Anda di halaman 1dari 50

KL-3262

LAPORAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TERPADU


KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

Di Susun Oleh :

Rio Sukma Prambudi 118300002


Dina Laura 118300005
Zara Yuningsih 118300040
Habib Fakhrudin Islamy 118300041

PRODI TEKNIK KELAUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI................................................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... iv

BAB I
BATASAN/KRITERIA WILAYAH DAN GARIS PANTAI SERDANG BEDAGAI
SUMATERA UTARA ................................................................................................................ 1
1.1. Wilayah Serdang Bedagai ...................................................................................................... 1
1.2.Batasan Wilayah Serdang Bedagai ......................................................................................... 1

BAB II
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI ............................................................................................................... 3
2.1 Peraturan Perundang-Undangan ............................................................................................. 3

BAB III
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN............................................................................... 7
3.1 Analisis Masalah Pesisir Kabupaten Serdang ......................................................................... 7
3.2 Strategi Perencanaan dan Pengelolaan.................................................................................... 10
3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Kab Serdang Bedagai ................................................. 11

BAB IV
KONSEP PENGAWASAN ........................................................................................................ 16
4.1 Konsep Pengawasan................................................................................................................ 16

BAB V
SISTEM INTEGRITAS ............................................................................................................. 18
i
BAB VI
IMPLEMENTASI UPAYA PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ............................................ 20
6.1 Perencanaan Dan Pengelolaan Dalam Kearifan Lokal ........................................................... 20
6.2 Perencanaan Dan Pengelolaan Dalam Hukum Dan Kelembagaan ......................................... 22
6.3 Perencanaan Dan Pengelolaan Dalam Lingkungan ................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 27

ii
DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 1. Peta batasan wilayah Kab. Deli Serdang ............................................................... 2


B. Gambar 2. Problem Tree Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu ................. 9
C. Gambar 3. Objective tree Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. ................ 10
D. Gambar 4. Peta Tutupan Lahan (Peraturan Kabupaten Serdang Bedagai No 12Tahun .
2013) .................................................................................................................... 12
E. Gambar 5. Google earth serdang bedagai ............................................................................... 13
F. Gambar 6. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (DKP, 2002) ................................... 22

iii
DAFTAR TABEL

1.Tabel 1. Kondisi Spesifik Masyarakat Pesisir Serdang Bedagai ............................................... 8


2.Tabel 2 . Tabel Lembaga Koordina ........................................................................................... 23

iv
BAB I
BATASAN/KRITERIA WILAYAH DAN GARIS PANTAI SERDANG BEDAGAI
SUMATERA UTARA
1.1. Wilayah Serdang Bedagai
Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem
laut yang memiliki kekayaan sumberdaya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui.Sumberdaya pesisir juga memiliki potensi yang dapat dikelola menjadi
kawasan perikanan, kawasan wisata bahari, kawasan pemanfaatan sumber energi serta
kawasan pendidikan dan penelitian Sebagai contoh kawasan Pesisir Kabupaten Serdang
Bedagai, Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencangkup lima
kecamatan yaitu : Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan
Bandar Khalifah. Wilayah pesisir Serdang Bedagai memiliki potensi besar untuk
dijadikan pemanfaatan lahan budidaya, ekowisata bahari, indusrtri perikanan, pendidikan
dan penelitian, dan lain-lain.
Berdasarkan permasalahan pengelolaan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai maka
perlu dilakukan penelitian mengenai konsep pengelolaan pesisir yang terpadu dengan
pengelolaan yang berwawasan lingkungan dan pengelolaan yang memperhatikan
keterkaitan antar kepentingan baik kepentingan individu maupun kepentingan
masyarakat. Selain itu juga diperlukannya strategi pengelolaan pesisir yang dituangkan
dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai pengelolaan
kawasan pesisir yang sesuai dengan amanat UU No. 1 tahun 2014 tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

1.2. Batasan Wilayah Serdang Bedagai


Gambaran geografis dan administratif wilayah memberikan gambaran umum
mengenai wilayah administratif Kabupaten Serdang Bedagai yang menggambarkan
kondisi Kabupaten Serdang Bedagai dari berbagai aspek, yaitu gambaran geografis dan
administrasi wilayah, demografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta
kondisi sosial dan ekonomi, sebagai dasar perencanaan pembangunan dan pengembangan
infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa akan datang. Berikut adalah gambaran
batasan wilayah dari Kabupaten Serdang Bedagai:
1
Gambar 1. Peta batasan wilayah Kab. Deli Serdang

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan
Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada
posisi 30 01’ 2,5’’- 3 46’ 33’’ Lintang Utara, 98 44’ 22’’ - 99 19’ 01’’ Bujur Timur dengan
ketinggian berkisar 0 - 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki
area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243
Desa/Kelurahan. Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa
daerah, yaitu :
- Sebelah Utara : Selat Malaka
- Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun
- Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun
- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

2
BAB II
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

2.1.Peraturan Perundang-Undangan
Kepastian hukum dalam pengelolaan pesisir harus dilakukan agar ada aturan yang
jelas dalam hal memanfaatkan ruang sumberdaya pesisir baik ruang untuk dieksplotasi
maupun ruang untuk dikonservasi. Namun dengan adanya kebijakan dalam pemanfaatan
ruang pesisir maka setiap masyarakat pesisir, pemilik modal dan stakeholder lainnya sudah
terikat dengan suatu norma aturan yang jelas. Didalam suatu produk hukum juga harus
mepertegas suatu tugas dan wewenang setiap lembaga dalam melaksanakan pengawasan agar
dalam pengimplementasiannya tidak menimbulkan tumpang tindih suatu kebijakan. Menurut
Wibowo (2009), untuk melihat keterhubungan antara hukum dan kelembagaan maka hukum
haruslah dimaknai sebagai wewenang (authority) yang perumusannya dijumpai dalam
berbagai peraturan perundang undangan, adapun lembaga (institusi), dalam hal ini berfungsi
untuk mewujudkan apa yang telah menjadi isi wewenang tersebut. Tegasnya, lembaga atau
institusi memerlukan legitimasi wewenang, tanpa wewenang lembaga atau institusi tidak
memiliki arti apa-apa. Maka dari itu dalam hal mewujudkan pengelolaan pesisir secara
terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai prioritas strategi utama yang harus dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah membuat suatu norma hukum yang
berbentuk peraturan daerah tentang pemanfaatan ruang pesisir Serdang Bedagai. Hal ini perlu
dilakukan agar menciptakan suasana pemanfaatan ruang pesisir Serdang Bedagai yang tidak
tumpang tindih.
Hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir harus mengacu kepada Undang-
Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil, Rencana Detail Kawasan
Pesisir Kabupaten, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Rencana Tata Ruang Nasional Serta Undang-Undang Penataan Ruang. Kebijakan
pengelolaan pesisir bahwa wewenang pengelolaan wilayah pesisir diberikan kepada
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 2014
pasal 7 ayat 3, bahwa pemerintah daerah wajib menyusun semua rencana pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kewenangan daerah masingmasing.
3
Adapun 4 rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan UU No. 1
tahun 2014 adalah RSP3K, RZWP3K, RPWP3K,RAPWP3K. Penyusunan 4 rencana
pengelolaan pesisir tersebut harus menerapkan aspek keterkaitan antar sektor dinas provinsi
dan kabupaten. Menurut Suparno (2008), Hirarki Sektor dinas terkait dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi sebagai berikut :
1. Lingkungan Wilayah Perencanaan
Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang
ditentukan berdasarkan aspek administratif meliputi wilayah daratan, wilayah
pesisir dan laut, perairan lainnya, serta wilayah udara dengan batas wilayah
meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Selat malaka
b. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang;
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun; dan
d. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara.

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut (Pasal 21)


Pengembangan angkutan laut di sepanjang pesisir pantai timur dengan water bus

3. Rencana Pengembangan Air Bersih (Pasal 34)


Rencana pengembangan air bersih di Kabupaten Serdang Bedagai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d dilakukan dengan cara :
a. membangun sistem penyediaan air bersih di wilayah pesisir pantai maupun
dataran
tinggi sesuai dengan karakteristik geograpis dan ketersedian sumber air baku.

4. Rencana Pengembangan Kawasan Pelindungan Setempat (Pasal 39)


Pengembangan pola ruang kawasan perlindungan setempat meliputi :
a. kawasan sempadan pantai yang menyebar di wilayah kabupaten Serdang
Bedagai yaitu wilayah pesisir pantai timur.

4
5. Rencana Sistem Jaringan Energi
Pembangkit listrik tenaga bayu (angin), dikembangkan di wilayah yang
memiliki potensi angin kontinu, antara lain diarahkan di wilayah kecamatan
pesisir pantai timur (Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu,
Tanjung Beringin, dan Bandar Khalifah).

6. Rencana Pembangunan Sistem Jaringan Sumber Daya Air (Pasal 28)


a) Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (3) huruf b
a. Pengembangan SPAM bukan jaringan pada kawasan terpencil, pesisir dan
pulau kecil terluar.
b) Pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air pasal 27 ayat (3) huruf c
yaitu pengembangan prasarana pada alur sungai dan pantai meliputi :
a. sistem drainase dan pengendalian banjir dengan normalisasi, penguatan
tebing, pembuatan kolam retensi, dan pembuatan tanggul yang telah ada;
b. sistem penanganan erosi dan longsor di aliran sungai; dan
c. sistem pengamanan abrasi pantai yaitu pantai cermin pada pesisir timur di
Kabupaten Serdang Bedagai.
c) Pengembangan sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (5) huruf a.
a. Pencegahan dampak gelombang air pasang laut dan penghambat laju abrasi
pantai
melalui pembangunan tembok pemecah ombak, dan sistem kontrol erosi dan
abrasi serta tanggul di sekitar tepi pantai kawasan kecamatan pesisir dan
pembangunan pintu klep di muara sungai untuk mencegah banjir.

7. Penetapan dan Rencana Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten (Pasal 62)


a) Kawasan Strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 60 ayat (1) huruf a yang dikembangkan di Kabupaten
Serdang Bedagai.
5
a. Kawasan minapolitan Serdang Bedagai, yang mengoptimalkan potensi
sumberdaya
alam yang berbasis pada pemanfaatan potensi wilayah pesisir, perikanan dan
kelautan di Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu,
Tanjung Berin.

b) Penetapan dan Rencana Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten (Pasal 65)


Kawasan Strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf d yang dikembangkan di Kabupaten
Serdang Bedagai.
a. Kawasan pesisir, yang merupakan kawasan yang terkena abrasi laut, meliputi
Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin,
dan Bandar Khalipah.

6
BAB III
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN

3.1. Analisis Masalah Pesisir Kabupaten Serdang


Kegiatan pembangunan di kawasan pesisir dan lautan hendaknya dilakukan secara
terpadu, tetap menjaga keberlangsungan sumberdaya alam guna menjamin kesejahteraan
masyarakat setempat. Masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai selaku pemanfaat utama
sumber daya pesisir dan lautan memiliki karakteristik spesifik (Tabel 1).

tipologi Kondisi Spesifik


-Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk
melindungi, menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir
dan laut, sehingga terjadi banyak pengerusakan hutan mangrove, terumbu
Ekologis/Geografi karang dan padang lamun untuk kepentingan jangka pendek.
-Aspek fisik lautan menyebakan produktivitas yang tinggi dalam
kegiatan satu hari pelayaran.
-adanya keterbatasan dalam transportasi l;aut, pelabuhan, atau alternative
untuk memanfaatkan bagian daratan.
-berhadapan langsung dengtan kondisi alam yang berbahaya seperti
angin, arus,air,dan berbagai masalah: material kesulitan air bersih, banjir
dan kekeringan dan badai.
-kesenjangan pendapatan yang diakibatkan oleh perbedaan sumberdaya,
tipe armada, dan alat tangkap, dan akses pasar
-sumber daya yang berfluktuasi dan ketersediaan pasar menyebabkan
variasi pendapatan dan ketidakpastian.
Ekonomik -lokasi komunitas yang terisolasi membuat biaya tinggi dan membangun
dan memelihara infrakstruktur, investment agak sulit, dan modal
berlebihan dibeberapa lapisan masyarakat.
-Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena
7
keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahuan, dan keterampilan,
serta faktor eksternal lainya.
-Masih perlunya ditingkatkan secara lebih terpadu koordinasi dalam
penyusunan dan perencanaan dan pengambilan keputusan oleh
instansiinstansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan perairan laut.
-Akses Pelayanan Sosial terbatas seperti layanan kesehatan dan
pendidikan di bandingkan dengan dipedesaan didaaaratan kalaupun ada
terkadang tidak sesuai dengan yang diperlukan.
Sosial -Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan
lingkungan pesisir dan laut.
-Adanya intervensi orang luar untuk membentuk organisasi untuk self
help yang memperdayakan masyarakat semacam koperasi
perikanankelompok nelayan dan lain-lainnya.
Tabel 1. Kondisi Spesifik Masyarakat Pesisir Serdang Bedagai.

Dari Tabel 1 tampak bahwa masyarakat pesisir memiliki dihadapkan pada kondisi
ekologis, ekonomis dan sosial yang spesifik. Oleh karenanya, guna mengetahui persoalan
yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Untuk menganalisis permasalahan
yang dihadapi dalam pengelolaan pembangunan pesisir dan lautan secara terpadu digunakan
analisis masalah dengan yang akan digambar pohon masalah (problem tree).

Perilaku spesifik yang ditampakkan oleh pemanfaat dari sumberdaya pesisir dan lautan
ada berbagai pola. Eksploitasi sumberdaya pesisir dan lautan di Kab Serdang Bedagai sudah
terlalu parah, terutama dalam hal penambangan karang illegal, kerusakan mangrove dll.
Akibat yang terlihat jelas adalah kerusakan terumbu karang, adanya beberapa pulau yang
tenggelam di perairan Kepula.uan Seribu dan kerusakan hutan mangrove. Gambar 1
berupaya menganalisis permasafatiân over exploitasi sumber daya pesisir dan lautan terpadu
di Kab Serdang Bedagai.

8
Gambar 2. Problem Tree Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu

Berdasarkan gambar 2, jelas terlihat bahwa masalah over ekploitasi sumber daya
pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai disebabkan oleh berbagai hal baik langsung
maupuntidak, pada gilirannya pengelolaan sumberdaya yang parsial, tak terpadu, dan tak
terencana, dapat menimbulkan berbagai efek negative seperti degradasi lingkungan
meningkatnya, konflik penggunaan dan tumpang tindih kewewenangan, tak adanya
kepastian hokum, penurunan kondisi perekonomian masyarakat, dll.

9
3.2. Strategi Perencanaan dan Pengelolaan.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan dalam problem tree tersebut, maka pohon
tujuan (Objective tree) yang memperlihatkan garis besar tujuan pengelolaan adalah sebagai
yang akan tampak pada gambar 2. Tujuan yang ditetapkan dalam strategi pengelolaan adalah
sumber daya pesisir dan lautan lestari bagi kehidupan generasi sekarang dan yang akan
datang.

Gambar 3. Objective tree Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu.

Dari Gambar 3, jelas terlihat bahwa penanganan masalah kerusakan sumberdaya pesisir
dan lautan tak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan adanya perencanaan pengelolaan
yang terpadu berbagai pihak terkait dalam pemanfaatan sumberdaya tersebut, Terdapat lebih
kurang 14 sektor yang terlibat dalam penggunaan sumber daya pesisir dan lautan yakni
10
perikanan, pertanian, kehutanan, pariwisata, industry, pertambangan, konservasi,
perhubungan, linggungan/tata ruang, pertanahan/agrarian, pekerjaan umum, pertahanan
keamanan, pemerintahan daerah dan keuangan.

3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Kab Serdang Bedagai.


Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarki memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya (UU No. 26 Tahun 2007).
Adapun azas yang tertera dalam pasal 2 dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang adalah keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan,
keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan
kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, dan akuntabilitas.
setiap daerah diwajibkan untuk membuat peraturan daerah yang mengatur tentang penataan
ruang. Adapun rencana tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan Perda No. 12
Tahun 2013 dapat dilihat pada peta pola ruang Kabupaten Serdang Bedagai tersaji pada
Gambar 4.

11
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan (Peraturan Kabupaten Serdang Bedagai No 12Tahun 2013)

Berdasarkan peta diatas dapat dilihat pola ruang yang terdiri dari kawasan lindung (hutan
lindung dan mangrove) dan kawasan budidaya (hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas,
perkebunan, pemukiman, pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering). pada
keterangan lingkaran warna hitam dapat dilihat kawasan lindung mangrove dan pada
keterangan lingkran silver dapat dilihatkawasan budidaya tambak.

12
Gambar 5. Google earth serdang bedagai

Berdasarkan garis besar yang kita lihat di gambar 5 bahwasanya dikabupaten serdang
bedagai mempunyai Kawasan Strategis Nasional atau KSN diwilayah pesisirnya akan dibuat
rencana tata ruangnya ialah :
1. Kawasan Hutan Lindung.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan keadaan kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Perlindungan
terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, banjir,
sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah, dan air permukaan.
Kawasan resapan air di Kabupaten Serdang Bedagai telah disatukan dalam
kawasan hutan lindung. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air
bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan
air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah
13
tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir,
baik untuk kawasan bawahannya.maupun kawasan yang bersangkutan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-II/2005 kawasan hutan lindung di
Kabupaten Serdang Bedagai adalah Hutan Lindung Simbolon II Reg 2/PB yang
diarahkan berada di Kecamatan Sipispis dengan luas 2.670 Ha dengan penanaman
penyangga. Dalam penanganan rehabilitasi kedepannya kawasan hutan ini perlu
melibatkan masyarakat yang didukung oleh pemerintah kabupaten dan pengamanan
hutan dari pencuriaan kayu maupun perambahan melalui peran aparat dan pemerintah
kabupaten.

2. Kawasan Bakau.
Kawasan lindung lainnya yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap
perikehidupan di laut dan pantai yaitu Kawasan Hutan Mangrove (Hutan Bakau) yang
diarahkan pada Kecamatan Bandar Khalipah, Tanjung Beringin, Teluk Mengkudu, dan
Pantai Cermin. Mengingat kondisi hutan mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai yang
berada dalam kondisi rusak, maka penanganan rehabilitasi kedepannya kawasan hutan ini
perlu melibatkan masyarakat yang didukung oleh pemerintah kabupaten dan pengamanan
hutan mangrove dari pencuriaan kayu maupun perambah melalui peran aparat dan
pemerintah kabupaten.

3. Kawasan Sempadan Pantai


Kawasan sempadan pantai adalah wilayah tertentu sepanjang yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki pantai sepanjang ± 52 km yaitu Pantai Sebelah Timur Kabupaten
Serdang Bedagai yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Mengingat kapasitas
pantai yang hanya ± 52 km maka direncanakan adanya sempadan pantai dengan bentuk
mengikuti bentuk fisik pantai. Lebar sempadan pantai adalah bervariasi, minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tidak seluruhnya wilayah yang terletak di
pinggir pantai merupakan kawasan lindung dengan bentuk kawasan sempadan pantai.
Pengecualiannya adalah kawasan-kawasan terbangun dalam bentuk kawasan
permukiman, pelabuhan, penangkapan ikan, dan lain sebagainya, dikeluarkan dari

14
kawasan sempadan pantai dan merupakan bagian dari kawasan budidaya.Adapun
kawasan lindung berupa sepadan pantai ini di Kabupaten Serdang Berdagai diarahkan
pada kecamatan yang termasuk sepadan pantai yaitu Kecamatan Pantai Cemin,
Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, dan Bandar Khalipah.

4. Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
ikan, baik pasar lokal daerah sekitar Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mencapai
arahan ini perlu ditindak lanjuti dengan menyediakan sarana dan prasarana pembangunan
perikan, terutama perikanan darat. Penentuan kawasan perikanan darat khususnya
perikanan darat direncanakan di Kecamatan Tebing Syahbandar, Tebing Tinggi, Dolok
Merawan, Sipispis, Silinda, Bintang Bayu, Kotarih dan Pantai Cermin (diarahkan dengan
pengembangan pembibitan ikan nila). Sedangkan untuk perikanan laut diarahkan di
Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, dan Bandar
Khalipah. Dari kelima kecamatan tersebut Kecamatan Tanjung Beringin ini diarahkan
sebagai pusat kegiatan ekonomi di pinggir pantai dalam penopang pembangunan
terutama perikanan. Pengembangan perikanan ini khususnya di Kecamatan Pantai
Cermin yang dikembangkan sebagai kawasan perikanan ini tidak boleh diarahkan
berdekatan dengan kawasan pariwisata dan permukiman, jadi pengembangannya
memang harus jauh dari kawasan pariwisata/ permukiman.

15
BAB IV
KONSEP PENGAWASAN
4.1 Konsep Pengawasan

Kawasan diwilayah pesisir yang tidak kita pungkiri tentunya banyak sekali tindak
kejahatan yang terjadi mulai dari pengrusakan lahan wilayah pesisir, Pengelolahan yang
tidak sesuai, ekspor dan impor illegal, dan lain-lain. Kegiatan negative yang kita tidak
inginkan dikarenakan merugikan masyarakat baik dibidang ekonomi,sosial dan budaya
yang harus kita cegah dengan mengadakan kepengawasan yang berfungsi sebagai
pengawas kegiatan yang ada di dalam wilayah pesisir terpadu, pengawasan dibidang
pesisir sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah salah satu yang bertanggung jawab dalam pengawasan
wilayah pesisir yang sudah tertulis dalam UUD No. 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil yang meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi
manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil .

2. Pengelolah Wilayah Pesisir


Disuatu wilayah pesisir terpadu memiliki beberapa orang yang bertugas
sebagai pengelolah wilayah yang bertanggung jawab dalam kegiatan di wilayah
pesisir tersebut dan pengelolah wilayah juga memiliki tanggung jawab untuk
pengawasan baik dibidang keamanan, kebersihan dan kenyamanan pengunjung.
Dikarenakan pengelolah wilayah sudah sering melakukan kegiatan di dalam
wilayah tersebut.

3. Masyarakat wilayah Pesisir


Daerah pesisir meliliki masyarakat yang relative penghasilan ekonomi
mereka berasal dari nelayan karena itu masyarakat memiliki andil dalam
pengawasan wilayah pesisir terutama di bidang kerusakan laut dalam
16
pengambilan ikan dengan cara yang tidak benar dan apabila kegiatan penagkapan
yang tidak memenuhi SOP terus saja dilakukan maka dapat berakibat kepada
ekonomi masyarata itu sendiri.

4. Aparatur Daerah
Aparatur daerah memiliki tugas sebagai pengawasan dalam bidang
keamanan, baik dari bidang kepolisian ataupun TNI yang ditugaskan untuk
menjaga dan mengawasi kegiatan yang berlangsung diwilayah pesisir tersebut
pada saat ekspor dan impor hasil laut yang illegal.

17
BAB V
SISTEM INTEGRITAS
Keanekaragaman Sumatera Utara juga mencakup aspek agama, bahasa, ras dan etnik,
kesenian, dan lainnya. Sampai sekarang, Sumatera Utara merupakan daerah
“percontohan” integrasi sosiobudaya dalam rangka mewujudkan masyarakat
multikultural di Indonesia, Nusantara, bahkan dunia. Menurut penulis, berbagai
kelompok etnik di Sumatera Utara ini, dapat dikategorikan kepada tiga kelompok yaitu :
1. Etnik natif Sumatera Utara
Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola,
Pesisir, Nias, dan Melayu.
2. Etnik Nusantara
Aceh Raya, Simeulue, Alas, Gayo, Tamiang, Aneuk Jamee, Minangkabau,
Banjar, Sunda, Jawa, Bugis, Makasar, dan lain-lain
3. Etnik-etnik pendatang dunia
Hokkian, Hakka, Khek, Kwong Fu, Tamil, Hindustani, Pashtun, Arab, dan
berbagai etnik dari Eropa, dan lainnya.
Dari klompok etnik ini memiliki berbagai macam agama dan kebudayaan yang
beragama. Keberagamaan di Sematera Utara ini menjadi daya dorong penggerak
pembangunan masyarakat menjadi masyarakat madani, sejahtera lahir dan batin, dibawah
lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Namun demikian, integrasi sosial, keterbukaan,
transparansi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan interaksi
sosiokultural masih terus perlu ditingkatkan dalam semua konteks. Sumatera utara
memiliki keberagaman seni tradisi dan budaya oleh karena itu keberagaman seni budaya
yang ada ini menjadi modal dasar dalam membina konsep multikulturalisme ala
Indonesia, tepatnya bhinneka tunggal ika. Ide multikultu-ralisme yang perlu
dikembangkan di Indonesia adalah untuk kepentingan integrasi nasional, bukan untuk
menjadi daerah-daerah merdeka, dan dibumbui oleh benih-benih disintegrasi, yang
diakibatkan oleh ketidakadilan. Dalam rangka mewujudkan keadaan multikultural yang
saling menghargai perbedaan-perbedaan budaya, maka diperlukan pagelaran atau
pertunjukan kesenian. Secara historis, Sumatera Utara memiliki sejarah yang hampir
sama dengan sejarah kebudayaan di Nusantara ini. Konsep daya saing daerah kini
18
merupakan salah satu isu sentral, terutama dalam rangka mengamankan stabilitas
ketenagakerjaan, dan memanfaatkan integrasi eksternal (kecendrungan global), serta
keberlanjutan pertumbuhan kesejahteraan dan kemakmuran. (Camagni, 2002).

19
BAB VI
IMPLEMENTASI UPAYA PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN

6.1. Perencanaan Dan Pengelolaan Dalam Kearifan Lokal.


Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai perangkat pengetahuan dan praktik-
praktik baik yang berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalaman
berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya milik suatu komunitas di suatu
tempat, yang digunakan untuk menyelesaikan secara baik dan benar berbagai persoalan dan
atau kesulitan dan dihadapi. Namun kearifan lokal dapat ditransmisikan melalui proses
pembelajaran yang dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nah kearifan lokadi
dikabupaten serdang bedagai terdapat pada kawasan mangrove/ hutan bakau.
Hutan mangrove dalam perspektif masyarakat bukan hanya kumpulan pohon-pohon,
hewan-hewan yang berfungsi ekologis, tetapi mempunyai fungsi ekonomi dan sosial-
budaya, sehingga memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat dalam mengelola hutan
mangrove. Masyarakat akan merespon perubahan lingkungan tersebut dengan melakukan
penyesuaian unsur-unsur kebudayaan yang dibawa oleh para pihak-pihak yang
berkepentingan.
Tatanan kearifan lokal di Kabupaten Serdang Bedagai bukan terbentuk karena
pewarisan dari tradisi nenek moyang. Justru pengetahuan masyarakat lokal terhadap
keberadaan mangrove pada era 1980an lebih berorientasi pada pemanfaatan nilai ekonomi
dari mangrove ketimbang nilai ekologisnya. Tidak ditemukan nilai-nilai kearifan lokal
pesisir dari beberapa etnis yang bermukim mengisahkan tentang pentingnya menjaga
kelestarian mangrove untuk keberlanjutan hidup mereka. Sistem pengetahuan masyarakat
lokal yang terbangun terhadap mangrove hanya bersandar pada pemanfaatan kayu-kayu
mangrove untuk dijual ke penampungan dapur arang yang mengolah mangrove menjadi
arang.
Seiring dengan perkembangan waktu, Keberadaan aktifitas ekonomis dengan
memanfaatkan mangrove untuk kepentingan pembuatan arang, pengambilan kayu untuk
perancah bangunan serta pembukaan lahan untuk perkebunan sawit memberikan dampak
yang sangat besar terhadap kerusakan hutan mangrove di sepanjang pesisir Kabupaten

