tidak mengandung akuik yang ditunjukkan dengan adanya
karbonat bebas. Sementara itu, tanah yang Redoximorphic Features (RMF) dan mempunyai
disawahkan mempunyai grup endoaquepts, warna chroma 2. Pada tanah yang disawahkan,
karena mempunyai endosaturasi yang secara umum dikategorikan ke dalam sub grup
ditunjukkan adanya RMF pada keseluruhan Fluvaquentic Endoaquepts, karena mempunyai
horisonnya dan tidak dapat dimasukkan lereng kurang dari 25 % serta terjadi penurunan
kedalam grup yang lain. Secara umum, tanah kandungan karbon organik secara tidak teratur
kering mempunyai sub grup Aquic di antara kedalaman 25 cm dan 125 cm di
Dystrustepts. Dikategorikan ke dalam Aquic bawah permukaan tanah mineral.
Dystrustepts karena pada salah satu horisonnya

Tabel 4. Horison Penciri dan Klasifikasi Tanah pada tanah kering dan tanah yang disawahkan di
daerah penelitian

pengolahan dan pelumpuran yang dilakukan


Pembahasan Umum
menyebabkan hancurnya struktur tanah pada
Secara umum, terjadi perbedaan sifat tanah yang disawahkan. Tanah kering
morfologi, kimia serta klasifikasi tanah pada mempunyai struktur granuler sanpai gumpal,
tanah kering dan tanah kering yang telah sedangkan pada tanah yang tisawahkan tidak
disawahkan. Perubahan secara morfologi dan berstruktur (massif). Pelumpuran dilakukan
fisik meliputi susunan horison tanah, struktur, dengan pengolahan tanah dalam keadaan
konsistensi serta bobot isi tanah. Perubahan- tergenang, ketika tanah dibajak kemudian
perubahan tersebut disebabkan oleh adanya digaru yang masing-masing proses sekurang-
proses pengolahan tanah yang dilakukan kurangnya memerlukan dua kali sehingga
sebelum ditanami padi. Pada tanah yang agregat tanah hancur menjadi lumpur yang
disawahkan, terdapat horison yang tidak sangat lunak. (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
ditemukan pada pedon tanah kering, yaitu Tanah yang disawahkan mempunyai sifat kimia,
horison Adg (lapisan tapak bajak). Lapisan yaitu C-Organik, basa-basa dapat ditukar, KTK
tapak bajak ini terbentuk sebagai akibat dari dan Kejenuhan Basa (KB) yang lebih tinggi
proses pengolahan tanah yang dilakukan secara dibandingkan dengan tanah kering. Nilai C-
berulang-ulang, sehingga akan terjadi Organik yang tinggi pada tanah sawah berasal
pemadatan di bawah lapisan olah. Adanya dari adanya penambahan bahan organik dari
lapisan tapak bajak bajak pada tanah sawah sisa-sisa akar tanaman padi serta terjadinya
ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot isi proses dekomposisi bahan organik yang lebih
yang lebih tinggi dan mempunyai konsistensi lambat pada keadaan anaerob, sehingga akan
yang lebih teguh daripada horison di atas mengawetkan bahan organik dalam tanah.
maupun dibawahnya. Nilai bobot isi pada Tingginya Kation-kation basa dapat ditukar
lapisan tapak bajak berkisar antara 1,45-1,51 disebabkan oleh lebih rendahnya pencucian
g.cm-3 lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi, adanya penambahan dari pupuk
lapisan olah maupun lapisan dibawahnya yang buatan serta penambahan kation-kation dari
berkisar antara 1,21-1,47 g.cm-3. Proses bahan tersuspensi yang terbawa oleh air irigasi.

http://jtsl.ub.ac.id
87
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 79-87, 2014

