Anda di halaman 1dari 121

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL POLMAS DAN BHABINKAMTIBMAS


46 JP (2.070 menit)
01

Pengantar

Modul ini membahas materi tentang Polmas dan Bhabinkamtibmas


yang meliputi, deteksi dini, pelaksanaan kunjungan dan pelaksanaan
pemecahan masalah.
Tujuan diberikan materi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan tugas Polmas dan
Bhabinkamtibmas.

Standar Kompetensi

Memahami dan terampil melaksanakan tugas Polmas dan


Bhabinkamtibmas.

Kompetensi Dasar

1. Memahami konsepsi Polmas.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian Polmas;
b. Menjelaskan tujuan Polmas;
c. Menjelaskan prinsip-prinsip Polmas;
d. Menjelaskan falsafah Polmas;
e. Menjelaskan fungsi Polmas;
f. Menjelaskan strategi dan sasaran Polmas;

PENDIDIK FT. BINMAS 1


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g. Menjelaskan pelaksanaan Polmas;


h. Menjelaskan Pengemban Polmas dan Indikator keberhasilan
Polmas;
i. Menjelaskan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
(FKPM).

2. Memahami konsep Bhabinkamtibmas.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian-pengertian terkait Bhabinkamtibmas;
b. Menjelaskan dasar hukum tugas Bhabinkamtibmas;
c. Menjelaskan tugas pokok Bhabinkamtibmas;
d. Menjelaskan fungsi Bhabinkamtibmas;
e. Menjelaskan wewenang Bhabinkamtibmas;
f. Menjelaskan keterampilan Bhabinkamtibmas;
g. Menjelaskan kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan
administrasi Bhabinkamtibmas.

3. Memahami dan terampil melaksanakan Deteksi dini.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian deteksi dini;
b. Menjelaskan sasaran deteksi dini;
c. Menjelaskan metode pelaksanaan deteksi dini;
d. Menjelaskan sumber bahan keterangan;
e. Menjelaskan laporan Bhabinkamtibmas;
f. Mempraktikkan pembuatan laporan Bhabinkamtibmas.

4. Memahami dan terampil melaksanakan Kunjungan.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan konsep kunjungan;
b. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan kunjungan;

2 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Menjelaskan tatacara pengisian blangko kunjungan;


d. Mempraktikkan cara mengisi blangko kunjungan;
e. Menjelaskan administrasi blangko kunjungan;
f. Menjelaskan sistem pelaporan;
g. Mempraktikkan kegiatan kunjungan.

5. Memahami dan terampil melaksanakan Pemecahan masalah.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian pemecahan masalah;
b. Menjelaskan tujuan pemecahan masalah;
c. Menjelaskan tahapan kegiatan pemecahan masalah;
d. Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
kegiatan pemecahan masalah;
e. Mempraktikkan tahapan kegiatan pemecahan masalah.

Materi Pelajaran
1. Pokok Bahasan :
Konsepsi Polmas.

Sub Pokok Bahasan :


a. pengertian Polmas;
b. tujuan Polmas;
c. prinsip-prinsip Polmas;
d. falsafah Polmas;
e. fungsi Polmas;
f. strategi dan sasaran Polmas;
g. pelaksanaan Polmas;
h. Pengemban Polmas dan Indikator keberhasilan Polmas;

PENDIDIK FT. BINMAS 3


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

i. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat.

2. Pokok Bahasan :
konsep Bhabinkamtibmas.

Sub Pokok Bahasan :


a. pengertian terkait Bhabinkamtibmas;
b. dasar hukum Bhabinkamtibmas;
c. tugas pokok Bhabinkamtibmas;
d. fungsi Bhabinkamtibmas;
e. wewenang Bhabinkamtibmas;
f. keterampilan Bhabinkamtibmas
g. kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan administrasi
Bhabinkamtibmas.

3. Pokok Bahasan :
Deteksi dini.

Sub Pokok Bahasan :


a. pengertian deteksi dini;
b. sasaran deteksi dini;
c. metode pelaksanaan deteksi dini;
d. sumber bahan keterangan;
e. laporan Bhabinkamtibmas.

4. Pokok Bahasan :
Kunjungan.

Sub Pokok Bahasan :


a. konsep kunjungan;

4 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. pelaksanaan kegiatan kunjungan;


c. tatacara pengisian blangko kunjungan;
d. administrasi blangko kunjungan;
e. sistem pelaporan.

5. Pokok Bahasan :
Pemecahan masalah.

Sub Pokok Bahasan :


a. pengertian pemecahan masalah;
b. tujuan pemecahan masalah;
c. tahapan kegiatan pemecahan masalah;
d. faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pemecahan masalah.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang
Polmas dan Bhabinkamtibmas.

2. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab digunakan dalam setiap penjelasan pelatih
yang belum dimengerti peserta pelatihan serta permasalahan yang
muncul dalam proses pembelajaran maupun berdasarkan
pengalaman peserta pelatihan.

3. Metode Simulasi
Metode simulasi ini digunakan untuk mensimulasikan kegiatan
yang berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.

PENDIDIK FT. BINMAS 5


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Metode Praktik
Metode praktik digunakan untuk mempraktikkan kegiatan yang
berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media
a. Whiteboard;
b. Flipchart;
c. Komputer/laptop;
d. LCD dan screen;
e. Laser;
f. Pointer.

2. Bahan
a. Kertas;
b. Alat tulis.

3. Sumber Belajar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;
c. Skep Kapolri No. Pol. : Skep/989/XII/2005 tentang Pedoman
Polsek Sebagai Basis Deteksi;
d. Perkabik Nomor 01 Tahun 2013 tentang Penyelidikan
Intelijen;
e. Perkabik Nomor 04 Tahun 2013 tentang Produk Intelijen;
f. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA;
g. https://www.scribd.com/doc/238713725/Manfaat-Dan-
Tujuan-Dari-Metode-Pemecahan-Masalah.

6 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit


Pelatih/instruktur melaksanakan apersepsi:
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para peserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan,
bernyanyi, kegiatan yang menarik);
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.

2. Tahap inti
Tahap inti 1 : 45 Menit
a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi terkait Polmas;
b. Peserta pelatihan memperhatikan dan mencatat hal-hal
yang penting;
c. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
d. Peserta pelatihan bertanya terkait materi yang disampaikan;
e. Pelatih/instruktur menyimpulkan hasil pembelajaran.

Tahap inti 2 : 45 Menit


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi terkait
Bhabinkamtibmas;
b. Peserta pelatihan memperhatikan dan mencatat hal-hal
yang penting;
c. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
d. Peserta pelatihan bertanya terkait materi yang disampaikan;
e. Pelatih/instruktur menyimpulkan hasil pembelajaran.

PENDIDIK FT. BINMAS 7


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tahap inti 3 : 620 Menit


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi Deteksi dini;
b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
c. Pelatih/instruktur membagikan dan menjelaskan skenario
kepada masing-masing peserta pelatihan;
d. Pelatih/instruktur menugaskan peserta pelatihan untuk
mempersiapkan jenis pertanyaan sesuai dengan skenario;
e. Pelatih/instruktur membagi peserta pelatihan dalam 5
kelompok untuk;
f. Peserta pelatihan mempraktikkan kegiatan wawancara
dengan cara bertatap muka kemudian Pelatih/instruktur
mengawasi jalannya praktik;
g. Peserta pelatihan mempraktikkan cara membuat Laporan
Informasi dan Pelatih/instruktur mengawasi jalannya praktik;
h. Pelatih/instruktur menunjuk kepada peserta pelatihan
mempresentasikan hasil praktik dan peserta lainnya
memberikan saran dan tanggapan;
i. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil
praktik yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

Tahap inti 4 : 620 Menit


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi kunjungan;
b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
c. Peserta pelatihan mempersiapkan kegiatan kunjungan;
d. Peserta pelatihan mensimulasikan kegiatan kunjungan dan
Pelatih/instruktur mengawasi jalannya praktik;
e. Pelatih/instruktur menunjuk kepada peserta pelatihan
mempresentasikan hasil simulasi dan peserta lainnya
memberikan saran dan tanggapan;
f. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil
simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

8 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tahap inti 5 : 710 Menit


a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi pemecahan
masalah;
b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta
pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi
yang belum dimengerti;
c. Pelatih/instruktur membagikan dan menjelaskan skenario
kepada masing-masing peserta pelatihan;
d. Peserta pelatihan mensimulasikan pemecahan masalah
dengan langkah-langkah :
1) identifikasi masalah;
2) mencari dan menyusun kemungkinan solusi;
3) mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan solusi;
4) menyusun rencana implementasi solusi.
e. Pelatih/instruktur menunjuk kepada perwakilan peserta
pelatihan untuk mempresentasikan hasil simulasi dan
peserta lainnya memberikan saran dan tanggapan;
f. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil
simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

3. Tahap akhir : menit


a. Cek Penguatan materi
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi
Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran
dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi
yang telah disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta pelatihan untuk membuat
resume pada materi pelajaran yang telah disampaikan.

PENDIDIK FT. BINMAS 9


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan / Tugas

1. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil pengisian blangko dan


laporan hasil kunjungan;
2. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil resume.

Lembar Kegiatan

1. Peserta pelatihan ditugaskan untuk berperan:


a. Sebagai petugas/Bhabinkamtibmas;
b. Sebagai masyarakat;
c. Sebagai pengamat.
2. Peserta pelatihan membuat resume materi;
3. Peserta pelatihan mengumpulkan laporan administrasi
kelengkapan Bhabinkamtibmas.
4. Peserta pelatihan membuat administrasi kelengkapan
Bhabinkamtibmas
a. Laporan hasil pemecahan masalah;
b. Surat kesepakatan bersama;
c. Laporan rekapitulasi pemecahan masalah;
d. Kartu kunjungan;
e. Blangko kunjungan warga;
f. Blangko kunjungan kantor.
5. Diskusi 1.
a. Kelompok 1 mendiskusikan tentang definisi masalah,
kriteria masalah dan penerapan pemecahan masalah.
b. Kelompok 2 mendiskusikan tentang pemecahan masalah
dan model Sare langkah (kesatu dan kedua).
c. Kelompok 3 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan
masalah oleh petugas Bhabinkamtibmas.
d. Kelompok 4 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan
masalah yang dilakukan bersama masyarakat
e. Kelompok 5 mendiskusikan tentang pemecahan masalah
10 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan model Sare (langkah ketiga dan keempat).


1) Skenario drama.
a. Kelompok 1
Skenario 1 (Pelayanan)
Tema Drama : Pemecahan Masalah “orang dipasung”, oleh
Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Orang Tua : Muktar
Bhabinkamtibmas : Akyar
Narator : Rachmad
Permasalahan
Adanya suatu masalah di dalam masyarakat yang sudah
meresahkan dan memalukan yaitu adanya salah satu
warganya yang sakit jiwa dan dipasung oleh keluarganya.
Narator : Di desa Pekayon tinggal satu keluarga yang
memiliki anak yang dipasung. Pada suatu hari
saat Bhabinkamtibmas melaksanakan
kunjungan DDS ke rumah warga dan
mendapatkan informasi bahwa tetangganya
yang memiliki seorang anak yang sedang dalam
kondisi dipasung karena suka mengganggu
warga karena mengalami sakit jiwa.
Babhin : “Assalamu’alaikum, nama saya Muktar
Bhabinkamtibmas Desa Pekayon, maksud
kunjungan saya untuk silaturahmi”
Ortu : “oh iya pak, silahkan masuk, ada apa ya pak?”
Bhabin : “saya dapat informasi bahwa ada anggota
keluarga bapak yang saat ini dipasung karena sakit, apakah
itu benar, pak?”
Ortu : “oh iya pak bener, saya terpaksa karena jika
tidak dipasung akan meresahkan warga sekitar dan takut
terjadi apa-apa”
Bhabin : “mohon maaf pak, itu adalah perbuatan yang
tidak dibenarkan, saran saya sebaiknya anak bapak dibawa
ke RS Jiwa”
Ortu : “aduh, pak, saya nggak ada biaya”
PENDIDIK FT. BINMAS 11
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bhabin : “bila seperti itu saya akan bantu pak, saya akan
koordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan”
Narator : Bhabinkamtibmas koordinasi dengan Lurah agar
bisa memfasilitasi warga untuk membawa anaknya yang
sakit untuk dibawa ke RS. Bhabinkamtibmas mendampingi
keluarga dan pak Lurah untuk membawa korban ke RS.
Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !

b. Kelompok 2
Skenario 2 (Kasus Tindak Pidana)
Tema Drama : Pemecahan Masalah “perselisihan antar
warga”, oleh Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Tetangga 1 : Ahyar
Tetangga 2 : Erik
Bhabinkamtibmas : Muktar
Narator : Rachmad

Permasalahan
Adanya suatu masalah di dalam masyarakat dimana ada
perselisihan antar tetangga, karena anaknya saling ejek
sehingga orang tua kedua anak tersebut ikut campur dan
terjadi cekcok mulut yang menyebabkan ada pemukulan.
Narator : Pada saat Bhabinkamtibmas melaksanakan
patroli mendapatkan telepon dari warga, bahwa di RW A
ada perselisihan antar tetangga, selanjutnya
Bhabinkamtibmas menuju ke TKP, di lokasi sudah ramai
orang karena adanya perselisihan tersebut.
Bhabinkamtibmas langsung melakukan peleraian dan
membawa kedua orang tua ke kantor RW untuk diadakan
musyawarah. Di kantor RW tersebut Bhabinkamtibmas
menghubungi ketua RT, RW dan tomas serta FKPM untuk
hadir dalam musyawarah tersebut, setelah semua kumpul
Bhabinkamtibmas mengadakan musyawarah.
Bhabin : Assalamu’alaikum, saya Bhabinkamtibmas Kel
Pekayon, saat ini saya mengumpulkan bapak-bapak karena
ada permasalahan antar tetangga, saya ingin penjelasan

12 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dari permasalahan tersebut, karena itu coba kedua belah


pihak untuk menjelaskan awal permasalahannya, dimulai
dari tetangga A”
Tetangga A : “Begini pak awalnya, anak saya pulang
dalam keadaan menangis karena diledek oleh anak
tetangga B, dengan ledekan, item keling jelek, mendengar
laporan itu saya tersinggung dan mendatangi tetangga B,
dengan maksud, agar anaknya dijaga mulutnya, namun
tetangga B malah tersinggung dan mengatakan bahwa
anak saya memang jelek, kenapa mesti marah, mendengar
jawaban itu, saya langsung memukul tetangga B”
Tetangga B: “bahwa saya tidak pernah mengatakan
anaknya jelek, itu karangannya saja, saya hanya bilang,
kalau anak saya tidak pernah meledek anaknya dengan
perkataan jelek dan tiba-tiba saya langsung dipukul”
Bhabin : “Bapak-bapak sekalian bahwa anak-anak itu biasa
dalam pergaulan, suka main ledek-ledekan dan nanti dia
akan cepat sekali berbaikan, kita sebagai orang tua jangan
ikut campur terlalu dalam dengan apa yang terjadi dengan
anak kita, karena jika kita ikut campur akan terjadi seperti
ini, orang tua akan berkelahi atau saling pukul, sedangkan
anaknya besok sudah baikan lagi, karena itu dalam
kesempatan ini kedua belah pihak saling menyadari saja
dan tidak perlu mencari siapa yang salah serta saling
memaafkan, memang tetangga B mempunyai hak untuk
melaporkan kejadian tersebut ke Polisi namun dalam hal ini
perkara tersebut termasuk pidana ringan yang
penyelesaiannya bisa dilakukan dengan musyawarah.
Karena itu saya mengharapkan kedua belah pihak dalam
permasalahan ini mau bermusyawarah, apakah kedua
belah pihak mau musyawarah?”
Tetangga A: “iya pak”
Tetangga B: “iya pak”
Narator: selanjutnya karena kedua belah pihak mau
musyawarah disaksikan ketua RT RW dan tomas, dibuatlah
surat pernyataan bersama untuk memperkuat hasil
musyawarah tersebut.
Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !
2) Kelompok 3

PENDIDIK FT. BINMAS 13


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Skenario 3 (Pencegahan Kejahatan)


Tema Drama : Pemecahan Masalah “penyuluhan kepada
anak sekolah” oleh Bhabinkamtibmas.
Keterangan
Kepala Sekolah : Muktar
Bhabinkamtibmas : Ahyar
Narator : Rachmad
Permasalahan
Pemecahan kejahatan oleh Bhabinkamtibmas dengan
melakukan kunjungan ke sekolah serta melakukan
himbauan kamtibmas.
Bhabin : Assalamu’alaikum, mohon ijin bapak kepala
sekolah, saya Bhabinkamtibmas desa Kaliabang Tengah”
Kepsek : “oh iya pak, silahkan masuk, ada apa pak?”
Bhabin : “Hari ini adalah hari terakhir anak-anak ujian
sekolah, kiranya saya ingin melakukan himbauan
kamtibmas kepada siswa siswi sekolah bapak, hal ini
sesuai dengan arahan pimpinan untuk mencegah terjadinya
tawuran”
Kepsek : “baik pak, saya sangat menyambut baik dan saya
akan mengumpulkan anak-anak di lapangan”
Narator: selanjutnya Kepsek dan Bhabinkamtibmas menuju
lapangan dimana anak-anak sekolah sudah menunggu
untuk diberikan arahan dan himbauan kamtibmas,
selanjutnya Bhabinkamtibmas memberikan arahan kepada
siswa siswi.
Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !
3) Peserta pelatihan membuat resume materi.

14 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
KONSEPSI POLMAS

1. Pengertian Polmas
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
b. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya
disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk mengajak
masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat,
sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi
permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan
masalahnya.
c. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang
melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas.
d. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah pengemban
Polmas di desa/kelurahan.
e. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan, dan
penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas secara
kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari penentuan
kebijakan sampai dengan implementasinya.
f. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan
bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan
masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna
menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran
PENDIDIK FT. BINMAS 15
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas


hidup masyarakat.
g. Balai Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat BKPM adalah tempat dan sarana yang digunakan
untuk kegiatan Polri dan warga masyarakat dalam membangun
kemitraan.
h. Pilar Polmas adalah pemangku kepentingan yang mendukung
keberhasilan penerapan Polmas dimasyarakat lokal.

2. Tujuan Polmas
Tujuan Polmas sebagai berikut:
a. Terwujudnya kemitran Polri dan masyarakat yang didasarkan
pada kesepakatan bersama untuk menangani masalah sosial
yang dapat menggangu Kamtibmas guna menciptakan rasa
aman, tertib, dan tentram;
b. Upaya menanggulangi permasalahan yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan ketenteraman masyarakat,
mencakup rangkaian upaya pencegahan dengan melakukan
identifikasi akar permasalahan, menganalisis, menetapkan
prioritas tindakan, melakukan evaluasi berulang atas efektifikas
tindakan;
c. Kemitraan Polisi dan masyarakat meliputi mekanisme kemitraan
yang mencakup keseluruhan proses manajemen, mulai dari
perencanaan, pengawasan, pengendalian, analisis dan evaluasi
atas pelaksanaan kegiatan. Kemitraan tersebut merupakan
proses yang berkelanjutan;
d. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman, tertib dan
tenteram, masyarakat diikutsertakan untuk aktif menemukan,
mengidentifikasi, menganalisis dan mencari jalan keluar bagi
masalah-masalah yang mengganggu keamanan, ketertiban dan
masalah sosial lainnya. Masalah yang dapat diatasi oleh
masyarakat terbatas pada masalah yang ringan, tidak termasuk
perkara pelanggaran hukum yang serius.

3. Prinsip-prinsip Polmas
Prinsip Polmas sebagai berikut:
a. Komunikasi intensif yaitu komunikasi dua arah yang dilakukan
secara terus-menerus antara pengemban Polmas dengan
16 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat/komunitas melalui pertemuan langsung maupun


tidak langsung dalam rangka membahas masalah keamanan
dan ketertiban;
b. Kesetaraan yaitu kedudukan yang sama antara pengemban
Polmas dan masyarakat/komunitas, saling menghormati dan
menghargai perbedaan pendapat;
c. Kemitraan yaitu kerja sama yang konstruktif antara pengemban
Polmas dengan masyarakat/komunitas dalam rangka
pemecahan masalah sosial, pencegahan/ penanggulangan
gangguan keamanan dan ketertiban;
d. Transparansi yaitu keterbukaan antara pengemban Polmas
dengan masyarakat/komunitas serta pihak-pihak lain yang
terkait dengan upaya menjamin rasa aman, tertib, dan tenteram
agar dapat bersama-sama memahami permasalahan, tidak
saling curiga, dan dapat meningkatkan kepercayaan satu sama
lain;
e. Akutanbilitas yaitu dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaan
Polmas sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku
dengan tolok ukur yang jelas, seimbang dan objektif;
f. Partisipasi yaitu kesadaran Polri dan warga masyarakat untuk
secara aktif ikut dalam berbagai kegiatan masyarakat/komunitas
dalam upaya memelihara rasa aman dan tertib, memberi
informasi saran dan masukan, serta aktif dalam proses
pengambilan keputusan guna memecahkan permasalahan
Kamtibmas dan tidak main hakim sendiri;
g. Hubungan personal yaitu pendekatan Polri kepada komunitas
yang lebih mengutamakan hubungan pribadi daripada
hubungan formal/birokratis;
h. Proaktif yaitu aktif (tidak bersifat menunggu) memantau dan
memecahkan masalah sosial sesuai dengan peraturan
perundang-undangan untuk mencegah terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban serta peningkatan pelayanan
kepolisian;
i. Orientasi pada pemecahan masalah, yaitu petugas Polri
bersama-sama dengan masyarakat/komunitas melakukan
identifikasi dan menganalisis masalah, menetapkan prioritas
dan respons terhadap sumber/akar masalah.

4. Falsafah Polmas

PENDIDIK FT. BINMAS 17


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Falsafah Polmas:
a. Masyarakat bukan merupakan objek pembinaan, melainkan
sebagai subjek dan mitra yang aktif dalam memelihara
Kamtibmas di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak
asasi manusia;
b. Penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil, bila hanya
dilakukan oleh Polri, melainkan harus bersama-sama dengan
masyarakat dalam menangani permasalahan Kamtibmas;
c. Menitikberatkan pada upaya membangun kepercayaan
masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh
prinsip demokrasi dan hak asasi manusia;
d. Bersikap dan berperilaku sebagai mitra masyarakat yang lebih
mengutamakan pelayanan, menghargai kesetaraan antara
Polisi dengan masyarakat serta mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mengamankan lingkungannya;
e. Membangun kepercayaan masyarakat dilakukan melalui
komunikasi dua arah secara intensif antara Polri dengan
masyarakat dalam kemitraan yang setara untuk pemeliharaan
Kamtibmas;
f. Mengupayakan pengembangan sistem Polmas yang ada
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan nilai-nilai
budaya lokal; dan
g. Menggalang kemitraan yang dilandasi norma-norma sosial dan
budaya lokal, untuk memelihara Kamtibmas.

5. Fungsi Polmas
Fungsi Polmas:
a. Mengajak masyarakat melalui kemitraan dalam rangka
pemeliharaan Kamtibmas;
b. Membantu masyarakat mengatasi masalah sosial di
lingkungannya dalam rangka mencegah terjadinya gangguan
Kamtibmas;
c. Mendeteksi, mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
prioritas masalah, dan merumuskan pemecahan masalah
Kamtibmas; dan
d. Bersama masyarakat menerapkan hasil pemecahan masalah
Kamtibmas.