20
Serdang Bedagai. Terhitung dalam jangka waktu sepuluh tahun, hutan mangrove telah habis
ditebang oleh para perambah. Desakan ekonomi yang mengharuskan mereka
menggantungkan mata pencaharian sebagai perambah hutan mangrove.Bahkan perambah
melakukan penebangan hingga ke akar pohon mangrove yang juga dapat diolah menjadi
arang. Jenis bakau dan api-api menjadi pilihan utama untuk ditebang.
Pada awal implementasi ini, muncul ide-ide untuk merehabilitasi kembali kerusakan
mangrove di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Serdang Bedagai. Ide konservasi
diberdasarkan Wadah Alternatif Perdesaan secara simultan dan berkesinambunga melalui
penguatan ekonomi kerakyatan dengan model Usaha Bersama Simpan Pinjam sebagai pintu
masuk pemberdayaan. Model pemberdayaan ini membawa perubahan yang signifikan bagi
kehidupan ekonomi nelayan. Ide konservasi tidak lagi dianggap sebagai penghalang bagi
keberlanjutan ekonomi mereka. Beberapa tokoh masyarakat diajak berdialog, diskusi dan
curah pendapat tentang pentingnya menjaga hutan mangrove bagi keseimbangan ekosistem
pesisir.
Selanjutnya Kabupaten Serdang Bedagai memiliki berbagai obyek wisata dan cagar
budaya yang menarik dan bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata dalam pembangunan
yang berkelanjutan. Obyek wisata yang dapat dikembangkan untuk konsumsi regional dan
nasional/ internasional saat ini terbatasnya pengembangan obyek wisata yang ada hanya
berlingkup lokal atau belum dikelola dengan baik. Jenis obyek wisata yang dapat
dikembangkan/diarahkan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah :
1. Wisata bahari diarahkan di Kecamatan Pantai Cermin dengan penerapan teknologi plus
hotel dengan melibatkan investror (penanam modal) dan Kecamatan Perbaungan, Teluk
Mengkudu, Tanjung Beringin (pusat ekonomi dipinggir pantai), dan Bandar Khalipah
yang diarahkan dengan melibatkan masyarakat dan Wisata alam yang diarahkan
sepanjang sungai yang terdapat di bagian selatan/pegunungan (Kecamatan Kotarih,
Silinda, Bintang Bayu, Dolok Masihul, Sipispis, dan Dolok Merawan).
2. Ekowisata (wisata berwawasan lingkungan) diarahkan di Pulau Berhala, Pulau Sokong
Siembang, dan Pulau Sokong Nenek Kecamatan Tanjung Beringin yang berorietasi
bahari.

21
3. Agrowisata berupa perkebunan karet dan sawit di lokasi perkebunan besar (Kecamatan
Sei Rampah, Pegajahan, Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Syahbandar, dan Dolok
Merawan).
4. Khusus Pulau Berhala tidak boleh di bangun bangunan permanen tetapi hanya
diperbolehkan membangun bangunan non permanen.
Dengan demikian, di Kecamatan Pantai Cermin yang dikembangkan/diarahkan
sebagai kawasan perikanan tersebut tidak boleh diarahkan pada pengembangan kawasan
pariwisata karena dapat menggangu kawasan pariwisata.
Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya
manusia bernilai tinggi maupun bentukkan geologi alami khas berada dan kawasan ini sangat
bermanfaat jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dalam pengembangan kawasan
pariwisata berupa kawasan cagar budaya ini direncanakan di obyek peninggalan bersejarah
yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sipispis,
Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Tanjung Beringin, dan Kecamatan Teluk Mengkudu.

6.2 Perencanaan dan Pengelolaan dalam Hukum dan kelembagaan.


Secara skematik aspek pengelolan sumberdaya pesisir dan lautan dapat
disederhanakan seperti Gambar 6.