Hal ini akan berakibat juga pada tingginya nilai mempunyai kandungan kation-kation dapat
KTK dan KB. Pada tanah yang tidak ditukar, C-organik, serta kejenuhan basanya
disawahkan tidak terjadi penambahan bahan lebih tinggi dibandingkan dengan tanah kering.
organic dalam tanah serta lebih tingginya Keadaan air tanah yang dangkal menyebabkan
pencucian yang terjadi. Hal ini berakibat pada semua pedon yang diamati berada pada kondisi
rendahnya C-Organik, dan basa-basa dapat akuik. Pada tanah yang disawahkan kondisi
ditukar dalam tanah yang kemungkinan ikut akuik muncul pada kategori sub ordo,
tercuci. Perubahan sifat-sifat pada tanah kering sedangkan pada tanah yang tidak disawahkan
menjadi tanah sawah tidak hanya pada kondisi akuik muncul pada kategori sub grup
perubahan morfologi dan kimianya saja, tetapi tanah.
terjadi perubahan dalam klasifikasi tanahnya.
Klasifikasi tanah kering dan tanah yang
disawahkan mulai berbeda pada kategori sub
Daftar Pustaka
ordo tanah. Tanah yang disawahkan Arabia, T. 2009. Karakteristik Tanah Sawah pada
mempunyai sub ordo aquepts, sedangkan tanah Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di
yang tidak disawahkan mempunyai sub ordo Daerah Bogor- Jakarta. Disertasi. Repository
ustepts. Semua pedon yang diamati mempunyai Hardjowigeno, S dan M. Luthfi Rayes. 2005. Tanah
Sawah. Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan
kondisi air tanah yang dangkal, sehingga baik
Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia
tanah yang kering maupun yang disawahkan Publishing Anggota IKAPI Jatim: Malang.
termasuk tanah-tanah yang berada pada kondisi Moorman, F. R. and van Breemen. 1978. Rice: Soil,
akuik. Kondisi akuik pada tanah yang Water, Land. IRRI. Los Banos: Manila.
disawahkan muncul pada kategori sub ordo, Munir, M. 1987. Pengaruh Penyawahan terhadap
sedangkan pada tanah yang tidak disawahkan Morfologi, Pedogenesis, Elektrokimia dan
kondisi akuik muncul pada kategori sub grup Klasifikasi Tanah. Desertasi. Program
tanah. Kondisi akuik di daerah penelitian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor.
dicirikan dengan adanya kroma yang rendah Rayes, M.L. 2000. Karakteristik, Genesis dan
serta adanya gej ala Redoximorphic Features Klasifikasi Tanah Sawah Berasl dari Bahan
Volkan Merapi. Desertasi. Program Pascasarjana
(RMF) sebagai akibat dari proses pembasahan
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
dan pengeringan yang berulang-ulang. Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy.
Eleventh Edition. United States Department of
Kesimpulan Agriculture: New York.
Sutrisno. 1988. Pedogenesis dan Sifat-Sifat Tanah
Secara morfologi, tanah kering dan tanah yang Disawahkan dan Tidak Disawahkan pada
disawahkan memiliki perbedaan susunan Berbagai Lereng di Sekitar Cibinong. Skripsi:
horison, warna, serta adanya lapisan tapak Institut Pertanian Bogor.
bajak. Perubahan susunan horison pada tanah Winoto, J. 1985. Genesis, Klasifikasi dan Sifat-sifat
kering yang awalnya A menjadi Apg dan Bw Tanah sawah jenis latosol pada Beberapa
Tingkat Kedalaman Air Tanah. Skripsi.
menjadi Bwg pada tanah yang disawahkan.
Repository IPB: Bogor.
Tanah yang disawahkan juga memiliki lapisan
tapak bajak (Adg), terkecuali pada pedon LS1
yang disebabkan oleh kedalaman air tanah yang
terlalu dangkal dan letaknya yang dekat dengan
sumber air. Perbedaan sifat fisik tanah kering
dan tanah yang disawahkan meliputi, struktur,
bobot isi tanah dan konsistensi tanah.
Perubahan struktur tanah granuler sampai
gumpal menjadi massif hanya terjadi pada
lapisan olah pada tanah yang disawahkan.
Konsistensi tanah relatif sama antara tanah
kering dan tanah yang disawahkan, kecuali pada
lapisan tapakbajak yang mempunyai konsistensi
lebih teguh. Tanah yang disawahkan

http://jtsl.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai