FT Binmas
FT Binmas
Pengantar
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan :
Konsepsi Polmas.
2. Pokok Bahasan :
konsep Bhabinkamtibmas.
3. Pokok Bahasan :
Deteksi dini.
4. Pokok Bahasan :
Kunjungan.
5. Pokok Bahasan :
Pemecahan masalah.
Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang
Polmas dan Bhabinkamtibmas.
3. Metode Simulasi
Metode simulasi ini digunakan untuk mensimulasikan kegiatan
yang berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.
4. Metode Praktik
Metode praktik digunakan untuk mempraktikkan kegiatan yang
berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.
1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.
2. Bahan
a. Kertas;
b. Alat tulis.
3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
c. Skep Kapolri No. Pol. : Skep/989/XII/2005 tentang Pedoman
Polsek Sebagai Basis Deteksi;
d. Perkabik Nomor 01 Tahun 2013 tentang Penyelidikan
Intelijen;
e. Perkabik Nomor 04 Tahun 2013 tentang Produk Intelijen;
f. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA;
g. https://www.scribd.com/doc/238713725/Manfaat-Dan-
Tujuan-Dari-Metode-Pemecahan-Masalah.
Kegiatan Pembelajaran
2. Tahap inti
Tahap inti 1 : 45 Menit
a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi terkait Polmas;
b. Peserta pelatihan memperhatikan dan mencatat hal-hal
yang penting;
c. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
d. Peserta pelatihan bertanya terkait materi yang disampaikan;
e. Pelatih/instruktur menyimpulkan hasil pembelajaran.
Tagihan / Tugas
Lembar Kegiatan
Bhabin : “bila seperti itu saya akan bantu pak, saya akan
koordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan”
Narator : Bhabinkamtibmas koordinasi dengan Lurah agar
bisa memfasilitasi warga untuk membawa anaknya yang
sakit untuk dibawa ke RS. Bhabinkamtibmas mendampingi
keluarga dan pak Lurah untuk membawa korban ke RS.
Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !
b. Kelompok 2
Skenario 2 (Kasus Tindak Pidana)
Tema Drama : Pemecahan Masalah “perselisihan antar
warga”, oleh Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Tetangga 1 : Ahyar
Tetangga 2 : Erik
Bhabinkamtibmas : Muktar
Narator : Rachmad
Permasalahan
Adanya suatu masalah di dalam masyarakat dimana ada
perselisihan antar tetangga, karena anaknya saling ejek
sehingga orang tua kedua anak tersebut ikut campur dan
terjadi cekcok mulut yang menyebabkan ada pemukulan.
Narator : Pada saat Bhabinkamtibmas melaksanakan
patroli mendapatkan telepon dari warga, bahwa di RW A
ada perselisihan antar tetangga, selanjutnya
Bhabinkamtibmas menuju ke TKP, di lokasi sudah ramai
orang karena adanya perselisihan tersebut.
Bhabinkamtibmas langsung melakukan peleraian dan
membawa kedua orang tua ke kantor RW untuk diadakan
musyawarah. Di kantor RW tersebut Bhabinkamtibmas
menghubungi ketua RT, RW dan tomas serta FKPM untuk
hadir dalam musyawarah tersebut, setelah semua kumpul
Bhabinkamtibmas mengadakan musyawarah.
Bhabin : Assalamu’alaikum, saya Bhabinkamtibmas Kel
Pekayon, saat ini saya mengumpulkan bapak-bapak karena
ada permasalahan antar tetangga, saya ingin penjelasan
Bahan Bacaan
POKOK BAHASAN 1
KONSEPSI POLMAS
1. Pengertian Polmas
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
b. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya
disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk mengajak
masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat,
sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi
permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan
masalahnya.
c. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang
melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas.
d. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah pengemban
Polmas di desa/kelurahan.
e. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan, dan
penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas secara
kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari penentuan
kebijakan sampai dengan implementasinya.
f. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan
bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan
masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna
menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran
PENDIDIK FT. BINMAS 15
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
2. Tujuan Polmas
Tujuan Polmas sebagai berikut:
a. Terwujudnya kemitran Polri dan masyarakat yang didasarkan
pada kesepakatan bersama untuk menangani masalah sosial
yang dapat menggangu Kamtibmas guna menciptakan rasa
aman, tertib, dan tentram;
b. Upaya menanggulangi permasalahan yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan ketenteraman masyarakat,
mencakup rangkaian upaya pencegahan dengan melakukan
identifikasi akar permasalahan, menganalisis, menetapkan
prioritas tindakan, melakukan evaluasi berulang atas efektifikas
tindakan;
c. Kemitraan Polisi dan masyarakat meliputi mekanisme kemitraan
yang mencakup keseluruhan proses manajemen, mulai dari
perencanaan, pengawasan, pengendalian, analisis dan evaluasi
atas pelaksanaan kegiatan. Kemitraan tersebut merupakan
proses yang berkelanjutan;
d. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman, tertib dan
tenteram, masyarakat diikutsertakan untuk aktif menemukan,
mengidentifikasi, menganalisis dan mencari jalan keluar bagi
masalah-masalah yang mengganggu keamanan, ketertiban dan
masalah sosial lainnya. Masalah yang dapat diatasi oleh
masyarakat terbatas pada masalah yang ringan, tidak termasuk
perkara pelanggaran hukum yang serius.
3. Prinsip-prinsip Polmas
Prinsip Polmas sebagai berikut:
a. Komunikasi intensif yaitu komunikasi dua arah yang dilakukan
secara terus-menerus antara pengemban Polmas dengan
16 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
4. Falsafah Polmas
Falsafah Polmas:
a. Masyarakat bukan merupakan objek pembinaan, melainkan
sebagai subjek dan mitra yang aktif dalam memelihara
Kamtibmas di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak
asasi manusia;
b. Penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil, bila hanya
dilakukan oleh Polri, melainkan harus bersama-sama dengan
masyarakat dalam menangani permasalahan Kamtibmas;
c. Menitikberatkan pada upaya membangun kepercayaan
masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh
prinsip demokrasi dan hak asasi manusia;
d. Bersikap dan berperilaku sebagai mitra masyarakat yang lebih
mengutamakan pelayanan, menghargai kesetaraan antara
Polisi dengan masyarakat serta mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mengamankan lingkungannya;
e. Membangun kepercayaan masyarakat dilakukan melalui
komunikasi dua arah secara intensif antara Polri dengan
masyarakat dalam kemitraan yang setara untuk pemeliharaan
Kamtibmas;
f. Mengupayakan pengembangan sistem Polmas yang ada
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan nilai-nilai
budaya lokal; dan
g. Menggalang kemitraan yang dilandasi norma-norma sosial dan
budaya lokal, untuk memelihara Kamtibmas.
5. Fungsi Polmas
Fungsi Polmas:
a. Mengajak masyarakat melalui kemitraan dalam rangka
pemeliharaan Kamtibmas;
b. Membantu masyarakat mengatasi masalah sosial di
lingkungannya dalam rangka mencegah terjadinya gangguan
Kamtibmas;
c. Mendeteksi, mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
prioritas masalah, dan merumuskan pemecahan masalah
Kamtibmas; dan
d. Bersama masyarakat menerapkan hasil pemecahan masalah
Kamtibmas.
7. Pelaksanaan Polmas
a. Pengemban Polmas; dan
b. Bhabinkamtibmas.
c. Polmas dilaksanakan dengan tiga model, yaitu:
Polri;
d) meningkatnya instensitas kegiatan forum komunikasi
antara Polri dengan masyarakat;
e) meningkatnya kepekaan/kepedulian masyarakat
terhadap masalah Kamtibmas di lingkungannya;
f) meningkatnya informasi/saran dari masyarakat pada
Polri tentang akuntabilitas pelaksanaan tugas Polri;
g) meningkatnya ketaatan masyarakat terhadap hukum;
h) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
memberikan informasi Kamtibmas, peringatan dini,
dan kejadian;
i) meningkatnya kemampuan masyarakat mengeleminir
akar masalah;
j) meningkatnya keberadaan dan berfungsinya
mekanisme penyelesaian masalah oleh polisi dan
masyarakat; dan
k) menurunnya gangguan Kamtibmas.
2) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek
Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas sebagai
berikut:
a) kesadaran bahwa masyarakat sebagai pemangku
kepentingan yang harus dilayani;
b) meningkatnya rasa tanggung jawab tugas kepada
masyarakat;
c) meningkatnya semangat melayani dan melindungi
masyarakat sebagai kewajiban profesi;
d) meningkatnya kesiapan dan kesediaan menerima
keluhan/pengaduan masyarakat;
e) meningkatnya kecepatan merespons
pengaduan/keluhan/laporan masyarakat;
f) meningkatnya kecepatan mendatangi TKP;
g) meningkatnya kesiapan memberikan bantuan yang
sangat dibutuhkan masyarakat;
h) meningkatnya kemampuan menyelesaikan masalah,
konflik/pertikaian antarwarga; dan
i) meningkatnya intensitas kunjungan petugas terhadap
warga.
3) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek
masyarakat sebagai berikut:
26 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
POKOK BAHASAN 2
PENDIDIK FT. BINMAS 29
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
KONSEP BHABHINKAMTIBMAS
4. Fungsi Bhabinkamtibmas
5. Wewenang Bhabinkamtibmas
a. menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas;
b. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak
lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan
lingkungan;
c. mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan
Tindakan Pertama (TP) di TKP; dan
6. Keterampilan Bhabinkamtibmas
a. Keterampilan yang harus dimiliki Bhabinkamtibmas :
1) deteksi dini;
2) komunikasi sosial;
3) negosiasi dan mediasi;
4) kepemimpinan; dan
5) pemecahan masalah sosial.
b. Pengetahuan Yang Harus Dimiliki Oleh Bhabinkamtibmas
1) Karakteristik wilayah penugasan;
2) Budaya masyarakat setempat;
3) Peraturan perundang-undangan;
4) Sosiologi masyarakat desa;
5) Polmas;
6) Komunikasi sosial;
7) Bimbingan dan penyuluhan;
8) Kepemimpinan;
9) Hak asasi manusia.
c. Sikap Kepribadian Yang Harus Dimiliki Oleh
Bhabinkamtibmas
1) Percaya diri adalah bersikap optimis terhadap
kemampuannya, apa yang dilaksanakannya dan
bagaimana melaksanakannya serta tidak takut untuk
mengembangkan kemampuan diri;
2) Profesional adalah kemampuan profesionalisasi Polri
sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat
khususnya kemampuan membangun kemitraan dengan
warga masyarakat;
3) Disiplin adalah ketaatan kepada aturan dan ketertiban diri
dalam penggunaan waktu secara efektif untuk
melaksanakan tugas maupun kehidupan sehari-hari;
4) Simpatik adalah selalu berpakaian rapi, sikap menarik
dan menunjukkan empati;
5) ramah adalah selalu menunjukkan sikap
berteman/bersahabat murah senyum, mendahului sapa
salam;
6) Optimis adalah bersikap positif, tidak ragu akan
keberhasilan dalam setiap malakukan pekerjaan;
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
URAIAN INFORMASI :
PELAPOR NAMA :
PANGKAT/NRP :
( …………………) TANDA TANGAN :
NILAI INFORMASI A B C D E F
(Diisi oleh atasan 1 2 3 4 5 6
pelapor)
Penjelasan :
Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas apabila ada hal-hal yang sangat
penting, yang bukan kewenangan Bhabinkamtibmas.
FORMAT “B-1”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
Pada hari ini, ………. Bulan …….tahun ………… Kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : ……………………………..
Alamat : .........................................
Nama : …………………………….
Alamat : .........................................
Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan siapapun bertekat
baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut :
MENGETAHUI
BHABINKAMTIBMAS
NAMA
( PANGKAT/ NRP )
Penjelasan :
Format dibuat untuk pihak-pihak yang bersengketa dan arsip pada
Bhabinkamtibmas
FORMAT
“B-2”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
1. Nama :
Pangkat :
Bhabinkamtibmas : Desa /.Kelurahan ....................
2. Melaporkan bahwa :
a. Pada hari/tgl/pkl : ...........................................
b. TKP : ...........................................
c. Uraian singkat
kejadian : ...........................................
...........................................
...........................................
...........................................
3. Nama Pelapor/Korban :
a. Alamat : ...........................................
b. Pekerjaan : ...........................................
4. Nama Terlapor :
a. Nama : ...........................................
b. Alamat : ...........................................
BHABINKAMTIBMAS
( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Diisi berdasarkan format B-1 jika diselesaikan,
atau tanpa merujuk format B-1 jika diserahkan
penanganannya kepada Polsek/Res/Instansi lain.
FORMAT “B-3”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
…………………………………………..
BHABINKAMTIBMAS
( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Diisi berdasarkan himpunan format B-2 selama
sebulan.
FORMAT
“C”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
2 Selasa 2 RT 001 / RW 10
Agustus desa Cikesik Melakukan sambang
2011 ke pondok pesantren
dgn pimpinan pondok
Pukul K.H. Rachman
19.00 s/d
20.00 WIB
3 dst
…………………………………………..
BHABINKAMTIBMAS
( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Kolom kegiatan berisi kegiatan yang dilakukan
oleh Petugas Polmas seperti : Rapat FKPM,
kunjungan, sambang, ceramah, kegiatan preventif dl
FORMAT ”D”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
3 Dst.
………………………
…………….
BHABINKAMTIBMAS
( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Buku mutasi diisi oleh Bhabinkamtibmas setiap
Selesai melakukan kegiatan, setiap ada kejadian
dan menerima laporan / penyuluhan masyarakat
POKOK BAHASAN 3
DETEKSI DINI
masyarakat umumnya.
b. Eliciting
1) Pengertian Teknik Eliciting.
Menurut Kamus Intelijen terbitan tanggal 12
Oktober 2003, Teknik Eliciting merupakan teknik
penyelidikan Terbuka, pengertian tersebut dijelaskan
pada halaman 87. Pada halaman 31 lebih rinci dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan eliciting/elisitasi
mencakup 3 (tiga) point antara lain:
a) Keahlian untuk mengajak bicara seseorang
sehingga orang tersebut tidak sadar bahwa ia
dieksploitir sehingga dari padanya diperoleh
informasi yang diperlukan.
b) Wawancara yang dilakukan secara tersamar (cover
Interviewing), dengan pemahaman :
(1) Cara mendapatkan bahan keterangan melalui
pembicaraan dan tanya-jawab secara
langsung;
(2) Pihak yang ditanya (pemberi keterangan) pada
umumnya menyadari bahwa ia telah dijadikan
sumber baket dan dia sedang berhadapan
dengan orang yang sedang mencari informasi,
tetapi ia tidak mengetahui hubungan pertanya
an dan tujuan dari sipenanya;
(3) Pihak yang ditanya bebas dalam memberikan
jawaban atau keterang an, tanpa suatu
paksaan:
Kamus Intelijen menekankan bahwa Interview dan
eliciting kedua-duanya mempergunakan cara dan
prosedur yang sama, tetapi berbeda dalam situasi,
teknik dan bentuk pertanyaan.
2) Kamus Intelijen menjelaskan bahwa wawancara tersamar
disebut juga cover interviewing atau eliciting.
Menjelaskan :
Pihak yang ditanya (pemberi keterangan pada umumnya
menyadari bahwa ia telah dijadikan sumber baket dan dia
sedang berhadapan dengan orang yang sedang mencari
Baket, tetapi ia (pemberi keterangan) tidak mengetahui
hubungan pertanyaan dengan tujuan dari sipenanya.
Pihak yang ditanya bebas dalam memberi kan
jawaban/keterangan tanpa suatu paksaan.
Pertanyaan wawancara-nya:
Apakah anda sudah beristri atau belum ?
Pertanyaan eliciting-nya:
Sudah berapa orangkah anak anda ?
2) Pengertian.
3) Jenis pengamatan.
d) Sasaran Pengamatan.
5) Tujuan Pengamatan.
a) Pengamatan Orang.
c) Pengamatan tempat/bangunan.
a) Kesadaran.
Dimaksudkan agar dengan menggunakan
kesadaran maka pengamat akan dapat menyatukan
perhatiannya pada kenyataan yang dihadapi.
b) Pelatihan meliputi :
(1) Melatih kewaspadaan;
(2) Mengganti Pengamatan umum menjadi terinci;
(3) Melatih pengamatan perkiraan tentang waktu,
ukuran jarak, kecepatan benda benda
bergerak;
(4) Membiasakan dengan warna-warna, bau,
suara-suara;
(5) Menafsir kejadian;
(6) Mengamati benda dan peristiwa.
c) Perbedaan kesaksian.
(1) Adanya kemampuan indera yang tidak sama,
maka memungkinkan terjadi adanya
perbedaan kesaksian yang diperoleh dari
sasaran pengamatan.
(2) Dengan adanya perbedaan kesaksian, maka
diharapkan tiap orang berbeda, maka untuk itu
diperlukan lebih dari 1 (satu) orang pengamat
agar bahan keterangan yang diperoleh adalah
bahan keterangan yang sebenarnya.
d) Pengamatan Fakta.
Hal ini dimaksudkan seorang pengamat hanya
PENDIDIK FT. BINMAS 61
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
e) Pendengaran.
Mendengarkan dengan teliti memerlukan latihan
yang baik dan diperlukan penyatuan perhatian pada
hal-hal yang harus di ingat untuk menghindari salah
dengar.
f) Pengamatan Visual.
Pada dasarnya seorang pengamat/pengusut harus
memperhatikan secara keseluruhan dari kenyataan
yang dihadapi.
5. Laporan Bhabinkamtibmas
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN
URAIAN INFORMASI :
PELAPOR NAMA :
PANGKAT/NRP :
( ………………) TANDA TANGAN :
NILAI INFORMASI A B C D E F
(Diisi oleh atasan 1 2 3 4 5 6
pelapor)
POKOK BAHASAN 4
KUNJUNGAN
1. Konsep Kunjungan
a. Pengertian Kegiatan Kunjungan
Sejak dahulu sudah ada kegiatan sambang. Tetapi
PENDIDIK FT. BINMAS 65
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
5. Sistem Pelaporan.
a. Para Bhabinkamtibmas setiap selesai melaksanakan
kunjungan melaporkan kepada Kanit Binmas, selanjutnya Kanit
Binmas mengecek dan merekap hasilnya;
b. Rekap hasil kunjungan selama 1 (satu) bulan dilaporkan
kepada Kapolres up. Kasat Binmas, sesuai contoh format:
KOPSTUK…………..
JUMLAH
POKOK BAHASAN 5
PEMECAHAN MASALAH
1. Pemecahan Masalah
Berbagai kelompok masyarakat di dunia telah membuktikan
keberhasilan metode pendekatan pemecahan masalah (problem
solving). Melalui pendekatan ini, polisi dan masyarakat merasakan
manfaat berkaitan dengan penurunan berbagai masalah kejahatan,
seperti perampokan, pencurian, prostitusi, perdagangan narkoba,
juga grafiti. Pemecahan masalah adalah satu dari dua komponen
kunci Polmas. Tanpa pemecahan masalah, Polmas tidak lebih dari
sekedar hubungan masyarakat. Fokus yang substansial pada
kejahatan, ketidaktenteraman, dan ketidaktertiban merupakan suatu
hal yang penting dalam konsep Polmas.
Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu
yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan
topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota
polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Serangkaian proses
termasuk dalam pemecahan masalah yang intinya adalah proses
mengamati permasalahan kejahatan dan ketidaktertiban. Proses ini
meliputi upaya memahami masalah, mengusulkan sejumlah solusi
(tidak hanya dengan hukum pidana dan penangkapan),
mengevaluasi, serta melakukan evaluasi ulang keefektifan solusi
yang telah dipilih. Pelatihan, keterampilan, dan alat bantu sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
Masalah harus dianalisis dengan baik, kuantitatif maupun
kualitatif, agar solusi yang dicapai tepat mengenai masalah tersebut.
Proses menganalisis harus dilakukan dengan menggali informasi
dari berbagai sumber, antara lain dari orang yang mengalami
dampak langsung, kepolisian (meliputi data riwayat kejahatan,
laporan/pengaduan, survei, catatan telepon), instansi pemerintah
lainnya (mencakup peraturan, penerapan hukum percobaan,
pembebasan bersyarat, rencana tata kota), dan Rukun Tetangga
(RT). Berbagai peraturan daerah, juga peraturan dan hukum
lingkungan, termasuk pula sumber informasi yang berguna dalam
analisis persoalan.
Alternatif solusi dapat diperoleh dari khasanah hukum pidana.
76 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
a) Kriteria Masalah
Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai
masalah jika memenuhi dua kriteria berikut:
(1) Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling
berkaitan;
(2) Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap
permasalahan tersebut.