Gambar 6. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (DKP, 2002

22
Dalam implementasi Pengelolaan Pesisir dan lautan Terpadu di Kabupaten Serdangt
Bedagai, tentunya dibutuhkan koordinasi lembaga yang terlibat. Setiap lembaga memiliki
peran, sebagaimana disebutkan berikut ini:
No Lembaga Koordinasi Peran
1 Ktr. Meneg LH/Bapedal Mengkoordinasikan kebijakan pengelolaan lingkungan
pesisir dan programnya. BAPEDAl mengatur proses studi
analisis tentang dampak lingkungan (AMDAL)
2 DEPKEU/Ditjen Anggaran Mengkoordinasikan segenap kegiatan perencanaan
pembangunan nasional dan alokasi sumberdananya untuk
menunjang implementasi program.
3 Depdagri/Dirjen Bangda Mengkoordinasikan segenap kegiatan perencanaan
Bangda. termasuk pembangunan sektor kelautan di daerah.
4 LlPI. Pusat Pengembangan Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan penelitian kelautan.
dan Penelitian Oceanologi pusat informasi data ekosistem kelautan. dan memberikan
(P30-LlPI) saran untuk lembaga lainnya
5 BAPPEDA Provo Mengkoordinasikan perencanaan pembangunan regional
Kabupaten Kota dan sektoral serta swasta di daerah. khususnya Perencanaan
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan tata ruang
Panitia Ad - hoc
1 Dewan Maritim Indonesia Mengkoordinasikan penanganan dan masalah
pembangunan kelautan dan perikanan.
2 Kelompok Kerja Provinsi. Kelompok kerja yang dibentuk untuk mengkoordinasikan
KabupatenlKota pelaksanaan proyek kelautan di daerah
Lembaga Sektoral
1 Departemen Kelautan dan Mengelola. mengembangkan dan mengatur kegiatan
Perikanan perikanan di wilayah pesisir dan lautan. pengelolaan
terumbu karang dan pulau-pulau kecil. kawasan konservasi
laut dU.
2 Dep.Kehutanan (Dirjen Mengelola kegiatan konservasi ekosistem pesisir dan
Perlindungan dan Konser- lautan. seperti penetapan dan Taman Laut Nasional. Suaka

23
vasi Alam =PKA) Margasatwa Laut dU.
3 Dep. Perhubungan (Dirjen Bertangggung jawab dalam pengelolaan laut sebagai
Perhub. Laut) meduia transportasi. penanggulangan pencemaran laut dU)
4 TNI AL (Dinas Hidrografi Pengamanan batas teritorial laut. pengumpulan data. data
dan Oseanografi hidrooseanogradi dan memproduksi petapeta wilayah laut
(Dishidros)
5 Oepartemen Pariwisata Mengelola dan mengembangkan kegiatan pariwisata
pesisir dan lautan (Marine Ecotourism)
6 Dinas Kelautan dan Melaksanakan perencanaan dan program daerah di bidang
Perikanan kelautan dan perikanan. serta melakukan tugas perbantuan
dari Oep. Kelautan dan Perikanan
7 Menteri Negara Koperasi Mengembangkan usaha perkoperasian di Indonesia.
dan Pengusaha Ek. Lemah khususnya koperasi-koperasi perikanan (KUO Mina) di
desa-desa panta
Tabel 2.lembaga koordinasi

Sejak diterapkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. maka


daerah memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya pesisimya sejak Mei 2001.
Wilayah daerah Propinsi terdiri atas wilayah darat dan laut sejauh 12 millaut yang diukur
dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sedangkan
kewenangan daerah Kabupaten dan Kota adalah sejauh sepertiga dari batas taut daerah
propinsi. Pengaturan ketentuan tersebut ditindaklanjuti dengan penetapan batas kewenangan
daerah di taut meliputi kewenangan eksplorasi. eksploitasi. konservasi dan pengelolaan
sumberdaya laut dan kekayaan laut. kewenangan penataan ruang laut. kewenangan
administratif dan bantuan penegakaan hukum serta keamanan.
Selanjutnya Dasar Hukum mendukung Implementasi Pengelolaan wilayah pesisir
terpadu dikabupaten Serdang Bedagai dengan Adanya Undang-undang Nomor 22/1999
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, telah menggeser kewenangan pengelolaan
wilayah laut, tentu termasuk pula kawasan pesisir dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah. Disebutkan dalam UU tersebut. bahwa propinsi berwenang mengelola wilayah laut

24
sejauh 12 mil dari garis pantai (Pasal 10), sedangkan kabupaten/kota memiliki kewenangan
untuk mengelola wilayah laut sejauh sepertiga dari batas kewenangan propinsi atau sejauh 4
millaut. Jadi, Pasal 10 UU 22/99 memberi kewenangan bagi Pemda untuk mengelola
sumberdaya pesisir secara lestari.
Beberapa unsur kebijakan yang terkait dan mendukung dilakukannya pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan terpadu adalah UU 5/1990, tentang Konservasi, UU 23/1992
tentang Ungkungan Hidup, UU 1211992 tentang Budidaya Tanaman, UU 16/1992 Karantina
Tanaman Industri, UU 9/1985 tentang Perikanan, UU 41/1999 mengenai Kehutanan, UU
5/1984 mengenai Perindustrian, UU 11/1967 tentang Pertambangan, UU 8/1971 tentang
Pertamina, UU 9/1990 tentang Kepariwisataan, UU 24/1992 tentang Penataan Ruang, UU
5/1960 tentang Pokok Pokok Agraria, UU 21/1992 tentang Pelayaran, UU 20/1982 tentang
Pertahanan Keamanan, UU 2211999 tentang Pemerintahan Daerah, UU 25/1999 tentang
Perimbangan Keungan Oaerah dan Pusat, UU 1/1973 tentang Landas Kontinen dan UU
17/1985 mengenai Ratifikasi UNCLOS, UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia, UU 5/1994
tentang Ratifikasi Biodiversity.