18 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6. Strategi dan Sasaran Polmas


a. Strategi Polmas antara lain:
1) Kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau
komunitas;
2) Pemecahan masalah;
3) Pembinaan keamanan swakarsa;
4) Penitipan eksistensi FKPM kedalam pranata masyarakat
tradisional;
5) Pendekatan pelayanan Polri kepada masyarakat;
6) Bimbingan dan penyuluhan;
7) Patrol dialogis;
8) Intensifikasi hubungan Polri dengan komunitas;
9) Koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis kepolisian;
10) Kerja sama bidang Kamtibmas.
b. Sasaran Polmas antara lain:
1) Kepercayaan masyarakat/komunitas terhadap Polri;
2) Kesadaran dan kepedulian masyarakat/komunitas
terhadap potensi ancaman/gangguan keamanan,
ketertiban dan ketentraman di lingkungannya;
3) Kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi akar
permasalahan yang terjadi di lingkungannya, bekerjasama
dengan Polri untuk melakukan analisis dan pemecahan
masalahnya;
4) Kesadaran hukum masyarakat;
5) Partisipasi mayarakat/komunitas dalam menciptakan
Kamtibmas dilingkungannya;
6) Gangguan Kamtibmas di lingkungan masyarakat.

7. Pelaksanaan Polmas
a. Pengemban Polmas; dan
b. Bhabinkamtibmas.
c. Polmas dilaksanakan dengan tiga model, yaitu:

PENDIDIK FT. BINMAS 19


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Model A, berupa pendayagunaan pranata sosial


(tradisional dan modern), Polmas Model A diterapkan
melalui:
a) Pembinaan keamanan swakarsa, meliputi:
(1) sistem keamanan lingkungan:
(a) ronda kampung atau nama lain sesuai
dengan sebutan didaerahnya, antara lain
jaga baya (Jawa), pecalang (Bali);
(b) ronda di kawasan pemukiman;
(2) satuan pengamanan;
(3) sukarelawan pengatur lalu lintas;
(4) patroli keamanan sekolah;
(5) pramuka satuan karya Bhayangkara;
b) Penitipan eksistensi FKPM atau sebutan lainnya ke
dalam pranata adat antara lain:

(1) Tuha Peuet (Aceh);


(2) Dalihan Na Tolu (Batak);
(3) Tungku Tigo Sajarangan (Sumatera Barat);
(4) Rembug Pekon (Lampung);
(5) Masyarakat Pakraman (Bali);
(6) Mapalus (Sulawesi Utara);
(7) Saniri Negeri (Maluku); dan
(8) Tua–tua Adat (Papua).
2) Model B, berupa intensifikasi fungsi Polri di bidang
pembinaan masyarakat; dan Polmas Model B diterapkan
melalui:
a) pendekatan pelayanan Polri kepada masyarakat,
antara lain:
(1) Call centre Polri 110, NTMC (National Traffic
Manajement Centre), dan TMC (Traffic
Manajement Centre);
(2) pelayanan reaksi cepat (quick response);
(3) Balai Layanan Kamtibmas Keliling (BLKK);
20 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) pelayanan Samsat keliling;


(5) pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM) keliling;
(6) Sentra Pelayanan Masyarakat (SPM);
(7) pelayanan izin operasional Badan Usaha Jasa
Pengamanan (BUJP) dan Kartu Tanda Anggota
(KTA) Satpam, secara on line;
(8) pelayanan Pengaduan Masyarakat (Dumas);
(9) pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak
(PPA);
(10) pelayanan informasi dan dokumentasi
kepolisian; dan
(11) peningkatan hubungan dan koordinasi dengan
Lembaga Masyarakat Kelurahan/Desa
(LMK/LMD);
b) bimbingan dan penyuluhan, antara lain:
(1) memberikan bimbingan Kamtibmas kepada
warga masyarakat dengan cara antara lain
sosialisasi, konsultasi, audiensi, mediasi,
negosiasi;
(2) memberikan penyuluhan Kamtibmas;
(3) penyampaian pesan-pesan Kamtibmas;
c) patroli yang dilakukan secara dialogis, antara lain:
(1) patroli dari rumah ke rumah (door to door);
(2) patroli sambang kampung;
(3) patroli kamandanu (patroli jarak jauh);
(4) patroli blok;
(5) patroli beat; dan
(6) patroli sambang nusa;
d) intensifikasi hubungan Polri dengan komunitas,
antara lain:
(1) komunitas intelektual;
(2) komunitas profesi;
(3) komunitas hobi;
(4) komunitas olahraga;
PENDIDIK FT. BINMAS 21
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) komunitas seni budaya;


(6) komunitas tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
tokoh adat;
(7) komunitas Kelompok Sadar Kamtibmas
(Pokdarkamtibmas).
e) koordinasi, pengawasan, dan pembinaan
(Korwasbin) teknis kepolisian, meliputi:
(1) Kepolisian Khusus (Polsus);
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);
(3) Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa.
f) intensifikasi kegiatan fungsi-fungsi teknis kepolisian,
meliputi:
(1) Binmaspol yang terdiri dari:
(a) Penempatan minimal satu
Bhabinkamtibmas pada setiap
desa/kelurahan;
(b) Pembinaan Keluarga Besar Putra Putri
Polri (KBPPP);
(c) Deradikalisasi kelompok ekstrim.
(2) Sabhara antara lain:
(a) Police Back Bone Quick Response;
(b) Pengamanan kegiatan penyampaian
pendapat di muka umum secara humanis.
(3) Lalu lintas antara lain:
(a) Polisi Sahabat Anak;
(b) Polisi Cilik;
(c) Pelopor Keselamatan Berlalulintas;
(d) Patroli Keamanan Sekolah;
(e) Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas.
(4) Reserse antara lain:
(a) Kring Reserse;
(b) pelayanan Surat Pemberitahuan
22 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Perkembangan Hasil Penyidikan


(SP2HP).
(5) Intelijen Keamanan antara lain:
(a) pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), Surat Izin Keramaian,
Surat Izin Penggunaan Senjata Api, dan
Surat Izin Bahan Peledak;
(b) Pengembangan jaringan intelijen.
(6) Kepolisian Perairan antara lain terdiri dari:
(a) melakukan kemitraan dan kerja sama
dengan masyarakat atau komunitas
transportasi laut yang ada di wilayah
perairan atau pesisir pantai;
(b) memberdayakan potensi masyarakat atau
komunitas perairan yang dapat
mendukung terciptanya kamtibmas yang
kondusif di perairan;
(c) patroli dialogis di perairan.
(7) Kepolisian Udara antara lain terdiri dari:
(a) melakukan kemitraan dan kerja sama
dengan masyarakat atau komunitas
transpotasi udara;
(b) memberdayakan potensi masyarakat atau
komunitas transpotasi udara yang dapat
mendukung terciptanya kamtibmas yang
kondusif.
(8) Kepolisian Satwa antara lain terdiri dari:
(a) melakukan kemitraan dan kerja sama
dengan masyarakat atau komunitas yang
berkaitan dengan hewan;
(b) memberdayakan potensi masyarakat atau
komunitas yang berkaitan dengan hewan
yang dapat mendukung terciptanya
kamtibmas yang kondusif.
(9) Kepolisian Objek Vital antara lain terdiri dari:
(a) melakukan kemitraan dan kerja sama
dengan masyarakat atau komunitas objek
PENDIDIK FT. BINMAS 23
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

nasional atau daerah, kementerian,


lembaga, badan, perusahaan swasta dan
atau asing, untuk mendukung terciptanya
kamtibmas yang kondusif;
(b) bekerja sama dengan masyarakat atau
komunitas yang berada di lokasi sekitar
objek vital nasional dan daerah untuk
mencegah dan menanggani gangguan
ketertiban masyarakat.
(10) Brigade Mobile, antara lain:
(a) melaksanakan penanggulangan terhadap
huru hara.
(b) memberikan pelayanan SAR dalam
rangka mengamankan dan
menyelamatkan warga masyarakat dari
bencana alam maupun kecelakaan;
3) Model C, berupa pengembangan konsep Polmas dari
negara Jepang (Koban dan Chuzaiso), Australia, New
Zealand, dan Inggris (Neighbourhood Watch) di Indonesia.
Polmas Model C huruf c dapat diterapkan Polri sesuai
dengan karakteristik masyarakat di masing-masing
daerah.

8. Pengemban Polmas dan Indikator Keberhasilan Polmas


a. Pengemban Polmas
1) Pengemban Polmas pada tingkat Polda diangkat
berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Daerah
(Kapolda);
2) Pengemban Polmas pada tingkat Polres diangkat
berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Resor
(Kapolres);
3) Pengemban Polmas dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya wajib menerapkan prinsip-prinsip Polmas
dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
a) Pengemban Polmas bertugas:
(1) melaksanakan pembinaan masyarakat, deteksi
dini, negosiasi/mediasi, identifikasi, dan
mendokumentasi data komunitas di tempat
24 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penugasannya yang berkaitan dengan kondisi


Kamtibmas;
(2) melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
terhadap masyarakat atau komunitas di tempat
penugasannya tentang Kamtibmas;
(3) melaksanakan komunikasi dan koordinasi
dengan masyarakat atau komunitas di tempat
penugasannya tentang pemeliharaan
Kamtibmas; dan
(4) melaksanakan konsultasi dan diskusi dengan
masyarakat atau komunitas di tempat
penugasannya tentang pemecahaan masalah
Kamtibmas.
b) Wewenang pengemban Polmas:
(1) menerima informasi tentang permasalahan
Kamtibmas dari masyarakat atau komunitas
untuk diteruskan kepada pimpinan;
(2) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya
penyakit masyarakat;
(3) membantu menyelesaikan perselisihan warga
masyarakat atau komunitas;
(4) melakukan tindakan kepolisian berupa
penertiban, pengamanan, penegakkan hukum
terhadap orang yang menolak/melawan
petugas di lapangan secara proporsional dan
merupakan pilihan terakhir.

b. Indikator keberhasilan Polmas

Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek : kinerja


pelaksanaan Polmas; pengemban Polmas dan
Bhabinkamtibmas;masyarakat; hubungan Polri dan masyarakat.
1) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek Kinerja
pelaksanaan Polmas sebagai berikut:
a) meningkatnya intensitas komunikasi antara
Pengemban Polmas dengan Bhabinkamtibmas dan
masyarakat;
b) meningkatnya keakraban hubungan Pengemban
Polmas dengan Bhabinkamtibmas dengan
masyarakat;
c) meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

PENDIDIK FT. BINMAS 25


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Polri;
d) meningkatnya instensitas kegiatan forum komunikasi
antara Polri dengan masyarakat;
e) meningkatnya kepekaan/kepedulian masyarakat
terhadap masalah Kamtibmas di lingkungannya;
f) meningkatnya informasi/saran dari masyarakat pada
Polri tentang akuntabilitas pelaksanaan tugas Polri;
g) meningkatnya ketaatan masyarakat terhadap hukum;
h) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
memberikan informasi Kamtibmas, peringatan dini,
dan kejadian;
i) meningkatnya kemampuan masyarakat mengeleminir
akar masalah;
j) meningkatnya keberadaan dan berfungsinya
mekanisme penyelesaian masalah oleh polisi dan
masyarakat; dan
k) menurunnya gangguan Kamtibmas.
2) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek
Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas sebagai
berikut:
a) kesadaran bahwa masyarakat sebagai pemangku
kepentingan yang harus dilayani;
b) meningkatnya rasa tanggung jawab tugas kepada
masyarakat;
c) meningkatnya semangat melayani dan melindungi
masyarakat sebagai kewajiban profesi;
d) meningkatnya kesiapan dan kesediaan menerima
keluhan/pengaduan masyarakat;
e) meningkatnya kecepatan merespons
pengaduan/keluhan/laporan masyarakat;
f) meningkatnya kecepatan mendatangi TKP;
g) meningkatnya kesiapan memberikan bantuan yang
sangat dibutuhkan masyarakat;
h) meningkatnya kemampuan menyelesaikan masalah,
konflik/pertikaian antarwarga; dan
i) meningkatnya intensitas kunjungan petugas terhadap
warga.
3) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek
masyarakat sebagai berikut:
26 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas mudah


dihubungi oleh masyarakat;
b) pos/loket pengaduan/laporan mudah ditemukan
masyarakat;
c) mekanisme pengaduan mudah, cepat dan tidak
berbelit-belit;
d) respon/jawaban atas pengaduan cepat/segera
diperoleh masyarakat;
e) meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
Polri;
f) meningkatnya kemampuan FKPM dalam
menemukan, mengidentifikasi akar masalah, dan
penyelesaiannya;
g) meningkatnya kemandirian masyarakat dalam
mengatasi permasalahan di lingkungannya;
h) berkurangnya ketergantungan masyarakat kepada
Polri; dan
i) meningkatnya dukungan masyarakat dalam
memberikan informasi dan pemikiran.
4) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek
hubungan Polri dan masyarakat sebagai berikut:
a) meningkatnya intensitas komunikasi Pengemban
Polmas dan Bhabinkamtibmas dengan masyarakat;
b) meningkatnya intensitas kegiatan FKPM di Balai
Kemitraan Polisi dan Masyarakat atau tempat
lainnya;
c) meningkatnya intensitas kegiatan kerja sama
Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas dan
masyarakat;
d) meningkatnya keterbukaan dalam memberikan
informasi;
e) meningkatnya kebersamaan dalam penyelesaian
permasalahan; dan
f) meningkatnya intensitas kerja sama dan partisipasi
dari pemangku kepentingan.

9. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)


a. Tugas FKPM meliputi:
1) mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan, dan
PENDIDIK FT. BINMAS 27
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mempelajari karakteristik potensi gangguan kamtibmas


yang ada di lingkungannya;
2) ikut serta mengambil langkah-langkah yang proporsional
dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan
fungsi bimbingan/penyuluhan;
3) membahas permasalahan sosial aspek kamtibmas yang
bersumber dari wilayahnya dengan memberdayakan
masyarakat yang berkompeten atau konsultan dan
menemukan akar permasalahan serta menentukan jalan
keluar untuk pemecahannya;
4) membahas dan menetapkan program kerja dengan
memperhatikan skala prioritas termasuk melakukan
evaluasi dan revisi bila diperlukan;
5) mengajukan rancangan/proposal program kerja kepada
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan dukungan
anggaran;
6) melaksanakan program kerja yang telah dibuat sesuai
dengan dukungan anggaran yang tersedia (yang
bersumber dari Pemerintah Daerah atau swadaya anggota
FKPM/pihak swasta);
7) secara terus-menerus memantau kegiatan warga dari
aspek keamanan dan ketertiban di wilayahnya serta
wilayah yang berdekatan dengannya; dan
8) menampung keluhan/pengaduan masyarakat yang
berkaitan dengan masalah kamtibmas dan masalah sosial
lainnya serta membahasnya bersama dengan
Bhabinkamtibmas/pengemban Polmas untuk
mendapatkan solusi.
b. Wewenang FKPM meliputi:
1) membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu
dilakukan atau tidak dilakukan oleh warga sehingga
merupakan suatu peraturan lokal dalam lingkungannya;
2) secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan
kepolisian (upaya paksa) dalam hal terjadi
kejahatan/tindak pidana dengan tertangkap tangan;
3) memberikan pendapat dan saran kepada Kapolsek baik
tertulis maupun lisan mengenai pengelolaan/peningkatan
kualitas keamanan/ketertiban lingkungan; dan
4) turut serta menyelesaikan perkara ringan atau perselisihan
antarwarga yang dilakukan oleh petugas Polmas.
c. Hak FKPM, meliputi:

28 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) mendapatkan fasilitas baik materiil maupun nonmateriil


sesuai yang ditetapkan atau disepakati forum khusus,
aparat desa dan dukungan warga;
2) mendapat dukungan anggaran dari pemerintah daerah
sepanjang tercantum dalam program kerja untuk
pemecahan masalah-masalah sosial dalam rangka
pembinaan Kamtibmas dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat.
d. Kewajiban FKPM, meliputi:
1) menjunjung hak asasi manusia dan menghormati norma-
norma agama, adat/kebiasaan dan kesusilaan masyarakat
setempat;
2) bersikap jujur dalam menjalankan tugas;
3) tidak diskriminatif dan tidak berpihak dalam menangani
perselisihan/pertikaian;
4) mengutamakan kepentingan umum/tugas di atas
kepentingan pribadi;
5) bersikap santun dan menghargai setiap orang serta
bersikap dan berperilaku yang dapat menjadi contoh dan
teladan masyarakat; dan
6) mengelola administrasi dan keuangan forum secara
transparan dan bertanggung jawab.
e. Larangan FKPM meliputi:
1) membentuk suatu-satuan tugas (Satgas-satgas);
2) menggunakan atribut dan emblim (lambang/simbol) Polri
dalam organisasi Forum;
3) tanpa bersama pengemban Polmas, menangani sendiri
penyelesaian kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran;
4) melakukan tindakan kepolisian (upaya paksa) terhadap
kasus kejahatan, kecuali dalam keadaan tertangkap
tangan; dan
5) mengatasnamakan atau mengkait-kaitkan hubungan
Polmas/FKPM dalam melakukan kegiatan politik praktis.

POKOK BAHASAN 2
PENDIDIK FT. BINMAS 29
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KONSEP BHABHINKAMTIBMAS

1. Pengertian-pengertian Terkait Bhabinkamtibmas


a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri;
b. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang
selanjutnya disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk
mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan
masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan
mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan
pemecahan masalahnya;
c. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang
melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas;
d. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah
pengemban Polmas di desa/kelurahan;
e. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan,
dan penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas
secara kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari
penentuan kebijakan sampai dengan implementasinya;
f. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya
disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan
bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan
masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna
menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran
penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat;
g. Balai Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya

30 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

disingkat BKPM adalah tempat dan sarana yang digunakan


untuk kegiatan Polri dan warga masyarakat dalam
membangun kemitraan;
h. Pilar Polmas adalah pemangku kepentingan yang mendukung
keberhasilan penerapan Polmas dimasyarakat lokal.

2. Dasar Hukum Bhabinkamtibmas


a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. Peraturan Presiden Nomor 6 tahun 2017 tentang Susunan
Organisasi dan tata Kerja Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
c. Peraturan Kapolri Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian
Masyarakat.

3. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas


a. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan
masyarakat, deteksi dini, dan mediasi/negosiasi agar tercipta
kondisi yang kondusif di desa/kelurahan;
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, melakukan kegiatan:
1) kunjungan dari rumah ke rumah (door to door) pada
seluruh wilayah penugasannya;
2) melakukan dan membantu pemecahan masalahan
(Problem Solving);
3) melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan
masyarakat;
4) menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana;
5) memberikan perlindungan sementara kepada orang yang
tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran;
6) ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban
bencana alam dan wabah penyakit;
7) memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat
atau komunitas berkaitan dengan permasalahan
Kamtibmas dan pelayanan Polri.

4. Fungsi Bhabinkamtibmas

PENDIDIK FT. BINMAS 31


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk:


1) mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang
permasalahan Kamtibmas dan memberikan penjelasan
serta penyelesaiannya;
2) hubungan silaturahmi/persaudaraan;
b. membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas
untuk meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM);
c. menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri
berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Harkamtibmas);
d. mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan
lingkungan dan kegiatan masyarakat;
e. memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang
memerlukan;
f. menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif;
g. mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan
perangkat desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya; dan
h. melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi
kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan
masalah

5. Wewenang Bhabinkamtibmas
a. menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas;
b. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak
lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan
lingkungan;
c. mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan
Tindakan Pertama (TP) di TKP; dan

d. mengawasi aliran kepercayaan dalam masyarakat yang dapat


menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.

6. Keterampilan Bhabinkamtibmas
a. Keterampilan yang harus dimiliki Bhabinkamtibmas :

32 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) deteksi dini;
2) komunikasi sosial;
3) negosiasi dan mediasi;
4) kepemimpinan; dan
5) pemecahan masalah sosial.
b. Pengetahuan Yang Harus Dimiliki Oleh Bhabinkamtibmas
1) Karakteristik wilayah penugasan;
2) Budaya masyarakat setempat;
3) Peraturan perundang-undangan;
4) Sosiologi masyarakat desa;
5) Polmas;
6) Komunikasi sosial;
7) Bimbingan dan penyuluhan;
8) Kepemimpinan;
9) Hak asasi manusia.
c. Sikap Kepribadian Yang Harus Dimiliki Oleh
Bhabinkamtibmas
1) Percaya diri adalah bersikap optimis terhadap
kemampuannya, apa yang dilaksanakannya dan
bagaimana melaksanakannya serta tidak takut untuk
mengembangkan kemampuan diri;
2) Profesional adalah kemampuan profesionalisasi Polri
sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat
khususnya kemampuan membangun kemitraan dengan
warga masyarakat;
3) Disiplin adalah ketaatan kepada aturan dan ketertiban diri
dalam penggunaan waktu secara efektif untuk
melaksanakan tugas maupun kehidupan sehari-hari;
4) Simpatik adalah selalu berpakaian rapi, sikap menarik
dan menunjukkan empati;
5) ramah adalah selalu menunjukkan sikap
berteman/bersahabat murah senyum, mendahului sapa
salam;
6) Optimis adalah bersikap positif, tidak ragu akan
keberhasilan dalam setiap malakukan pekerjaan;

PENDIDIK FT. BINMAS 33


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Inisiatif adalah kemampuan mengajukan gagasan dan


prakarsa dalam mengidentifikasi masalah, menentukan
prioritas masalah, mencari alternatif solusi dan
memecahkan permasalahan dengan melibatkan
masyarakat;
8) Cermat adalah teliti dalam mengumpulkan dan
menganalisa fakta serta mempertimbangkan
konsekuensi atas setiap pengambilan keputusan;
9) Tertib adalah selalu teratur dalam melaksanakan
pekerjaan dan mampu menata/menyusun rencana kerja,
dokumen, lingkungan kerja dan wilayah kerja;
10) Akurat adalah mampu menentukan tindakan yang tepat
dalam mengantisipasi permasalahan, disertai
argumentasi yang jelas;
11) Tegas adalah mampu mengambil keputusan dan
tindakan tegas tanpa keraguan serta melaksanakannya
tanpa menunda-nunda waktu;
12) Peduli adalah peka terhadap situasi dan lingkungan
tugasnya maupun terhadap gejolak dan potensi
gangguan Kamtibmas yang timbul di masyarakat.

