Anda di halaman 1dari 40

A.

Definisi

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu) ,lahir spontan dengan
presentabelakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu ataupun pada janin.(Wiknjosastro,2015)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan


pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.(FK UNPAD, 2016)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin)
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara
spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung
sekitar 18-24 jam,dengan letak janin belakang kepala.( Varneys,2015)
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil,persalinan normal adalah
proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar
melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan
alat dan tidak terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan
presentasi belakang kepala berlangsung dalam kurang dari 24 j
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1) Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi
2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang
terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita
bagian luar yang terletak di perineum (Bobak, 2016).

a. Struktur Eksterna

Gambar. 2.1 Sumber (Wijayanti, 2016)

a) Vulva adalah penutup atau pembungkus yang berbentuk


lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri
dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b) Mons Pubis atau mons veneris merupakan jaringan
lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat
serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis.
c) Labia Mayora adalah dua lipatan kulit panjang
melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit
yang menyatu dengan mons pubis.
d) Labia Minora terletak diantara dua labia mayora
merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, tidak
berambut yang memanjang ke arah dari bawah klitoris
dan menyatu dengan fourchett.
e) Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan
yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat
klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan

f) Vestibulum suatu daerah yang berbentuk seperti perahu


atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette.
g) Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit
antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk
dasar badan perineum.

b. Struktur Interna

Gambar. 2.2 Sumber (Wijayanti, 2016)

a) Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di


belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium
pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium,
yang mengikat ovarium ke uterus.
b) Tuba Falopii , sepasang tuba fallopi melekat pada
fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-
lekuk mengelilingi setiap ovarium

c) Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular,


pipih, cekung yang tampak mirip buah pir yang
terbalik. Uterus terdiri dari tiga bagian, fundus,
korpus dan istmus. Vagina adalah suatu tuba
berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron

C. Klasifikasi kehamilan

a. Trimester I : Dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan

b. Timester II : Dari bulan ke-4 sampai 6 bulan

c. Trimester III : Dari bulan ke-7 sampai 9 bulan

(Winkjosastro, 2015).

D. Tanda dan Gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2016, p.126-


128) dibagi menjadi 3 bagian,yaitu:

1) Tanda tidak pasti hami

a. Amenore (tidak haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita


hamil tidak haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari
pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan menjadi
lebih mudah, dengan memakai rumus Neagele rumus ini
terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari
sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Caranya yaitu
tanggal hari pertama mestruasi terakhir ditambah 7 dan
bulan dikurangi 3. 16

b) Mual dan muntah

Bisa terjadi pada bulan - bulan pertama


kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering
terjadi pada pagi hari disebut morning sickness.

c) Mengidam (ingin makan khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama


kehamilan, Akan tetapi menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.

d) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang


sesak dan padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan
16 minggu.

e) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama


kehamilan, Tetapi setelah itu nafsu makan timbul
lagi.

f) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone


estrogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara.

g) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena


kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gelaja ini
kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.

h) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus usus menurun yang


disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang
dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea


alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan
bertambah gelap terdapat pada perut bagian
bawah.

j). Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi


berdarah). Sering terjadi pada triwulan pertama.

k) Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan


progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena. Penambahan pembuluh darah ini terjadi
disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan
payudara.

2) Tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar Setelah kehamilan 14 minggu,


rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran
perut.

b) Uterus membesar Terjadi perubahan dalam bentuk,


besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan bentuknya makin lama makin
bundar.

c) Tanda hegar Konsitensi rahim dalam kehamilan


berubah menjadi lunak, terutama daerah hismus.
Pada minggu-minggu pertama isthmus uteri
mengalami hipertrofi seperti korpus uteri.
Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih
lunak

d) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi


kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh
pengaruh hormon estrogen.

e) Tanda piscaseck Uterus mengalami pembesaran,


kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di
daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal
ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu
jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran.

f) Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah


berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa
hamil. Pada keadaan uterus yang membesar 19
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma
uteri, tanda Braxton-hicks tidak ditemukan.

g) Teraba ballotemen Merupakan fenomena bandul


atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin
di dalam uterus.

h) Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai


dengan menentukan adanya hormon
chorionigonadotropin pada kehamilan muda
adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan
tes ini dapat membantu menemukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin
3) Tanda pasti hamil

a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau


diraba, juga bagianbagian janin.

b) Denyut jantung janin

(1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec

(2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler

(3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

(4) Dilihat pada untrasonograf

c) Diagnosa banding Kehamilan Diagnosa banding


kehamilan menurut Manuaba (2007, p.127)
meliputi: 20

(1) Hamil palsu Dijumpai tanda dugaan hamil


tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes
biologis tidak menunjukkan kehamilan

(2) Tumor kandungan atau mioma uteri Terdapat


pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda
hamil, bentuk pembesaran tidak merata dan
perdarahan banyak saat menstruasi.