Suatu masalah adalah dua kejadian atau lebih
yang memiliki kemiripan dalam satu atau
beberapa unsurnya, menyebabkan terjadinya
kejahatan, ketakutan, atau ketidaktertiban. Suatu
masalah bukan suatu kejadian yang tidak sama
dengan suatu kejadian yang terjadi sekali saja
atau yang tidak ada kaitannya dengan kejadian
lain melainkan merupakan kejadian yang terjadi
berulang kali atau saling berkaitan.
Jika ditemukan kejadian, telepon permintaan
bantuan, pengaduan yang kemungkinan besar
terulang kembali, atau berkaitan dengan
kejadian-kejadian lainnya, maka hal ini sudah
memenuhi syarat sebagai permasalahan yang
harus dipecahkan. Pencurian berulang pada
alamat yang sama, pola pencurian kendaraan
tertentu di satu daerah, serta telepon permintaan
bantuan atau pengaduan yang berulang-ulang
dari alamat yang sama, adalah contoh
permasalahan yang perlu ditangani.
Umumnya tidak banyak jumlah kejadian yang
hanya sekali terjadi yang menjadi perhatian
anggota polisi. Semestinya kejadian-kejadian
seperti ini ditangani tersendiri. Namun, umumnya
kejahatan, kekacauan, dan ketakutan yang ada
di masyarakat saling terkait satu sama lainnya.
Misalnya, sudut jalan yang sering digunakan
sebagai tempat penjualan narkoba pasti memicu
berbagai problem keamanan untuk masyarakat
sekitarnya. Jadi, setiap tindak kejahatan bukan
78 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
(a) Perilaku
Pelaku modus operandi yang sama;
Ciri-ciri korban sama yang ditemukan;
Orang-orang yang memilki ciri-ciri
yang sama seperti korbannya,
pelakunya atau pelapornya;
Perilaku yang sama dari pelakunya,
korbannya, atau saksinya.
(b) Wilayah
Merupakan tempat-tempat kejadian
yang terkait, di lokasi yang sama atau
terkonsentrasi di wilayah tertentu.
Misalnya, kecelakaan lalu lintas serius di
perempatan jalan tertentu, pencurian di
lingkungan tertentu, dan telepon
pengaduan yang berasal dari alamat yang
sama. Semua yang terjadi berulang-ulang.
(c) Orang
Perhatikan masalah atau kejadian
yang dilakukan atau diprovokasi oleh
kelompok tertentu (misalnya, pengrusakan
yang dilakukan oleh remaja).
(d) Waktu
Dalam menilai suatu kasus tidak
hanya secara kuantitas waktu tetapi lebih
cenderung kepada kualitasnya waktu itu
sendiri, misalnya kejadian-kejadian itu
saling berkaitan, karena terjadi pada
waktu-waktu tertentu dan pada jam
PENDIDIK FT. BINMAS 79
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
2) Frekuensi
Pada tahun 1991, tercatat ada 11.835 kasus
perampokan yang dilaporkan ke kantor polisi di Pretoria
Utara, Amerika Serikat. Penelitian terhadap korban
menemukan adanya 16.992 perampokan, menunjukkan
tingkat resiko satu dari setiap 12 penduduk setempat.
Penelitian terhadap jenis korban menunjukkan adanya
2.965 kasus perampokan toko atau pusat perdagangan.
Dengan demikian, tingkat resiko mengalami perampokan
PENDIDIK FT. BINMAS 85
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
6) Sistem respon
Pada saat ini, respon polisi terhadap masalah masih
terbatas pada investigasi kejahatan secara reaktif dan
meningkatkan patroli ke berbagai wilayah yang bermasalah.
Sebaiknya respon semacam ini diperbaiki dengan
pendekatan pemacahan masalah.
7) Penentuan Skala Prioritas
Setelah laporan pendahuluan tentang masing-masing
permasalahan dibuat, polisi sebaiknya segera menentukan
skala prioritas laporan penanganan masalah-masalah.
Penentuan skala prioritas menyiratkan bahwa suatu
masalah dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena
itu, sebelum masalah ditetapkan untuk diprioritaskan
penanganannya, polisi harus lebih dulu menentukan
kriterianya. Kriteria yang akan ditentukan harus
dikonsultasikan dengan Forum Kemitraan Polisi dan
Masyarakat. Hal ini penting dibahas mengingat kriteria
tersebut harus merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai panduan
dalam penentuan skala prioritas:
a) Dampak permasalahan;
b) Seberapa besar permasalahnya;
c) Berapa banyak orang yang terpengaruh oleh
permasalahan tersebut;
d) Kerugian apa yang ditimbulkan.
Tingkat keseriusan permasalahan:
a) Seberapa besar bahaya, kerusakan, kekhawatiran
masyarakat, atau kepekaan politik yang
ditimbulkannya;
b) Apa konsekuensinya bagi masyarakat dan polisi;
c) Apakah permasalahan tersebut berdampak terhadap
hubungan polisi dengan masyarakat.
a. Tingkat kerumitan permasalahan
d) Seberapa rumit permasalahannya?
e) Apakah polisi mampu memecahkannya?
f) Apa dampaknya bagi polisi?
PENDIDIK FT. BINMAS 87
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c) Pihak ketiga:
Sering ditemukan bahwa ada orang, selain
korban dan pelaku, yang juga ikut terlibat. Beberapa
dari mereka mungkin saja berlaku sebagai saksi,
pendukung korban, atau pendukung si pelaku. Untuk
mengetahuinya, cobalah kumpulkan informasi-
informasi mengenai pihak ketiga mengenai hal-hal
berikut ini:
1) Identifikasi;
2) Keterlibatan dan kepentingan terhadap masalah;
3) Faktor-faktor yang berdampak pada kerja sama
mereka dengan polisi;
4) Hubungannya dengan korban dan atau pelaku.
d) Segitiga kejahatan
Segitiga kejahatan menawarkan cara yang
mudah untuk memahami dan menvisualisasikan
masalah kejahatan. Segitiga kejahatan juga
menyediakan cara yang mudah untuk menjelaskan
tahap analisis dengan menggunakan model SARE dan
dapat membantu peserta membuat suatu analisis.
Ketiga elemen yang disebutkan sebelumnya dipakai
untuk mengilustrasikan bahwa suatu tindak kejahatan
terkonsentrasi, yakni pelaku, korban, dan lokasi.
Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk satu
segitiga kejahatan.
Setelah mengetahui siapa yang berada pada tiap
sisi dari segitiga kejahatan tersebut, perlu dilakukan
analisis sebelum menyiapkan strategi-strategi untuk
memecahkan masalah tersebut. Perlu dicari
keterangan sebanyak mungkin mengenai korban,
pelaku dan TKP untuk mengembangkan pemahaman
dimanfaatkan.
(b) Arsip polisi:
Polisi mengumpulkan, mengarsip, dan
memproses sejumlah besar informasi
mengenai berbagai masalah. Sayangnya,
informasi tersebut seringkali dikumpulkan
untuk tujuan-tujuan yang tidak ada
kaitannya dengan pemecahan masalah.
Akibatnya, data-data polisi perlu
disesuaikan untuk dapat digunakan dalam
analisis pemecahan masalah. Sebagai
contoh, bila polisi ingin mengidentifikasi
adanya panggilan berulang yang meminta
pelayanan polisi, mungkin penting untuk
memprogram ulang sistem informasi
komputerisasi di Unit Pengendali Radio
(Radio Control Unit). Dianjurkan untuk
mendiskusikan kumpulan data dan
kebutuhan analisis yang ada dengan
Reskrim Polda. Mereka mungkin dapat
membantu dalam mengembangkan sistem-
sistem yang diperlukan.
(c) Anggota polisi:
Pengetahuan pribadi anggota polisi
yang didapat dari pengalaman di lapangan
seringkali berguna. Oleh karena itu, setiap
usaha seharusnya dilakukan untuk
mengumpulkan informasi langsung dari
anggota polisi yang berurusan atau terkait
dengan masalah tertentu. Perhatian khusus
harus diarahkan pada cara-cara informal
yang digunakan polisi dalam menangani
masalah tertentu.