7. Kedudukan, Kewenangan, Perlengkapan dan Administrasi


Bhabinkamtibmas
a. Kedudukan Bhabinkamtibmas
1) Bhabinkamtibmas berkedudukan dibawah struktur Polsek,
dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada
Kapolsek, dalam kegiatannya dikoordinir oleh Kanit
Binmas Polsek;
2) Bhabinkamtibmas diangkat dan diberhentikan oleh
Kapolres dengan surat keputusan dan merupakan
penugasan definitif;
3) Wilayah penugasan Bhabinkamtibmas adalah di
Desa/Kelurahan atau nama lain yang setingkat dengan
ketentuan setiap Desa/Kelurahan ditugaskan seorang
Bhabinkamtibmas.
b. Kewenangan Bhabinkamtibmas
Sebagai anggota Polri yang berada di tengah-tengah
34 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat, pada dirinya juga melekat kewenangan Kepolisian


secara umum berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
prosedur yang berlaku dilingkungan Polri:
1) Dalam situasi bencana Bhabinkamtibmas bersama
dengan aparat lainnya melakukan sosialisasi dan
mobilisasi warga dalam rangka mencegah dampak buruk
yang ditimbulkan;
2) Dalam rangka mendukung kebijakan Polsek sebagai basis
deteksi, Bhabinkamtibmas sebagai petugas Polri terdepan
diharapkan menjadi mata dan telinga serta menjadi
sumber informasi dalam rangka deteksi dini;
3) Bhabinkamtibmas wajib mencatat semua kegiatan yang
dilaksanakan secara detail dalam buku mutasi kegiatan
sesuai dengan format yang ditetapkan;
c. Kelengkapan Bhabinkamtibmas Untuk Mendukung Kelancaran
Tugas
1) Jas hujan;
2) Rompi;
3) Jaket;
4) Senter;
5) Ransel Kerja;
6) Kamera;
7) komputer, modem, dan printer;
8) Alat Komunikasi (HP, HT, Megaphone/Wireless);
9) Kartu Nama;
10) Belangko Kunjungan;
11) Stiker Kunjungan;
12) Brosur Kamtibmas;
13) Buku Agenda;
14) Peta Desa/Kelurahan;
15) Garis Polisi (police line);
16) Alat Tulis Kantor (ATK); dan
17) Alat mobilitas (sepeda motor/sepeda/lain-lain).
FORMAT
“A”

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

PENDIDIK FT. BINMAS 35


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

FORMAT LAPORAN INFORMASI

NO. INFO : ...............

ASPEK MATERI INFORMASI

SUMBER INFO NAMA :


PEKERJAAN :
ALAMAT :
WAKTU INFO HARI : TGL : PKL :
DIDAPAT
TEMPAT INFO
DIDAPAT
CARA - Terbuka / tertutup *
MENDAPATKAN - Disampaikan oleh sumber/digali oleh pelapor *
INFO
BIDANG POLITIK EKONOMI SOSBUD KEAMANAN

URAIAN INFORMASI :

PELAPOR NAMA :
PANGKAT/NRP :
( …………………) TANDA TANGAN :

NILAI INFORMASI A B C D E F
(Diisi oleh atasan 1 2 3 4 5 6
pelapor)
Penjelasan :

Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas apabila ada hal-hal yang sangat
penting, yang bukan kewenangan Bhabinkamtibmas.

FORMAT “B-1”
BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

SURAT KESEPAKATAN BERSAMA

36 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pada hari ini, ………. Bulan …….tahun ………… Kami yang bertanda
tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………..
Alamat : .........................................

Dalam hal ini disebut sebagai pihak kesatu

Nama : …………………………….
Alamat : .........................................

Dalam hal ini disebut sebagai pihak kedua

Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan siapapun bertekat
baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut :

( Diisi kesepakatan uraian kesepakatan seperti : a. Permintaan maaf dari


salah satu pihak atau saling memaafkan dari kedua belah pihak, b.
Kesanggupan untuk ganti rugi dari salah satu pihak jika ada, c. Janji tidak
mengulangi perbuatannya, d. Tidak saling menuntut, dll )

Demikian surat kesepakatan bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh


kedua belah pihak dihadapan para saksi dan petugas Polmas yang turut
serta menandatangani kesepakatan ini.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


Saksi – saksi :
1. ............................
2. ............................

MENGETAHUI
BHABINKAMTIBMAS

NAMA
( PANGKAT/ NRP )
Penjelasan :
Format dibuat untuk pihak-pihak yang bersengketa dan arsip pada
Bhabinkamtibmas
FORMAT
“B-2”

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

PENDIDIK FT. BINMAS 37


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

LAPORAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

1. Nama :
Pangkat :
Bhabinkamtibmas : Desa /.Kelurahan ....................

2. Melaporkan bahwa :
a. Pada hari/tgl/pkl : ...........................................
b. TKP : ...........................................
c. Uraian singkat
kejadian : ...........................................
...........................................
...........................................
...........................................

3. Nama Pelapor/Korban :
a. Alamat : ...........................................
b. Pekerjaan : ...........................................

4. Nama Terlapor :
a. Nama : ...........................................
b. Alamat : ...........................................

5. Hasil Penanganan : ...........................................


...........................................
...........................................

Nama Kota/Wilayah, ............. 201........

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Diisi berdasarkan format B-1 jika diselesaikan,
atau tanpa merujuk format B-1 jika diserahkan
penanganannya kepada Polsek/Res/Instansi lain.

FORMAT “B-3”

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

38 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

LAPORAN REKAPITULASI PEMECAHAN MASALAH


BULAN : .............................

KASUS / PERKARA PENYELESAIAN


NO KET
URAIAN WAKTU LOKASI SELESAI DITERU-
SINGKAT KAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Terjadi 5 Agustus Jl. Alam Terjadi
sengketa 2010 baru RT perdamai-
batas tanah 001/03 an kedua
antara Bpk. belah
Ahmad pihak
dengan Bpk.
Budi

2 Penganiayaa 10 Maret RT Diteruska Korban


n oleh ibu Ani 2011 001/04 Tidak n ke tetap
kepada Kel selesai Polsek meminta
tetangganya Mampang melalui melalui
ibu Rita perapatan jalur jalur
hukum hukum
untuk
ditindakla
njuti

…………………………………………..

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Diisi berdasarkan himpunan format B-2 selama
sebulan.

FORMAT
“C”

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

PENDIDIK FT. BINMAS 39


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

REKAPITULASI LAPORAN KEGIATAN BHABINKAMTIBMAS /


PENGEMBAN POLMAS
BULAN : ..........................................

NO HARI / TEMPAT KEGIATAN KET


TGL /
JAM
1 2 3 4 5
1 Senin, 1 Balai desa, desa Melakukan
Agustus Cikesik penyuluhan tentang
2011 Siskamling kpd
masyarakat RW III
Pukul desa cikesik
10.00 s/d
12.00 WIB Peserta 30 orang

2 Selasa 2 RT 001 / RW 10
Agustus desa Cikesik Melakukan sambang
2011 ke pondok pesantren
dgn pimpinan pondok
Pukul K.H. Rachman
19.00 s/d
20.00 WIB

3 dst

…………………………………………..

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA )
( PANGKAT / NRP )

Penjelasan :
Kolom kegiatan berisi kegiatan yang dilakukan
oleh Petugas Polmas seperti : Rapat FKPM,
kunjungan, sambang, ceramah, kegiatan preventif dl

FORMAT ”D”

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

40 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BUKU MUTASI KEGIATAN

NO WAKTU URAIAN LENGKAP KET


KEGIATAN
1 Senin, 4 Juli 2011 Melaksanakan kegiatan
Pukul 09.00 s/d 20.00 WIB pelatihan petugas Kamling RT
001/03 sebanyak 8 orang
bersama pak Rt (Bpk. Agus)

Sabtu, 3 September 2011 Mengikuti kegiatan kunjungan


2 Pukul 09.00 s/d 11.00 WIB Muspida Kab. Bantul yang
dihadiri Bupati, Kapolres,
Dandim dan Kajari dalam
rangka peresmian balai desa

3 Dst.

………………………
…………….
BHABINKAMTIBMAS

( NAMA )
( PANGKAT / NRP )
Penjelasan :
Buku mutasi diisi oleh Bhabinkamtibmas setiap
Selesai melakukan kegiatan, setiap ada kejadian
dan menerima laporan / penyuluhan masyarakat

POKOK BAHASAN 3
DETEKSI DINI

PENDIDIK FT. BINMAS 41


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1. Pengertian-pengertian Terkait Deteksi Dini


a. Deteksi, adalah serangkaian upaya, pekerjaan dan kegiatan
serta tindakan dalam rangka menemukan secara cepat
terhadap berbagai fenomena/gejala/dinamika dan perubahan
masyarakat yang meliputi aspek Statis dan aspek
dinamis/kehidupan masyarakat (geografi, demografi, sumber
kekayaan alam, ideologi politik, sosial ekonomi, sosial budaya
dan keamanan) dengan menggunakan panca indera atau
peralatan tertentu.
b. Bahan keterangan adalah uraian, catatan, tanda-tanda tentang
gejala-gejala, fakta, masalah, peristiwa sebagai hasil usaha
mempelajari, mengetahui, menghayati dengan menggunakan
panca indera dan peralatan tentang suatu situasi dan kondisi.
c. Penyelidikan Intelijen adalah segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan yang dilakukan secara berencana dan terarah untuk
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan bahan-
bahan keterangan yang dibutuhkan dalam bidang
Ipoleksosbudkam dan kemudian menyampaikannya kepada
pimpinan atau pihak-pihak yang berwenang guna
memungkinkan untuk membuat suatu perencanaan atau
perkiraan mengenai masalah yang dihadapi, sehingga dapat
ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan
dengan resiko yang telah diperhitungkan.
d. Pengamatan adalah suatu cara untuk mendapatkan bahan
keterangan dan gambaran obyek tertentu secara langsung
dengan menggunakan panca indera dan peralatan khusus
intelijen.
e. Wawancara adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan
melalui pembicaraan tanya jawab secara langsung kepada
orang-orang yang dianggap mengetahui masalah yang
diperlukan.
f. Produk Intelijen adalah suatu perwujudan akhir dari kegiatan
dan operasional intelijen, setelah melalui proses pengolahan
yang meliputi pencatatan, penilaian dan penafsiran atau tulisan
dinas yang dibuat dan dikeluarkan oleh badan intelijen sebagai
hasil kegiatan dan operasi intelijen, yang disusun dalam bentuk
yang telah ditentukan.
g. Bhabinkamtibmas adalah singkatan dari Bhayangkara Polri
Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat yang diemban oleh
personel Polsek yang penugasannya dikendalikan langsung

42 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

oleh Kapolsek berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh


Kapolres.

2. Sasaran Deteksi Dini


Sasaran deteksi pada hakekatnya meliputi dinamika dan
perubahan seluruh aspek kehidupan masyarakat baik yang bersifat
statis maupun dinamis yang berada di wilayah hukum Polsek, terdiri
dari :
a. Sasaran Aspek Statis
1) Aspek Geografi, meliputi antara lain : segala sesuatu yang
berkaitan dengan bumi/alam, gunung, sungai, danau, luas
wilayah dan batas-batasnya termasuk infrastruktur.
2) Aspek Demografi, yaitu berkaitan dengan kependudukan
yang meliputi keterangan antara lain : tentang jumlah,
jenis kelamin, umur, agama, kewarganegaraan,
pendidikan, pekerjaan, penyebaran/kepadatan,
perpindahan termasuk kelahiran dan kematian.
3) Aspek Sumber Kekayaan Alam, merupakan bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
b. Sasaran Aspek Dinamis (kehidupan masyarakat)
1) Aspek Ideologi, meliputi segala bentuk cita-cita dan
kepercayaan yang dipegang oleh suatu masyarakat yang
mampu menggerakkan aktifitas politik untuk mencapai
tujuan bersama.
2) Aspek Sosial Politik, meliputi partai politik, organisasi
massa, jumlah suara yang diperoleh dalam Pemilu, jumlah
anggota DPRD, Aparatur Negara dan Lembaga Negara,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),media massa
(elektronik dan cetak), kelompok radikal dan Organisasi
Kemasyarakatan di bidang politik lainnya.
3) Aspek Sosial Ekonomi, meliputi segala kegiatan
perekonomian dan potensi ekonomi yang ada, antara lain:
Perbankan, pertokoan, pasar tradisional, pasar swalayan,
perindustrian, koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), perikanan, perkebunan, kelautan, kehutanan,
perhubungan, pertambangan dan energi, telekomunikasi
dan pertanian termasuk peternakan.
4) Aspek Sosial Budaya, meliputi antara lain : agama, aliran
kepercayaan, hukum dan perundang-undangan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, transmigrasi

PENDIDIK FT. BINMAS 43


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

, kesehatan, olah raga, pariwisata, kesenian, tenaga kerja


dan lapangan kerja, lingkungan hidup, tradisi / adat,
pertanahan, penyakit masyarakat dan bencana alam.
5) Aspek Keamanan, meliputi antara lain : berbagai bentuk
kejahatan dan pelanggaran, institusi aparat pertahanan
dan aparat keamanan, obyek vital serta instalasi penting
lainnya.

3. Metode Pelaksanaan Deteksi Dini


a. Teknik Wawancara.
1) Pengertian Teknik Wawancara.
a) Wawancara adalah usaha pekerjaan kegiatan
maupun tindakan dalam rangka pengumpulan
bahan keterangan atau informasi yang terencana
terhadap orang sebagai sumber informasi secara
langsung, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
bernilai Intelijen yang telah disiapkan dengan situasi
yang dikondisikan untuk mencapai tujuan tertentu.
b) Teknik wawancara adalah penerapan metode-
metode dalam melakukan wawancara dengan
menitik beratkan kepada pelaksanaan kegiatan
wawancara itu sendiri seperti Langsung : face to
face/berhadapan dan tidak langsung : melalui
media alat telekomunikasi dan questioner serta
dalam mengajukan bentuk pertanyaan yang akan
diajukan seperti pertanyaannya yang jawabannya
terbatas (wawancara tertutup) dan pertanyaan
yang jawabannya tak terbatas (wawancara
terbuka).
2) Kegunaan, Tujuan, Sasaran.
a) Kegunaan Wawancara.
(1) Digunakan untuk memperoleh fakta yang
obyektif
(2) misalnya wawancara terhadap orang yang
menyaksikan terjadinya suatu peristiwa
(3) Untuk memperoleh fakta yang subyektif
(4) misalnya pendapat atau pikiran seseorang
mengenai sesuatu hal.
44 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) Menggali fakta, alasan, motivasi, opini atas


fenomena, peristiwa yang telah, sedang
maupun yang kemungkinan akan terjadi.
(6) Konfirmasi, melengkapi baket dan data yang
ada, mendorong sumber informasi untuk
menjelaskan fakta secara konstruksionis,
dalam rangka mencari positivistik indikasi
permasalahan dari Intisari Baket yang
dibutuhkan.
b) Tujuan.
(1) Teknik Wawancara dalam rangka
menghasilkan data Strategis.
Yang dimaksud dengan data strategis adalah
informasi yang telah diolah dari hasil
penyelidik kan dan telah dituangkan dalam
bentuk laporan dengan format tertentu tidak
bertujuan jangka pendek namun memiliki
kualitas informasi sebagai early detection
dapat berbentuk data Potensi Gangguan (PG)
dan bermanfaat untuk jangka panjang.
Penerapan teknik Wawancara dalam
menghasilkan data strategis, aktivitas
Wawancara lebih bersifat parsial artinya upaya
pengumpulan informasi yang dilakukan
dengan teknik wawancara atas dasar
kepentingan pengumpulan data per-gatra
secara berdiri sendiri dan semata-mata
bertujuan melengkapi data yang perlu
disempurnakan dari sumber informasi.
Sehingga kegiatan teknik Wawancara seperti
tersebut lebih bersifat rutinitas (Service Type
of Operation/ STO) tanpa tujuan
pengungkapan satu informasi secara khusus.
(2) Teknik Wawancara dan Data Taktis (Kasuistis)
atau secara khusus dalam rangka ungkap
kasus.
Yang dimaksud data yang bersifat taktis
(kasuistis) adalah infomasi yang sengaja
dikumpul kan secara khusus dan lebih bersifat
Mission Type of Operation/MTO yang telah di

PENDIDIK FT. BINMAS 45


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

laporkan dalam bentuk produk tertentu,


bertujuan dalam rangka menjawab dan
menjadi terangnya satu persoalan yang
sedang diselidiki.
Dalam penerapan teknik Wawancara secara
taktis, posisi informasi atau data yang
dihasilkan bersifat sinergi bagi informasi yang
dihasilkan teknik penyelidikan lainnya baik
yang terbuka maupun teknik tertutup. Artinya
informasi hasil teknik wawancara melengkapi
hasil teknik lainnya, karena antara informasi
atau data yang dihasilkan oleh masing-masing
teknik tidak berdiri sendiri, namun menjadi
satu kesatuan informasi saling mendukung
dan bulat serta bertujuan memecahkan
persoalan.
Dalam hal ini teknik Wawancara dilakukan
secara simultan (serentak/bersamaan) dengan
teknik lainnya dengan sasaran yang sama
ataupun berbeda dalam persoalan yang sama.
c) Sasaran.
Dalam wawancara harus di ingat anda tidak
berhadapan dengan makhluk logika , namun
makhluk berakal dan berperasaan oleh karenanya
saat menghadapi sumber informasi sasaran dari
wawancara merujuk pada :
(1) Orang, yang diindikasikan memiliki; misi
strategis, biodata atau identitas, anteseden
atau latar belakang riwayat hidup sumber
informasi, segala kemungkinan lain yang
disesuaikan dengan tujuan wawancara.
(2) Bahan keterangan (baket), yang telah
direncanakan maupun yang berkembang yang
berhubungan dengan sumber informasi utama
dan sumber yang terkait.
(3) Informasi, memperoleh kejelasan data
faktual atas dasar peristiwa yang telah,
sedang terjadi dan akan terjadi.
(4) Opini, menggali gagasan, penilaian dan
kepercayaan sumber informasi atas dasar
46 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

persoalan atau peristiwa yang telah, sedang


terjadi guna mendapatkan gambaran segala
kemungkinan yang akan terjadi.
(5) Personality, segala aspek pribadi seseorang,
latar belakang, wawasan atau pandangan,
persoalannya, yang akan dikaitkan dengan
status strategis atau taktis.
3) Hakekat, Syarat dan Prinsip wawancara.
a) Hakekat Wawancara.
Suatu percakap an meminta keterangan yang tidak
untuk tujuan suatu tugas, tetapi hanya untuk tujuan
sekedar tahu, beramah tamah atau ngobrol saja
tidak disebut wawancara,
Jadi hakikat wawancara mencakup komunikasi
yang dipergunakan untuk tujuan suatu tugas
tertentu dalam mendapatkan, mengumpulkan
keterangan dengan bercakap cakap atau dengan
istilah lain :
(1) Komunikasi dua arah antara komunikator dan
komunikan.
(2) Komunikator menggali sesuatu dari
komunikan.
(3) Materi yg digali adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan informasi dan kebutuhan
baket yang sedang dikaji/dilidik dari sasaran.
(4) Sasaran/komunikan sadar akan arah dan
maksud pembicaraan komunikator/penanya
b) Syarat wawancara.
Menjalankan wawancara yang dapat menarik
sebanyak mungkin keterangan dari sumber
informasi dan dapat menumbuhkan rapport yang
sebaik baiknya memang merupakan suatu
kepandaian yang dapat dicapai dengan banyak
pengalaman, kemahiran berwawancara merupaan
suatu kemahiran bersifat seni, kecuali pengalaman
juga bakat, orang yang mempunyai bakat bergaul
dengan sesamanya biasanya pandai melakulan
wawancara, untuk itu sebaiknya pewawancara
memperhatikan syarat dalam wawancara tentu
PENDIDIK FT. BINMAS 47
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

untuk tidak dihafalkan tetapi untuk diterapkan dan


dibiasakan.
(1) Tujuan yang jelas.
Wawancara senantiasa didasari tujuan yang
sudah direncanakan. kalau tidak maka tanya
jawab yang berlangsung disebut berbincang-
bincang atau obrolan. Dengan demikian,
keterarahan merupakan faktor penting. Makin
terarah maka tujuan wawancara makin baik.
Paling tidak pewawancara dapat memper
tanggung-jawabkan tujuannya melakukan
wawancara, dan baket-informasi apa yang
ingin tercapai.
(2) Efisien.
Lamanya melakukan suatu wawancara
biasanya terbatas pada kemampuan pada
sipewawancara kalau wawancara bersifat
omong omong dan ngobrol secara bebas
menurut pengalaman pada umumnya tiga
jam merupakan suatu batas maksimum,
Wawancara efisien apabila berhasil
mengungkap tujuan pokok wawancara yang
ingin dicapai dalam waktu ringkas, sehingga
pengguna/user dengan segera mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya. Karena itu
hindari wawancara yang bertele-tele.
Lakukanlah wawancara secara mendalam
tetapi ringkas untuk mengungkap banyak hal
yang berkaitan dengan pengungkapan
informasi atau yang dibutuhkan oleh
pengguna-user.
(3) Menyenangkan.
Harus dipisahkan pengertian wawancara dan
`interogasi', meskipun kadang-kadang
pewawancara mengajukan pertanyaan yang
tajam, kritis, dan terkesan menyudutkan
sumber informasi. Lakukan proses
wawancara yang bebas dari pola `tekanan'
yang merupakan ciri interogasi. Wawancara
yang bukan interogasi akan menciptakan
rasa senang. Kalau rasa senang tercipta,
48 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

maka timbul saling percaya dan saling


menghargai antara pewawancara dan
sumber informasi.
(4) Informasi awal.
Wawancara tanpa informasi awal dalam
rangka memperoleh data latar belakang
pengetahuan wawancara, sama hal nya
dengan senjata kehabisan peluru untuk
menghindari ”kehabisan pertanyaan”
pewawancara harus merumuskan
pertanyaan dan hal ini tergantung dan erat
hubungannya dengan penguasaan topik
yang menjadi materi wawancara, maka
pewawancara mutlak menguasai topik
tersebut dengan mengumpulkan data atau
informasi seputar topik tersebut. Tujuannya
supaya pewawancara mampu membuat
pertanyaan yang baik karena memahami
masalah.
(5) Menimbulkan spontanitas.
Wawancara yang baik sanggup
memunculkan jawaban dan suasana
spontan. Hal ini berlawanan dengan
wawancara yang pertanyaan dan
jawabannya sudah dipersiapkan lebih
dahulu. Karena wawancara seperti itu sudah
pasti tidak menarik, apalagi besar
kemungkinan sumber informasi telah
menyiapkan jawaban tertulis atau lisan,
kemudian membaca jawaban yang sudah
disiapkan tersebut. Selain itu karena materi
pertanyaan dan jawaban sudah
dipersiapkan, pewawancara akan sulit
mengembangkan pertanyaan dari jawaban
sumber informasi.
(6) Terkendali.
Wawancara akan menarik apabila
pewawancara tetap berfungsi sebagai
pengendali situasi dan kondisi wawancara.
Sering terjadi dalam wawancara justru
sumber informasi yang mendominasi
PENDIDIK FT. BINMAS 49
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perbincangan dengan mengendalikan


keadaan. Akibatnya pewawancara tidak
dapat mengembangkan pertanyaan dan alur
yang sudah direncanakan.

Keadaan seperti ini hanya dapat terjadi bila


pewawancara tidak berwibawa, tidak
menguasai permasalahan, atau rendah diri
karena menganggap sumber informasi
memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding
dengan dirinya.
(7) Mengembangkan logika.
Karena wawancara dimaksudkan untuk
menggali fakta dan opini, maka sebuah
wawancara akan menarik apabila mampu
mengedepankan logika (tidak lepas dari
konteks topic wawancara).
Hal itu bertujuan meyakinkan pengguna
(apabila direkam; hasil rekaman-dapat
diputar ulang kepada pengguna-user)
tentang fakta dan kebenaran mengenai
topik yang sedang dibicarakan.
dimaksudkan menghindari timbulnya
penafsiran pengguna-user bahwa proses
wawancara tidak menghasilkan informasi
berkualitas, atau pewawancara-penyelidik
seolah-olah hanya berusaha
mempertahankan ‘upaya-usaha’ untuk
membiaskan fakta menjadi opini penyelidik.
c) Prinsip Wawancara.
(1) Sederhana;
(2) Praktis, ekonomis dan efisien;
(3) Keberhasilan;
(4) Kebebasan bergerak;
(5) Resmi atau bersifat birokrasi, sasaran sumber
informasi pada jajaran birokrasi, pemerintahan
yang bersifat protokoler.
(6) Tidak resmi atau sasaran dan sumber
informasi berada dalam lingkungan kehidupan

50 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat umumnya.
b. Eliciting
1) Pengertian Teknik Eliciting.
Menurut Kamus Intelijen terbitan tanggal 12
Oktober 2003, Teknik Eliciting merupakan teknik
penyelidikan Terbuka, pengertian tersebut dijelaskan
pada halaman 87. Pada halaman 31 lebih rinci dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan eliciting/elisitasi
mencakup 3 (tiga) point antara lain:
a) Keahlian untuk mengajak bicara seseorang
sehingga orang tersebut tidak sadar bahwa ia
dieksploitir sehingga dari padanya diperoleh
informasi yang diperlukan.
b) Wawancara yang dilakukan secara tersamar (cover
Interviewing), dengan pemahaman :
(1) Cara mendapatkan bahan keterangan melalui
pembicaraan dan tanya-jawab secara
langsung;
(2) Pihak yang ditanya (pemberi keterangan) pada
umumnya menyadari bahwa ia telah dijadikan
sumber baket dan dia sedang berhadapan
dengan orang yang sedang mencari informasi,
tetapi ia tidak mengetahui hubungan pertanya
an dan tujuan dari sipenanya;
(3) Pihak yang ditanya bebas dalam memberikan
jawaban atau keterang an, tanpa suatu
paksaan:
Kamus Intelijen menekankan bahwa Interview dan
eliciting kedua-duanya mempergunakan cara dan
prosedur yang sama, tetapi berbeda dalam situasi,
teknik dan bentuk pertanyaan.
2) Kamus Intelijen menjelaskan bahwa wawancara tersamar
disebut juga cover interviewing atau eliciting.
Menjelaskan :
Pihak yang ditanya (pemberi keterangan pada umumnya
menyadari bahwa ia telah dijadikan sumber baket dan dia
sedang berhadapan dengan orang yang sedang mencari
Baket, tetapi ia (pemberi keterangan) tidak mengetahui
hubungan pertanyaan dengan tujuan dari sipenanya.
Pihak yang ditanya bebas dalam memberi kan
jawaban/keterangan tanpa suatu paksaan.

PENDIDIK FT. BINMAS 51


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

contoh : Si A ingin mengetahui, apakah si B sudah


beristri atau belum.

Pertanyaan wawancara-nya:
Apakah anda sudah beristri atau belum ?

Pertanyaan eliciting-nya:
Sudah berapa orangkah anak anda ?

Sehingga wawancara dan eliciting, kedua-duanya sama-


sama bertanya, tetapi berbeda dalam teknik bertanya.

3) Peran teknik eliciting dalam mendukung teknik tertutup


Teknik eliciting memiliki peran sangat penting dan
strategis disetiap penerapan teknik penyelidikan terbuka
lainnya maupun teknik tertutup.
Secara khusus apabila dikaitkan dengan pelaksanaan
penyelidikan dengan teknik Tertutup, disetiap
manajeman pelaksanaan teknik tertutup (langkah-
langkah pelaksanaan) dimana dalam prakteknya tidak
pernah berhubungan ataupun bersentuhan dengan
sasaran, maka dalam rangka melengkapi data awal
(data-casing), peran teknik eliciting yang disempurnakan
dengan taktik penyelidikan berperan penting terhadap
suksesnya setiap teknik tertutup sebelum pelaksanaan
teknik tertutup dilakukan.

Catatan : Disadari ataupun tidak dalam kegiatan


penyelidikan Intelijen, kegiatan casing dapat
lebih sempurna karena peran teknik pulbaket
secara eliciting.

Contoh : Sebelum pelaksanaan teknik Pengamatan,


Penjejakan, Penyadapan, Penyusupan dan
penyurupan dilakukan, secara khusus selalu
dilakukan kegiatan casing yaitu tindakan
penyelidikan dalam rangka mengumpulkan
informasi tentang sasaran lebih awal dan
terperinci.

Bentuk peran teknik eliciting dalam mendukung kegiatan


teknik penyelidikan tertutup antara lain :

52 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Teknik eliciting mampu mendekati berbagai jenis


sumber informasi dan mendapatkan informasi
secara langsung tanpa resiko ekspose yang berarti,
artinya seorang elicitor yang berhasil memiliki
kedekatan (akrab atas dasar kepercayaan) secara
alami dengan sasaran sehingga resiko
expose/badar sangat kecil.
b) Dalam proses analisa sasaran, informasi-data yang
dihasilkan teknik eliciting dapat berperan penting
sebagai penyempurna data indikasi (hasil dari
teknik penelitian data tentang sasaran) yang sudah
ada tentang sasaran sebelumnya, dikarenakan
kualitas informasi yang dihasilkan oleh teknik
eliciting dari berbagai sumber informasi lain yang
diindikasikan berkaitan dengan sasaran akan
melengkapi informasi dan menyempurnakan sistem
pengamanan serta tujuan pokok teknik penyelidikan
tertutup.

4) Unsur-unsur penting dalam teknik eliciting.


Dari pengertian-pengertian diatas dapat dipahami bahwa
eliciting merupakan cara memperoleh informasi rahasia
dalam bentuk percakapan informal atau tidak resmi dan
cendrung lebih bersifat basa basi intelijen antara
penyelidik dengan sumber informasi.
Dalam kondisi percakapan tersebut sumber informasi
tidak pernah menyadari tentang kepentingan yang
sebenarnya atau tujuan yang telah direncanakan oleh
penyelidik.

Eliciting bisa direncanakan secara khusus, atau


dilakukan secara spontan dengan keahlian terlatih
terhadap sumber informasi yang ditemukan secara
kebetulan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu.

Catatan : Dalam pelaksanaan eliciting, dalam satu


keadaan tertentu tidak tertutup kemungkinan
sumber informasi tidak hanya satu orang
namun dapat sekaligus beberapa orang.

Sehingga dalam proses teknik eliciting terdapat 3 (tiga)


unsur pemahaman penting antara lain :

PENDIDIK FT. BINMAS 53


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Elicitor, adalah pelaksana atau agen penyelidik


yang melakukan kegiatan eliciting.

b) Eliciting, adalah aktivitas yang dilakukan seorang


Elicitor, dalam pelaksanaannya melalui 3 (tiga)
tahapan yaitu Tahap Kontak Eliciting, Tahap
Eksploratif Eliciting dan Tahap Produktif Eliciting.

c) Elisitasi, terciptanya situasi dan kondisi yang


mendukung suksesnya pelaksanaan eliciting yang
mencakup keakraban dan kepercayaan sumber
informasi terhadap Elicitor.

c. Pengamatan dan Penggambaran.


1) Teknik Pengamatan, Teknik Penggambaran dan
Sasaran.

Dari berbagai pengalaman membuktikan bahwa


keberhasilan suatu tugas sangat bergantung pada
banyaknya pengetahuan atau Keterangan tentang
Sasaran dan lingkungannya. Keterangan ini merupakan
bahan pertimbangan pimpinan untuk mengambil
keputusan, sehingga setiap pimpinan akan
membutuhkan Keterangan sebanyak mungkin guna
mengambil keputusan dan cara bertindak yang tepat.

Bahan-bahan Keterangan yang telah diolah diperoleh


dari hasil penyelidikan dengan menggunakan teknik
antara lain : Penelitian, Wawancara, Interogasi, Elicyting,
Penjejakan, Pengamatan dan Penggambaran.

Pengamatan dan Penggambaran sebagai salah satu


teknik penyelidikan yang dilakukan dengan
memanfaatkan kemampuan panca indera dan olah
pikirnya terhadap objek/ sasaran atau sekitar sasaran.
Oleh karena itu kemampuan perorangan sangat penting
disamping memerlukan Alat Khusus (Alsus) sebagai alat
pendukung kegiatan.

2) Pengertian.

54 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Pengamatan merupakan suatu cara untuk


mendapatkan Bahan Keterangan dan gambaran
obyek tertentu secara langsung dengan teliti
menggunakan panca indera dan peralatan khusus
intelijen disertai perhatian, pemikiran dan
konsentrasi yang sebaik-baiknya.

b) Penggambaran adalah kegiatan melukiskan


(menceritakan) suatu peristiwa atau kejadian yang
disampaikan dalam bahasa lisan, tulisan, atau
simbol-simbol yang dituangkan dalam bentuk
laporan yang dilengkapi dengan foto-foto dan data
terperinci sehingga dapat mengenali kembali apa
yang diamati tersebut.

3) Jenis pengamatan.

(1) Pengamatan Melayang (Flying Observation)


Pengamatan Melayang adalah Pengamatan
sepintas lalu yang bersifat umum, sebagai upaya
untuk menggambarkan keadaan dan lingkungan
secara umum atau pengamatan sepintas ini
ditujukan terhadap sasaran dan lingkungannya
dalam rangka mendapatkan data tentang sasaran.
Misalnya Pengamatan yang dilakukan ditempat-
tempat atau lingkungan kemungkinan sasaran
berada atau di daerah-daerah yang dilalui ketika
munuju sasaran, mulai berangkat ke kantor dan
sebaliknya atau Pengamatan terhadap massa yang
mengikuti rapat besar.

Pengamatan melayang ini sifatnya mobile atau


berjalan sebagai mana biasanya, dan belum
adanya target yang harus dicapai dari hasil
Pengamatan yang dilakukannya.

(2) Pengamatan teratur (Organisatoris Observation)

Pengamatan teratur merupakan pengamatan yang


pelaksanaannya dilakukan oleh perorangan/unit
secara berkelanjutan terhadap sasaran :

(1) Orang (dapat perorangan atau kelompok);


PENDIDIK FT. BINMAS 55
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Benda tertentu (bergerak atau tidak bergerak);


(3) Daerah/tempat (dapat berupa kawasan
pemukiman, pertokoan, pelabuhan dan lain-
lain).

Pengamatan secara teratur ini dilaksanakan dengan


menitik beratkan pada tugas dan tanggung jawab
yang berdiri sendiri.

4) Posisi Pengamat dan Sasaran.

Penentuan titik pengamatan, lokasi atau posisi pengamat


berada atau bersembunyi untuk melakukan Pengamatan
adalah sangat ideal apabila letak pangkalan dari
pengamat berhadapan langsung atau menyudut dengan
tempat sasaran.

a) Pengamat tetap ditempat-sasaran tetap di tempat.


Pelaksanaan Pengamatan dengan menggunakan
posisi ini, diharapkan seorang pengamat akan
melakukan pengamatannya terhadap sasaran yang
sifatnya diam (statis) di tempat dimana sasaran
tersebut berada. Pengamat pada saat melakukan
dengan posisi tetap di tempat akan melakukan
pengamatan terhadap semua objek sasaran
pengamatan (Orang, Benda, Kegiatan dan
Daerah/Wilayah). Pengamatan ini diharapkan dapat
menemukan bukti-bukti permulaan, berupa
informasi, tanda-tanda, ciri-ciri umum dan khusus
untuk selanjutnya dilakukan operasi Intelijen
lanjutan.

Dalam melakukan posisi pengamatan itu


diharapkan pengamat mampu untuk menentukan
pangkalan pengamatannya dengan benar, sehingga
dapat menyembunyikan keberadaannya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kalau pengamat
akan menjadi pengamatan pihak lawan atau
sasaran, untuk menghindari adanya pengamatan
pihak lawan maka pengamat harus dapat
mengantisipasinya dengan cara antara lain :

(1) Mencari dan menentukan pangkalan

56 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengamatan dengan aman;


(2) Pengamat berada di tempat yang terlindung,
namun tidak mengurangi kemampuan untuk
melakukan Pengamatan terhadap Sasaran;
(3) Melakukan pengcoveran terhadap keberadaan
pengamat di daerah sasaran;
(4) Pengamatan dibantu dengan alat khusus
Intelijen.

b) Pengamat tetap di tempat, dengan Sasaran


bergerak.

Pelaksanaan Pengamatan dengan menggunakan


posisi ini, diharapkan seorang pengamat akan
melakukan Pengamatannya terhadap sasaran yang
sifatnya bergerak (dinamis) dimana sasaran
tersebut berada. Pengamatan ini diharapkan untuk
dapat mengidentifikasi terhadap sasaran yang
menjadi sasaran pengamatan. Pengamatan
terhadap benda bergerak dilakukan terhadap
sasaran yang bergerak (Orang dan benda
bergerak). Pengamatan ini diharapkan dapat
menemukan data atau fakta mengenai sasaran, ciri-
ciri umum atau khusus dan mengetahui fakta-fakta
dari kegiatan yang dilakukan sasaran.

Dalam melakukan posisi pengamatan itu


diharapkan pengamat mampu untuk menentukan
pangkalan pengamatannya dengan tepat sehingga
dapat melakukan pengamatan dengan leluasa
terhadap sasaran pengamatan guna memperoleh
informasi atau bahan keterangan yang sebanyak-
banyaknya.

c) Pengamat bergerak, dengan Sasaran tetap di


tempat.

Pelaksanaan Pengamatan dengan posisi ini


dilakukan dengan mengikuti pergerakan sasaran
secara hidup, terus menerus dari sasaran.
Pengamatan ini dilakukan oleh pengamat secara
mobile. Hal yang sangat penting dalam melakukan
PENDIDIK FT. BINMAS 57
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengamatan ini adalah faktor keamanan, dengan


cara senantiasa berpikir bahwa setiap sasaran juga
menggunakan sistim pengamanan terhadap
kegiatannya.

Cara ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau


dalam bnetuk perorangan dalam ikatan sub unit
atau unit, Pengamatan ini menitik beratkan pada
tugas dan tanggung jawab yang berdiri sendiri.

d) Sasaran Pengamatan.

(1) Sasaran Orang.


Yaitu orang atau perorangan yang dicurigai
sebagai lawan ataupun bakal lawan dengan
segala identitasnya yaitu karakteristik fisik
yang nampak dari luar dan ciri-ciri lain yang
membedakan seseorang dengan yang lain,
antara lain : rambut, muka, kepala, alis,
hidung, mulut, bibir, gigi, dagu, telinga, leher,
perut, tangan, pinggul, kaki dan ciri-ciri
jasmani lainnya yang bersifat khusus.

(2) Sasaran Benda.


Yaitu material, alat peralatan dimana
menyangkut nama barang, jenis, jumlah, cara
bekerja, kemampuannya dan cara
penggunaannya.

(3) Sasaran Kegiatan.


Merupakan aktivitas sasaran berupa kumpulan
kegiatan/kejadian/peristiwa yang berlangsung
secara terus menerus atau temporer di daerah
sasaran yang meliputi :

(a) Kegiatan orang atau kelompok pada


daerah tertentu.
(b) Kegiatan rutin/temporer.
(c) Kegiatan yang menyimpang dari
kebiasaan.

(4) Sasaran Daerah dan Masyarakat.


58 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Sasaran daerah yang perlu diketahui


adalah mengenai karakteristik sasaran,
tempat objek vital dan hal-hal lain yang
dianggap perlu.
(b) Sasaran masyarakat yang perlu diketahui
adalah mengenai hal jumlah penduduk,
kebiasaan, pengaruh lingkungan,
ketentuan-ketentuan khusus atau adat
istiadat, kebiasaan daerah, norma-norma
yang berlaku dan hal-hal lain yang
menonjol.

5) Tujuan Pengamatan.

a) Pengamatan Orang.

(1) Untuk mengetahui ciri-ciri pelaku atau orang-


orang yang dicurigai;
(2) Untuk mengetahui alamat-alamat pelaku atau
orang- orang yang dicurigai;
(3) Untuk mengetahui fakta-fakta dari kegiatan
pelaku atau orang yang dicurigai;
(4) Hasil Pengamatan antara lain berupa :

(a) Ciri-ciri khusus dari seseorang yang


mencolok;
(b) Ciri-ciri umum (tubuh, muka, kepala,
wajah, rambut, dahi, mata, hidung, bibir,
telinga, tangan, kaki );
(c) Kelengkapan data perorangan (identitas,
kebiasaan, hobby, sikap/pembawaan,
pekerjaan, keahlian, suara/logat, dll);
(d) Perilaku kehidupan, kebiasan yang
dilakukan, kelemahan, teman bergaul,
teman dekatnya tempat yang biasa
disinggahi.

b) Pengamatan Benda (Sasaran bergerak atau tidak


bergerak).

(1) Untuk memperoleh data atau fakta mengenai


benda itu sendiri serta situasi dan kondisi yang
berhubungan atau menyangkut benda
tersebut.
PENDIDIK FT. BINMAS 59
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Rangkaian suatu Operasi.


(3) Hasil Pengamatan dapat berupa :
(a) Harus dapat menggambarkan ukuran,
tinggi, panjang, lebar dan ciri-ciri khusus
lainnya;
(b) Nama barang;
(c) Jumlah barang;
(d) Kegunaannya;
(e) Peranan;
(f) Cara menggunakannya;
(g) Spesifikasi khusus.

c) Pengamatan tempat/bangunan.

(1) Untuk memperoleh data dan fakta


keadaan/situasi dan kondisi tempat/bangunan
tersebut guna kepentingan tugas tertentu,
misalnya penyadapan telekomunikasi
(telepon/radio), penyusupan/penetrasi atau
rangkaian suatu operasi.
(2) Untuk mengetahui dan memperoleh kepastian
mengenai tempat-tempat pertemuan dan
rumah aman (Safe House), pelabuhan aman
(Safe Port) pihak lawan atau Sasaran.
(3) Hasil Pengamatan berupa:
(a) Besarnya tempat atau bangunan;
(b) Kegiatan yang ada di tempat tersebut;
(c) Lokasi atau denah bangunan;
(d) Tanda pengenal kesatuan atau instansi;
(e) Perlengkapan yang digunakan.
(4) Hasil Pengamatan dituangkan dalam sket A, B
dan C.

d) Pengamatan Daerah dan masyarakat :


(1) Untuk memperoleh data dan fakta situasi dan
kondisi daerah tersebut guna kepentingan
pembuatan Intel Dasar.
(2) Untuk memperolah data dan fakta keadaan/
situasi dan kondisi daerah tersebut guna
kepentingan suatu tugas tertentu misalnya :
penyadapan telekomunikasi, telepon/radio,
penyusupan/penetrasi atau rangkaian suatu
operasi.
60 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Hasil pengamatan yang dicari:


(a) Bentuk daerah/geografi;
(b) Jumlah penduduk atau demografi;
(c) Kebiasaan atau budaya;
(d) Pengaruh kehidupan;
(e) Kelainan-kelainan/peraturan khusus;
(f) Letak tempat-tempat vital.

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan dan


fungsi panca indera.

a) Kesadaran.
Dimaksudkan agar dengan menggunakan
kesadaran maka pengamat akan dapat menyatukan
perhatiannya pada kenyataan yang dihadapi.

b) Pelatihan meliputi :
(1) Melatih kewaspadaan;
(2) Mengganti Pengamatan umum menjadi terinci;
(3) Melatih pengamatan perkiraan tentang waktu,
ukuran jarak, kecepatan benda benda
bergerak;
(4) Membiasakan dengan warna-warna, bau,
suara-suara;
(5) Menafsir kejadian;
(6) Mengamati benda dan peristiwa.
c) Perbedaan kesaksian.
(1) Adanya kemampuan indera yang tidak sama,
maka memungkinkan terjadi adanya
perbedaan kesaksian yang diperoleh dari
sasaran pengamatan.
(2) Dengan adanya perbedaan kesaksian, maka
diharapkan tiap orang berbeda, maka untuk itu
diperlukan lebih dari 1 (satu) orang pengamat
agar bahan keterangan yang diperoleh adalah
bahan keterangan yang sebenarnya.

d) Pengamatan Fakta.
Hal ini dimaksudkan seorang pengamat hanya
PENDIDIK FT. BINMAS 61
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dibenarkan melaporkan keterangan yang


sebenarnya, laporan yang dibuat tidak boleh
didasari penafsiran atau fantasi yang biasa terjadi,
ini adalah kesalahan yang amat besar.

e) Pendengaran.
Mendengarkan dengan teliti memerlukan latihan
yang baik dan diperlukan penyatuan perhatian pada
hal-hal yang harus di ingat untuk menghindari salah
dengar.

f) Pengamatan Visual.
Pada dasarnya seorang pengamat/pengusut harus
memperhatikan secara keseluruhan dari kenyataan
yang dihadapi.

7) Faktor-faktor yang mempengaruhi penggambaran.

a) Pengetahuan tentang sasaran.


Diharapkan petugas yang melakukan pengamatan
dapat mengetahui tentang sasaran sehingga dapat
memudahkan dalam penggambaran.
b) Penggunaan Istilah (bahasa).
Untuk dapat menyatakan suatu laporan diperlukan
kemampuan dalam menyusun bahasa yang baik
dan penggunaan istilah yang mudah dimengerti.
c) Daya ingat.
Daya ingat seseorang berlainan, sehingga
pelaksanaan tugas di lapangan diharapkan dapat
dilaksanakan lebih dari satu orang sehingga hasil
yang didapatkan akan lebih akurat.
d) Batas Waktu.
Batas waktu antara saat melakukan pengamatan
dengan saat pembuatan laporan akan
mempengaruhi ketepatan suatu laporan.
e) Kejujuran.
Diharapkan hasil pengamatan yang berupa
penggambaran ini merupakan refleksi hasil
pengamatan di lapangan yang sebenarnya, disini
62 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dituntut kejujuran pengamat dalam penulisan


menjabarkan hasil penggambaran tersebut yang
dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil
tindakan selanjutnya.

4. Sumber Bahan Keterangan


a. Instansi Pemerintah, meliputi :
1) Kecamatan, Koramil.
2) Instansi dinas tingkat kecamatan.
3) Kelurahan.
4) Instansi Pemerintah lainnya.
b. Rukun Tetangga, Rukun Warga, Badan Perwakilan
Desa/Kelurahan.
c. Tokoh masyarakat, agama, pemuda, adat.
d. Pengusaha / pelaku ekonomi.
e. Akademisi, mahasiswa dan pelajar.
f. Politisi.
g. Potensi masyarakat binaan Polri, meliputi :
1) Satpam.
2) Ronda kampung/Siskamling.
3) Pramuka Saka Bhayangkara.
4) Patroli Keamanan Sekolah (PKS).
5) Karang Taruna.
6) Kelompok Sadar Kamtibmas.
7) Tokoh agama dan tokoh masyarakat serta potensi
masyarakat lainnya.
h. Keluarga besar TNI dan Polri, antara lain :
1) Purnawirawan dan Warakawuri.
2) Organisasi isteri TNI dan Polri.
3) Keluarga besar putra-putri purnawirawan Polri.
4) Forum komunikasi putra-putri purnawirawan TNI.
i. Sumber-sumber informasi lainnya.

5. Laporan Bhabinkamtibmas

BHABINKAMTIBMAS
DESA / KELURAHAN

PENDIDIK FT. BINMAS 63


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

FORMAT LAPORAN INFORMASI

NO. INFO : ...............

ASPEK MATERI INFORMASI

SUMBER INFO NAMA :


PEKERJAAN :
ALAMAT :
WAKTU INFO HARI : TGL : PKL :
DIDAPAT
TEMPAT INFO
DIDAPAT
CARA - Terbuka / tertutup *
MENDAPATKAN - Disampaikan oleh sumber/digali oleh pelapor *
INFO
BIDANG POLITIK EKONOMI SOSBUD KEAMANAN

URAIAN INFORMASI :

PELAPOR NAMA :
PANGKAT/NRP :
( ………………) TANDA TANGAN :

NILAI INFORMASI A B C D E F
(Diisi oleh atasan 1 2 3 4 5 6
pelapor)

Penjelasan :Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas apabila ada


hal-hal yang sangat penting, yang bukan kewenangan Bhabinkamtibmas.

Format Laporan Informasi Bhabinkamtibmas berisi tentang :


1. Sumber Informasi;
2. Waktu informasi didapat;
3. Tempat informasi didapat;
4. Cara mendapatkan Informasi;
5. Bidang (Ipoleksosbudkam);
6. Uraian Informasi;
64 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7. Pelapor / Petugas Bhabinkamtibmas / petugas Polmas;


8. Nilai Informasi ( diisi oleh atasan Pelapor.

POKOK BAHASAN 4
KUNJUNGAN

1. Konsep Kunjungan
a. Pengertian Kegiatan Kunjungan
Sejak dahulu sudah ada kegiatan sambang. Tetapi
PENDIDIK FT. BINMAS 65
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kegiatan sambang ini menitikberatkan pada kunjungan dengan


target tertentu seperti tokoh masyarakat dan lain-lain, karena
itu jika dilihat dari sudut pandang kegiatan perpolisian sipil,
kegiatan sambang ini belum mencukupi.
Kunjungan bukan hanya mengunjungi orang - orang
tertentu saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat, serta
mempergunakan format kartu kunjungan. Poin ini yang
membedakan kegiatan kunjungan dengan kegiatan sambang.
Kegiatan kunjungan, merupakan kegiatan paling
mendasar di antara keseluruhan kegiatan perpolisian, serta
merupakan inti dari kegiatan perpolisian sipil.

b. Maksud, Tujuan dan Target dari Kegiatan Kunjungan


1) Maksud dari kegiatan kunjungan
Pengemban Polmas di antaranya Bhabinkamtibmas,
mengunjungi rumah penduduk, tempat usaha dan lain-lain
di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, memberikan
informasi/pesan Kamtibmas dan pengarahan mengenai
pencegahan tindak kriminal, musibah/kecelakaan, serta
hal- hal yang dianggap perlu dalam menjaga kehidupan
masyarakat yang aman dan tentram, menanyakan
keinginan dan pendapat masyarakat.
2) Tujuan kegiatan kunjungan:
a) Membangun hubungan baik dengan masyarakat;
b) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;
c) Dapat bekerja sama dengan masyarakat;
d) Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi
nyata di wilayah tanggung jawabnya.
3) Target kegiatan kunjungan:
a) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per
Kepala Keluarga (KK);
b) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat
usaha lainnya) dihitung per tempat usaha;
c) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor
Kecamatan/UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan
fasilitas umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor
pemadam kebakaran dll);

66 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara,


Kelenteng dan tempat-tempat ibadah lainnya).

2. Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan


a. Rencana Pelaksanaan
Menentukan target (berapa KK/tempat) yang akan
dikunjungi tergantung dari hari, cuaca, dan waktu (jam)
dilaksanakan kegiatan kunjungan, demikian juga urutan rute
yang akan dilewati dibuat secara berkala (mingguan, bulanan
dan tahunan).
Tetapi, target ini hanyalah sebagai patokan saja, perlu
diperhatikan juga kemungkinan perlunya perhitungan ulang
yang fleksibel, tergantung dari situasi dan kondisi Kamtibmas
di wilayah itu seperti terjadinya tindak pidana, kecelakaan dan
gangguan Kamtibmas lainnya.
b. Persiapan sebelum melaksanakan kegiatan kunjungan
Kegiatan kunjungan, meliputi daerah yang berbeda, juga
kondisi warga yang berbeda, oleh karena itu sebelum
berangkat melaksanakan kunjungan, persiapkan hal - hal
sebagai berikut:
1) Menyiapkan informasi dan pesan-pesan Kamtibmas yang
akan disampaikan kepada warga dan mengecek serta
memastikan hal-hal yang berguna bagi warga, seperti
kondisi kerawanan tindak kejahatan, kondisi kerawanan
lalu lintas, kegiatan-kegiatan warga dan lain–lain;
2) Menyiapkan administrasi kunjungan (blangko kunjungan,
penyelesaian masalah, surat kesepakatan bersama, kartu
patroli, laporan informasi), kartu nama, stiker kunjungan,
koran mini, brosur/selebaran himbauan Kamtibmas, dan
lain–lain;
3) Memperhatikan penampilan serta kerapian dalam
berpakaian, dan peralatan yang akan dibawa.
c. Waktu (jam) pelaksanaan kegiatan kunjungan
Kegiatan kunjungan harus dilaksanakan pada waktu
yang tepat (tidak membuat repot masyarakat yang dikunjungi
atau mengganggu waktu istirahat dan waktu kerja). Jika warga
meminta untuk dikunjungi pada malam hari mintalah
persetujuan/laporkan terlebih dahulu kepada Kanit Binmas/
PENDIDIK FT. BINMAS 67
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kapolsek dan jika perlu minta didampingi ketua RT/RW, Tomas


setempat.

d. Poin Penting Saat Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan serta


Poin Informasi dan Pengarahan
1) Poin penting saat pelaksanaan kegiatan kunjungan
a) Sopan dan hormat
Kunjungan harus dilaksanakan dengan sopan
dan hormat sesuai dengan adat istiadat/kebiasaan di
wilayah masing-masing. Misalnya dalam
melaksanakan kunjungan penghuni rumah yang
ditemui adalah wanita seorang diri, maka dalam
pelaksanaannya dengan pintu depan terbuka dan
sebisa mungkin selesaikan di depan pintu saja.
b) Memperkenalkan diri
(1) Menyampaikan kepada setiap masyarakat
yang dikunjungi bahwa kedatangan petugas
adalah untuk melaksanakan kegitan kunjungan,
dengan jelas dan bahasa yang mudah
dimengerti serta menyampaikan maksud dan
tujuan kegiatan kunjungan tersebut;
(2) Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan kunjungan selanjutnya
dapat memberikan kartu nama, dilanjutkan
dengan pemberian informasi pengarahan
Kamtibmas. Semua ini dilaksanakan dengan
selalu bersifat ramah agar warga yang ditemui
mempunyai kesan bahwa petugas bisa
dipercaya.
c) Mempergunakan bahasa yang mudah dipahami
(1) Jangan menggunakan istilah-istilah tehnis
kepolisian yang tidak dimengerti oleh
masyarakat umum;
(2) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
dengan memperhatikan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, situasi dan hal-hal lainnya dari
warga yang ditemui.
d) Memperhatikan situasi dan kenyamanan warga yang
dihadapi
68 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Warga yang terlihat sibuk misalnya sedang


mengadakan hajatan, sedang menerima tamu,
sedang makan, sibuk dengan pekerjaan, tunda
dulu kegiatan kunjungan lain kali;
(2) Terlalu lama di rumah warga tersebut melebihi
waktu yang diperlukan, akan merepotkan
penghuni rumah.
e) Perhatikan isi pembicaraan
(1) Memilih pokok pembicaraan yang sesuai
dengan warga yang ditemui, bicarakan degan
bahasa yang mudah dipahami secara kongkrit
kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar wilayah
yang menarik perhatian luas;
(2) Jangan membicarakan kabar angin yang
beredar di sekitar wilayah;
(3) Jangan membicarakan hal politik, jika
pembicaraan itu muncul harus memposisikan
sebagai pihak netral. Mengenai agama, tidak
boleh mencampuri secara tidak seimbang.
2) Memperhatikan pola komunikasi dengan latar belakang
warga yang dikunjungi
3) Memastikan perubahan susunan keluarga
Memastikan ada tidaknya perubahan susunan keluarga
inti, orang yang tinggal di rumah itu, anak kos dan lain-
lain (kelahiran, pindah masuk/keluar, kematian dan lain-
lain).
4) Menyampaikan informasi penting antara lain:
a) Kecenderungan tindak pidana dan kecelakaan lalu
lintas yang terjadi akhir-akhir ini dan bagaimana
cara pencegahannya;
b) Tindakan darurat saat terjadi tindak kriminal,
musibah dan cara menghubungi Polisi;
c) Cara pelaporan surat-surat yang diterbitkan oleh
Kepolisian.
5) Memanfaatkan materi sosialisasi yang ada (brosur/
himbauan Kamtibmas).
e. Poin informasi dan pengarahan

PENDIDIK FT. BINMAS 69


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Kecenderungan tindak pidana dan kecelakaan lalu lintas


yang terjadi akhir-akhir ini, dan bagaimana cara
pencegahannya;
2) Tindak pidana atau kecelakaan mungkin ditemui oleh
warga yang dikunjungi serta cara pencegahannya;
3) Tindakan darurat saat terjadi tindak kriminal dan
musibah/kecelakaan, serta cara menghubungi dengan
panggilan darurat;
4) Cara pelaporan/pembuatan surat-surat kepolisian
(konsultasi, surat kehilangan, dan lain-lain);
5) Hal-hal yang diperlukan dalam rangka menjaga
Kamtibmas.
f. Jika ada penolakan terhadap kunjungan
Jika kedatangan petugas untuk kegiatan kunjungan ini
ditolak oleh penghuni rumah, terangkan dengan benar dan
jelas maksud dan tujuan dari kegiatan kunjungan ini, serta
berusaha untuk mendapatkan pemahaman dan kerjasama,
jangan terlalu dipaksakan, apabila tidak berhasil selanjutnya
mohon diri. Untuk kesempatan lainnya mintalah bantuan
kerjasama dengan ketua RT/RW tokoh masyarakat setempat
untuk membantu menjelaskan, laporkan kepada pimpinan dan
mintalah petunjuk darinya.
g. Tindakan bila penghuni rumah tidak ada
1) Ubahlah waktu kunjungan menjadi sore atau lebih pagi
sekali, atau melaksanakan pada hari minggu yang
merupakan hari libur karyawan pada umumnya;
2) Menggunakan kartu patroli;
3) Menanyakan kepada rumah sebelah mengenai kapan
kemungkinan penghuni rumah itu ada, dan melaksanakan
kegiatan kunjungan pada waktu itu.
4) Pada saat mendatangi TKP kejahatan atau kecelakaan,
dapat juga sekaligus ditanyakan apakan sudah pernah
didatangi oleh petugas dan tanyakan apakah ada waktu
untuk berbicara, jika ada waktu selanjutnya laksanakan
pada saat itu juga atau waktu yang ditentukan jika ada
halangan.
h. Hal yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan kunjungan
1) Dialog dengan masyarakat, harus secara kreatif
70 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mencairkan suasana, secara aktif membuka suatu topik


pembicaraan (cuaca, barang perabot rumah, bangunan
rumah, berita lokal, situasi dan kondisi wilayah dll);
2) Dialog, terutama mengenai poin informasi dan
pengarahan kerawanan kejahatan, serta topik
pembicaaan umum, agar menghindari pertanyaan atau
topik pembicaraan yang terlalu jauh ke wilayah pribadi,
serta jangan masuk dalam kehidupan pribadi;
3) Semua hal yang diketahui melalui kegiatan kunjungan ini,
harus dijaga kerahasiaannya. Kartu kunjungan tidak boleh
diperlihatkan kepada orang ketiga yang tidak
berkepentingan serta dijaga kerahasiaannya;
4) Untuk lebih memperlancar kegiatan kunjungan
(tergantung dari situasi dan kondisi) kadang diperlukan
kerjasama dari pihak mitra kepolisian seperti FKPM, ketua
RT atau RW, dan lain-lain;
5) Setelah kembalinya dari kegiatan kunjungan ini,
melaporkan kepada pimpinan, sekaligus melakukan
penyimpanan dan pengaturan kartu kunjungan di dalam
file kunjungan, serta tuliskan hasil pelaksanaan kegiatan
kunjungan ini serta kegiatan problem solving yang
dilaksanakan kedalam buku mutasi.

3. Tatacara Pengisian Blangko Kunjungan


a. Contoh Blangko Kunjungan
1) Untuk warga penduduk

PENDIDIK FT. BINMAS 71


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

72 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Untuk tempat usaha/kantor.

PENDIDIK FT. BINMAS 73


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Contoh pengisian blanko kunjungan.

74 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pada saat pelaksanaan kegiatan kunjungan:


1) Kartu kunjungan harus dibawa.
2) Penghuni rumah yang ditemui diminta untuk mengisinya.
3) Diisikan oleh petugas dan mintalah data yang diperlukan
daripenghuni rumah tsb.

4. Administrasi Blangko Kunjungan


a. Setelah selesai melaksanakan kunjungan dalam satu hari,
Bhabinkamtibmas langsung melaporkan hasil kunjungan
tersebut kepada Kanit Binmas untuk direkap;
b. Selanjutnya Bhabinkamtibmas menyimpan kartu kunjungan
tersebut sesuai file penyimpanan;
c. Bhabinkamtibmas bertanggung jawab atas penyimpanan dan
pengaturan kartu kunjungan ini dengan penuh kerahasiaan (file
disimpan ditempat yang aman);
d. Administrasi blangko kunjungan dapat digunakan jika ada
pencarian data dengan blangko kunjungan, untuk itu pastikan
dengan seksama pengisian blangko kunjungan meliputi (nomor
telpon, nama dll).

5. Sistem Pelaporan.
a. Para Bhabinkamtibmas setiap selesai melaksanakan
kunjungan melaporkan kepada Kanit Binmas, selanjutnya Kanit
Binmas mengecek dan merekap hasilnya;
b. Rekap hasil kunjungan selama 1 (satu) bulan dilaporkan
kepada Kapolres up. Kasat Binmas, sesuai contoh format:
KOPSTUK…………..

REKAPITULASI HASIL GIAT KUNJUNGAN


ANGGOTA BHABINKAMTIBMAS
POLSEK………………….
BULAN………………………………..2017

N NAM PANGKAT/NR DESA/KE HASI TARGE


O A P L L T

JUMLAH

PENDIDIK FT. BINMAS 75


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 5
PEMECAHAN MASALAH

1. Pemecahan Masalah
Berbagai kelompok masyarakat di dunia telah membuktikan
keberhasilan metode pendekatan pemecahan masalah (problem
solving). Melalui pendekatan ini, polisi dan masyarakat merasakan
manfaat berkaitan dengan penurunan berbagai masalah kejahatan,
seperti perampokan, pencurian, prostitusi, perdagangan narkoba,
juga grafiti. Pemecahan masalah adalah satu dari dua komponen
kunci Polmas. Tanpa pemecahan masalah, Polmas tidak lebih dari
sekedar hubungan masyarakat. Fokus yang substansial pada
kejahatan, ketidaktenteraman, dan ketidaktertiban merupakan suatu
hal yang penting dalam konsep Polmas.
Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu
yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan
topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota
polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Serangkaian proses
termasuk dalam pemecahan masalah yang intinya adalah proses
mengamati permasalahan kejahatan dan ketidaktertiban. Proses ini
meliputi upaya memahami masalah, mengusulkan sejumlah solusi
(tidak hanya dengan hukum pidana dan penangkapan),
mengevaluasi, serta melakukan evaluasi ulang keefektifan solusi
yang telah dipilih. Pelatihan, keterampilan, dan alat bantu sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
Masalah harus dianalisis dengan baik, kuantitatif maupun
kualitatif, agar solusi yang dicapai tepat mengenai masalah tersebut.
Proses menganalisis harus dilakukan dengan menggali informasi
dari berbagai sumber, antara lain dari orang yang mengalami
dampak langsung, kepolisian (meliputi data riwayat kejahatan,
laporan/pengaduan, survei, catatan telepon), instansi pemerintah
lainnya (mencakup peraturan, penerapan hukum percobaan,
pembebasan bersyarat, rencana tata kota), dan Rukun Tetangga
(RT). Berbagai peraturan daerah, juga peraturan dan hukum
lingkungan, termasuk pula sumber informasi yang berguna dalam
analisis persoalan.
Alternatif solusi dapat diperoleh dari khasanah hukum pidana.
76 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Namun, kemungkinan solusi juga lain harus dipelajari dengan lebih


mendalam. Dengan demikian, alternatif solusi yang akan diterapkan
sesuai dengan permasalahan. Sering kali kita membutuhkan solusi
kreatif untuk menangani permasalahan yang kompleks. Pendekatan
yang konvensional mungkin kurang tepat untuk sebuah masalah dan
dibutuhkan sedikit modifikasi di lapangan. Pada kondisi ini,
diperlukan adanya usaha evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
sebuah solusi efektif. Seperti kita ketahui, usaha pemecahan
masalah tidak akan sempurna tanpa evaluasi akhir. Jika sebuah
solusi yang diambil terbukti efektif, maka solusi yang lain harus
dicoba setelah mempelajari laporan yang diperoleh selama analisis.
Tentu saja, informasi tambahan harus dikumpulkan sebelum solusi
baru dikembangkan dan diuji. Dengan demikian, kepolisian selalu
berkembang dan menerapkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan
zaman yang juga selalu berubah.
a. Pemahaman tentang Masalah.
Kunci utama pemecahan masalah adalah pengetahuan
untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap
masalah yang menjadi target. Permasalahan tersebut harus
dianalisis secara mendalam sehingga solusi yang direncanakan
memang spesial untuk persoalan tersebut. Sebuah solusi
tidaklah dipilih secara acak, tetapi didasarkan pada
pengamatan yang mendalam mengenai akar
permasalahannya.

(a) Definisi Masalah.


Masalah didefinisikan sebagai suatu kondisi, kejadian
dan keadaan yang mengejutkan, merugikan, mengancam,
menyebabkan ketakutan, atau cenderung menyebabkan
ketidaktertiban dalam masyarakat, terutama kejadian-
kejadian yang kelihatannya tidak saling berkaitan.
Bila kita amati lebih dalam, banyak masalah memiliki
kesamaan karakteristik, contohnya dalam pola, korban,
atau lokasi geografis.
Sebenarnya, pendekatan pemecahan masalah bukan
sekedar model perpolisian. Pemecahan masalah adalah
suatu strategi operasional yang bertujuan
mengelompokkan kejadian-kejadian yang saling
berhubungan sebagai suatu kelompok masalah, mencari
akar penyebabnya, dan kemudian bersama dengan
masyarakat memformulasikan pemecahan permasalahan

PENDIDIK FT. BINMAS 77


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

secara khusus. Tujuannya adalah menangani masalah dan


akar permasalahannya, baik dalam jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang.

a) Kriteria Masalah
Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai
masalah jika memenuhi dua kriteria berikut:
(1) Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling
berkaitan;
(2) Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap
permasalahan tersebut.
Suatu masalah adalah dua kejadian atau lebih
yang memiliki kemiripan dalam satu atau
beberapa unsurnya, menyebabkan terjadinya
kejahatan, ketakutan, atau ketidaktertiban. Suatu
masalah bukan suatu kejadian yang tidak sama
dengan suatu kejadian yang terjadi sekali saja
atau yang tidak ada kaitannya dengan kejadian
lain melainkan merupakan kejadian yang terjadi
berulang kali atau saling berkaitan.
Jika ditemukan kejadian, telepon permintaan
bantuan, pengaduan yang kemungkinan besar
terulang kembali, atau berkaitan dengan
kejadian-kejadian lainnya, maka hal ini sudah
memenuhi syarat sebagai permasalahan yang
harus dipecahkan. Pencurian berulang pada
alamat yang sama, pola pencurian kendaraan
tertentu di satu daerah, serta telepon permintaan
bantuan atau pengaduan yang berulang-ulang
dari alamat yang sama, adalah contoh
permasalahan yang perlu ditangani.
Umumnya tidak banyak jumlah kejadian yang
hanya sekali terjadi yang menjadi perhatian
anggota polisi. Semestinya kejadian-kejadian
seperti ini ditangani tersendiri. Namun, umumnya
kejahatan, kekacauan, dan ketakutan yang ada
di masyarakat saling terkait satu sama lainnya.
Misalnya, sudut jalan yang sering digunakan
sebagai tempat penjualan narkoba pasti memicu
berbagai problem keamanan untuk masyarakat
sekitarnya. Jadi, setiap tindak kejahatan bukan
78 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terjadi sendiri-sendiri dan kejahatan biasanya


terkonsentrasi.
Hubungan antara kejadian-kejadian yang saling
berkaitan atau yang berulang dapat dilihat
dengan cara memfokuskan pada karakteristik
tertentu.
Fokus tersebut adalah:

(a) Perilaku
 Pelaku modus operandi yang sama;
 Ciri-ciri korban sama yang ditemukan;
 Orang-orang yang memilki ciri-ciri
yang sama seperti korbannya,
pelakunya atau pelapornya;
 Perilaku yang sama dari pelakunya,
korbannya, atau saksinya.

(b) Wilayah
Merupakan tempat-tempat kejadian
yang terkait, di lokasi yang sama atau
terkonsentrasi di wilayah tertentu.
Misalnya, kecelakaan lalu lintas serius di
perempatan jalan tertentu, pencurian di
lingkungan tertentu, dan telepon
pengaduan yang berasal dari alamat yang
sama. Semua yang terjadi berulang-ulang.

(c) Orang
Perhatikan masalah atau kejadian
yang dilakukan atau diprovokasi oleh
kelompok tertentu (misalnya, pengrusakan
yang dilakukan oleh remaja).

(d) Waktu
Dalam menilai suatu kasus tidak
hanya secara kuantitas waktu tetapi lebih
cenderung kepada kualitasnya waktu itu
sendiri, misalnya kejadian-kejadian itu
saling berkaitan, karena terjadi pada
waktu-waktu tertentu dan pada jam
PENDIDIK FT. BINMAS 79
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tertentu dalam sehari atau pada hari


tertentu dalam seminggu, atau pada suatu
musim tertentu.
b. Penerapan Pemecahan Masalah
Melalui penerapan pemacahan masalah, petugas
kepolisian akan menghadapi tantangan baru dalam
mempelajari fenomena-fenomena yang dihadapi dalam
pekerjaan sehari-hari. Berbagai fenomena dilihat dari sudut
pandang berbeda guna mendapatkan analisis yang tajam.
Untuk itu, anggota polisi harus memilki keterampilan
mengamati hal-hal yang sering membingungkan dalam
kejadian-kejadian yang saling berkaitan, serta mencatat tren
dan pola kejadian. Setelah itu, perlu dianalisis dan dipelajari
tentang karakteristik fisik, sosial, dan lingkungan yang
berpengaruh dalam membentuk pola dan tren tersebut.
Anggota polisi diharapkan menerapkan pemecahan masalah
untuk dapat menguraikan dan menangani berbagai sisi
kejadian-kejadian dan kondisi yang membentuk permasalahan
itu.
Pada praktiknya, polisi dalam mengurangi dampak
permasalahan perlu menerapkan proses pemecahan masalah,
seperti model SARE (Scanning, Analisis, Respon, dan
Evaluasi), dan model-model lain sebagai alat untuk menangani
hal-hal yang terkait dengan kejahatan, ketakutan, dan
ketidaktertiban yang meresahkan warga dan menjadi
kebutuhan dan harapan masyarakat dan polisi setempat.

