Anda di halaman 1dari 39

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

DIII FARMASI
STIKES BANYUWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika dapat terselesaikan dengan baik.
Buku Petunjuk Praktikum ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, bersama ini disampaikan terima kasih kepada semua
baik secara moral, material, maupun spiritual.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika masih terdapat kekurangan baik dari
segi tata bahasa dan penyusunan kalimat. Oleh karena itu, mohon saran untuk perbaikan
Buku Petunjuk Farmasi Fisika ini. Semoga Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika ini
dapat memberikan manfaat bagi kegiatan praktikum Farmasi Fisika mahasiswa.

Banyuwangi, 18 Februari 2021

Penulis

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

1. Praktikan datang 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai. Keterlambatan lebih


dari 15 menit maka dilarang mengikuti praktikum.
2. Praktikan wajib mematuhi protokol kesehatan dengan mencuci tangan sebelum
masuk laboratorium, memakai masker, melakukan cek suhu.
3. Praktikan wajib memakai jas praktikum dan membawa perlengkapan praktikum
dari rumah (sabun cuci, tisu, lap meja, dll).
4. Praktikan yang berambut panjang maka rambut diikat rapi; kuku jari tangan bersih,
pendek, dan tidak boleh berkutek; serta tidak diperkenankan untuk menggunakan
asesoris berlebih.
5. Praktikan yang berhalangan hadir diwajibkan memberi surat keterangan tertulis
pada hari tersebut maksimal 2 hari setelah praktikum. Bila 3 kali berturut-turut
tidak hadir tanpa ijin dinyatakan mengundurkan diri.
6. Praktikan wajib mempersiapkan materi praktikum, memahami langkah kerja,
menunjukkan sikap percaya diri, dan bersikap tenang selama proses praktikum
berlangsung.
7. Sebelum praktikum, praktikan mengikuti pre test. Apabila hasil pre test tidak
memenuhi syarat maka praktikan diwajibkan belajar kembali dan diperbolehkan
mengikuti praktikum setelah ada perbaikan nilai pre test.
8. Praktikan bekerja dengan jujur, teliti, benar, bersih, memelihara peralatan
laboratorium dan menggunakan bahan praktikum sesuai kebutuhan.
9. Sebelum dan sesudah praktikum, praktikan wajib memeriksa/ mencocokkan alat
dengan daftarnya (inventaris). Bila tidak cocok (pecah/hilang) segera melapor
kepada dosen pembimbing praktikum.
10. Setiap penimbangan bahan dan hasil praktikum dilaporkan ke dosen pembimbing
praktikum untuk mendapatkan persetujuan.
11. Praktikan diperkenankan meninggalkan ruang laboratorium dalam keadaan meja
laboratorium bersih dan telah membersihkan serta mengembalikan peralatan
laboratorium dengan lengkap.
12. Tidak diperkenankan membuang sisa peracikan dalam bak cuci. Sisa peracikan
padat dan berlemak wajib dibuang pada bak sampah yang tersedia.
13. Mahasiswa harus menyelesaikan semua materi dan laporan praktikum. Apabila ada
materi dan laporan praktikum yang terlewat maka tidak diperkenankan mengikuti
ujian.

Catatan :
Pelanggaran atas peraturan tata tertib diatas, praktikan dapat dikenakan sanksi berupa
tidak diperkenankan melanjutkan praktikum hari tersebut.

2
SISTEM PENILAIAN

Psikomotor (100%) Praktikum (30%) + Ujian Akhir Praktikum (70%)


Kognitif Laporan + Pre Test
Nilai akhir Psikomotor (80%) + Kognitif (10%) + Afektif (10%)

JADWAL PRAKTIKUM

Pertemuan Materi Praktikum

1 Pengantar dan Kontrak Praktikum Farmasi Fisika


2-3 Fenomena antarmuka
4-5 Difusi
6 Koloid
7-8 Dispersi
9-10 Mikromeritik
11-12 Disolusi
13-14 Stabilitas Obat

3
I. TEGANGAN PERMUKAAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung tegangan permukaan suatu cairan dengan menggunakan metode
kenaikan pipa kapiler.

2. DASAR TEORI
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang diberikan sejajar
pada permukaan suatu cairan untuk mengimbangi gaya tarikan antar partikel ke
bawah. Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga
permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini
disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai
ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis
di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa
(resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Adanya gaya atau
tarikan kebawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam
keadaan tegang. tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan..
Tegangan permukaan bervariasi antara berbagai cairan. Air memiliki
tegangan permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena
air membentuk droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil.
Permukaan air membentuk suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa
serangga dapat berjalan diatasnya.
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesi berlaku bahwa
besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adhesinya dan pada zat yang non-
adhesi berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran
yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang
dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini

4
timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-
menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi).

Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap


molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di
bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik
satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul
yang berada di bagian dalam cairan. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di
permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya.
Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah
karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di
permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat
mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah
tertutup oleh selaput elastis yang tipis.
Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan :
- Metode kenaikan kapiler
Ada beberapa metode penentuan tegangan muka diantaranya adalah metode
kanaikan pipa kapiler, metode tekanan maksimum gelembung, metode tetes dan metode
cincin. Metode kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu pipa kapiler
dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan akan naik kedalam
kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu
sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah

5
- Metode tersiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang diperlukan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Air mempunyai tegangan
permukaan dan biasa digunakan untuk pembersihan.
Molekul air yang terdapat di dalam badan air akan di kelilingi dan ditarik oleh
molekul air lainnya. Akan tetapi, pada permukaan air akan ditarik oleh molekul air yang
terdapat di samping dan dibawahnya. Tegangan permukaan diciptakan molekul air pada
permukaan yang ditarik ke dalam badan air. Tegangan ini menyebabkan air menjadi
tetesan pada permukaan sehingga pembasahannya menjadi lambat dan menghambat
proses pembersihan.

6
III. Alat dan Bahan
- Pipa kapiler 2 buah
- Beaker glass 100 ml 2 buah
- Piknometer 2 buah
- Mistar / penggaris 1 buah
- Neraca digital 1 buah
- Aquadest 100 ml
- Parafin cair 100 ml
- Tissue Secukupnya

IV. CARA KERJA


1. Penentuan berat jenis masing-masing cairan dengan alat piknometer.

a. Menentukan berat jenis Aquadest

Timbang piknometer kosong, bersih dan kering yang telah ditentukan


volumenya
(a gram)

Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh, kemudian timbang ( b gram )

Hitung berat Aquades ( b-a )

Replikasi 3 kali, dan hitung nilai rata-rata dari berat Aquades

Hitung berat jenis Aquades ( berat aquades rata2/volume piknometer )

a. Menentukan berat jenis Parafin cair

Timbang piknometer kosong, bersih dan kering yang telah ditentukan


volumenya
(a gram)

Isi piknometer dengan Parafin cair hingga penuh, kemudian timbang ( b
gram )

Hitung berat Parafin cair ( b-a )

Replikasi 3 kali, dan hitung nilai rata-rata dari berat Parafin cair

Hitung berat jenis Parafin cair ( berat Parafin cair rata2/volume
piknometer )
7
2. Menentukan tegangan permukaan masing-masing cairan dengan menggunakan
metode kenaikan kapiler

a. Menentukan tegangan permukaan Aquadest

Aquadest dimasukkan sampai 40 ml dalam beaker glass



Dimasukkan pipa kapiler dalam beaker glass

Diukur tinggi kenaikan Aquadest melalui pipa kapiler

Replikasi 3x dan hitung rata-rata tinggi kenaikan Aquadest melalui pipa kapiler

Hitung tegangan permukaan Aquadest dengan menggunakan rumus

b. Menentukan tegangan permukaan Parafin cair


Parafin cair dimasukkan sampai 40 ml dalam beaker glass

Dimasukkan pipa kapiler dalam beaker glass

Diukur tinggi kenaikan Parafin cair melalui pipa kapiler

Replikasi 3x dan hitung rata-rata tinggi kenaikan Parafin cair melalui pipa kapiler

Hitung tegangan permukaan Parafin cair dengan menggunakan rumus

IV. HASIL
a) Menentukan berat jenis aquadest

Replikasi Berat Aquadest


1 … gram
2 … gram
3 … gram
Rata-rata =
Berat jenis aquadest = berat Aquadest rata2/volume piknometer
=

