Anda di halaman 1dari 186

DAR2/PROFESIONAL/838/6/2019

PENDALAMAN MATERI TEKNIK KIMIA

MODUL 6
PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN,
K3, PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

PENULIS
SOJA SITI FATIMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
i DAN KEBUDAYAAN
2019
MODUL 6
PENGELOLAAN LABORATORIUM
PENGUJIAN, K3, PRODUK KREATIF
DAN KEWIRAUSAHAAN

Penulis:

Soja Siti Fatimah

Reviewer:

Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si


Dr.Dewi Selvia Fardhyanti, S.T., M.T

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadhirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga modul Pengelolaan Laboratorium Mengacu ISO 17025,
K3, Produk kreatif dan Kewirausahaan dapat diselesaikan. Modul ini merupakan
modul ke-6 dari serial pendalaman materi Teknik Kimia sebagai sumber belajar
kegiatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan oleh
Kemendikbud.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan
kepada seluruh tim penulis, atas segala pemikiran dan usaha kerasnya selama
pembuatan modul. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Direktorat
Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan serta
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan modul ini,
serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama
dilakukan penulisan.
Kritik dan saran dari semua pihak selalu terbuka untuk penyempurnaan modul ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia,
khususnya peningkatan kualitas guru-guru Teknik Kimia.

Bandung, 30 Oktober2019
Tim Penulis Modul

iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DATAR GAMBAR………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix
PENGANTAR MODUL 6……………………………………………….. xi

KEGIATAN BELAJAR 1 1
A. PENDAHULUAN…………………………………………………. 3
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………………. 5
C. URAIAN MATERI………………………………………………… 6
1. KOMPONEN PENGELOLAAN LABORATORIUM 6
PENGUJIAN
2. PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM 8
3. PERSYARATAN TEKNIS 14
4. PENYUSUNAN DOKUMEN MUTU LABORATORIUM 17
5. MENERAPKAN KONSEP GLP (GOOD LABORATORY 23
PRACTICES)
6. SISTEM ADMINSTRASI BERBASIS TEKNOLOGI 25
INFORMASI

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN 35


MENERAPAKAN TPACK
E. FORUM DISKUSI 37
F. RANGKUMAN 37
G. TER FORMATIF 1 38
H. DAFTAR PUSTAKA 42

KEGIATAN BELAJAR 2 43
A. PENDAHULUAN…………………………………………………. 45
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………………. 47
C. URAIAN MATERI………………………………………………… 48

1. PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 48


PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KECELAKAAN
2. PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KECELAKAAN 50
3. PENANGANAN DAN TINDAKAN PERTOLONGAN 58
KECELAKAAN KERJA
4. PENANGANAN KEBAKARAN 69
5. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DAN KESELAMATAN 77
BAHAN (MSDS)
6. SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN 81
KERJA (SMK3)

v
D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN 95
MENERAPAKAN TPACK
E. FORUM DISKUSI 97
F. RANGKUMAN 97
G. TER FORMATIF 2 98
H. DAFTAR PUSTAKA 102

KEGIATAN BELAJAR 3 103


A. PENDAHULUAN…………………………………………………. 105
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………………. 107
C. URAIAN MATERI………………………………………………… 108
1. STATISTIKA 108
2. TEKNIK SAMPILNG 126
3. VALIDASI METODE ANALISIS 137

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN 151


MENERAPAKAN TPACK
E. FORUM DISKUSI 152
F. RANGKUMAN 152
G. TES FORMATIF 3 153
H. DAFTAR PUSTAKA 157

KEGIATAN BELAJAR 4 159


A. PENDAHULUAN…………………………………………………. 161
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………………. 163
C. URAIAN MATERI………………………………………………… 164
1. ANALISIS PELUANG USAHA 164
2. ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA DAN PRODUKSI 167
3. TAHAPAN PRODUKSI DAN PRODUKSI MASSAL 170
4. PENGUJIAN PRODUK BARANG/JASA 171
5. STRATEGI PEMASARAN 178
6. MANAJEMEN USAHA 184
7. LAPORAN KEUANGAN 185

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN 189


MENERAPAKAN TPACK
E. FORUM DISKUSI 190
F. RANGKUMAN 191
G. TES FORMATIF 4 191
H. DAFTAR PUSTAKA 194
I. TUGAS AKHIR 195
J. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KB 1-4 196
K. TES SUMATIF 197
L. KUNCI JAWABAN TES SUMATIF 203

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1 Hirarki dokumen mutu laboratorium 19


Gambar 2.1 Kotak P3K 65
Gambar 2.2 Mobil Pemadam Kebakaran 70
Gambar 2.3 Alat Pemadam Kebakaran CO2 72
Gambar 2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 73
Gambar 2.5 Potensi terjadi kebakaran 74
Gambar 2.6 Alat pelindung badan 77
Gambar 2.7 Alat pelindung diri terhadap kaki (a) Mata (b) 78
pernapasan (c) tangan (d)
Gambar 2.8 Piktogram Keselamatan Bahan menurut GHS 80
Gambar 2.9 Simbol bahan berbahaya dan beracun dari NFPA 81
Gambar 2.10 Logo dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan 81
Kerja (SMK3)
Gambar 2.11 Lima Prinsip Penerapan SMK3 83
Gambar 3.1 Kurva Gausian pada berbagai tingkat konfidensi 111
Gambar 3.2 Plot titik untuk nilai rerata kestabilan pereaksi fluoresen 124
pada Tabel 3.7
Gambar 3.3 Ilustrasi sampel dan populasi 127
Gambar 3.4 Hubungan dalam linearitas 140
Gambar 3.5 Persamaan regresi linear y = bx + a 141
Gambar 4.1 Contoh strategi pemasaran (promosi ) yang dibuat blogger 181
Gambar 4.2 Contoh strategi pemasaran yang melibatkan karyawan 182
Gambar 4.3 Formula Strategi Pemasaran 183
Gambar 4.4 Analisis rencana pemasaran 183
Gambar 4.5 Contoh laporan keuangan (Laporan Neraca) 188

vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Dokumen Prosedur Mutu 20


Tabel 1.2 Dokumen Sistem Mutu Metode Analisis 21
Tabel 1.3 Dokumen Sistem Mutu Metode Analisis dari Instruksi 21
Kerja Alat
Tabel 1.4 Dokumen Formulir pada sistem manajemen laboratorium 22
Tabel 1.5 Tingkat Kesulitan Pengelolaan Peralatan 26
Tabel 1.6 Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan 28
Tabel 1.7 Matriks Bahan Kimia yang incompatable 32
Tabel 1.8 Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia 32
Tabel 2.1 Format Job Safety Analysis (JSA) Awal 54
Tabel 2.2 Format Standar JSA Total 54
Tabel 2.3 Nilai peringkat resiko 57
Tabel 2.4 Peringkat resiko 57
Tabel 2.5 Organ Tubuh dan Sasaran PAK 62
Tabel 2.6 Tujuh Kelompok Bahaya Bahan Kimia 64
Tabel 2.7 Keracunan akibat bahan kimia 68
Tabel 3.1 Nilai t untuk beberapa tingkat konfidensi 112
Tabel 3.2 Nilai z pada beberapa tingkat konfidensi 113
Tabel 3.3 Nilai Kriteria untuk Q 115
Tabel 3.4 Data hasil analisis volumetri dua orang analis 116
Tabel 3.5 Tabel F untuk pengujian satu arah-one-tailed test (P=0,05) 121
Tabel 3.6 Tabel F untuk pengujian satu arah-two-tailed test (P=0,05) 121
Tabel 3.7 Hasil pengujian stabilitas Fluoresen pada kondisi yang 124
berbeda
Tabel 3.8 Jumlah kemasan kecil yang harus diambil dari jumlah yang 136
ada
Tabel 3.9 Jumlah kemasan kecil yang harus diambil untuk setiap 136
karton
Tabel 3.10 Contoh Pengolahan Data LOD dan LOQ dari kurva 143
kalibrasi standar
Tabel 3.11 Contoh perhitungan presisi metode analisis 145
Tabel 3.12 Pengolahan data akurasi metode analisis 146
Tabel 3.13 Data pengolahan selektivitas metode analisis 148
Tabel 3-14 Data pengolahan ketangguhan metode analisis 149

ix
x
PENGANTAR MODUL 6

Selamat datang di Modul terakhir pada Mata Pelajaran Teknik Kimia. Modul 6 ini
menguraikan materi: Teori Aplikasi Pengelolaan Laboratorium Pengujian
Mengacu pada ISO/IEC 17025; K3; Statistika, Teknik sampling, dan Validasi
metode; Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Marilah kita lihat kembali capaian
pembelajaran pada dokumen kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknik Kimia yaitu
menguasai materi ajar (teori aplikasi) pada bidang studi Teknik Kimia yang
mencakup kompetensi keahlian: (1) Analisis Pengujian Laboratorium, (2) Kimia
Industri, (3) Kimia Analisis, dan (4) Kimia Tekstil termasuk advance materials
secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari termasuk
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan
oleh DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).
Uraian materi ajar pada Modul 6 dijelaskan dalam empat Kegiatan Belajar
(KB) yaitu meliputi:
Kegiatan Belajar 1: Komponen-komponen Pengelolaan Laboratorium
Pengujian, Persyaratan Manajemen, Persyaratan Teknis,
Menyusun Dokumen Mutu laboratorium, Mengaplikasikan
GLP, dan Sistem Administrasi berbasis Teknologi
Informasi.
Kegiatan Belajar 2: Konsep K3 Laboratorium. Prinsip-prinsip Pencegahan
Kecelakaan, Penanganan dan Tindakan Pertolongan
Kecelakaan Kerja, Penanganan Kebakaran, APD dan
Keselamatan Bahan (MSDS), dan Sistem Manajemen K3
(SMK3).
Kegiatan Belajar 3: Statistika dalam perhitungan hasil analisis pengujian,
Teknik sampling, Validasi dan Verifikasi Metode Analisis.
Kegiatan Belajar 4: Analisis Peluang Usaha, Aspek-aspek Perencanaan Usaha
dan Produksi, Tahapan Produksi dan Produksi massal,
Pengujian Produk barang/jasa, Pemasaran dan Strateginya,

xi
Manajemen Usaha dan Laporan Keuangan.

Relevansi mata kegiatan yang ada pada Modul 6 berkaitan dengan modul
lainnya yaitu menyiapkan manusia unggul yang memiliki kompetensi keahlian
mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh DUDI (Dunia
Usaha dan Dunia Industri). Selain itu, Anda diharapkan mampu merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi pembelajaran Teknik Kimia.
Untuk mempelajari Modul 6 ini, Anda disarankan mengikuti petunjuk
belajar seperti yang disarankan pada setiap kegiatan belajar. Selamat mendalami
materi yang diberikan, kerjakan tugas-tugas ataupun Tes Formatifnya. Semoga
lelahnya Anda belajar hari ini menjadi catatan amal baik Anda sebagai seorang
pencari ilmu. Man Jadda wajada (barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan
mendapatkan hasil), “where there is a will there is a way ” , (dimana ada
kemauan, pasti di situ ada Jalan ).

Selamat Belajar Semoga sukses selalu.

xii
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN
MENGACU ISO/IEC 17025

Penulis
SOJA SITI FATIMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019

1
A. PENDAHULUAN
Sistem pengelolaan laboratorium pengujian mengacu pada standar internasional
ISO/IEC 17025 yang merupakan standar persyaratan kompetensi untuk
laboratorium. Terbitan pertama ISO/IEC 17025:1999 telah mengalami dua kali
revisi, yaitu: ISO/IEC 17025:2005 dan ISO/IEC 17025:2017. Persyaratan-
persyaratan laboratorium pengujian yang diminta bersifat umum untuk berbagai
jenis dan ukuran organisasi yang melakukan pengujian. Ruang lingkup standar ini
mencakup pengujian dan kalibrasi dengan metode baku, metode tidak baku, dan
metode yang dikembangkan oleh laboratorium sendiri.
Pengelolaan laboratorium perlu diarahkan dan dikendalikan secara
sistematis dan transparan untuk menghasil penjaminan mutu data analisis yang
valid. Validitas data hasil analisis laboratorium pengujian dapat dicapai melalui
pengimplementasian dan pemeliharaan sistem manajemen mutu yang didisain
untuk selalu memperbaiki efektivitas dan efisiensi kinerjanya dengan
mempertimbangkan kebutuhan semua pihak berkepentingan (pelanggan).
Untuk mempelajari Pengelolaan laboratorium mengacu ISO/IEC 17025
pada Kegiatan Belajar 1 ini, Anda disarankan megikuti petunjuk belajar sebagai
berikut:
1. Bacalah setiap uraian materi yang terdapat pada setiap kegiatan belajar
dengan seksama.
2. Pahami apa yang menjadi informasi penting untuk setiap materi dengan
membuat “Catatan Penting Kegiatan Belajar 1”.
3. Perhatikan materi video pembelajaran yang diberikan untuk lebih
komunikatif lagi dalam pembelajaran daring.
4. Buatlah FGD pada Kegiatan Belajar 1 untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.
5. Kerjakan Tes Formatif 1 yang diberikan untuk mengukur kemampuan
Anda, lalu hitunglah jawaban yang benarnya.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

2
Tingkat penguasaan =

Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
Relevansi Kegiatan belajar 1 dengan Modul sebelumnya, kali ini, Anda
dibekali dengan tambahan pengetahuan, keterampilan yang harus diaplikasikan
berkaitan dengan sistem pengelolaan laboratorium pengujian. Pengetahuan dan
Keterampilan yang didapatkan tersebut menjadi bekal Anda untuk dapat
mengajarkannya pada peserta didik di sekolah. Carilah strategi belajar yang paling
tepat dengan selalu menerapkan TPCAK (Technological, Pedagodical, Content
and Knowledge)

3
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK) pada Kegiatan Belajar 1
yaitu sebagai berikut:
Menganalisis materi esensial pengelolaan laboratorium kimia mengacu ISO/IEC
17025 dan penjaminan mutu hasil analisis serta aplikasinya untuk pembelajaran
Teknik Kimia di SMK.
Adapun capaian pembelajaran mata kegiatan (CPMK) pada Kegiatan
Belajar 1 yaitu:
1. Mengidentifikasi konsep esensial pengelolaan laboratorium pengujian
mengacu ISO/IEC 17025 dan penjaminan mutu hasil analisis.
2. Menerapkan konsep GLP dalam pengelolaan laboratorium pengujian.

4
C. URAIAN MATERI
1. KOMPONEN PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN
Laboratorium berasal dari kata ‘laboratory’ yang memiliki pengertian
yaitu: tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen atau
melakukan pengujian dan analisis di dalam sains/kimia (laboratory is a place
equipped for experimental study in a science or for testing and analysis). Selain
itu, laboratorium merupakan ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat
menjalankan eksperimen bidang studi sains (kimia, fisika, biologi, dsb.) (the
workplace a saintist also a place devoted to experiments in any branch of natural
science , as chemistry, physics, biology etc).
Sesuai dengan Permenpan RB No.3 tahun 2010 terdapat berbagai tipe
laboratorium yang umumnya sudah dikenal yaitu laboratorium tipe I-III yang
bergerak dalam bidang Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Kali ini, Anda akan diajak untuk mengenal lebih jauh tentang
laboratorium penelitian atau yang lebih dikenal dengan sebutan laboratorium
pengujian dan atau kalibrasi yang termasuk dalam laboratorium tipe IV. Dalam
bagian ini kita akan membatasi materi yaitu laboratorium pengujian yang
mengacu pada ISO/IEC 17025 tentang persyaratan Laboratorium Pengujian dan
Kalibrasi.
Sistem manajemen laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang
diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber
daya. Henri Fayol (1985) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan
berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pemberian komando (Commanding),
pengkoordinasian (Coordinating), dan pengendalian (Controlling) dengan
akronim yang terkenal POCCC.
Manajemen (pengelolaan) laboratorium pengujian meliputi beberapa
aktivitas yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan,
perawatan, dan pengawasan. Sebagai suatu sistem, maka sasaran pengelolaan
laboratorium pengujian berkaitan dengan pengelola dan pengguna (personel),

5
fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan umum laboratorium, peralatan,
(equipments), bahan kimia (chemicals), metode pengujian, kesehatan, dan
keamanan kerja, dan aktifitas yang dilaksanakan di laboratorium untuk menjaga
keberlanjutan fungsinya yaitu memberikan penjaminan mutu hasil analisis yang
valid.
Laboratorium pengujian yang mengacu pada ISO/IEC 17025 harus
memenuhi beberapa persyaratan umum kompetensi untuk laboratorium.
Persyaratan-persyaratan yang diminta bersifat umum untuk berbagai jenis dan
ukuran organisasi yang melakukan pengujian. Ruang lingkup standar ini
mencakup pengujian dengan metode baku, metode tidak baku, dan metode yang
dikembangkan oleh laboratorium sendiri. Secara garis besar standar sistem
manajemen dari klausul-klausul ISO/IEC 17025 terdiri dari lima klausul, yaitu
Ruang Lingkup, Acuan Normatif, Istilah dan Definisi, Persyaratan Manajemen,
dan Persyaratan Teknis. Secara singkat, inti persyaratan-persyaratan standar ini
ada dalam dua klausul terakhir. Persyaratan manajemen meliputi persyaratan-
persyaratan sistem manajemen sebagaimana yang banyak kita temukan dalam
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, seperti pengendalian dokumen,
pengendalian rekaman, penanganan pelanggan dan kontrak, tindakan perbaikan,
audit, dan lain-lain. Sedangkan persyaratan teknis meliputi, diantaranya:
persyaratan-persyaratan personil, akomodasi dan kondisi lingkungan, pemilihan
metode, peralatan, pengambilan sampel, dan penerbitan laporan hasil uji, dan
inspeksi laboratorium.
Dalam klausul 4.1.5 pada dokumen ISO/IEC 17025, pembagian personil
laboratorium dibagi kedalam dua kelompok yaitu personil manejerial dan personal
teknis yang memiliki kewenangan dan sumber daya yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya, termasuk penerapan pemeliharaan dan peningkatan
sistem manajemen atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan, mencegah atau meminimalkan terjadinya penyimpangan.
Pengelolaan laboratorium pengujian menuntut peserta didik dapat
memiliki kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi dasar
pengetahuan dalam pengelolaan laboratorium pengujian yaitu:

6
1. Menerapkan pemeliharaan peralatan laboratorium
2. Menerapkan kalibrasi peralatan.
3. Mengevaluasi data hasil kalibrasi peralatan.
4. Menerapkan validasi metode analisis.
5. Mengevaluasi data hasil validasi metode analisis.
6. Menerapkan penggunaan Sistem dan Teknologi Informasi Pengelolaan
laboratorium
7. Menerapkan sistem administrasi laboratorium
8. Menerapkan pengendalian dokumen laboratorium
9. Menerapkan pengendalian lingkungan laboratorium
Adapun kompetensi dasar keterampilan dalam pengelolaan
laboratorium pengujian adalah dapat memelihara serta mengkalibrasi peralatan
dan membuat rekomendasinya, melaksanakan validasi metode dan membuat hasil
rekomendasinya, menggunakan sistem dan teknologi informasi untuk pengelolaan
dan administrasi laboratorium pengujian, mengendalikan dokumen laboratorium,
dan memantau kondisi laboratorium sesuai persyaratan.
Oleh karena itu, secara garis besar dapat dipahami bahwa, komponen-
komponen laboratorium pengujian akan meliputi : personil, alat-alat dan bahan
termasuk sistem administrasinya, sarana dan prasaran termasuk sistem
pemeliharannya, metode pengujian, sistem dokumen mutu, pengendalian kondisi
lingkungan analisis, dan sistem monitoring. Berikut ini dijelaskan persyaratan
pengelolaan laboratorium pengujian yaitu persyaratan manajemen dan persyaratan
teknis

2. PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM


Persyaratan Manajemen ISO/IEC 17025 dalam perjalanannya sejak tahun
1999 sudah ada dua kali revisi yaitu tahun 2005 dan 2015. Revisi tahun 2005 ada
penambahan klausul tentang peningkatan/improvement pada persyaratan
manajemen, sehingga yang semula hanya 14 persyaratan menjadi 15. Dengan
demikian persyaratan manajemen untuk laboratorium berdasarkan ISO/IEC
17025:2005 meliputi:

7
4.1 Organisasi
4.2 Sistem Manajemen
4.3 Pengendalian Dokumen
4.4 Kaji ulang permintaan, tender, dan kontrak
4.5 Sub kontrak pengujian dan kalibrasi
4.6 Pembelian jasa dan perbekalan
4.7 Pelayanan kepada customer
4.8 Pengaduan
4.9 Pengendalian pekerjaan pengujian dan/atau kalibrasi yang tidak
sesuai
4.10 Peningkatan/Improvement
4.11 Tindakan Perbaikan
4.12 Tindakan Pencegahan
4.13 Pengendalian rekaman
4.14 Audit Internal
4.15 Kaji Ulang Manajemen
Berikut ini dijelaskan masing-masing persyaratan manajemen tersebut.
Berkaitan dengan klausul 4.1 tentang organisasi, laboratorium pengujian
harus memiliki, SK pendirian resmi, mempunyai alamat lengkap, staf manajerial
dan teknikal. Kepala Laboratorium berfungsi juga sebagai manajer teknik, dan
manajer mutu, berfungsi pula sebagai kepala bagian quality assurance, dan
manajer kemitraan berfungsi sebagai kepala bagian administrasi. Organisasi
laboratorium harus memiliki kemandirian personil, kerahasiaan, kedeputian (yang
membantu manajer), dan memiliki lingkup kalibrasi.
Dokumen laboratorium pengujian secara umum dibagi dalam dokumen
dikendalikan dan tidak dikendalikan. Dokumen laboratorium harus memiliki
tanggal pengesahan dan penerbitan dokumen, dan identitas dokumen. Dokumen
laboratorium yang kadaluarsa perlu segera dikaji ulang pada pertemuan kaji ulang
manajemen. Selain itu juga perlu ditinjau ulang tentang ketersediaan dokumen dan
perubahan dokumen.

8
Pada kaji ulang permintaan, tender, dan kontrak, kebijakan dan prosedur
untuk melakukan kaji ulang yang berkaitan dengan pengujian harus memastikan
bahwa:
a) Persyaratan, termasuk metode yang akan digunakan ditetapkan,
didokumentasikan, dan difahami sebagaimana mestinya;
b) Laboratorium mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memenuhi
persyaratan;
c) Metode pengujian yang sesuai dipilih dan dapat memenuhi persyaratan
pelanggan (5.4.2).
Perbedaan apapun antara permintaan, tender, dan kontrak harus diselesaikan
sebelum pekerjaan dilakukan. Setiap kontrak harus disetujui oleh laboratorium
dan pelanggan. Seluruh rekaman kaji ulang termasuk perubahan yang berarti
harus dipelihara.
Subkontrak pekerjaan karena keadaan yang tak terduga (misalnya beban
kerja, membutuhkan keahlian yang lebih baik/ketidakmampuan sementara) atau
berdasarkan kelanjutan (misalnya melalui subkontrak permanen, agen, atau
pengaturan kerja sama), pekerjaan ini harus diberikan pada subkontrak yang
kompeten.
Pada pembelian jasa dan perbekalan, laboratorium harus mempunyai suatu
kebijakan dan prosedur untuk memilih dan membeli jasa dan perbekalan yang
penggunaannya mempengaruhi mutu pengujian. Kebijakan tersebut dituangkan
dalam dokumen prosedur mutu laboratorium. Perlengkapan laboratorium, pereaksi
dan bahan habis pakai yang dibeli mempunyai mutu pengujian tidak digunakan
sebelum diinspeksi atau diverifikasi kesesuaiannya dengan spesifikasi standar atau
persyaratan yang ditetapkan dalam metode pengujian yang dimaksudkan.
Dokumen pembelian barang-barang yang mempengaruhi mutu hasil laboratorium
harus berisi data yang menjelaskan jasa dan perbekalan yang dibeli. Dokumen
pembelian harus dikaji ulang dan disahkan spesifikasi teknisnya terlebih dahulu
sebelum diedarkan. Selain itu evaluasi pemasok pun penting dilakukan dan
berpengaruh pada mutu pegujian dan harus dipelihara rekaman evaluasi tersebut.

9
Pelayanan kepada customer (Pelanggan) harus diupayakan kerja sama
untuk mengklarifikasi permintaan pelanggan dan untuk memantau unjuk kerja
laboratorium sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan tetap
menjaga kerahasiaan terhadap pelanggan lainnya. Laboratorium pengujian harus
mencari umpan balik, baik positif maupun negatif dari pelanggan. Umpan balik
tersebut dianalisis untuk meningkatkan sistem manajemen, kegiatan pengujian
serta pelayanan pelanggan.
Dalam hal pengaduan, laboratorium harus mempunyai kebijakan dan
prosedur untuk menyelesaikan pengaduan yang diterima dari pelanggan atau
pihak lainnnya. Rekaman semua pengaduan dan penyelidikan serta tindakan
perbaikan yang dilakukan oleh laboratorium harus dipelihara.
Untuk mengendalikan pekerjaan pengujian yang tidak sesuai, laboratorium
harus mempunyai suatu kebijakan dan prosedur yang harus diterapkan yang dapat
memastikan bahwa:
a) tanggung jawab dan kewenangan untuk pengelolaan pekerjaan yang tidak
sesuai ditentukan dan tindakan (termasuk menahan pekerjaan dan
menahan laporan pengujian sebagaimana yang diperlukan) ditetapka dan
dilaksanakan bila ditemukan pekerjaan yang tidak sesuai;
b) evaluasi dilakukan terhadap signifikansi ketidaksesuaian pekerjaan;
c) perbaikan segera dilakukan bersamaan dengan keputusan penerimaan
pekerjaan yang ditolak atau yang tidak sesuai;
d) bila diperlukan, pelanggan diberi tahu dan pekerjaan dibatalkan;
e) tanggung jawab untuk menyetujui dilanjutkannya kembali pekerjaan harus
ditetapkan.
Peningkatan sistem mutu laboratorium dapat menaikkan efektivitas sistem
manajemen secara berkelanjutan melalui pengunaan kebijakan mutu, sasaran
mutu, hasil audit, analisis data, tindakan perbaikan dan pencegahan serta kaji
ulang manajemen. Laboratorium harus menetapkan kebijakan dan prosedur
tindakan perbaikan bila pekerjaan yang tidak sesuai atau penyimpangan kebijakan
dan prosedur di dalam sistem manajemen atau pelaksanaan teknis telah
diidentifikasi melalui berbagai kegiatan seperti pengendalian pekerjaan yang tidak

10
sesuai, audit internal atau eksternal, kaji ulang manajemen, umpan balik dari
pelanggan atau pengamatan staf.
Laboratorium pengujian dalam melakukan tindakan perbaikan harus
dilakukan melalui analisis penyebab, melakukan pemilihan, pelaksanaan, dan
pemantauan tindakan perbaikan. Audit tambahan pun perlu dilakukan untuk
melaksanakan tindakan perbaikan.
Tindakan pencegahan pada laboratorium pengujian untuk peningkatan
yang dibutuhkan, baik teknis maupun yang berkaitan dengan sistem manajemen
harus diidentifikasi. Bila kesempatan peningkatan dapat diidentifikasi atau bila
tindakan pencegahan diperlukan, rencana tindakan harus dibuat,
diimplementasikan dan dimonitor untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
ketidaksesuaian tersebut dan untuk mengambil manfaat dari kesempatan untuk
peningkatan. Prosedur untuk memastikan tindakan pencegahan harus mencakup
tahap awal tindakan dan penerapan pengendalian untuk memastikan
efektivitasnya. Tindakan pencegahan lebih merupakan suatu proses proaktif untuk
mengidentifikasi kesempatan melakukan peningkatan daripada suatu reaksi untuk
mengidentifikasi masalah atau pengaduan. Selain kaji ulang prosedur operasional,
tindakan pencegahan dapat mencakup analisis data, termasuk analisis
kecenderungan dan resiko serta hasil uji profisiensi.
Persyaratan manajemen pengendalian rekaman laboratorium pengujian
harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pengumpulan,
pemberian indek, pengaksesan, pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan dan
pemusnahan rekaman mutu dan rekaman teknis. Rekaman mutu harus mencakup
laporan audit internal dan kaji ulang manajemen sebagaimana juga laporan
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan. Rekaman dapat dalam bentuk media
cetak maupun elektronik. Semua rekaman harus terjaga keamanan dan
kerahasiaannya. Rekaman teknis adalah akumulasi data dan informasi yang
dihasilkan dari pelaksanaan pengujian yang mengindikasikan mutu atau parameter
proses tertentu telah dicapai. Rekaman tersebut dapat mencakup formulir, kontrak,
lembar kerja, buku kerja, lembar pengecekan, catatan kerja, grafik pengendalian,

11
laporan pengujian dan sertifikat kalibrasi eksternal dan internal, catatan
pelanggan, makalah dan umpan balik.
Bila terjadi kesalahan dalam rekaman, setiap kesalahan harus dicoret, tidak
dihapus, dibuat tidak kelihatan atau dihilangkan, dan nilai yang benar
ditambahkan di sisinya. Semua perbaikan pada rekaman yang demikian harus
ditandatangani atau diparaf oleh orang yang melakukan koreksi. Bagi rekaman
yang disimpan secara elektronis, tindakan yang sepadan harus dilakukan untuk
mencegah hilang atau berubahnya data asli.
Audit internal laboratorium pengujian harus dilakukan secara periodik, dan
sesuai dengan jadwal serta prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
audit internal bertujuan untuk memverifikasi kegiatan berlanjut sesuai dengan
persyaratan sistem manajemen dan standar internasional ini. Program audit
internal harus ditujukkan pada semua unsur sistem manajemen, termasuk kegiatan
pengujian. Manajer mutu bertanggung jawab untuk merencanakan dan
mengorganisasikan audit sebagaimana yang dipersyaratkan oleh jadwal dan
diminta oleh manajemen. Audit yang demikian harus dilaksanakan oleh personil
yang terlatih dan mampu yang bila sumber daya mengizinkan, independen dari
kegiatan pribadi.
Kaji ulang manajemen laboratorium pengujian harus sesuai dengan jadwal
dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen puncak laboratorium
harus secara periodik menyelenggarakan kaji ulang pada sistem manajemen untuk
memastikan kesinambungan kecocokan dan efektivitasnya, dan untuk mengetahui
perubahan atau peningkatan yang diperlukan. Kaji ulang harus memperhitungkan
hal-hal berikut ini, yaitu: kecocokan kebijakan dan prosedur, laporan dari staf
manajerial dan personil penyelia, hasil audit internal yang terakhir, tindakan
perbaikan dan pencegahan, asesmen oleh badan eksternal, hasil dari uji banding
antar laboratorium dan uji profisiensi, perubahan volume dan jenis pekerjaan,
umpan balik pelanggan, pengaduam, rekomendasi tentang peningkatan dan faktor-
faktor relavan lainnya, seperti kegiatan pengedalian mutu, sumber daya, dan
pelatihan staf.
3. PERSYARATAN TEKNIS

12
Pada acuan ISO/IEC 17025 sistem managemen laboratorium pengujian harus
memiliki 10 persyaratan teknis yang meliputi:
5.1 Umum
5.2 Personil
5.3 Kondisi akomodasi dan lingkungan
5.4 Metode pengujian, metode kalibarsi dan validasi metode
5.5 Peralatan
5.6 Ketertelusuran pengukuran
5.7 Pengambilan sampel
5.8 Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi
5.9 Jaminan mutu hasil pengujian dan kalibrasi
5.10 Pelaporan hasil
Terdapat beberapa faktor yang menentukan kebenaran dan kehandalan
pengujian yang dilakukan laboratorium yang meliputi: faktor manusia, kondisi
akomodasi dan lingkungan, metode pengujian dan etode kalibrasi serta validasi
metode, peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh, dan
penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi.
Personil yang melaksanakan tugas-tugas tertentu harus memenuhi syarat
berdasarkan pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan keterampilan. Kebijakan dan
prosedur untuk mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan dan memberikan
pelatihan. Selain itu dapat dipastikan bahwa pekerjaan personil yang dikontrak
disupervisi dan sesuai dengan sistem manajemen laboratorium. Pemeliharaan
deskripsi pekerjaan teknis manajerial dari personil kunci. Otorisasi diberikan
untuk pengambilan sampel, pengujian/kalibrasi, penandatanganan sertifikat,
penafsiran/pendapat, pengoperasian peralatan tertentu serta pemeliharaan rekaman
kualifikasi, pelatihan dan keterampilan personil.
Persyaratan teknis lainnya adalah persyaratan teknis yang meliputi
akomodasi dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi hasil pengujian/kalibrasi
harus didokumentasikan dan dikendalikan. Selain itu, monitoring, kontrol dan
catatan lingkungan kondisi. Terdapat pemisahan yang efektif antara pengujian

13
yang berpotensi kontaminasi silang, pengendalian akses ke ruang
pengujian/kalibrasi, dan pengaturan kerumah tanggaan yang baik.
Laboratorium pengujian harus memiliki metode kalibrasi dan validasi
metode, serta harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk semua
pengujian di dalam lingkupnya. Hal tersebut mencakup sampling, transportasi,
penyimpanan dan penyiapan untuk pengujian dan bila sesuai perkiraan dari
ketidakpastian pengukuran serta teknik statistik untuk menganalisis data
pengujian. Laboratorium pengujian harus memiliki instruksi penggunaan dan
pengoperasian peralatan yang relevan, dan penyiapan barang yang diuji. Semua
instruksi, standar, panduan dan data acuan yang relevan dengan pekerjaan
pengujian harus dijaga tetap mutakhir dan harus selalu tersedia bagi personil.
Pemilihan metode analisis pada laboratorium pengujian harus ditetapkan,
termasuk juga metode sampling, yang memenuhi keinginan pelanggan dan sesuai
dengan pengujian yang dilakukan. Metode yang digunakan lebih baik merupakan
metode standar yang dipublikasikan secara internasional, regional atau nasional.
Laboratorium pengujian harus menjamin bahwa standar yang digunakan adalah
edisi mutakhir yang berlaku kecuali standar tersebut tidak sesuai lagi atau tidak
mungkin dilakukan. Laboratorium harus memastikan bahwa dapat menggunakan
metode standar dengan baik sebelum melakukan pengujian. Selain itu
laboratorium pengujian dapat menggunakan metode yang dikembangkan sendiri
setelah divalidasi, dan metode tidak baku yang tentunya setelah pelanggan
menyetujuinya.
Validasi metode adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan
bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu suatu maksud khusus terpenuhi.
Beberapa parameter validasi metode diantaranya: akurasi, presisi, linearitas, batas
deteksi, batas kuantifikasi, selektivitas, robustness dan regardness. Validasi
metode analisis tersebut akan Anda jumpai pada Kegiatan Belajar 3.
Laboratorium pengujian harus dilengkapi dengan semua peralatan untuk
pengambilan sampel, peralatan pengukuran dan pengujian yang diperlukan untuk
melaksanakan pengujian dengan benar. Peralatan dan piranti lunak yang
digunakan untuk pengujian harus menghasilakan akurasi yag diperlukan dan harus

14
sesuai dengan spesifikasi yang relevan dengan pengujian. Program kalibrasi
peralatan harus ditetapkan untuk besaran atau nilai utama peralatan yang sifat-
sifatnya mempunyai pengaruh yang signifikan pada hasil. Peralatan harus
dioperasikan oleh personil yang kompeten dan bersertifikat. Rekaman hasil
kalibrasi harus terdokumentasikan dan terpelihara. Rekaman hasil kalibrasi
peralatan mencakup sekurang-kurangnya:
a. identitas peralatan dan piranti lunaknya;
b. nama manufaktur, identitas tipe, dan nomor seri atau identifikasi unik
lainnya;
c. cek kesesuaian peralatan dengan spesifikasi;
d. lokasi terkini, bila sesuai;
e. instruksi manufaktur, jika ada, atau acuan keberadaannya;
f. tanggal, hasil dan salinan laporan dan sertifikat dari semua kalibrasi,
penyetelan, persyaratan penerimaan, dan tanggal kalibrasi berikutnya
harus dilakukan;
g. rencana perawatan, bila sesuai dan perawatan yang telah dilakukan;
h. kerusakan, kegagalan pemakaian, modifikasi, atau perbaikan pada
peralatan.
Untuk laboratorium pengujian persyaratan pada klausul 5.6.2.1 berlaku
untuk peralatan ukur dan pengujian dengan fungsi-fungsi pengukuran yang
digunakan, kecuali bila telah ditetapkan bahwa kontribusi yang terkait dengan
kalibrasi berkontribusi kecil terhadap ketidakpastian total dari hasil pengujian.
Laboratorium harus mempunyai program dan prosedur untuk kalibrasi
standar acuan yang dimilikinya. Standar acuan harus dikalirasi oleh suatu badan
yang dapat memberikan ketertelusuran sebagaimana diuraikan pada klausul
5.6.2.1. Pengecekan antara diperlukan untuk memelihara kepercayaan pada status
kalibrasi standar acuan sesuai prosedur dan jadwal tertentu.
Laboratorium harus mempunyai rencana pengambilan sampel dan
prosedur untuk pengambilan sampel bila melaksanakan pengambilan sampel
substansi, bahan, atau produk yang kemudian diuji atau dikalibrasi. Rencana
pengambilan sampel dan prosedur pengambilan sampel harus tersedia di lokasi

15
tempat pengambilan sampel dilakukan. Materi teknik sampling akan dibahas lebih
mendalam lagi pada Kegiatan Belajar 3.
Penanganan barang yang diuji dan kalibasi pada laboratorium pengujian
harus mempunyai prosedur untuk transportasi, penerimaan, penanganan,
perlindungan, penyimpanan, retensi dan/atau pemusnahan barang yang diuji
termasuk upaya perlindungan kepentingan laboratorium dan pelanggan. Pada
penerimaan barang yang diuji, abnormalitas dari kondisi normal dari kondisi
tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam metode pengujian harus direkam pada
dokumen level 4.
Laboratorium harus mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk
memantau keabsahan pengujian yang dilakukan. Data yang dihasilkan harus
direkam sedemikian rupa sehingga semua kecenderungan dapat dideteksi dan, bila
memungkinkan, teknik statistik harus diterapkan pada pengkajian hasil.
Pelaporan hasil pada laboratorium pengujian harus dibuat secara akurat,
jelas, tidak membingunkan dan obyektif, dan sesuai dengan setiap instruksi
spesifik dalam metode pengujian. Hasil pengujian dilaporkan berupa sertifikat
analisis yang mencakup semua informasi yang diminta oleh pelanggan, dan
diperlukan untuk interpretasi hasil pengujian termasuk metode yang digunakan.
Setelah dibahas persyaratan manajemen dan persyaratan teknis
laboratorium pengujian, berikut akan diuraikan apa saja yang harus dibuat atau
disusun, sehingga menjadi dokumen sistem manajemen/pengelolan laboratorium
yang utuh. Sistem dokumentasi pengelolaan laboratorium pengujian mengacu
ISO/IEC 17025.

4. DOKUMEN MUTU LABORATORIUM


Organisasi laboratorium pengujian dan kalibrasi memiliki personil
manajerial dan teknis yang memiliki tugas dan tanggung jawab, serta mempunyai
wewenang dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
Bagian dari tugas tersebut, termasuk implementasi, pemeliharaan dan peningkatan
sistem manajemen, dan mengidentifikasi terjadinya penyimpangan dari sistem

16
manajemen atau dari prosedur pelaksanaan pengujian dan untuk memulai tindakan
pencegahan atau meminimalkan penyimpangan.
Organisasi laboratorium perlu diarahkan dan dikendalikan secara
sistematis dan transparan agar bisa berhasil. Keberhasilan dapat dicapai melalui
pengimplementasian dan pemeliharaan sistem manajemen mutu yang didesain
untuk selalu memperbaiki efektivitas dan efisiensi kinerjanya sambil
mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan.
Laboratorium menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem
manajemen yang sesuai dengan lingkup kegiatannya. Dokumentasi sistem
manajemen dikomunikasikan, dimengerti, tersedia, dan diterapkan oleh semua
personil yang terkait.
Kebijakan sistem manajemen laboratorium yang berkaitan dengan mutu,
termasuk pernyataan kebijakan mutu harus ditetapkan dalam Panduan Mutu (apa
pun namanya). Seluruh sasaran harus ditetapkan dan dikaji-ulang dalam kaji ulang
manajemen. Pernyataan Kebijakan Mutu harus diterbitkan di bawah kewenangan
manajemen puncak. Pernyataan kebijakan mutu mencakup sedikitnya :
a. komitmen pada praktek profesional dan pada mutu pengujian dan
kalibrasi dalam melayani customer;
b. pernyataan manajemen untuk standar pelayanan lab;
c. tujuan sistem manajemen yang terkait dengan mutu;
d. persyaratan bahwa personil memahami dokumentasi mutu dan
menerapkan kebijakan serta prosedur didalam pekerjaan mereka.
e. komitmen manajemen laboratorium untuk kesesuaian dengan standar ini
dan secara berkelanjutan meningkatkan efektifitas sistem manajemen.

Manajemen Puncak harus memberikan bukti komitmen tentang


pengembangan dan implementasi sistem manajemen dan meningkatkan
efektifitasnya secara berkelanjutan. Manajemen Puncak harus
mengkomunikasikan kepada organisasi mengenai pentingnya memenuhi
persyaratan pelanggan demikian juga persyaratan perundang-undangan dan
peraturan lainnya. Panduan Mutu harus menjadi acuan untuk prosedur pendukung

17
termasuk prosedur teknisnya. Harus ada outline struktur dokumentasi yang
digunakan dalam sistem manajemen.
Dokumen mutu laboratorium pengujian mengacu pada ISO/IEC 17025
mengikuti hirarki level dokumen seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 sebagai
berikut:

Level IV

Gambar 1.1 Hirarki dokumen mutu laboratorium (google.com)

Dokumen level I mencakup atau menjadi acuan dokumen level II, III, dan IV.
Apabila diuraikan dalam dokumen sistem manajemen mutu laboratorium, maka
keseluruhan dokumen akan terdiri dari:
1) Panduan Mutu/Pedoman Mutu/Quality Manual
2) Prosedur Mutu
3) Metode analisis/Metode kalibrasi/ Instruksi kerja
4) Formulir (Catatan /rekaman)
5) Dokumen pendukung
6) Dokumen eksternal

18
Berikut ini adalah prosedur mutu yang harus terdapat pada dokumen mutu
sistem manajemen laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025 yang disajikan pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Dokumen Prosedur Mutu

No. Klausul ISO 17025 Prosedur Mutu


1 4.1.5.c Perlindungan kerahasiaan informasi
2 4.15.d Pencegahan keterlibatan dalam kegiatan yang
mengurangi kredibiltas laboratorium
3 4.3.1 Pengendalian dokumen
4 4.4.1 Kaji ulang permintaan analisis/kalibrasi
5 4.6.1 Seleksi/kualifikasi dan evaluasi pemasok
6 4.6.1 Pembelian/penerimaan/penyimpanan bahan/barang
habis pakai
7 4.8 Pengaduan
8 4.9.1 Penanganan ketidaksesuaian
9 4.11.1 Perbaikan ketidaksesuaian
10 4.11.2 Pencegahan ketidaksesuaian
11 4.13.1.1 Pengelolaan rekaman
12 4.15.1 Kaji ulang anajemen
13 5.4.4 Validasi metode
14 5.4.6.1 Estimasi etidakpastian pengukuran
15 5.4.7.2 Penanganan dan perlindungan data
16 5.5.6 Penanganan Peralatan Ukur/Penyimpanan dan
trasportasinya
17 5.5 Kalibrasi peralatan laboratorium
18 5.6.3.1 Kalibrasi standar acuan
19 5.6.3.4 Penanganan dan kalibrasi standar acuan
(penyimpanan dan tranportasinya)
20 5.7.1 Pengambilan sampel
21 5.8.1 Penanganan sampel (pengangkutan, pengawetan,
penerimaan dan penyimpanannya)
22 5.9 Pengendalian dan penjaminan mutu

19
Contoh dokumen sistem mutu yang termasuk dalam metode Analisa dapat Anda
perhatikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Contoh Dokumen Sistem Mutu Metode Analisis

No. Metode Referensi Metode Analisis


1 APHA 20th.Ed., Method 4500 Penetapan nilai pH dalam contoh air
H+-B
2 APHA 20th.Ed., Method 4500 Penetapan dissolve oxigen (DO) dalam
O contoh air
3 APHA 20th.Ed., Method 2510 Penetapan nilai konduktivitas dalam
B contoh air
4 APHA 20th.Ed., Method 2540 Penetapan nilai total dissolve solid
(TDS) dalam contoh air

Adapun contoh dokumen terkait instruksi kerja dapat Anda lihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3
Contoh Dokumen Sistem Mutu Metode Analisis dari Instruksi Kerja Alat

No. Metode Referensi Instruksi Kerja Alat


1 APHA 20th.Ed., Method 4500 Pengoperasian alat pH meter
H+-B
2 APHA 20th.Ed., Method 4500 Pengoperasian alat DO meter
O
3 APHA 20th.Ed., Method 2510 Pengoperasian alat konduktometer
B
4 APHA 20th.Ed., Method 2540 Pengoperasian alat TDS meter

Contoh dokumen sistem mutu berkaitan dengan formulir dan rekaman mutu
ditunjukkan pada Tabel 1.4. Nomor formulir disesuaikan pada penomoran yang
digunakan masing-masing laboratorium.

20
Tabel 1.4
Contoh Dokumen Formulir pada Sistem Manajemen Laboratorium

No. Formulir JUDUL


Nomor
1 F-1 Permintaan jasa analisis (COC/Chain of Custody)
2 F-2 Permintaan Barang/Jasa (PR/Purchase Request)
3 F-3 Pembelian barang/jasa (PO/ Purchase Oerder)
4 F-4 Kualifikasi/Evaluasi pemasok
5 F-5 Penerimaan Barang/Jasa
6 F-7 Data Hasil Analisis
7 F-7 Laporan Hasil Analisis
8 F-8 Perawatan Rutin Peralatan
9 F-9 Daftar Pengaduan/Keluhan/Komplain
10 F-10 Pendistribusian Dokumen
11 F-11 Absensi
12 F-12 Identitas Kebutuhan Pelatihan
13 F-13 Orientasi karyawan
14 F-14 Kerusakan dan Perbaikan Peralatan
15 F-15 Pemantauan kondisi ruang pengujian
16 F-16 Ceklis audit internal
17 F-17 Hasil validasi metoda

Dokumen sistem mutu lainnya adalah dokumen pendukung contohnya:


• Job Deskripsi
• Jadwal kalibrasi
• Flowchart proses kerja
• Statistical Quality Control Chart
• Rencana tahunan pelatihan karyawan
• Daftar peralatan
• Daftar pemasok dan masih banyak yan lainnya

21
Dokumen eksternal adalah dokumen yang diterbitkan oleh pihak luar yang
digunakan pada laboratorium pengujian. Cotohnya: peraturan perundang-
undangan, spesifikasi dari pelanggan, standar nasional/internasioanal, metode-
metode analisis/kalibrasi standar.

5. MENERAPKAN KONSEP GLP (GOOD LABORATORY PRACTICES)


Pada dasarnya pengelolaan laboratorium pengujian merupakan tanggung
jawab bersama dari semua personil, baik personil manajerial dan teknis. Oleh
karena itu setiap personil yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil untuk sama-sama mengatur, memelihara dan mengusahakan
manajemen yang memiki sistem yang baik dan penjaminan kualitas keselamatan
kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium dimaksudkan melakukan segala
macam upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium
dan penanganannya bila terjadi kecelakaan.
Manajemen laboratorium pengukuran dan kalibrasi yang baik semestinya
menerapkan konsep-konsep GLP (Good Laboratory Practices) yang meliputi:
perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and execution), praktek
pengambilan sampel yang baik (Good Sampling Practice), praktek melakukan
analisa yang baik (Good Analytical Practice), praktek melakukan pengukuran
yang baik (Good Measurement Practice), praktek mendokumentasikan hasil
pengujian/data yang baik (Good Dokumentation Practice), praktek menjaga
akomodasi dan lingkungan kerja yang baik (Good Housekeeping Practice), yang
dianalogikan dengan penjaminan mutu dengan konsep ISO 17025.
Para personil pengelola laboratorium hendaknya memiliki keterampilan
dan pemahaman tentang laboratorium dan fasilitasnya. Mengetahui dan mampu
bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, mengikuti peraturan dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh lembaganya. Selain itu para personil
laboratorium harus mengikuti beberapa pelatihan dan memiliki kompetensi yang

22
diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi (BNSP) sesuai dengan ritme
pekerjaan analisis yang dilakukan.
Standard Operating Procedure (SOP) laboratorium kimia merupakan
serangkaian instruksi kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai
proses penyelenggaraan administrasi laboratorium kimia, bagaimana, dan kapan
harus dilakukan, di mana dan oleh siapa dilakukan. SOP ini terdiri dari rumusan
indikator-indikator teknis, administratif, dan prosedural sesuai tata kerja yang ada
di laboratorium kimia.
Tujuan disusunnya standar operasional prosedur laboratorium adalah
untuk membantu memperlancar pengelolaan laboratorium guna memaksimalkan
kegunaan dari laboratorium beserta semua sumber daya yang ada didalamnya,
sehingga dapat membantu terselenggaranya kegiatan praktikum yang berkualitas.
Selain itu, SOP yang telah disusun dapat digunakan sebagai dasar hukum jika
terjadi penyimpangan tatalaksana yang ada di laboratorium. Dengan kata lain
bahwa tujuan akhir dari SOP adalah tercapainya pengelolaan laboratorium yang
efektif dan efisien dan terciptanya suasana laboratorium yang kondusif sehingga
dapat membangkitkan minat untuk melakukan praktikum, penelitian, pengabdian
masyarakat bagi para pengguna.
Dengan adanya SOP ini juga dapat mengarahkan personil pengelola
laboratorium untuk melaksanakan tugas rutinnya lebih disiplin dan terarah.
Pelaksanaan tugas rutin personil pengelola laboratorium kimia akan mudah
dikontrol dengan adanya SOP. Akan tetapi sebelum dilakukan pengontrolan,
maka diperlukan penyusunan sebuah SOP yang dapat digunakan. Hal ini
disebabkan dalam pengontrolan penerapan SOP laboratorium berkaitan erat
dengan ada atau tidaknya SOP laboratorium kimia.
Selain tahapan-tahapan yang telah disebutkan di atas, penyusunan SOP
juga memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan SOP. Prinsip-prinsip penyusunan
SOP tersebut dijelaskan di bawah ini.
a. SOP harus memperhatikan alur pelaksanaan kegiatan yang mudah ditelusuri
jika terjadi masalah saat pelaksanaan nantinya.

23
b. Perumusan SOP harus sesuai dengan kebutuhan dan aturan kebijakan yang
sedang berlaku.
c. SOP harus memperhatikan lamanya waktu pelaksanaan, porsi tugas masing-
masing pelaksana laboartorium sehingga akan diketahui tanggung jawab dari
masing-masing pelaksana pengelola laboratorium.
d. SOP laboratorium harus dapat menjadi pedoman terhadap norma waktu, hasil
kerja yang tepat serta bagian pendanaan jika dimungkinkan ada pembiayaan
di dalamnya.
e. Bahasa yang digunakan dalam SOP harus mudah dipahami oleh semua
penggunanya.
Jika diperhatikan lebih lanjut, tahap akhir penyusunan SOP adalah menjalankan
prosedur.

6. SISTEM ADMINSTRASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI


a. Administrasi Peralatan
Manajemen (penataan) peralatan sangat bergantung kepada fasilitas yang
ada di laboratorium dan kepentingan pemakai laboratorium. Fasilitas yang
dimaksud dalam hal ini adalah adanya ruang penyimpanan khusus (gudang),
ruang persiapan, dan tempat penyimpanan seperti lemari, kabinet, dan rak-rak.
Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah mesin,
perkakas, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan
untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas.
Peralatan Laboratorium dikelompokkan dalam 3 kategori
1) Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya
sulit, risiko penggunaan tinggi, akurasi/kecermatan pengukurannya tinggi,
serta sistem kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan
khusus/tertentu dan bersertifikat.
2) Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan
pengukurannya sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit dan
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.

24
3) Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/ kecermatan
pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana, pengoperasiannya cukup
dengan menggunakan panduan, (Permenpan RB No. 03, 2010).
Ketiga kategori tersebut dapat Anda lihat pada Tabel 1.5
Tabel 1.5
Tingkat Kesulitan Pengelolaan Peralatan

Kriteria
Pengelolaan
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3
Pengoperasian Mudah Sedang Sulit
Perawatan Mudah Sedang Sulit
Resiko Rendah Sedang Tinggi
Pengukuran Kecermatan/akurasi Kecermatan/akurasi Kecermatan/akurasi
rencah sedang tinggi
Persyaratan Dengan panduan Dengan pelatihan Dengan pelatihan
pengoperasian khusus
Sistem kerja Sederhana Sedang Rumit

Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu dengan
syarat: a. siap untuk dipakai (ready for use) b. bersih c. berfungsi dengan baik d.
terkalibrasi. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan,
penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alat-alat ini harus
selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan.
Peralatan laboratoium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan
penggunaanya. Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan dengan :
a) Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya.
b) selalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
c) setelah selesai digunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan
disimpan dalam keadaan kotor.
d) kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan.
e) Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau
keterangan penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita

25
membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan alat dan petunjuk
pemeliharaan atau perawatannya.
f) Setiap alat baru terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk sebelum
digunakan.
Dalam penyimpanan dan penataan alat terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
[1] Jenis bahan dasar penyusun alat tersebut. Dengan diketahuinya bahan dasar
dari suatu alat kita dapat menentukan cara penyimpanannya.
[2] Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang
terbuat dari gelas atau porselen.
[3] Dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga
diperhatikan.
[4] Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar
mudah diambil dan disimpan kembali.

b. Administrasi Bahan Kimia


Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang
diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1) Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan
dan persyaratan khusus.
2) Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan
perlakuan dan persyaratan khusus, (Permenpan RB No. 03, 2010).
Berikut ini, Anda akan ditunjukkan tingkat kesulitan pengelolaan bahan pada
Tabel 1.6

26
Tabel 1.6
Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan

Bahan
Penanganan
Umum (1) Khusus (2)
Penyimpanan Tidak memerlukan Memerlukan persyaratan
persyaratan khusus khusus
Sifat fisis Tidak eksplosif, tidak eksplosif, korosif,
korosif, tidak iritant, iritant, labil
stabil
Sifat kimia Non toksik, tidak Toksik, berbahaya
berbahaya
Persyaratan metode Tidak memerlukan Memerlukan kemurnian
kemurnian tnggi tinggi

Dalam laboratorium kimia, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan strategi
rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar
untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium (Griffin 2005). Setiap bahan
kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, dalam
penyimpanan dan penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary
containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan
informasi resiko bahaya (hazard information).

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium:


a) Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
b) Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan
bahan (lemari, rak atau laci).
c) Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan.

Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut
sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk

27
pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia
lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas
beracun, ledakan atau degradasi kimia.

Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan informasi
antara lain:
❖ Nama kimia dan rumusnya
❖ Konsentrasi
❖ Tanggal penerimaan
❖ Tanggal pembuatan
❖ Nama orang yang membuat reagen
❖ Tingkat bahaya
❖ Klasifikasi lokasi penyimpanan
❖ Nama dan alamat pabrik

Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas
atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang
asap atau ke luar ruangan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan
bahan secara singkat adalah sebagai berikut:
[1] Bahan beracun
Syarat penyimpanan:
❖ Ruangan dingin dan berventilasi
❖ Jauh dari bahaya kebakaran
❖ Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
❖ Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika
tidak sedang dipergunakan
❖ Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung
tangan

28
[2] Bahan korosif
Syarat penyimpanan:
❖ Ruangan dingin dan berventilasi
❖ Wadah tertutup dan beretiket
❖ Dipisahkan dari zat-zat beracun.

[3] Bahan mudah terbakar


Dibagi menjadi 3 golongan:
a) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4 oC, misalnya karbon
disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C6H6, aseton
(CH3COCH3).
b) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4 oC - 21oC,
misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya
kerosin (minyak tanah), terpentin, naftalena, minyak bakar.

Syarat penyimpanan:
❖ Temperatur dingin dan berventilasi
❖ Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan
bara.
❖ Tersedia alat pemadam kebakaran

[4] Bahan mudah meledak


Syarat penyimpanan:
❖ Ruangan dingin dan berventilasi
❖ Jauhkan dari panas dan api
❖ Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

[5] Bahan Oksidator


Syarat penyimpanan:
❖ Temperatur ruangan dingin dan berventilasi

29
❖ Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan
bara rokok
❖ Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

[6] Bahan reaktif terhadap Air


Syarat penyimpanan:
❖ Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
❖ Jauh dari sumber nyala api atau panas
❖ Bangunan kedap air
❖ Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

[7] Bahan reaktif terhadap Asam


Syarat penyimpanan:
❖ Ruangan dingin dan berventilasi
❖ Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
❖ Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan
terbentuk kantong-kantong hidrogen
❖ Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja
[8] Gas bertekanan
Syarat penyimpanan:
❖ Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
❖ Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
❖ Jauh dari api dan panas
❖ Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup-katup

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, Tabel 1.6 dan Tabel 1.7 merupakan
pedoman dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium. Mana saja
penyimpanannya yang harus didekatkan dan mana saja yang harus dipisahkan.

30
Tabel 1.7
Matriks Bahan Kimia yang incompatable
(tidak boleh disimpan bersamaan)

Pelar
Asam Asam Asam Anorganik Organik Reaktif ut
Basa Oksidator
Anorganik Oksidator Organik Racun racun air orga
nik
Asam
X X X X X X
anorganik
Asam
X X X X X X
oksidator
Asam
X X X X X X X
organik
Basa
X X X X X X
Oksidator
X X X X
Anorganik
X X X X X X
racun
Organik
X X X X X X
racun
Reaktif air
X X X X X X
Pelarut
X X X X X
organik
x = tidak boleh disimpan bersamaan

Tabel 1.8
Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia

Bahan Kimia Tidak Boleh Bercampur dengan


Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Asam asetat Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
CH3COOH Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2;
Permanganat, KMnO4
Aseton Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO 3 pkt + H2SO4 pkt);
CH3COCH3 Basa kuat, NaOH, KOH
Asetilen Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg
C2H2
Logam alkali Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl;
Li, Na, K Karbon dioksida, CO2; halogen, F2, Cl2, Br2, I2
Ammonia anhidros, Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2; Asam florifa, HF;
NH3 Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
Ammonium nitrat, Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat, ClO 3- ; Nitrit, NO2-;
NH4NO3 belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar
Anilin Asam nitrat, HNO3;
C6H5NH2 Hidrogen proksida, H2O2
Bahan arsenat, AsO3- Bahan reduktor
Azida, N3- Asam
Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6; butana, C4H10; metana,
Brom, Br2 CH4; propana, C3H8 ( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium
karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam
Kalsium oksida, CaO Air, H2O
Karbon aktif, C Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator

31
Bahan Kimia Tidak Boleh Bercampur dengan
Karbon tetraklorida, CCl4 Natrium, Na
Garam ammonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8; Bahan organik
Klorat, ClO3-
serbuk; Bahan dapat terbakar
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O; gliserol,
Krom trioksida, Cr2O3 HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin; alkohol; cairan mudah
terbakar
Klor, Cl2 Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane, propane (or other
petroleum gases), hydrogen, sodium carbide, turpentine, benzene, finely
divided metals
Klor dioksida, ClO2 Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida
Tembaga Asetilen, hidrogen peroksida
Cumene hidroperoksida Asam, organik atau anorganik
Sianida Asam
Cairan dapat terbakar Ammonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat,
Natrium peroksida, halogen
Hidrokarbon Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
Asam sianat Asam nitrat, Basa
Asam florida Ammonia, aqueous or anhydrous
Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol,
Hidrogen peroksida
Aseton, bahan organik, Anilin, Nitrometan, Cairan dapat terbakar
Asam sulfida Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Ammonia
(berair atau anhidros), Hidrogen
Hipoklorit Asam, Karbon aktif
Iod Asetilen, Ammonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Raksa Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
Nitrat Asam sulfat
Asam nitrat (pekat) Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan
dapat terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat

Nitrit Asam
Nitroparafin Basa anorganik, Amina
Asam oksalat Perak, Raksa
Oksigen Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar
Asam perklorat Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak
dan oli
Peroksida, organik Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin
Fosfor (putih) Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor
Kalium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Kalium klorat dan Perklorat Asam sulfat dan asam lain
Kalium permanganat Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
Selenida Bahan reduktor
Perak Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat
Natrium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Natrium Nitrit Ammonium nitrat dan Garam ammonium lain
Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida,
Natrium peroksida Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil
asetat, furfural
Sulfida Asam
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat (atau senyawa dari
Asam sulfat
logam ringan seperti natrium, litium, dll.)
Telurida Bahan reduktor
(From Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, pp. 215-217,
Van Nostrand Reinhold

32
Seperti halnya pada pembahasan tentang penataan alat, pada penataan bahan
kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-
masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku
katalog bahan.

Sebagai bagian akhir dari kegiatan belajar 1 yang mengacu pada CPMK
menguasai teori aplikasi pengelolaan laboratorium kimia mengacu ISO/IEC
17025 dan penjaminan mutu hasil analisis dalam pembelajaran Teknik Kimia dan
indikator esensial KB 1 ini terutama CP 1 dan 2. Kali ini Anda diberikan suatu
jabatan sebagai Kepala Laboratorium mengacu ISO/IEC 17025 dan Anda
mempunyai tugas sebagai Manajer Representatif. Sehari setelah Anda ditunjuk
memangku jabatan tersebut apa yang perlu Anda lakukan terhadap laboratorium.
Pencapain indikator esensial kesatu yaitu mengidentifikasi konsep esensial
pengelolaan laboratorium pengujian mengacu ISO/IEC 17025 dan penjaminan
mutu hasil analisis, Anda harus mengecek perangkat penting laoratorium berikut
ini.
1. Seluruh sumber daya di laboratorium yaitu: kelayakan gedung dan peralatan
yang masuk dalam ruang lingkup ISO/IEC 17025 termasuk status kalibrasi dan
rekaman mutunya.
2. Meninjau sepuluh persyaratan teknis dan lima belas persyaratan manajemen
laboratorium, apakah perlu mengganti pimpinan manajer mutu dan manajer
teknisnya, seandainya dirasa banyak persyaratan yang tidak memadai.
3. Meninjau semua dokumen mutu dari mulai pedoman mutu (dokumen level I)
hingga rekaman mutu (dokumen level 4).
4. Meninjau penerapan konsep GLP dalam pengelolaan laboratorium pengujian.
Bagaimana catatan rekaman mutu kepuasan pelanggan, misalnya.
5. Meninjau sistem administrasi alat dan bahan di laboratorium, apabila dirasa
banyak catatan rekaman alat dan bahan yang tidak sesuai, maka Anda perlu
memilih kembali manajer administrasinya.

33
6. Melakukan rapat kaji ulang tinjaun manajemen pertama pada jabatan Anda
untuk melaporkan semua hasil pengecekan untuk beberapa syarat-syarat
tersebut di atas.

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN


TPACK
Setelah Anda memahami seluruh materi K3 yang diberikan, dan Anda sebagai
calon guru/guru Teknik Kimia yang professional abad 21 dituntut mampu
merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan
Teknik Kimia, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Untuk itu marilah kita coba untuk membelajarkan bagaimana Menerapkan
Kosep GLP (Good Laboratory Practice) di laboratorium.
Berikut ini adalah contoh pembelajaran dengan strategi Problem-based learning
yang menerapkan TPACK. Problem Based Learning (PBL) adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995).
Tujuan Pembelajaran:
Menerapkan konsep GLP pada laboratorium pengujian.

Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran PBL yang dapat dilakukan yaitu


sebagai berikut:
1. Orientasikan peserta didik terhadap masalah Penerapan GLP di Laboratorium.
Guru membawa siswa pada suatu permasalahan melalui media video, animasi
ataupun gambar kejadian seorang customer (pelanggan) yang tidak puas dengan
hasil analis yang dilakukan oleh laboratorium pengujian.
2. Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
ketidakpuasan pelanggan di laboratorium pengujian. Misalnya membantu peserta

34
didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah
yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat
hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut. misalnya ada kelompok siswa
yang pemahamannya sampai pada pernyataan hipotesisnya “validitas hasil
pengujian suatu laboratoriun berbanding lurus dengan kepuasan pelanggan”
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya, berkaiatan dengan kalibrasi peralatan, metode yang
digunakan pada analisis, sertifikat kompetensi analisnya, alat dan bahan yang
digunakan, pehatikan masa kadaluasanya, pencatatan atau dokumentasi hasil,
batas waktu penetapan pelaporan hasil analisis. Guru menciptakan dan
membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam menganalisis data yang telah
terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah
dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta didik
memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat
dalam bentuk laporan, video, atau model.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang
dipresentasikan setiap kelompok.
Setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan,
Dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang pentingnya
menerapkan konsep GLP yaitu perencanaan dan pelaksanaan yang benar, praktek
pengambilan sampel yang baik, praktek melakukan analisa yang baik, praktek
melakukan pengukuran yang baik, praktek mendokumentasikan hasil
pengujian/data yang baik, praktek menjaga akomodasi dan lingkungan kerja yang

35
baik, yang dapat memberikan penjaminan mutu hasil analisis mengacu konsep
lISO 17025.

E. FORUM DISKUSI
Berdasarkan uraian materi pengelolaan manajemen laboratorium mengacu
ISO/IEC 17025, Coba Anda diskusikan bagaimana menyiapkan dokumen mutu
di laboratorium pengujian, mulai dari dokumen level 1 hingga level 4. Materi
yang dipelajari adalah Sistem Dokumentasi Laboratorium Pengujian pada bagian
4 pada KB1. Rancanglah pula bagaimana cara membelajarkannya sesuaikan
strategi pembelajarannya dan aplikasikan Technological Pedagogical and Content
Knowledge (TPACK).

F. RANGKUMAN
Sistem pengelolaan laboratorium pengujian mengacu pada standar internasional
ISO/IEC 17025 atau versi terbarunya ISO/IEC 17025:2017 yang merupakan
standar yang merupakan standar persyaratan umum untuk laboratorium pengujian
dan kalibrasi. Ruang lingkup standar ini diantaranya mencakup pengujian dengan
metode baku, metode tidak baku, dan metode yang dikembangkan oleh
laboratorium sendiri. Pengelolaan laboratorium perlu diarahkan dan dikendalikan
secara sistematis dan transparan untuk menghasil penjaminan mutu data analisis
yang valid. Komponen-komponen laboratorium pengujian meliputi : personil,
alat-alat dan bahan termasuk sistem administrasinya, sarana dan prasaran
termasuk sistem pemeliharannya, metode pengujian, sistem dokumen mutu,
pengendalian kondisi lingkungan analisis, dan sistem monitoring. Susunan
dokumen mutu laboratorium pengujian mengacu pada ISO/IEC 17025 mengikuti
hirarki level dokumen: Panduan Mutu, Prosedur Mutu, Instruksi Kerja, Form dan
rekaman. Manajemen laboratorium pengujian dan kalibrasi yang baik semestinya
menerapkan konsep-konsep GLP (Good Laboratory Practices) yang meliputi:
perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and execution), praktek
pengambilan sampel yang baik (Good Sampling Practice), praktek melakukan
analisa yang baik (Good Analytical Practice), praktek melakukan pengukuran

36
yang baik (Good Measurement Practice), praktek mendokumentasikan hasil
pengujian/data yang baik (Good Dokumentation Practice), praktek menjaga
akomodasi dan lingkungan kerja yang baik (Good Housekeeping Practice), yang
dianalogikan dengan penjaminan mutu. Sistem administrasi untuk dokumen,
peralatan dan bahan akan lebih mudah difahami dan mudah dikontrol melalui
penggunaan teknologi informasi.

G. TES FORMATIF 1
1. Salah satu persyaratan akreditasi ISO/IEC:17025 untuk sebuah laboratorium
pengujian adalah memiliki standar quality control yang bertujuan untuk
memonitor kevalidan hasil pengujian dan kalibrasi yang telah dilakukan.
Manakah dari pernyataan berikut ini yang merupakan standar quality control.
A. melakukan uji profisiensi
B. mengikuti uji banding antar laboratorium
C. menggunakan bahan acuan dalam analisis
D. pernyataan A dan B benar
E. pernyataan A,B, dan C benar

2. Uji profisiensi dilakukan oleh provider dari laboratorium rujukan dengan cara
mendistribusikan sampel kepada peserta yang nilainya telah ditetapkan. Setiap
peserta akan menguji sampel yang dimilikinya, sehingga diperoleh kesimpulan
apakah prosedur pengujian laboratorium yang valid, dan hasil yang diperoleh
dapat diterima oleh pihak manapun. Nilai apakah yang akan dievaluasi
A. akurasinya dengan nilai sebenarnya (reference value)
B. ketidakpastian analisis
C. presisi analisis
D. batas deteksi
E. hanya A dan B saja yang benar

3. Meminimalkan risiko dari pekerjaan para personel dengan melakukan aktivitas


yang sesuai dengan standar dan prosedur yang benar, serta melakukan perbaikan

37
H. DAFTAR PUSTAKA
SNI ISO/IEC 17025: 2008. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian
dan Kalibrasi. BSN
Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan NOMOR: 07/D.D5/KK/2018
Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan NOMOR: 06/D.D5/KK/2018 tentang spektrum keahlian
Sekolah Menengah kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
http://fatchiah lecture ub.ac.id. Manajemen laboratorium dan Penyusunan dokumen
laboratorium, Pelatihan Manajemen dan Dokumen Laboratorium menuju ISO
17025.
Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory,
p. 215-217, Van Nostrand Reinhold.
Fayol, Henry, Industri dan Manajemen Umum, Terj. Winardi, London: Sir Issac and
Son, 1985
Peraturan Mentri Negara Pendayagunaan aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No. 03 Tahun 2010 tentang Jabatan fungsional Pranata Laboratorium
Pendidikan dan Angka kreditnya.
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: Menumbuhkan & Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Jakarta : Erlangga.

41
KEGIATAN BELAJAR 2
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
( K3)

PENULIS
SOJA SITI FATIMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
A. PENDAHULUAN
Pada Kegiatan Belajar 1, Anda sudah mempelajari sistem pengelolaan
laboratorium pengujian mengacu ISO/IEC 17025. Setelah Anda pelajari KB1
tersebut, Apakah Anda menemukan kajian khusus tentang K3? Laboratorium
merupakan tempat kerja yang memiliki potensi bahaya bagi seluruh sumber daya
yang ada di dalamnya. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan di
tempat kerja maupun di laboratorium untuk memenuhi kebutuhan operasional
laboratorium menuju produktivitas dan efisiensi dalam meningkatkan daya saing
laboratorium. K3 Laboratorium memiliki standar internasional sendiri yaitu ISO
45001.
Pemerintah pun telah memberikan regulasi berkaitan dengan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang terdapat pada Undang-undang No.1 Tahun 1970 dan
peraturan pelaksanaannya pada Permen No.4/MEN/87 yang mengatur dengan
jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan
keselamatan kerja. Pasal 2 pada permen tersebut menyebutkan perusahaan
diwajibkan memiliki ahli K3 agar pelaksanaan K3 di tempat kerja berjalan
optimal.
Beberapa kajian materi pada kegiatan belajar 2 meliputi: konsep
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium (K3 Lab.), pencegahan
kecelakaan, penanganan dan tindakan pertolongan kecelakaan kerja, penanganan
kebakaran, APD (Alat Pelindung Diri), MSDS(Material Safety Data Sheet), dan
SMK3 (Sistem Manajemen K3). Relevansi mata kegiatan belajar 2 dengan
kegiatan belajar 1 sangat mendukung capaian pembelajaran yang diharapkan pada
Modul 6 yaitu menyiapkan manusia unggul yang memiliki kompetensi keahlian
mencakup pengetahuan dan keterampilan tentang konsep K3 yang dibutuhkan
oleh DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri)
Untuk mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 2 ini, Anda disarankan
mengikuti petunjuk sebagai berikut:
1. Bacalah setiap uraian materi yang terdapat pada kegiatan belajar 2 dengan
seksama.
2. Pahami apa yang menjadi informasi penting untuk setiap materi dengan
membuat “Catatan Penting Kegiatan Belajar 2”.

44
3. Perhatikan materi video pembelajaran yang diberikan untuk lebih komunikatif
lagi dalam pembelajaran daring.
4. Buatlah FGD pada Kegiatan Belajar 2 untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.
5. Kerjakan Tes Formatif 2 yang diberikan untuk mengukur kemampuan Anda
Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Tingkat penguasaan =

Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
Pada akhir kegiatan belajar 2, Anda sebagai calon guru/guru Teknik Kimia
yang professional abad 21 dituntut mampu merancang pembelajaran materi pada
KB2 dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan Teknik Kimia,
pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau Technological
Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).

45
B. CAPAIAN PEBELAJARAN
Capaian pembelajaran mata kegiatan (CPMK) yang diharapkan adalah mampu
menganalis teori aplikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium serta
aplikasinya dalam pembelajaran Teknik Kimia di Sekolah Menengah Kejuruan.
Capaian pembelajaran mata kegiatan (CPMK) tersebut diuraikan dalam beberapa
sub capaian pembelajaran, yaitu setelah mempelajari kegiatan belajar 2, Anda
diharapkan dapat:
1. Menerapkan konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium.
2. Menjelaskan prinsip pencegahan kecelakaan.
3. Menjelaskan penanganan dan tindakan pertolongan kecelakaan kerja.
4. Menjelaskan penanganan Kebakaran
5. Menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD) dan Keselamatan Bahan (MSDS)
6. Memahami Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3).

46
C. URAIAN MATERI
1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) disebut juga Hygene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) atau Occupational Safety and Health, yaitu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja yang terkait dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Kesehatan kerja menggambarkan suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan
memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan
timbulnya penyakit dan pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Menurut
Blum (1981) ada empat faktor yang menentukan kondisi kesehatan yaitu:
• Lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis, dan
lingkungan sosial budaya.
• Sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
• Perawatan, pengobatan, dan pencegahan kecacatan.
• Faktor bawaan setiap manusia (genetik).
Keselamatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh kesehatan fisik,
mental, dan sosial yang setinggi-tingginya, melalui usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja bukan
sekadar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada
upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health
of all at work).
Untuk meminimalkan timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan, kita
harus memahami karakteristik dari bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh,
reaksinya dengan tubuh, dan jalur masuknya ke dalam tubuh (Ridley, 2008).
Menurut Ridley (2008) ada empat jalur masuknya bahan berbahaya dan beracun
(B3) ke dalam tubuh yaitu melalui:
• Asupan makanan yang masuk melalui mulut, kemudian menuju usus.

47
• Hirupan pernafasann yang masuk melalui organ pernafasan menuju
paru-paru.
• Penyerapan yang masuk melalui pori-pori kulit.
• Masuk melalui luka dan sayatan terbuka.
Setelah Anda mengetahui empat jalur masuknya bahan B3 kedalam tubuh,
cobalah pikirkan agar terhidar dari paparan tersebut, yang mengakibatkan suatu
kecelakaan.
Menurut Sumamur (1967), kecelakaan merupakan sebuah kejadian tak
terduga yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi
akibat kelalaian dari pekerja, perusahaan, maupun keduanya, dan akibat yang
ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak. Bagi pekerja, cedera
akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi, kehidupan
keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan, terjadi kerugian
produksi akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan penyelidikan atas
kecelakaan tersebut serta biaya untuk melakukan proses hukum atas kecelakaan
kerja. Selain itu terdapat juga kerugian yang lebih besar lagi setelahnya yang
digambarkan seperti gunung es, yang lebih besar lagi di bawahnya.
Ridley (2008), mengemukakan beberapa faktor dan penyebab timbulnya
kecelakaan kerja yaitu:
a. Situasi kerja
b. Kesalahan orang
❖ Minimnya pengetahuan dan keterampilan
❖ Masalah fisik atau mental
❖ Salah penempatan atau motivasi kerja kurang
❖ Perhatian yang kurang
c. Tindakan tidak aman
❖ Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
❖ Mengambil jalan pintas.
❖ Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama
bekerja
❖ Bekerja dengan kecepatan berbahaya

48
Oleh karena itu pemahaman K3 sangat penting diberikan, selain itu tujuan
diberikannya K3 adalah untuk:
• Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
• Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
tersebut.
• Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan
efisien.

K3 dapat memiki fungsi kesehatan dan fungsi keselamatan


a. Fungsi dari kesehatan kerja sebagai dapat meliputi:
1) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya
kesehatan di tempat kerja.
2) Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan
praktik kerja termasuk desain tempat kerja.
3) Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan
kerja dan APD.
4) Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
5) Terlibat dalam proses rehabilitasi.
6) Mengelola P3K dan tindakan darurat.
b. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
1) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.
2) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.
3) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
4) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.

49
2. Prinsip-Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Regulasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan bentuk perlindungan
yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat dan karyawan yang wajib
untuk diterapkan oleh laboratorium. Peraturan pemerintah mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) terdapat pada:
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja
Silahkan Anda pelajari apa isi dari undang-undang tersebut.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka seluruh potensi bahaya perlu
diidentifikasi. Menurut Stranks (2003), pengidentifikasian potensi bahaya dari
suatu kegiatan kerja merupakan inti seluruh kegiatan pencegahan kecelakaan.
Potensi bahaya dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan
sumbernya yaitu:
• Fisik, seperti kebisingan, radiasi, dan pengangkatan manual
• Mekanik, seperti part yang bergerak dan yang berotasi
• Elektrikal, seperti voltase dan area magnetik.
• Kimia, seperti bahan kimia mudah terbakar, beracun, dan korosif.
• Biologis, seperti terkena virus dan bakteri.
Proses identifikasi bahaya diawali dari penentuan teknik identifikasi yang
dinilai akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Teknik-teknik yang dapat
digunakan antara lain:
a. Survei keselamatan kerja
1) Inspeksi keselamatan kerja
2) Inspeksi umum terhadap seluruh area kerja cenderung kurang rinci
dibandingkan teknik-teknik lainnya
3) Memberikan gambaran menyeluruh tentang keadaan pencegahan
kecelakaan di seluruh area kerja tertentu
b. Patroli keselamatan kerja
1) Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan
2) Perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan cakupan
menyeluruh atas area kerja
3) Mempersingkat waktu setiap inspeksi

50
c. Pengambilan sampel keselamatan kerja
1) Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja
2) Memfokuskan perhatian untuk melakukan identifikasi lebih rinci
3) Merepresentasikan seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja
d. Audit keselamatan kerja
1) Inspeksi tempat kerja dengan teliti
2) Melakukan pencarian untuk mengidentifikasi semua jenis bahaya
3) Mencatat jumlah setiap jenis bahaya
4) Mengembangkan sistem peringkat untuk mengukur derajat kesehatan
dan keselamatan kerja di perusahaan
5) Menilai perbaikan-perbaikan apa saja yang telah dilakukan
e. Pemeriksaan lingkungan
1) Melakukan pengukuran konsentrasi zat-zat kimia di atmosfer
2) Mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap kesehatan di tempat
kerja.
3) Pemeriksaan dengan sampel kasar sangat tidak akurat dan sangat mahal
f. Laporan kecelakaan
1) Membuat laporan setelah kecelakaan terjadi
2) Mencatat kecelakaan kecil dan kerugian hilangnya waktu kerja dan
produksi
3) Mengindikasikan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
g. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi
1) Melaporkan insiden-insiden kecil yang menyebabkan kecelakaan
2) Membudayakana keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah
terjadinya nyaris kecelakaan dan kecelakaan.
h. Saran maupun kritik dari para karyawan
1) Memperoleh informasi melalui komite keselamatan kerja atau melalui
penyelia
2) Membudayakan ‘tidak saling menyalahkan’ dan memberanikan pekerja
melaporkan masalah
3) Pekerja lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang perlu
dilakukan

51
4) Memberikan umpan balik bagi pekerja dalam bentuk tindakan untuk
mempertahankan kredibilitas manajemen
Keselamatan dan kesehatan sebuah pekerjaan didapatkan dari analisis
keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis = JSA). JSA dapat membantu
mengeliminasi bahaya dari suatu pekerjaan. Analisis yang dilakukan adalah
dengan memilah setiap operasi, memeriksa bahaya yang ada, dan memberikan
solusi untuk mengurangi bahaya. Hal ini mencakup pemeriksaan terhadap pabrik
dan proses kerja, sistem kerja, termasuk perizinan untuk sistem kerja, pengaruh
terhadap perilaku, kualifikasi dan pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan dan
tingkat instruksi, supervisi, dan pentingnya pengontrolan.
JSA merefleksikan kontribusi yang diberikan oleh semua personil pekerja mulai
dari manajer, supervisor, representatif keselamatan, spesialis kesehatan dan
keselamatan, insinyur, kontraktor dalam menciptakan budaya keselamatan.
JSA dibuat dalam dua tahap yaitu JSA awal dan JSA total. Ketika
membuat JSA awal maka informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis
yang efektif sebagai berikut.
a. Judul pekerjaan
b. Departemen atau seksi
c. Menguraikan jenis pekerjaan menjadi pekerjaan fisik dan mental
d. Mesin dan peralatan yang digunakan
e. Material mentah yang digunakan dan produk yang diperoleh
f. Alat pelindung diri yang diperlukan
g. Bahaya yang mungkin timbul
h. Tingkat risiko yang terlibat
i. Tanggung jawab supervisor dan operator, prosedur keamanan yang
diperlukan
j. Pekerjaan spesifik yang dilakukan

Contoh format yang digunakan untuk menggali informasi yang diperlukan dalam
pembuatan Job Safety Analysis awal dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini

52
Tabel 2.1
Format Job Safety Analysis (JSA) Awal
Judul Pekerjaan
Departemen
Tujuan
Uraian Pekerjaan
Mesin dan Peralatan
Material Mentah dan
Produk
Alat Pelindung Diri
Bahaya yang timbul
Tingkat risiko bahaya
Tanggung jawab
supervisor
Pekerjaan Spesifik

Setelah pengumpulan informasi dasar dari JSA awal telah selesai, langkah
selanjutnya adalah pembuatan JSA total. Evaluasi JSA total dilakukan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (1) Operasi; (2) Bahaya; (3) Keahlian
yang dibutuhkan, yang terdiri atas: pengaruh alat seperti mesin dan aktivitas
seperti prosedur menurunkan barang; (4) Faktor eksternal yang memengaruhi
perilaku; dan (5) Metode pembelajaran. Format standar form yang digunakan
untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan untuk pembuatan JSA total dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Format Standar JSA Total

Pengaruh Metode
Operasi Bahaya Keahlian
terhadap perilaku Pembelajaran

Penilaian Risiko adalah cara yang digunakan perusahaan untuk dapat mengelola
dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan bahwa
kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko pada saat bekerja.
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian risiko yaitu:
• Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi yang menyebabkan
kerugian/kehilangan.
• Probabilitas adalah kemungkinan bahwa bahaya dapat menyebabkan
kerusakan atau kerugian.

53
• Risiko adalah perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan
kerusakan atau kerugian.
• Berbahaya (danger) adalah keadaan yang berisiko.
• Tingkat risiko (extent of risk) adalah ukuran jumlah orang yang mungkin
terkena pengaruh dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian yaitu
berupa konsekuensi.
Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat
diambil untuk menghilangkan, mengurangi atau mengendalikannya sebelum
terjadi kecelakaan yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan.
Berikut ini adalah langkah melakukan penilaian risiko yaitu:
a. Mempersiapkan program penilaian risiko yaitu dengan membuat daftar
seluruh tugas, proses, dan area kerja yang menunjukkan bahaya.
b. Mengidentifikasi bahaya dengan cara sebagai berikut:
• Inspeksi keselamatan kerja (melakukan survei keselamatan umum di
tempat kerja)
• Mengadakan patroli keselamatan kerja (mengidentifikasi bahaya di
sepanjang rute patroli yang ditetapkan terlebih dahulu)
• Mengambil sampel keselamatan kerja (melakukan pemeriksaan hanya
untuk satu jenis bahaya, kemudian mengulanginya untuk bahaya lainnya)
• Mengaudit keselamatan kerja (membuat perhitungan jumlah bahaya yang
ditemukan lalu dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya)
• Melaksanakan survei kondisi lingkungan
• Membuat laporan kecelakaan
• Melaporkan kondisi yang hampir menimbulkan kecelakaan
• Meminta masukan dari karyawan
c. Menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan tindakan sebagai berikut:
• Menghilangkan operasi/material berbahaya
• Untuk bahaya yang tidak dapat dihilangkan maka dilakukan
pengembangan.
• Metode kerja yang lebih aman dan menggunakan material alternatif yang
lebih rendah bahayanya.

54
d. Mengevaluasi risiko-risiko residual dengan pertimbangan penilaian risiko
yaitu tingkat/ukuran bahaya yang dihadapi, waktu, jumlah karyawan,
probabilitas terjadinya kecelakaan.
e. Mengembangkan strategi-strategi pencegahan dengan cara:
• Menghilangkan peralatan, material atau metode kerja yang berbahaya
• Mengganti peralatan, material atau metode kerja yang lebih aman
• Mencegah kontak dengan menggunakan sarana pelindung yang sesuai
(pengamanan).
• Mengendalikan kontak dengan cara membatasi akses atau waktu kontak
dengan bahan kimia.
• Menyediakan APD sebagai usaha terakhir.
f. Mengadakan pelatihan tentang mengoperasikan metode-metode kerja yang
baru dan pelaksanaan upaya-upaya pencegahan yang benar
g. Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan
h. Memonitor kinerja dengan cara memastikan pelaksanaan hal-hal berikut:
• Upaya pencegahan/metode kerja yang sedang digunakan
• Upaya pencegahan berjalan dengan efektif
• Metode kerja yang baru tidak menciptakan bahaya baru
• Menandai dan mengoreksi kemungkinan kelemahan upaya-upaya
pencegahan tersebut
i. Melaksanakan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika
diperlukan
• Memastikan bahwa metode-metode yang dijalankan masih efektif
• Memperbarui tindakan-tindakan pencegahan
• Ketika metode atau material kerja berubah
• Jika penilaian yang ada tidak efektif lagi
Pendekatan secara kuantitatif untuk penilaian risiko pada umumnya digunakan
untuk peringkat risiko dengan mempertimbangkan faktor probabilitas tingkat
keparahan dan frekuensi. Setiap faktor dapat dinilai dari skala 1 sampai dengan
j. Cara perhitungan peringkat risiko yaitu:
Peringkat risiko = Probabilitas(P) x tingkat keparahan(S) x Frekuensi(F)

55
Di mana akan memberikan nilai peringkat risiko antara 1 sampai 1000. Urgensi
atau prioritas tindakan sehubungan dengan peringkat risiko tertentu dapat
dievaluasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 dan 2.4 berikut ini.
Tabel 2.3
Nilai peringkat resiko

Nilai
Tindakan
< 200 Tidak diperlukan tindakan segera namun tetap di bawah
pengawasan
200-400 Tindakan dilakukan tahun depan
400-600 Tindakan dilakukan dalam tiga bulan berikutnya
600-800 Tindakan dilakukan bulan depan
800- Tindakan segera dilakukan
1000

Pada Tabel 2.3 dijelaskan mengenai faktor bahaya, probabilitas dan frekuensi
serta nilainya dalam menghitung peringkat risiko.

Tabel 2.4
Peringkat Resiko

Nilai
Faktor Gambaran
Bahaya Tidak mungkin menyebabkan cedera 1
Dapat menyebabkan cedera ringan 2
Absen dari pekerjaan kurang dari 3 hari dengan 3
pemulihan lengkap
Absen dari pekerjaan lebih dari 3 hari namun kurang 4
dari 3 minggu dengan pemulihan lengkap
Absen dari pekerjaan lebih dari 3 minggu dengan 5
pemulihan lengkap
Absen dari pekerjaan lebih dari 3 minggu disusul 6
dengan cedera
Cedera ringan permanen 7
Cedera parah permanen 8
Cedera total permanen 9
Kematian 10
Probabilitas Hampir tidak mungkin 1
Sangat tidak mungkin 2
3
Tidak mungkin
4
Kemungkinannya sedikit
Besar kemungkinan 5

56
Nilai
Faktor Gambaran
Kemungkinannya terbuka 6
Mungkin 7
Sangat mungkin 8
Hampir pasti 9
Tak dapat dihindari 10
Frekuensi Bahaya muncul lima tahun sekali 1
Bahaya muncul setiap tahun 2
3
Bahaya muncul sekali dalam sebulan
4
Bahaya muncul sekali dalam seminggu
Bahaya muncul setiap shift 5
Bahaya muncul setiap jam 6
Bahaya muncul setiap 30 menit 7
Bahaya muncul setiap menit 8
Bahaya mucul setiap 30 detik 9
Bahaya permanen saat itu juga 10

3. Penanganan Dan Tindakan Pertolongan Kecelakaan Kerja


a. Potensi Bahaya di Tempat Kerja
Potensi bahaya di tempat kerja diklasifikasi sebagai bahaya getaran, kimia,
radiasi, pencahayaan, dan kebisingan.
1) Bahaya getaran
Parameter getaran seperti frekuensi, amplitudo, dan lama pajanan
memberikan pengaruh terhadap tingkat kebisingan. Peralatan yang menimbulkan
getaran tersebut dapat memberikan efek negatif pada sistem saraf dan sistem
musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkeram dan sakit tulang
belakang.
2) Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan
selama produksi. Bahan ini tersebar ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang
salah, kerusakan, atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan
dalam proses kerja. Bahaya kimia yang tersebar ke lingkungan kerja dapat
mengganggu baik itu lokal maupun sistemik. Gangguan lokal adalah kelainan
yang ditimbulkan bahan kimia ketika kontak dengan tubuh seperti kulit dan

57
selaput lendir yang menimbulkan gejala iritasi mulkus dan kanker. Apabila
terserap dan masuk ke dalam peredaran darah akan timbul gejala sistemik. Jalan
masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah melalui kulit, pernafasan, dan
pencernaan.
3) Bahaya Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita
seperti televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan, komputer, dan lain-
lain.
Radiasi memberikan efek terhadap manusia berupa efek genetik dan efek
somatik. Efek genetik adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu
yang terkena paparan radiasi. Efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan
oleh individu yang terpapar radiasi. Gejala yang dirasakan oleh efek somatik ini
bervariasi, ada yang segera tapi ada juga yang tertunda. Gejala yang bisa langsung
terlihat dalam waktu singkat seperti epilasi, eritema, luka bakar, dan penurunan
jumlah sel darah. Gejala dari efek yang tertunda akan dirasakan dalam waktu yang
lama antara bulanan dan tahunan seperti katarak dan kanker.
Radiasi inframerah dari tungku pembakaran dapat menyebabkan katarak.
Laser dari alat komunikasi dan pembedahan berkekuatan besar dapat merusak
mata dan kulit. Medan elektromagnetik tingkat rendah seperti pengelasan dapat
menyebabkan kanker.
4) Bahaya Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup dan
memungkinkan kesan bersih/higene. Disamping itu pencahayaan yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindari kesalahan kerja.
5) Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang

58
merusak kesehatan. Kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan. Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk
menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia
atau aktivitas-aktivitas alam.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki
yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Dampak kebisingan
terhadap kesehatan pekerja yaitu:
a) Gangguan fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala karena
bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dan akan
menimbulkan efek vertigo/pusing. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas
disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan, dan keseimbangan elektrolit.
b) Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan,
dan lain-lain.
c) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan ‘masking effect’ (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terhambatnya pekerjaan sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
d) Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing atau mual.
e) Efek pada pendengaran
Efek bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang
menyebabkan tuli progresif. Efek ini telah diketahui dan diterima secara umum.

59
b. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit akibat kerja (PAK) menurut Permenaker dan Transmigrasi adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Dengan
demikian, PAK merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. Namun, dalam pemeriksaan tersebut harus
ditentukan apakah penyakit yang diderita tenaga kerja merupakan penyakit akibat
kerja atau bukan. Diagnosis PAK ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan
adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah
dilakukan diagnosis PAK oleh dokter pemeriksa maka dokter wajib membuat
laporan medik.
PAK dapat disebabkan lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang
kondusif sehingga sangat penting untuk mengetahui lingkungan kerja yang baik.
Di dalam lingkungan kerja terdapat peralatan kerja serta material yang digunakan
pada saat bekerja. Untuk mencegah dan meminimalkan agar tidak terjadi PAK
terhadap tenaga kerja maka perlu memperhatikan cara kerja tubuh manusia
(tenaga kerja), bagaimana reaksinya terhadap berbagai macam substansi yang
digunakan dalam pekerjaan dan mengetahui cara masuknya substansi tersebut ke
dalam tubuh. Hal ini merupakan aspek penting yang perlu diketahui dan dapat
dipelajari oleh pekerja untuk meminimalkan penyebab datangnya penyakit yang
akan menimbulkan PAK.
Tubuh manusia merupakan organisme rumit yang di dalamnya terdiri atas
banyak sekali organ yang terbungkus dalam struktur kaku (berupa kerangka) dan
diikat oleh berbagai macam otot. Organ-organ yang berbeda memiliki kaitan satu
sama lain dan memainkan peran khusus dalam menjalankan fungsi tubuh secara
efektif sebagai satu kesatuan, akan tetapi keefektifan setiap organ dapat
dipengaruhi oleh kondisi dan substansi yang terdapat di lingkungan sekitar
termasuk di lingkungan kerja dan rumah.
Masing-masing organ memainkan peran yang unik dalam fungsi tubuh
secara efektif dan harus mendapatkan perlindungan dari bahan yang dapat
merusaknya. Bahan yang berbahaya dan berisiko tidak akan menyerang seluruh

60
organ tubuh secara langsung. Bahan yang berbeda akan mempengaruhi organ-
organ yang berbeda pula walaupun beberapa bahan dapat menyerang lebih dari
satu organ. Secara umum, bahaya bahan kimia dapat dibagi menjadi tujuh
kelompok yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5
Organ Tubuh dan Sasaran PAK
Organ Fungsi Kerentanan
Tulang Saling mengait untuk Rapuh dan dapat patah oleh benturan (pukulan)
membentuk kerangka. atau kadang oleh kekejangan otot.

Sel darah merah diciptakan di Proses ini diinterferensi oleh bahan kimia
dalam sumsum tulang. beracun seperti benzena dan karbon monoksida
atau radioaktivitas.
Kulit Lapisan pelindung yang Dapat ditembus oleh benda-benda tajam dan
menutupi permukaan terluar menimbulkan luka fisik yang serius.
tubuh. Lemak pelindungnya dapat larut oleh
pelarut (solvent) yang menimbulkan radang
kulit (dermatitis).
Usus Organ pencernaan. Sarana pengubahan asupan makanan
menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh sistem
tubuh dapat rusak oleh asupan bahan yang
korosif dan beracun.
Hati Menguraikan protein dari Rusak oleh racun seperti pelarut organik,
usus, detoksifikasi racun logam-logam tertentu, VCM (vinyl chloride
tubuh, dan mengganti sel-sel monomer), dan alkohol yang berlebihan.
darah merah yang sudah rusak.
Ginjal Memisahkan air dan urea dari Rusak oleh bahan pelarut yang mengandung
cairan tubuh dan halogen dan beberapa logam berat lainnya
membuangnya.
Kandung Kantong penyimpanan sampah Rentan terkena kanker karena
kemih cairan tubuh. 2-naphthylamine.
Paru-paru Mengambil oksigen dari udara Rawan terhadap asam dan debu-debu
dan mengirimkannya ke yang dapat dihirup khususnya dapat
pembuluh darah. menimbulkan:
1. kanker karena asbes, radon, dan nikel.
2. fibrosis karena debu-debu batubara dan
silica.
Otak Pusat Pengendali seluruh tubuh. Rawan terhadap efek-efek dari pelarut yang
mengandung khlorin. Rentan rusak oleh logam-
logam tertentu, karbon disulfida, dan karbon
monoksida.
Mata Organ penglihatan, rapuh dan Rawan terhadap debu, partikel, dan
terekspos. substansi kimia yang korosi.
Telinga Organ pendengaran yang Ketajaman pendengaran dapat rusak permanen
mencakup organ karena terpapar terhadap kebisingan yang
keseimbangan. tinggi dalam jangka panjang.

Hidung Organ penciuman. Sangat sensitif. Saraf penciuman menjadi


kurang peka akibat H2S.
Jantung Memompa pasokan darah dan Otot-ototnya dapat dipengaruhi oleh
oksigen ke otak, otot, dan kejutan listrik sehingga menghasilkan
beberapa organ lainnya. percepatan atau penghentian
(fibrilasi) aksi pemompaan.

61
Masing-masing organ memainkan peran yang unik dalam fungsi tubuh
secara efektif dan harus mendapatkan perlindungan dari bahan yang dapat
merusaknya. Bahan yang berbahaya dan berisiko tidak akan menyerang seluruh
organ tubuh secara langsung. Bahan yang berbeda akan mempengaruhi organ-
organ yang berbeda pula walaupun beberapa bahan dapat menyerang lebih dari
satu organ. Secara umum, bahaya bahan kimia dapat dibagi menjadi tujuh
kelompok yang dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6
Tujuh Kelompok Bahaya Bahan Kimia

Jenis bahaya Organ sasaran Reaksi/gejala


Racun Ginjal, hati, sumsum tulang. Menyerang dan memengaruhi
fungsi organ-organ ini.

Karsinogenik Paru-paru, hati, kandung Kutil, borok, pertumbuhan


kemih. yang
ganas.
Korosif Kulit, paru-paru, ambung. Menghancurkan jaringan.
Dermatitis/Radang kulit Kulit. Peradangan kulit (dermatitis).
Iritan Kulit, mata, paru-paru. Peradangan, dermatitis,
fibrosis paru-paru.
Radioaktif Kulit, organ-organ peka Leukimia, karatak, gangguan
seperti sumsum tulang, mata, kesuburan.
kelenjar kelamin, dan
sebagainya.

Jika suatu bahan yang digunakan dapat memengaruhi lebih dari satu organ maka
perlu dilakukan tindakan pencegahan yang terpisah untuk melindungi setiap organ
yang rentan dari bahan bahaya tersebut. Bahan kimia berbahaya dapat muncul
dalam berbagai wujud berupa zat padat, debu (partikel), gas, asap, cairan, atau uap
(Ridley, 2008).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dicegah dengan melakukan beberapa
tips sebagai berikut.
1) Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.

62
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar lahan
kerja tidak menuai penyakit seperti berikut.
1) Pencegahan Primer – Health Promotion meliputi perilaku kesehatan, faktor
bahaya di tempat kerja, perilaku kerja yang baik, olah raga, dan gizi.
2) Pencegahan Sekunder – Specific Protection meliputi Pengendalian melalui
perundang-undangan, pengendalian administratif/organisasi, pengendalian
teknis, dan pengendalian jalur kesehatan imunisasi.
3) Pencegahan Tersier meliputi pemeriksaan kesehatan pra kerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan secara berkala, surveilans,
pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada kerja, dan pengendalian
segera di tempat kerja.

c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Gambar 2.1 Kotak P3K (www.tokopedia.com)


P3K (First Aid) pada Gambar 1 merupakan pertolongan dan perawatan
sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih
sempurna dari dokter atau paramedik. Oleh karena itu, pertolongan tersebut bukan
sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi berupa pertolongan
sementara yang dilakukan oleh petugas P3K yang pertama melihat korban.
Sekarang, Anda lakukan analisis dalam kotak P3K komponen apa saja yang harus
tersedia.
Tujuan dari P3K adalah menyelamatkan nyawa korban, meringankan
penderitaan korban, mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah,
mempertahankan daya tahan korban, mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.
Pokok-pokok Tindakan P3K sebagai berikut.
• Jangan panik dan bertindak cekatan.
• Perhatikan nafas korban, jika terhenti lakukan nafas buatan.

63
• Hentikan pendarahan. Pendarahan pada pembuluh besar dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu 3-5 menit. Hentikan pendarahan
dengan menekan luka menggunakan kain sekuat-kuatnya dan posisikan
luka pada posisi yang lebih tinggi.
• Perhatikan tanda-tanda shock. Bila shock, terlentangkan dengan posisi
kepala lebih rendah. Bila muntah-muntah dan setengah sadar, letakkan
posisi kepala lebih bawah dengan kepala miring atau telungkupkan. Bila
menderita sesak, letakkan dalam sikap setengah duduk.
• Jangan memindahkan korban terburu-buru, pastikan luka yang dialami
korban. Jangan menambah cidera korban.

Berikut ini adalah beberapa penanganan P3K dalam K3 seperti berikut.


1) Luka Bakar ada 3 tingkatan yakni
• Tingkat I yaitu luka bakar biasa, kulit tidak melepuh. Penanganannya
dengan obat merah/salep.
• Tingkat II yaitu kulit melepuh (ada gelembung). Penanganannya yaitu
dengan mengolesi kulit yang melepuh dengan mercuchrome/dilap dengan
alkohol 94% lalu tutup dengan kain kasa steril.
• Tingkat III yaitu luka bakar dengan tingkat parah/hangus (jaringan kulit
sampai rusak). Penanganannya yaitu menutupi luka dengan perban steril dan
meminta bantuan dokter.
2) Luka Tersayat benda tajam atau benda tumpul ditangani dengan membersihkan
luka dengan kain tipis/perban yang steril, olesi dengan iodium tincture 3,5%
pada daerah sekeliling luka. Jika luka yang dihasilkan adalah luka besar dan
banyak mengeluarkan darah maka dibalut diantara bagian sisi dan tengah luka
agar darah tidak banyak keluar, lalu tutup luka dengan perban steril. Jika sakit
terus berlanjut maka minta pertolongan dokter untuk ditangani lebih lanjut.
Pada kasus patah tulang, jangan pindahkan korban kecuali jika tidak
memungkinkan seperti pada kasus kebakaran atau kebocoran gas.
3) Tersengat Arus Listrik/Shock kesetrum memiliki gejala sebagai berikut:
• Shock karena listrik di bawah 220 volt mengacaukan denyut jantung.
• Shock karena listrik di atas 1000 volt menghentikan pernafasan.

64
• Shock karena listrik 220-1000 volt menimbulkan gejala denyut jantung dan
menghentikan pernafasan.
• Pingsan akibat listrik dapat berlangsung lama.
• Pernafasan mungkin terhenti namun denyut jantung mungkin masih ada.
Pertolongan yang dapat diberikan adalah matikan sumber arus listrik dan tolong
korban dengan cara mengisolasi diri dari tanah. Kemudian, tarik korban dari
pakaiannya. Bila korban tidak pingsan maka diberi minum larutan NaHCO3
(1 sendok teh dalam 1 gelas air). Bila korban pingsan maka lakukan langkah
penyadaran, jika pernafasan terhenti maka diberi nafas buatan. Jangan memberi
minum pada saat korban pingsan. Jika terjadi luka bakar, rawat luka bakar korban.
Korban segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut.

4) Kecelakaan pada Mata. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan meneteskan


setetes minyak jarak pada mata, tutup dengan kapas tebal, lalu balut perlahan-
lahan untuk mencegah cahaya masuk. Berikut ini adalah beberapa sumber
kecelakaan pada mata serta penanganannya yakni:
• zat padat pada mata jika tidak berbahaya, dapat dihilangkan dengan sapu
tangan yang dibasahi air dengan membuka kelopak mata bagian bawah. Bila
kotoran ada di bagian kelopak mata bagian atas, kedip-kedipkan mata dalam
air di atas piring kecil;
• pecahan kaca jika masuk ke dalam mata jangan berusaha untuk
mengeluarkannya karena berbahaya. Penanganannya yaitu tutup mata
dengan kapas tebal, balut perlahan-lahan. Korban segera dibawa ke rumah
sakit untuk ditangani lebih lanjut;
• zat korosif asam keras, penanganannya yaitu diguyur dengan larutan soda
5% atau air biasa selama 15-30 menit secara terus menerus dan harus
mengenai bagian-bagian yang berada di balik kelopak mata.
• zat korosif basa keras, penanganannya yaitu diguyur dengan larutan cuka
encer (1 bagian cuka dapur +1 bagian air) atau air biasa, guyur selama 30-45
menit terus menerus dan harus mengenai bagian-bagian yang berada di balik
kelopak. Selama diguyur gerakan-gerakan bola matanya.

65
5) Keracunan memiliki gejala yaitu pusing, sesak nafas, muntah, sakit perut, diare,
kejangkejang, kram perut, air liur berlebih, nyeri otot, koma, dan pingsan.
Tindakan yang harus dilakukan seperti berikut.
• Jika korban tidak sadar, korban jangan disuruh muntah/minum.
• Jika korban sadar, beri minum 24 gelas air/susu kemudian korban disuruh
muntah dengan cara memasukkan telunjuk jauh ke dalam mulut (kecuali
jika yang termakan bensin, pelumas, asam/basa).
• Korban disuruh muntah hingga muntahnya jernih. Untuk menghindari
kekurangan cairan, korban diberi minum 1 gelas air garam (1 sendok dalam
1 liter air).
• Penawar racun seperti susu, putih telur yang sudah dikocok, penawar racun
universal, proses netralisasi dengan memberikan bahan kimia tertentu,
tergantung dari jenis racun.
Tabel 2.7
Keracunan akibat bahan kimia

Pertolongan
No Jenis Bahan Kimia
1 Arsen, cadmium, kromat, Bila termakan jangan dimuntahkan,
dikromat, klorat, hipoklorit, korban diberi minum penawar racun
eter, hidrokarbon aromatic, universal
aldehid, keton, halusinogenia
(ganja, heroin), insektisida,
salisilat, cat, dan pelarutnya
2 • Bahan Kimia khusus: Tidak dimuntahkan
Korban diberi zat penetral kemudian
minum susu/putih telur.
Zat penetral:
• Asam mineral organik • Asam: gel Al(OH)3
• Basa • Basa: CH3COOH 1%, HNO3 1%, air
jeruk
• Alkaloida (kokain, morfin, • Alkaloida: KMnO4 1%
nikotin) • Alkohol: NaHCO3
• Alkohol

3 Raksa, fosfor, fosfor organik, Bila termakan dimuntahkan dengan diberi


fenol, senyawa hidroksil, minum air garam. Diberi susu/putih telur
timbal, brom, dan sianida

Penanganan bila keracunan melalui pernafasan yaitu:


• penolong menggunakan gas masker untuk menolong korban,
• pindahkan korban ke tempat aman dan berhawa segar,

66
• lakukan pernafasan buatan jika pernafasan terhenti,
• siapkan gas O2,
• korban dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Penanganan bila keracunan melalui kulit yaitu:
• lepaskan pakaian/jauhkan peralatan yang terkena racun,
• bagian kulit yang terkena racun dibilas dengan air yang mengalir selama 15
menit.
Penanganan bila keracunan melalui mata yaitu:
• usahakan mata tetap dibuka,
• dibilas dengan air hangat selama 15 menit,
• bibir mata tidak menghalangi proses pembilasan.

6) Pingsan dengan gejala hilang kesadaran lalu berkeringat pada bagian kepala
dan bibir atas. Bila korban pingsan maka penanganan yang dilakukan sebagai
berikut.
• Baringkan korban pada tempat sejuk dengan posisi datar atau kepala korban
sedikit lebih rendah.
• Telentangkan korban di atas lantai dan biarkan menghirup uap ammonia
encer atau garam-garam yang berbau.
• Stimulasi kulit korban dengan menggosok menggunakan sikat berbulu
keras.
• Lepas atau longgarkan semua pakaian yang menekan leher dan segera
bungkukkan kepala korban diantara kedua kaki sampai muka korban merah.
• Bila korban dapat menelan air, berikan air kopi.
• Bila korban muntah, miringkan kepala korban agar tidak tersedak
• Bila pernafasan pendek/tertahan-tahan, lakukan pernafasan buatan atau
hembuskan oksigen 6% dengan CO2.
• Pernafasan buatan diberikan bila korban tidak ada gerakan bernafas, tidak
ada uap hasil pernafasan, kuku, bibir, dan muka korban mulai membiru.

67
4. Penanganan Kebakaran
Pemadam kebakaran adalah petugas untuk menanggulangi kebakaran.
Berikut ini sebuah contoh mobil pemadam kebakaran ditunjukkan pada Gambar
2.2.

Gambar 2.2 Mobil Pemadam Kebakaran (id.wikipedia.org)

Terdapat 3 cara untuk mengatasi/memadamkan kebakaran seperti berikut:


• Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau
menjauhkan bahan/benda-benda yang mudah terbakar.
• Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan
panas atau suhu. Bahan airlah yang paling dominan digunakan
dalam menurunkan panas dengan cara menyemprotkan atau
menyiramkan air ke titik api.
• Cara isolasi/lokalisasi yaitu cara memadamkan kebakaran dengan
mengurangi kadar/persentase O2 pada benda-benda yang terbakar.

a. Bahan Pemadam Kebakaran


Bahan Pemadam kebakaran yang banyak dijumpai dan dipakai saat ini antara lain:
1) Bahan pemadam air
Bahan pemadam air mudah didapat, harga murah, dapat digunakan dalam jumlah
yang tak terbatas bahkan tidak perlu beli/gratis. Keuntungan menggunakan bahan
air yaitu sebagai media pendingin yang baik dan dapat juga menahan/menolak dan
mengusir masuknya oksigen apabila dikabutkan. Sedangkan kelemahannya yaitu
air dapat mengantarkan listrik, merusak barang berharga seperti alat elektronik
dan juga kurang bagus jika digunakan di kapal karena dapat mengganggu

68
keseimbangannya. Air juga dapat menambah panas apabila terkena karbit
kopramentah, atau bahan-bahan kimia tertentu.

Pada saat ini bahan pemadam kebakaran air banyak digunakan dengan
sistem/bentuk kabut (fog) karena mempunyai beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan pancaran air seperti berikut ini.
▪ Mempunyai kemampuan menyerap panas (pendinginan) lebih besar, 1 liter
air yang dipancarkan dapat menyerap panas 30 kcal, sedangkan bila
dikabutkan 1 liter air dapat menjadi uap sebanyak 1600 lt dan akan
menyerap panas sampai 300 kcal.
▪ Penyemprotan nozzle lebih mudah dikendalikan, dengan mengatur nozzle
pancaran dapat dikendalikan bahkan sistem kabut (fog).
▪ Menghasilkan udara segar.
▪ Dapat digunakan pada kebakaran minyak (zat cair).

2) Bahan pemadam busa (foam)


Bahan pemadam busa efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak,
solar, dan cairnya), untuk memadamkan kebakaran benda padat (Kelas A) kurang
baik. Seperti diketahui bahwa pemadam kebakaran dengan bahan busa adalah
dengan cara isolasi yaitu mencegah masuknya udara dalam proses kebakaran
(api), dengan menutup/menyelimuti permukaan benda yang terbakar sehingga api
tidak mengalir.
Menurut proses pembuatannya terdapat dua jenis busa seperti berikut.
▪ Busa kimia (Chemis).
▪ Busa mekanis. Busa kurang sesuai untuk disemprotkan pada permukaan
cairan yang mudah bercampur dengan air (alkohol,
spirtus) karena busa mudah larut dalam air.

3) Bahan pemadam gas CO2


Bahan pemadam kebakaran CO2 atau karbon dioksida berupa gas dan dapat
digunakan untuk memadamkan segala jenis kebakaran terutama kelas C.
Dengan menghembuskan gas CO2 akan dapat mengusir dan mengurangi

69
persentase oksigen (O2) yang ada di udara sampai 12 % – 15 %-. Gas CO2 ini
lebih berat dari pada udara dan seperti gas-gas lain tidak menghantar listrik,
tidak berbau dan tidak meninggalkan bekas/bersih. Alat pemadam dengan
bahan gas CO2 ditunjukkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Alat Pemadam Kebakaran CO2 (www.google.co.id)

4) Bahan pemadam powder kering (Dry chemical)


Dry chemical dapat digunakan untuk semua jenis kebakaran, tidak berbahaya bagi
manusia/binatang karena tidak beracun. Bahan dry chemical disebut sebagai
bahan pemadam kebakaran yang berfungsi ganda (multi purpose extinguisher).
▪ Tidak menghantar listrik, powder berfungsi mengikat oksigen (isolasi) dan
juga dapat mengikat gas-gas lain yang membahayakan.
▪ Dapat menurunkan suhu, mudah dibersihkan, dan tidak merusak alat-alat.

Cara penggunaannya dry chemical hampir sama dengan gas CO2 sebagai berikut.
▪ Pertama harus diperhatikan adanya/arah angin, jika angin bertiup terlalu
kuat maka penggunaan dry chemical ini tidak efisien.
▪ Arahkan pancaran pemotong nyala api dan usahakan dapat terbentuk
semacam awan/asap untuk menutup nyala api tersebut.

5) Bahan pemadam Gas Halogen (BCF)


Alat Pemadam Api Ringan jenis Halon 1211 (BCF/ Carbon, Flourine, Chlorine,
Bromide) ditunjukkan pada Gambar 2.4. Halon 1211 (BCF) biasanya dipasang di
dinding-dinding kantor dalam bentuk Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
efektif digunakan pada ruangan, karena dalam pemadaman kebakaran bersifat

70
mengisolir oksigen, di samping itu gas halon sangat baik karena tidak bersifat
merusak dan bersih.

Gambar 2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) (bromindo.com)

b. Jenis Penyebab Kebakaran


Ketika kebakaran terjadi kuasailah pada saat api tersebut masih kecil,
semakin besar api semakin sulit memadamkannya. Tindakan yang cepat
diperlukan agar pemadaman api dapat efektif dilakukan. Pengetahuan mengenai
jenis alat pemadam api yang sesuai dengan material yang terbakar sangat
diperlukan.
Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal sebagai berikut.
1) Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat cair atau
gas (kayu, kertas, tekstil, bensin, minyak, acetelin, dan lain-lain).
2) Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti
sinar matahari, listrik (kortsluiting, panas energi mekanik (gesekan), reaksi
kimia, kompresi udara.
3) Terdapat Oksigen (O2) yang cukup kandungannya. Makin besar
kandungan oksigen dalam udara maka nyala api akan semakin besar. Pada
kandungan oksigen kurang dari 12% tidak akan terjadi kebakaran. Dalam
keadaan normal kandungan oksigen di udara 21%, cukup efektif untuk
terjadinya kebakaran.
Bila tiga unsur tersebut cukup tersedia maka kebakaran terjadi. Apabila
salah satu dari 3 unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka

71
tidak mungkin terjadi kebakaran. Tiga unsur tersebut digambarkan the fire
triangle dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Potensi terjadi kebakaran


Jadi, api dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu
a) dengan menurunkan suhunya di bawah suhu kebakaran,
b) menghilangkan zat asam,
c) menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar.

c. Pengelompokan Kebakaran
Pengelompokan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 mengklasifikasikan
kebakaran menjadi 4 yaitu kategori A, B, C, D, sedangkan National Fire
Protection Association (NFPA) menetapkan 5 kategori jenis penyebab kebakaran
yaitu kelas A, B, C, D, dan K. Bahkan beberapa negara menetapkan tambahan
klasifikasi dengan kelas E.
Klasifikasi kebakaran sebagai berikut.
1) Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat
kecuali logam.
Contoh: Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dan sebagainya. Alat/media
pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran kelas ini adalah dengan:
pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa), dan air.
2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah
terbakar.

72
Contoh: kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng. Alat
pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

3) Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti breaker
listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam
yang dipergunakan adalah: Carbondioxyda (CO2), tepung kering (drychemical).
Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

4) Kebakaran Kelas D
Kebakaran kelas D adalah kebakaran pada benda-benda logam padat seperti:
magnesium, alumunium, natrium, kalium, dan sebagainya. Alat pemadam yang
dipergunakan adalah: pasir halus dan kering, dry powder khusus.

5) Kebakaran kelas E
Kebakaran kelas E adalah kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus
pendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering
(dry powder), akan tetapi memiliki risiko kerusakan peralatan elektronik, karena
dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api
berbahan clean agent. Penting untuk mengetahui pengelompokan kebakaran ini
agar kita dapat menentukan alat pemadam api apa yang digunakan. Bila pemadam
api yang kita gunakan salah maka upaya pemadaman api akan mengalami
kegagalan. Contoh: Kebakaran kelas C (listrik) jangan dipadamkan dengan alat
pemadam jenis cair seperti air/busa maka si pemadam itu sendiri akan terkena
aliran listrik, karena air/busa adalah penghantar listrik yang baik.

6) Kebakaran Kelas K
Kebakaran kelas K adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat
konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur. Api
yang timbul di dapur dapat dikategorikan pada api Kelas B.

73
d. Cara Pencegahan Kebakaran.
Berikut ini adalah cara pencegahan kebakaran yaitu
1) Pengendalian bahan yang dapat terbakar
Untuk mengendalikan bahan yang dapat terbakar agar tidak bertemu dengan dua
unsur yang lain dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Bahan bakar
yang memiliki titik nyala rendah dan rendah sekali harus diwaspadai karena
berpotensi besar penyebab kebakaran. Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan
yang memadai seperti penyimpanan dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan
lain, diberi sekat dari bahan tahan api, ruang penyimpanan terbuka atau dengan
ventilasi yang cukup serta dipasang detektor kebocoran. Selain itu, kewaspadaan
diperlukan bagi bahan-bahan yang berada pada suhu tinggi, bahan yang bersifat
mengoksidasi, bahan yang jika bertemu dengan air menghasilkan gas yang mudah
terbakar (karbit), bahan yang relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu
kering, kertas, plastik, cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-
bahan yang mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu.
2) Pengendalian titik nyala
Sumber titik nyala yang paling banyak adalah api terbuka seperti nyala api
kompor, pemanas, lampu minyak, api rokok, api pembakaran sampah, dan
sebagainya. Api terbuka tersebut bila memang diperlukan harus dijauhkan dari
bahan yang mudah terbakar. Sumber penyalaan yang lain seperti benda membara,
bunga api, petir, reaksi eksoterm, timbulnya bara api juga terjadi karena gesekan
benda dalam waktu relatif lama, atau terjadi hubungan singkat rangkaian listrik.
Berikut ini adalah beberapa cara pengendalian titik nyala api antara lain:
a) Jangan menggunakan steker berlebihan.
b) Sambungan kabel harus sempurna.
c) Jangan mengisi minyak pada waktu kompor menyala.
d) Sumbu kompor jangan ada yang kosong.
e) Jangan meninggalkan kompor yang menyala.
f) Hati-hati menaruh lilin dan obat nyamuk.

74
5. Alat Pelindung Diri (APD) dan Keselamatan Bahan (MSDS)
a. Alat Pelindung Diri (APD)
APD merupakan perlengkapan yang dimaksudkan untuk dipakai atau
dipegang oleh seseorang di tempat kerja yang dapat melindunginya dari risiko
terhadap keselamatan dan kesehatannya. Termasuk dalam hal ini, pakaian yang
dikenakan untuk melindungi diri dari cuaca bila diperlukan, helm, sarung tangan,
pelindung mata, sepatu, dan sebagainya. Perlengkapan seperti baju kerja biasa
atau seragam yang tidak secara spesifik mampu melindungi diri dari risiko
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dikategorikan ke dalam APD. Alat
pelindung diri untuk badan ditunjukkan pada Gambar 2.6. Alat pelindung diri
kaki, mata, pernapasan, dan tangan Anda dapat lihat pada Gambar 2.7 berturut-
turut dari (a)-(d). APD sebenarnya ada berbagai jenis bergantung pada resiko
tempat kerja.

Gambar 2.6 Alat pelindung badan( https://www.sakha.co.id/)

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.7 Alat pelindung diri terhadap kaki (a) Mata (b) pernapasan (c) dan
tangan (d). (https://www.sakha.co.id/)

75
Alat pelindung diri yang terdapat pada laboratorium harus sesuai dengan bahan
kimia yang kita gunakan. Untuk lebih lengkapnya melihat bahan APD terdapat
pada keterangan MSDS pada bahan yang digunakan. Keberadaan alat pelindung
diri di tempat kerja harus mendapat perawatan yang baik. Pada Tabel 2.8
ditunjukkan panduan cara pemeliharaan alat pelindung diri.

Tabel 2.8
Panduan Pemeliharaan APD
No. Jenis APD Cara Pembersihan Cara Penyimpanan
Full body Untuk pemakaian rutin, lakukan Disimpan pada tempat yang
hardness pencucian minimal seminggu berventilasi, dan hindari
1 sekali. Pencucian menggunakan sinar matahari langsung
air, tidak boleh disikat dan atau panas diatas 40oC.
terkena sabun asam/basa
Hard Hat Untuk pemakaian rutin, lakukan Disimpan di tempat
pencucian minimal seminggu penyimpanan tertutup
2
sekali. Pencucian bisa dalam keadaan
menggunakan air sabun. tertelungkup.
Respirator Tidak boleh menggunakan solven Disimpan pada lokasi yang
dan minyak, boleh menggunakan kering, bersih dan tidak
sabun, suhu air tidak boleh lebih terkontaminasi, hindarkan
3
dari 49oC. Boleh menggunakan dari debu dan sinar
sodium hipocloride. matahari langsung.
Sediakan plastik klip.
Masker Bersihkan permukaan masker dari Disimpan pada daerah yang
debu dengan cara menyeka kering, bersih dan tidak
dengan tissue atau kain. Boleh terkontaminasi, hindarkan
4 menggunakan semprotan angin dari debu dan sinar
yang lemah pada permukaannya, matahari langsung.
tetapi tidak boleh disemprotkan Pisahkan respirator
langsung. Jangan dicuci dengan air dari filternya.
Safety Diseka dengan kain lembut/tissue, Hindarkan dari benturan
spectacles/ bila permukaan buram dapat dan gesekan dengan benda
5
Kacamata dibasuh dengan air dan bila perlu yang keras.
pelindung ditambahkan sabun lunak.
Safety shoes/ Lakukan pembersihan dengan Simpan di tempat sejuk dan
sepatu menggunakan sikat sepatu atau kering dengan sirkulasi
pelindung lap kain basah/kering. udara yang cukup.
6
Penggunaan detergen bisa Hindarkan tempat
merusak kulit sepatu. yang lembab dan terkena
sinar matahari langsung.
Sarung tangan Sarung tangan kain dapat dicuci Simpan di tempat kering
kain dengan air dan detergen. dan bersih
7
Pengeringan dapat dilakukan pada
suhu kamar maupun sinar matahari
Sarung tangan Sarung tangan karet dapat dicuci Simpan di tempat kering
karet dengan air dan detergen. dan bersih
8 Pengeringan dapat dilakukan
pada suhu kamar maupun sinar
matahari
Safety google/ Pencucian dengan menggunakan Simpan di tempat bersih
9 pelindung air bersih dan detergen. dan kering
mata

76
b. Keselamatan Bahan (MSDS)
Infomasi keselamatan bahan, Anda dapat lihat pada label yang terdapat
pada bahan kimia tersebut. Pada kemasan bahan kimia memberikan informasi
penting mengenai identitas bahan yaitu: simbol, resiko, peringatan bahaya, alamat,
nomor telepon pembuatnya. Pada umumnya MSDS digunakan sebagai acuan atau
protokol kesehatan dan keselamatan kerja yang diaplikasikan secara luas di dalam
laboratorium, perindustrian, jasa pengiriman/logistik serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan, dimana kegiatan sehari-harinya bekerja dengan menggunakan zat
kimia.
Rincian MSDS terdiri dari 16 bagian penting terkait bahan yaitu:
identifikasi bahan kimia, komposisi bahan kimia, potensi bahaya, pertolongan
pertama pada kecelakaan, tindakan penanggulangan kebakaran, tindakan
penanganan kebocoran/tumpahan, penanganan dan penyimpanan, pengendalian
paparan dan alat pelindung diri, sifat fisika dan kimia bahan, stabilitas dan
reaktifitas bahan, informasi toksikologi, Informasi ekologi, pembuangan limbah,
peraturan dan perundang-undangan.
Piktogram kesalamatan bahan menurut kesepakatan yang sudah berlaku
secara global (GHS Globally Harmonized System) terdapat 9 piktogram serperti
disajikan pada Gambar 2.8 Penjelasan arti simbol dan tata cara pemberiannya
terdapat juga pada lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 03
Tahun 2008 Tanggal : 5 Maret 2008

Gambar 2.8 Piktogram Keselamatan Bahan menurut GHS


(https://teklabbio1b.wordpress.com)

77
Adapun pengelolaan bahan kimia yang incompatible sudah diberikan pada KB1
Silahkan Anda telaah kembali. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001 sudah
mengeluarkan regulasi tentang pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Simbol bahan berbahaya dan beracun dari NFPA ditunjukkan pada Gambar 2.9
(National Fire Protection Assosiation) mengacu pada standar bahaya kebakaran
(merah), bahaya kesehatan (biru), bahaya reaktivitas (kuning), dan bahaya yang
spesifik (putih). Adapun nilai yang terdapat pada simbol tersebut menunjukkan
tingkatan bahaya.

Gambar 2.9 Simbol bahan berbahaya dan beracun dari NFPA

6. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya. SMK3 dibutuhkan untuk
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko, agar tercipta
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Salah satu peraturan perundangan
yang mengatur mengenai SMK3 adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
05 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pada Gambar 2.10 adalah logo yang digunakan pada penerapan SMK3.

Gambar 2.10 Logo dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) (komposiana.com)

78
Tujuan dan saran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
Manfaat dari penerapan SMK3 seperti berikut ini.
▪ Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
▪ Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
▪ Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
▪ Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
▪ Menciptakan hubungan yang harmonis bagi pekerja dan perusahaan.
▪ Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik sehingga membuat
umur semakin lama dan tahan lama.
Terdapat lima tahapan dalam penerapan SMK3. Tahap pertama dalam SMK3
yaitu adanya komitmen dan kebijakan mengenai SMK3 baik secara internal di
dalam perusahaan maupun eksternal di luar perusahaan seperti peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai SMK3. Tahap kedua yaitu
perencanaan SMK3 di mana komponen-komponen yang terdapat dalam
perencanaan yaitu hasil dari analisa risiko, persyaratan hukum, rekaman
kecelakaan, hasil audit yang dilakukan sebelumnya, persyaratan internal
perusahaan, dan hasil investigasi yang dilakukan sebelumnya. Tahap ketiga
setelah perencanaan dilakukan yaitu penerapan SMK3 di perusahaan. Tahap
keempat yaitu melakukan pengukuran secara objektif dari kinerja SMK3 yang
telah berjalan melalui indikator K3. Hasil dari pengukuran dan evaluasi SMK3
yang telah berjalan akan dicocokkan dengan perencanaan awal. Tindak lanjut dari
hasil evaluasi akan dilakukan pada tahap kelima yaitu: peninjauan ulang kembali
dan peningkatan oleh manajemen untuk selanjutnya dilaksanakan peningkatan
secara berkelanjutan. Keseluruhan tahapan pada penerapan SMK3 terdapat pada
Gambar 2.11.

79
Gambar 2.11 Lima Prinsip Penerapan SMK3 (kompasiana.com)

Kontrol penerapan Sistem Manajemen K3 dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan.

Penerapan SMK3
a. Langkah-langkah penerapan SMK3
Dalam menerapkan SMK3 ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar
SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3 mempunyai elemen-elemen atau
persyaratan tertentu yang harus dibangun di dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan
secara terus menerus di dalam pelaksanaannya untuk menjamin bahwa sistem
tersebut dapat berperan dan berfungsi dengan baik serta berkontribusi terhadap
kemajuan perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan SMK3 berikut ini
merupakan langkah dan tahapannya.

Tahapan dan langkah tersebut di bagi menjadi 2 bagian besar.


1) Tahap persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber
daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan ini antara lain:
a) komitmen manajemen puncak,

80
b) menentukan ruang lingkup,
c) menetapkan cara penerapan,
d) membentuk kelompok penerapan,
e) menetapkan sumber daya yang diperlukan.

2) Tahap pengembangan dan penerapan


Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.

Langkah 1. Menyatakan Komitmen


Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untumenerapkan sebuah SMK3
dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh manajemen puncak. Persiapan
SMK3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen
tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling
bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan sistem
K3.Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata
tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati
dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan pekerja perusahaan.
Seluruh pekerja dan staf harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam
penerapan SMK3 bukan urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen
puncak sampai pekerja terendah. Karena itu ada baiknya manajemen membuat
cara untuk mengomunikasikan komitmennya ke seluruh jajaran dalam
perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna menyampaikan
komitmen manajemen terhadap penerapan SMK3.

Langkah 2. Menetapkan cara penetapan


Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan dengan
pertimbangan sebagai berikut:

81
• Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengetahuan secara efektif, sehingga
dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan SMK3.
• Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas
dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa
terpengaruh oleh persaingan antar kelompok di dalam organisasi/perusahaan.
• Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam SMK3 namun karena
desakan tugas-tugas lain di perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.
• Sebenarnya perusahaan dapat menerapkan SMK3 tanpa menggunakan jasa
konsultan, jika organisasi yang bersangkutan memiliki personel yang cukup
mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang. Selain itu,
organisasi tentunya sudah memahami dan berpengalaman dalam menerapkan
SMK3 ini dan mempunyai waktu yang cukup.

Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok
tersebut terdiri dari atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Biasanya manajer
unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung
jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan. Dalam proses penerapan ini maka
peranan anggota kelompok kerja adalah menjadi agen perubahan sekaligus
fasilitator dalam unit kerjanya. Merekalah yang pertama-tama menerapkan SMK3
ini di unit-unit kerjanya termasuk mengubah cara dan kebiasaan lama yang tidak
menunjang penerapan sistem ini. Selain itu, mereka juga akan melatih dan
menjelaskan tentang standar ini termasuk manfaat dan konsekuensinya. Menjaga
konsistensi dari penerapan SMK3 baik melalui tinjauan sehari-hari maupun
berkala.

Langkah 4. Menetapkan sumber daya yang diperlukan


Sumber daya di sini mencakup orang/personel , perlengkapan, waktu dan dana.
Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar
tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan

82
adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk
menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan
data. Waktu yang diperlukan tidaklah
sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam penerapan mulai mengikuti rapat,
pelatihan, mempelajari bahan-bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai
menghadapi kegiatan audit assesment. Penerapan SMK3 bukan sekedar kegiatan
yang dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang
lebih satu tahun perusahaan harus iap menghadapi gangguan arus kas karena
waktu yang seharusnya dikonsentrasikan untuk beroperasi banyak terserap ke
proses penerapan SMK3. Keadaan ini sebetulnya dapat dihindari dengan
perencanaan dengan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang diperlukan
adalah untuk membayar konsultan (jika menggunakan jasa konsultan), lembaga
sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan di luar perusahaan.
Di samping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan SMK3 ini
perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki.
Sebagai contoh yaitu apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan
di atas rata-rata, karena sesuai dengan persyaratan SMK3 yang mengharuskan
adanya pengendalian risiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus
menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan tingkat kebisingan tersebut.
Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan, dan alat ini harus
dikalibrasi. Oleh karena itu, besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini
tergantung pada masing-masing perusahaan.

Langkah 5. Kegiatan penyuluhan


Penerapan SMK3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personel perusahaan.
Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh pekerja
dalam perusahaan melalui program penyuluhan. Kegiatan ini bertujuan untuk:
• menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan SMK3 bagi
kinerja perusahaan;
• membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi, manajer, staf dan
seluruh jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan
standar sistem ini.

83
kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan
pernyataan komitmen manajemen, melalui ceramah, surat edaran atau pembagian
buku-buku yang terkait dengan SMK3.
Dalam kegiatan ini, manajemen mengumpulkan seluruh pekerja dalam acara
khusus. Kemudian manajemen menyampaikan sambutan yang isinya berikut ini.
• Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi kelangsungan dan kemajuan
perusahaan.
• Bahwa SMK3 sudah banyak diterapkan di berbagai Negara dan sudah menjadi
kewajiban perusahaan-perusahaan di Indonesia.
• Bahwa manajemen telah memutuskan serta mengharapkan keikutsertaan dan
komitmen setiap orang dalam perusahaan sesuai tugas dan jabatan masing-
masing.
• Bahwa manajemen akan segera membentuk tim kerja yang dipilih dari setiap
bidang di dalam perusahaan.
• Perlu juga dijelaskan oleh manajemen puncak tentang batas waktu kapan
sertifikasi SMK3 harus diraih, misalnya pada waktu ulang tahun perusahaan
yang akan datang. Tentu saja pernyataan seperti ini harus memperhitungkan
konsekuensi bahwa sertifikasi diharapkan dapat diperoleh dalam batas waktu
tersebut. Hal ini penting karena menyangkut kredibilitas manajemen dan waktu
kelompok kerja.

Langkah 6. Peninjauan sistem


Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan
meninjau pelaksanaan. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan
secara konsisten prosedur atau instruksi kerja dari OHSAS 18001 atau
Permenaker 05/MEN/1996. Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah
menerapkan sebagian atau seluruh persyaratan dalam standar SMK3. Perusahaan
belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan standar SMK3 yang
dipilih.

84
Langkah 7. Penyusunan jadwal kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun suatu
jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut.
• Ruang lingkup pekerjaan
Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukkan berapa banyak yang harus
disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa, disempurnakan,
disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan,
semakin lama waktu penerapan yang diperlukan.
• Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan Kemampuan di
sini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti diketahui bahwa
tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para anggota kelompok
kerja dan manajemen representatif. Mereka masih mempunyai tugas dan
tanggung jawab lain di luar penerapan standar SMK3 yang kadang-kadang
juga sama pentingnya dengan penerapan standar ini. Hal ini menyangkut
kelangsungan usaha perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan,
memenuhi jadwal dan target produksi.
• Keberadaan proyek
Khusus bagi perusahaan yang kegiatannya berdasarkan proyek (misalnya
kontraktor dan pengembangan), maka ketika menyusun jadwal kedatangan
asesor badan sertifikasi, pastikan bahwa pada saat asesor datang proyek
sedang dikerjakan.

Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan SMK3
antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan air,
penulisan manual SMK3, prosedur dan instruksi kerja.

Langkah 9. Penerapan Sistem


Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja
kembali ke masing-masing bagian untuk menerapkan sistem yang ditulis. Adapun
cara penerapannya sebagai berikut.

85
• Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan
mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk
mendapatkan masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis
operasional.
• Anggota kelompok kerja bersama dengan staf unit kerjanya mulai mencoba
menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan yang dijumpai harus
dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan sistem.
• Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti
pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan
sistem ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai
untuk menilai efektif tidaknya sistem yang telah dikembangkan. Tiga bulan ini
sudah termasuk waktu yang digunakan untuk menyempurnakan sistem dan
memodifikasi dokumen.
• Dalam praktik pelaksanaannya, maka kelompok kerja tidak harus menunggu
seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup salah
satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai. Sementara proses
penerapan sistem berlangsung, kelompok kerja dapat tetap melakukan
pertemuan berkala untuk memantau kelancaran proses penerapan sistem ini.
Apabila langkah-langkah terdahulu dapat dijalankan dengan baik maka proses
sistem ini relatif lebih mudah dilaksanakan. Penerapan sistem ini harus
dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit internal. Waktu
tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti secara memadai
dan untuk melaksanakan penyempurnaan sistem serta modifikasi dokumen.

Langkah 10. Proses Sertifikasi


Ada sejumlah lembaga sertifikasi sistem Manajemen K3. Misalnya Sucofindo
melakukan sertifikasi terhadap Permenaker No. 05/MEN/1996. Namun untuk
OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun
yang diinginkan. Untuk organisasi disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi
OHSAS 18001 yang paling tepat.

86
b. Kebijakan SMK3
Langkah awal untuk mengimplementasikan SMK3 adalah dengan
menunjukkan komitmen serta kebijakan K3 yaitu suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi
dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan/atau operasional.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil
tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua
tenaga kerja dan pemasok pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu
ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.

Pengusaha/pengurus tempat kerja harus menetapkan kebijakan K3 serta


menunjukkan komitmennya terhadap K3 dengan cara berikut ini.
1) Mewujudkan organisasi K3.
2) Menyediakan anggaran.
3) Menyediakan tenaga kerja di bidang K3.
4) Melakukan koordinasi terhadap perencanaan K3.
5) Melakukan penilaian kerja.
6) Melakukan tindak lanjut pelaksanaan K3.

SMK3 harus diterapkan secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan


mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
• Penerapan Kebijakan K3 harus dapat mengintegrasikan SMK3 dalam sistem
manajemen perusahaan yang sudah ada.
• Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjelaskan kepada pekerja, pemasok,
pelanggan bahwa K3 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
operasi.
• Komitmen tertulis, ditandatangani oleh pengurus tertinggi dari tempat kerja,
memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis, kerangka kerja dan program

87
kerja, dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil pekerja,
disebarluaskan kepada seluruh pekerja.

Berikut ini contoh Kebijakan K3 secara sederhana.


Kami berkomitmen untuk:
• Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja dan orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja.
• Menjamin Pengendalian Dampak Lingkungan dari operasional Perusahaan.
• Berlaku berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta
lingkungan.
• Melakukan perbaikan berkelanjutan demi terciptanya K3 yang baik di tempat
kerja dan Lingkungan yang Sehat di wilayah perusahaan.

Untuk mewujudkan komitmen kami, maka kami akan:


• Mengidentifikasi dan mengendalikan semua potensi bahaya serta aspek-aspek
dampak lingkungan yang terkandung pada seluruh aktivitas operasional
perusahaan.
• Membentuk struktur/susunan/organisasi/unit khusus untuk melaksanakan
penerapan K3 perusahaan secara sistematis, efektif dan berkelanjutan.
• Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.
• Memberikan pelatihan dan pembinaan K3 kepada Tenaga Kerja untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tenaga kerja terhadap K3.
• Berperan aktif untuk memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan
lain yang berkaitan dengan K3.

c. Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Pengelolaan sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam
proses pendidikan secara umum. Oleh karena itu, fungsi-fungsi dalam pengelolaan
sumber daya manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang
menyangkut tujuan individu, perusahaan, organisasi, ataupun kelembagaan dapat
tercapai. Edwin B. Flippo menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya manusia
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian

88
dari pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan atau
sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat.

Bagi suatu organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan


urusan organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, seluruh komponen
atau unsur yang ada di dalamnya, yaitu para pengelola dengan berbagai
aktivitasnya harus memfokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan
staf, penetapan program latihan jabatan dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengantisipasi perkembangan jangka pendek dan jangka panjang dari
organisasi tersebut, khususnya yang menyangkut kesiapan sumber daya
manusianya. Di samping itu, pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu
organisasi tidak dapat terlepas dari lingkungan internal maupun eksternal, yang
pada suatu saat akan dapat memengaruhi keberadaan organisasi tersebut.

d. Pengelolaan Komunikasi
Tujuan Komunikasi adalah:
1) Mengantisipasi ketidaktahuan, kesalahpahaman, dan permasalahan di
dalam organisasi/perusahaan.
2) Bentuk partisipasi perusahaan dalam menerapkan SMK3.
3) Semua personel yang ada dalam perusahaan mendukung implementasi K3.
Tujuan Pengelolaan Komunikasi adalah agar semua personel perusahaan
memahami dan mendukung SMK3.
Beberapa hal yang dipetimbangkan dalam Pengelolaan Komunikasi, yaitu:
1) Kebijakan dan sasaran K3,
2) Dokumentasi SMK3 yang relevan.
3) Prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
4) Uraian jabatan.
5) Hasil tinjauan pekerja terkait K3.
6) Program Pelatihan.

89
Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting
dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja dan
semua pihak yang terkait dapat dipergunakan untuk memotivasi dan mendorong
penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan harus
mempunyai prosedur yang menjamin bahwa informasi keselamatan dan kesehatan
kerja terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan.

e. Pengelolaan Operasi dan Evaluasi SMK3


Dalam pengelolaan operasi manajemen K3 terdapat beberapa persyaratan yang
dapat dijadikan suatu rujukan yaitu:
1) OHSAS 18001
Dalam persyaratan OHSAS 18001, disebutkan bahwa untuk pengelolaan
operasi/pengendalian operasi manajemen K3, beberapa hal yang harus dipenuhi
seperti berikut:
a) Identifikasi keseluruhan operasi dan aktivitas yang terkait dengan penilaian
risiko.
b) Aktivitas tersebut harus dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan, dengan
• menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengakomodasi perbedaan/deviasi sasaran K3,
• ketentuan kriteria operasi dalam prosedur,
• menetapkan dan memelihara prosedur terkait untuk risiko-risiko K3 yang
telah teridentifikasi. Menetapkan dan memelihara prosedur untuk desain
tempat kerja, proses instalasi, mesin-mesin, prosedur operasi dan organisasi
kerja.

2) Permenaker 05/MEN/1996
Beberapa yang harus diperhatikan untuk pengelolaan operasi yang disyaratkan
dalamPermenaker 05/MEN/1996 seperti berikut.
a) Perancangan dan rekayasa
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) dalam
proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan.

90
b) Tinjauan ulang kontrak
Pengadaan barang dan jasa yang melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk
menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang
telah ditentukan.
c) Pembelian
Sistem pembelian barang dan jasa beserta prosedur pemeliharaannya harus
terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

Sebagai bagian akhir dari kegiatan belajar 2 yang mengacu pada CPMK
menguasai teori aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja ,dalam pembelajaran
Teknik Kimia dan indikator esensial KB 2 ini terutama CP 2, 3, dan 4. Kali ini
Anda diberikan suatu kejadian yang perlu dilakukan analisis.
Ketika seorang analis sedang melakukan preparasi sampel yang
menggunakan pembakar Bunsen untuk memanaskan larutan sampel yang
bertujuan mengurangi kandungan pelarut. Pada saat akan menyalakan pembakar
Bunsen, dia lupa melakukan pengecekan terhadap saluran udara dan gas.
Akibatnya ketika korek api dinyalakan, api pembakar Bunsen yang dihasilkan
menjadi besar, untungnya tidak terjadi kebakaran. Apakah tindakan Anda untuk
mencegah kejadian tersebut. Jelaskan Alat Pelindung Diri apa yang perlu Anda
gunakan agar terhindar dari kecelakaan tersebut. Jika di sekitar pembakar Bunsen
itu terdapat bahan yang mudah terbakar dan terjadi kebakaran, tindakan
penanganan kebakaran seperti apakah yang perlu Anda lakukan.
Pencapain indikator esensial kedua (prinsip pencegahan kebakaran) akan
diperoleh manakala Anda tahu resiko bahaya yang terdapat pada pembakar
Bunsen, yaitu mengetahui bagian-bagian alat yang terdapat pada pembakar
Bunsen, memahami SOP menggunakan pembakar Bunsen. Pencapaian indikator
esensial yang ketiga (Penanganan dan tindakan pertolongan kecelakaan kerja),
Anda memahami perbandingan besarnya saluran gas dan udara ketika akan
menyalakan dan cara mematikan Bunsen segera yaitu Anda tutup kran gas lalu
kran udara. Pencapaian indikator esensial keempat Anda dapat memahami APD
apa yang perlu Anda gunakan. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam

91
menggunakan pembakar Bunsen, gunakan pelindung mata (google, bukan kaca
mata yang biasa Anda gunakan), dan gunakan jas lab dengan bahan cotton 100%.

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN


TPACK
Setelah Anda memahami seluruh materi K3 yang diberikan, dan Anda sebagai
calon guru/guru Teknik Kimia yang professional abad 21 dituntut mampu
merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan
Teknik Kimia, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Untuk itu marilah kita coba untuk membelajarkan bagaimana menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) dalam kegiatan analisis laboratorium.
Berikut ini adalah contoh pembelajaran dengan strategi Problem-based learning
yang menerapkan TPACK. Problem Based Learning (PBL) adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995).
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik dapat menjelaskan penggunaan APD pada kegiatan laboratorium
pengujian.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran PBL
1. Orientasi peserta didik terhadap masalah
Guru membawa siswa pada suatu permasalahan melalui media video,
animasi ataupun gambar kejadian seorang analis sedang bekerja di
laboratorium mendapatkan kecelakaan kerja pada bagian matanya. Analis
sedang menyiapkan larutan asam suflat 2M melalui teknik pengenceran
larutan asam pekatnya. Akibatnya kecelakaan tersebut analis mendapatkan
mata cacat yang permanen dan memerlukan pemulihan dengan waktu yang
lama sekali.
2. Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

92
kecelakaan di laboratorium, misalnya membantu peserta didik membentuk
kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang ditemukan
pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas
masalah yang ditemukan tersebut. misalnya ada kelompok siswa yang
pemahamannya sampai pada pernyataan hipotesisnya “pengidentifikasian
potensi bahaya dari suatu kegiatan kerja merupakan inti seluruh kegiatan
pencegahan kecelakaan”
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya, berkaiatan dengan MSDS bahan asam
sulfat, instruksi kerja/SOP, APD, dan akibat kecelakaan, melaksanakan
eksperimen bagaimana kelamatan kerja ketika melakukan pengenceran
asam sulfat, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam menganalisis data yang
telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah
yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya.
Peserta didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah.
Karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran
dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru
dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan
masalah yang dipresentasikan setiap kelompok.

Setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan,


Dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang
kompetensi dasar yaitu dapat menjelaskan penggunaan APD dalam
kegiatan laboratorium.

93
E. FORUM DISKUSI
Berdasarkan uraian materi K3, Coba Anda diskusikan langkah preventif agar tidak
terjadi kebakaran di laboratorium pengujian, serta jelaskan juga penanganannya
seandainya terjadi kebakaran. Contoh Materi yang dipelajari adalah penanganan
kebakaran pada bagian 4 dalam KB2. Rancanglah pula bagaimana cara
membelajarkannya sesuaikan strategi pembelajarannya dan aplikasikan
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Langkah awal guru menampilkan kasus-kasus kebakaran yang terjadi di
laboratorium atau ditempat lainnya. Selanjutnya guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah kebakaran di laboratorium, misalnya membantu peserta didik
membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang
ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis
atas masalah yang ditemukan tersebut. Lakukanlah 3 langkah PBL berikutnya.

F. RANGKUMAN
Sistem pengelolaan laboratorium pengujian (SML) harus mengaplikasikan konsep
SMK3, agar diperoleh penjaminan pada aspek kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium. K3 bertujuan melindungi sumber daya laboratorium termasuk
manusia, peralatan, dan lingkungan kerja serta mencegah kerugian yang lebih
banyak. Penerapan K3 semestinya dipahami oleh seluruh personil yang terlibat di
laboratorium pengujian. Pemahaman terhadap MSDS dan penggunaan alat
pelindung diri dapat meminilisir terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.
Penerapan SMK3 dapat menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.

94
H. DAFTAR PUSTAKA
Blum, H.L. (1981) Planning for Health. Generics for the Eighties. Human Sciences
Press, New York.
Duch,J.B.1995. Problem: A Key Factor in PBL.[On Line] Tersedia:
http://www.uded.edu/pbl/cte/spr96phys.html [08 Juni 2018]
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 03 Tahun 2008 Tanggal :
5 Maret 2008
Imamkhasani,S..2007. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Laboratorium Kimia.
Binalab Bandung
Imamkhasani,S.1999. Lembar Data Keselamatan Bahan, Vol II. Pusat Penelitian
Kimia LIPI Indonesia
Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory,
p. 215-217, Van Nostrand Reinhold.
Suma'mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT Toko Agung
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996

99
KEGIATAN BELAJAR 3

STATISTIKA, TEKNIK SAMPLING, DAN


VALIDASI METODE

PENULIS
SOJA SITI FATIMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019

103
A. PENDAHULUAN
Selamat datang pada materi Kegiatan Belajar 3. Masih ingatkah Anda pada
persyaratan teknis untuk laboratorium pengujian mengacu ISO/IEC 17025 pada
kausul 5.4 tentang metode pengujian, metode kalibrasi, dan validasi metode serta
klausul 5.7 tentang pengambilan sampel? Berdasarkan klausul tersebut, maka
pada Kegiatan Belajar 3 ini akan diuraikan materi awal berkaitan konsep statistika
untuk menganalis data hasil pengukuran/pengujian kimia secara kuantitatif yang
seringkali berupa angka-angka. Penjaminan terhadap data tersebut memerlukan
berbagai pengujian secara statistik. Hal ini disebabkan adanya pengulangan dalam
pengukuran yang dapat menyertakan kesalahan acak. Oleh karena itu kesalahan
acak harus dapat terdefinisikan melalui pengujian statistik.
Pada bagian kedua, Anda akan mendapatkan penjelasan berkaitan dengan
teknik sampling yang dapat menentukan hasil analisis data yang diperoleh.
Laboratorium harus mempunyai rencana pengambilan sampel dan prosedur untuk
pengambilan sampel bila melaksanakan pengambilan sampel substansi, bahan,
atau produk yang kemudian diuji atau dikalibrasi.
Pada bagian terakhir, Anda dapat mempelajari bagaimana melakukan
validasi metode analisis yang digunakan. Selain validasi metode, Anda dapat juga
melakukan verifikasi metode. Validasi merupakan konfirmasi melalui pengujian
dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu
maksud khusus terpenuhi. Demikianlah gambaran materi Kegiatan Belajar 3 yang
akan dijelaskan.
Relevansi Kegiatan Belajar 3 dengan Kegiatan Belajar 1 pada modul 6
sangat erat sekali, karena Kegiatan Belajar 3 merupakan penjelasan dari
persyaratan teknis pada pengelolaan laboratorium pengujian mengacu ISO 17025.
Kali ini, Anda dibekali dengan tambahan pengetahuan, keterampilan yang harus
diaplikasikan berkaitan dengan statistika pengujian data hasil analisis, teknik
sampling, dan bagaimana melakukan validasi dari metode analisis yang Anda
gunakan untuk mendapatkan penjamian mutu analisis.
Untuk mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 3 ini, Anda disarankan
mengikuti petunjuk belajar berikut:

104
1. Bacalah setiap uraian materi yang terdapat pada setiap bagian dengan seksama.
2. Pahami apa yang menjadi informasi penting untuk setiap materi dengan
membuat “Catatan Penting Modul Kegiatan Belajar 3”.
3. Perhatikan materi animasi, video pembelajaran yang diberikan untuk lebih
komunikatif lagi dalam pembelajaran daring.
4. Buatlah Forum Group Discussion (FGD) pada Kegiatan Belajar 3 untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
5. Kerjakan Tes Formatif yang diberikan untuk mengukur kemampuan Anda.
Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Tingkat penguasaan =

Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 4. Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.

105
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK) pada Kegiatan Belajar 3 yaitu:
menguasai teori aplikasi statistika, teknik sampling, dan validasi metode untuk
penjaminan mutu hasil analisis dalam pembelajaran Teknik Kimia di SMK.
Adapun sub CPMK pada Kegiatan Belajar 3 yaitu:
1. dapat melakukan uji hipotesis (ANOVA) terhadap pengaruh faktor yang
dikendalikan.
2. dapat melakukan teknik sampling yang benar sesuai prosedur yang
dipersyaratkan untuk menghasilkan sampel yang representatif
3. dapat mengevaluasi hasil validasi metode uji yang baru dikembangkan sebagai
penjaminan mutu analisis.
Beberapa kajian materi pada Kegiatan Belajar 3 meliputi: statistika untuk
pengujian, teknik sampling, dan validasi metode analisis. Marilah Kita awali
dengan uraian materi pertama.

106
C. URAIAN MATERI
1. Statistika
Materi statistika secara tidak langsung berkaitan dengan indikator esensial yang
pertama yaitu dapat melakukan uji hipotesis ANOVA terhadap pengaruh faktor
yang dikendalikan. oleh karena itu akan terdapat contoh-contoh soal tidak terkait
langsung dengan indikator esensial, akan tetapi dapat mejadi dasar pengolahan
statistik berikutnya.
Analisis statistik biasanya digunakan untuk mengadakan prediksi terhadap
suatu data dari harga sesungguhnya. Dalam mengolah data analisis sering
digunakan teknik duplo (x1 dan x2) untuk mengeliminasi data pada jumlah data
yang sangat terbatas. Teknik duplo bertujuan untuk menghasilkan pasangan data
yang tidak berbeda secara signifikan ditinjau dari nilai standar deviasinya.
Kekurangan teknik duplo adalah belum tentu data yang tidak dieliminasi mewakili
keadaan sebenarnya. Teknik eliminasi yang baik apabila datanya banyak sehingga
dapat diperlakukan sebagai kurva normal. Bagi kumpulan data sejenis dapat
dilakukan teknik-teknik estimasi pemusatan data. Untuk mengestimasi pemusatan
data dapat dilakukan dengan mengetahui harga rerata, median dan modus.
Pengujian data dari replikasi pengukuran dapat ditentukan dengan
mengkaji bagaimanakah sebaran data terhadap nilai sebenarnya melalui penentuan
nilai stadar deviasi ataupun varian. Pengujian sekumpulan data selanjutnya dapat
melalui uji pencil (uji Q).

a. Evaluasi data statistik dari keberulangan pengukuran


1) Rerata ( ) atau Mean
Rerata menggambarkan harga tengah dari sekumpulan data yang dapat
dihitung menggunakan statistika sederhana baik untuk data yang tidak
melibatkan frekuensi, melibatkan frekuensi maupun yang melibatkan
pembobotan.
- Untuk data yang tidak melibatkan frekuensi, reratanya dapat ditentukan
dengan rumus berikut :
…………… (3.1)

107
- Untuk data yang melibatkan frekuensi reratanya dapat ditentukan dengan
rumus berikut:

……………… (3.2)

- Untuk data yang melibatkan pembobotan, reratanya dapat ditentukan


dengan rumus berikut:

……………… (3.3)
2) Modus
Modus menggambarkan frekuensi atau angka yang paling sering muncul
dalam suatu kejadian. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
mengetahui nilai . Modus mendekati harga sesungguhnya (µ). Teknik
tersebut adalah teknik residual, simpangan rata-rata, dan variansi (s2).
Teknik variansi banyak digunakan untuk mengetahuai sebaran data pada
kurva normal. Kadang-kadang juga digunakan nilai akarnya yang disebut
dengan simpangan baku (s). Pada pengamatan analisis dengan jumlah
sampel besar (N>25) sangat dimungkinkan diperoleh sekumpulan data yang
berdistribusi normal.
z = 1 sampai dengan z = -1 adalah 68%
z = 2 sampai dengan z = -2 adalah 95%
z = 3 sampai dengan z = -3 adalah 99%
keselurahan luas daerah yang dibatasi oleh kurva normal sama dengan 1
atau 100% sedangkan luas daerah di bawah kurva yang dibatasi oleh
kordinat x = a dan x = b, di mana a>b ditunjukkan oleh kemungkinan bahwa
terletak di antara a dan b yang dinyatakan dengan fungsi probalitas P(a<
<b).
3) Simpangan Baku (s)
Ketika Anda melakukan pengukuran dari suatu sampel yang sama,
pengukuran yang baik semestinya dilakukan dengan pengulangan. Bila

108
pengukuran sampel dilakukan berulang kali, sering kali hasilnya bervariasi.
Parameter simpangan baku (s) dapat digunakan sebagai acuan dari ukuran
variabilitas hasil analisis. Simpangan baku dapat dinyatakan oleh
persamaan:

……………. (3.4)

Keterangan: JK adalah jumlah kuadrat dari pengukuran individu dikurangi


reratanya
n adalah jumlah pengukuran

Nilai standar deviasi sering digunakan untuk menentukan presisi dari


metode yaitu keterdekatan hasil pengukuran satu dengan pengukuran yang
lainnya. Perhitungan yang digunakan adalah dengan menghitung nilai RSD-
nya (Residual Standard Deviation)

………………... (3.5)

4) Batas Kepercayaan (Confidence Limit, CL)


Nilai yang sesungguhnya dari rata-rata populasi (σ) tidak pernah diketahui
secara jelas karena merupakan pekerjaan yang memerlukan bahan dan
jumlah pengukuran yang besar. Teori statistik membantu kita menentukan
batas sekitar rata-rata ( ) yang ditentukan secara eksperimen dan rata-rata
sesungguhnya (σ) terletak dalam batas yang diperoleh dengan menggunakan
derajat kebebasan (db). Batas tersebut dikenal dengan batas konfidensi dan
intervalnya disebut dengan interval konfidensi.
Oleh karena itu, batas konfidensi didefinisikan sebagai sebuah interval
sekitar rata-rata ( ) yang mengandung rata-rata sesungguhnya (σ). Sebagai
contoh dapat dilihat kurva 95% daerah di bawah kurva Gausian terletak
antara p –1,196 dan p +1,96 . Dalam praktik sulit menentukan p dari

109
populasi oleh karena itu digunakan kisarannya dari rata-rata sehingga batas
konfidensi (confidence limits/CL) dirumuskan seperti pada persamaan 3.6
………………… (3.6)
nilai z besarnya tergantung pada tingkatan konfidensi dan σ: standar deviasi
dari populasi. Tingkat konfidensi atau tingkat kepercayaan adalah suatu
besaran yang menggambarkan tingkat kepercayaan seseorang analis
terhadap data yang dihasilkan. Misalnya hasil pengukuran dengan
pengukuran dengan tingkat konfidensi 95%, artinya 95% data kita terima
dan 5% data ditolak seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kurva Gausian pada berbagai tingkat konfidensi (Miller, 2005)

Dengan menetapkan tingkat konfidensi pada 95%, hal ini dimaksudkan


karena tidak mungkin menerima data 100%. Tingkat konfidensi yang
dipakai jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Kalau Anda gunakan tingkat
konfidensi yang terlalu besar resikonya adalah Anda menerima data yang
seharusnya kita tolak. Sebaliknya bisa digunakan tingkat konfidensi yang

110
terlalu kecil, resikonya Anda akan menolak data yang seharusnya kita
terima. Tingkat konfidensi yang ditetapkan dalam pengujian statistik dari
data hasil analisis kimia biasanya ditetapkan pada tingkat 95%. Hal ini dapat
berbeda untuk bidang farmasi yang menetapkan tingkat konfidensinya 99%
pada pengujian data statistiknya karena sangat terkait dengan urgensi pada
bidang obat-obatan. Berikut ini adalah nilai t dan nilai z dari beberapa
tingkat konfidensi ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1
Nilai t untuk beberapa tingkat konfidensi (sumber: Miller & Miller, 2005)
Derajat Tingkat Konfidensi
Kebebasan 80% 90% 95% 99% 99,9%
(db)
1 3,08 6,31 12,70 63,70 637,0
2 1,89 2,92 4,30 9,92 31,6
3 1,64 2,35 3,18 5,84 12,9
4 1,53 2,13 2,78 4,60 8,60
5 1,48 2,02 2,57 4,03 6,86
6 1,44 1,94 2,45 3,71 5,96
7 1,42 1,90 2,36 3,71 5,96
8 1,40 1,86 2,31 3,36 5,04
9 1,38 1,83 2,26 3,25 4,78
10 1,37 1,81 2,23 3,17 4,59
11 1,36 1,80 2,20 3,11 4,44
12 1,36 1,78 2,18 3,06 4,32
13 1,35 1,77 2,16 3,01 4,22
14 1,34 1,76 2,14 2,98 4,14
∞ 1,29 1,64 1,96 2,58 3,29

Tabel 3.2
Nilai z pada beberapa tingkat konfidensi ( Miller, 2005)

Tingkat konfidensi(%) Z Tingkat konfidensi(%) z


50,0 0,67 96,0 2,00
66,0 1,00 99,0 2,58
80,0 1,29 99,7 3,00
90,0 1,64 99,9 3,29
95,0 1,96

Untuk suatu sampel yang besar (n>25) setelah diketahui bahwa data
terdistribusi mengikuti suatu kurva distribusi normal maka pengujian batas

111
kepercayaan dari data sebenarnya dilakukan melalui melalui persamaan
berikut ini

zs ………….. (3.7)
sedangkan untuk sampel kecil batas kepercayaan dari nilai rerata dapat
dilakukan melalui pengujian berikut:

t(n-1) s …………. (3.8)

Contoh Soal 3.1


Kandungan natrium karbonat dalam sampel soda abu dianalisis di
laboratorium kimia analitik menggunakan metode titrasi. Analisis dilakukan
sebanyak tiga kali dan diperoleh data persentase Na2CO3 (%) sebagai
berikut: 93,50; 93,58; dan 93,43. Pada tingkat konfidensi 95% tentukan
batas kepercayaan dari hasil analisis tersebut. (Harvey, 2000)

Penyelesaian
Dengan menggunakan persamaan 3.1 dan 3.4 diperoleh nilai rerata dan
standar deviasi masing-masing adalah 93,50% dan 0,075%. Pada tingkat
konfidensi 95% untuk t dengan n= 3 adalah 4,303.
Maka batas kepercayaan (CL: confidence limit) dari hasil data tersebut dapat
dihitung sebagai berikut:

CL = x̅

= 93,50 ± 4,303 (0,075)/


= 93,50 ± 0,19%
Dari data ini dapat diketahui nilai sebenarnya dari pengukuran berada pada
93,31%-93,69%. Apabila didapatkan perolehan hasil di luar nilai batas
tersebut, maka dapat dipastikan telah terjadi kesalahan determinan
(kesalahan sistematik).

112
5) Uji Pencil (Q) atau Penolakan Data
Dari sekumpulan data yang kita kumpulkan yang berasal dari pengulangan
pengukuran, kadang-kadang ada salah satu data yang secara tajam berbeda
dari rata-rata. Dalam hal ini kita harus mengambil keputusan apakah data
tersebut kita terima ataukah kita tolak. Uji Q merupakan pengujian yang
sederhana dan secara luas digunakan dalam uji statistik. Dalam tes ini untuk
memperoleh kuantitas Q hitung yang diperoleh dengan cara menghitung
nilai absolut dari perbedaan antara data yang diragukan (dicurigai). Xq dan
nilai yang dekat dengannya, Xn dibagi dengan penyebarannya (W) dari
seluruh kelompok data, yang mana dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q= |Xq-Xn| /X terbesar-X terkecil) ………… (3.9)

Penyebaran (W) dapat dirumuskan sebagai selisih nilai terbesar dan nilai
terkecil dari kumpulan data yang diperoleh. Nilai Q hitung yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan nilai Q tabel yang diperoleh pada Tabel 3.3.
Kriteria pengujian: Jika Q hitung > Q tabel maka yang dicurigai ditolak
Q hitung < Q tabel maka yang dicurigai diterima
dengan menggunakan db = n (jumlah seluruh pengamatan).

Tabel 3.3
Nilai Kriteria untuk Q

Jumlah Tingkat konfidensi


pengamatan 90% 95% 99%
3 0,94 0,96 0,99
4 0,76 0,85 0,93
5 0,64 0,73 0,82
6 0,56 0,64 0,74
7 0,51 0,59 0,68
8 0,47 0,54 0,63
9 0,44 0,51 0,60
10 0,41 0,48 0,57

Pemilihan kriteria untuk menolak data yang dicurigai mempunyai resiko.


Nilai Q tabel dapat dilihat Tabel 3.3. Suatu kenyataan yang patut

113
disayangkan bahwa tidak ada peraturan umum untuk menyelesaikan
pernyataan dari penerima atau penolakan.
Untuk memudahkan pemahaman Anda, maka diberikan sebuah contoh soal
kasus dari data hasil pengukuran.

Contoh soal 3.2


Analisis dari sampel ferit diperoleh persentase (% massa) Fe2O3 sebagai
berikut: 55,95; 56,00; 56,04; 56,08; dan 56,23. Dari nilai-nilai tersebut
apakah nilai 56,23 yang menyimpang, akankah nilai diterima atau ditolak?

Penyelesaian
Ada nilai yang dicurigai yaitu 56,23

Untuk lima pengukuran Q tabel pada tingkat konfidensi 90% adalah 0,64
jadi 0,54 < 0,64 maka data yang dicurigai yaitu 56,23 tetap dipertahankan
(tidak dibuang).

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas kerjakanlah
latihan berikut!
Dengan menggunakan Tabel 3.4 berikut yang merupakan hasil pengukuran
dari dua orang analis secara volumetri, seperti terlihat dibawah ini:

Tabel 3.4
Data hasil analisis volumetri dua orang analis

Analis Volume Larutan (mL)


1 2 3 4 5 6
A 15,00 15,20 15,20 15,25 15,20 16,20
B 22,59 21,55 22,50 22,60 22,58 22,90

114
Hitunglah: rerata, standar deviasi,atas kepercayaan, lakukan uji Q untuk data
yang dicurigai, nyatakan presisi dari analis A dan B
Setelah melakukan pengujian statistik dari pengukuran berulang maka
selanjutnya Anda akan dilakukan pengujian terhadap keberartian dua
kumpulan data atau lebih dikenal dengan (Significance Tests). Pengujian
keberartian dapat dilakukan melalui uji rerata dari dua metode atau uji dari
simpangan baku dari dua buah metode yang dibandingkan.

b. Uji keberartian (significance tests)


Dalam mengembangkan metode analisis, seringkali Anda membandingkan
hasil pengukuran dari dua buah metode, baik antara metode yang standar dan
metode yang dikembangkan atau mengubah salah satu variabel dari metode
standar. Adapun sampel yang diukur berasal dari satu sampel dengan jumlah
pengukuran (n)/single sample. Uji keberartian dapat melibatkan penggunaan data
tabel yang ada di dalam statistik. Tabel uji t satu arah dan dua arah. Selain itu juga
tabel F yang juga dapat satu arah atau dua arah.
Dari data hasil pengukuran selain uji terhadap keberulangan pengukuran
perlu dilakukan uji keberartian dari nilai rerata dan standar deviasi yang
dihasilkan pada pengukuran berulang tersebut. Uji keberartian dapat dilakukan
melalui uji t dan uji F. Pada uji t dilakukan terhadap nilai rerata data analisis untuk
diuji keberartiannya melalui uji statistik t. Sedangkan uji F dilakukan terhadap
keragaman data analisis yang diperoleh melalui pengujian nilai varian (s2) dari
sekumpulan data yang berasal dari satu sampel.
Secara umum, kriteria pengujian statistiknya adalah
Apabila, t hitung < t tabel, maka H0 diterima
t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
nilai t atau d adalah nilai |t|, H0 adalah asumsi dasar yang akan uji pernyataannya
1) Uji t (Single sample)
Pengujian nilai rerata dari sekumpulan data analisis yang dibandingkan
terhadap nilai sebenarnya dapat dilakukan melalui persamaan berikut.
H0 : populasi rerata = µ

115
t=( - µ) ……………….. (3.10)
Keterangan : n adalah jumlah pengukuran
s adalah standar deviasi
t nilai tabel/kritis dapat dilihat pada Tabel 3.1

Contoh Soal 3.3


Suatu metode baru penentuan selenium dalam air kran telah dilakukan
dengan melalukan spike 50 ng/mL terhadap sampel. Nilai hasil analisis
selenium yang diperoleh adalah sebagai berikut:
50,4 ; 50,7 ; 49,1 ; 49,0 ; 51,1 ng/mL dengan asumsi data mengikuti
distribusi normal
Pertanyaan yang ingin diajukan adalah apakah terdapat kesalahan sistematik
dari hasil tersebut?

Penyelesaian
Pengujian dilakukan dengan membuat asumsi dasar sebagai H0 yaitu
H0 : tidak terdapat kesalahan sistematik dalam pengukuran
Uji t dihitung dengan perumusan pada persamaan 3.10

t =( - µ)
Nilai rerata adalah 50,06 dengan standar deviasi 0,956 dan nilai sebenarnya
adalah 50,00 ng/mL

t hitung =

= 0,14
Dari Tabel t dapat dilihat untuk nilai db (n-1) = 4 pada tingkat konfidensi
95% (P=0,05) t = 2,78
Sehingga t hitung > t tabel maka H0 diterima.
Catatan : Nilai sebenarnya dapat juga diperoleh dari metode standar
sebelumnya, atau nilai yang telah diakui sesuai persyaratan yang diterima

116
2) Uji t (multi sample)
Dalam pengembangan metode analisis, seringkali Anda membandingkan
rerata dari dua metode yang dikembangkan. Selanjutnya Anda menguji
perbedaan yang signifikan dari rerata hasil pengukurannya.
Pengujian terhadap dua rerata dari dua kumpulan data hasil analisis, yang
mana data tersebut dapat saja berasal dari dua metode yang berbeda, atau
dua metode yang dimodifikasi, maka uji keberartian dapat dilakukan melalui
persamaan berikut ini.
Statistik uji H0 : µ1 = µ2

……..... (3.11)

nilai standar deviasi dapat dihitung dari persamaan berikut.

s= ………… (3.12)

Contoh Soal 3.4


Dua metode penentuan kromium dalam sampel rumput telah dibandingkan
hasilnya. Hasil analisis diperoleh data sebagai berikut:
Metode 1 rerata; 1,48 dan standar deviasinya 0,28
Metode 2 rerata; 2,33 dan standar deviasinya 0,31
Untuk setiap metode dilakukan delapan kali pengukuran. Pernyataan yang
ingin diuji adalah apakah ada perbedaan yang signifikan diantara kedua
metode itu. Selanjutnya Anda membuat asumsi dasar bahwa metode 1 tidak
berbeda dengan metode 2. Maka Anda dapat membandingkan dua rerata
dari kedua metode tersebut.
H0: x̅1 = x̅2
Lakukan perhitungan untuk standar deviasi dari kedua metode tersebut

s2 = = 0,0873

s = 0,295

117
Nilai t hitung =

= 4,56
Pada derajat bebas 8 nilai t tabel pada tingkat konfidensi 95% (P= 0,05)
maka nilai t = 2,31
maka t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Kesimpulan metode 1 berbeda dengan metode 2. Akan tetapi bila Anda
menggunakan tingkat konfidensi 90% nilai t = 3,36 maka t hitung < t tabel,
maka H0 diterima sehingga data yang berbeda hanya 1 dari 100 data yang
diuji.
Penggunaan lainnya dari uji keberartian ini dapat digunakan untuk menguji
satu metode tetapi dua faktor kita variasikan. Misalnya adanya perbedaan
temperatur reflux. Selain itu juga dapat dilakukan untuk perbedaan
parameter lainnya, misalnya kondisi kelembaban, tekanan dan sebagainya.
Nilai tingkat konfidensi sebaiknya ditetapkan di awal pengujian statistik.
3) Uji t berpasangan (t paired) untuk multi sampel
Uji t berpasangan dapat dilakukan apabila ada terdapat dua kumpulan data
dimana kedua data tersebut berasal dari batch yang sama. Akan tetapi
sekumpulan data yang kedua mendapat perlakuan yang sedikit berbeda.
Oleh karena itu uji keberartian dapat dilakukan melalui uji t berpasangan.
Adanya variasi data pengukuran berulang dapat menghasil kesalahan acak.
Selain itu adanya perbedaan diantara pengukuran dengan satu perlakuan
yang berbeda menghasilkan variasi diantara kumpulan data pengukuran
yang dihasilkan. Secara singkat dapat dikatakan terjadinya keragaman
dalam sampel dan di antara sampel. Uji menguji terjadinya keragaman
tersebut dapat dilakukan dengan Uji t berpasangan (paired t Test).

……………... (3.13)
dengan statistik pengujiannya H0 : µd = 0
Latihan soal untuk uji t berpasangan dapat Anda gunakan pada pengujian
kriteria validasi metode untuk selektivitas.

118
4) Uji keragaman (varian) atau uji F
Untuk pengujian dua kumpulan data apakah memiliki keberagaman yang
sama, maka pengujian statistiknya dapat dilakukan dimana H0: σ12 = σ22
Adapun F hitung dapat ditentukan melalui persamaan berikut;

F= …………… (3.14)

Sebagai perjanjian nilai F


Adapun pada pengujian varian ini dapat dilakukan dengan
mengambil keputusan u arah (pengujian one-way) atau pengujian dua arah,
(two-way), sehingga akan terdapat dua jenis dari tabel F seperti yang
disajikan pada Tabel 3.5 dan 3.6.
Tabel 3.5
Tabel F untuk pengujian satu arah-one-tailed test (P=0,05)

119
Tabel 3.6
Tabel F untuk pengujian dua arah/a two-tailed test (P=0,05)

v1 : derajat bebas numerator v2 : derajat bebas denominator

Contoh soal 3.5


Metode penentuan nilai COD dari metode yang diusulkan telah
dibandingkan dengan metode standar (garam merkuri). Berikut ini adalah
data yang diperoleh dari kedua metode tersebut.
Metode standar: rerata; 72 dan standar deviasi 3,31
Metode yang diusulkan: retata: 72 dan standar deviasi 1,51
Untuk setiap metode dilakukan 8 kali pengukuran

Penyelesaian
Pengujian yang dilakukan adalah apakah presisi metode yang diusulkan
lebih baik daripada metode standar.

Nilai F dihitung dengan F =

= 4,8
Dalam kasus ini pengujian adalah satu arah sehingga Tabel F yang
digunakan adalah Tabel 3.5 dengan v1 7 (derajat bebas numerator) dan v2 7

120
(derajat bebas denominator) maka nilai untuk F7,7 adalah 3,787 pada tingkat
konfidensi 95%.
Sehingga F hitung > F tabel maka varian metode standar secara signifikan
lebih besar daripada metode yang diusulkan. Maka kesimpulannya adalah
metode yang diusulkan lebih presisi dibandingkan dengan metode standar.
5) Anova (analysis of varian)
Dalam analisis kimia seringkali dilakukan pengukuran sampel dengan
kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi tersebut dapat berasal dari
metode yang berbeda, atau analis yang berbeda dan alat ukur yang berbeda.
Sehingga dapat dihasilkan beberapa kumpulan data yang dengan
keberagaman yang berbeda. Untuk mengetahui apakah keberagaman data
tidak berbeda antara kumpulan satu dan lainnya maka dilakukanlah
pengujian analisis variansi atau lebih dikenal dengan ANOVA. Uji anova
dapat dilakukan untuk dengan mempertimbangkan sumber varian di dalam
sampel (within) dan varian diantara sampel (between) sehingga uji statistik
untuk beberapa rerata dapat dilakukan melalui:
H0: σ12 = σ22 = σ32
H1: σ12 ≠ σ22 ≠ σ32 terdapat variabilitas data yang dikumpulkan

pengujian statitik F dilakukan melalui persamaan berikut ini.

…………...(3.15)
Nilai Tabel F tergantung tingkat konfidensi (α) dan derajat bebasnya. Dalam
Tabel distribusi F derajat bebas db numerator (n) dan db denominator (m).
Seluruh Tabel statistik dapat Anda lihat pada Appendix 2 halaman
254 pada buku referensi Statistics and Chemometrics for Analitycal
Chemistry penulis buku Miller and Miller tahun 2005. Terdapat dua
pengujian dengan ANOVA yaitu ANOVA satu faktor (one-way) dan
ANOVA dua faktor (two-way). Oleh karena itu terdapat jenis Tabel F yaitu
pengujian satu arah dan dua arah. Pengujian satu arah atau satu sisi adalah
uji statistik yang ingin menganalisis bahwa beberapa kumpulan data yang

121
diuji hasil pengujiannya adalah apakah terdapat perbedaan variabilitas yang
signifikan atau tidak dan hanya satu faktor yang dikendalikan.
Berikut ini adalah contoh pengujian hipotesis (ANOVA) dari suatu reagen
flourosen yang disimpan pada kondisi yang berbeda. Keragaman terjadi
hanya dari faktor kondisi penyimpanan.

Contoh Soal 3.6


Suatu analisis dilakukan untuk menguji sifat stabilitas pereaksi fluoresen
yang disimpan dalam empat keadaan yag berbeda. Setiap keadaan dilakukan
pengukuran nilai fluoresennya dengan empat kali pengulangan. Adapun
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. Keragaman yang terjadi adalah di
dalam sampel dan diantara sampel. Oleh karena itu untuk menguji
keragaman dari beberapa rerata tersebut dilakukan uji ANOVA.

Tabel 3.7
Hasil pengujian stabilitas Fluoresen pada kondisi yang berbeda

Kodisi penyimpanan Pengulangan pengukuran rerata


A. disiapkan dalam keadaan segar 102, 100, 101 101
B. selama 1 jam pada keadaan gelap 101, 101, 104 102
C. selama 1 jam pada keadaan redup 97, 95, 99 97
D. selama 1 jam pada keadaan terang 90, 92, 94 92
Rerata keseluruhan 98

Uji statistik dari hasil pengujian pada Tabel 3.7 dibuat hipotesis asumsi
dasar dari hasil pengujian adalah tidak terdapat variabilitas yang signifikan
diantara data-data yang dihasilkan. Asumsi dasar ini harus berdasarkan data-
data pendukung sebelumnya. Pernyataan asumsi dasar ini disebut dengan
hipotesis nol. Oleh karena itu hipotesis nol dari soal pada Tabel 2.7 dapat
dibuat sebagai berikut.
H0: tidak ada perbedaan yang signifikan dari varian yang dihasilkan
H0: σ12 = σ22 = σ32
Data yang terdapat pada Tabel 3.7 dapat direpresentasikan dalam bentuk
diagram plot-titik sebagai berikut, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2.

122
Gambar 3.2 Plot titik untuk nilai rerata kestabilan pereaksi fluoresen
pada Tabel 3.7

Pengujian statistik dari beberapa kumpulan data akan menimbulkan dua


sumber keragaman yaitu keragaman dalam sampel (within sample) dan
keragaman diantara sampel. Adanya keragaman dalam sampel dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan 2.4

Maka jumlah varian di dalam sampel A, B, C, dan D, adalah (1+3+4+4)/3 = 3


Secara umum varian di dalam sampel di rumuskan sebagai berikut:

………….(3.16)

Persamaan 2.15 lebih dikenal dengan jumlah kuadrat rerata, JK/MS (mean
Square). Jumlah derajat bebasnya yaitu 8 yang berasal dari [ (n-1) x 4]
Oleh karena itu keragaman dalam sampel adalah jumlah kuadrat rerata dikali
jumlah derajat bebasnya yaitu 8 x 3 = 24
Sedangkan keragaman diantara sampel dapat dicari dengan persamaan berikut:

………………..(3.17)

Maka jumlah kuadrat reratanya adalah 62 dan derajat bebasnya adalah 3 sehingga
jumlah kuadratnya adalah 3 x 62 = 186

123
Secara keseluruhan maka kuadrat rerata di dalam sampel adalah 3 dengan db 8
dan kuadrat rerata diantara sampel adalah 62 dengan db 3. Berdasarkan persamaan
3.13 F hitung adalah
F hitung

sedangkan F tabelnya adalah 4,066 dengan db n=3 dan db m=8 untuk tingkat
konfidensi 95% (P= 0,05)
Maka hasil pengujian statistik F hit > F tabel maka H0 ditolak artinya ada
keragaman yang signifikan diantara kumpulan data yang dihasilkan.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan denga menggunakan microsof office
excel dengan terlebih dahulu menginstal data analisis pada menu ribbon. Hasil
dengan software excel ini ditampilkan sebagai berikut.

Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
A 3 303 101 1
B 3 306 102 3
C 3 291 97 4
D 3 276 92 4

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 186 3 62 20.66667 0.0004 4.066181
Within Groups 24 8 3

Total 210 11

Keputusan pengujian hipotessis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F


atau P (probalitas terhadap nilai α)

124
2. Teknik Sampling
Kegiatan pengambilan sampel (sampling) sangat menentukan proses
pengujian/pengukuran yang dilakukan di laboratorium. Hal krusial yang muncul
dari kegiatan sampling adalah bagaimana cara merepresentasikan populasi yang
demikian kompleks kedalam ukuran-ukuran yang bisa dikelola dengan baik. Oleh
karena itu pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan sampling
membutuhkan personil kompeten yang mampu melakukan sampling dan preparasi
sampel dengan baik.
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya sampel atau
contoh, yaitu sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari
populasi. Sampel adalah sebagian dari lot atau populasi. Artinya tidak akan ada
sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur
yang akan kita teliti. Kesimpulan dari populasi yang mendekati kebenaran diawali
dengan pengambilan sampel yang benar.
Pengambilan sampel yang representatif adalah kemampuan untuk
mendapatkan sejumlah sampel yang mewakili populasi (lot atau batch) dengan
kondisi sampel tersebut dalam keadaan sesuai untuk pengujian atau pengolahan
lebih lanjut. Sampel adalah bagian populasi yang diambil untuk menggambarkan
populasi. Sedangkan populasi adalah sejumlah barang yang menjadi perhatian.
Ilustrasi antara sampel dan populasi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Ilustrasi sampel dan populasi

125
Pengambilan sampel atau penarikan sampel adalah mengambil sejumlah atau
sebagian bahan atau barang yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu
sehingga bagian barang atau bahan yang diambil bersifat mewakili (representatif)
keseluruhan barang atau bahan. Sampel representatif adalah suatu sampel yang
diperoleh dengan menggunakan teknik sampling yang sesuai, yang dapat meliputi
sub sampling, untuk menghasilkan keberhasilan yang tepat terhadap sumber
sampel atau populasi produk. Dalam hal-hal tertentu (seperti analisis forensik),
sampel bisa saja tidak representatif tapi ditentukan oleh ketersediaan.
Pengambilan sampel juga diperlukan untuk melakukan pengujian atau kalibrasi
substansi, bahan atau produk terhadap spesifikasi tertentu yang menjadi standar
atau acuan.
Dasar pertimbangan sampling dalam penelitian adalah memperhitungkan
masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian
dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian, karena jika penelitian
terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang peneliti
dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan
antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi (tingkat
ketepatan) yang akan diperoleh sebagai pertimbangan dalam menentukan metode
pengambilan sampel yang akan digunakan. Berapa jumlah sampel yang harus
diuji dan metode apa yang harus digunakan dalam pengambilan sampel
merupakan keputusan yang harus dilakukan sebelum melakukan analisis. Banyak
cara atau metode pengambilan sampel, dimana metode pengambilan sampel
berkaitan dengan: ketepatan, acuan filosofi statistik dan resiko dalam keputusan.
Pengambilan sampel yang benar dan terpercaya memerlukan biaya yang
lebih besar. Namun di lapangan biasanya tidak tersedia fasilitas yang ideal.
Sampel yang diambil dari populasi yang benar dengan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dilakukan untuk:
- memperoleh sertifikat kualitas atau sertifikat analisis oleh laboratorium
pengujian. Hal ini berarti sampel digunakan untuk analisa mutu.
- memperoleh sertifikasi produk oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro)

126
- memperoleh sertifikasi sistem mutu manajemen oleh Lembaga Sertifikaasi
Sistem Mutu (LSSM)
- memperoleh sertifikasi HACCP oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Hazard
Critical Control Point (LSSHACCP)
- tujuan inspeksi yaitu menentukan apakah suatu produk dengan jumlah tertentu
diterima atau ditolak oleh lembaga inspeksi
- pengendalian mutu (Quality control)
- tujuan transaksi barang
Idealnya semua bahan dijadikan sampel yang harus diuji. Namun cara
demikian tidak mungkin dilakukan karena membutuhkan banyak waktu, biaya,
peralatan, tenaga dan tidak ada bahan atau produk pangan yang tersisa untuk
dijual. Pengambilan sampel yang mewakili adalah kemampuan untuk
mendapatkan sejumlah sampel yang mewakili populasi (lot atau batch) dengan
kondisi sampel tersebut dalam keadaan sesuai untuk pengujian atau pengolahan
lebih lanjut. Sampel adalah bagian populasi yang diambil untuk menggambarkan
populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel memerlukan orang yang kompeten
dalam pengambilan sampel yang dikenal dengan petugas pengambil contoh atau
yang sering dikenal dengan PPC (Petugas Pengambil Contoh). Seorang PPC harus
mendapatkan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikat Kompetensi
(BNSP).

a. Petugas Pengambil Contoh (PPC)


PPC harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh mengenai makna
sampel dan pupulasi serta hubungan sampel dengan populasi. Hal-hal yang
terpenting dalam pengambilan sampel adalah menerapkan wawasan
(pengetahuan) tentang pengambilan sampel dalam melakukan aktivitas
pengambilan sampel. Kualifikasi PPC diatur di dalam SNI ISO 19024. Kompeten
secara teknis dan hukum seseorang sebagai PPC dinyatakan dalam bentuk
sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Badan yang berwenang
mengeluarkan sertifikat adalah badan atau lembaga sertifikasi personal atau badan
sertifikasi.

127
Petugas pengambil contoh harus memahami karakteristik dari sampel yang
diambilnya. Sampel atau cuplikan (specimen) harus mewakili populasi. Apabila
pengambilan sampel dilakukan dengan benar baik dari teknik maupun metode
yang digunakan maka akan mewakili populasi begitu pula sebaliknya. Jika sampel
terlalu sedikit maka tidak mewakili poulasi sebaliknya jika sampel banyak maka
akan mewakili populasi namun masalahnya biaya pengambilan sampel dan
pengujian sampel akan mahal. Petugas pengambil contoh harus menentukan
berapa cantoh yang diambil sehingga tidak terlalu mahal namun tetap mewakili
populasi.
Dalam rangka peningkatan daya saing produk Indonesia memasuki pasar
nasional, regional maupun international, serta dalam rangka memberikan
perlindungan pada konsumen, setiap produk perlu dilakukan pemeriksaan mutu
produk oleh laboratorium penguji. Kebenaran hasil pengujian laboratorium sangat
dipengaruhi oleh kebenaran dalam pengambilan sampel oleh Petugas Pengambil
Contoh (PPC). Seorang PPC harus mempunyai visi, kebijakan, sikap, dan
pengetahuan yang benar dalam melakukan pengambilan sampel. PPC dalam
melakukan teknik pengambilan sampel harus mempunyai visi yaitu mengambil
sampel sesuai dengan kaidah yang berlaku dan dilaksanakan secara benar sesuai
standar yang berlaku tersebut. Beberapa kaidah dalam pengambilan sampel
termuat dalam standar pengambilan sampel diantaranya adalah:
- SNI 0429-1998 - A: Petunjuk pengambilan sampel cairan dan semi padat
- SNI 0428-1998 - A: Petunjuk pengambilan sampel padatan
- SNI 03-7016-2004 : Tata cara pengambilan sampel dalam rangka pemantauan
kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai
- SNI 2326:2010 : Metode pengambilan contoh produk perikanan
PPC dalam melakukan teknik pengambilan contoh/sampel harus bijaksana.
Teknik pengambilan sampel menuntut kebijakan petugas pengambil
contoh/sampel dalam melakukan tugasnya agar senantiasa menggunakan hati
nurani yang bersih dan melakukan tugasnya secara bijak tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan lain. PPC dalam melakukan teknik pengambilan
contoh/sampel harus mempunyai sikap teliti, cermat, hati-hati yang merupakan

128
tuntutan sikap yang harus dimiliki seorang petugas pengambil sampel. PPC harus
memiliki ilmu yang cukup agar dapat mengambil sampel dengan benar. Mereka
tidak hanya dapat melakukan namun harus juga tahu bagaimana melakukan
pengambilan contoh/sampel yang benar dan mengapa melakukan pengambilan
contoh/sampel dengan cara tersebut.
PPC harus mengetahui lingkup pekerjaan dalam pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dimulai dari persiapan pengambilan sampel, pelaksanaan
pengambilan sampel, pelaporan pengambilan sampel dan transportasi sampel ke
laboratorium pengujian. Tahapan pekerjaan dalam pengambilan sampel untuk
tujuan pengujian di laboratorium dapat diuraikan sebagai berikut:
- Menetapkan ukuran sampel (n)
- Menetapkan cara pengambilan sampel
- Melakukan pengambilan sampel
- Melakukan pengamanan sampel (mengemas sesuai kaidah yang berlaku)
- Membuat laporan pengambilan sampel
- Melakukan transportasi sampel dari tempat pengambilan sampel sampai pada
laboratorium pengujian
- Menyerahkan sampel kepada laboratorium pengujian
- Laboratorium melakukan pengujian, dan menerbitkan sertifikat mutu

b. Langkah-langkah pengambilan contoh


1) Persiapan pengambilan contoh/sampel
Sebelum melakukan pengambilan sampel petugas pengambil contoh
membuat rancangan pengambilan sampel yang terkait dengan memilih
metode, peralatan dan waktu. Tentunya pilihan harus sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan pengambilan sampel. Setelah rancangan pengambilan
sampel dibuat maka selanjutnya melaksanakan pengambilan sampel sesuai
dengan rancangan tersebut. Mengaplikasikan rancangan pengambilan sampel
di lapangan petugas pengambil contoh harus mandiri (tidak mudah
dipengaruhi), kreatif dan sadar adanya resiko.

129
Umumnya penilaian mutu suatu bahan pangan ditentukan dari hasil analisa
yang diperoleh dari sejumlah kecil sampel yang ditarik dari lot. Dengan
demikian, pengambilan sampel harus dilakukan melalui prosedur
pengambilan sampel baku yang telah ditetapkan. Bahan diperiksa dan
dipastikan cocok untuk diambil sampelnya, sampel dikumpulkan dan
dipastikan bahwa jenis, lokasi, pengambilan sampel, dan waktu pengambilan
sampel sesuai dengan rencana pengambilan sampel (sampling plan).
Persiapan yang dilakukan untuk pengambilan sampel dapat memperlancar
pengambilan dan penanganan sampel.
Persiapan pengambilan sampel harus dipastikan dahulu bahwa lot yang akan
dilakukan pengambilan sampel bersifat homogen, artinya bahan pangan atau
bahan lainnya yang terdapat dalam lot tersebut harus berasal dari bahan baku,
mesin atau operator yang sama. Bila tidak homogen maka akan sulit
mengambil sampel yang dapat mewakili lot dan akan sulit pula untuk
melakukan tindakan koreksi dalam upaya mengurangi sumber
ketidaksesuaian.
Pengertian lot adalah jumlah atau satuan bahan yang dihasilkan dan ditangani
dengan kondisi yang sama. Pengertian lot dalam statistik adalah identik
dengan populasi. Lot dapat berupa sejumlah kontainer atau satu kapal dengan
100, 200 atau 1000 kontainer; beras satu truk atau lebih; satu kali produksi
makanan kaleng. Kecap yang dihasilkan hari ini termasuk dalam lot yang
berbeda dengan kecap yang dihasilkan esok hari. Sampel lain adalah roti yang
dihasilkan dari adonan yang pertama berada dalam lot yang berbeda dengan
roti hasil dari adonan kedua, meskipun kedua adonan tersebut sama.
2) Teknik atau metode pengambilan contoh/sampel
Sebelum pada bahasan teknik pengambilan sampel pada data kuantitatif dan
bagaimana cara menentukan ukuran sampel, maka harus pahami kembali
mengenai istilah populasi, sampel, dan pengambilan sampel. Populasi adalah
seperangkat unit analisa lengkap yang sedang diteliti. Sampel adalah bagian
dari populasi yang dipilih untuk dipelajari. Pengambilan sampel adalah cara-
cara atau teknik penarikan sampel dari populasi.

130
a) Jenis-jenis Pengambilan Sampel
Jenis-jenis pengambilan sampel secara probabilitas atau “probability
sampling” meliputi: pengambilan sampel secara acak sederhana (lihat
Gambar 3.3), pengambilan sampel secara sistematis, pengambilan sampel
secara acak bertingkat, dan pengambilan sampel gugus sederhana.
b) Metode Pengambilan Sampel
Sampling adalah teknik atau cara memilih sebuah sampel yang dapat
mewakili (representatif) bahan yang akan dianalisis. Sampel yang diambil
dari lapangan atau yang diterima di laboratorium dapat berbentuk cair
(air, limbah), serbuk (tepung, tulang, garam dapur), gumpalan (batu kapur)
atau lempengan (logam). Sampel yang berbentuk gumpalan ditumbuk,
digerus menggunakan lumpang porselen, baja atau agate, tergantung pada
kekerasan sampel atau dapat juga digunakan mesin penggiling. Sampel
yang berbentuk lempengan logam biasanya dibor pada tempat-tempat
tertentu. Serbuk hasil penumbukan, penggilingan atau pemboran kemudian
dikumpulkan. Apabila cuplikan yang diterima banyak, maka jumlahnya
harus dikurangi agar dalam penimbangan diperoleh sampel yang mewakili
(representatif). Salah satu cara sampling adalah mengkuarter yang
dilakukan dengan cara:
- Dihamparkan cuplikan di atas kertas atau lempengan plastik secara
merata hingga ketebalan 2-3 cm.
- Dibuat diagonal dari sudut-sudutnya sehingga terdapat 4 buah segitiga.
- Diambil 2 segitiga yag berhadapan, sedangkan 2 segitiga yang lain
disimpan.
- Cuplikan/sampel yang berasal dari 2 segitiga pertama diaduk lagi
sampai rata, kemudian diulangi pekerjaan a. sampai d. hingga
didapatkan cuplikan/sampel yang jumlahnya 50-100 gram.
- Sampel ini disimpan dalam botol bersih dan kering yang sudah diberi
label dan sudah siap untuk ditimbang.

131
Metode pengambilan sampel acak yang sering digunakan adalah
pengambilan acak sederhana. Pengambilan sampel pada metode ini tidak
menghiraukan susunan anggota populasi. Setiap anggota populasi
merupakan satuan penarikan sampel. Dengan demikian jumlah satuan
penarikan sampel sama dengan jumlah populasi = N dan jumlah sampel
yang akan diambil = n anggota populasi. Suatu daftar yang memuat semua
satuan penarikan sampel secara jelas disebut kerangka penarikan sampel.
Selain metode pengambilan sampel acak sederhana yang biasa digunakan
adalah pengambilan sampel acak berlapis. Metode ini digunakan jika
ukuran populasi terlalu besar, dan diperkirakan terdapat keragaman yang
sangat besar antar anggota populasi, sehingga populasi perlu dipecah
menjadi beberapa subpopulasi atau disebut lapisan. Tiap-tiap lapisan atau
subpopulasi dilakukan sampling dengan cara yang prinsipnya sama dengan
acak sederhana. Dengan cara demikian diharapkan dapat diperkecil
keragaman antar anggota populasi, karena telah terjadi pengelompokkan
sebelumnya.
Pengambilan sampel secara random adalah teknik untuk mendapatkan
sampel yang langsung dilakukan pada unit pengambilan sampel.
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode pengambilan
sampel dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak,
sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sitematis menurut suatu
pola tertentu. Pengambilan sampel secara sistematis dapat dilakukan jika
nama-nama atau identifikasi dari setiap unit dalam populasi terdapat dalam
kerangka pengambilan sampel dan populasi tersebut harus mempunyai
pola yang beraturan.
Banyak metode pengambilan sampel yang dapat digunakan untuk
menentukan mutu, beberapa diantaranya yang banyak digunakan adalah :
- Pemeriksaan 100 persen
Pelaksanaan pengambilan sampel dengan menggunakan metode
pemeriksaan 100 persen membutuhkan waktu, tenaga dan biaya besar,
namun tidak selalu diimbangi dengan 100 persen keberhasilan.

132
- Pengambilan sampel berdasarkan teori statistik
Pelaksanaan pengambilan sampel berdasarkan teori statistik
membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan metode pemeriksaan
100 persen. Metode pengambilan sampel ini menggunakan teori
statistik dalam pelaksanaannya, sehingga dapat memperkecil terjadinya
resiko. Metode pengambilan sampel berdasarkan teori statistik
memposisikan produser sebagai penanggung jawab produk. Dengan
demikian, produser harus mempertahankan mutu produk agar selalu
baik. Bila tidak, akan timbul permasalahan dan kerugian yang
diakibatkan penolakan produk oleh konsumen.
- Pengambilan sampel tidak berdasarkan teori statistik
Metode pengambilan sampel yang tidak berdasarkan teori statistik
umumnya tidak direkomendasi karena tidak memiliki dasar yang logis
dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak suatu
produk. Hal ini dikarenakan tidak terdeteksinya resiko dari
pengambilan sampel, menghasilkan fluktuasi mutu yang tinggi, dan
keluar dari batas mutu yang dipersyaratkan.
Rancangan pengambilan sampel yang dapat digunakan jika tujuannya
untuk inspeksi adalah berdasarkan AQL 6,5 dari CODEX (FAO/WHO
CODEX). Data-data yang diperlukan:
- Ukuran wadah terkecil (container size),
- Inspection level,
- Lot size (jumlah lot) atau N.
- Jumlah sampel yang diperlukan
- Kriteria jumlah unit sampel cacat atau defect yang dibutuhkan
untuk penerimaan/penolakan lot.
- Parameter atau atribut inspeksi yang digunakan yaitu berhubungan
dengan kualitas atau mutu produk atau klasifikasi defective (cacat
mutu). Atribut inspeksi adalah atribut yang diperoleh dari hasil
pengujian organoleptik dan fisik yang meliputi: ukuran, tekstur, warna
cacat, cita-rasa, penampakan dan lain-lain.

133
Untuk lebih memahami materi tentang teknik sampling, berikut ini Anda
dihadapkan pada suatu kasus sampling. Anda sebagai PPC akan melakukan
sampling dari produk mie instan dari suatu pabrik dalam satu lot/batch atau satu
kumpulan populasi. Seorang PPC harus memiliki visi, kebijakan, sikap, dan
pengetahuan. Apabila suatu pabrik mie instan yang memproduksi sejumlah
kemasan kecil per hari yang berada dalam suatu karton yang berisi sejumlah
kemasan kecil, bagaimana peserta didik dapat menghitung jumlah karton yang
dibuka. Acuan pengambilan sampek dapat dilakukan melalui SNI 0428-1998 - A:
Petunjuk pengambilan sampel padatan pada kemasan karton : wadah yang
mengemas kemasan-kemasan kecil. Pengambilan sampel yang dikemas dalam
kemasan kecil, jumlah sampel yang diambil menggunakan Tabel 3.8 dan 3.9.
Tabel 3.8
Jumlah kemasan kecil yang harus diambil dari jumlah yang ada

Jumlah kemasan kecil Jumlah kemasan kecil untuk sampel (x)


10.000 200
20.000 250
40.000 300
60.000 350
>100.000 400

Tabel 3.9
Jumlah kemasan kecil yang harus diambil untuk setiap karton

Jumlah kemasan kecil Jumlah kemasan kecil yang diambil dari


dalam karton masing-masing karton (y)
>24 16
12-24 10
<12 semua kemasan kecil dalam karton

Penentuan karton yang dibuka dilakukan dengan rumus : x/y dimana x : angka
dari Tabel 3.8, dan y adalah dari Tabel 3.9. Pemilihan karton yang dibuka
dilakukan secara acak. Dari setiap karton yang dibuka diambil kemasan kecilnya
kemudian dikumpulkan sampai diperoleh dua karton.

134
3. Validasi Metode Analisis
Dalam rangka penjaminan sistem mutu laboratorium pengujian, alat-alat
ukur harus memiliki jadwal kalibrasi sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditetapkan. Selain jadwal kalibrasi laboratorium pengujian harus memiliki
metode-metode pengujian yang digunakan tervalidasi dan dilaporkan pada suatu
dokumen khusus. Silahkan Anda mengingat kembali klausul 5.2 persyaratan
teknis pengelolaan laboratorium mengacu ISO 17025. Pada materi kali ini,
diuraikan apakah itu validasi/verifikasi metode analisis, kapan perlu dilakukan
validasi/verifikasi metode, dan parameter-parameter metode analisis.

a. Pengertian validasi metode analisis


Menurut Badan POM RI, validasi metode analisis adalah tindakan
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun
pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Menurut
AOAC (Association of Analytical Chemistry), validasi metode analisis adalah
proses yang menunjukkan atau membuktikan karakteristik kinerja metode suatu
analisis dapat diterima atau tidak. Sedangkan menurut ISO/IEC 17025: 2005
klausul 5.4.5.1, validasi metode analisis sebagai langkah konfirmasi melalui
pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk
suatu maksud khusus telah dipenuhi. Secara garis besar validasi metode analisis
adalah proses pembuktian bahwa suatu pekerjaan atau aktivitas pengukuran atau
prosedur analisis kimia memberikan hasil yang mampu telusur ke sistem satuan
internasional. Validasi metode sangat diperlukan karena beberapa alasan yaitu
validasi metode merupakan elemen penting dari kontrol kualitas, validasi
membantu memberikan jaminan bahwa pengukuran akan dapat diandalkan.
Dalam beberapa bidang, validasi metode adalah persyaratan peraturan.
Kapankan Anda memerlukan validasi metode analisis ? yaitu ketika:
- menggunakan metode yang tidak baku yaitu metode yang diambil dari suatu
jurnal yang belum diakui secara luas, buku ajar, dan laporan penelitian.

135
- menggunakan metode yang dikembangkan oleh laboratorium untuk
kepentingan sendiri yang merupakan kegiatan yang terencana serta ditugaskan
pada personil yang kompeten yang dilengkapi dengan sumber daya yang
memadai.
- menggunakan metode standar tetapi telah mengalami modifikasi sekecil
apapun, misalnya perubahan temperatur dan pereaksi.
- menggunakan metode rutin yang digunakan di laboratorium berbeda, atau
dilakukan oleh analis atau peralatan yang berbeda.
- menggabungkan dua atau lebih metode standar
Setelah Anda memahami pengertian dan kapan perlu dilakukan validasi
metode, ada satu definisi lainnya yang terkadang selalu disandingkan dengan kata
valiadasi metode yaitu verifikasi metode. Istilah verifikasi juga sering digunakan
untuk alat-alat ukur. Verifikasi alat ukur adalah proses pembuktian atau
pengumpulan bukti dengan cara membandingkan ke alat lain yang sejenis bahwa
skala ukur atau cara pengukuran atau persyaratan satuan ukuran telah terpenuhi.
Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
metode dengan melengkapi bukti-bukti yang obyektif, apakah metode tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi
metode uji bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan
mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid.
Verifikasi bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data
kinerja. Verifikasi metode dilakukan pada metode yang sudah terstandarkan.
Adapun parameter verifikasi metode akan lebih sedikit dibandingkan dengan
validasi metode.

b. Parameter validasi metode analisis


Parameter ini berkaitan dengan sejauh mana zat lain mengganggu
identifikasi atau analisis kuantifikasi analit. Selain itu juga merupakan ukuran dari
kemampuan metode untuk mengidentifikasi/mengukur analit. Kehadiran zat lain,
baik endogen maupun eksogen, dalam sampel matriks di bawah kondisi yang

136
dinyatakan metode ini. Kekhususan ditentukan dengan menambahkan bahan-
bahan yang mungkin dihadapi dalam sampel.
Terdapat sepuluh parameter yang harus dikumpulkan untuk melakukan
validasi metode analisis yaitu: linearitas (range atau daerah kerja), batas deteksi
(LOD : limit of detection), batas kuantitasi (LOQ : limit of quantification),
sensitivitas, presisi (ketelitian), akurasi (ketepatan), selektivitas, uji ketegaran
(robustness), uji ketangguhan (ruggedness), ketidakpastian (uncertainty).
1) Linearitas dan jangkauan kerja
Menunjukkan kemampuan suatu metode analisis memberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. linearitas ditentukan
dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (minimal 5 larutan deret standar), sehingga
akan didapatkan hubungan antara konsentrasi dan respon pengukuran melalui
persamaan garis pada kurva kalibrasi yang ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasinya seperti terdapat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Hubungan dalam linearitas


Koefisien korelasi (r) inilah yang digunakan untuk mengetahui linearitas
suatu metode analisis.
Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah :
≥ 0,9970 (ICH 1995) ICH : International Conference on Harmonization
≥ 0,9980 (WA Laboratory Operations Manager) WA : West Australian
≥ 0,9980 (AOAC)
Adapun tahapan pekerjaan pada parameter linearitas adalah:
- dibuat tujuh deret larutan standar (misalnya kosentrasi 2,5 : 5,0: 7,5 : 10,0 :
12,5 :15,0 dan 17,5 ppm).
- dilakukan pengukuran respon untuk masing-masin larutan standar.

137
- dibuat persamaan garisnya dengan metode regresi linear y = bx + a
(b kemiringan garis dan a: intersep)
- tentukan nilai koefisien korelasinya yang menunjukkan linearitas kurva
kalibrasi.
- lakukan pekerjaan sebanyak 3 kali pengulangan.
Salah satu contoh kurva kalibrasi untuk menentukan parameter linearitas
terdapat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.5 Persamaan regresi linear y = bx + a

2) Sensitivitas
Sensitivitas masih berkaitan dengan linearitas persamaan regresi linear
metode analisis, maka dari kurva kalibrasi dapat pula langsung menentukan
sensitivitas metode. Sensitivitas metode menunjukkan kemampuan dari suatu
alat atau prosedur/metode penentuan untuk membedakan perbedaan kecil dari
konsentrasi analit. Sensitivitas metode ditentukan berdasarkan nilai
kemiringan garis (slope) dari persamaan regresi kurva standar.
Nilai kemiringan garis yang kecil menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi
yang kecil tidak terlalu berpengaruh terhadap sinyal detektor yang dihasilkan,
sehingga sensitivitas menjadi kurang baik. Sebaliknya apabila nilai
kemiringan garis besar (tegak) menunjukkan perubahan konsentrasi yang
tidak terlalu kecil akan tetapi dapat berpengaruh besar terhadap sinyal
detektor. Sehingga metode analisis memiliki sensitivitas yang baik. Metode

138
dinyatakan valid jika didapat nilai sensitifitas kurang dari atau sama dengan
1,25 kali sensitifitas alat.
3) Batas Deteksi, (Limit of Detection,LOD)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko.
LOD juga didefinisikan sebagai konsentrasi terendah yang dapat dibedakan
dari kebisingan latar belakang dengan tingkat kepercayaan tertentu. Ada
beberapa metode untuk menentukan LOD, yang semuanya tergantung pada
analisis spesimen dan pemeriksaan sinyal untuk rasio kebisingan blanko.
Minimum persyaratan untuk sinyal terhadap kebisingan dapat digunakan
untuk menentukan LOD. LOD merupakan parameter yang dapat dipengaruhi
oleh perubahan kecil dalam sistem analisis (misalnya suhu, kemurnian
reagen, efek matriks, kondisi berperan). Oleh karena itu, penting bahwa
parameter ini selalu dilakukan oleh laboratorium dalam melakukan validasi
metode. Untuk metode non instrumen, batas deteksi ditetapkan dengan
melakukan analisis sampel yang mengandung analit dalam kadar yang
diketahui dan menentukan batas terendah kadar analit yang dapat dideteksi.
LOD = 3 (SD/b)
SD = simpangan baku blangko,
b = kemiringan garis regresi (Y = bx + a)
Sedangkan untuk metode instrumen, batas deteksi dilakukan dengan
mengukur besarnya respon instrumen dari larutan blanbko dan menghitung
simpangan bakunya.
LOD = Nilai rata-rata blanbko sampel + 3 SD
4) Batas Kuantisasi (LOQ)
Batas kuantitasi adalah konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan
dengan akurasi yang bisa diterima. Untuk metode non instrumental, pengujian
LOQ umumnya ditentukan dengan melakukan analisis sampel yang
mengandung analit dalam jumlah yang diketahui lalu menetapkan kadar
terendah analit yang dapat dideteksi dengan presisi dan akurasi yang dapat
diterima. Sedangkan untuk metode instrumental, umumnya dengan mengukur

139
besarnya respon latar belakang analisis dengan cara menganalisis sejumlah
larutan blangko sampel (yang tidak mengandung analit) sekurang-kurangnya
7 kali pengulangan.
Pengujian LOD dan LOQ dapat pula ditentukan secara bersamaan
berdasarkan persamaan regresi linier yang diperoleh pada uji linearitas. LOD
dan LOQ dihitung dari rerata kemiringan garis dan standar deviasi kurva
standar yang diperoleh.
LOD = 3 (SD/b); dan LOQ= 10 (SD/b)
SD = standar deviasi kurva standar, (
b = kemiringan garis regresi (Y = bx + a)
Pada Tabel 3.10 disajikan hasil pengolahan data penentuan LOD dan LOQ

Tabel 3.10
Contoh Pengolahan Data LOD dan LOQ dari kurva kalibrasi standar

No x (ppm) y ŷ x2 (yi-ŷ) (yi-ŷ)2


1 2,50 0,0615 0,0616 6,25 -0,0001 0,0000
2 5,00 0,1306 0,1346 25,00 -0,0040 0,0000
3 7,50 0,2113 0,2076 56,25 0,0037 0,0000
4 10,00 0,2789 0,2806 100,00 -0,0017 0,0000
5 12,50 0,3677 0,3536 156,25 0,0141 0,0002
6 15,00 0,4134 0,4266 225,00 -0,0132 0,0002
7 17,50 0,5013 0,4996 306,25 0,0017 0,0000
Σx = Σy 0,0004
70,00 =1,9647
x̅ = y̅ 0,0001
10,00 =
0,2807

Sy/x = b= 0,0292

= = 0,0034

Maka nilai LOD dan LOQ nya adalah:

LOD =

= = 0,3493 ppm

140
LOQ =

= = 1,11644ppm

5) Presisi
Presisi didefinisikan sebagai keterdekatan hasil yang diterima (baik sebagai
nilai teoritis maupun sebagai nilai rujukan yang diterima) dengan nilai yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
Presisi dinyatakan dengan 2 cara, yaitu:
Uji Ketahanan (repeatability)
Uji ketertiruan (reproducibility)
Penentuan nilai presisi metode dapat dilakukan melalui cara:
- larutan sampel yang telah disiapkan diukur dengan AAS sebanyak 7 kali
ulangan.
- ketelitian diukur dengan menghitung persentase relatif standar deviasi
(%RSD) dengan terlebih dahulu menentukan standar deviasi berdasarkan
data hasil percobaan yang diperoleh.

s=

% RSD = x 100%

Pada Tabel 3.11 disajikan contoh perhitungan presisi metode analisis


Tabel 3.11
Contoh perhitungan presisi metode analisis

No. x
kadar (mg/g)
1 2,0528 -0,0333 0,00110606
2 2,0377 -0,0483 0,00233493
3 2,0610 -0,0250 0,00062705
4 2,0678 0,0270 0,00072885
5 2,1240 -0,0182 0,00033101
6 2.1459 0,0380 0,00144040
Σx =14,6022 14,6022 0,0599 0,00358363
x̅ = 2,0860 0,0101593
s = 0,0411
RSD (%) 1,97

141
Nilai presisi metode menunjukkan nilai RSD (%) adalah 1,97 untuk
memahami persyaratan nilai RSD. Dari hasil analisis berulang tersebut
dihitung nilai Koefisien Variasi (CV) lalu dibandingkan dengan nilai 2/3 x
CVHorwitz. Metode memiliki repeatability yang baik jika diperoleh nilai
CV ≤ 2/3 x CVHorwitz.
6) Akurasi
Akurasi menunjukkan derajat kedekatan hasil dari sederet pengukuran yang
diperoleh dari contoh yang homogen pada kondisi tertentu. Akurasi ini
menandakan suatu metode baik dilakukan untuk analisis ini, jika akurasinya
baik berarti metode ini valid.
Terdapat 3 cara dalam metode ujinya, yaitu: Uji Pungut Ulang (Recovery
Test), Uji relatif terhadap akurasi metode baku, dan Uji terhadap standard
reference material (SRM). Cara menentukan akurasi metode analisis adalah:
- dibuat lautan sampel sebanyak 7 buah dan ditambahkan masing-masing
kedalamnya larutan SRM kalsium 15 ppm sebanyak 1 mL.
- diukur masing-masing larutan dengan SSA.
- dihitung persen perolehan kembali (% recovery) dengan rumus:
% perolehan kembali = x 100 ……….. (3.18)

Cf = Konsentrasi total sampel yang ditambah analit.


CA = Konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = Konsentrasi analit yang ditambahkan
Hasil pengujian akurasi dapat dilihat pada Tabel 3.12

Tabel 3.12
Pengolahan data akurasi metode analisis
Pengulangan ke- Perolehan kembali Perolehan kembali
(µg/mL) (%)
1 1,4623 97,49
2 1,4658 97,72
3 1,4829 98,86
4 1,4987 99,32
5 1,4863 99,09
6 1,4760 98,40
7 1,4760 98,40

142
Berdasarkan Standar Method 21st ed, AWWA 2005, 3111A.7 halaman 3-17,
persyaratan recovery untuk logam adalah 85-115%. Metode memenuhi
persyaratan akurasi.
7) Selektivitas/ Spesifitas
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama walaupun adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas
seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias)
metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang
ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak
mengandung bahan lain yang ditambahkan. Parameter selektivitas dapat
dilakukan untuk tujuan identifikasi dan penetapan cemaran. Untuk
identifikasi, metode harus mampu menyeleksi senyawa-senyawa yang ada
dalam sampel yang berkaitan dengan struktur molekulnya. Metode tersebut
dapat dibuktikan dengan hasil positif (atau dibandingkan dengan bahan acuan
standar yang diketahui) dari sampel yang mengandung analit dan digabung
dengan hasil negatif dari sampel yang tidak mengandung analit. Sedangkan
untuk penetapan cemaran, pengujian metode analisis dilakukan dengan
menguji sampel yang ditambahkan sejumlah tertentu cemaran atau hasil urai
dan terlihat dengan nyata cemaran itu dapat ditetapkan secara akurat dan
presisi yang memadai. Selektivitas dapat ditentukan dengan cara:
- dibuat larutan sampel sebanyak 7 buah dan ditambahkan masing-masing
kedalamnya larutan standar Mg 1 ppm sebanyak 50 µL.
- diukur masing-masing larutan dengan AAS.
- dibandingkan hasil perolehan kadarnya dengan uji- t dengan rumus:

t=
t = besaran dalam perhitungan batas kepercayaan dan uji keberartian
rataan.

143
= rerata selisih antar sampel
n = jumlah sampel
s = simpangan baku dari selisih antar sampel
Berikut ini adalah contoh hasil pengujian selektivitas dapat ditunjukkan pada
Tabel 3.13
Tabel 3.13
Data pengolahan selektivitas metode analisis

Pengulangan Kadar Kadar sampel yang Selisih,


diganggu
ke- sampel
1 2,0528 2,2774 -0,2246
2 2,0377 2,2746 -0,2369
3 2,0610 2,2568 -0,1958
4 2,1130 2,2774 -0,1643
5 2,0678 2,2760 -0,2082
6 2,1240 2,2842 -0.1602
7 2,1459 2,3047 -1589
Σx 14,6022 15,9511 -1,3489
x̅ 2,0860 2,2787 -0,1927
s 0,0411 0,0142 0,0322
t = -0,1927 /0,0322
t = -15,83
Pada batas kepercayaan 95% pada daerah pengujian berikut
Kriteria penerimaan : t hitung 2,45
Daerah kriteria penolakan : t hitung 2,45
t hitung < t tabel, sehingga dinyatakan dipertahankan dan tidak ada
perbedaan kadar kalsium pada sampel yang ditambah Mg dengan yang tidak
ditambah Mg. sehingga selektivitas metode dinyatakan baik.
8) Uji Ketangguhan (Ruggedness)
Uji Ketangguhan (Ruggedness) adalah parameter uji derajat ketertiruan hasil
uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji
normal seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, dan

144
hari yang berbeda. Uji ketangguhan dilakukan untuk mengetahui perubahan
reliabilitas metode uji dengan berjalannya waktu rentannya metode uji
terhadap adanya perubahan kondisi pengujian. Cara penentuan uji
ketangguhan sebagai berikut:
- diukur larutan standar sebanyak 5 buah dengan 3 kali waktu pengukuran
yang berbeda.
- diukur masing-masing larutan dengan AAS.
- dibandingkan hasil perolehan kadarnya dengan uji- F (Anova).
Uji ketangguhan ini sebagai uji pembanding untuk metode sebelumnya, jika
dilakukan uji ketegaran ini maka tidak perlu dilakukan pembandingan
metode. Berikut ini hasil uji ketangguhan metode dapat ditunjukkan pada
Tabel 3.14

Tabel 3.14
Data pengolahan ketangguhan metode analisis

Konsentrasi Pengulangan
1 2 3
2,50 0,0643 0,0644 0,0606
5,00 0,1250 0,1267 0,1156
7,50 0,1885 0,1927 0,1799
10,00 0,2309 0,2307 0,2185
12,50 0,2979 0,2926 0,2863
Σy 0,9066 0,9071 0,8609 2,6746
y2 0,8219 0,8228 0,7411 2,3859

statistik
deskriftif
konsentrasi Count Sum rerata varian
4.69E-
1 3 0.1893 0.0631 06
3.57E-
2 3 0.3673 0.122433 05
4.26E-
3 3 0.5611 0.187033 05
5.04E-
4 3 0.6801 0.2267 05
3.37E-
5 3 0.8768 0.292267 05

145
ANOVA
sumber keragaman SS df MS F P-value F crit
3.11E-
konsentrasi 0.095398 4 0.02385 713.3313 12 3.47805
Galat 0.000334 10 3.34E-05

Total 0.095732 14

Hasil uji keragaman F hitung > dari F Tabel sehingga hipotesis nol ditolak
artinya terdapat variabilitas dari data perubahan respon terhadap variabilitas
konsentrasi sehingga variabilitas data mencerminkan ketangguhan metode.
9) Uji Ketahanan (Robustness)
Untuk memvalidasi ketegaran suatu metode perlu dibuat perubahan
metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik
dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan
untuk menunjukkan kekuatan metode HPLC dapat mencakup (tapi tidak
dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2
unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C). Robustness adalah
ukuran bagi suatu metode analisis dalam mempertahankan unjuk kerjanya
dalam situasi dimana pengaturan kondisi analisis tidak sesempurna seperti
yang ditetapkan dalam metode yang bersangkutan. Identifikasi sekurang-
kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau
diubah.
10) Uji Ketidakpastian (Uncertainty)
Sebagaimana telah dituliskan pada dokumen standar “Persyaratan Umum
Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi” ISO/IEC
17025:2005 telah diatur pula persyaratan tentang ketidakpastian, yaitu dalam
klausul 5.4.6. Dalam standar tersebut diatur bahwa laboratorium wajib
mempunyai dan menerapkan prosedur untuk mengestimasi ketidakpastian
pengukuran. Estimasi ketidakpastian tersebut harus wajar (reasonable) dan
didasarkan pada pengetahuan atas unjuk kerja metode, dan harus
menggunakan data-data yang diperoleh dari pengalaman sebelumya serta data

146
validasi metode. Istilah ketidakpastian pengukuran yang digunakan dalam
peraturan ini berdasarkan pada kosakata istilah dasar dan umum dalam
metrologi adalah parameter yang terkait dengan hasil pengukuran, yang
mencirikan penyebaran nilai-nilai yang cukup dan dapat dikaitkan dengan
pengukuran.

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPAN


TPACK
Sebagai bagian akhir dari kegiatan belajar 3 yang mengacu pada CPMK
dengan indikator esensial dapat melakukan uji hipotesis (ANOVA) terhadap
pengaruh faktor yang dikendalikan, dapat melakukan teknik sampling yang
benar sesuai prosedur yang dipersyaratkan untuk menghasilkan sampel yang
representatif, dan dapat mengevaluasi hasil validasi metode uji yang baru
dikembangkan sebagai penjaminan mutu analisis.
Setelah Anda memahami seluruh materi yang telah diberikan, dan Anda
sebagai calon guru/guru Teknik Kimia yang professional abad 21 dituntut mampu
merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan
Teknik Kimia, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Untuk itu marilah kita coba untuk membelajarkan dengan indikator
esensial: Peserta didik dapat mengevaluasi hasil validasi metode uji yang baru
dikembangkan.
Berikut ini adalah contoh pembelajaran dengan strategi pembelajaran inquiri
terbimbing yang menerapkan TPACK.

Tujuan Pembelajaran
Mengevaluasi hasil validasi metode analisis
Langkah pembelajaran
1. Menyajikan pertanyaan atau masalah bagaimana melakukan evaluasi hasil
validasi metode uji yang baru dikembangkan: Guru membimbing siswa

147
mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan dipapan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang manjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan perhitungan data untuk memperoleh informasi: Guru membimbing
siswa mendapatkan informasi melalui analisis data.
5. Mengumpulkan hasil analisis data: Guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul dari 6
parameter metode analisis : linearitas/ daerah kerja, sensitivitas, LOD, LOQ,
presisi dan akurasi.
6. Membuat kesimpulan:Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan,
bagaimana keberterimaan analisis data hasil validasi.

E. FORUM DISKUSI
Suatu perusahan mie instan baru menerapkan program pengambilan
sampel menurut SNI 0428 1998. Perusahaan tersebut menghasilkan 4000 karton.
Setiap karton berisi 40 kemasan kecil yang berada dalam dalam satu lot.
Bagaimana pengambilan sampelnya? Gunakan Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 untuk
menentukan jumlah sampel yang diambil. Diskusikan dengan teman sekelompok
anda dan presentasikan hasilnya di depan kelas untuk setiap kelompok. Simpulkan
hasilnya dan kumpulkan laporan hasil diskusi tersebut. Rancanglah pula
bagaimana cara membelajarkannya sesuaikan strategi pembelajarannya dan
aplikasikan Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).

148
F. RANGKUMAN
Analisis statistik biasanya digunakan untuk mengadakan prediksi terhadap
suatu data dari harga sesungguhnya. Pengujian data dari replikasi pengukuran
dapat ditentukan dengan mengkaji sebaran data terhadap nilai sebenarnya. Uji
signifikansi (uji t) atau uji variabilitas (Uji F) dapat dilakukan bila data berasal
dari dua retata hasil pengukuran. Riset kimia seringkali digunakan faktor-faktor
yang dikendalikan, sehingga kemungkina akan terdapat lebih dari dua kumpulan
data, maka uji hipotesis dilakukan dengan ANOVA (analisis sidik ragam).
Kegiatan pengambilan sampel (sampling) sangat menentukan proses
pengujian/pengukuran yang dilakukan di laboratorium. Hal krusial yang muncul
dari kegiatan sampling adalah bagaimana cara merepresentasikan populasi yang
demikian kompleks kedalam ukuran-ukuran yang bisa dikelola dengan baik.
Proses sampling membutuhkan personil kompeten yang mampu melakukan
sampling dan preparasi sampel dengan baik. Validasi metode analisis adalah
proses pembuktian bahwa suatu pekerjaan atau aktivitas pengukuran atau prosedur
analisis kimia memberikan hasil yang mampu telusur ke sistem satuan
internasional. Validasi metode sangat diperlukan karena beberapa alasan yaitu
validasi metode merupakan elemen penting dari kontrol kualitas, validasi
membantu memberikan jaminan bahwa pengukuran akan dapat diandalkan.

G.TES FORMATIF 3
1. Untuk memperoleh sampel yang representatif dengan tujuan inspeksi yaitu
menentukan apakah suatu produk dengan jumlah tertentu diterima atau
ditolak oleh lembaga inspeksi, maka petugas pengambil contoh harus
memiliki 4 kriteria yaitu….
A. visi, kebijakan, sikap, dan pengetahuan (‘know ‘and ‘how’)
B. visi, kebijakan, sikap, dan loyalitas pekerjaan
C. visi, kebijakan, sikap, dan totalitas pekerjaan
D. visi, kebijakan, teknik sampling, dan keterampilan
E. visi, kebijakan, sikap, dan keterampilan

149
C. nilai CV lebih kecil dari CV Horwitz
D. Pernyataan A,B,C adalah benar
E. Pernyataan C saja yang benar

H. DAFTAR PUSTAKA
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Analisis dan cara
perhitungannya, Majalah Kefarmasian, Vol.1 No.3:117-135 ISSN 1693-
9883.
Kenkel John, 2014, Analytical Chemistry for Technicians, Fourth Ed.CRC Press,
New York
Miller James, N. and Miller Jane C. 2005, Statistic and Chemometric
forAnalyticals Chemistry, fifth Ed.Pearson Ed.Lim.
Riyanto, 2014, Validasi dan Verifikasi Metode Uji, Deepublish, Yogja
Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud, Kimia Analitik Terapan, Buku Teks,
2013
Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud, Teknik Pengambilan Contoh, Buku
Teks, 2013
Eva Sa’adah dan Ari Surya Winata, 2010. Validasi Metode Pengujian Logam
Tembaga Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan Secara
Spektrofotometri Serapan Atom Nyala, Vol 01 No.02 ISSN 2089-0877

153
KEGIATAN BELAJAR 4

PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAAN

PENULIS
SOJA SITI FATIMAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019

158
A. PENDAHULUAN
Selamat datang di Kegiatan Belajar 4 yang merupakan materi terakhir dari
keseluruhan Modul 6 pada mata pelajaran Teknik Kimia. Materi produk kreatif
dan kewirausahaan berkaitan secara tidak langsung dengan kegiatan belajar
sebelumnya, selain itu merupakan bagian dari penerapan dalam mata pelajaran
teknik kimia. Untuk memahai materi tersebut, Anda perlu mencari istilah secara
kata per kata untuk mendapatkan kejelasan yang utuh. Produk adalah barang atau
jasa yang dapat diperjualbelikan dan dapat memuaskan sebuah keinginan atau
kebutuhan. Kreatif merupakan daya cipta, mampu menciptakan sesuatu yang baru
yang tentunya berbeda dengan yang sebelumnya, yang dapat berupa gagasan
maupun kenyataan. Oleh karena itu produk kreatif adalah sebuah produk atau
gagasan yang telah mendapat perlakuan/modifikasi sehingga menjadi sesuatu
yang baru. Sedangkan kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Kegiatan Belajar 4 ini, menguraikan materi tentang analisis peluang usaha,
aspek-aspek perencanaan usaha dan produksi, tahapan produksi & produksi
massal, pengujian produk barang/jasa, marketing & strateginya, manajemen
usaha, dan laporan keuangan. Materi produk kreatif dan kewirausahaan penting
diberikan karena sangatlah relevan bagi peserta didik di Sekolah Menengah
Kejuruan, yang mengharapkan lulusan SMK mampu mengaplikasikan di bidang
usaha kreatif.
Untuk mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 4 ini, Anda disarankan
mengikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah setiap uraian materi yang terdapat pada setiap bagian dengan seksama.
2. Pahami apa yang menjadi informasi penting untuk setiap materi dengan
membuat “Catatan Penting Modul Kegiatan Belajar 4”.
4. Buatlah FGD pada Kegiatan Belajar 4 untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.

159
5. Kerjakan Tes Formatif yang diberikan untuk mengukur kemampuan Anda
Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 4.

Tingkat penguasaan =

Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Selamat Anda telah
menguasai materi pada Kegiatan Belajar 4. Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 4, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Pada akhir kegiatan belajar 4, telusuri strategi belajar yang paling tepat
untuk mengajarkan materi tersebut dengan selalu menerapkan TPCAK
(Technological, Pedagodical, Content and Knowledge) agar Anda dapat
mengajarkan materi tersebut.
Selamat Belajar, semoga setelah mempelajari materi produk kreatif dan
kewirausahaan ini, Anda dapat menjadi enteurpreuner yang sukses dunia dan
akhirat, karena perjalanan Anda di dunia ini hanya mencari bekal buat kehidupan
akhirat yang hakiki. Aamiin Ya Robbal’alamiin.

160
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK) pada Kegiatan Belajar 4
yaitu: menguasai teori aplikasi produk kreatif dan kewirausahaan dalam
pembelajaran Teknik Kimia di SMK.
Adapun sub capaian pembelajaran mata kegiatan (CPMK) pada Kegiatan
Belajar 4 yaitu:
1. melakukan analisis peluang usaha.
2. menjelaskan aspek-aspek perencanaan usaha dan produksi.
3. menjelaskan tahapan produksi & produksi massal.
4. melakukan pengujian produk barang/jasa.
5. menjelaskan pemasaran & strateginya serta manajemen usaha.
6. membuat laporan keuangan.

161
C. URAIAN MATERI
1. Analisis Peluang Usaha
Manusia pada saat ini dihadapkan pada perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan akselerasi yang luar biasa cepat, sering berubah, tak terduga,
unstructure, dan belum pernah terbayangkan sebelumnya. Berbagai tantangan
eksternal seperti era globalisasi, tuntutan abad XXI, revolusi industri 4.0, society
5.0, discruption era, bergesernya generasi dari milenial ke generasi Z dan Alpha,
serta Asean Economic Community, makin menguatkan pentingnya reorientasi
penyiapan sumberdaya manusia masa depan. Jaman modern seperti sekarang ini
membuat pasar barang dan jasa dibanjiri oleh banyak produk baik barang maupun
jasa. Untuk bisa tampil beda, produsen dituntut untuk dapat kreatif agar mampu
menciptakan sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada para konsumen. Produk
baru yang diterima pasar alias laku dijual dapat memberi nilai plus pada
perusahaan atau bahkan bisa memimpin pasar pada segmen tertentu. Oleh karena
keterampilan Anda dalam melakukan analisis peluang usaha menjadi bagian yang
sangat penting dalam membuat suatu produk yang kreatif.
Analisis peluang usaha adalah analisis suatu ide investasi atau usulan
bisnis yang menarik serta memberi kemungkinan untuk memberikan hasil bagi
seseorang yang berani mengambil resiko. Analisis peluang usaha sangat berguna
dalam menyusun strategi perusahaan, penjualan, hingga ide bisnis baru. Dalam
setiap bisnis pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Beberapa kriteria yang
perlu dilakukan untuk memulai bisnis baru, yaitu:
- Identifikasi peluang dan persaingan
Sebelum memulai usaha, identifikasi produk bisa jadi langkah pertama untuk
menghadapi ketatnya persaingan. Produk yang unik dan berbeda dari
kompetitor tentu dicari masyarakat, akan berbeda jika produk yang dijual sama
saja. Konsumen akan tetap memilih produk sejenis namun dengan harga jual
yang lebih murah. Selain itu, penjual yang sudah memiliki kredibilitas akan
lebih dicari konsumennya. Membaca peluang sangatlah penting saat
melakukan analisis peluang usaha. Pilihlah produk yang berbeda dari penjual

162
di pasaran. Lakukan inovasi agar apa yang dicari oleh konsumen ada pada
produk yang Anda jual.
- Mengenal pasar lebih jauh
Karakteristik pasar sangat penting untuk dikenali lebih jauh saat melakukan
analisis peluang usaha. Dua hal yang sangat penting adalah target seperti apa
yang Anda tuju dan apakah mereka tertarik pada produk yang akan ditawarkan.
Kedua poin tersebut sangat penting sebelum memulai usaha. Seberapa besar
ukuran pasar yang menjadi target Anda. Untuk mengetahui pasar, Anda bisa
memulainya dengan mengumpulkan data pasar minimal 3 tahun ke belakang
untuk semua industri dan pasar secara menyeluruh. Jika sudah melakukan
analisis tersebut berdasarkan penemuan yang sudah ada, Anda bisa menilai
apakah ukuran dan karakteristik pasar sesuai dengan produk atau jasa yang
ingin ditawarkan.
- Modal untuk mengembangkan usaha
Modal merupakan bagian dari analisis peluang usaha yang paling penting.
Sebelum memulai bisnis, Anda perlu memikirkannya dengan betul, agar dana
yang dibutuhkan sesuai dengan usaha yang dikembangkan. Apabila usaha yang
ingin dijalankan membutuhkan dana besar, Anda harus sudah mulai
memikirkannya. Dari sumber dana mana Anda bisa mendapatkannya. Apakah
dengan mengajukan KTA atau meminjam tambahan dana dari situs fintech.
Mulailah identifikasi beragam alternatif pilihan untuk mendapatkan modal.
Oleh karena itu, syarat utamanya adalah dapat memberikan kesejahteraan
finansial bagi perusahaan maupun pekerja.
- Kemampuan produksi
Jika produk yang ingin Anda jual membutuhkan proses produksi, tentunya ada
banyak alat produksi yang dibutuhkan. Mulai dari peralatan produksi,
perlengkapan produksi, hingga kebutuhan tenaga kerja. Hal ini tentunya bukan
hal yang mudah. Anda harus mulai memikirkan biaya untuk peralatan-
peralatan tersebut.
- Merancang Business Plan

163
Setelah menemukan bisnis apa yang ingin dijalankan, saatnya Anda mulai
merancang business plan. Hal ini merupakan tahap awal yang dilakukan oleh
seorang calon entrepreneur sebelum memulai bisnisnya. Business plan
berbentuk pernyataan formal dan tertulis yang dibuat agar bisnis/usahanya bisa
mencapai tujuan. Banyak orang yang mengalami kegagalan dalam bisnisnya
karena kurang memiliki perencanaan yang matang. Akan tetapi bukan berarti
seseorang yang sudah membuat business plan berhasil dalam menjalankan
bisnisnya. Setidaknya Anda sudah mempersiapkannya sejak awal.
- Sumber dana
Hal terpenting merancang rencana usaha adalah dengan mencantumkan sumber
dana yang didapat. Apakah sumber dana berasal dari pribadi, perbankan, atau
investor. Dalam hal ini, sumber dana harus dicantumkan sejelas mungkin agar
tidak menimbulkan kekeliruan di kemudian hari. Apabila Anda berencana
mendapatkan dana dari investor ataupun kreditur, ada beberapa poin yang
harus bisa jawab. Beberapa diantaranya apakah bisnis tersebut bisa
menghasilkan uang (mulai dari risiko dan return agar investor atau kreditur
mau berinvestasi), apakah pemilik usaha benar-benar memahami bisnisnya dan
mengetahui siapa orang yang layak dipercaya untuk berinvestasi.
- Menyelaraskan persepsi di antara pemilik saham
Di dalam sebuah usaha, biasanya ada beberapa orang yang terlibat di
dalamnya. Adanya business plan sangat bermanfaat dalam membantu pemilik
saham untuk saling menyelaraskan persepsi. Tujuan selanjutnya tentu agar
tidak ada kesalahpahaman di masa yang akan datang. Selain itu business plan
dapat meminimalisir konflik yang mungkin saja bisa terjadi.
Analisis peluang usaha sangatlah penting dilakukan sebelum memulai
usaha. Pengenalan akan kelemahan dan kekuatan bisa membantu calon
entrepreneur untuk mendapatkan peluang-peluang baru hingga mengantisipasi
berbagai hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Sangat tidak perlu mengumbar
mimpi terlalu tinggi dalam memulai usaha. Hal yang terpenting adalah agar tetap
realistis dan mengantisipasi beragam kemungkinan. Oleh karena itu, memiliki
rencana yang matang sebelum memulai bisnis sangatlah penting

164
Peluang usaha yang bagus harus memenuhi kriteria diantaranya adanya :
- permintaan nyata terhadap barang atau jasa
- tingkat pengembalian nilai
- kompetitif
- pencapaian tujuan
- ketersediaan sumber daya dan kompetensi

Peluang di bidang jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat, diantaranya :


- Jasa servis, merawat dan memperbaiki bila terjadi kerusakan pada alat-alat
yang sering kita pergunakan. Seperti servis TV, radio, mobil, motor, dan
lainnya.
- Jasa hiburan, memberikan hiburan untuk mengurangi stress, seperti : bioskop,
diskotik, café, restoran dan sebagainya.
- Jasa transportasi, menyediakan angkutan bagi masyarakat. Misalnya: rental
mobil, gojek, grab, dan lain-lainnya.
- Jasa perantara, membantu masyarakat yang akan menjual dan membeli barang.
- Jasa kesehatan, seperti: sarana kebugaran, fitness, rumah sakit, pengobatan
alternatif.
- Jasa yang lain, seperti: catering, editor, terjemahan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam pemilihan produk, berupa barang yang dapat
menciptakan peluang usaha haruslah mempertimbangkan kriteria produk-produk
sebagai berikut yaitu: mudah dalam pemakaian, efisien dalam penggunaan,
kualitas produk terjamin, hemat dalam pemakaian, dan adanya jaminan kemanan
dalam pemakaian

2. Aspek-Aspek Perencanaan Usaha dan Produksi


Perencanaan merupakan awal dari segala hal yang berjalan. Tanpa adanya
perencanaan, jarang sekali sebuah rencana bisa berjalan dengan mulus, tanpa
memperhatikan aspek aspek perencanaan usaha yang baik. Pada saat seseorang
memutuskan untuk memulai usahanya, maka pada saat itu pula ia harus dapat

165
merencanakan kegiatan usahanya dengan baik. Kesalahan dalam perencanaan
merupakan suatu langkah awal menuju kegagalan.
Penyusunanan perencanaan yang matang ini merupakan salah satu
pengelolaan usaha yang kemudian dilanjutkan dengan pengorganisasian
pengarahan dan pengendalian usaha. Untuk lebih jelas mengenai aspek aspek
perencanaan usaha, Anda dapat menyimak uraian yang akan disajikan berikut ini.

a. Aspek produksi
Produksi adalah rangkaian kegiatan membentuk, mengubah dan
menciptakan sesuatu untuk meningkatkan nilai suatu produk. Dalam melakukan
proses produksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti berikut ini:
sifat proses produksi yang terus-menerus atau berdasarkan jumlah pesanan. Jenis
dan mutu produk semestinya mempertimbangkan ketahanan lama tidaknya produk
tersebut, mutu, dan sifat permintaan konsumen terhadap produknya. Jenis
produknya (model baru atau model lama), dengan meneliti terlebih dahulu lokasi,
volume produksi, musiman atau sepanjang masa. Pengendalian proses produksi,
menyangkut perencanaan dan pengawasan proses produksi.

b. Aspek pemasaran
Penetapan harga merupakan hal yang perlu dibuat, berapa harga yang
ditetapkan, berapa harga pesaing, perlukah menentukan diskon. Selain itu lokasi,
tentukan segmen apa yang dijadikan faktor utama. Berikutnya adalah promosi :
pilihlah alat promosi yang sesuai misalnya: media sosial facebook, whatsapp,
selebaran, brosur, poster, media massa, radio, dan televisi. Terakhir adalah
distribusi : untuk mencapai konsumen dapat dilakukan dengan cara perorangan,
pengecer, agen, grosir atau pedagang besar.

c. Aspek keuangan
Sumber keuangan nternal dapat berupa tabungan sendiri, setoran dari
pemegang saham, menjual barang yang kurang produktif, menjual barang yang
menguntungkan (pada saat menjual, lebih mahal dan lebih menguntungkan jika

166
dibandingkan dengan harga saat membeli), serta fasilitas/tempat milik sendiri
(tanah, bangunan, garasi, mesin dll). Sedangkan sumber keuangan eksternal dapat
berasal dari perbankan, lembaga keuangan non bank, perorangan, dan lainnya.
Proyeksi atau rancangan keuangan dapat disusun dalam bentuk neraca harian,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan analisa pulang pokok.

d. Struktur organisasi
Struktur organisasi sederhana hanya memiliki dua tingkatan, yaitu pemilik
dan pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk atau beberapa produk lain yang
saling berhubungan, biasanya menggunakan struktur organisasi ini. Perusahaan-
perusahaan yang menggunakan struktur organisasi sederhana biasanya dikelola
oleh pemiliknya sendiri yang sekaligus menangani pekerjaan lain yang
berhubungan dengan sebuah produk. Artinya, dalam struktur sederhana, pemilik
perusahaan cenderung mengambil semua keputusan penting secara sendiri, dan
terlibat langsung dalam setiap tahap kegiatan perusahaan.

e. Analisis Break Event Point (BEP) sebuah usaha


Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian
modal atau investasi usaha. Produksi minimal usaha harus menghasilkan atau
menjual produknya agar tidak menderita kerugian. BEP adalah suatu keadaan di
mana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (titik impas).
BEP merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume
produksi suatu usaha untuk mencapai nilai impas. Artinya, usaha tersebut tidak
mengalami keuntungan ataupun kerugian. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai
BEP produksi lebih besar dari pada jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini
dan BEP harga harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini.

3. Tahapan Produksi dan Produksi Massal


Untuk memulai tahapan produksi Anda harus melakukan beberapa tahapan
diantaranta adalah: planning atau perencanaan, routing atau penentuan alur,

167
scheduling atau penjadwalan, dan dispatching atau perintah mulai produksi.
Berikut ini akan diuraikan beberapa tahapan produksi tersebut.

a. Planning atau perencanaan


Tahapan ini menentukan produk apa yang akan dibuat, berapa jumlah
bahan baku, biaya dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Dalam tahapan ini
juga dilakukan perancangan terhadap bentuk barang. Untuk melakukan
perencanaan diperlukan pengetahuan yang baik tentang jenis barang produksi dan
kebutuhannya, serta kemampuan produsen.

b. Routing atau penentuan alur


Dalam tahapan ini ditentukan alur produksi mulai pengolahan awal bahan
baku, pembentukan, pemolesan, penyelesaian, pengawasan mutu hingga distribusi
hasil produksi. Dalam routing harus ditentukan secara tepat urutan produksi dan
pekerja yang melakukan setiap alur.

c. Scheduling atau penjadwalan


Scheduling adalah menjadwalkan kapan produksi dilakukan setelah
alurnya dibuat. Penjadwalan dilakukan dengan mempertimbangkan jam kerja
pekerja dan lama dari setiap alur produksi. Dalam tahapan ini dibuat master
schedule atau jadwal utama yang kemudian dipecah menjadi jadwal yang lebih
terperinci.

d. Duspatching atau perintah mulai produksi


Setelah dijadwalkan produksi dijalankan dengan dispatching. Dalam
dispatching dicantumkan hasil perencanaan dan penjadwalan yang telah dilakukan
pada tahapan sebelumnya, seperti berapa jumlah bahan baku yang digunakan,
tahapan pembuatan hingga waktu produksi sesuai dengan hasil scheduling atau
penjadwalan. Setelah beberapa tahapan produksi dilalui, maka Anda harus
mempersipakan tahapan selanjutnya adalah produksi yang lebih banyak lagi atau
produksi massal. Produksi massal merupakan produksi yang dilakukan dalam

168
jumlah yang besar dan melibatkan banyak orang untuk melakukan tiap-tiap
tahapan produksi. Barang yang diproduksi dalam produksi massal ini
berkesinambungan artinya tidak pernah putus.
Jenis produksi harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, hal ini
dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sistem produksi juga
sudah jelas dan terarah, masing-masing karyawan harus mengikuti SOP (Standar
Operation Prosedure) agar langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
produksi lebih terarah sesuai dengan rencana yang ada. Jenis produksi massal ini
biasanya dapat dilakukan pada industri padat modal ataupun industri padat karya,
jika dilakukan oleh industri padat modal, maka proses produksi banyak
menggunakan mesin-mesin, sedangkan jika menggunakan industri padat modal,
maka akan banyak menggunakan tenaga kerja. Sebelum melakukan produksi
massal alangkah baiknya jika dibuatkan dulu prototype produk, yang akan
dijelaskan pada subbab berikutnya.

4. Pengujian Produk Barang/Jasa


Pengujian produk atau pengujian konsep produk merupakan suatu kegiatan
yang ada di dalam salah satu tahap pengembangan produk. Sebelum diproduksi
dan di pasarkan, produk baru lebih dahulu diuji untuk mendapatkan umpan balik
dari kelompok konsumen yang menjadi sasaran. Dengan pengujian konsep produk
ini perusahaan akan memperoleh produk atau merek yang memiliki masa depan.

a. Arti dan tujuan pengujian produk


Pengujian konsep produk merupakan salah satu tahap dalam
pengembangan produk baru. Sebelum diproduksi dan dipasarkan, produk baru
terlebih dahulu diuji untuk mendapatkan umpan balik dari kelompok konsumen
yang menjadi sasaran. Dengan pengujian konsep produk, perusahaan atau suatu
usaha akan memperoleh produk atau merek yang memiliki masa depan yang baik
dan cerah .
Produk atau konsep produk dapat disajikan secara simbolik maupun fisik.
Konsumen dimintai pendapatannya tentang produk tersebut dengan atribut dan

169
keterkaitannya. Setiap pengujian produk atau konsep produk harus mencakup
pertanyaan-pertanyaan berikut :
- Apakah konsep produk/gambaran produknya jelas dan mudah dimengerti ?
- Apakah manfaat dari produk tersebut bagi anda ?
- Apakah anda melihat manfaat khas yang tidak terdapat pada produk lain dari
pesaing ?
- Apakah anda menyukai produk ini dibanding dengan produk lain yang sejenis
- Apakah anda bersedia membeli produk ?
- Apakah produk ini memenuhi keinginan atau kebutuhan anda ?
- Apakah produk ini memenuhi keinginan atau kebutuhan anda ?
- Perbaikan apakah yang anda usulkan atau kebutuhan anda ?
Dengan melakukan kegiatan pengujian produk, perusahaan atau suatu
usaha akan dapat lebih memperkaya konsep produk dan memilih produk terbaik
yang diminati konsumen. Metode seperti ini bisa diterapkan dalam berbagai
macam produk, baik barang maupun jasa. Banyak perusahaan atau usaha merasa
puas apabila sudah mendapatkan gagasan atau ide produk dan tidak mematangkan
gagasan tersebut menjadi konsep untuk diuji. Apabila produk tersebut belum diuji
maka produk tersebut akan mengalami kesulitan ketika memasuki pasaran, jadi
hal tersebut bisa dihindari dengan adanya pengujian produk .
Pengembangan konsep merupakan cara yang efektif dan jika telah
dilakukan dengan benar maka anda bisa menyelamatkan biaya ratusan juta bahkan
miliaran rupiah. Anda juga akan terhindar dari langkah awal yang salah,
postioning yang salah, strategi yang buruk, dan menjual kepada orang yang salah.
Hal ini bukan sekedar masalah jaminan, tetapi lebih penting dari itu, sebagai
panduan anda untuk melewati seluruh proses pengembangan, dari mulai konsep
awal sampai suksesnya peluncuran produk baru .
Pengujian terhadap konsep (concep testing) adalah upaya untuk
memprediksi keberhasilan sebuah ide mengenai produk baru sebelum
meluncurkan ke pasar. Proses biasanya melibatkan reaksi orang lain (konsumen)
terhadap pernyataan yang menjelaskan ide dasar dari produk tersebut.

170
Sebuah pendekatan efektif dalam pengujian terhadap konsep adalah
pengembangan konsep, yaitu penyempurnaan ide-ide baru secara bertahap ke
dalam bentuk yang paling mungkin untuk diterima di pasar. Hal ini dilakukan
tidak hanya dalam kerangka memberikan ide-ide yang menjanjikan kesempatan
untuk bersaing di pasaran, namun juga panduan untuk berkomunikasi mengenai
manfaat, kegunaan, kemasan, iklan, penjualan, informasi produk, distribusi dan
juga harga. Produk unggulan tidaklah cukup. Orang hanya bersedia berpindah ke
produk baru ketika melihat adanya keuntungan yang signifikan. Dalam berbagai
pengalaman, biasanya lebih dari 30-50%, orang harus mempercayai bahwa produk
baru tersebut lebih berharga dari pada uang, waktu dan kenyamanan yang dimiliki
saat ini.
Anda harus meyakinkan orang bahwa pada akhirnya mereka akan
melakukan perbaikan besar atas apa yang dimiliki sekarang, perlu perubahan dari
apa yang telah mereka miliki, ada cara yang relatif sederhana untuk membuktikan
keunggulannya, bahwa ia akan menepati janjinya, ditambah berbagai isu-isu
lainnya. Perbaikan yang setengah-setengah jarang berhasil untuk menggantikan
pemimpin besar.
Bukan apa yang anda ketahui, tetapi apa yang orang pikirkan tentang
produk yang paling sederhana pun akan dirasakan berbeda oleh orang yang
berbeda. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perspektif, yang digunakan untuk
berbagai tujuan, dalam konteks yang berbeda, dengan harapan yang berbeda pula.
Jadi anda tidak bisa mengembangkan produk hanya di atas kertas, karena produk
itu ada di dunia nyata, tetapi dalam realitas psikologis, yaitu dunia seperti yang
dirasakan oleh orang-orang, seperti yang disaring melalui keyakinan dan emosi
mereka. Anda harus menggerakan orang, bukan produk.
Bangunlah laboratorium pemasaran Anda, laboratorium yang dimaksud
adalah tempat yang paling efektif untuk mencoba produk baru. Belum ada
laboratorium yang lebih baik untuk menguji produk baru dibanding dengan
diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Dalam diskusi kelompok
tersebut, orang-orang akan termotivasi untuk berkomunikasi, dan seorang
moderator yang berpengalaman dapat menyimpulkan apa yang ada dalam pikiran

171
dan hati mereka. Di sana, semua yang dikatakan itu penting, juga sama pentingnya
dengan bagaimana mereka mengatakan itu, apa yang ada di balik perkataan
mereka, dan termasuk juga apa yang tidak mereka katakan.

b. Tahapan/ konsep pengujian produk


Tahapan pengujian produk atau pengujian konsep produk merupakan suatu
kegiatan yang ada di dalam salah satu tahap pengembangan produk. Sebelum
diproduksi dan di pasarkan, produk baru lebih dahulu diuji untuk mendapatkan
umpan balik dari kelompok konsumen yang menjadi sasaran. Dengan pengujian
konsep produk ini perusahaan akan memperoleh produk atau merek yang
memiliki prespsi yang baik. Konsep pengujian merupakan proses atau usaha yang
diprediksi menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghitung
respon pelanggan untuk produk baru sebelum diperkenalkan di pasar. Pengujian
konsep membantu kita menguji keberhasilan produk baru. Tahapan pengujian
produk sebelum kita menawarkan di pasaran secara umum, meliputi: membuat
prototype produk terlebih dahulu, evaluasi prototype, memberikan tester kepada
pasar, evaluasi tester dan pasar, membuat rencana lanjutan setelah evaluasi,
produksi massal, dan evaluasi produksi massal.
Pada proses selanjutnya, konsep produk yang telah dianalisis
kemungkinannya secara teoritis dan ternyata dapat diterima, maka konsep tersebut
dikembangkan menjadi produk secara fisik oleh departemen Litbang.
Dalam hal ini, ada tiga langkah yang perlu dilakukan, diantaranya :
1) Pembuatan prototype
Pembuatan prototype mesti memiliki tiga persyaratan, yaitu: dipandang oleh
konsumen sebagai suatu perwujudan atribut-atribut pokok seperti produk
sebelumnya, dapat bekerja dengan aman dalam keadaan dan penggunaan
yang normal, serta dapat dilaksanakan oleh pabrik sesuai dengan anggaran
yang tersedia.
2) Pengujian fungsional prototype
Pengujian fungsional prototype untuk mengetahui apakah produk tersebut
benar-benar berfungsi dengan baik dan aman bagi konsumen.

172
3) Pengujian konsumen
Pengujian konsumen untuk melihat penilaian dan tanggapan konsumen.
Setelah melewati tiga tahap dalam proses pengembangan produk, langkah
selanjutnya adalah pengujian pasar. Pengujian pasar ini merupakan proses di mana
produk dan program pemasaran masuk ke dalam kondisi yang lebih nyata.
Pengujian pasar ini memungkinkan pemasar memperoleh pengalaman dengan
pemasaran produk. Tujuan dasar dari pengujian pasar adalah menguji produk itu
sendiri, di dalam situasi yang sebenarnya. Hasil-hasil pengujian pasar dapat
dipakai untuk membuat perakitan penjualan dan laba yang lebih baik.

c. Manfaat pengujian pasar


Pengujian pasar mempunyai beberapa manfaat, diantaranya untuk
membuat peramalan penjualan masa datang yang lebih dipercaya, sebagai
pengujian awal terhadap berbagai alternatif rencana pemasaran, serta untuk
menentukan sumber kegagalan produk yang luput dari perhatian pada tahap
pembuatan produk. Pengujian pasar menjanjikan informasi yang memadai untuk
memutuskan jadi atau tidak meluncurkan produk baru. Jika perusahaan
melanjutkan dengan komersialisasi, maka akan membutuhkan biaya yang sangat
besar. Adapun keputusan yang perlu dipertimbangkan secara matang dalam
menentukan tahap komersialisasi, meliputi kapan memperhatikannya, ke mana
saja wilayah pemasarannya, kepada siapa, dan bagaimana caranya.

d. Tahapan proses pengujian produk baru


Pengujian produk baru bertujuan memberikan penilaian yang lebih rinci
tentang peluang sukses produk baru, mengidentifikasi berbagai penyesuaian akhir
yang diperlukan untuk produk, dan menetapkan berbagai elemen penting dalam
program pemasaran yang akan dipakai untuk memperkenalkan produk di pasar.
Secara umum, ada 4 (empat) kegiatan dalam pengujian produk baru, yaitu
sebagai:
1) Technical testing (Pengujian Teknis)

173
Dengan cara membuat prototype yang merupakan approximation
(perkiraan) produk akhir. Pengujian atas kinerja produk prototype dapat
menghasilkan sejumlah informasi penting tentang product shelf life (usia
panjang produk), tingkat keusangan produk, masalah yang timbul dari
pemakaian atau konsumsi yang tidak seharusnya, potensi kerusakan yang
memerlukan penggantian dan jadwal pemeliharaan yang tepat. Masing-
masing dari jenis informasi tersebut mempunyai dampak biaya terhadap
pemasaran produk. Contohnya, estimasi usia pajang produk bisa
berpengaruh terhadap frekuensi dan biaya pengiriman. Lalu kemungkinan
adanya masalah penggunaan yang signifikan dapat mengakibatkan perlunya
tambahan informasi labeling, periklanan dan sebaginya.
2) Preference and Satisfaction Testing (Pengujian preferensi dan kepuasan)
Dipakai untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang dalam
rencana pemasaran serta membuat tafsiran penjualan awal produk baru.
Secara umum ada utama yang dibutuhkan dalam tipe pengujian ini, yaitu
konsumen menggunakan sebuah produk selama jangka waktu tertentu,
kemudian mereka diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan preferensi serta kepuasan. Selanjutnya meleksanakan “
blind test” yang sedemikian rupa sehingga konsumen dapat membandingkan
berbagai macam alternatif produk tanpa mengetahui nama merek atau
produsennya. Pada dasarnya, pengujian preferensi dan kepuasan akan
memberikan sejumlah manfaat pokok, yaitu sebagai berikut :
- Uji Preferensi aktual dan uji teknis bisa memberikan dasar klaim yang
obyektif untuk keperluan promosi, terlebih apabila perusahaan ingin
menyajikan superioritas dalam hal persepsi konsumen atas keunggulan
spesifik pada produk perusahaan dari pada pesaing.
- Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting untuk memperkirakan
pangsa pasar jangka panjang. Oleh karena itu hasil yang kurang bagus
pada uji ini dapat berakibat pada pembatalan peluncuran produk maupun
perancangan ulang produk baru.

174
- Meskipun penerimaan pasar atas produk baru ditentukan oleh semua
elemen program pemasaran, tetapi berbagai kasus menunjukkan bahwa
skor yang tinggi dalam dimensi kinerja produk menggambarkan bahwa ide
produk yang bersangkutan sebaiknya dilanjutkan pada tahap
pengembangan produk baru selanjutnya .
- Uji Preverensi pada umumnya dapat memberikan signal awal terbaik
terhadap kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.
3) Simulated Test Markets (Pengujian pasar simulasi)
Prosedur riset pemasaran dibuat untuk memberikan gambaran yang murah
dan cepat tentang pangsa pasar yang bisa diharapkan dari produk baru.
Beberapa model yang dapat dipakai antara lain bases, designor, assessor,
dan litmus.
4) Test Markets ( Pengujian Pasar )
Perusahaan akan menawarkan sebuah produk untuk dijual di wilayah pasar
terbatas yang sebisa mungkin dapat mewakili keseluruhan pasar dimana
produk itu nantinya akan dijual.
Metode pokok untuk menguji pasar produk konsumen, adalah sebagai berikut:
1) Sales Wave Research
Dalam metode tersebut, konsumen yang pada awalnya mencoba sebuah
produk secara gratis ditawarkan lagi produk tersebut atau produk pesaing,
dengan harga lebih murah .
2) Simulated Test Marketing
Metode ini memerlukan 30 sampai 40 pembeli yang berkualitas di pusat
pertokoan ataupun tempat-tempat lainnya. Pengusaha akan menanyakan
beberapa hal kepada mereka, berhubungan dengan awarenes dan preferensi
mereka terhadap berbagai merek pada jenis produk tertentu.
Mereka bisa saja diundang untuk menyaksikan iklan singkat, termasuk
didalamnya yang sudah terkenanl ataupun yang masih baru. Lalu dalam
penayangan iklan tersebut disisipkan iklan produk baru. Konsumen akan
diberi sejumlah uang, lalu diminta untuk diminta untuk datang ke sebuah

175
toko khusus di mana mereka bisa membelanjakan uang yang sudah
diberikan tersebut sesuai kebutuhan.
3) Controlled Test Marketing
Metode ini memungkinkan perusahaan menguji pengaruh faktor dalam toko
dan iklan terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa harus
melibatkan konsumen itu sendiri secara langsung.
4) Test Market
Uji pasar adalah cara utama dalam menguji sebuah produk baru dalam
situasi sama yang nantinya akan dihadapi dalam peluncuran produk yang
bersangkutan. Perusahaan umumnya akan beker jasama dengan perusahan
riset dalam menentukan kota dimana perusahaan nantinya akan mencoba
membujuk para distributor agar bersedia menjual perusahaan. Biaya yang
nantinya dibutuhkan bergantung pada jumlah kota, lama pengujian, serta
jumlah data yang diinginkan perusaahaan.
Konsep pengujian merupakan proses atau usaha yang diprediksi
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghitung respon
pelanggan untuk produk baru sebelum diperkenalkan di pasar. Pengujian konsep
membantu kita menguji keberhasilan produk baru. Setelah pengujian produk
tahapan penting beikutnya adalah merancang strategi peasaran.

5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah upaya memasarkan suatu produk, baik itu
barang atau jasa, dengan menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga
jumlah penjualan menjadi lebih tinggi. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai
rangkaian upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, karena potensi untuk menjual proposisi terbatas pada jumlah orang yang
mengetahui hal tersebut. Strategi Pemasaran punya peranan penting dalam sebuah
perusahaan atau bisnis karena berfungsi untuk menentukan nilai ekonomi
perusahaan, baik itu harga barang maupun jasa. Ada tiga faktor penentu nilai
harga barang dan jasa, yaitu: produksi, pemasaran, dan konsumsi. Dalam hal ini,

176
pemasaran menjadi bagian yang menghubungkan antara kegiatan produksi dan
konsumsi.
Beberapa ahli pernah menjelaskan tentang definisi strategi pemasaran,
diantaranya adalah Kotler dan Amstrong; Kurtz; dan Philip Kotler. Menurut
Kotler dan Amstrong (2008), pengertian strategi pemasaran adalah logika
pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan memperoleh
keuntungan dari hubungannya dengan konsumen. Menurut Kurtz (2008),
pengertian strategi pemasaran adalah keseluruhan program perusahaan dalam
menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun
kombinasi elemen dari marketing mix; produk, distribusi, promosi, dan harga.
Menurut Philip Kotler (2011), pengertian strategi pemasaran adalah suatu mindset
pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di
dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran
pemasaran, dan budget untuk pemasaran.
Strategi pemasaran secara garis besar memiliki empat fungsi, diantaranya:
- Meningkatkan motivasi untuk melihat masa depan
Strategi pemasaran berupaya untuk memotivasi manajemen perusahaan agar
berpikir dan melihat masa depan dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat
diperlukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan di masa mendatang. Bagi
perusahaan untuk sangat penting mengikuti ritme pasar, namun terkadang
perusahaan juga harus memiliki gebrakan dengan sesuatu yang baru.
- Koordinasi pemasaran yang lebih efektif
Setiap perusahaan pasti memiliki strategi pemasarannya sendiri. Strategi
pemasaran ini berfungsi untuk mengatur arah jalannya perusahaan sehingga
membentuk tim koordinasi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
- Merumuskan tujuan perusahaan
Para pelaku usaha tentunya ingin melihat dengan jelas apa tujuan perusahaan
mereka. Dengan adanya strategi pemasaran maka pelaku usaha akan terbantu
untuk membuat detail tujuan yang akan dicapai, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
- Pengawasan kegiatan pemasaran

177
Dengan adanya strategi pemasaran maka perusahaan akan memiliki standar
prestasi kerja para anggotanya. Dengan begitu, pengawasan kegiatan para
anggota akan lebih mudah dipantau untuk mendapatkan mutu dan kualitas
kerja yang efektif.
Banyak ahli pasaran mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah kunci
utama dari konsep pemasaran dan marketing strategi. Dengan kata lain, setiap
perusahaan memiliki cara tersendiri dalam melakukan proses marketing, sesuai
karakteristik dan kesanggupan masing-masing. Pada dasarnya tujuan akhir dari
pemasaran itu tetap akan bermuara pada tercapainya kepuasan konsumen. Berikut
ini adalah lima konsep strategi pemasaran:
- Segmentasi pasar
Setiap konsumen pasti memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda.
Perusahaan harus melakukan klasifikasi pasar yang sifatnya heterogen menjadi
satua-satuan pasar yang bersifat homogen.
- Market positioning
Tidak ada perusahaan yang bisa menguasai seluruh pasar. Itulah alasannya
mengapa perusahaan harus punya pola spesifik untuk mendapatkan posisi kuat
dalam pasar, yaitu memilih segmen yang paling menguntungkan.
- Market Entry Strategy
Ini adalah strategi perusahaan untuk bisa masuk pada segmen pasar tertentu.
Bebebrapa cara yang sering dilakukan adalah: membeli perusahaan lain,
internal development, kerjasama dengan perusahaan lain
- Marketing Mix Strategy
Marketing Mix (baca: Pengertian Marketing Mix) adalah kumpulan dari
beberapa variabel yang telah digunakan perusahaan untuk mempengaruhi
tanggapan konsumen. Beberapa variabel tersebut diantaranya; Product, Price,
Place, Promotion, Participant, Process, People, Physical Evidence.
- Timing Strategy
Pemilihan waktu dalam melakukan pemasaran juga sangat penting untuk
diperhatikan. Perusahaan perlu melakukan berbagai persiapan yang baik di
bidang produksi, dan menentukan waktu yang tepat untuk mendistribusikan

178
produk ke pasar. Setelah memahami pengertian strategi pemasaran dengan baik
dan melakukan analisis, kini saatnya Anda eksekusi ke beberapa strategi yang
pas.
Beberapa strategi pemasaran yang populer berikut ini bisa Anda terapkan:
- Partnership
Marketing Partnership memiliki sejumlah keuntungan, contohnya
berkolaborasi dengan pihak lain. Strategi pemasaran ini dinilai murah dan lebih
berpeluang untuk sukses.
- Bekerja sama dengan Influencer
Jangan menganggap remeh kemampuan influencer sekelas selebgram. Mereka
justru banyak memberikan pengaruh pada penjualan Anda, dengan jangkauan
follower yang besar, ketika Anda mengontrak influencer untuk
mempromosikan produk Anda, tentu bukan hal tidak mungkin mendapatkan
keuntungan berlipat-lipat. Influencer tidak melulu dari selebgram, tergantung
produk Anda juga. Vlogger dan blogger juga bisa berpengaruh besar.

Gambar 4.1 Contoh strategi pemasaran (promosi ) yang dibuat blogger


(google.com)

- Melibatkan karyawan
Tidak ada yang salah dengan melibatkan karyawan Anda dalam beberapa
proyek. Coba sesekali membuat iklan lucu yang melibatkan karyawan. Tentu
ini memiliki efek ganda. Mereka akan dengan senang hati share video dengan
perusahaan disamping meningkatkan efektifitas kerja. Rata-rata karyawan
merasa bangga saat dilibatkan dalam proyek seperti ini.

179
Gambar 4.2 Contoh strategi pemasaran yang melibatkan karyawan
- Menjaga pelanggan lama
Hal ini sangatlah penting. Senantiasa manjakan pelanggan lama Anda karena
mereka adalah yang paling loyal dalam membeli produk. Coba berikan bonus
kecil khusus untuk pelanggan lama. Kebanyakan mereka adalah yang paling
loyal mempromosikan produk yang mereka anggap memuaskan. Beberapa hal
penting berkaitan dengan strategi pemasaran yaitu:
Ternyata banyak juga yang kebingungan dengan pengertian strategi
pemasaran (marketing strategy) dan rencana pemasaran. Padahal keduanya sangat
berbeda. Strategi pemasaran adalah penjelasan tentang goal yang perlu Anda
capai dengan usaha yang dijalankan. Kita cukup melihatnya di business goal yang
sudah dirancang. Sementara rencana pemasaran yaitu perencanaan bagaimana kita
mencapai marketing goal yang sudah diatur. Jadi rencana pemasaran lebih
mengarah ke sebuah peta atau pemandu dari satu langkah ke yang lainnya. Berikut
ini kaitan antara strategi pemasaran dan rencana pemasaran dari The Balance
(https://www.thebalancesmb.com) dapat Anda lihat pada Gambar 4.3.

STRATEGI PEMASARAN RENCANA PEMASARAN IMPLEMENTASI = SUKSES

Gambar 4.3 Formula Strategi Pemasaran


Oleh karena itu, rencana pemasaran dapat dibuat dengan terlebih dahulu
memahami pengertian strategi pemasaran yang harus didahulukan di samping
mengetahui komponen pentingnya. Komponen strategi pemasaran antara lain
terdiri dari: external marketing message, menetapkan tujuan sasaran, sasaran
jangka pendek dan tujuannya, dan sasaran jangka panjang dan tujuannya.

180
Rencana pemasaran memiliki komponen-komponennya yaitu tantangan
yang digadapai dan analisis situasi. Tantangan yang dihadapi (bisa tentang
deskripsi produk/servis dan rekap sasaran yang disebutkan pada strategi
pemasaran). Sedangkan analisis situasi dapat mengikuti kerangka berikut ini.

SASARAN-- FOKUS-- BUDAYA-- KEKUATAN-- KELEMAHAN-- MARKET SHARE

Gambar 4.4 Analisis rencana pemasaran

Setelah membuat kerangka di atas, kini saatnya Anda melakukan analisis


konsumen. Analisa ini bisa berupa taget konsumen yang ingin diperoleh, jenisnya,
alasan kenapa mereka beli produk Anda, konsumen yang seperti apa yang akan
dibidik dan seterusnya. Melakukan analisis seperti ini nanti bisa memperuncing
strategi pemasarannya dan tahu langkah apa yang dilakukan untuk menarik
konsumen lebih banyak. Selain itu, ada baiknya juga melakukan analisis
kompetitor. Kita bisa mengukurnya dari diposisi mana bisnis kita sekarang dan
juga kompetitornya? Apa kelebihan Anda dibanding kompetitor dan apa
kekurangan Anda? dan seterusnya. Ini sangat baik supaya kita bisa memahami
celah kompetitor dan menentukan strategi yang baik. Selanjutnya Anda akan
mendapatkan bagaimana cara menglola sebuah usaha/binis yang dapat dijelaskan
pada subbab manajemen usaha.

6. Manajemen Usaha
Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai tujuan
suatu organisasi dengan cara bekerjasama dengan orang-orang dan sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi. Istilah Manajemen, sekarang lebih cenderung
kepada istilah bisnis dan dunia karyawan, karenanya seringkali orang-orang
menyebutnya sebagai manajemen usaha, meskipun sebenarnya istilah manajemen
sendiri memang lebih besifat umum dan seringkali digunakan untuk berbagai
macam tujuan. Manajemen merupakan ilmu serta seni dalam menjalankan segala
aktifitas dari suatu organisasi. Aktifitas tersebut biasanya adalah berupa
pengorganisasian yang meliputi perencanaan, penyusunan, pengupayaan, dan

181
pengawasan dengan mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi agar tujuan bisa segera terealisasi.
Fungsi utama manajemen usaha
- Planning (Fungsi Perencaanaan).
Planning adalah bagaimana cara perusahaan dalam menetapkann tujuan yang
diinginkan dan kemudian menyusun rencana strategi dan bagaimana cara
dalam mencapai tujuan tersebut.
- Organizing (Fungsi Pengorganisasian).
Fungsi pengorganisasian adalah berupa pengaturan sumber daya manusia dan
sumber daya fisik yang dimiliki agar dapat menjalankan rencana-rencana yang
sudah diputuskan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.
- Direction (Pengarahan).
Directing atau fungsi pengarahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
dapat menciptakan suasana kerja yang dinamis, sehat agar kinerja perusahaan
dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
- Controlling (Pengendalian).
Fungsi pengendalian adalah segala upaya yang dilakukan untuk menilai suatu
kinerja yang berpedoman kepada standar yang sebelumnya telah dibuat, juga
untuk melakukan perbaikan-perbaikan jika memang dibutuhkan.
Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal, maka para manajer harus
mampu menguasai seluruh fungsi dari ke empat fungsi manajemen tersebut.
Pengelolaan sebelum menjalankan suatu usaha sangatlah penting karena dalam
sebuah usaha membutuhkan adanya benteng atau pondasi sebagai dasar utama
untuk mencapai tujuan.
Pondasi utama dalam menjalankan usaha bisa juga dilakukan dengan
adanya perencanaan yang benar-benar matang terlebih dahulu untuk kedepannya
seperti apa dan bagaimana untuk melanjutkan usaha tersebut. Sesuatu apapun
apabila memang memiliki perencanaan yang terbaik dan sangat matang akan
mendapatkan hasil yang benar-benar optimal, begitu pula dalam melakukan usaha
seharusnya memiliki kematangan yang baik. Setelah perencanaan
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan maka manajemen usaha sudah

182
dapat berjalan dengan efektif dan efisien secara berkesinambungan maka perlu
disusun laporan keuangannya. Bagian akhir dari materi KB 4 ini adalah laporan
keuangan.

7. Laporan Keuangan
Pada bagian akhir materi produk kreatif dan kewirausahaan, tentunya
Anda akan dihadapkan pada Laporan Keuangan. Apa yang dimaksud dengan
Laporan Keuangan (financial statement)? Pengertian laporan keuangan adalah
hasil akhir dari proses pencatatan transaksi keuangan suatu perusahaan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tersebut pada satu periode akuntansi
dan merupakan gambaran umum mengenai kinerja suatu perusahaan. Pendapat
lain mengatakan bahwa laporan keuangan adalah produk akhir proses akuntansi
suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dimana informasi di dalamnya
merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan, dengan tujuan
untuk membantu perusahaan membuat keputusan atau kebijakan yang tepat.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, laporan
keuangan lengkap terdiri dari 5 jenis laporan, yaitu laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Untuk mengetahui secara detail format laporan keuangan yang ada, berikut ulasan
lengkapnya. Income statement atau profit and loss statement merupakan laporan
keuangan yang berfungsi untuk menilai kinerja keuangan apakah perusahaan
mengalami keuntungan atau kerugian pada satu periode akuntansi. Selain untuk
mengetahui keuntungan atau kerugian, laporan laba rugi juga dibuat untuk
memberikan informasi tentang pajak perusahaan, bahan evaluasi manajemen dan
membantu dalam pengambilan keputusan.
Proses penyusunan financial statement menggunakan berbagai sumber
data, mulai dari faktur, bon, nota kredit, laporan, bank dan lain sebagainya. Semua
data asli transaksi keuangan tersebut digunakan untuk mengisi buku perkiraan dan
sebagai bukti keabsahan transaksi. Pembuatan financial statement oleh suatu
perusahaan tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Adapun beberapa tujuan
umum pembuatan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

183
- Untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dapat membantu suatu
perusahaan sebagai bahan evaluasi dan perbandingan dampak keuangan yang
terjadi akibat dari suatu keputusan ekonomi.
- Untuk membantu perusahaan dalam menilai dan memprediksi pertumbuhan
bisnis di masa depan.
Dengan adanya informasi keuangan, maka suatu perusahaan dapat menilai
bagaimana kondisi perusahaan di masa sekarang dan meramalkan kondisi
perusahaan di masa mendatang.
- Untuk menilai aktivitas pendanaan dan operasi perusahaan.
Informasi mengenai kondisi keuangan juga dapat membantu suatu perusahaan
dalam menilai aktivitas investasi dan kemampuan operasional perusahaan
tersebut pada satu periode tertentu.
Pada dasarnya financial statement berfungsi sebagai alat untuk membantu
perusahaan dalam menilai kondisi keuangan perusahaan secara umum. Adapun
beberapa fungsi laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- Sebagai bahan review
Financial statement dapat memberikan data atau informasi yang komprehensif
tentang posisi keuangan perusahaan. Hal ini bisa menjadi ulasan mengenai
kondisi perusahaan secara menyeluruh, khususnya kondisi keuangan (aset,
utang, biaya operasional, dan lain-lain).
- Sebagai pedoman membuat keputusan
Salah satu fungsi penting dibuatnya laporan mengenai kondisi keuangan
perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
penting bagi perusahaan.
- Membantu menciptakan strategi baru
Selain membantu proses pengambilan keputusan penting, financial statement
juga dapat dipakai untuk menciptakan strategi baru oleh perusahaan dalam
upaya meningkatkan performa usahanya.
- Meningkatan kredibilitas perusahaan

184
Perusahaan yang membuat financial statement menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah menerapkan suatu sistem perekapan data yang
terpercaya, akurat, dan tidak sembarangan dalam mengambil keputusan. Para
pemegang saham tentu lebih percaya menginvestasikan uang mereka kepada
perusahaan yang dipercaya dan memiliki kredibilitas yang baik.
Setidaknya ada 4 jenis laporan keuangan yang sering dipakai untuk melakukan
analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan, yaitu:
- Laporan Laba Rugi (profit and lost statement)
Laporang laba rugi adalah suatu laporan yang menjelaskan tentang kinerja
keuangan suatu entitas bisnis dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan
ini terdapat informasi mengenai unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan
sehingga diketahui laba atau rugi bersih.
- Laporan Perubahan Modal (capital statement)
Laporan perubahan modal adalah jenis laporan yang di dalamnya terdapat
informasi tentang perubahan modal atau ekuitas perusahaan pada periode
tertentu. Laporan ini dapat memberikan informasi seberapa besar terjadi
perubahan modal dan apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan
tersebut.
- Laporan Neraca (balance sheet)
Laporan neraca adalah laporan yang menjelaskan informasi kondisi keuangan
suatu entitas bisnis pada tanggal tertentu. Dari laporan ini kita dapat
mengetahui berapa jumlah aktiva (harta, aset), kewajiban (utang), dan ekuitas
perusahaan. Berikut ini contoh laporan keuangan. https://www.google.com/

185
Gambar 4.5 Contoh laporan keuangan (Laporan Neraca)

- Laporan Arus Kas (cash flows)


Laporan arus kas adalah financial statement suatu entitas bisnis yang dipakai
untuk menunjukkan aliran masuk dan keluar kas perusahaan pada suatu periode
akuntansi. Laporan ini juga menjadi alat pertanggungjawaban cash flows
selama periode pelaporan. Silahkan Anda pelajari berbagai jenis Laporan
keuangan yang ada.

D. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPAN


TPAC
Setelah Anda memahami seluruh materi diberikan, dan Anda sebagai
calon guru/guru Teknik Kimia yang professional abad 21 dituntut mampu
merancang pembelajaran dengan menerapkan prinsip memadukan pengetahuan
Teknik Kimia, pedagogik, serta teknologi informasi dan komunikasi atau
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). Untuk itu marilah
kita coba untuk membelajarkan materi analisis peluang usaha melalui strategi

186
PBL. Berikut ini adalah contoh pembelajaran dengan strategi Problem-Based
Learning (PBL) yang menerapkan TPACK. PBL adalah model pembelajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch,1995).

Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan tahapan produksi dan produksi massal untuk “sarapan pagi milenial”

Langkah-langkah Pembelajaran
1. Mengorientasikan peserta didik
Orientasikan peserta didik terhadap suatu peluang usaha yaitu masalah
banyak waktu terbuang dalam menyiapkan sarapan. Guru membawa siswa pada
suatu permasalahan melalui media video, animasi ataupun gambar kejadian
kemacetan di jalanan, tuntutan pagi sudah di kantor, stress seorang ibu, dan lain-
lain.
2. Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Misalnya membantu peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta
didik membaca masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian
mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut.
misalnya “Sarapan pagi milenial dapat memberikan solusi efektivitas waktu”
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya, berkaiatan dengan tahapan produksi dan produksi
masal, taget pasar, pemodalan, untung rugi dan sebagainya. Guru menciptakan
dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

187
Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam menganalisis data yang
telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang
telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta
didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat
dalam bentuk laporan, video, atau model.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan
masalah yang dipresentasikan setiap kelompok.
Setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan,
bahwa memulai gagasan yang kreatif akan berdampak pada penumbuhan jiwa
enterpreunership, yang sangat diperlukan pada era milenial seprrti ini.

E. FORUM DISKUSI
Berdasarkan uraian materi pada Kegiatan Belajar 4, coba Anda sebagai
guru atau calon guru mata pelajaran Teknik Kimia, diskusikan tentang “Minuman
Milenial” lakukan analisis peluang usaha, buat aspek-aspek perencanaan
usahanya, disain tahapan produk dan produksi masalnya, lakukan uji coba produk,
buat strategi marketing dan manajemen usahanya, dan buat laporan keuangan
untuk satu siklus tertentu. Sajikan data pendukung untuk pendirian usaha tersebut.
Rancanglah pula bagaimana cara membelajarkan “memulai usaha baru” sesuaikan
strategi pembelajarannya dan aplikasikan Technological Pedagogical and Content
Knowledge (TPACK).

F. RANGKUMAN
Analisis peluang usaha adalah analisis suatu ide investasi atau usulan
bisnis yang menarik serta memberi kemungkinan untuk memberikan hasil bagi
seseorang yang berani mengambil resiko. Analisis peluang usaha sangat berguna
dalam menyusun strategi perusahaan, penjualan, hingga ide bisnis baru. Dalam
setiap bisnis pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan merupakan

188
awal dari segala hal yang berjalan. Tanpa adanya perencanaan, jarang sekali
sebuah rencana bisa berjalan dengan baik tanpa memperhatikan aspek aspek
perencanaan usaha dengan baik. Pengujian produk atau pengujian konsep produk
merupakan suatu kegiatan yang ada di dalam salah satu tahap pengembangan
produk. Sebelum diproduksi dan di pasarkan, produk baru lebih dahulu diuji
untuk mendapatkan umpan balik dari kelompok konsumen yang menjadi sasaran.
Strategi pemasaran adalah upaya memasarkan suatu produk, baik itu barang atau
jasa, dengan menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga jumlah
penjualan menjadi lebih tinggi. Manajemen usaha/ manajemen adalah sebuah
proses dalam rangka untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan cara
bekerjasama bersama orang-orang dan sumber daya yang dimikiki oleh
organisasi. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan transaksi
keuangan suatu perusahaan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan
tersebut pada satu periode akuntansi dan merupakan gambaran umum mengenai
kinerja suatu perusahaan.

G. TES FORMATIF 4
1. Wirausahawan dituntut untuk memiliki beberapa modal untuk berhasil dalam
mengelola sebuah usaha yang dia gagas. Salah satu modal keberhasilan
seseorang dalam berwirausaha ialah ….
A. memiliki motivasi
B. kerja keras dan disiplin
C. memiliki daya pikir yang baik
D. memiliki kemampuan berinteraksi
E. kreatif dan Tangguh

2. Seorang pengusaha di jaman milenial seperti ini, sangat dianjurkan untuk


menghasil produk yang kreatif. Misalnya saja usaha gojek sudah beralih
menggunakan suatu aplikasi software, juga sistem pembayaran jasa
tranportasi seperti OVO dan gopay. Istilah kreatif tersebut mengacu pada….
A. menghasilkan karya baru

189
9. Seorang pemegang keuagan membuat laporan yang menunjukkan
pendapatan dan penjualan, biaya dan laba, yang diperoleh perusahaan
selama satu periode tertentu. Pernyataan tersebut merupakan….
A. Neraca
B. Laporan perubahan modal
C. Laporan laba rugi
D. Laporan arus kas
E. Buku besar

10. Laporan keuangan (financial statement) memiliki beberapa fungsi bagi


perusahan. Manakah dari pernyataan berikut ini yang bukan merupakan
fungsi laporan keuangan.
A. bahan evauasi manajemen
B. pedoman membuat keputusan
C. menciptakan strategi baru
D. kredibilitas perusahaan
E. memanipulasi pajak perusahaan

H. DAFTAR PUSTAKA
Alma B. 2005. Kewirausaaahn cetakan ke 9, Bandung: Alfabeta
Alma B. 2003. Manajemen Pemassaran dan Pemasaran edisi 2: Bandung:
ALfabeta
Meredith, G.G. 1989. Kewirausahaan teori dan praktek. Diterjemahkan oleh
Andre asparsayogi, Cetakan ke 6. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Rye, DE. (terjemahan Pujaatmaka, H.) 1996. WIrausahawan, Buku pertama dan
kedua: Jakarta: PT Prehallindo
Zimmerer, Scarborough. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil Edisi
ke-5. Jakarta: Salemba Empat
Dwi Prastowo D., M. A., et al. (2008). Analisis Laporan Keuangan konsep dan
aplikasi edisis ke-2. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

192
k. Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Andi
http://brainly.co.id/
http:budiandhinote.blog.spot.com2019/03/bab7/penujian-produk html
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/laporan-keuangan.

TUGAS AKHIR

Kali ini Anda dihadapkan pada data hasil pengukuran larutan standar Cu dan
sampel Cu dari air sungai.
Data pengukuran larutan Standar Cu

No. Konsentrasi Pengukuran ke-


(ppm) 1 2 3
1 0,5 0,0905 0,0899 0,0907
2 1 0,1780 0,1723 0,1699
3 2 0,3379 0,3423 0,3365
4 3 0,4938 0,4695 0,4832
5 4 0,6438 0,6524 0,6499

Data Pengukuran sampel Cu


Pengukuran ke 1 2 3 4 5 6
konsentrasi 0,54 0,55 0,5 0,52 0,54 0,55
(ppm)

1. Tentukan parameter keberterimaan metode analisis untuk daerah


kerja(linearitas), sensitivitas, LOD, dan LOQ
2. Tentukan parameter keberterimaan presisi metode
3. Bagaimana membuat laporan validasi sesuai persyratan teknis yang terdapat
pada ISO 17025
4. Deskripsikan teknik pengambilan sampel Cu dari air sungai tersebut.
5. Apakah keuntungan yang didapat bila laboratorium pegujian selalu memelihara
dokumen validasi metode.

193

Anda mungkin juga menyukai