(d) Satuan kepolisian lainnya:
Kadang-kadang, masalah yang dipilih
untuk dianalisis mungkin telah ditangani
sebelumnya oleh unit atau bagian-bagian
lain dalam kepolisian. Informasi, analisis,
dan strategi-strategi yang digunakan oleh
unit lain tersebut mungkin dapat dijadikan
petunjuk tentang masalah yang dihadapi.
PENDIDIK FT. BINMAS 95
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Keterangan:
1. Memperkuat perlindungan diri sasaran
9. Memindahkan sasaran
Pemindahan target berhubungan dengan
pengamanan target yang mengacu pada
pemindahan benda-benda berharga ke
lokasi yang lebih aman. Toko-toko musik,
misalnya: sering memindahkan Compact
Disc (CD) dari kotak dan hanya
memperlihatkan sampulnya untuk
mencegah pencurian.
10. Memberikan tanda pada barang
berharga
Harta benda yang telah ditandai
mengurangi manfaat bagi si pelaku dan
meningkatkan resiko bagi pencuri. Hal ini
disebabkan:
a. Lebih sulit untuk dijual;
b. Mudah dikenali sebagai barang
curian;
c. Pemilik yang sah bisa dilacak.
11. Menghilangkan Pemicu
Tindakan ini berkaitan dengan
dialihkannya perhatian seseorang dari
keinginan untuk melakukan tindakan
buruk atau jahat. Misalnya, selalu
membersihkan tembok dari coretan-
coretan. Sebab, dengan membersihkan
coretan-coretan tersebut kita
menghilangkan rasa senang si pelaku
yang ingin memamerkan hasil karyanya.
12. Menggunakan Peraturan
Sebagian besar organisasi dan instansi
memiliki aturan mengenai perilaku
pekerja, anggota, dan pengunjung.
Seringkali peraturan ini bisa digunakan
untuk mencegah perbuatan yang
melanggar aturan.
(6) Penegakkan hukum dan penuntutan yang
selektif
angkutan dll);
20) Menggunakan studi kasus sebagai pembanding dalam
pemecahan masalah dengan menerapkan analisis
sehingga tanggapan sesuai sasaran;
21) Melibatkan anggota dan kelompok masyarakat lain untuk
menjadi fasilitator dalam kegiatan pencegahan kejahatan
dan ketidaktertiban;
22) Buatlah presentasi yang lengkap, padat dan menarik
agar pihak lain yang membutuhkan bantuan bisa
diberikan secara sukarela;
23) Menjadi fasilitator yang baik.
Langkah-langkah di atas adalah beberapa langkah yang
bisa diikuti satu-persatu, sesuai dengan model pemecahan
masalah SARA (Scanning, Analysis, Response and
Assessment), langkah ini akan berguna jika terfokus pada
satu masalah sampai selesai dan baru mulai dengan yang
baru.
a. Motivasi
Motivasi yaitu adanya dorongan atau keinginan individu untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya.
b. Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah terhadap kerangka tujuan yang cermat
membantu efektivitas pemecahan masalah. Sikap terbuka
terhadap informasi baru serta memahami dan mengakui
kekeliruan dan mempermudah pemecahan masalah.
c. Kebiasaan
Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu, atau
melibatkan masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan
yang berkelebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas,
menghambat pemecahan masalah yang efisien.
d. Emosi
Ketika menghadapi permasalahan secara tidak disadari emosi
tertentu akan muncul dan mempengaruhi individu dalam
menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, faktor-
faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah yaitu faktor
situasional, personal, biologis, dan sosiopsikologis (motivasi,
Rangkuman
Kamtibmas).
17. Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu
yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan
topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota
polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan.
18. Kriteria Masalah
Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika
memenuhi dua kriteria berikut:
a. Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan;
b. Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan
tersebut.
19. Unsur-unsur penting dalam pemecahan masalah:
a. Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjaan polisi;
b. Masalah berdampak pada masyarakat, tidak hanya pada
polisi;
c. Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya
secara menyeluruh bukan hanya penanganan yang cepat;
d. Masalah harus dideskripsikan secara akurat;
e. Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat
solusi;
f. Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon atau
tanggapan;
g. Selesaikan masalah secara proaktif;
h. Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan diskresi
dalam proses pemecahan masalah yang diterapkannya;
i. Menilai hasil-hasil respon yang baru dilaksanakan dan tidak
hanya sekedar mengevaluasi aktivitas responnya.
Latihan