(3) Kista ovarium Terjadi pembesaran perut tetapi


tidak disertai tanda hamil, datang bulan terus
berlangsung, lamanya perbesaran perut dapat
melampaui umur kehamilan dan pemeriksaan tes
biolgis kehamilan dengan tes negatif.

(4) Hematometra Terlambat datang bulan dapt


melampaui umur kehamilan, perut terasa sakit
setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam
rahim, tanda dan pemeriksaan hamil tidak
menunjukkan hasil yang positif.

F. PATOFISIOLOGI

Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan


kertas lakmus.Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat
apakah memang air ketubankeluar dari kanatis serviks dan adalah
bagian yang pecah. Pengaruh terhadap ibukarena jalan janin
terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan
drylabour. Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala
infeksi intra uterinlebih dahulu sebelum gejala pada ibu dirasakan.
Jadi akan meninggikan mortalitadan morbiditas perinatal. Setelah ½
jam ketuban pecah tidak terjadi persalinanspontan (partus lama)
maka persalinan diinduksi.Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu

a. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan


lengkap (10 cm).Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten
(8 jam) servik membuka sampai 5 cmdan fase aktif (7 jam)
servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuatdan
sering selama fase aktif.

b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi


lahir, proses inibiasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1
jam pada multi.

c. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai


lahirnya plasenta yangberlangsung tidak lebih dari 30
menitd. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama pos partum.(Taber, 2017)

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein
(Albumin)
Untuk mengetahui adanya
risiko pada keadaan
preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal
dilakukan pada trimester II
dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen
benedict dan menggunakan
diastic.
c. Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan
gelombang ultrasound untuk
mendapatkan gambaran dari
janin, plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung
janin, daerah yang paling
jelas terdengar DJJ, daerah
tersebut disebut fungtum
maksimum.
4) Memakai alat
Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah
gelombang ultrasound
untuk mendeteksi frekuensi
jantung
janin dan
tokodynomometer untuk
mendeteksi kontraksi
uterus kemudian
keduanya direkam pada
kertas yang sama sehingga
terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan
kontraksi uterus pada saat
yang sama
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Laboratoriuma. Pemeriksaan urine protein


(Albumin)

a. Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan


preeklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal
dilakukan pada trimester II dan III.

b. Pemeriksaan urin gulaMenggunakan reagen benedict dan


menggunakan diastic.

c. Pemeriksaan darah

2) Ultrasonografi (USG) Alat yang menggunakan gelombang


ultrasound untuk mendapatkan gambaran darijanin, plasenta
dan uterus.

3) Stetoskop Monokuler Mendengar denyut jantung janin, daerah


yang paling jelas terdengar DJJ, daerahtersebut disebut
fungtum maksimum.

4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG) Kardiotokografi adalah


gelombang ultra sound untuk mendeteksi frekuensi jantung
janin dan toko dynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas
yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung
janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama

enatalaksanaan Persalinan
Kala IV
Dua jam pertama pasca
persalinan merupakan waktu
kritis bagi ibu dan neonatus.
Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik
luar biasa dimana ibu
baru
melahirkan bayi dari dalam
perutnya dan neonatus
sedang menyesuaikan
kehidupan
dirinya dengan dunia luar.
Petugas medis harus tinggal
bersama ibu dan neonatus
untuk memastikan bahwa
keduanya berada dalam
kondisi stabil dan dapat
mengambil tindakan yang
tepat dan
cepat untuk mengadakan
stabilisasi.
Langkah-langkah
penatalaksanaan persalinan
kala IV:
1. Periksa fundus uteri tiap 15
menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam
kedua.
2. Periksa tekanan darah –
nadi – kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum
dan tawarkan makanan yang
dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan
kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat
neonatus.
7. Berikan kesempatan agar
ibu mulai memberikan ASI,
hal ini juga dapat membantu
kontraksi uterus .
8. Bila ingin, ibu
diperkenankan untuk ke
kamar mandi untuk buang
air kecil.
Pastikan bahwa ibu sudah
dapat buang air kecil
dalam waktu 3 jam
pasca
persalinan.
9. Berikan petunjuk kepada
ibu atau anggota keluarga
mengenai cara mengamati
kontraksi uterus dan tanda-
tanda bahaya bagi ibu dan
neonatus.
Ibu yang baru bersalin
sebaiknya berada di kamar
bersalin selama 2 jam dan
sebelum dipindahkan ke
ruang nifas petugas medis
harus yakin bahwa:
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kontraksi uterus baik dan
tidak terdapat perdarahan.
3. Cedera perineum sudah
diperbaiki.
4. Pasien tidak mengeluh
nyeri.
5. Kandung kemih kosong
enatalaksanaan Persalinan
Kala IV
Dua jam pertama pasca
persalinan merupakan waktu
kritis bagi ibu dan neonatus.
Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik
luar biasa dimana ibu
baru
melahirkan bayi dari dalam
perutnya dan neonatus
sedang menyesuaikan
kehidupan
dirinya dengan dunia luar.
Petugas medis harus tinggal
bersama ibu dan neonatus
untuk memastikan bahwa
keduanya berada dalam
kondisi stabil dan dapat
mengambil tindakan yang
tepat dan
cepat untuk mengadakan
stabilisasi.
Langkah-langkah
penatalaksanaan persalinan
kala IV:
1. Periksa fundus uteri tiap 15
menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam
kedua.
2. Periksa tekanan darah –
nadi – kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum
dan tawarkan makanan yang
dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan
kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat
neonatus.
7. Berikan kesempatan agar
ibu mulai memberikan ASI,
hal ini juga dapat membantu
kontraksi uterus .
8. Bila ingin, ibu
diperkenankan untuk ke
kamar mandi untuk buang
air kecil.
Pastikan bahwa ibu sudah
dapat buang air kecil
dalam waktu 3 jam
pasca
persalinan.
9. Berikan petunjuk kepada
ibu atau anggota keluarga
mengenai cara mengamati
kontraksi uterus dan tanda-
tanda bahaya bagi ibu dan
neonatus.
Ibu yang baru bersalin
sebaiknya berada di kamar
bersalin selama 2 jam dan
sebelum dipindahkan ke
ruang nifas petugas medis
harus yakin bahwa:
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kontraksi uterus baik dan
tidak terdapat perdarahan.
3. Cedera perineum sudah
diperbaiki.
4. Pasien tidak mengeluh
nyeri.
5. Kandung kemih kosong
Dua jam pertama pasca
persalinan merupakan waktu
kritis bagi ibu dan neonatus.
Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik
luar biasa dimana ibu
baru
melahirkan bayi dari dalam
perutnya dan neonatus
sedang menyesuaikan
kehidupan
dirinya dengan dunia luar
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Persalinan

1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi


parturien

2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada


parturien danpendampingnya.

3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan


 Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ
diperiksa setiap 30menit dan pada kala II setiap 15 menit
setelah berakhirnya kontraksi uterus( his ).

 Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I


DJJ diperiksa denganfrekuensi yang lbih sering (setiap 15
menit ) dan pada kala II setiap 5menit.

4. Pengamatan kontraksi uterusMeskipun dapat ditentukan


dengan menggunakan kardiotokografi, namunpenilaian
kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan
telapaktangan penolong persalinan yang diletakkan diatas
abdomen (uterus) parturien.

5. Tanda vital ibu

 Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.

 Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh


sekitar 37.50 C(“borderline”) maka pemeriksaan suhu
tubuh dilakukan setiap jam.

 Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika


profilaksis. 6. Pemeriksaan VT berikut

 Pada kala I keperluan dalam menilai status servik,


stasion dan posisibagian terendah janin sangat bervariasi.

 Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai


kemajuan persalinandilakukan tiap 4 jam.

 Deteksi dini keadaan


air ketuban yang
bercampur mekonium
( yang
merupakan indikasi adanya
gawat janin ) berlangsung
lebih cepat.
 Kesempatan untuk
melakukan pemasangan
elektrode pada kulit
kepala
janin dan prosedur
pengukuran tekanan
intrauterin.
Namun harus dingat
bahwa tindakan amniotomi
dini memerlukan
observasi yang teramat ketat
sehingga tidak layak
dilakukan sebagai tindakan
rutin.
13. Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih
selama persalinan harus
dihindari oleh karena dapat:
 Menghambat penurunan
kepala janin
 Menyebabkan hipotonia
dan infeksi kandung kemih
 Persalinan pervaginam
mengalami komplikasi
retensio urinae ( 1 : 200
persalinan ).
 Faktor resiko terjadinya
retensio urinae pasca
persalinan adalah persalinan
pervaginam operatif dan
pemberian analgesia regi
Persalinan Dua jam pertama pasca persalinan
merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus.Keduanya
baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa
dimana ibu barumelahirkan bayi dari dalam perutnya dan
neonatus sedang menyesuaikan kehidupandirinya dengan
dunia luar.

Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan neonatus


untuk memastikan bahwakeduanya berada dalam kondisi
stabil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dancepat
untuk mengadakan stabilisasi.

Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:

1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan


setiap 30 menit pada jamkedua.

2. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan


perdarahan setiap 15 menitpada jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua.

3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang


dia inginkan.

4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih


dan kering.

5. Biarkan ibu beristirahat.

6. Biarkan ibu berada didekat neonatus.

7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal


ini juga dapat membantukontraksi uterus .

8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar


mandi untuk buang air kecil.Pastikan bahwa ibu
sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam
pascapersalinan.

9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga


mengenai cara mengamatikontraksi uterus dan tanda-
tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.

Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar


bersalin selama 2 jam dan sebelum dipindahkan ke
ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa:

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.

3. Cedera perineum sudah diperbaiki.

4. Pasien tidak mengeluh nyeri.

5. Kandung kemih kosong.


ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

. Pengkajian
Pengkajian ibu pada masa kehamilan terdiri dari pengkajian riwayat

menstruasi, riwayat obstetri, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit dan


operasi, dan riwayat kesehatan (Ratnawati, 2017). Adapun pengkajian yang
dilakukan berdasarkan diagnosa defisit pengetahuan yaitu (PPNI, 2016) :

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif : Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan


persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku


berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)

Biodata klien : nama klien dan suami, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan,
suku bangsa, agama, alamat (Manurung et al., 2016).

Keluhan utama : anamnesa yang perlu diarahkan untuk menggali keluhan


utama ibu hamil, keluhan yang dirasakan oleh ibu tentang kehamilannya
(Manurung et al., 2016)
Riwayat kesehatan keluarga : data ini meliputi penyakit keluarga yang bersifat
penyakit keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar)
dan penyakit kronis (Manurung et al., 2016)
Riwayat menstruasi : menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid,
dismenorrhae, keluhan haid (Manurung et al., 2011), hari pertama haid
terakhir (HPHT) guna menentukan taksiran persalinan (TP) (Ratnawati, 2017).

Riwayat obstetri : memberikan informasi mengenai kehamilan sebelumnya


agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan saat
ini. Riwayat obstetri pada kehamilan dan persalinan sebelumnya antara lain,
gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH), berat badan bayi saat lahir dan
usia gestasi, pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan, jenis anastesi dan kesulitan persalinan, komplikasi
maternal, komplikasi pada bayi, riwayat nifas sebelumnya (Ratnawati, 2017).

Riwayat kontrasepsi : penggunaan KB yang lalu, beberapa kontrasepsi dapat


berakibat buruk pada janin, ibu atau keduanya. Penggunaan kontrasepsi oral
sebelum kelahilan dan berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ janin (Ratnawati, 2017).

Riwayat pola hidup sehari-hari : data yang perlu dikaji pemenuhan kebutuhan
fisiologis dalam kehidupan sehari-hari selama periode kehamilan meliputi :
kebutuhan nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan istirahat tidur, imunisasi
dan pola gaya hidup (penggunaan zat adiktif, alkohol dan merokok)
(Manurung et al., 2018).

Riwayat psikososial : pengaruh praktik budaya yang dijalankan oleh


keluarga/klien selama periode kehamilan, penerimaan keluarga terhadap
kehamilan, penerimaan keluarga terhadap kehamilan saat ini, perubahan
gambaran diri sehubungan dengan perubahan postur tubuh selama kehamilan
(Manurung et al., 2018).

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum

Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran, keadaan vital sign.

Pemeriksaan kebidanan

Muka : pigmentasi muka (kloasma grafidarum), conjunctiva (adakah anemis),


sclera (adakah ikterik), kelopak mata (apakah cekung?)
Leher : pigmentasi (apakah ada peningkatan), kelenjar tiroid dan paratiroid,
vena jugularis (apakah ada pembesaran?).
Dada : Keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi pecusi, auskultasi), dypsnea,
payudara (apakah ada hiperpigmentasi, pembesaran?).
Perut : pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopold Mc Donald)

a) Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus

b) Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan kiri. Menentukan

c) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin

d) Leopold IV : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP

k. Pemeriksaan penunjang : Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG,
pap smear dan kultur getah serviks

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang


dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga,
dan komunitas, terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan dalam masalah ini adalah defisit
pengetahuan
Tabel 1
Diagnosa Keperawatan Defisit Pengetahuan

Kategori: Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu


Penyebab a. Keterbatasan kognitif

b. Gangguan fungsi kognitif

c. Kekeliruan mengikuti anjuran

d. Kurang terpapar informasi

e. Kurang minat dalam belajar

f. Kurang mampu mengingat

g. Ketidaktahuan menemukan sumber


informasi
Gejala dan tanda
mayor Subjektif Objektif
a. Menanyakan masalah yang
a. Menunjukan perilaku tidak sesuai
dihadapi.
anjuran
b. Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah.
Gejala dan tanda
minor Subjektif Objektif
a. (tidak tersedia) a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)
Kondisi klinis terkait : a. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh
klien

b. Penyakit akut
c. Penyakit kronis
Kategori: Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu


Penyebab h. Keterbatasan kognitif

i. Gangguan fungsi kognitif

j. Kekeliruan mengikuti anjuran

k. Kurang terpapar informasi

l. Kurang minat dalam belajar

m. Kurang mampu mengingat

n. Ketidaktahuan menemukan sumber


informasi
Gejala dan tanda
mayor Subjektif Objektif
a. Menanyakan masalah
c. Menunjukan perilaku tidak sesuai
yang dihadapi.
anjuran
d. Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah.
Gejala dan tanda
minor Subjektif Objektif
a. (tidak tersedia) c. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
d. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.
Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)
Kondisi klinis terkait : d. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh
klien

e. Penyakit akut

f. Penyakit kronis
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas (PPNI, 2018). Perencanaan untuk masalah
keperawatan defisit pengetahuan, sebagai berikut:

Tabel 2
Intervensi Keperawatan Defisit Pengetahuan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Interven
Keperawat si
an
1 Defisit SLKI SIKI
pengetahu Luaran Utama : Edukasi Perawatan
an Kehamilan
Tingkat Pengetahuan
Kriteria hasil : a. Identifikasi pengetahuan

a. Kemampuan klien tentang perawatan

menjelaskan suatu masa kehamilan.

topik meningkat b. Jelaskan tanda bahaya

b. Perilaku sesuai dengan kehamilan

pengetahuan meningkat c. Berikan informasi


Luaran Tambahan : kunjungan minimal

Tingkat Kepatuhan antenatal care.


d. Anjurkan ibu untuk rutin
Kriteria hasil :
memeriksakan
a.Verbalisasi kemauan
kehamilannya
mematuhi program
e. Berikan kesempatan
perawatan meningkat
untuk bertanya
(Sumber : PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018. PPNI,
Standar
Luaran Keperawatan Indonesia, 20
Implementasi keperawatan : Implementasi keperawatan merupakan
komponen dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 20017). Tahap pelaksaanaan terdiri
atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang mencangkup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan, penetapan suatu keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 20016).

Tabel 3
Evaluasi Keperawatan Defisit Pengetahuan

Diagnosa
No Evalusi
Keperawatan
1 Defisit pengetahuan S (Subjektif):

Data yang diperoleh dari respon pasien


secara verbal

O (Objektif):
Data yang diperoleh dari respon pasien secara
non verbal atau melalui pengamatan perawat
A (Assessment):

Tindak lanjut dan penentuan apakah


implementasi akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik
P (Planning):

Rencana selanjutnya
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/doc/222215763/Laporan-Pendahuluan-Anc
https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/antropologi-kesehatan/lp-
antenatal-care/10826350
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi

Anda mungkin juga menyukai