6.3. Perencanaan dan Pengelolaan dalam lingkungan.


Prinsip dasar dari perencanaan dan pengelolaan lingkungan pesisir secara
berkelanjutan adalah mewariskan generasi masa depan dengan kesejahteraan, meliputi
pengertian dan pemahaman ilmu pengetahuan, pengertian dan pemahaman teknologi,
pengertian dan pemahaman mengenai aset lingkungan berupa sumber daya alam. Prinsip ini
diperkenalkan melalui konsep keberlanjutan berupa: 1) integritas lingkungan, 2) efisiensi
ekonomi, dan 3) kesamarataan. Kesamarataan ini didefinisikan sebagai kesamarataan hak
atas aset sumber daya alam tidak hanya untuk generasi saat ini tetapi juga untuk generasi
yang akan datang. Pengelolaan wilayah pesisir menghendaki adanya pengendalian diri
warga masyarakat untuk tidak merusak lingkungan. Artinya bahwa kelompok masyarakat
yang lebih mampu secara ekonomi hendaknya dapat berbagi kemampuan dan rasa dengan
saudaranya yang kurang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dengan mengurangi
konsumsi yang berlebihan.
Pada Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai rencana implementasi dengan
melakukan program Pengelolaan Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PBLPM)
25
yang mencakup kegiatan perbaikan lingkungan pesisir, perbaikan kondisi sarana dan
prasarana pemukiman, dan pembangunan perumahan membawa banyak perubahan pada
perbaikan lingkungan pemukiman pesisir Desa Kwala Lama. Saat ini, berkat keberhasilan
program tersebut, gambaran pemukiman nelayan yang selalu diidentikkan dengan citra
kumuh telah mulai berubah. Terdapat 15 rumah yang dibangun pada tahun 2006.
Berdasarkan pendanaan yang diberikan pemerintah, sebenarnya hanya 14 unit yang
dianggarkan, tetapi masyarakat mampu menambah 1 unit dari swadaya mereka sendiri.
Bahkan tidak hanya itu, mereka juga membangun 1 unit rumah ibadah dari pendanaan
masyarakat.
Untuk pembangunan sarana infrastruktur lingkungan, berdasarkan rembug yang
dilakukan bersama dengan masyarakat, dilakukan pembangunan sarana kebersihan
pemukiman dan pembangunan sarana penunjang aktivitas usaha perikanan, meliputi
pembangunan dermaga kecil dan pembangunan lening, serta pembangunan aksesibilitas
pemukiman berupa jalan dan jembatan. Untuk kegiatan‐kegiatan dalam lingkup perbaikan
lingkungan dilakukan penanaman mangrove sebanyak 27.500 bibit mangrove jenis
Rhizopora sp dan jenis Avicennia sp yang diikuti dengan penanaman sebanyak 9000 bibit
mangrove pada tahun berikutnya.
Proses perencanaan dan penentuan program pada kegiatan PLBPM ini dilakukan
sepenuhnya oleh masyarakat. Pembangunan yang pertama kali dilakukan adalah bantuan
perumahan sebanyak 14 unit kepada masyarakat prioritas. Proses penentuan keluarga yang
layak mendapat bantuan perumahan ini dilakukan pada rembuk masyarakat. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kecemburuan sosial yang bisa berakibat pada konflik, juga
agar bantuan perumahan bisa tepat sasaran bagi masyarakat yang benar‐benar
membutuhkan. Apalagi mengingat hampir sebagian besar perumahan masyarakat nelayan di
Desa Kwala Lama adalah perumahan kumuh. Namun tingginya rasa persaudaraan membuat
masyarakat benar‐benar memilih saudaranya yang lebih membutuhkan bantuan renovasi
rumah. Kebersamaan yang terjalin pada rembuk desa dan pelaksanaan pembangunan
perumahan yang dilakukan secara gotong royong tetap terjalin pada pembangunan sarana
pemukiman dan pemeliharaan lingkungan hingga saat ini

26
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, H. R., Jacob. R., Sapta, P. G., M. J. Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta
Djunaedi, A., dan M, Natsir. 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir.
Jurnal.TekNologi Lingkungan Vol 3, No. 3.
Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013
Muhammad Takari.2017.PERANAN PERADABAN MASYARAKAT PESISIR PADA ERA
GLOBALISASI.Medan.
Ahimsa-Putra, H.S., 2008. Ilmuwan Budaya dan Revitalisasi Keraifan Lokal Tantangan
Teoritis dan Metodologis. Makalah disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Dies Natalis
ke-62 Fakultas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta.
Bengen, D.G., 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Claridge, C., O’Callaghan B. 1995 (Ed). Community involvement in wetland management:
Lesson from the field. Incorporating the Proceeddings of Workshop 3: Wetland, Lokal
People and Development. Kuala Lumpur.
Nasution, Z. Damanik, B.S.J., Delvian., 2012. Ekologi Ekosistem Wilayah Pesisir Pantai
Timur Sumatera Utara, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Steward JH. 1955. Theory of Culture Change. University Illionis Press. Urbana.
PENYUSUNAN RPI2-JM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 - 2019
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FT Undip. 2012.”Penilaian Risiko dan
Perencanaan”.
Sistem Peringatan dan Peramalan Banjir sebagai Bentuk Adaptasi Perubahan Iklim
melalui Kesiapsiagaan Risiko Banjir Kota Semarang, sebagai rangkaian proyek dalam
Program ACCCRN, didukung oleh The Rockefeller Foundation, Mercy Corps dan
Pemerintah Kota Semarang.
Kongprasertamorn, Kamonthip. 2007. “Local wisdom, Environmental Protection and
Community Development: the Clam farmers in Tambon bangkhunsai, Phetchaburi
province, Thailand”, dalam MANUSYA: Journal of Humanities 10.1.

27
Dahuri, R 1995. Proses dan Elemen Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara
Terpadu. Makalah pada Training Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara
Terpadu, PPLH - LP IPB. Bogor: 3 April- 9 Sept. 1995.
Dahuri, R , Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

28
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai