Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ANALISIS USAHA TANI TOMAT


DI KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG

OLEH :

ANJAR WINARKO
(2003060161)

DOSEN PENGAMPU:
MISS SUHARTINI, SP.,MP

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAHUN PELAJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah dengan judul “ANALISIS USAHA TANI TOMAT” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah USAHA TANI. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Makalah ini kami
susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada: Ibu MISS SUHARTINI, SP.,MP. selaku dosen pengampu kami dan
juga pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca

Jombang, 05 Januari 2022

PENYUSUN

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Tanaman Tomat............................................................................................3

B. Produksi dan Biaya Produksi........................................................................6

C. Harga.............................................................................................................7

D. Penerimaan dan Pendapatan..........................................................................8

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................10

A. Budidaya Tomat..........................................................................................10

B. Faktor Produksi dan Produksi Tomat.........................................................20

BAB IV PENUTUP................................................................................................26

A. Kesimpulan ................................................................................................26

B. Saran ...........................................................................................................27

Daftar Pustaka....................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jenis sayuran buah yang mempunyai jenis varietas cerasiforme adalah
tomat. Tomat sebagai sumber nutrisi dan antioksida yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat dan merupakan kesadaran masyarakat terhadap nilai
kesehatan. Tomat adalah jenis holtikultura bernilai ekonomis yang strategis
dan nilai ekonomisnya. Tomat mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk
dibudidayakan diIndonesia tergantung varietas atau jenis baik dikonsumsi
langsung ataupun sebagai produk olahan diperusahan (Gole, 2021).
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek
pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber
vitamin. Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai
macam penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain
sebagai buah segar yang langsung dapat di konsumsi, buah tomat juga dapat
digunakan sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop,
gado-gado, sambal, dan juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi
dalam bentuk olahan, misalnya untuk minuman sari buah tomat, “es juice”
tomat, dan konsentrat. Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan
keuntungan, baik bagi konsumen, produsen, maupun masyarakat pada
umumnya. Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat dari segi harga yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga membuka peluang yang
lebih besar terhadap serapan pasar (Cahyono,1998).
Kabupaten Jombang adalah salah satu penghasil produksi komoditi
hortikultura. Tanaman tomat menjadi salah satu tanaman hortikultura yang
secara rutin diusahakan oleh petani sebagai usaha agribisnis. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang (2016) terlihat pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, produksi tomat di kecamatan Bandar Kedung
Mulyo 90 kw dengan luas lahan 1 hektar, sedangkangkan produksi tomat di
kecamatan jogoroto sebanyak 135kw dengan luas panen 3 hektar.Selain itu

1
permintaan pasar dan konsumen terhadap tomat menyebabkan kebutuhan akan
tomat meningkat. Keadaan tersebut merupakan salah satu faktor pendorong
bagi petani tomat yang ada di Kecamatan jogoroto untuk meningkatkan
produksi tomat.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan wilayah datar
hingga bergelombang. Kecamatan Jogoroto berada pada kemiringan lahan 0 –
2 %. Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan.
Wilayah Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka
curah hujan rata-rata berkisar 1.800 mm/tahun dan temperatur antara 20 0 C –
320 C.Kecamatan Jogoroto termasuk bagian selatan sungai Brantas sebagian
besar merupakan tanah pertanian dengan sungai-sungai dan daerah irigasi
yang tersebar dan cocok untuk pertanian.Kecamatan Jogoroto sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selain ubi, jenis tanaman
yang diusahakan oleh petani adalah komoditas tomat, yang hasilnya dijual
sebagai sumber pendapatan keluarga.
Jenis tanah di Kecamatan Jogoroto ini sangat cocok untuk ditanami
tanaman tomat. Dimana tanah di Kecamatan Jogoroto ini stuktur atasnya
remah, teksturnya gembur, daya ikat tanah terhadap air tinggi, bahan organik
di dalam tanah tidak cepat tercuci oleh air, dan pH tanah 5,82. Berdasarkan
uraian di atas dapat dilihat peluang pengembangan usaha tomat semakin luas.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah berapa besar biaya produksi dan pendapatan
dalam usahatani tomat di Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya biaya produksi
dan pendapatan usahatani tomat Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill), berasal dari daerah
Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke
wilayah yang beriklim tropik. Bangsa Eropa dan Asia mengenal tanaman
tomat pada tahun 1523. Namun pada waktu itu tanaman tomat dianggap
sebagai tanaman beracun. dan hanya ditanam sebagai tanaman hias dan obat
kanker. Tanaman tomat di tanam di Indonesia sesudah kedatangan orang
Belanda, hal ini menandakan bahwa tanaman tomat sudah tersebar di seluruh
dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik (Cahyono, 1998).
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur pendek,
artinya umur tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tomat
sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, karena mengandung vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Dalam buah tomat
juga terdapat zat pembangun jaringan tubuh dan zat yang dapat meningkatkan
energi. Tanaman tomat sangat dikenal masyarakat dan digemari karena
rasanya yang manis-manis asam dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan
cita rasanya yang berbeda dengan buah-buahan lainnya. Bahkan kelezatan rasa
buah tomat mi juga dapat menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam
masakan. Kegunaannya sebagai penyedap masakan hanya sedikit, namun
ketersediaannya tetap di dambakan sepanjang masa.
Taksonomi tanaman Tomat adalah: Kingdom: Plantea, Divisio:
Spermathopyta, Kelas: Diccotylledon, Ordo: tubiflorae, Family Solanaceae,
Genus: Lycopersicum, Spesies: Lycopersicum esculenturn mill.
1.      Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Menurut Rukmana (1994), syarat tumbuh tanaman tomat sebagai berikut :
a. Keadaan iklim
1) Suhu. Tanaman tomat tumbuh secara baik bila udaranya sejuk,
yaitu suhu pada malam hari antara 10- 20oC dan pada siang hari
antara 18- 29°C.

3
2) Curah hujan. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
tomat adalah 750 - 1250 mm/th. Keadaan ini berhubungan erat
dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah
yang tidak beririgasi teknis.
3) Sinar matahari. Cahaya matahari sangat dibutuhkan dalam proses
fisiologi tanaman untuk membentuk bagian vegetatif tanaman
(batang, cabang, dan daun) dan bagian generatif tanaman (bunga,
buah dan biji). Intensitas cahaya matahari yang diperlukan oleh
tanaman tergantung pada fase atau tingkatan pertumbuhan
tanaman. Kebutuhan cahaya matahari sebagai sumber energi
fotosintesis juga tergantung lamanya penyinaran. Penyinaran
matahari untuk mendapatkan hasil yang baik adalah sepanjang hari
di tempat yang terbuka (sekitar 8 jam perhari).
4) Ketinggian tempat. Pertumbuhan tanaman tomat di dataran tinggi
lebih baik daripada di dataran rendah, karena tanaman menerima
sinar matahari lebih banyak tetapi suhu rendah.
b. Keadaan tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah. Tanah yang ideal
adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara, pH 6,0 - 7,0 dan
draenase baik.
2.      Budidaya tanaman tomat
Menurut Cahyono (1998), budidaya tanaman tomat yaitu:
a. Persiapan bahan tanaman
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan
cara membeli bibit yang sudah siap tanam atau dengan membuat benih
sendiri. Apabila pengadaan bibit dengan cara membeli, hendaknya
membeli pada toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih
yang bermutu baik dan telah bersertifikat
b. Pengolahan tanah
Tomat dapat hidup subur bila tanahnya gembur. Oleh karena itu, tanah
harus dicangkul, ditraktor atau dibajak lebih dahulu sebelum tomat di

4
tanam. Setelah itu dibuat bedengan dengan ukuran 100 - 200 cm untuk
media tanaman tomat
c. Pemasangan mulsa plastik hitam perak
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan mulsa adalah,
sebelum pemasangan, bedeng-bedeng yang telah terbentuk sebaiknya
diairi terlebih dahulu sehingga kondisinya lembab. Pemasangan mulsa
sebaiknya dilakukan sekitar pukul 09.00-14.00 agar mulsa plastik dapat
terpancang kuat, karena pada saat itu plastik mengalami pemuaian
akibat teriknya matahari langsung.
d. Penanaman
Bibit tomat yang telah berumur kurang lebih 2-3 minggu dan berdaun 3
- 4 helai dapat ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Jarak tanam
sebaiknya 60 x 40 cm, 60 x 60 cm atau 50 x 50 cm. Dalam satu hektar
dapat ditanami sekitar 21 ribu rumpun.
e. Pemeliharaan
1) Penyiraman. Penyiraman untuk tanaman tomat sebaiknya diberikan
sesuai dengan kebutuhan hidup sehingga tanaman dapat hidup dan
berproduksi secara optimal.
2) Penyiangan. Penyiangan adalah kegiatan membersihkan atau
memberantas rumput-rumput dan jenis tanaman lain yang
mengganggu tanaman yang di budidayakan Gulma yang tumbuh di
areal tanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing
tanaman.
3) Pemberian air. Pada umur 21 hari sejak penanaman di kebun, atau
kira-kira sudah setinggi 25 cm, tanaman tomat harus diberi air untuk
menopang tegaknya tanaman dan menopang buah. Sebab, tanaman
tomat memiliki batang yang kurang kuat sehingga apabila tidak
diberi air akan roboh.
4) Penyulaman. Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau
masak. Penyalaman hendaknya dilakukan seminggu setelah
tanaman.

5
5) Pemupukan. Jenis pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman tomat
adalah pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau)
atau pupuk buatan (pupuk nitrogen (N), Pospor (P), dan Kalium (K).
Pemupukan yang berwawasan lingkungan adalah pemupukan yang
dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis, dan cara
penempatannya. Dengan memperhatikan tiga hal tersebut, maka
dapat menghindari pemupukan yang berlebihan.
6) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit
yang perlu diterapkan adalah pengendalian secara terpadu yaitu
pengendalian yang memadukan cara biologis, mekanis, dan
iklim.Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir untuk
memberantas hama dan penyakit.
3.      Pemanenan
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur
60 - 100 hari setelah tanam atau tergantung varietasnya. Saat pemetikan
buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca
cerah. Cara memetik buah tomat yang sudah matang cukup dilakukan
dengan memutar buah satu per satu.

B. Produksi dan Biaya Produksi


Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi
material- material dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, atau jasa-jasa
produksi) dalam pengolahan suatu barang atau jasa (Beattie-Taylor, 1994). 
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai
literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production
factor, dan korbanan produksi (Soekartawi, 2001)
Sukirno (2002), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi
atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik
secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi kelompok, yaitu :

6
1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.
2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan,
tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soedarsono (1995), untuk memperoleh tingkat produksi
optimal agar tercapai tingkat penerimaan yang optimal, produsen haruslah
memperhitungkan jumlah produksi, di mana pada jumlah tersebut diharapkan
penggunaan yang berlebihan akan menurunkan hasil sehingga optimalisasi
penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi penerimaan akan tercapai bila
penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien dan harga yang berlaku dapat
menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang diperoleh mencerminkan
tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut. Menurut Mubyarto (1994)
dalam kegiatan produksi tidak hanya memperhitungkan jumlah produksi fisik
saja, tetapi juga memperhitungkan faktor -faktor produksi yang digunakan
sehingga tercapai produksi yang optimal. Tingkat produksi optimal diperoleh
pada saat keuntungan maksimal, yang terdapat pada tingkat produksi yang
memberikan selisih besar antara penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut Hernanto (1996), tujuan berusahatani adalah mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dan pemilihan penggunaan faktor produksi.
Ditambahkan Soekartawi (2003), keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara
meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang di
peroleh dan meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total
biaya tetap.

C. Harga
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau
alat tukar yang lain dengan satu barang tertentu. Harga merupakan elemen
pokok dalam pemesanan karena langsung berhubungan dengan permintaan
hasil total dimana dalam penetapan harga ini dapat berbeda-beda dari tempat
satu ke tempat yang lain (Winardi, 1990). Sedangkan menurut Saladin (1991),
harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan

7
jasa. Mubyarto (1994), mengemukakan bahwa suatu barang mempunyai harga
karena barang tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Harga ditetapkan oleh
interaksi kekuatan permintaan dan penawaran didalam suatu pasar yang
karakteristiknya persaingan sempurna yaitu banyaknya konsumen dan
produsen yang bersaing satu sama lainnya didalam situasi di mana tidak
satupun diantara mereka secara individual cukup penting bisa mempengaruhi
salah satu harga yang dibayar atau kuantitas yang diminta dan ditawarkan
(Todaro, 1997).

D. Penerimaan dan Pendapatan


Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dan sejumlah produksi
tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain
(Boediono, 1992). Di lain pihak, Soedarsono (1992) menyatakan bahwa
jumlah penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan dan penjualan
barang tertentu dikalikan dengan harga jual satuan. Setelah petani menjual
hasil produksinya, maka petani akan menerima sejumlah uang. Penerimaan
dirumuskan dengan :

TR = P.Q
Dimana    :     TR     = Total Revenue (Penerimaan Total)
                      P        = Price (Harga)
                      Q       = Quantity (Jumlah Produksi)
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh
seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri
dan upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dan kekayaan seperti
sewa, bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah
tunjangan sosial (Samuelson dan Nordhaus, 2003).
Sementara itu, Kadariah (1983), menyatakan bahwa pendapatan adalah
hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal dan pemakaian
kekayaan atau dan jasa-jasa manusia yang bebas. Pendapatan umumnya adalah
penerimaan-penerimaan individu atau perusahaan.

8
Ada dua jenis pendapatan, yaitu:
1. Pendapatan kotor (gross income) adalah penerimaan seseorang atau suatu
badan usaha selama periode tertentu sebelum dikurangi dengan
pengeluaran-pengeluaran usaha.
2. Pendapatan bersih (net income) adalah sisa penghasilan dan laba setelah
dikurangi semua biaya, pengeluaran dan penyisihan untuk depresiasi serta
kerugian-kerugian yang bisa timbul.
Lebih lanjut Soekartawi (1986) menyebutkan bahwa pendapatan ada 2
macam :
1. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dengan
mempertimbangkan biaya tenaga kerja keluarga.
2. Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh petani dan
keluarga tanpa dikurangi dengan biaya tenaga kerja.
Soedarsono (1992), menyatakan pendapatan yang diterima petani dan
hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I = TR – TC
Dimana      :   I      = Income (Pendapatan)
                      TR   = Total Revenue (penerimaan Total)
                      TC   = Total Cost (Biaya Total)
R/C rasio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya. Sehingga RJC rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana      :   TR   = Total Revenue (penerimaan total)
                      TC   = Total Cost (Biaya total)

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Budidaya Tomat
Tanaman tomat di Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang ditanam
secara intensif artinya bahwa tomat diusahakan secara sungguh-sungguh hal ini
juga dipengaruhi oleh faktor resiko yang cukup besar dan iklim yang sudah tidak
bisa dibaca secara pasti. Adapun cara-cara budidaya tanaman tomat yang
dilakukan petani di Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang adalah sebagai
berikut:
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah untuk tanaman tomat dilakukan dengan melakukan
pembersihan lahan dari tanaman-tanaman liar dan pembajakan tanah.
Pembajakan tanah dilakukan dengan menghancurkan bongkahan-bongkahan
tanah sehingga menjadi lebih halus dan lebih gembur. Pada saat ini, dengan
perkembangan mekanisasi pertanian pengolahan tanah semakin mudah untuk
dilakukan. Kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk
mematangkan tanah, satu minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah
bedengan-bedengan untuk media tanam dengan ukuran lebar bedeng antara
120-130 cm sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. 
dengan kedalaman hasil olahan sekitar 15 cm.

2. Pembedengan
Setelah selesai melakukan pembajakan atau pencangkulan, biarkan
tanah terkena sinar matahari selama dua minggu. Dengan demikian akan

10
terjadi pertukaran udara. Sementara itu, bibit penyakit atau hama yang berada
di dalam tanah aka terbunuh. Setelah dua minggu, pembuatan bedengan dapat
kalian lakukan. Tujuan pembuatan bedengan adalah untuk mengatur jarak
tanam dan mencegah akar tanaman tomat tidak tergenang air serta
memudahkan dalam melakukan pemeliharaan tanaman tomat.
Lebar bedengan untuk tanaman tomat idelanya antara 100-120 cm
Sedangkan panjang bedengan tersebut tergantung pada kondisi lahan kalian
dan tinggi bedengan tersebut dapat kalian sesuaikan dengan musim. Saat
musim kemarau tinggi bedengan antara 30-40 cm dan saat musim penghujan
ketinggiannya dapat kalian tingkatkan menjadi 50-70 cm. Adapun jarak
antara bedengan adalah sekitar 100 cm tergantung dari musim. Jika musim
penghujan jarak antara bedengan diperlebar agar menghindari penyebaran
bibit penyakit. Bedengan dibuat dengan ukuran : Lebar : 100 cm     Tinggi :
20 cm     Jarak antar bedengan : 100 cm

Supaya hasilnya akan rapi, gunakan tali yang diukur sesuai panjang,
lebar dan tinggi bedengan. Sewaktu pebentukan bedengan, kalian juga bisa
memberikan pupuk kandang. Untuk dosis pupuk kandang yang bisa kalian
berikan adalah 20-30 ton per hektar atau tergantung pada kesuburan tanah.
Kalian juga bisa mencampur pupuk kandang langsung dengan tanah atau
dimasukkan kedalam lubang yang telah disiapkan khusus untuk calon
tanaman tomat kalian. Kalian juga bisa menambahkan insektisida atau
nematisida seperti  Furadan 3G untuk membunuh bibit penyakit yang ada
dalam tanah.
3. Penyemaian
Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan
fungisida, disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot
bunga dan sebagainya.  Biji disebar merata diatas pesemaian berupa tanah

11
yang bersih yang sudah diayak dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk
kandang (perbandingan 1:1:1).  Kemudian ditutup dengan tanah yang
dilewatkan melalui sebuah ayakan, tidak tebal tetapi asal dapat menutup
media.  Media untuk pesemaian ini dipilih yang mempunyai aerasi baik,
subur dan gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkasn
pemindahan bibit ke polibag pembesaran.

4. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk
dasar yang digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL.
Pupuk  diberikan secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa,
untuk luas lahan 0,4 ha kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan
dilakukan dengan cara ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian
dicangkul kembali dengan halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur
dengan sempurna.  Semua responden di lokasi penelitian menggunakan
pupuk kandang, KCl, kapur dan Mutiara, sedangkan pada pupuk Ponska
hanya digunakan 11 responden dan pada pupuk Tensil Organik  hanya
digunakan 8 responden.
Cara pemupukan di lokasi penelitian dilakukan secara terus menerus
dan takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanamannya.  Sebelum menabur
pupuk terlebih dahulu dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai
pusat lingkaran.  Garis tengah lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti
pertumbuhan tajuk tanaman.  Dengan demikian, makin bertambahnya usia
tanaman maka makin lebar tajuknya, maka makin besar pula lingkaran yang
mengelilingi tanaman itu untuk menabur pupuk.  Sesudah pupuk ditabur
merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.

12
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya. 
Kebanykan petani scukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu
sekedar memberi pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang
kebetulan tumbuh di sekitar kebun).  Sampai kini, berapa banyak takaran
pupuk dan apa yang dibutuhkan belum ada kepastiannya.

5. Pemasangan Mulsa
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya
tanaman, telah diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik,
terutama MPHP.  Berdasarkan hasil-hasil penelitian di lapangan, sistem
pemulsaan ini berpengaruh baik terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas
hasil tomat.  Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebagai mulsa lebih
praktis dibanding dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati atau
jerami.  Penggunaan mulsa plastik dibanding lebih praktis, karena mudah
didapat, mudah penggunaannya sehingga lebih menghemat biaya pada musim
tanam berikutnya. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat bedengan benar-
benar sempurna, mulsa yang digunakan adalah jenis mulsa plastik hitam
perak, pemasangan mulsa bertujuan untuk menjaga tingkat kelembaban media
tanam, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi tingkat serangan hama dari
penyakit tanaman. Semua responden yang ada di lokasi penelitian melakukan
pemasangan mulsa.
Bedengan yang sudah jadi kemudian ditutup dengan plastik mulsa
hitam perak. Pemasangan plastik ini bertujuan untuk menjaga kelembaban
tanah serta mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu. Setelah dipasang,
diamkan dulu selama 5-10 hari sebelum ditanam.

13
Sketsa lahan yang telah dipasangi plastik mulsa

6. Pembuatan lubang tanam


Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan
selanjutnya pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang tanam. 
Pembuatan lubang tanam dilakukan satu minggu sebelum penanaman
bibit.Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan
yaitu 60 cm x 80 cm dan alat yang digunakan untuk membuat lubang tanam
ada berbagai jenis. Misalnya kaleng silinder, ataupun alat yng dibuat secara
khusus untuk membut lubang tanam.  Jarak tanam harus diatur dengan baik
dan jangan terlalu rapat, karena dapat mengurangi penerimaan sinar
matahari.  Tanaman tomat yang kurang menerima sinar matahari akan
mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik. 
Jarak yang terlalu rapat dapat mengakibatkan tingkat kelembaban menjadi
tinggi dan persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara pun terjadi. 
Ukuran ini juga digunakan oleh seluruh responden di lokasi penelitian.

7. Penanaman
Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya
diangkut ke lahan pertanaman.  Bibit tomat adapat dipindahkan ke lahan

14
pertanaman apabila telah berumur antara 30 – 45 hari di pesemaian.  Bibit
yang terpilih sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak
serta daunnya tidak ada yang rusak.Bibit dirawat agar terhindar dari serangan
hama dan penyakit.  Kesehatan bibit yang sudah terjamin baik dapat
diperhastikan dari petumbuhannya yang normal dan tanaman tampak subur.
Bibit tanaman tomat di tempat pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak
mendapat sinar matahari secara langsung.  Jadi sebelum ditanam di areal
pertanaman, bibit itu harus cukup terbiasa mendapat sinar matahari langsung
karena pada areal pertanaman tidak ada lagi yang dapat menaunginya.
Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari
sesudah lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore hari. 
Pada saat pagid an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga tanaman
dapat terhindar dari kelayuan.  Kelayuan dapat terjadi karena tidak adanya
keseimbangan antara jumlah air yang diserap oleh akar tanaman adengan
proses transpirasi (penguapan) yang terjadi pada tanaman itu sendiri.
Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan jarak 60 cm X 80 cm
dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang tanam.  Penanaman dengan
jarak ini digunakan oleh seluruh responden yang ada di lokasi penelitian.

8. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati,
rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal.  Penyulaman tanaman
biasanya dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan
apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh secara abnormal dan bibit yang
digunakan untuk menyulam haruslah berasal dari bibit yang sama dengan
harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam.  Untuk perlakuan

15
penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga yang 3 hari karena pada
saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak
normal.  Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi disebabkan oleh
kesalahan pada saat penanaman.
Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja
disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit
cadangan.  Bibibt yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama
umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua
tanaman seragam.

9. Pemasangan ajir/turus
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh. 
Tanaman tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari sejak
ditanam harus diberi ajir/turus atau penunjang.  Tanaman tomat yang
memiliki batang yang kurang kuat untuk menopang pertumbuhannya harus
dipasang turus untuk membantu menopang buah.  Selain itu, pemberian turus
juga dapat menjadi tempat tanaman merambat vertikal ke atas dan tanaman
mendapatkan pernyinaran sinar matahari yang lebih baik dibandingkan bila
tanaman itu menjalar horizontal diatas tanah.
Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan tomat ini dapat dibuat dari
bahan bambu yang ditancapkan tegak diatas tanah dekat pada batang
tanaman. 

16
Untuk menguatkan turus tetap tertancap tegak, maka setiap turus
diikat pada bambu yang dibuat melintang.  Konstruksi turus dapat dibentuk
dengan palang segitiga, yaitu posisi turus pada setiap tanaman dipasang
miring sehingga ujung turus dapat disatukan dengan ujung turus yang berada
di depan atau disebelahnya.   Konstruksi bangun ini seperti sangat sesuai bila
sistem penanaman dilakukan dengan pola barisan berganda.
10. Pengikatan dan perempelan
Pengikatan tanaman bertujuan supaya tanaman dapat tumbuh dengan
baik, pengikatan menggunakan tali rafia. Perempelan tunas-tunas yang
tumbuh berlebih penting dilakukan agar tanaman kurang mendapatkan
persaingan unsur hara yang dibutuhkan, dan alat yang digunakan untuk
merempel adalah gunting.

11. Pemupukan susulan


Pemupukan susulan dilakukan dengan metode kocor. Pupuk yang
digunakan adalah jenis pupuk mutiara, pemupukan sistem kocor dilakukan
dengan cara melarutkan pupuk mutiara dengan air dengan dosis yang telah
ditentukan kemudian dikocorkan pada tanaman. Pemupukan diberikan sejak
umur tanaman l5 - 60 HST.

17
12. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat
Kerusakan pada suatu tanaman biasa disebabkan oleh faktor biotis,
seperti sbangsa jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma.  Untuk memberantas
jamur digunakan fungisida, memberantas bakteri digunakan bakterisida dan
memberantas insekta digunakan insektisida.  Untuk memberantas virus
umumnya masih dilakukan dengan pencabutan kemudian dimusnahkan,
sedangkan untuk memberantas gulma digunakan herbisida.
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena
aktivitas hidupnya, terutana aktivitas untuk memperoleh makanan.  Hama
tanaman memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat.  Akibatnya
tanamana dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali.
Hama pada tanaman terdiri dari atas hewan mamalia, serangga dan
burung.  Hama tanaman berupa hewan mamalia terdiri dari tikus, babi hutan
dan kera.  Hama tanaman berupa burung terdiri dari burung gelatik dan
burung pipit.  Hama tanaman berupa serangga misalnya wereng, kutu daun,
walang sangit, belalang, berbagai ulat dan berbagai kumbang.  Diantara
hama-hama tersebut yang paling menimbulkan kerugian besar pada tanaman
adalah kelompok serangga.
13. Panen
Penentuan panen sangat mempengaruhi mutu dan harga tomat saat di
pasarkan.  Pemanenan secara periodik dilakukan 2 atau 3 kali sepekan
bergantung pada keadaan buah yang matang.  Adapun ciri buah tomat dalam
proses perubahan warna buah tomat: 
a Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh permukaan
buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau pekat.  Di sekitar biji

18
terdapat lendir dan jika buah dipotong bijinya menyamping atau dengan
kata lain tidak terpotong.
b Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat berwarna
gading mulai muncul di ujung buah.  Perubahan warna tidak lebih dari
10%.  Permukaan buah berubah kekuningan, jingga atau merah dan
selebihnya hijau.
c Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna tomat
mulai berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau merah.
d Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah berwarna
merah muda atau setengah masak.  Warna hijau pada tomat hampir sama
dengan kuning, oranye atau merah.
e Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna merah
atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna kuning, oranye,
jingga atau merah.  Warna hijau berangsur berkurang hanya sekilas.
Bersamaan dengan proses pematangan tersebut, kandungan klorofil,
vitamin C dan kekerasan menurun.  Sebaliknya kandungan lycopene dan
etilen jstru meningkat.  Perubahan kimia selama proses kematangan buah
meliputi warna dari hijau jke merah, karbiohidrat dari pati menjadi gula dan
asam organik yang kian menurun.  Disamping itu, protein dan pembebasan
asam amino meningkat diikuti kerusakan jaringan sel serta perubahan aroma.
Pemanenan tomat dilakukan mulai tanaman berumur 70 HST panen
pertama sampai panen ke 9 dengan selang panen 3-4 hari setelah panen.
Tanaman tomat pada umumnya mempunyai masa panen antara 8-9 kali
setelah itu terjadi penurunan hasil secara drastis.
14. Pemasaran hasil
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai
dari pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan. 
Penanganan hasil panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena
sangat menentukan mutu akhir buah.  Pemasaran hasil tanaman tomat di
Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, Jawa Timur pada
umumnya petani menjual langsung ke tengkulak yang kemudian tengkulak
membawa dan menjualnya di pasar-pasar terdekat yang ada.

19
B. Faktor Produksi dan Produksi Tomat
1. Penggunaan Faktor Produksi
Faktor produksi adalah sesuatu yang ditambahkan dalam proses
produksi atau segala sesuatu yang dipergunakan untuk produksi (Rosyidi,
2001). Adapun faktor-faktor produksi yang diperhitungkan dalam penelitian
ini yaitu: sarana produksi (benih, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja.
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang
digunakan dalam kegiatan usahatani tomat yang terdiri dari biaya variabel
yaitu biaya sarana produksi untuk benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja,
sedangkan biaya tetap adalah biaya penyusutan.
2. Biaya sarana produksi (Biaya Variabel)
Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih, pupuk, dan pestisida.
a. Benih
Benih yang digunakan oleh kelompok tani responden di kecamatan
Jogoroto Jombang adalah jenis Benih Servo. Tomat servo ini dipilih karena
tahan virus dan bisa bertahan terhadap iklim yang tinggi sehingga produksi
tetap tinggi.
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan petani tomat adalah Pupuk kandang, KCl, 
Ponska, Kapur, Mutiara dan Tensil Organik. Namun, tidak semua jenis
pupuk digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usaha taninya.
1. Jumlah Pupuk kandang yang digunakan oleh 15 responden adalah 12.400
kg mt-1 dengan rata-rata per responden 826,67 kg mt-1 responden-1 dengan
harga rata-rata Rp 500 kg-1 dan jumlah biaya pupuk kandang adalah Rp
6.200.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 413.333,33 mt-1.
2. Jumlah Pupuk KCl yang digunakan oleh 15 reponden adalah 1.260 kg mt-
1
  dengan rata-rata per responden 84,00 kg mt-1 responden-1  dengan harga
rata-rata Rp. 4.000 kg-1 mt-1  dan jumlah biaya pupuk KCL adalah Rp
5.040.000 mt-1  dengan rata-rata per responden Rp 336.000,00 mt-1.
3. Jumlah Pupuk Phonska yang digunakan oleh 15 reponden adalah 2.480
kg mt-1  dengan rata-rata per responden 165,33 kg mt-1 responden-1 

20
dengan harga rata-rata Rp 1.750 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk urea
adalah Rp 4.340.000 mt -1 dengan rata-rata per responden Rp 394.545,45
mt-1.
4. Jumlah Kapur yang digunakan oleh 15 responden adalah   6.260 kg mt-1
dengan rata-rata per responden 417,33 kg mt -1responden-1 dengan harga
rata-rata Rp 600 kg-1mt-1 dan jumlah biaya pupuk kapur adalah Rp
3.756.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 250.400 mt -1.
5. Jumlah Pupuk Mutiara yang digunakan oleh 15 responden adalah 1.240
kg mt-1 dengan rata-rata per responden  82,67 kg mt-1responden-1 dengan
harga rata-rata Rp 10.000 sak -1mt-1 dan jumlah biaya pupuk mutiara
adalah Rp 12.400.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp
826.666,67 mt-1.
6. Jumlah Pupuk Tensil Organik yang digunakan oleh 15 responden
adalah 64 Lmt-1 dengan rata-rata per responden 8 Lmt -1responden-1
dengan harga rata-rata Rp 90.000 L -1mt-1 dan jumlah biaya pupuk Tensil
Organik adalah Rp.5.760.000 mt -1 dengan rata-rata per responden Rp
384.000 mt-1.
Total biaya pupuk adalah Rp 15.580.000 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 1.038.666,67 mt -1 dan total biaya pupuk per hektar
adalah Rp.70.926.549,15 dan rata-rata per responden adalah Rp
4.72.436,61.
c. Pestisida
Pestisida yang digunakan petani tomat adalah Agrinek, Gramoxon,
Antracol, Biotonik dan Furadan. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis
pestisida digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usaha taninya.
1. Jumlah Agrinek yang digunakan oleh 15 responden adalah 5,96 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 0,40 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-
rata Rp.140.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Agrinek adalah Rp
834.400 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 55.626,67 mt -1.
2. Jumlah Gramoxol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13,50 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 0,90 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-

21
rata Rp.50.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Gramoxon adalah Rp
675.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 75.000 mt -1.
3. Jumlah Antracol yang digunakan oleh 15 responden adalah 13 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 0,87 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-
rata Rp.90.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Antracol adalah Rp
1.170.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 90.000 mt -1.
4. Jumlah Biotonik yang digunakan oleh 15 responden adalah 16,50 Lmt -1
dengan rata-rata per responden 1,10 Lmt -1responden-1 dengan harga rata-
rata Rp.40.000 L-1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Biotonik adalah Rp
660.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 73.333,33 mt -1.
5. Jumlah Furadan yang digunakan oleh 15 responden adalah 275 kgmt -1
dengan rata-rata per responden 68,75 kg mt -1responden-1 dengan harga
rata-rata Rp 1.200 kg -1mt-1 dan jumlah biaya pestisida Furadan adalah Rp
330.000 mt-1 dengan rata-rata per responden Rp 82.500 mt -1.
Total biaya pestisida adalah Rp 3.669.400,00 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 244.626,67,00 mt -1 dan total biaya pestisida per hektar
adalah Rp 16.411.581,20 dan rata-rata per responden adalah Rp 1.094.105,41.
d. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang digunakan petani tomat adalah untuk pengolahan
lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemasangan ajir,
pengendalian HPT dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga
kerja pria dan wanita dalam usia produktif (15 - 64 tahun).
1. Jumlah tenaga kerja pada proses pengolahan lahan yang digunakan oleh 15
reponden adalah 205 HOK dengan rata-rata per responden 13,67 HOKmt-1
dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK-1mt-1.
2. Jumlah tenaga kerja pada proses persemaian yang digunakan oleh 15
reponden adalah 15,50 HOK dengan rata-rata per responden 1,03
HOKmt-1dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1.
3. Jumlah tenaga kerja pada proses penanaman yang digunakan oleh 15
reponden adalah 35 HOK dengan rata-rata per responden 2,33 HOKmt -1
dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.

22
4. Jumlah tenaga kerja pada proses pemupukan yang digunakan oleh 15
reponden adalah 93 HOK dengan rata-rata per responden 6,20 HOKmt -1
dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
5. Jumlah tenaga kerja pada proses pemasangan ajir yang digunakan oleh
15 reponden adalah 59 HOK dengan rata-rata per responden 3,93
HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
6. Jumlah tenaga kerja .pada proses pengendalian HPT yang digunakan oleh
15 reponden adalah 94 HOK dengan rata-rata per responden 6,27
HOKmt-1 dengan upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
7. Jumlah tenaga kerja pada proses panen yang digunakan oleh 15 reponden
adalah 117 HOK dengan rata-rata per responden 7,80 HOKmt -1dengan
upah rata-rata Rp 50.000 HOK -1mt-1.
Total biaya tenaga kerja adalah Rp 39.625.000 mt -1 dengan rata-rata
per responden adalah Rp 2.641.666,67 mt -1 dan total biaya tenaga kerja per
hektar adalah Rp 222.740.811,97 dan rata-rata per responden adalah Rp
14.849.387,46.
e. Penyusutan Alat
Alat-alat pertanian yang digunakan petani tomat adalah cangkul, arit,
handsprayer, parang, gembor dan mulsa.
1. Jumlah cangkul yang digunakan oleh 15 responden adalah 36 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 2,40 buah dengan rata-rata umur
teknis 3,93 tahun dan rata-rata harga cangkul Rp 65.000 . Jumlah biaya
penyusutan alat cangkul adalah Rp 659.500 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 43.966,67.
2. Jumlah arit yang digunakan oleh 15 reponden adalah 35 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 2,33 buah dengan rata-rata umur
teknis 2,40 tahun dan rata-rata harga arit Rp 45.000. Jumlah biaya
penyusutan alat arit adalah Rp 725.833,33 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 48.388,89.
3. Jumlah handsprayer yang digunakan oleh 15 reponden adalah 25 buah
dengan rata-rata penggunaan per responden 1,67 buah dengan rata-rata
umur teknis 5,27 tahun dan rata-rata harga handsprayer Rp 213.800.

23
Jumlah biaya penyusutan alat handsprayer adalah Rp 1.058.500 mt -1
dengan rata-rata per responden adalah Rp 70.566,67.
4. Jumlah parang yang digunakan oleh 15 reponden adalah 22 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 1,47 buah dengan rata-rata umur
teknis 2,67 tahun dan rata-rata harga parang Rp 34.667,67. Jumlah biaya
penyusutan alat parang adalah Rp 351.166,67 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 23.411,11..
5. Jumlah gembor yang digunakan oleh 15 reponden adalah 10 buah dengan
rata-rata penggunaan per responden 1,11 buah dengan rata-rata umur
teknis 4,67 tahun dan rata-rata harga gembor Rp 35.000. Jumlah biaya
penyusutan alat gembor adalah Rp 75.250 mt -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp 8.361,11.
6. Jumlah mulsa yang digunakan oleh 15 reponden adalah 36 rol dengan rata-
rata penggunaan per responden 2,40 rol dengan rata-rata umur teknis 1,50
tahun dan rata-rata harga mulsa Rp 400.000 rol -1. Jumlah biaya penyusutan
alat parang adalah Rp 9.600.000 mt -1 dengan rata-rata per responden
adalah Rp 640.000.
Total biaya penyusutan alat adalah Rp 12.470.250  mt-1 dengan
rata-rata per responden adalah Rp 831.350  mt-1 dan total biaya penyusutan
alat per hektar adalah Rp 60.614.730,77 dan rata-rata per responden adalah
Rp 4.040.982,05.
f. Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain disini meliputi biaya sewa traktor, biaya sewa lahan,
biaya ajir dan biaya tali ikat. Jumlah biaya sewa traktor yang hanya
digunakan 1 responden adalah Rp 1.100.000 ha -1 dan biaya sewa traktor per
musim tanam adalah Rp 550.000,00 dengan rata-rata per responden Rp
550.000,00. Jumlah biaya ajir yang digunakan 15 responden adalah Rp
55.726.923,08 ha-1 dengan rata- rata per responden Rp 3.715.128,21 ha -1 dan
biaya ajir per musim tanam adalah Rp 12.100.000 mt -1 dengan rata-rata per
responden Rp 806.666,67 mt -1. Jumlah biaya tali ikat yang digunakan 15
responden adalah Rp 4.356.581,20 ha -1 dengan rata- rata per responden Rp
290.438 ha-1 dan biaya tali ikat per musim tanam adalah Rp 960.000 mt -1

