Anda di halaman 1dari 92

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Asuhan Komprehensif

a. Pengertian

Asuhan komprehensif adalah asuhan kebidanan yang diberikan

secara komprehensif yang mencakup lima kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan

(Antenatal Care), asuhan kebidanan persalinan (Intranatal Care),

asuhan kebidanan masa nifas (Postnatal Care) dan asuhan kebidanan

bayi baru lahir (Neonatal Care) hingga penentuan alat kontrasepsi.

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksan laboratorium

dan konseling (Masruroh, 2017).

Asuhan berkelanjutan (Continuity of care) merupakan hal

yang mendasar dalam model praktik kebidanan untuk memberikan

asuhan yang 6 berkelanjutan untuk memberikan dukungan dan

membina hubungan saling percaya antara bidan dengan klien (Astuti,

2017).

b. Tujuan

Tujuan Asuhan Komprehensif adalah melaksanakan

pendekatan manajemen kebidanan secara berkesinambungan mulai

7
8

pada kasus kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas hingga

pemilihan alat kontrasepsi sehingga dapat menurunkan atau menekan

angka kesakitan serta kematian ibu dan bayi (Masruroh, 2017).

c. Manfaat

Asuhan kebidanan komprehensif dapat diberikan melalui tim

bidan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua

asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya. Bidan dapat bekerja

sama secara multi disiplin dalam melakukan konsultasi dan rujukan

dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, 2017).

2. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi yang berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2011). Kehamilan

merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu terjadi selalu

terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang

didalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu

(Nugroho, 2014). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Yulistiana, 2015).

Manuaba (2012), mengemukakan kehamilan adalah proses mata

rantai yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi


9

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Sholichah dan Nanik, 2017).

Manuaba (2010) mengemukakan lama kehamilan berlangsung

sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu sekitar 280 sampai 300

hari (Kumalasari, 2015). Kehamilan merupakan masa yang cukup berat

bagi seorang ibu, karena itu ibu hamil membutuhkan dukungan dari

berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses kehamilan

sampai melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana, 2015).

b. Etiologi

Kehamilan Menurut Mochtar (2010), Suatu kehamilan akan terjadi bila

terdapat 5 aspek berikut, yaitu:

1) Ovum Ovum adalah suatu sel dengan diameter ± 0,1 mm yang

terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus

dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.

2) Spermatozoa Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat

bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.

3) Konsepsi Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma

dan ovum di tuba fallopi.

4) Nidasi Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

kedalam endometrium.
10

5) Plasentasi Plasentasi adalah suatu benda yang sangat penting bagi

janin yang berguna untuk pertukaran zat antara ibu dan anaknya

dan sebaliknya.

c. Tanda – Tanda Kehamilan

Tanda - tanda kehamilan menurut Prawirohardjo (2010), dibagi menjadi

3 bagian, yaitu :

1) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin yang dapat dilihat/dirasa/diraba, juga bagian-

bagian janin.

b) Denyut jantung janin

Didengar dengan stetoskop manual leanec, dicatat dan

didengar alat dopler, dicatat dengan feto elektrokardigram dan

dilihat pada ultrasonografi.

c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

2) Tanda-tanda tidak pasti kehamilan

a) Amenorea

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid

terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran

tanggal persalinan akan terjadi dengan memakai rumus Neagle

b) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)

Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir

triwulan pertama. Oleh karena sering terjadi pada pagi hari,


11

maka disebut morning sickness. Bila mual dan muntah terlalu

sering disebut hiperemesis.

c) Mengidam

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,

biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan

kemudian nafsu makan timbul kembali.

f) Payudara

Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri disebabkan

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus

dan alveoli payudara.

g) Miksi

Miksi/BAK sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh

rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan

kedua kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih

ditekan oleh kepala janin.

h) Konstipasi

Konstipasi terjadi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormon steroid.


12

i) Pigmentasi kulit

Pada areola mammae, genital, cloasma, linea alba yang

berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat

pada perut bagian bawah.

j) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi sering

terjadi pada triwulan pertama.

k) Pemekaran vena-vena (varises)

Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,

dan vulva. Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir

3) Tanda-tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar

Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan

mulai pembesaran perut.

b) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk besar dan konsistensi dari

rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus

membesar dan bentuknya makin lama makin membundar.

c) Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak

terutama daerah ismus. Pada mingguminggu pertama ismus

uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi

ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi

panjang dan lebih lunak.


13

d) Tanda chadwick

Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi

kebiru-biruan. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh

hormon estrogen.

e) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran

tidak merata, tetapi di sekitar telur yang bernidasi lebih cepat

tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah

satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.

f) Tanda Braxton-Hicks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk

uterus dalam masa hamil. Pada keadaan yang membesar tetapi

tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda

braxton-hikcs tidak ditemukan.

g) Teraba ballotement

Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah

tanda adanya janin di dalam uterus.

h) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human

chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air

kencing pertama ada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu

menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin

(Prawirohardjo, 2010).
14

d. Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil

1) Uterus.

Uterus membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim,

serabut-serabut kolagennya menjadi hipgroskopik. Ukuran pada

kehamilan cukup bulan : 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih

dari 4000 cc. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram

menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan). Pada bulan-

bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada

kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan akhir kehamilan seperti

bujur telur (Mochtar, 2012).

2) Ovarium

Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematangan folikel

ditunda. Biasanya hanya satu corpus luteum kehamilan dapat

ditemukan di dalam ovarium wanita hamil dan dapat berfungsi

selama maksimal 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif

minimal (Prawirohardjo, 2011).

3) Vagina dan Vulva

Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan

vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih

merah dan kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio serviks

disebut tanda Chadwick (Mochtar, 2012).


15

4) Payudara (Mamae)

Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegangan, dan berat.

Dapat teraba noduli-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli;

bayangan vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting

susu dan areola payudara. Kalau diperas keluar, air susu jolong

(kolostrum) berwarna kuning (Mochtar, 2012).

5) Sistem Kardiovaskular

Peningkatan curah jantung pada kehamilan terjadi antara 35 hingga

50 % dari rata-rata 5 L/menit menjadi 7 L/menit pada minggu ke-

20 setelah hamil (Fraser dkk, 2015).

6) Sistem Respirasi.

Pada kehamilan, terjadi perubahan system respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O2. Di samping itu, terjadi desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada usia

kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan

rahim dan kebtuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya (Manuaba, 2010).

7) Sistem Urinaria

Selama kehamilan, uterus membesar mendorong ureter secara

lateral sehingga ureter menjadi lebih pendek. Tekanan terhadap

kandung kemih semakin besar dan mengakibatkan penurunan

kapasitas kandung kemih. nokturia terjadi akibat kombinasi factor

perubahan pola tidur, efek tekanan uterus yang membesar terhadap


16

kandung kemih, dan penurunan kapasitas kandung kemih akibat

peningkatan tekanan (Fraser dkk,

8) Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)

Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas

dan makanan lebih lama berada dalam saluran makanan, resorbsi

makanan baik, namun menimbulkan obstipasi. Gejala mual muntah

(emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari di sebut

morning sickness (Mochtar, 2012).

9) Sistem Metabolisme

Perubahan metabolisme pada kehamilan menurut Manuaba (2010),

yaitu :

a) Metabolisme basal naik sebesar 15-20 % dari semula, terutama

pada trimester ketiga.13

b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155

mEq/L menjadi 145 mEq/L disebabkan oleh hemodelusi darah

dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ

kehamilan serta persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan

kadar protein 0,5kb/berat badan atau sebutir telur ayam sehari.

d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.


17

e) Kebutuhan zat mineral ibu hamil yaitu kalsium 1,5 gram setiap

hari untuk pembentukan tulang janin. Fosfor rata-rata 2 gram

dalam sehari. Zat besi 800 mg atau 30-50 mg perhari.

f) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5-16,5 kg selama

hamil atau kenaikan berat badan 0,5kg/minggu.

10) Kulit

Estrogen dan progesteron memiliki efek penstimulasi melanosit

yang menyebabkan terjadinya pigmentasi kulit. Pigmentasi wajah

yang dialami semua wanita hamil disebut kloasma atau topeng

kehamilan (Fraser dkk, 2015).

e. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

Uterus selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion)

sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa

untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih

kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah

persalinan. Pada perempuan yang tidak hamil, uterus mempunyai

berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,

uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung

janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume 14 totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter

atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram. Pembesaran uterus


18

meliputi peregangan dan penebalan selsel otot, sementara produksi

miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi

akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar.

Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.

Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada

akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan

kurang.

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti

bentuk aslinya seperti buah avokad. Pada akhir kehamilan 12

minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring

perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal,

mendorong usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh hingga

menyentuh hati. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang

menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot

uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah

uterus akan melebar dan menipis.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dengan Jari

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


16 minggu Pertengahan simpysis-pusat
20 minggu 2-3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-prosesus
xiphodeus (PX)
36 minggu 3 jari di bawah prosesus xiphodeus
19

(PX)
40 minngu Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideuus (PX)
Sumber : Prawirohardjo (2010)

Tabel 2.2 Tinggi Fundus menurut cm

Usia kehamilan Tinggi fundus


22-28 minggu 24-25 cm di atas sympisis
28 minggu 26,7 cm di atas sympisisi
30 minggu 29,5-30 cm di atas
sympisis
32 minggu 31 cm di atas sympisis
36 minggu 32 cm di atas sympisis
38 minggu 33 cm di atas sympisis
40 minggu 37,7 cm di atas sympisis
Sumber : Sari, Anggita, dkk (2015)

Perubahan serviks pada saat kehamilan yaitu satu bulan

setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.

Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya udema pada seluruh serviks, bersamaan dengan

terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.

Pada ovarium proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti

dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah

itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang

relatif minimal.Vagina dan perineum selama kehamilan mengalami

peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit

dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan

terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.


20

Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah

jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana

sekresi akan berwarna keputihan, menebal dan pH antara 3,5 – 6

yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat

glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

lactobacillus acidophilus. Perubahan kulit pada kehamilan, kulit

dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,

kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara

dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan

garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut

dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran

bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan cloasma atau

melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genital


21

juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang

berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang

setelah persalinan.

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.

Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone

pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai

penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai

peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor

pendorongnya.

Perubahan payudara pada awal kehamilan perempuan akan

merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua

payudara akan bertambah ukurannya dan venavena di bawah kulit

akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman,

dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna

kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini

berasal dari kelenjar-kelenjar ASI yang mulai bersekresi. Meskipun

dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon

prolaktin ditekan oleh prolactin inhibitting hormone.

Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola,

akan membesar dan cenderung menonjol keluar. Jika payudara

makin besar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul.

Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan


22

dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan (Prawirohardjo,

2014).

2) Sistem Metabolisme Perubahan metabolisme pada kehamilan

menurut Manuaba (2010), yaitu :

a) Metabolisme basal naik sebesar 15-20 % dari semula, terutama

pada trimester ketiga.

b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155

mEq/L menjadi 145 mEq/L disebabkan oleh hemodelusi darah

dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ

kehamilan serta persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan

kadar protein 0,5kb/berat badan atau sebutir telur ayam sehari.

d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

e) Kebutuhan zat mineral ibu hamil yaitu kalsium 1,5 gram setiap

hari untuk pembentukan tulang janin. Fosfor rata-rata 2 gram

dalam sehari. Zat besi 800 mg atau 30-50 mg perhari. Sebagian

besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan

cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat

badan akan bertambah 12,5 kg.

Tabel 2.3
Penambahan Berat Badan pada Ibu Hamil
Kategori IMT Rekomendasi
(kg)
23

Rendah < 19,8 12,5-18


Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas < 29 _> 7
Gemeli 16- 25,5
Sumber : Prawirohardjo (2014)

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi

baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 4 kg,

sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing

seberat 0,5 kg dan 0,3

3) Sistem Kardiovaskuler

Peningkatan curah jantung pada kehamilan terjadi antara 35 hingga

50 % dari rata-rata 5 L/menit menjadi 7 L/menit pada minggu ke-

20 setelah hamil (Fraser dkk, 2015).

4) Traktus Digestivus

Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas

dan makanan lebih lama berada dalam saluran makanan, resorbsi

makanan baik, namun menimbulkan konstipasi. Gejala mual

muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari

disebut morning sickness (Mochtar, 2012).

5) Traktus Urinarius

Selama kehamilan, uterus membesar mendorong ureter secara

lateral sehingga ureter menjadi lebih pendek. Tekanan terhadap

kandung kemih semakin besar dan mengakibatkan penurunan

kapasitas kandung kemih. Nokturia terjadi akibat kombinasi factor


24

perubahan pola tidur, efek tekanan uterus yang membesar terhadap

kandung kemih, dan penurunan kapasitas kandung kemih akibat

peningkatan tekanan (Fraser dkk, 2015).

6) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135

%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting

dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi,

saat persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin

akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya,

setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal

ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui. Kelenjar tiroid

akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan

akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.

Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada

trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif.

Aksi yang sangat penting dari hormon paratiroid ini adalah untuk

memasok kalsium ke janin dengan adekuat. Selain itu, juga

diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,

plasenta dan ibu (Prawirohardjo, 2014).

7) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah


25

dua tungkai. Mobilitas tersebut dapat 20 mengakibatkan perubahan

sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak

pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan

(Prawirohardjo, 2014)

f. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

1) Trimester I

Pada trimester timbul kecemasan dan rasa kebahagian bercampur

keraguan dengan kehamilannya, terjadi fluktuasi emosi sehingga

beresiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak

nyaman, adanya perubahan hormonal, dan morning sickness

(Varney, 2008).

2) Trimester II

Menurut Sulistyowati (2009), perubahan psikologis pada trimester

II diantaranya :

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon

yang tinggi.

b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

c) Merasakan gerakan bayinya.

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

e) Libido meningkat.

f) Menuntut perhatian dan cinta.

g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya.
26

h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang baru saja menjadi ibu.

i) Ketertarikannya dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru

3) Trimester III

Menurut Sulistyowati (2009), perubahan psikologis pada trimester

III, diantaranya :

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik.

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tepat waktu.

c) Takut rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

f) Merasa kehilangan perhatian

g) Perasaan mudah teluka (sensitif).

h) Libido menurun.

g. Kebutuhan fisik ibu hamil trimester I, II, dan III

Menurut Sujiyatini (2009), kebutuhan dasar ibu hamil sesuai tahap

perkembangannya yaitu :
27

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu

hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat hamil

sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada

ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk

mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen maka ibu hamil perlu :

a) Latihan nafas melalui senam hamil

b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

c) Kurangi atau hentikan merokok

d) Konsultasi ke dokter apabila ada kelainan atau gangguan

pernapasan seperti asma dan lain-lain.

2) Nutrisi dalam kehamilan

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai

gizi yang bermutu tinggi meskipun tidak makanan yang mahal

harganya. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300

kalori per hari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu

seimbang).

3) Personal hyigiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama


28

lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, daerah genetalia) dengan

cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan

mulut, perlu mendapat perhatian sering karena sering terjadi gigi

berlubang, terutama pada ibu yang kurang kalsium. Rasa mual

selama masa hamil dapat mengakibatkan kurang bersihya mulut

dan dapat menimbulkan caries gigi.

4) Pakaian

Selama Kehamilan Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai,

baju hendaknya yang longgar dan mudah menyerap keringat.

Payudara perlu ditopang dengan BH yang memadai untuk

mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran.

5) Eliminasi

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup

lancar. Akibat pengaruh hormon progesteron, otot-otot tractus

digestivus tonusnya menurun, akibatnya mortilitas saluran

pencernaan berkurag dan menyebabkan konstipasi. Untuk

mengetahui hal tersebut, ibu hamil dianjurkan minum lebih dari 8

gelas. Wanita sebaiknya diet yang mengandung

h. Tanda bahaya selama kehamilan

Menurut Astuti Puji (2012), tanda-tanda yang mengindikasikan adanya

bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan antara lain tanda-tanda dini

bahaya/komplikasi pada kehamilan muda terdiri dari :


29

1) Perdarahan pervaginam

Yaitu perdarahan pervaginam yang tejadi pada kehamilan kurang

dari 22 minggu. Perdarahan berwarna merah terang maupun merah

tua. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau

kehamilan ektopik.

2) Hipertensi gravidarum

Hipertensi adalah kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau paling

rendah 90 mmHg dan tekanan sistolik 30 mmHg atau paling rendah

140 mmHg. Hipertensi gravidarum atau hipertensi dalam

kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu hipertensi karena kehamilan,

hipertensi kronik, hipertensi diperberat oleh kehamilan.

i. Antenatal Care

1) Pengertian antenatal care

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya (Kusmiyati dkk, 2009).

2) Tujuan antenatal care

Tujuan utama dari pelayanan antenatal care yaitu memantau

kemajuan kehamilan untuk memastkikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,

mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,


30

serta mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif (Kusmiyati dkk, 2009).

3) Jadwal pemeriksaan kehamilan

Kebijakan program WHO Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan

minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu :

a) Satu kali pada trimester pertama

b) Satu kali pada trimester kedua

c) Dua kali pada trimester ketiga (Rukiyah dkk, 2009)

4) Standar pelayanan antenatal

Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan

sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan

kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemerisaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi. Berikut standar pelayanan ANC menurut Kemenkes

(2010), meliputi :

a) Timbang berat badan Penimbangan dilakukan setiap kali

kunjungan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan

janin. (Saifuddin, 2009).

b) Ukur LILA Pengukuran LILA dilakukan pada kontak pertama

untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK),

LILA dianggap KEK apabila kurang dari 23,5 cm.


31

d) Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap

kali kunjungan untuk mendeteksi adanya hipertensi (kenaikan

sistole > 30 mmHg dan diastol > 15 mmHg).

e) Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran TFU pada setiap kali

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan

janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

f) Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan

mulai akhir trimester I dan diukur dalam 1 menit setiap kali

kunjungan antenatal. Gawat janin ditunjukkan dari teratur atau

tidak teraturnya DJJ, apabila DJJ < 120 kali/menit atau > 160

kali/menit.

g) Tentukan presentasi janin Penentuan posisi janin dilakukan pada

akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui letak janin.

h) Berikan imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

disekrining status imunisasi TT-nya.


32

Tabel 2.4 Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval Lama %


perlindungan perlindungan
TT1 Kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun* 80
TT3 6 minggu setelah TT 2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / 99
seumur hidup
Keterangan : *artinya apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia
subur tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari Tetanus Neonatorum (Saifuddin, 2009).

i) Beri tablet tambah darah (tablet Fe)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapatkan zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama.

j) Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus)

(1) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan

mempersiapkan calon pendonor sewaktu-waktu bila

terjadi kegawatdaruratan.

(2) Pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb), pemeriksaan

dilakukan untuk mengetahui apakah ibu menderita anemia

atau tidak. Pemeriksaan kadar Hb ibu hamil minimal 2x

selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

(3) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator preeklamsia.


33

(4) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu hamil

yang dicurigai menderita diabetes

(5) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil di daerah

dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis

serta sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

(6) Pemeriksaan HIV, bagi semua masyarakat.

(7) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada

ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis.

(8) Tatalaksana/ penanganan kasus Setiap kelainan yang

ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar

dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus yang tidak dapat

ditangani dapat dirujuk sesuai sistem rujukan.

k) KIE efektif, meliputi :

(1) Kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat.

(2) Peran suami keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan.

(3) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi. (4) Asupan gizi

seimbang.

(4) Gejala penyakit menular dan tidak menular.

(5) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di

daerah tertentu (resiko tinggi).

(6) Inisiasi Menyusui Dini.


34

(7) KB pasca persalinan.

(8) Imunisasi.

(9) Peningkatan kesehatan pada kehamilan.

3. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Prawirohardjo, 2014).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri)(Ary Sulistyawati, 2010). Persalinan adalah

suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus ke dunia luar(Ayu Febri Wulanda, 2011).

b. Etiologi

Perlu diketahui bahwa selama persalinan, dalam tubuh wanita

terdapat dua hormone yang dominan. Estrogen, berfungsi untuk

meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan penerimaan

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan

mekanis. Progesterone, berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot

rahim, menghambat rangsang dari luar seperti rangsang oksitosin,

prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot

polos relaksasi.
35

Estrogen dan progesterone harus dalam posisi yang seimbang,

sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan

antara estrogen dan progesterone memicu oksitosin dikeluarkan oleh

hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan kontraksi yang disebut

dengan Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi

kekuatan yang dominan saat mulainya proses persalinan

sesungguhnya, oleh karena itu makin matang usia kehamilan maka

frekuensi kontraksi ini akan semakin sering.

Adapun teori-teori penyebab persalinan adalah sebagai berikut

(Rohani,dkk.2010) :

1) Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi

penurunan kadar estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja

sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesterone

turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan

menimbulkan his.

2) Teori Plasenta Menjadi Tua

Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta

mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya

kadar estrogen dan progesterone yang mengakibatkan tegangnya

pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.


36

3) Teori Distensi Rahim

a) Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

c) Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi

karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga

kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih

dini.

4) Teori Iritasi Mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus

frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya

oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.

5) Teori Oksitosin

a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi

Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi progesterone karena matangnya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan

aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk

berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.


37

6) Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula Suprarenalis

a) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

b) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi

anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena

tidak terbentuknya hipotalamus.

7) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan di desidua disangka sebagai salah

satu permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena

menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan.

Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang

tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu

hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan.

c. Induksi persalinan

Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut:

1) Gagang laminaria : Dengan cara laminaria dimasukkan ke

dalam kanalis servikalis dengan tujuan

merangsang fleksus frankenhauser.


2) Amniotomi : Pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drip : Pemberian oksitosin menurut tetesan

per infuse.

d. Fisiologi Persalinan
38

Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang

komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah

banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain

penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron

merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar

hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar

prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.

Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan

iskemi otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter

sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale

dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus

berkontraksi .

e. Tahap – Tahap Persalinan

Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:

1) Kala I

Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks

sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks

disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :

a) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit

b) Penipisan dan pembukaan serviks

c) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah


39

Kala I dibagi dalam 2 fase:

a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan servik secara bertahap,pembukaan

servik kurang dari 4 cm,biasanya berlangsung hingga 8 jam.

Prosedur dan diagnostic untuk menentukan apakah

persalinan sudah pada waktunya: (Sarwono Prawirohardjo.

Buku acuan nasional pelayanan maternal dan neonatal.2008)

maka:

(1) Tanyakan riwayat persalinan :

Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam

seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat

kehamilan; riwayat medik; riwayat social; terakhir kali

makan dan minum; masalah yang pernah ada

(2) Pemeriksaan Umum :

Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;

kandung kemih.

(3) Pemeriksaan Abdomen :

Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;

penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung

janin.
40

(4) Pemeriksaan vagina :

Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban

penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah

teraba.

(5) Pemeriksaan Penunjang: Urine: warna, kejernihan, bau,

protein, BJ, dan lain-lain; darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.

(6) Perubahan psikososial

Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan

dukungan.

b) Fase aktif

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali

atau lebih), serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya

kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap

(10 cm) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin

berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase

(1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 Jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

(2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.


41

Gambar 2.1 Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan

Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dengan partograf :

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan . Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah

untuk :

(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

(2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini

setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :

(3) Kesejahteraan janin

Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap

pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan

dalam).

(4) Kemajuan persalinan


42

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam),

pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4

jam)

(5) Kesejahteraan ibu

Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh

(setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2

sampai 4 jam), makan dan minum.

2) Kala II (Kala Pengeluaran)

Gambar 2.2 Pengeluaran Janin

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Wanita merasa

hendak buang air besar karena tekanan pada rektum. Perinium

menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia menjadi

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada


43

vulva pada waktu his.Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2

jam, pada multi 0,5-1 jam

Tanda dan gejala kala II :

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Perineum terlihat menonjol.

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan

atau vaginanya.

d) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan

atau vaginanya.

e) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

3) Kala III (Kala uri)

Gambar 2.3 Manajemen Aktif Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Prawirohardjo,


44

2014).: Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

(Wiknjosastro, 2008). Dimulai segera setelah bayi lahir sampai

dengan lahirnya placenta ( 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus

teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Permulaan proses pemisahan diri dari dinding

uterus atau pelepasan plasenta :

a) Menurut Duncan.

Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai

dengan adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila

plasenta mulai terlepas.

b) Menurut Schultze

Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (central) dengan tanda

adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.

c) Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya.

Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek

pada saat plasenta terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus

sampai uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,

seluruh dinding uterus akan berkontraksi menekan pembuluh

darah yang akhirnya akan menghentikan perdarahan dari situs

plasenta tersebut.
45

Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)

membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

b)Tali pusat memanjang

c) Semburan darah tiba – tiba.

Manejemen aktif kala III : Tujuannya adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah

dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah

terjadinya retensio plasenta. Tiga langkah manajemen aktif kala

III :

a) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah

bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.

b) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.

c) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta

lahir.

4) Kala IV (2 jam post partum)

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan

amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti

oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan

membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan

pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post


46

partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya

karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior

(Rohani,dkk.2010).

Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir,

tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.

Selama 2 jam pertama pascapersalinan : Pantau tekanan

darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang

terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit

dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua yang tidak normal,

lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.

Tabel 2.5
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida

Proses persalinan Primigravida Multigravida


Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan kala
12-14 jam 8-10 jam
IV yang bersifat observasi
(Prawirohardjo, 2014)

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power : His dan tenaga mengejan.

2) Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.

3) Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.


47

4) Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam

menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses

persalinan.

5) Provider (penolong) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga

terlatih dalam bidang kesehatan. (Prawirohardjo, 2014)

g. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan

mengandalkan posisi, bentuk panggul, serta presentasi jalan lahir.

Bagian terendah janin akan menyesuaikan diri terhadap panggul ibu

pada saat turun melalui jalan lahir. Kepala akan melewati rongga

panggul dengan ukuran yang menyesuaikan dengan ukuran panggul

(Prawirohardjo, 2014).

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah

sebagai berikut:

1) Engagement

(fiksasi) = masuk

Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter

Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai

turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan pada

multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru pada

permulaan partus. (Prawirohardjo, 2009). Engagement lengkap

terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III.


48

Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat

berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di

dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut

fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi

melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk

yang bulat lonjong..

2) Descensus =

penurunan

Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-

faktor yng mempengaruhi descensus ialah tekanan air ketuban,

dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi

otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.

Turunnya kepala kedalam panggul disebabkan oleh hal- hal

sebagai berikut:

a) Tekanan air ketuban

b) Tekanan langsung fundus uteri pada bokong

c) Kekuatan mengejan

d) Melurusnya badan fetus.

3) Fleksi

Kepala

Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi

ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.

Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat kearah dada janin
49

sehingga ubun- ubun kecil lebih rendah dari ibun- ubun besar.

Dengan adanya fleksi, diameter suboksipito frontalis (11cm)

digantikan oleh diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm).

4) Putaran paksi

dalam(internal rotation)\

Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun

-ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang

mempengaruhi ialah perubahan arah bidang PAP dan PBP,

bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulat dan

lonjong.

5) Defleksi

Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor

yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah lengkungan panggul

sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu

defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput

sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga

berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka dan akhirnya

dagu.

6) Putaran paksi

luar (external rotation)

Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan

sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).


50

7) Expulsi

adalah lahirnya seluruh badan bayi

(Cunningham, 2011)

Gambar 2.4. Mekanisme Persalinan letak belakang kepaala

h. Asuhan dalam persalinan

Tujuan Asuhan Persalinan Normal ini adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Asuhan persalinan

normal, 2008).

1) Kala I

a) Memberikan dorongan emosional

Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk

mendampingi ibu selama proses persalinan


51

b) Membantu pengaturan posisi

Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu

berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk,

jongkok, berbaring miring, merangkak dapat membantu

turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu

persalinan

c) Memberikan cairan / nutrisi

Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan

memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.

Apabila dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

d) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur

Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering

jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat

mengakibatkan:

(1) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan

mungkin menyebabkan partus macet

(2) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman

(3) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang

disebabkan oleh atonia uteri

(4) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu

(5) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca

persalinan
52

e) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan

kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan

ketrampilan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang

baik melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.

Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan

sesuai partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

2) Kala II

a) Berikan terus dukungan pada ibu

b) Menjaga kebersihan ibu

c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

atau ketakutan ibu

d) Mengatur posisi ibu

e) Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk

berkemih

f) Berikan cukup minum terutama minuman yang manis

g) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk

mengambil nafas diantara kontraksi

h) Periksa DJJ setiap selesai kontraksi

i) Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di introitus

vagina

j) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu

cepat
53

k) Tahan perineum dengan satu tangan yang lain

l) Lahirkan kepala

m)Periksa adanya lilitan tali pusat

n) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan

sendirinya

o) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi

p) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan

bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.

q) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian

dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai

seluruhnya lahir.

r) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai

pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama

s) Lakukan pemotongan tali pusat

t) Pastikan bayi tetap hangat

3) Kala III

a) Pastikan tidak ada bayi yang kedua

b) Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah

bayi lahir.

c) Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD

d) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan

menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah

dorsokranial mencengkram uterus.


54

e) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik

tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir

sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima

plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati

sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan

lahir.

f) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase

fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi

g) Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya

h) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina

hingga perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan

4) Kala IV

a) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman

b) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah

dehidrasi

c) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui

d) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua

e) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :

(1) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan

kontraksi

(2) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

(3) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama
55

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran walaupun

sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena

proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan

(bayi) maka penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan

berhasil apabila selama ibu dan bayi yang dilahirkannya juga dalam

kondisi yang optimal (Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan

Neonatal, 2014).

Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi

lahir (usia 0-28 hari) (Pusdiknakes, 2013).

b. Fisiologi

Saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti

berfungsi, bayi mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali

dan sangat cepat. Segera setelah pola pernafasan bergeser dari satu

inspirasi episodic dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan

teratur.

Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir

yang menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu

melalui jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan

karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis


56

(stimulasi kimiawi) dan rangsangan dingin di daerah muka dapat

merangsang permulaan gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).

Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta

terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan

jantung menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan

jantung kiri meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran

darah keparu-paru meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel

kiri meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak

berfungsi dan foramen ovale menutup.

Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan tinja yang

berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini dinamakan mekonium.

Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus dipengaruhi oleh

pemberian makanan atau minuman. Enzim pada saluran pencernaan

biasanya sudah ada pada neonatus kecuali enzim amilase.

Enzim hepar pada neonatus belum aktif betul misalnya enzim

G6PD yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus

memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.

Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga

metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam

pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada

hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak.

Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan

mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran


57

cadangan lemak cokelat yang memberikan energi lebih banyak dari

pada lemak biasa.

Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini

terlihat dari adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang

adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah haid.

Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat

setelah 5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya

berfungsi karena jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang

dewasa dan tidak seimbangnya antara luas permukaan glomerulus

dan volume tubulus proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus

relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat dan memiliki berat

badan yang sesuai berat badan rata-rata bayi pada usia gestasinya

dapat diperkirakan mengalami peningkatan berat badan sebesar satu

ons perhari dalam 3 bulan pertamanya. Bayi yang disusui dapat

meningkat berat badannya sedikit kurang dari satu ons perhari.

Selama 3-5 hari atau minggu pertama kehidupan, bayi baru lahir

kehilangan 5-10% berat badan lahirnya, Berat harus dicapai kembali

pada hari ke-10 kehidupan bayi (Varney, 2011).

c. Penilaian Klinik

Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur

reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah

kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan


58

kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti

pernapasan, denyut jantung, sirkulasi dan refleks-refleks primitif

seperti menghisap dan mencari putting susu.

d. Penanganan bayi baru lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:

1) Membersihkan jalan napas

2) Memotong dan merawat tali pusat

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi

4) Identifikasi

5) Pencegahan infeksi

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata

dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam

keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus.

Gambar 2.5. Manajemen Bayi Baru lahir


59

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir

Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan

observasi melalui pemeriksaan nilai APGAR.

Tabel 2.6
Penilaian Bayi Baru Lahir Dengan Sistem APGAR Score

Aspek Yang Nilai


No
Dinilai 0 1 2
1) Apperence Biru/pucat Badan merah, Seluruh badan
(Penampilan) ekstremitas biru dan ekstremitas
merah
2) Pulse Tidak ada Tidak teratur Teratur
(Denyut jantung) <100x/mnt >100x/mnt
3) Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
(Reaksi terhadap
Rangsangan)
4) Activity (Otot) Tidak ada Fleksi sedikit Aktifitas kuat
5) Respiration Tidak Lemah Teratur
(Pernafasan) bernafas

Catatan :
NA 1 menit lebih atau sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bayi mengalami asfiksia sedang – ringan
NA 1 menit 1-3 asfiksia berat

f. Menilai refleks pada bayi

1) Refleks Babinski : Menggores permukaan plantar kaki dengan benda

runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari

lainnya meregang.
2) Refleks rooting : Menyentuhkan sesuatu ke sudut mulut (+) bila

bayi menengok ke arah rangsangan dan berusaha

memasukannya ke dalam mulut.


60

3) Refleks suching : (+) bila bayi menghisap kuat.


4) Grasp reflex : Meletakkan sesuatu di telapak tangan bayi, (+)

bila bayi menggenggam benda yang diletakkan

pada telapak tangan.


5) Refleks morro : Mengejutkan bayi, (+) bila kaget disertai lengan

direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan

tangan disertai gerakan lengan adduksi dan fleksi


6) Refleks tonic : Menengokkan kepala bayi ke kiri/ke kanan, (+)

neck bila kepala ditengokkan ke kanan, (+) bila kepala

ditengokkan ke kiri, anggota gerak bagian kanan

akan melakukan ekstensi dan anggota gerak

lainnya melakukan fleksi.


7) Refleks plantar : Meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, (+)

grasp bila terjadi fleksi pada jari-jari kaki.

8) Refleks palmar : Meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi, (+)

grasp bila terjadi fleksi pada jari-jari tangan.


g. Pemeriksaan Antropometri

1) Berat Badan (BB) : 2500-4000 gram

2) Panjang Badan (PB) : 48-52 cm

3) Lingkar Kepala (LIKA) : 31-35 cm

4) Lingkar Dada (LIDA) : 30-38 cm

5) Lingkar Lengan (LILA) : 9-11 cm

h. Pemeriksaan fisik

1) Kepala
61

a) Lingkar kepala oksipito-frontal harus selalu diukur dan

dicatat pada semua neonatus.

b) Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan efusion

terletak di atas periosteum dan terdiri dari cairan edema,

melewati batas sutura, tidak tampak jelas), atau

sefalohematoma (cairan yang berupa darah terletak di

bawah periosteum dan tidak melewati sutura, tampak jelas

dan lembek jika diraba).

c) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat

apakah sutura melebar atau tumpang tindih. Fontanella yang

terbuka penuh menunjukkan adanya kenaikan tekanan

intrakranial (TIK) yang bisa disebabkan oleh perdarahan

intrakranial, edema otak, atau hidrosefalus.

d) Periksa adanya massa di garis tengah yang keluar dari

tulang kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu

pemeriksaan yang lengkap.

e) Ubun-ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan

terlalu cembung disertai badan demam menandakan bayi

terkena infeksi

2) Mata

Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol,

katarak, kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata,

pergerakan kelopak mata yang seimbang.


62

3) Telinga

a) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga

yang lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti

kemungkinan adanya tanda dismorfik lainnya.

b) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan

mudah terlipat ke belakang.

c) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk

kurvatura yang jelas.

d) Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan tidak

ada kelainan pada kanalis auditoris eksterna

4) Mulut

Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum

dan bibir (labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan

gerakan lidah, adanya massa abnormal di daerah mulut dan

faring membutuhkan perhatian segera terhadap kemungkinan

terjadi obstruksi jalan napas.

5) Leher

Apakah ada gumpalan atau pembengkakan pada leher, deteksi

adanya kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus, duktus

tiroglosus, higroma koli.

6) Dada

a) Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada dinding

dada.
63

b) Pernapasan

Napas yang bunyi (grunting) terjadi karena udara yang

dikeluarkan bayi mengenai glotis yang tertutup sebagian

dan merupakan petunjuk terjadinya proses-proses yang

menyebabkan kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi karena

berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi pada bayi

yang pernapasannya sangat lemah mungkin tidak terdengar

atau sulit didiagnosis.

c) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernapasan

terjadi pada beberapa lesi diafragma atau ruangan intra

pleura unilateral. Retraksi supra renal bisa terjadi pada

distres respirasi berat.

d) Mendengarkan suara jantung bayi dengan menggunakan

stetoskop, irama dan keteraturannya untuk mendeteksi

kelainan bunyi jantung, normalnya 120 – 160 kali/menit.

e) Pernapasan normalnya 40-60 kali/menit.

7) Abdomen

a) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut (membuncit

yang terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe,

tumor, asites). Pembesaran hati tampak dari pemebesaran 1-

2 cm di bawah batas kosta kanan. Sedang limpa biasanya

tidak teraba.
64

b) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen

membentuk skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam

rongga toraks. Usus yang tampak di permukaan usus

memberikan adanya obstruksi usus, khususnya bila terjadi

emesis bilius (muntah empedu) atau aspirat lambung.

c) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali

pusat, bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat juga

perlu diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu

meningkat merupakan tanda infeksi tali pusat.

8) Alat kelamin

a) Perempuan, bila cukup bulan. Labia mayora lebih menonjol

dibandingkan labia minora dan umumnya menutupi labia

minora. Tonjolan mukosa vagina umumnya tejadi karena

pengaruh hormonal ibu terhadap janin. Pada bayi prematur,

labia minoranya lebih menonjol dan klitoris relatif

mengalami protusi ke dalam lipatan labia.

b) Laki-laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau

epispodia. Penis yang terlalu kecil menunjukkan

hipopituitarisme. Testis bayi laki-laki cukup umur biasanya

berada dalam kantong skrotum. Penurunan skrotum yang


65

tidak komplet dan testis pada kanalis inguinalis dapat

diketahui melalui palpasi.

c) Pastikan pula bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi

wanita tidak mengalami maskulinisasi, atau bayi yang

memiliki alat kelamin dua, jenis kelamin tidak dapat

ditentukan sampai dilakukan pemeriksaan yang lebih

komplit lagi.

9) Punggung

Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus

dipalpasi. Harus dicatat keabnormalannya seperti:

meningomielokel, skoliosis dan defek kulit pada linea mediana.

Deteksi pula adanya spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.

10) Ekstremitas

Inspeksi untuk memastikan apakah bentuk ekstremitas baik.

Beberapa abnormalitas struktur yang jelas atau pemendekan

anggota gerak dapat dievaluasi lebih lanjut dengan palpasi dan

pemeriksaan radigrafi.Abnormalitas jari-jari (pemendekan,

lancip, sindaktili, polidaktili), lipatan palmar, hipoplasi kuku

merupakan petunjuk penting adanya sindrom dismorfik.

11) Anus
66

Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa

kita tunggu sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24 jam

(asuhan sayang bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan

obstruksi usus.

12) Kulit

a) Pada bayi prematur (usia kehamilan 23-28 minggu)

dengan sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan transulen

dan terlihat vena-vena superfisial. Karena stratum

korneum sangat tipis, kulit bayi prematur mudah terluka

oleh karena tindakan atau manipulasi yang tampaknya

tidak berbahaya sehingga menyebabkan kerusakan stratum

korneum dan permukaan kasar.

b) Saat usia kehamilan 35-36 minggu, bayi dilapisi verniks.

Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan

biasanya menghilang pada postmatur.

c) Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut-

kerut tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi

postmatur juga terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit

pada distal ekstremitas.

d) Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak

terdapat pada punggung.

e) Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda

lahir, ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia


67

(papula keputihan 1-2 mm, umumnya ditemukan pada

wajah bayi) dan bercak mongol(suatu daerah

hiperpigementasi yang tidak menonjol (datar), lebih

banyak terjadi di seluruh pantat atau badan; umumnya

terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.

i. Perawatan Bayi Baru Lahir

Program dan Kebijakan Teknis, yaitu :

1) Kunjungan Neonatal I : 6- 48 jam setelah persalinan

2) Kunjungan Neonatal II : hari ke 3-7 setelah persalinan

3) Kunjungan Neonatal III : hari ke 8-28 setelah persalinan

(PWS KIA, 2009)

j. Pencegahan Infeksi pada Mata

Bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis mata terhadap

infeksi yang disebabkan oleh Gonore atau Clamidia. Pelindung

terbaik terhadap Gonore atau Clamidia ialah salep mata Eritromisin

0,5% yang menyebar dari kontur mata dalam ke kontur mata luar

(Varney, 2011).

Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan

setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI.

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata Tetrasiklin

1%. Salep mata tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah

kelahiran (APN,2008).
68

k. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan

cadangan vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding

bayi yang lebih besar. Sementara itu pasokan vitamin K dari ASI

rendah, sedangkan pasokan vitamin K dari makanan tambahan dan

sayuran belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir

cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga beresiko tinggi

untuk mengalami perdarahan intracranial.

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuscular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami sebagian bayi baru lahir (APN, 2008).

l. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Centre for Desease Control merekomendasikan agar semua bayi

baru lahir mendapatkan rangkaian imunisasi untuk Hepatitis B

segera setelah lahir. Sebagai alasannya adalah tindakan ini

memberikan perlindungan bagi bayi baru lahir yang ibunya memiliki

antigen permukaan hepatitis B yang tidak terdiagnosis pada saat

kelahiran, dengan pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir.

Vaksin tersebut efektif untuk mencegah penularan perinatal bayi

baru lahir.

Bayi-bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif harus

mendapatkan imunisasi Hepatitis B dan 0,5 ml Hepatitis B Immuno


69

Globulin (HBIG) dalam 12 jam setelah lahir. Dosis kedua dianjurkan

pada usia 1-2 bulan. Dosis terakhir dalam rangkaian vaksinasi tidak

boleh diberikan sebelum usia 6 bulan. Bayi-bayi ini harus di uji

untuk HbsAg dan anti-HBs pada usia 9-15 bulan.

Bayi yang lahir dari ibu dengan status HbsAg tidak diketahui

harus menerima dosis pertama rangkaian Hepatitis B dalam 12 jam

setelah lahir.

m. Inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini merupakan proses membiarkan bayi

mencari dan minum ASI sendiri segera setelah lahir. Di luar negeri

sudah menyadari hal ini sejak 1987 namun di Indonesia baru

menyadari pada tahun 2006. Proses Inisiasi Menyusui Dini

merupakan proses alami yang seharusnya dilakukan setelah seorang

ibu melahirkan bayinya. Ada beberapa hal yang akan terjadi selama

proses ini adalah:

1) Sesaat setelah ari-ari dipotong, bayi langsung diletakkan didada

ibu tanpa membersihkan bayi kecuali tangannya, kulit bertemu

kulit. Suhu badan ibu yang baru melahirkan 1 derajat lebih

tinggi. Namun jika si bayi kedinginan, otomatis suhu badan ibu

menjadi 2 derajat dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu

akan turun 1 derajat. Setelah diletakkan didada ibu, biasanya

bayi akan diam selama 20-30 menit, hal ini terjadi karena bayi

sedang menetralisir keadaannya setelah terauma melahirkan.


70

2) Bayi merasa lebih tenang, otomatis kaki bayi mulai bergerak-

gerak seperti hendak merangkak.Gerakan ini pun bukanlah

gerakan tanpa makna karena kaki bayi pasti akan menginjak-

menginjak perut ibunya diatas rahim. Gerakan ini bertujuan

untuk menghentikan perdarahan ibu. Lama dari proses ini

tergantung dari bayi

3) Bayi mencium tangannya

Bau tangan bayi sama dengan bau air ketuban dan wilayah

sekitar putting ibu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan

mencium bau tangannya membantu mengarahkan kemana dia

akan bergerak. Ketika sudah mendekati puting ibu, bayi akaan

menjilat-jilat dada ibu.

4) Bayi meremas-remas putting susu ibu. Ini untuk merangsang

ASI segera berproduksi dan bisa keluar.

5) Mulailah bayi menyusu.

5. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital

baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3

bulan (Prawirohardjo, 2014).


71

Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah

kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup

6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal

(Cunningham, 2011).

b. Etiologi

Lahirnya hasil konsepsi yang berada didalam rahim.

c. Fisiologi

Setelah plasenta dilahirkan, tinggi fundus uteri kira-kira setinggi

pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 2

jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng

berukuran panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm.

Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain.

Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang

dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior

menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya

kontraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia.

Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2

minggu kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi

diatas symfisis dan mencapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu

d. Tahap masa nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 periode (sutanto,2018)

1) Puerperium dini, yaitu masa pemulihan ketika ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan


72

2) Puerperium intermedia, yaitu masa pemulihan dimana organ-

organ reproduksi kembali sebelum hamil yang lamanya 6-8

minggu

3) Remote puerperium, yaitu masa pemulihan dari sehat sempurna

terutama dari pada ibu yang selama hamil mengalami komplikasi

waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama

berminggu, berbulan bahkan bertahun.

e. Perubahan Anatomi dan

Fisiologi Masa Nifas

1) Adanya perubahan fisik

a) Uterus (Rahim)

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio

1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir

minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu

kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang

banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak

pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran,

ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama

atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.

b) Serviks (Leher rahim)

Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3

hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu.


73

Bentuk mulut servik yang bulat menjadi agak memanjang dan

akan kembali normal dalam 3-4 bulan.

c) Vagina

Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang

akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.

d) Abdomen

Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio

pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan

otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan

hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi

keputihan.

e) Payudara

Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui

akan kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk

menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.

f) Kulit

Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga

hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan

menghilang secara perlahan-lahan.

2) Involusio uterus dan pengeluaran lochea

Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.

Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan,


74

campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya

berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan

berakhir dalam waktu 3-6 minggu.

a) Lochea Rubra

Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post

partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang

mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan

plasenta serta serabut desidua dan korion.

b) Lochea Serosa

Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah,

banyak serum, juga leukosit. Muncul pada hari kelima

sampai hari kesembilan.

c) Lochea Alba

Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan

mengandung leukosit, selaput lendir servik serta jaringan

yang mati, timbulnya setelah hari kesembilan.

3) Laktasi atau pengeluaran ASI

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron

menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus

didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum.

Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi

saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.


75

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin,

rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang

produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel.

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae

melalui duktus kesinus lactiverus.

Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya

melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang

lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang

telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga

atau keempat setelah kelahiran.

4) Perubahan sistem tubuh lain

a) Endokrin

Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior,

meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating

Hormon) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan

menurunnya hormon estrogen dan progesteron, kondisi ini

akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.

b) Hemokonsentrasi

Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal

dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan

hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ketiga dan

kelima.
76

f. Aspek Psikologis Post

Partum

Dibagi dalam beberapa fase yaitu :

1) Fase “Taking In”

a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini

berlangsung selama 1-2 hari.

b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan

kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi

tentang bayinya.

c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.

2) Fase “Taking Hold”

a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.

b) Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif.

c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi

tubuhnya seperti kelancaran BAB, BAK, duduk, jalan dan lain

sebagainya.

d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.

e) Timbul rasa kurang percaya diri.

3) Fase “Letting Go”

a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.

b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru

c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri

dan bayinya.
77

d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya.

g. Asuhan masa nifas

Program dan kebijakan teknis meliputi :

1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan.

2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan

hari ke-28 setelah persalinan.

3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan

hari ke-42 setelah persalinan.

(Depkes RI, Panduan PWS KIA 2009)

Tujuan asuhan masa nifas :

1) Menjaga kesehatan

ibu maupun bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan

skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan

pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan

pelayanan keluarga berencana.


78

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu

hamil :

a) Kebersihan diri

(1) Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan air dan sabun didaerah vulva terlebih dahulu, dari

depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah

anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air

kecil dan buang air besar.

(2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali

sehari

(3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan

air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kemaluan.

(4) Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak

diperkenankan untuk menyentuh daerah luka.

b) Istirahat

(1) Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna

mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat

bayinya juga tidur.

(2) Sarankan ibu kembali ke kegiatan rumah tangga biasa

secara bertahap.

c) Latihan
79

(1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan

panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.

(2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

akan sangat membantu, seperti misalnya latihan kegel.

d) Gizi

(1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

(2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup

(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu

minum setiap kali setelah selesai menyusui)

(4) Tablet tambah darah harus di minum untuk menambah zat

gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan

(5) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU)

e) Perawatan payudara

(1) Menjaga payudara tetap bersih

(2) Menggunakan bra yang menyokong payudara

(3) Rawat payudara bila bengkak atau lecet

(4) Hubungan intim (suami istri): Begitu darah merah sudah

tidak lagi keluar, dan ibu tidak merasa ada

ketidaknyamanan, maka hubungan intim sudah dapat

dimulai atau sesuai dengan kepercayaan yang dianut ibu.

(Saifuddin, 2010)

h. Prognosa dan Komplikasi


80

1) Prognosis

Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea,

pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan

psikologis ibu normal (Saifuddin, 2014).

2) Komplikasi

Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :

a) Infeksi nifas

b) Kelainan atau gangguan pada mammae

(1) Mastitis

(2) Bendungan ASI

(3) Kelainan puting susu

c) Sub involusio

d) Perdarahan nifas sekunder

e) Tromboflebitis

6. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan(Perawatan Ibu

Paska Melahirkan, 2003). Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah

mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita


81

(fertilisasi) atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim

(Purwoastuti,2015)

b. Tujuan

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk :

1) Mendapatkan obyek tertentu

2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4) Mengatur interval diantara kehamilan

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami

istri

6) Menentukan jumlah anak yang diinginkan

c. Macam-macam metode kontrasepsi

1) Metode sederhana

a) Tanpa alat, disebut juga cara KB alamiah.

(1) Pantang berkala

(2) Metode kalender

(3) Metode suhu basal

(4) Metode lendir servik

(5) Koitus interuptus

b) Dengan alat, secara mekanis (barier) :

(1) Kondom
82

(2) Barier intravagina : diafragma, kap servik, spons.

(3) Secara kimia (Spermicid)

(4) Vaginal krem

(5) Vaginal foam

(6) Vaginal jelly

(7) Vaginal tablet busa

2) Metode Efektif

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Peroral : Pil oral kombinasi, Mini Pil, Morning after Pil.

(2) Injeksi : DMPA, Net-Oen, Implan.

b) IUD (AKDR)

3) Kontrasepsi mantap : Vasektomi dan Tubektomi

d. Metode Keluarga Berencana Suntik 3 Bulan

1) Definisi

Kontrasepsi suntik KB 3 bulan adalah Depo

Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg

DMPA. Diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan

intramuskuler (IM) di daerah bokong. (Saifuddin, 2006)

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang

digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek

progestagen yang kuat dan sangat efektif. Noresterat juga

termasuk dalam golongan ini. (Sarwono, 2006)

2) Jenis-Jenis KB Suntik
83

Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia

antara lain:

a) Suntikan / 1 bulan, contoh : cyclofem

b) Suntikan / 3 bulan, contoh : - Depo Medroksiprogesteron

Asetat (DMPA), Depo Noretisteron Enantat (Depo

Noristerat)

3) Mekanisme Kerja

a) Mencegah ovulasi

b) Mengentalkan lendir servik dan menjadi sedikit sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma

c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi

d) Menghambat transportasi gamet dan tuba

e) Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi.

4) Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak memiliki pengaruh pada ASI

d) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

e) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause

f) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik
84

g) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

h) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

i) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

5) Kerugian (Efek Samping)

a) Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau

memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting,

tidak haid sama sekali

b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

c) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering

d) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian

e) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka panjang

f) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan

kepadatan tulang (densitas)

g) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

6) Yang dapat menggunakan Kontrasepsi Suntik Progestin (DMPA)

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang


85

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Setelah abortus atau keguguran

f) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

g) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

h) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat)

atau obat tuberculosis (rifampisin)

i) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia defisiensi

besi

7) Yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin

(DMPA)

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi

8) Waktu Pemberian KB Suntik

a) Setiap saat selama siklus haid, asal Ibu tersebut tidak hamil

b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

c) Ibu yang tidak haid, injeksi pertama tersebut dapat diberikan

setiap saat asalkan saja Ibu tersebut tidak hamil, selama 7 hari

setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.


86

d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila Ibu telah

menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar

dan Ibu tersebut tidak hamil suntikan pertama dapat segera

diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya

datang.

e) bila Ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan

ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang

lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai

pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan

pertama konrtasepsi hormonal yang akan diberikan dapat

segera diberikan, asal saja Ibu tersebut tidak hamil dan

pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.

Bila Ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, Ibu tersebut selama 7

hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi

hormonal, suntikan pertama dapat diberikan pada hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan

setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, adal saja yakin Ibu

tersebut tidak hamil.


87

h) Ibu tidak haid atau Ibu dengan perdarahan tidak teratur,

suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja Ibu

tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak

boleh melakukan hubungan seksual.

i) Kontrasepsi suntikan DPMA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik IM dalam daerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan

akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan

diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan,

noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8

minggu mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12

minggu.

9) Cara Pemberian

a) Waktu Pemberian

(1) Setelah melahirkan : hari ke 3 - 5 pasca salin dan setelah

ASI berproduksi

(2) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase

atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil

lagi)

(3) Dalam masa haid : hari 1-7 siklus haid, asal ibu tidak

hamil.

b) Lokasi Penyuntikan
88

Daerah bokong/pantat, DMPA diberikan setiap 3 bulan / IM.

(Saifuddin, 2006)

10) Informasi yang Perlu Disampaikan

a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan

gangguan haid(amenorhea) bersifat sementara dan sedikit

sekali mengganggu kesehatan.

b) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan,

sakit kepala, dan nyeri payudara, efek samping ini jarang

tidak berbahaya dan dapat hilang.

c) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu

diberikan pada Ibu usia muda yang ingin menunda

kehamilan, atau bagi Ibu yang merencanakan kehamilan

berikutnya dalam waktu dekat

d) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid

baru datang kembali pada umumnya setelah 6 setelah, selama

itu dapat saja terjadi kehamilan. Bila 3-6 bulan haid tidak

kunjung tiba, maka segera periksakan ke tempat pelayanan

kesehatan untuk dicari penyebabnya.

e) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah

ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum

jadwal. Dapat juga diberikan 2 minggu setelah jadwal asal

tidak ada kehamilan.


89

f) Bila klien sedang menggunakan salah satu kontrasepsi

suntikan dan kemudian meminta untuk diganti dengan

kontrasepsi suntikan yang lain, sebaliknya jangan dilakukan.

Bila terpaksa dilakukan diberikan sesuai dengan jadwal dari

kontrasepsi sebelumnya.

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan

alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam

suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun

bidan (Varney, 2007).

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam tahapan

yang logis untuk mengambil suatu yang terfokus pada klien. Proses

manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematisnya dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah, 2011).

2. Proses Manajemen Kebidanan

a. Tujuh Langkah Varney


90

Menurut Mufdillah (2015) Tujuh Langkah Varney menurut

Varney (2007) terdiri dari pengumpulan data dasar, interprestasi

data, mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial,

mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera, merencanakan asuhan yang komprehensif,

melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan dan Evaluasi.

1) Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan

Data Dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

a) Anamnesa

Biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikososiospritual dan

pengetahuan klien.

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tand-tanda vital.

c) Pemeriksaan khusus

Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

d) Pemeriksaan penunjang

Laboratorium catatan terbaru dan sebelumnya. Tahap ini

merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya. Sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus


91

yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang

benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam

tahapan ini harus komprehensip meliputi data subyektif,

obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya atau

valid.

2) Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah bukan berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang dikumpulkan.

a) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi

standar nomenklatur. Diagnosa kebidanan yaitu :

(1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

(2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

(3) Memiliki ciri khas kebidanan

(4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek

kebidanan

(5) Dapat dijelaskan dengan pendekatan manajeman

kebidanan
92

b) Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman

klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang

menyertai diagnose.

c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien

dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang

didapatkan dengan melakukan analisa data.

3) Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi

Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi

Penanganannya

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau

masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang

sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan.

4) Langkah IV (Keempat) : Menetapkan

Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera, untuk Melakukan

Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain

Berdasarkan Kondisi Klien.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang sesuai dengan kondisi

klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari


93

proses manajemen kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan

segera ini benar-benar dibutuhkan.

5) Langkah V (Kelima) : Menyusun Rencana

Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang

diidentifikasi atau antisipasi.Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tapijuga

jadi kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut

seperti apa yang akan terjadi berikutnya.

6) Langkah VI (Keenam) : Pelaksanaan

Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah VI ini langkah V dilaksanakan dengan efisien

dan aman. Pelaksanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

7) Langkah VII (Ketujuh) : Mengevaluasi

Yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan


94

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa

dan masalah.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif

sedang sebagian belum efektif. Maka perlu mengulang kembali

dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen

untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif

serta melakukan penyesuaian pada rencana tersebut.

b. Pendokumentasian SOAP

Menurut Subiyati (2017) SOAP merupakan catatan yang

bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Bidan hendaknya

menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali bertemu pasien Alasan

catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah karena

metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang

mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan,

metoda SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses

penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan

pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu

bidan dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.

1) Subjektif (S)

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang

pasien atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari

pasien.Pada pasien bisu maka dibagian data belakang "S" diberi

kode"0" atau "X".


95

2) Objektif (O)

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan/observasi bidan atau tenaga kesehatan lain yang

termasuk dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien

pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan diagnostik lainnya.

3) Assesment (A)

Assesment merupakan pendokumentasian dan hasil analisa data

subjektif dan data objektit.Analisa yang cepat dan akurat sangat

diperlukan guna pengambilan keputusan/tindakan yang tepat.

4) Planning/Perencanaan (P)

Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan

hasil analisa Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan

akan datang. Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam,

dan ke tujuh masuk kedalam pendokumentasian P dalam SOAP

ini adalah pelaksanan asuhan sesuai rencana yang telah disusun

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah

pasien.Dalam planning juga harus mencantumkan evaluasi yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Untuk

mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah


96

catatan perkembangan, dengan tetap mengacupada metode

SOAP (Sari, 2017).

C. Kerangka Kerja Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir

Proses Pembimbingan dan Ujian Proposal LTA

Pengurusan Perijinan Kampus

Pengurusan Perijinan Tempat Pengambilan Kasus LTA

Informed Consent Responden

Pelaksanaan Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan Asuhan Asuhan Asuhan Asuhan


Kebidanan Kebidanan Kebidanan Kebidanan Kebidanan
Kehamilan Persalinan Masa Nifas Neonatus Keluarga
(ANC) (INC) (PNC) (BBL) Berencana (KB)

Pengumpulan Data dengan 7 Langkah Varney pada ANC dengan


menerapkan Protokol Kesehatan COVID-19

Perkembangan dengan SOAP pada Asuhan Kebidanan


ANC, INC, PNC, BBL dan KB

Analisis Kesenjangan Antara Teori dan Kasus yang didapat

Pembimbingan dan Ujian LTA


97

Pengumpulan LTA ke Kampus

Gambar 2.6 Kerangka Kerja Pelaksanaan LTA

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010.PWS KIA 2009, Standar Pelayanan Antenatal. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Grace P, Borley N., 2006. At a Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Kamidah, K. (2018). Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan


Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu.
Gaster, 16(1), 24. https://doi.org/10.30787/gaster.v16i1.245

Kemenkes, R. I. (2020). Profil Kesehatan Indonesia.

Lew, W. K., Weaver, F.A., & Feied, C.F. 2009. Varicose veins. In Medicine.
Retrieved March 12, 2010 from
http://www.emedicine.com/med/TOPICS2788.HTM.

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta : EGC.

Manuaba, Ida BagusGede. dkk. 2010. IlmuKebidanan, PenyakitKandungan, dan


KB untukPendidikanBidanEdisi 2. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta :


Penerbit buku kedokteran EGC.

Ningsih, F. A. (2020). Laporan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. f g 1 p


0 a 0 di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta.

Pantiawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: Nuha Medika

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. 2018.

Prawihardjo, Sarwono. 2009. IlmuKebidanan Edisi 2 Cetakan 7. Jakarta : PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
98

Prawihardjo, Sarwono. 2009. IlmuKebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

PWS KIA Puskesmas Sentani Tahun 2021

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, Abdul Bari, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko


Waspodo. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya


Penanganannya.

Tim Penyusun Profil Kesehatan. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat 2016. Mataram: Dinas Kesehatan NTB.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4,Volume 2. Jakarta :
EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

https://sumerta.denpasarkota.go.id/uploads/download/Jenis-%20Jenis%20Alat
%20Kontrasepsi_036754.pdf (diakses pada 29 Juni 2020)

http://repository.unimus.ac.id/1715/19/BAB%20II.pdf (diakses pada 1 Juli 2020)

Anda mungkin juga menyukai