1) Pemecahan masalah, meliputi:


a) Identifikasi masalah-masalah kejahatan,
ketidaktertiban, dan ketakutan di lingkungan warga;
b) Memahami kondisi yang menyebabkan terjadinya
permasalahan ini;
c) Mengembangkan dan mengimplementasikan solusi
jangka panjang;
d) Menentukan dampaknya.
c. Unsur-unsur penting dalam pemecahan masalah:
1) Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjaan polisi;
2) Masalah berdampak pada masyarakat, tidak hanya pada
polisi;
80 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya


secara menyeluruh bukan hanya penanganan yang
cepat;
4) Masalah harus dideskripsikan secara akurat;
5) Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat
solusi;
6) Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon
atau tanggapan;
7) Selesaikan masalah secara proaktif;
8) Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan diskresi
dalam proses pemecahan masalah yang diterapkannya;
9) Menilai hasil-hasil respon yang baru dilaksanakan dan
tidak hanya sekedar mengevaluasi aktivitas responnya.
Berbagai unsur penting dalam masyarakat, antara lain
konsultasi, adaptasi, pelibatan, akuntabilitas, dan mandat yang
lebih luas, tercakup dalam penerapan Polmas berbasis
pemecahan masalah. Melalui analisis masalah yang dilakukan
bersama dalam konteks sosial dan fisik tertentu, polisi dan
masyarakat bersama-sama mencari jalan keluar. Mereka
melaksanakan solusi yang dipilih serta mengevaluasinya
bersama-sama.
Dalam konteks ini, berbagai usaha harus terus dilakukan
polisi untuk melibatkan semua sumber daya masyarakat.
Dengan demikian, permasalahan ketertiban sekaligus akar
penyebabnya dapat dihilangkan.
d. Keuntungan tambahan Polmas berbasis pemecahan masalah
adalah:
1) Polmas berbasis pemecahan masalah memungkinkan
polisi untuk mencegah masalah di masyarakat dengan
cara menangani akar permasalahannya;
2) Polmas berbasis pemecahan masalah melibatkan
anggota masyarakat dalam masalah yang terjadi di
daerahnya dengan jalan keluarnya. Polmas berbasis
pemecahan masalah dapat menumbuhkan dan
memelihara kerja sama antara polisi dan masyarakat. Hal
ini juga memperkuat kemitraan antara polisi dan
masyarakat;
3) Polmas berbasis pemecahan masalah menciptakan

PENDIDIK FT. BINMAS 81


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kesempatan baru bagi staf operasional untuk


mengembangkan dan menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya semaksimal mungkin. Dengan cara ini,
Polmas berbasis pemecahan masalah mendorong
penciptaan lingkungan kerja yang positif dan menantang,
serta kepuasan kerja yang lebih besar.

2. Tujuan Pemecahan Masalah


a. Menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya;
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa;
c. Potensi intelektual siswa meningkat.

3. Tahapan Kegiatan Pemecahan Masalah


Tahapan Model SARE dalam proses pemecahan masalah :
Untuk memecahkan suatu permasalahan diperlukan suatu cara
agar mudah dalam menemukan solusi-solusi dalam pemecahan
masalah. Mungkin banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan menggunakan model SARE yang meliputi 4 tahap,
yaitu scanning, analisis, respon, dan evaluasi/penilaian.
a. Tahap 1: Scanning (identifikasi masalah)
Cara-cara yang mungkin digunakan untuk mengumpulkan
informasi mengenai kejahatan dan masalah kejahatan dari
masyarakat dalam ”Tahap 1 - scanning”.
Perlu dicari pola-pola atau masalah yang berulang kali
terjadi dalam masyarakat kita. Jika kita dapat memfokuskan
usaha pemecahan masalah dengan memperhatikan hal-hal yang
terjadi lebih dari satu kali, maka kemungkinan usaha kita dapat
membuahkan hasil penting. Berbagai institusi kepolisian
bergantung pada observasi anggota polisinya dalam
mengidentifikasi masalah kejahatan di masyarakat.
Cara-cara mengidentifikasi masalah kejahatan:
1) Survei penduduk;
2) Pertemuan masyarakat;
3) Wawancara individu dengan anggota masyarakat;

82 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Forum masyarakat yang khusus menangani masalah


kejahatan;
5) Wawancara dengan pekerja dari instansi kota lainnya;
6) Informasi atau data dari instansi kota lainnya;
7) Pengaduan (masyarakat dan petugas);
8) Analisa kejahatan;
9) Diskusi dengan jajaran pimpinan;
10) Diskusi dengan pengawas atau supervisor;
11) Diskusi dengan penyelidik atau detektif;
12) Meninjau kembali data kejadian sebelumnya berdasarkan
lokasi, kejahatan, atau catatan telepon;
13) Percakapan dengan petugas di ruang operator telpon;
14) Meninjau kembali informasi data-data kepolisian;
15) Informasi dari staf, polisi, divisi riset, dan perencanaan
pemerintah setempat;
16) Informasi dari kelompok-kelompok, organisasi, dan asosiasi
nasional maupun internasional;
17) Media massa.
Umumnya, permasalahan dapat diidentifikasi melalui
analisis riwayat kejahatan di suatu wilayah dan analisis terhadap
data panggilan bantuan. Idealnya, sebuah pusat data harus
dibangun sehingga semua data dapat disimpan dan dianalisis.
Hal ini memungkinkan polisi untuk memperoleh gambaran secara
lengkap tentang semua masalah yang ada di wilayah hukumnya.
Gambaran menyeluruh ini juga dapat membantu polisi membuat
skala prioritas permasalahan, karena tidak mungkin
memecahkan semua masalah pada waktu bersamaan.
Walaupun masyarakat memegang peranan penting dalam
mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah, hal-hal berikut ini
perlu diperhatikan:
1) Permasalahan yang diidentifikasi oleh kelompok-kelompok
masyarakat atau Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
(FKPM) tidak secara otomatis dianggap sebagai
permasalahan masyarakat secara luas, apalagi oleh
masyarakat. Sehingga, perlu dicatat bahwa sedapat
mungkin FKPM mewakili semua pemangku
kepentingan/pihak yang ada di wilayah tersebut. Dalam
beberapa hal, tingkat kekhawatiran masyarakat dapat juga
diketahui melalui jajak pendapat;

PENDIDIK FT. BINMAS 83


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Masyarakat sering lebih khawatir terhadap masalah-


masalah kecil, seperti kebisingan, kendaraan yang ditinggal
begitu saja, atau tuna wisma yang terlalu berani. Walaupun
semua kekhawatiran tersebut dapat diterima, namun dari
sikap warga yang terlalu membesar-besarkan, dapat
disimpulkan bahwa mereka kurang mendapat informasi
mengenai kejahatan serius dan dampaknya bagi lingkungan
di mana pun mereka berada.
Akibatnya, polisi harus memberi informasi penting yang
dibutuhkan masyarakat. Hal ini untuk menciptakan pandangan
yang lebih seimbang mengenai permasalahan yang mereka
hadapi. Tentunya, bukan berarti ketidaktertiban yang bukan
tindak pidana harus diabaikan anggota polisi. Seringkali suatu
masalah muncul hanya karena adanya konflik kepentingan
antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Misalnya,
konflik antar kelompok partai politik, antar perusahaan taksi yang
bersaing, atau antar pengusaha dan pedagang kaki lima.
Penting untuk diingat bahwa polisi maupun FKPM tak boleh
memihak dalam menangani konflik tersebut. Petugas patroli
hampir selalu berada dalam posisi untuk mengidentifikasi
masalah yang timbul.
Petugas patroli memiliki informasi pertama mengenai
berbagai permasalahan yang ada dan mereka harus dijadikan
bagian dalam proses pemecahan masalah. Mereka harus
didorong untuk mengidentifikasi masalah dan menyarankan
kemungkinan solusi. Tidak peduli apakah mereka menjadi bagian
formal dari proses pemecahan masalah itu atau tidak.
Kemampuan petugas patroli dalam mengidentifikasi masalah
dapat diperkuat dengan menerapkan giliran jaga yang fleksibel
dan mendorong dilakukannya kontak rutin dengan warga.
Riset adalah hal yang sangat penting bagi polisi untuk
mencari solusi yang memberikan hasil mengesankan dalam
melawan kejahatan, ketidaktertiban dan ketidaktenteramanan.
Data berikut ini bisa menggambarkan betapa pentingnya riset.
Kejahatan biasanya terkonsentrasi pada:
1) Dari 55 persen kejahatan, 10 persen dilakukan oleh pelaku
yang sama;
2) Dari 42 persen korban kejahatan, 10 persen diantaranya
adalah korban yang sama;
3) Dari 60 persen permintaan pelayanan bagi polisi, 10

84 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

persennya berasal dari lokasi di satu wilayah hukum.


Mengetahui bahwa suatu kejahatan cenderung
terkonsentrasi dapat membantu kita berpikir dan bertindak secara
strategis. Jika kita dapat menyentuh pelaku yang melakukan
kejahatan berulang kali di suatu tempat, juga warga yang menjadi
korban, maka dampaknya terhadap penurunan tingkat kejahatan,
ketidaktenteraman, dan ketidaktertiban dalam masyarakat akan
signifikan.
1) Memilah Masalah.
Dari proses-proses pengidentifikasian masalah, secara
tetap dapat diketahui berapa banyak masalah yang dapat
tangani. Mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki,
maka penting bagi polisi untuk menentukan prioritas
pemecahan masalah. Seperti kita ketahui, prioritas tak
dapat diambil jika dampak dan tingkat keseriusan
permasalahan belum diketahui. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisa awal sebelum memprioritaskan
permasalahan.
Analisis permasalahan setidak-tidaknya harus
menjawab pertanyaan berikut:
a) Bagaimana bentuk dan luasnya permasalahan yang
sebenarnya?
b) Apa dampak dan konsekuensi permasalahan
tersebut?
c) Mengapa permasalahan tersebut harus ditangani?
d) Apa yang sedang dilakukan polisi terhadap masalah
tersebut dan apa hasilnya?
e) Siapa yang dapat diminta polisi untuk membantu
mereka menangani permasalahan tersebut?

2) Frekuensi
Pada tahun 1991, tercatat ada 11.835 kasus
perampokan yang dilaporkan ke kantor polisi di Pretoria
Utara, Amerika Serikat. Penelitian terhadap korban
menemukan adanya 16.992 perampokan, menunjukkan
tingkat resiko satu dari setiap 12 penduduk setempat.
Penelitian terhadap jenis korban menunjukkan adanya
2.965 kasus perampokan toko atau pusat perdagangan.
Dengan demikian, tingkat resiko mengalami perampokan
PENDIDIK FT. BINMAS 85
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

adalah satu dari setiap 4,5 usaha yang didirikan.


3) Tingkat Keseriusan
Ketika terjadi perampokan, selain terjadi pelanggaran
terhadap keamanan seseorang, juga terjadi hilangnya
barang-barang berharga. Penelitian terhadap para korban
menunjukkan bahwa masyarakat lebih takut pada
perampokan dibanding kejahatan lain.
Penduduk Pretoria Utara juga menganggap bahwa
perampokan adalah kejahatan yang paling serius. Bukan
semata karena kerugian material atau finansial yang
diakibatkan, tetapi karena perampokan biasanya disertai
kekerasan. Korban perampokan sering kali bereaksi keras
dan mengungkapkan kekesalan bahwa mereka dan tempat
tinggal mereka telah diobok-obok.
4) Ancaman relatif dari kelompok pelaku
Hanya sekitar 10 persen dari seluruh kasus
perampokan yang berhasil diungkap. Selama tahun 1991,
hanya 120 pelaku perampokan yang ditangkap. Rata-rata
setiap pelaku yang tertangkap, terkait dengan sembilan
kasus perampokan lainnya.
5) Potensi pengurangan
Sekitar 30 s.d. 40 persen dari kasus perampokan
rumah penduduk yang dilaporkan menunjukkan bahwa
perampok masuk melalui pintu atau jendela yang tidak
dikunci. Memang diakui bahwa sulit untuk menekan jumlah
perampokan secara signifikan. Alasannya, antara lain
karena perampok cenderung memilih sasaran rumah yang
terpencil hingga patroli pengamanan tidak menjangkau
tempat itu. Namun, penekanan jumlah kasus perampokan
mungkin bisa dilakukan dengan memperbaiki kualitas
pengamanan pintu dan jendela. Kewaspadaan penduduk
juga mesti ditingkatkan dengan kegiatan Kamtibmas, antara
lain dengan Siskamling. Warga sering kali tidak melaporkan
adanya perampokan (30 persen) kasus perampokan tidak
pernah dilaporkan. Ini terjadi karena tidak semua orang
yakin bahwa laporan yang dibuat akan ditangani dengan
baik. Dengan demikian, melalui Siskamling, bisa dilakukan
kampanye penyebaran informasi kepada warga mungkin
dapat menolong memecahkan dilema keengganan
pelaporan kasus.

86 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) Sistem respon
Pada saat ini, respon polisi terhadap masalah masih
terbatas pada investigasi kejahatan secara reaktif dan
meningkatkan patroli ke berbagai wilayah yang bermasalah.
Sebaiknya respon semacam ini diperbaiki dengan
pendekatan pemacahan masalah.
7) Penentuan Skala Prioritas
Setelah laporan pendahuluan tentang masing-masing
permasalahan dibuat, polisi sebaiknya segera menentukan
skala prioritas laporan penanganan masalah-masalah.
Penentuan skala prioritas menyiratkan bahwa suatu
masalah dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena
itu, sebelum masalah ditetapkan untuk diprioritaskan
penanganannya, polisi harus lebih dulu menentukan
kriterianya. Kriteria yang akan ditentukan harus
dikonsultasikan dengan Forum Kemitraan Polisi dan
Masyarakat. Hal ini penting dibahas mengingat kriteria
tersebut harus merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai panduan
dalam penentuan skala prioritas:
a) Dampak permasalahan;
b) Seberapa besar permasalahnya;
c) Berapa banyak orang yang terpengaruh oleh
permasalahan tersebut;
d) Kerugian apa yang ditimbulkan.
Tingkat keseriusan permasalahan:
a) Seberapa besar bahaya, kerusakan, kekhawatiran
masyarakat, atau kepekaan politik yang
ditimbulkannya;
b) Apa konsekuensinya bagi masyarakat dan polisi;
c) Apakah permasalahan tersebut berdampak terhadap
hubungan polisi dengan masyarakat.
a. Tingkat kerumitan permasalahan
d) Seberapa rumit permasalahannya?
e) Apakah polisi mampu memecahkannya?
f) Apa dampaknya bagi polisi?
PENDIDIK FT. BINMAS 87
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kemungkinan pemecahan masalah:


- Sejauh mana dampak yang dapat ditimbulkan oleh
upaya polisi memecahkan permasalahan tersebut.
Keinginan untuk memecahkan masalah:
- Keinginan untuk memecahkan masalah harus
ditunjukkan, baik oleh polisi maupun oleh masyarakat.
Sesudah faktor-faktor tersebut di atas dipertimbangkan
dalam setiap permasalahan yang sudah diidentifikasi,
buatlah daftar permasalahan yang sudah direvisi. Daftar
tersebut kemudian harus diperiksa oleh panel evaluasi
internal bersama FKPM. Selanjutnya, dibuatlah skala
prioritas masalah yang harus ditangani.
b. Tahap 2 : Analisis (Analisis Masalah)
Analisis adalah tahap yang paling sulit dalam model SARE
(Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi). Proses ini bahkan
sering dilewati polisi dan anggota masyarakat. Penyebabnya,
mereka cenderung terburu-buru dan sangat bersemangat untuk
mengembangkan solusi yang tepat waktu.
Padahal, tanpa memahami permasalahan yang sedang
ditangani, akan ada risiko yang besar terhadap solusi yang
dikembangkan. Solusi yang dipilih mungkin saja tidak akan ada
gunanya untuk jangka panjang.
Permasalahan pun tersebut akan tetap ada karena
pemecahannya berdasarkan dugaan, bukan fakta.
Pola kejadian juga membutuhkan analisis. Permasalahan
jarang berkembang hanya dalam waktu yang singkat, dan solusi
yang cepat jarang yang dapat menghilangkan permasalahan
tersebut. Jika polisi tidak melakukan analisis, polisi cenderung
bergantung pada solusi standar polisi model lama, seperti patroli
yang terarah atau berjalan kaki.
Kehadiran polisi jarang menjadi solusi terbaik untuk suatu
permasalahan. Hal ini umumnya mengindifikasikan tidak
dilakukannya analisis secara menyeluruh atau polisi masih
merasa lebih nyaman dengan perpolisian model tradisional.
Tujuan dari menganalisis masalah adalah untuk
mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah, yang mendukung terulangnya masalah dan
yang menghambat penanganannya. Sekali sudah
88 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

diidentifikasikan, faktor-faktor tersebut menjadi target potensial


untuk diubah, karena strategi dirancang untuk memperbaiki atau
memperkecil dampak masalah tersebut.
1) Tujuan analisis masalah/mencari penyebab, adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan penyebab masalah;
b) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah;
c) Membedakan gejala dengan penyebab.
Analisis yang tepat terhadap suatu masalah juga penting,
karena memberikan petunjuk tentang solusi-solusi yang mungkin
dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Menurut
Goldstein (1990:82): “Analisis masalah harus berupa
pemeriksaan yang luas, yang tidak dipengaruhi oleh pendapat
lama, pertanyaan harus diajukan, walaupun jawaban belum tentu
ada. Pertanyaan yang terbuka dan konsisten tidak sama dengan
pertanyaan yang diajukan seorang detektif senior untuk
memecahkan suatu misteri kejahatan, mencoba mencari ke
semua arah, mendalam, dan menggunakan pertanyaan yang
tepat.“
2) Panduan analisis masalah
Informasi yang dibutuhkan ketika menganalisis
masalah dapat diperoleh dan menjadi bermanfaat jika polisi
membuat daftar yang sistematis. Dalam mengelola proses
pengumpulan informasi, harus difokus pada:
a) Orang-orang yang terlibat, seperti korban, pelaku, dan
saksi;
b) Informasi kejadian, seperti kronologis kejadian,
konteks fisik dan sosial di mana kejadian itu terjadi,
serta efeknya;
c) Respon dan reaksi masyarakat dan lembaga-lembaga
masyarakat, termasuk tindakan yang dilakukan polisi
sampai saat pengumpulan informasi.
Panduan dan pertanyaan berikut dapat membantu
dalam menganalisis masalah.

3) Menganalisis orang-orang yang terlibat


Masalah biasanya timbul dari interaksi antar sesama.

PENDIDIK FT. BINMAS 89


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Seseorang bisa melakukan tindakan yang mengakibatkan


ketakutan atau kerugian pada orang lain. Kadang-kadang
tindakan tersebut menimbulkan reaksi dari orang-orang
yang terpengaruh.
Untuk memahami suatu masalah, polisi harus mulai
dengan mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang
terlibat, apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka
bereaksi, dan apa pengaruh dari tindakan-tindakan
tersebut. Beberapa masalah mungkin hanya melibatkan
sebagian orang dan masalah yang lain mungkin melibatkan
seluruh masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk
mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam suatu masalah itu
dan dalam hal apa dia terlibat.
a) Pelaku:
Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan pelaku, sebagai
berikut:
1) Motivasi;
2) Identitas atau deskripsi fisik;
3) Usia, suku dan jender (untuk tujuan identifikasi);
4) Latar belakang sosial, termasuk gaya hidup,
pendidikan, dan sejarah;
5) Pekerjaan;
6) Catatan kejahatan (sejarahnya sebagai pelaku);
7) Modus operandi;
8) Faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi
perilaku, seperti pecandu narkoba atau alkohol.
b) Korban:
Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan
informasi berikut sehubungan dengan korban, sebagai
berikut:
1) Tindakan pengamanan yang dilakukan;
2) Sejarah korban (bagaimana ia sampai menjadi
korban);
3) Suku, usia, jender, afiliasi politik (jika sesuai
dengan masalah);

90 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Reaksinya ketika menjadi korban;


5) Hubungan dengan pelaku;
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama
dengan polisi;
7) Instansi medis yang dapat dirujuk;
8) Konseling yang dibutuhkan.

c) Pihak ketiga:
Sering ditemukan bahwa ada orang, selain
korban dan pelaku, yang juga ikut terlibat. Beberapa
dari mereka mungkin saja berlaku sebagai saksi,
pendukung korban, atau pendukung si pelaku. Untuk
mengetahuinya, cobalah kumpulkan informasi-
informasi mengenai pihak ketiga mengenai hal-hal
berikut ini:
1) Identifikasi;
2) Keterlibatan dan kepentingan terhadap masalah;
3) Faktor-faktor yang berdampak pada kerja sama
mereka dengan polisi;
4) Hubungannya dengan korban dan atau pelaku.
d) Segitiga kejahatan
Segitiga kejahatan menawarkan cara yang
mudah untuk memahami dan menvisualisasikan
masalah kejahatan. Segitiga kejahatan juga
menyediakan cara yang mudah untuk menjelaskan
tahap analisis dengan menggunakan model SARE dan
dapat membantu peserta membuat suatu analisis.
Ketiga elemen yang disebutkan sebelumnya dipakai
untuk mengilustrasikan bahwa suatu tindak kejahatan
terkonsentrasi, yakni pelaku, korban, dan lokasi.
Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk satu
segitiga kejahatan.
Setelah mengetahui siapa yang berada pada tiap
sisi dari segitiga kejahatan tersebut, perlu dilakukan
analisis sebelum menyiapkan strategi-strategi untuk
memecahkan masalah tersebut. Perlu dicari
keterangan sebanyak mungkin mengenai korban,
pelaku dan TKP untuk mengembangkan pemahaman

PENDIDIK FT. BINMAS 91


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tentang apa yang menjadi penyebab masalah


tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan dan
dijawab oleh pihak-pihak yang berada pada tiap sisi
dari segitiga kejahatan tersebut. Cara yang mudah
untuk memulai adalah dengan menanyakan siapa,
apa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa ”ya”, dan
mengapa ”tidak”.
e) Menganalisis Informasi Kejadian
Menganalisis informasi seputar kejadian meliputi
lebih dari sekadar memusatkan perhatian pada apa
yang masing-masing aktor lakukan. Hal tersebut
meliputi melihat secara keseluruhan kontek sosial dan
fisik dari sebuah kejadian atau berbagai kejadian.
f) Analisis kronologis, meliputi:
(1) Apakah kejadian tersebut terkait dengan waktu-
waktu tertentu pada hari tersebut;
(2) Apakah kejadian-kejadian tersebut terkait pada
hari-hari tertentu dalam satu minggu. Contoh,
kekerasan dalam rumah tangga paling sering
terjadi pada akhir pekan, terutama pada akhir
bulan;
(3) Apakah kejadian-kejadian tersebut terkait pada
peristiwa-peristiwa tertentu. Contoh:
pertandingan olahraga, hari gajian, liburan
sekolah, dan lain-lain;
(4) Apakah kejadian-kejadian tersebut menunjukkan
variasi bulanan atau musiman? Mengapa?.
g) Situasi TKP dan waktu kejadian:
(1) Apakah wilayah berbahaya (hot spot) tersebut
dapat diidentifikasi? Dengan kata lain, apakah
kejahatan tersebut terkelompok pada suatu
lokasi tertentu? Bagaimana menjelaskan daerah
berbahaya tersebut?;
(2) Dimana kejadian tersebut berlangsung? di dalam
rumah, di luar rumah, kendaraan pribadi,
kendaraan umum, lokasi yang sepi, dan lain-
lain?;
(3) Apakah ada hal yang berkaitan dengan lokasi
92 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang memberikan kontribusi pada kejadian?,


misalnya, bangunan yang ditinggalkan, bahaya
lingkungan, tempat-tempat yang penting bagi
aktivitas masyarakat, kemungkinan tempat
persembunyian, dan lain-lain;
(4) Dapatkah lingkungan fisik tersebut dimodifikasi
untuk mencegah permasalahan tersebut terjadi
lagi?.
h) Kontak Sosial:
(1) Pelaku dan korban termasuk dalam kelompok
apa? Apakah kelompok-kelompok tersebut
sedang dalam konflik?;
(2) Kepentingan-kepentingan apa yang memotivasi
pelaku?;
(3) Apa tindakan-tindakan korban yang membuatnya
tidak berdaya sehingga mudah diserang?;
(4) Apakah faktor-faktor sosio-demografis
berpengaruh terhadap masalah tersebut?
contohnya, tidak ada toleransi sosial, intimidasi,
rasa takut, kurangnya persatuan masyarakat,
dan lain-lain;
(5) Bagaimana saksi–saksi atau saksi-saksi
potensial bereaksi terhadap masalah tersebut?
Mengapa mereka bereaksi seperti itu?.
i) Urut-urutan Kejadian:
(1) Apa yang dilakukan pelaku? Kepada siapa?
Bagaimana? Kapan? Dimana?;
(2) Rangkaian kejadian seperti apa yang
menimbulkan masalah tersebut?;
(3) Apakah alkohol, narkoba, atau faktor-faktor lain
memberikan kontribusi terhadap terjadinya
masalah tersebut? Bagaimana bisa terjadi?.
j) Akibat dari kejadian:
Apa akibat dari masalah tersebut, misalnya: kematian,
cedera, kerusakan harta benda, kerugian finansial,
intimidasi?.
k) Menganalisis Respon
(1) Instansi atau lembaga:
Bagaimana lembaga masyarakat dan
PENDIDIK FT. BINMAS 93
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

instansi swasta, termasuk polisi, melihat masalah


ini? Apa yang telah mereka lakukan? Apa
hasilnya? Apa yang mungkin mereka ingin
lakukan sekarang? Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi respon polisi terhadap masalah
tersebut? Isu-isu hukum apa yang
mempengaruhi masalah tersebut? Instansi-
instansi mana (publik atau swasta) yang dapat
membantu polisi dalam memecahkan masalah
tersebut?
(2) Masyarakat:
Bagaimana anggota masyarakat melihat
masalah tersebut? Apa yang telah mereka
lakukan? Apa hasilnya? Apa yang akan mereka
lakukan sekarang? Apakah mereka bersedia
untuk bekerja bersama dengan polisi? Bila ya,
bagaimana? Bila tidak, mengapa?.
(3) Keseriusan:
Apakah ini sebuah masalah serius yang
memerlukan respon yang serius pula? Bila tidak,
mengapa? Apabila serius, bagaimana membuat
masyarakat dan instansi atau lembaga terkait
dapat mengetahuinya? Apabila itu bukan masalah
yang serius, apa yang harus dilakukan? Apakah
masyarakat menyadari dampak yang ditimbulkan
dari masalah tersebut terhadap masyarakat?.
(4) Sumber-sumber informasi yang memungkinkan
Guna mencari jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut, berbagai macam sumber
informasi yang mungkin bisa digunakan antara
lain:
(a) Bahan bacaan yang relevan:
Perkembangan penelitian atas
kejahatan dan perpolisian baru-baru ini
telah menciptakan sekumpulan informasi
relevan yang berharga. Informasi ini sangat
membantu terutama dalam memberikan
kemungkinan solusi-solusi untuk menangani
berbagai macam masalah. Namun
sayangnya, informasi seperti ini jarang
94 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dimanfaatkan.
(b) Arsip polisi:
Polisi mengumpulkan, mengarsip, dan
memproses sejumlah besar informasi
mengenai berbagai masalah. Sayangnya,
informasi tersebut seringkali dikumpulkan
untuk tujuan-tujuan yang tidak ada
kaitannya dengan pemecahan masalah.
Akibatnya, data-data polisi perlu
disesuaikan untuk dapat digunakan dalam
analisis pemecahan masalah. Sebagai
contoh, bila polisi ingin mengidentifikasi
adanya panggilan berulang yang meminta
pelayanan polisi, mungkin penting untuk
memprogram ulang sistem informasi
komputerisasi di Unit Pengendali Radio
(Radio Control Unit). Dianjurkan untuk
mendiskusikan kumpulan data dan
kebutuhan analisis yang ada dengan
Reskrim Polda. Mereka mungkin dapat
membantu dalam mengembangkan sistem-
sistem yang diperlukan.
(c) Anggota polisi:
Pengetahuan pribadi anggota polisi
yang didapat dari pengalaman di lapangan
seringkali berguna. Oleh karena itu, setiap
usaha seharusnya dilakukan untuk
mengumpulkan informasi langsung dari
anggota polisi yang berurusan atau terkait
dengan masalah tertentu. Perhatian khusus
harus diarahkan pada cara-cara informal
yang digunakan polisi dalam menangani
masalah tertentu.
(d) Satuan kepolisian lainnya:
Kadang-kadang, masalah yang dipilih
untuk dianalisis mungkin telah ditangani
sebelumnya oleh unit atau bagian-bagian
lain dalam kepolisian. Informasi, analisis,
dan strategi-strategi yang digunakan oleh
unit lain tersebut mungkin dapat dijadikan
petunjuk tentang masalah yang dihadapi.
PENDIDIK FT. BINMAS 95
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Serangkaian informasi ini bahkan bisa


digunakan sebagai bahan mencari usulan
kemungkinan solusi alternatif.
(e) Sumber-sumber dalam masyarakat:
Berbagai informasi ada dalam
masyarakat sangat berharga. Sumber-
sumber informasi ini meliputi korban,
pengadu, saksi, agen-agen masyarakat,
dan lembaga-lembaga masyarakat.
Informasi yang berharga bisa
diperoleh dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada mereka yang terkena
pengaruh dengan mengadakan pertemuan
publik dengan kelompok-kelompok
masyarakat dan berkonsultasi dengan
FKPM setempat. Bisa juga dengan mencari
informasi dari berbagai lembaga
pemerintahan, seperti pemerintah daerah
dan DPRD serta berbagai informasi dari
berbagai aspek kehidupan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Informasi ini seringkali
selalu siap dan bebas diakses.
(f) Pelaku:
Pelaku adalah sumber informasi yang
penting dan harus ditanyai tentang:
 Modus operandi dan motivasi mereka;
 Mengapa sebuah pelanggaran
dilakukan pada satu waktu spesifik;
 Alasan dipilihnya target tertentu;
 Rute pelarian yang digunakan;
 Cara membuang barang bukti.

c. Tahap 3 : Respon (Merumuskan Respon Strategis)


Respon adalah tahap ketiga dalam model SARE
(Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi). Masalah
akan tetap ada bila dalam solusi jangka panjang tidak
dicari penyebab utamanya. Kreativitas juga dianjurkan.
Cobalah mengarahkan masyarakat untuk menggunakan
96 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pelindung yang ada semaksimal mungkin.


Agar terlaksana secara efektif, solusi yang dipilih
harus mempengaruhi minimal dua sisi dari Segitiga
Kejahatan. Mengusahakan solusi hanya pada sisi pelaku
saja seringkali tidak efektif, tidak jarang malah memberi
peluang terhadap adanya pelaku baru untuk
menggantikan pelaku yang lama. Ini mungkin saja terjadi
karena belum ada tindakan yang dilakukan polisi untuk
mengubah sarang kejahatan atau posisi korban sebagai
target buruan. Penanganan harus dilakukan di dua sisi
dari segitiga kejahatan demi terciptanya solusi yang
efektif dan berjangka panjang.
Masyarakat dan polisi seringkali tergoda untuk
menerapkan solusi yang dikembangkan di lingkungan
masyarakat lain untuk masalah serupa di komunitas
mereka sendiri. Namun, harus diperhatikan bahwa solusi
dari luar jarang sekali sempurna dan cocok untuk semua
komunitas. Faktor penyebab harus dianalisis untuk
menguji apakah faktor-faktor tersebut sesuai dengan
solusi yang digunakan dalam lingkungan masyarakat lain.
Kadangkala, masalah kejahatan masyarakat sangat
berat sehingga harus segera dipecahkan sebelum
masalah tersebut berkembang. Keadaan mungkin sangat
berat bagi mereka yang terpengaruh masalah tersebut.
Harus diingat, walaupun solusi jangka pendek penting
sekali, namun solusi jangka panjang juga harus dikejar.
Sebagai tambahan, dampak masalah tersebut
terhadap masyarakat secara spesifik harus
mempengaruhi bentuk solusi yang dipilih. Solusi yang
paling baik adalah apabila solusi tersebut dapat membuat
masyarakat mampu menangani masalah kejahatan
serupa di masa datang dengan lebih baik.
Rumusan tentang sebuah paket respon strategis
mewakili inti dari pemecahan masalah dan dilakukan
dalam 4 (empat) langkah, sebagai berikut:
 Langkah 1 : Identifikasi masalah;
 Langkah 2 : Mencari dan menyusun kemungkinan
solusi;
 Langkah 3 : Mengevaluasi kemungkinan-
kemungkinan solusi;
PENDIDIK FT. BINMAS 97
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

 Langkah 4 : Menyusun rencana implementasi solusi.

a) Langkah 1: Identifikasi masalah


Setiap saat, strategi pemecahan masalah
seharusnya bersifat spesifik untuk sebuah masalah.
Strategi harus diarahkan untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Tidak semua strategi bisa
diharapkan dan memberikan hasil yang sama.
Berikut ini adalah tujuan-tujuan strategis yang
dapat dipertimbangkan ketika mengembangkan
strategi pemecahan masalah:
(1) Solusi-solusi dirancang untuk mengatasi
masalah;
(2) Solusi-solusi dirancang untuk mengurangi
masalah secara substansial;
(3) Solusi-solusi dirancang untuk mengurangi
bahaya atau dampak sebuah masalah;
(4) Solusi-solusi dirancang untuk meningkatkan
respon polisi terhadap suatu masalah;
(5) Solusi-solusi dirancang untuk menegaskan,
mengarahkan kembali, dan mengatasi
permasalahan.
Sangat penting menentukan sasaran yang
realistis dan menerima kenyataan bahwa polisi tidak
akan mampu memindahkan gunung. Dengan
merinci sebuah masalah yang besar dan kompleks
menjadi sub-sub masalah yang lebih kecil,
seperangkat sasaran yang lebih realistis, terukur
dan dapat dikembangkan.

b) Langkah 2 : Mengidentifikasi Kemungkinan Solusi


Tujuan pemacahan masalah adalah
menangangi masalah dan penyebabnya, baik dalam
jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang.
Mencari kemungkinan solusi harus dilakukan
dengan berpikir luas dan bebas. Sangat penting
untuk berpikir luas dan tidak membatasi diri dengan
respon polisi yang tradisional, yakni semata-mata
meningkatkan patroli dan jumlah penahanan. Polisi
98 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

harus kreatif. Permasalahan perlu dilihat dari


berbagai sudut pandang yang berbeda,
menggunakan imajinasi dan jangan membatasi
respon hanya pada sebuah taktik!
Harus ditekankan bahwa langkah ini tidak
melibatkan evaluasi terhadap solusi-solusi yang
mungkin ada. Sehingga, pemecahan harus disajikan
tanpa memikirkan kegunaan atau keberhasilan
solusi tersebut. Untuk menemukan solusi yang baik,
mungkin ada baiknya membahas bersama rekan-
rekan sekerja.
Kemungkinan-kemungkinan di bawah ini bisa
dipertimbangkan ketika sedang mencari solusi
sebagai panduan terhadap solusi-solusi yang
memungkinkan, seperti:
(1) Strategi yang terfokus
Adakalanya analisis masalah
mengungkapkan adanya individu atau
kelompok tertentu yang bertanggung jawab
dalam menciptakan masalah di masyarakat
secara tidak proporsional. Bisa pula analisis
masalah menunjukkan adanya beberapa lokasi
(wilayah berbahaya) menjadi pusat aktivitas
bermasalah. Pada kondisi demikian, usaha
yang ditujukan untuk mengatasi individu,
kelompok, atau perbaikan keadaan di lokasi-
lokasi yang dimaksud mungkin saja
merupakan bagian dari usaha pemecahan
masalah atau solusi. Strategi yang terfokus
bisa digunakan untuk menangani masalah,
seperti:
(a) Pelaku kejahatan yang berulang
(residivis);
(b) Orang yang sering menjadi korban;
(c) Sumber panggilan bantuan yang
berulang;
(d) Kelompok yang berisiko tinggi menjadi
korban;
(e) Kelompok yang sangat potensial
melakukan kejahatan;
(f) Kerja sama antar instansi atau lembaga;
Banyak masalah yang dihadapi polisi
yang merupakan bagian dari tanggung
PENDIDIK FT. BINMAS 99
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

jawab instansi pemerintah atau swasta


lainnya. Misalnya: sekolah, pengadilan,
kejaksaan, pegawai kesehatan, lembaga-
lembaga rehabilitasi, dinas pelayanan
sosial, dan departemen perhubungan.
Badan-badan pemerintahan dan swasta
lainnya juga harus berbagi tanggung
jawab mengendalikan perilaku anti sosial
atau, setidaknya, memiliki kapasitas
untuk membantu meringankan masalah
yang dihadapi polisi.
Kerja sama antar instansi dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk,
seperti:
- Menyerahkan pengaduan kepada
instansi lain;
- Mengkoordinasikan tindakan yang
akan dilakukan dengan instansi
terkait;
- Meminta pelayanan lebih atau
pelayanan khusus dari instansi
terkait.
(2) Strategi-strategi mediasi dan negosiasi
Konflik antar individu atau kelompok
seringkali menjadi sumber kekacauan, bahkan
kejahatan. Polisi berada pada posisi yang unik
untuk memecahkan masalah-masalah tersebut
melalui strategi mediasi dan negosiasi. Pada
beberapa situasi, daripada melakukan
pemecahan sesuai dengan prosedur hukum,
pendekatan dengan mediasi dan negosiasi
sebagai sumber daya polisi jauh lebih efektif.
(3) Komunikasi dengan masyarakat
Polisi kadangkala mengendalikan
masalah secara efektif hanya dengan
menyampaikan informasi yang akurat kepada
masyarakat. Strategi komunikasi bisa
digunakan untuk:
(a) Mendidik masyarakat mengenai tingkat
keseriusan sebuah masalah;
(b) Mengurangi rasa takut;
100 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(c) Menyampaikan informasi yang akurat


kepada masyarakat untuk membantu
mereka agar patuh terhadap hukum atau
memecahkan masalah mereka sendiri;
(d) Menunjukkan kepada masyarakat tentang
bagaimana mereka memberikan
kontribusi dalam memecahkan masalah;
(e) Memperingatkan mereka yang
mempunyai potensi menjadi korban
tentang kerentanan mereka dan
menyarankan kepada mereka mengenai
cara-cara melindungi diri mereka sendiri;
(f) Menjelaskan kemampuan dan
keterbatasan polisi dalam memecahkan
masalah-masalah mereka.
(4) Mengatur dan membantu masyarakat agar
terlibat secara langsung dalam memecahkan
masalah-masalah mereka.
Sebenarnya, solusi bagi beberapa
permasalahan ada dalam kapasitas
masyarakat itu sendiri. Polisi harus mendorong
warga masyarakatnya untuk terlibat dalam
pemecahan masalah mereka sendiri.
Mengerahkan masyarakat dapat dilakukan
dengan cara:
(a) Membentuk sistem keamanan lingkungan
atau patroli warga;
(b) Merekrut dan menggunakan tenaga-
tenaga sukarela;
(c) Mengaktifkan kelompok-kelompok minat
tertentu;
(d) Mengikutsertakan korban kejahatan.
(5) Mendukung hubungan yang telah ada di antara
mereka untuk terlibat dalam pengawasan
masyarakat
Cara ini untuk mempengaruhi dan mengontrol
tingkah laku orang-orang yang bertanggung
jawab dalam menimbulkan masalah.
Polisi perlu mengidentifikasi dan
melibatkan anggota masyarakat, misalnya
orang tua, manajer apartemen, kontraktor, dan

PENDIDIK FT. BINMAS 101


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pemilik bangunan, yang mungkin berada pada


posisi yang kuat untuk mempengaruhi perilaku
pelaku. Orang-orang yang tepat mungkin dapat
membantu pengawasan, secara intensif dalam
waktu yang lama, individu-individu yang
menimbulkan masalah. Mengubah lingkungan
fisik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
masalah-masalah. Pendekatan ini seringkali
dikenal juga sebagai “pencegahan kejahatan
situasional”.
Tujuannya untuk memodifikasi dan
mengatur lingkungan fisik sedemikian rupa
dalam rangka mengurangi kesempatan
timbulnya kejahatan, meningkatkan resiko, dan
upaya yang ada hubungannya dengan
pelanggaran dan mengurangi keuntungan
yang didapat oleh pelaku kejahatan.
Hal itu dapat dicapai dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
DUA BELAS TEKNIK PENCEGAHAN
KEJAHATAN SITUASIONAL

MENINGKATKAN MENINGKATKAN MENGURANGI


USAHA RISIKO KESEMPATAN

1. Menperkuat perlindungan 5. Memeriksa masuk 9. Memindahkan


diri sasaran (Target dan keluar sasaran
Hardening)

1. Mengawasi/ kontrol 6. Meningkatkan 10. Memberikan tanda


akses pengawasan formal barang-barang
berharga.

3. Mengalihkan perhatian 7. Meningkatkan 11. Menghilangkan


pelaku pengawasan oleh pemicu
karyawan

4. Mengawasi alat-alat yang 8. Meningkatkan 12. Menggunakan


dapat digunakan untuk pengawasan peraturan
melakukan kejahatan informal
(Clarke 1992 : 10 21)

Keterangan:
1. Memperkuat perlindungan diri sasaran

102 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Cara yang paling mudah untuk


mengurangi kesempatan bagi tersangka
adalah dengan menggunakan hambatan-
hambatan fisik. Pengamanan target tidak
lain adalah penggunaan kunci
pengamanan, perimeter antimaling, dan
pemasangan rintangan yang ditujukkan
untuk mencegah atau menghalangi akses
menuju suatu tempat atau barang-barang
berharga.
2. Mengawasi atau kontrol akses
Pengawasan terhadap akses masuk-
keluar bertujuan untuk mengatur akses
menuju ke sebuah tempat atau sistem. Hal
tersebut biasanya dilakukan dengan cara
memasang kunci kode atau penjagaan
pada pintu masuk. Kontrol akses menuju
sistem komputer biasanya menggunakan
password.
3. Mengalihkan perhatian pelaku
Ini adalah upaya pengalihan perhatian
pelaku dari melakukan perbuatan yang
merugikan orang lain ke arah perbuatan
yang lebih positif. Menyediakan fasilitas-
fasilitas olahraga kepada pemuda-
pemuda yang suka membuat masalah
dapat dilihat sebagai contoh pendekatan
ini.
4. Mengawasi alat-alat yang dapat
digunakan untuk melakukan kejahatan
Berbagai benda, misalnya pisau dan
senjata api, berpotensi mendorong
seseorang untuk melakukan kejahatan
dan mengacaukan ketertiban. Dengan
menghilangkan atau mengontrol
penggunaan benda-benda serta situasi
tersebut, kejahatan dan ketidaktertiban
dapat dicegah.
5. Memeriksa Masuk dan Keluar
Pemeriksaan pada pintu masuk berbeda
PENDIDIK FT. BINMAS 103
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan kontrol akses. Pemeriksaan ini


bertujuan untuk mendeteksi siapa yang
tidak memenuhi persyaratan untuk
masuk, ketimbang melarang atau
menghalangi orang untuk masuk.
Persyaratan-persyaratan ini berkaitan
dengan pembawa barang-barang atau
benda-benda yang dilarang (misalnya
senjata api) atau alternatif lain,
kepemilikan tiket, atau dokumen-
dokumen. Pemeriksaan pada pintu
keluar berguna untuk menghalangi
pencurian dengan cara mendeteksi
benda-benda yang seharusnya tidak
boleh dipindahkan dari daerah yang
dilindungi seperti benda-benda toko yang
belum dibayar.
6. Meningkatkan pengawasan formal
Personel yang fungsi utamanya
menghalangi niat pelaku kejahatan terdiri
dari polisi, satpam, dan penjaga toko.
Merekalah yang berfungsi penting dalam
menyediakan pengawasan formal.
Peranan pengawasan mereka bisa
ditingkatkan melalui penggunaan
perangkat elektronik seperti: sistem
alarm, kamera pengawas, dan
perubahan tata ruang bangunan.

7. Meningkatkan pengawasan oleh


karyawan
Karyawan, terutama yang bekerja
dengan orang banyak, tanpa disadari ikut
melakukan pengawasan.
8. Meningkatkan pengawasan informal
Pengawasan informal didasarkan pada
asumsi bahwa anggota masyarakat akan
mengenali pelaku kejahatan dan segera
melaporkan hal tersebut kepada polisi.
Meningkatkan pengawasan informal
adalah sasaran utama dari gerakan

104 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penjagaan keamanan lingkungan.

9. Memindahkan sasaran
Pemindahan target berhubungan dengan
pengamanan target yang mengacu pada
pemindahan benda-benda berharga ke
lokasi yang lebih aman. Toko-toko musik,
misalnya: sering memindahkan Compact
Disc (CD) dari kotak dan hanya
memperlihatkan sampulnya untuk
mencegah pencurian.
10. Memberikan tanda pada barang
berharga
Harta benda yang telah ditandai
mengurangi manfaat bagi si pelaku dan
meningkatkan resiko bagi pencuri. Hal ini
disebabkan:
a. Lebih sulit untuk dijual;
b. Mudah dikenali sebagai barang
curian;
c. Pemilik yang sah bisa dilacak.
11. Menghilangkan Pemicu
Tindakan ini berkaitan dengan
dialihkannya perhatian seseorang dari
keinginan untuk melakukan tindakan
buruk atau jahat. Misalnya, selalu
membersihkan tembok dari coretan-
coretan. Sebab, dengan membersihkan
coretan-coretan tersebut kita
menghilangkan rasa senang si pelaku
yang ingin memamerkan hasil karyanya.
12. Menggunakan Peraturan
Sebagian besar organisasi dan instansi
memiliki aturan mengenai perilaku
pekerja, anggota, dan pengunjung.
Seringkali peraturan ini bisa digunakan
untuk mencegah perbuatan yang
melanggar aturan.
(6) Penegakkan hukum dan penuntutan yang
selektif

PENDIDIK FT. BINMAS 105


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Walaupun pemecahan masalah


mendorong digunakannya respon yang tidak
tradisional, bukan berarti respon tradisional
layak ditiadakan sama sekali, penegakan
hukum dan proses penuntutan tetap harus
dilakukan. Dalam beberapa hal, penegakan
hukum dan proses penuntutan adalah satu-
satunya solusi yang efektif dalam pemecahan
masalah.
(7) Penegakan hukum bisa diterapkan melalui
beberapa cara:
(a) Penegakan hukum dan penuntutan yang
tak selektif. Alternatif ini mengacu pada
proses tradisional dalam mengidentifikasi,
menangkap, dan menuntut semua pelaku
pelanggaran;
(b) Penegakan hukum dan penuntutan yang
selektif serta sesuai panduan tertentu.
Alternatif ini merujuk pada polisi yang
mengambil tindakan keras, ketika
pelanggaran tertentu ditangani intensif
dengan alasan khusus. Alternatif ini
sering digunakan sebagai solusi jangka
pendek terhadap masalah-masalah
seperti prostitusi, menyetir dalam
keadaan mabuk, dan perdagangan
minuman keras ilegal;
(c) Penegakan hukum yang biasanya
dilakukan oleh instansi atau lembaga lain.
Ketentuan hukum, peraturan, dan
ordonansi biasanya ditegakkan oleh
instansi lain seperti undang-undang
konservasi lingkungan dan peraturan
daerah. Hukum, peraturan, dan ordonansi
tersebut dapat juga ditegakkan oleh
polisi. Instansi terkait juga dapat diminta
untuk menegakkannya;
(d) Penggunaan hukum dan peraturan non
pidana. Banyak persoalan yang muncul,
diatur dalam berbagai hukum, peraturan-
peraturan, undang-undang publik, dan
106 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

statuta. Peraturan-peraturan serta


undang-undang tersebut dapat digunakan
polisi untuk membantu memecahkan
masalah. Peraturan-peraturan tentang
bangunan, misalnya, dapat digunakan
untuk menegakkan tindakan pencegahan
kejahatan. Peraturan mengenai
kebisingan suara dapat pula digunakan
untuk menangani penyewa kamar yang
susah diatur, peraturan mengenai
kesehatan dan dapat digunakan untuk
mengatasi masalah di rumah susun atau
bangunan lain untuk mencegah terlalu
padatnya tingkat hunian bangunan dan
mencegah peredaran narkoba.
Pemerintah kota dan pembuat peraturan
hukum lain yang berwenang dapat juga diminta
untuk mengatur berbagai bentuk perilaku
masyarakat atau pelaku kejahatan dengan
cara menerapkan peraturan, ordonansi, atau
undang-undang baru yang lebih ketat:
(a) Mengatasi secara langsung kondisi sosial
dan ekonomi yang berimbas pada
perilaku bermasalah. Apabila polisi dapat
mengidentifikasi dengan cepat berbagai
kondisi sosial dan ekonomi dalam
masyarakat yang mendorong timbulnya
masalah, maka mungkin polisi sendiri
dapat mencegah masalah di masa datang
dengan bekerja untuk mengubah kondisi
tersebut. Mengadakan kegiatan-kegiatan
waktu luang yang konstruktif bagi remaja
adalah salah satu contoh dari pendekatan
ini;
(b) Memastikan agar kehadiran polisi lebih
terlihat. Agar kehadiran polisi dapat
terlihat, polisi perlu menambah jumlah
patroli jalan kaki, patroli berkendaraan,
atau memasang blokade di jalan. Bisa
juga dengan membangun pos-pos polisi
di tempat yang terpencil atau mendirikan
pusat pelayanan masyarakat. Harus

PENDIDIK FT. BINMAS 107


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

diingat bahwa inisiatif ini biasanya hanya


memiliki pengaruh jangka pendek.
Untuk menyimpulkan strategi Polmas
berbasis pemecahan masalah, kita bisa
mengumpamakan alat-alat yang ada dalam
kotak peralatan. Dalam perpolisian tradisional,
kotak peralatan biasanya hampir kosong dan
hanya berisi strategi penegakan hukum dan
kehadiran polisi yang lebih banyak. Berbeda
halnya dengan anggota polisi dalam
pemecahan masalah, alat-alat yang tersedia di
dalam kotak jauh lebih beragam dan
menerapkan berbagai taktik yang tersedia.

c) Langkah 3: Mengevaluasi kemungkinan solusi


lainnya
Setelah mengidentifikasi berbagai bentuk
solusi, saatnya kini untuk mengevaluasi solusi-
solusi tersebut dan memutuskan bentuk paket
solusi yang akan digunakan. Panduan berikut ini
dapat membantu memilih beberapa alternatif yang
ada:
(1) Adanya kemungkinan bahwa respon tersebut
dapat mengurangi masalah dan tujuan yang
sudah disepakati akan tercapai;
(2) Adanya dampak khusus dari respon tersebut
terhadap masalah atau konsekuensi serius
yang mungkin terjadi;
(3) Sejauh mana respon tersebut bersifat
mencegah agar mengurangi pengulangan
atau konsekuensi yang lebih akut yang lebih
sukar ditangani;
(4) Tingkat di mana respon mempengaruhi
kehidupan seseorang yang didasarkan pada
sanksi hukum serta penggunaan kekerasan
yang mungkin dilakukan;
(5) Sikap masyarakat yang kemungkinan besar
akan berubah sebagai akibat adanya adopsi
solusi alternatif tersebut;
(6) Biaya finansial dalam implementasi solusi
alternatif;
(7) Kesiapan sumber daya yang dimiliki polisi
108 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam menjalankan solusi alternatif;


(8) Hal yang harus dilakukan agar respon polisi
berakibat positif terhadap hubungan
masyarakat dengan polisi;
(9) Kemudahan mengimplementasikan respon.
Sebagai tambahan, perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut ini:
(1) Strategi yang dipilih harus mampu melihat
permasalahan secara keseluruhan dan
mampu menangani penyebabnya;
(2) Strategi harus bisa memberikan solusi jangka
panjang;
(3) Solusi harus mampu memberikan perubahan
yang berarti bagi warga masyarakat,
mengurangi kerugian dan ketakutan mereka di
masa datang;
(4) Jika memungkinkan, strategi juga ditujukan
untuk mengurangi beban kerja polisi.

d) Langkah 4: Menyusun rencana implementasi solusi


Ketika masalah sudah dipilih, dianalisis, dan
paket respon strategis sudah ditentukan, maka
kembangkan rencana implementasi untuk
memandu respon dan memberikan dasar evaluasi.
Rencana implementasi harus mencakup pernyataan
tertulis tentang tujuan, sasaran, strategi, tanggung
jawab, dan kerangka waktu.
Tujuan dan sasaran harus selalu tepat,
realistis, dan terukur, serta harus ditujukan untuk
memecahkan permasalahan dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang. Hal yang tak kalah penting
adalah menyampaikan sejelas mungkin bagaimana
strategi akan dicapai, serta alat ukur apa yang akan
digunakan untuk menentukan dampaknya.
Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa
pemecahan masalah tidak mengesampingkan
penegakan hukum atau patroli polisi. Dalam
banyak contoh, kedua aktifitas ini akan menjadi
komponen penting dari paket solusi yang
diinginkan.
d. Tahap 4 : Penilaian (evaluasi)

PENDIDIK FT. BINMAS 109


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Banyak alasan pentingnya mengevaluasi strategi-


strategi pemecahan masalah. Alasan yang paling jelas
adalah untuk menilai secara langsung apakah strategi
pemecahan masalah yang dimaksud sudah berjalan atau
belum.
Ada dua jenis evaluasi yang harus dipertimbangkan
sebagai bagian dari setiap kegiatan yaitu, evaluasi
proses dan evaluasi dampak. Keduanya merupakan hal
penting dengan alasan yang berbeda. Evaluasi dilakukan
secara terus menerus selama implementasi rencana
kegiatan, dimulai pada saat rencana tersebut
dilaksanakan.
a) Evalusi proses berkaitan dengan hal-hal
menentukan yang tercermin dari pertanyaan:
Apakah rencana sudah diimplementasikan dengan
benar? Apakah langkah-langkah yang ditetapkan
dalam rencana implementasi dijalankan dengan
benar? Apakah ada masalah yang harus
dipecahkan? Haruskah rencana implementasi
dimodifikasi? Apakah rencana tersebut
kelihatannya berjalan?;
b) Evaluasi dampak berarti menilai konsekuensi atau
hasil dari strategi atau efek dari strategi terhadap
permasalahan. Evaluasi dampak biasanya
dijalankan dengan membandingkan data “sebelum
dan sesudah” atau dengan membandingkan
komunitas target dengan suatu kelompok “kontrol”.
Hal-hal yang harus dapat ditanyakan meliputi:
Apakah perencanaan tersebut menghasilkan
sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan? Kesalahan apa yang sudah dibuat?
Mengapa?

110 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tabel pendekatan sistematik pada pemecahan


masalah
(Tabel dari Neighbourhood Policing, BCU Commanders Guide,
www.neighbourhoodpolicing.co.uk)

2. Langkah-langkah teknis dalam pemecahan masalah


Sebagai anggota yang paham dengan Hak Asasi

PENDIDIK FT. BINMAS 111


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Manusia dan mendukung kemitraan dibentuk, maka perlu


mempersiapkan diri untuk berperan dalam menganalisis
dengan cara baru pemecahan masalah sebagai anggota tim.
Analisis kejahatan menurut beberapa penelitian merupakan
suatu hal yang sangat krusial dalam perpolisian masyarakat.
Anggota masyarakat mungkin sangat sulit untuk menjadi
seorang penganalisis kejahatan, namun seorang anggota
polisi perlu mengetahui hal-hal dasar yang bisa diikuti dalam
proses pemecahan masalah.
Bagian dari manual ini mempersiapkan pembaca untuk
menempati peran baru dengan memberikan langkah-langkah
dalam pemecahan masalah dan hal-hal yang terkait dengan
keamanan lingkungan dan pencegahannya. Sebagai anggota
masyarakat yang peduli, tidak bisa menunggu kolega polisi
bertanya mengenai suatu informasi, namun perlu ada inisiatif
dari polisi dengan mencari akar permasalahannya, mencari
solusi yang efektif, membantu polisi untuk mencari langkah
yang efektif dan mengevaluasi setiap tindakan agar polisi
dapat belajar dari hasil pencapaian itu. Hal ini berarti bahwa
polisi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tim
kemitraan polisi dan masyarakat ini, dan perlu mencari sumber
informasi dan data di luar dari pekerjaan sehari-hari, dan perlu
mengikuti rencana yang disusun bersama-sama dalam waktu
yang cukup lama dari yang diinginkan dan pada akhirnya polisi
akan menerima penghargaan atas keberhasilannya dan
tentunya kekecewaan atas kegagalannya, sama halnya
dengan anggota tim lainnya.
Dengan manual ini diharapkan para analisis yang
mengambil peran baru dalam masyarakat berkeinginan
membagi keahliannya dan menjadi profesional dalam bidang
ini. Dengan langkah awal menjadi bagian dari tim ini
diharapkan muncul benih-benih masyarakat yang
berpengalaman dan profesional yang bermotivasi tinggi yang
akan sangat membantu perkembangan Hak Asasi Manusia
dalam kemitraan polisi dan masyarakat dalam tahun-tahun
mendatang. Setiap anggota polisi dapat menyumbang dengan
menyampaikan hasil kegiatan melalui rapat resmi dan seorang
polisi dapat melaporkannya dalam laporan kerjanya. Dengan
melakukan ini, tidak hanya akan mendapatkan keterampilan
dan keahlian tambahan, tetapi akan memperoleh banyak
informasi dan menjadi sumber berharga bagi pihak lain.
Langkah untuk menjadi ahli dalam pemecahan masalah:
112 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Menjadi ahli dalam menerapkan model SARE;


2) Menganalisis kejahatan dengan teliti;
3) Mengetahui tugas polisi dan masyarakat dalam
pemolisian;
4) Memperkenalkan pemecahan masalah;
5) Terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dalam
bentuk kelompok yang diwakili oleh masyarakat yang
berkepentingan;
6) Mempelajari bentuk-bentuk kejahatan dan ketidaktertiban
di masyarakat setempat;
7) Berkomunikasi dengan efektif;
8) Melatih keterampilan dalam menganalisis;
9) Mengembangkan profesi dalam pemecahan masalah;
10) Memberi informasi secara menyeluruh kepada fungsi
yang terkait suatu permasalahan;
11) Melibatkan pemerintah daerah untuk membahas
permasalahan Kamtibmas;
12) Menjalin komunikasi dengan para pengusaha dan sektor
swasta;
13) Mencari informasi dari para pakar mengenai target dan
metode kejahatan di kota atau tempat lain;
14) Mencari informasi dari para korban secara pasti
mengenai kapan, bagaimana dan dimana kejahatan
sering terjadi;
15) Menganalisis kesempatan dan keadaan yang
menciptakan benih kejahatan;
16) Menganalisis tindakan yang akan diambil dalam
penegakan hukum dan merekomendasi kepada polisi;
17) Polisi dalam penegakan hukum perlu melibatkan instansi
pemerintah, sosial, dll., agar kerjasama dan kepercayaan
terjalin dengan baik;
18) Membantu agar tidak terjadi viktimisasi berulang terhadap
kelompok-kelompok tertentu;
19) Menentukan tempat-tempat yang cenderung
menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat
(taman, hiburan malam, terminal, stasiun, kompleks ruko,
PENDIDIK FT. BINMAS 113
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

angkutan dll);
20) Menggunakan studi kasus sebagai pembanding dalam
pemecahan masalah dengan menerapkan analisis
sehingga tanggapan sesuai sasaran;
21) Melibatkan anggota dan kelompok masyarakat lain untuk
menjadi fasilitator dalam kegiatan pencegahan kejahatan
dan ketidaktertiban;
22) Buatlah presentasi yang lengkap, padat dan menarik
agar pihak lain yang membutuhkan bantuan bisa
diberikan secara sukarela;
23) Menjadi fasilitator yang baik.
Langkah-langkah di atas adalah beberapa langkah yang
bisa diikuti satu-persatu, sesuai dengan model pemecahan
masalah SARA (Scanning, Analysis, Response and
Assessment), langkah ini akan berguna jika terfokus pada
satu masalah sampai selesai dan baru mulai dengan yang
baru.

4. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Kegiatan


Pemecahan Masalah

a. Motivasi
Motivasi yaitu adanya dorongan atau keinginan individu untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya.
b. Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah terhadap kerangka tujuan yang cermat
membantu efektivitas pemecahan masalah. Sikap terbuka
terhadap informasi baru serta memahami dan mengakui
kekeliruan dan mempermudah pemecahan masalah.
c. Kebiasaan
Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu, atau
melibatkan masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan
yang berkelebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas,
menghambat pemecahan masalah yang efisien.
d. Emosi
Ketika menghadapi permasalahan secara tidak disadari emosi
tertentu akan muncul dan mempengaruhi individu dalam
menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, faktor-
faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah yaitu faktor
situasional, personal, biologis, dan sosiopsikologis (motivasi,

114 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan, dan emosi).


Matheny dkk (Rice, 1992) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima)
sumber utama yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah sekaligus menghadapi tekanan, yaitu:
a. Dukungan sosial (social supports). Dukungan sosial dapat
dikatakan sebagai elemen utama dalam melakukan coping.
Dukungan sosial dapat memberikan efek
penghalang/penyangga, yang melindungi seseorang dari
dampak stress yang merugikan atau dapat berfungsi melalui
sebuah dampak langsung yaitu dukungan sosial yang
bermanfaat dan menguntungkan.
b. Keyakinan dan nilai (belief and value). Keyakinan dan nilai
tertentu yang dianut akan menjadi sangat penting karena akan
menuntun seseorang untuk menilai sebuah peristiwa sehingga
dapat dinilai secara positif.
c. Kontrol kepercayaan (confidance control) Rasa percaya diri
yang ada pada diri seseorang untuk menentukan dalam
melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang penuh
tekanan. Hal ini memiliki kaitan erat dengan efikasi diri dan
control coping.
d. Harga diri (self esteem). Harga diri berarti penerimaan dan
penghargaan yang ada pada diri seseorang. Hal ini tidak berarti
memilki makna yang sama dengan efikasi diri tapi secara
teoritis harga diri akan meningkat seiring dengan meningkatnya
self efficacy yang dirasakan.
e. Kebugaran (wellness). Merupakan kualitas kesehatan yang
seseorang bisa nikmati, termasuk kesehatan fisik, tingkat
energi, kontrol berat badan, dan menghindari perilaku yang
beresiko tinggi mengancam kesehatan. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah yaitu;
dukungan sosial, keyakinan dan nilai, kontrol kepercayaan dan
harga diri. Dukungan sosial selanjutnya dijadikan acuan dalam
menyusun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan
teman sebaya.

Rangkuman

1. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya

PENDIDIK FT. BINMAS 115


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk mengajak


masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat,
sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan
serta menemukan pemecahan masalahnya.
2. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang
melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas.
3. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah pengemban
Polmas di desa/kelurahan.
4. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan, dan
penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas secara
kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari penentuan
kebijakan sampai dengan implementasinya.
5. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat
FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan masyarakat
yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama dalam rangka
membahas masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang
perlu dipecahkan bersama guna menciptakan kondisi yang
menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
6. Prinsip Polmas sebagai berikut:
a. Komunikasi intensif
b. Kesetaraan,
c. Kemitraan,
d. Transparansi,
e. Akutanbilitas,
f. Partisipasi,
g. Hubungan personal
h. Proaktif,
i. Orientasi pada pemecahan masalah
7. Bhayangkara Pembina Kamtibmas, yang selanjutnya disebut
Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang bertugas membina
Kamtibmas dan juga merupakan petugas Polmas di desa /
kelurahan;
8. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai
116 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum


serta terbinanya ketentraman yang mengandung kamampuan
membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam mencegah, menangkal dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk gangguan lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat;
9. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas
a. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang
menjadi tanggungjawabnya untuk dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Melakukan upaya kerjasama yang baik dan harmonis dengan
aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat
yang ada di desa/kelurahan;
c. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan
terhadap masyarakat;
d. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit
masyarakat dan membantu penanganan rehabilitasi yang
terganggu;
e. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah
warga masyarakat terhadap timbulnya gangguan Kamtibmas;
f. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
rangka pembinaan Kamtibmas secara swakarsa di
desa/kelurahan;
g. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi
masyarakat dan kelompok atau forum Kamtibmas guna
mendorong peran sertanya dalam Binkamtibmas dan dapat
mencari solusi dalam penanganan permasalahan agar tidak
berkembang menjadi gangguan nyata Kamtibmas;
h. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan
perundang-undangan;
i. Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian
perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
j. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka
pengamanan lingkungan;
k. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga
masyarakat untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak
yang berwenang;
l. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk
memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara

PENDIDIK FT. BINMAS 117


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang berkembang dalam masyarakat.


10. Sasaran deteksi pada hakekatnya meliputi dinamika dan
perubahan seluruh aspek kehidupan masyarakat baik yang bersifat
statis maupun dinamis yang berada di wilayah hukum Polsek,
terdiri dari :
a. Sasaran Aspek Statis;
b. Sasaran Aspek Dinamis (kehidupan masyarakat).
11. Metode Pelaksanaan Deteksi Dini
a. Teknik Wawancara.
b. Eliciting
c. Pengamatan dan Penggambaran.
12. Kegiatan kunjungan, merupakan kegiatan paling mendasar di
antara keseluruhan kegiatan perpolisian, serta merupakan inti dari
kegiatan perpolisian sipil.
13. Tujuan kegiatan kunjungan:
a. Membangun hubungan baik dengan masyarakat;
b. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;
c. Dapat bekerja sama dengan masyarakat;
d. Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi nyata di
wilayah tanggung jawabnya.
14. Target kegiatan kunjungan:
a) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per Kepala
Keluarga (KK);
b) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat usaha
lainnya) dihitung per tempat usaha;
c) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor
Kecamatan/UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan fasilitas
umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor pemadam
kebakaran dll);
d) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara,
Kelenteng dan tempat-tempat ibadah lainnya).
b. Tujuan
1) Membangun hubungan baik dengan masyarakat;
2) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;
3) Dapat bekerja sama dengan masyarakat;
118 PENDIDIK FT. BINMAS
HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi nyata di


wilayah tanggung jawabnya.
c. Target
1) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per
Kepala Keluarga (KK);
2) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat
usaha lainnya) dihitung per tempat usaha;
3) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor
Kecamatan/ UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan
fasilitas umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor
pemadam kebakaran dll);
4) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara,
Kelenteng dan tempat - tempat ibadah lainnya).

15. Pelaksanaan kegiatan kunjungan meliputi:


a. Rencana pelaksanaan;
b. Persiapan sebelum melaksanakan kegiatan kunjungan;
c. Waktu (jam) pelaksanaan kegiatan kunjungan.
16. Poin penting saat pelaksanaan kegiatan kunjungan serta poin
informasi dan pengarahan adalah sebagai berikut:
a. Sopan dan hormat;
b. Memperkenalkan diri;
c. Mempergunakan bahasa yang mudah dipahami;
d. Memperhatikan situasi dan kenyamanan warga yang
dihadapi;
e. Memperhatikan isi pembicaraan;
f. Memperhatikan pola komunikasi dengan latar belakang
warga yang dikunjungi;
g. Memastikan perubahan susunan keluarga;
h. Memastikan ada tidaknya perubahan susunan keluarga inti,
orang yang tinggal di rumah itu, anak kos dan lain-lain
(kelahiran, pindah masuk / keluar, kematian dll);
i. Menyampaikan informasi penting;
j. Memanfaatkan materi sosialisasi yang ada (brosur/ himbauan

PENDIDIK FT. BINMAS 119


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kamtibmas).
17. Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu
yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan
topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota
polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan
pendekatan analitis untuk menangani kejahatan.
18. Kriteria Masalah
Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika
memenuhi dua kriteria berikut:
a. Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan;
b. Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan
tersebut.
19. Unsur-unsur penting dalam pemecahan masalah:
a. Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjaan polisi;
b. Masalah berdampak pada masyarakat, tidak hanya pada
polisi;
c. Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya
secara menyeluruh bukan hanya penanganan yang cepat;
d. Masalah harus dideskripsikan secara akurat;
e. Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat
solusi;
f. Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon atau
tanggapan;
g. Selesaikan masalah secara proaktif;
h. Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan diskresi
dalam proses pemecahan masalah yang diterapkannya;
i. Menilai hasil-hasil respon yang baru dilaksanakan dan tidak
hanya sekedar mengevaluasi aktivitas responnya.

Latihan

1. Jelaskan pengertian Polmas!

120 PENDIDIK FT. BINMAS


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Jelaskan tujuan Polmas!


3. Jelaskan prinsip Polmas!
4. Jelaskan falsafah Polmas!
5. Jelaskan strategi dan sasaran Polmas!
6. Jelaskan pengertian Bhabinkamtibmas!
7. Jelaskan tugas pokok Bhabinkamtibmas!
8. Jelaskan fungsi Bhabinkamtibmas!
9. Jelaskan wewenang Bhabinkamtibmas!
10. Jelaskan keterampilan Bhabinkamtibmas!
11. Jelaskan kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan administrasi
Bhabinkamtibmas!
12. Jelaskan sasaran deteksi dini!
13. Jelaskan metode pelaksanaan deteksi dini!
14. Jelaskan sumber bahan keterangan!
15. Jelaskan pengertian kunjungan!
16. Jelaskan tujuan kunjungan!
17. Jelaskan target kunjungan!
18. Jelaskan pelaksanaan kegiatan kunjungan!
19. Jelaskan hal yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan kunjungan!
20. Jelaskan cara pengisian blangko kunjungan!

PENDIDIK FT. BINMAS 121


HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Anda mungkin juga menyukai