24
dengan rata-rata per responde Rp. 64.000 mt -1 Jumlah biaya sewa lahan yang
digunakan 15 responden adalah Rp 4.511.111,11 ha -1 dengan rata-rata per
responden Rp 300.740,74 ha -1 dan biaya sewa lahan per musim tanam adalah
Rp 1.050.000 mta -1 dengan rata-rata per responden Rp 70.000 mt-1.
Total biaya lain-lain adalah Rp. 65.694.615,38 ha -1 dengan rata-rata per
responden adalah Rp. 4.379.641,03 dan total biaya lain-lain per musim tanam
adalah Rp.14.660.000 dengan rata-rata per responden Rp 977.333,33.
(Lampiran 12).
Jadi total biaya produksi yang dikeluarkan 15 responden selama
musim tanam adalah Rp 93.264.651,25 dengan rata-rata per responden adalah
Rp.6.217.643,42 dan biaya produksi yang dikeluarkan per hektar adalah
Rp.468.739.575,51 dengan rata-rata per responden adalah Rp 31.249.305,03.
3. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 15 Responden diperoleh
produksi tomat untuk satu musim tanam berkisar antara 36.850 kg, dengan
rata-rata 2.456,67 kg -1responden-1. Harga penjualan Rp 6.000 kg.
Penerimaan yang diperoleh 15 responden adalah Rp 221.100.000 mt -1
dengan rata-rata sebesar Rp 14.740.000 responden -1 mt-1 atau Rp.
1.004.687.179,49 ha -1 dengan rata-rata per responden Rp 66.979.145,30 ha -1.
Sedangkan pendapatan yang diterima oleh 15 responden adalah Rp.
127.835.348,75 dengan rata-rata sebesar Rp 8.522,356,58  responden-1mt-1
atau Rp 535.947.603,97 ha -1 dengan rata-rata Rp 35.729.840,26 responden -1
ha-1 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 dan lebih rinci pada Lampiran 14.
RC ratio yang didapat berkisar antara 1,26 sampai dengan 2,93 yang
menunjukkan bahwa RC ratio bernilai lebih besar daripada 1 maka dapat
dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan di Kecamatan Jogoroto Kabupaten
Jombang tersebut adalah menguntungkan.

25
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa jumlah biaya produksi usahatani tomat per musim
tanam di Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang adalah Rp
93.264.651,25 dengan rata-rata per petani Rp 6.217.643,42 dan jumlah
biaya produksi per musim tanam per hektar adalah Rp 468.739.575,51
dengan rata-rata per petani Rp 31.249.350,03.  Biaya produksi terdiri dari
rata-rata biaya benih per petani Rp 484.000,00, rata-rata biaya pupuk per
petani Rp 1.038.666,67, rata-rata biaya pestisida per petani Rp
244.754,67, rata-rata biaya tenaga kerja Rp 2.641.666,67, rata-rata biaya
penyusutan alat per petani Rp 831.350,00 dan rata-rata biaya lain-lain per
petani Rp 977.333,33.
2. Diketahui bahwa rata-rata produksi per petani petani tomat di Kecamatan
Jogoroto Kabupaten Jombang adaIah 2.456,67 kgmt -1, dengan harga jual
rata-rata Rp  6.000kg-1, penerimaan rata-rata per petani per musim tanam
adalah Rp. 14.740.000 dan penerimaan rata-rata per hektar adalah Rp
66.979.145,49 serta pendapatan rata-rata per petani per musim tanam Rp
8.522.356,58  dengan rata-rata pendapatan per petani per hektar Rp
35.729.840,26.
3. Diketahui bahwa nilai R/C yang telah dianalisis didapat nilai R/C yang
lebih besar dari nilai 1 maka berarti bahwa usahatani tomat yang
diusahakan di Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang tersebut adalah
menguntungkan.

26
B. Saran
1. Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dapat lebih memperhatikan petani
dalam mendapatkan benih dan pupuk yang berkualitas tinggi supaya bisa
mendapatkan hasil yang lebih besar.
2. Prasarana jalan yang rusak yang selalu menghambat perjalanan hasil
produksi menjadi lambat supaya bisa diperbaiki dengan begitu pemasaran
tomat ke sentra pemasaran dapat sampai dengan tepat waktu, karena
tomat adalah tanaman buah yang cepat busuk.

27
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,


Yogyakarta.

Gole, A. W., Pudjiastuti, A. Q., & Khoirunnisa, N. (2021). Prospek


Pengembangan Usaha Tani Tomat Di Pulau Jawa (Doctoral dissertation,
Fakultas Pertanian dan Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang).

Kadariah. 1983. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi, UI.

Rahardi, F. Y. H. Indriani dan Haryono. 1997. Agribisnis Tanam Buah. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Muhyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi 3. LP3ES, Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Jakarta.

Samuelson, P. A dan W. D Nordhaus. 2003. Ekonomi Mikro. Edisi 14. Erlangga,


Jakarta.

Soedarsono. 1992. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Perisi. LP3ES, Jakarta.

https://www.agrikompleks.my.id/2021/01/pengolahan-lahan-budidaya-tomat.html

28

Anda mungkin juga menyukai