8
b) Menentukan berat jenis Parafin cair

Replikasi Berat Parafin cair


1 … gram
2 … gram
3 … gram
Rata-rata =

Berat jenis aquadest = berat Parafin cair rata2/volume piknometer


=
=

c) Menentukan tegangan permukaan Aquadest

Replikasi Tinggi Kenaikan Aquadest


1 … cm
2 … cm
3 … cm
Rata-rata =

= Tegangan permukaan (dyne / cm)


r = Jari-jari pipa kapiler (cm)
h = Tinggi kenaikan melalui kapiler (cm)
= Berat jenis (gram/ml)
g = Percepatan gravitasi ( 980,665 cm/s2 )

Tegangan permukaan Aquadest =


=

9
d) Menentukan tegangan permukaan Parafin cair

Replikasi Tinggi Kenaikan Parafin cair


1 … cm
2 … cm
3 … cm
Rata-rata =

= Tegangan permukaan (dyne / cm)


r = Jari-jari pipa kapiler (cm)
h = Tinggi kenaikan melalui kapiler (cm)
= Berat jenis (gram/ml)
g = Percepatan gravitasi ( 980,665 cm/s2 )

Tegangan permukaan Parafin cair =


=

10
II. DIFUSI

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju difusi.

2. DASAR TEORI
Difusi adalah proses perpindahan zat dari konsentrasi yang tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah melalui suatu membran. Hal tersebut dikarenakan
oleh perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan (gradien konsentrasi). Difusi
akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata dan tidak ada
perbedaan konsentrasi dalam larutan.
Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya, masuk dan keluar sel,
bukan sebagai aliran masa, melainkan satu per satu molekul setiap kali. Pergerakan
neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal
dari molekul disebut difusi. Karena difusi zat cair yang menempuh jarak
makroskopis itu berlangsung lambat, dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah
lazim, maka difusi bukanlah suatu kejadian yang mudah terlihat. Walaupun
demikian, sebenarnya difusi mudah untuk diamati. Dengan hati-hati, letakkan sebutir
Kristal zat warna ke dalam sebuah gelas piala berisi air yang tenang (tanpa
pengocokkan atau tanpa ada arus balikan). Ketika zat warna tersebut melarut, dapat
mengamatinya menyebar (berdifusi dengan lambat, dari sumbernya ke seluruh
bagian cairan.
Baik gas, maupun zat cair dan zat padat, molekul-molekulnya ada
kecenderungan untuk menyebar, mesra ke segala arah sampai di mana-mana terdapat
suatu konsentrasi yang sama. Dari ketiga macam zat tersebut, maka gaslah yang
paling mudah berdifusi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
1. Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran.
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
11
3. Luas suatu area.
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak.
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
5. Suhu.
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih
cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

3. ALAT DAN BAHAN


a) Alat
1. Beaker Glass 100 ml 2 buah
2. Pemanas Elektrik
3. Stopwatch
b) Bahan
1. The celup 6 buah
2. Aquadest 500 ml

4. CARA KERJA
a) Isi beaker glass A dengan 100 ml aquades.

b) Masukkan teh celup ke dalam beaker glass dan hitung waktunya dari mulai

dicelup sampai menjadi pekat.

c) Replikasi 3 kali ( tingkat kepekatan sama seperti point b ). Kemudian hitung

waktu rata-ratanya.

d) Isi beaker glass B dengan 100 ml aquades.

e) Panaskan dengan pemanas elektrik hingga suhu C

f) Setelah suhu mencapai C masukkan the celup ke dalam beaker glass

dan hitung waktunya dari mulai dicelup sampai menjadi pekat ( tingkat

kepekatan sama seperti point b )

12
g) Replikasi 3 kali ( tingkat kepekatan sama seperti point b ). Kemudian hitung

waktu rata-ratanya.

5 . HASIL PENGAMATAN

Waktu ( s )
No. Beaker Glass Rata-Rata
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

1. A

2. B

13
III. KOLOID

1. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sifat

larutan koloid yang berupa efek Tyndall.

2. DASAR TEORI
Koloid adalah sistem dispersi padatan halus dengan ukuran partikel 1-100
nm. Kata koloid berasal dari bahasa Yunani kolla yang berarti lem, karena dahulu
koloid dianggap mirip lem. Klasifikasi koloid yang pertama diajukan oleh Von
Weimar dan Ostwald, istilah sistem terdispersi diperkenalkan, dan ukuran partikel
digunakan sebagai faktor utama dalam klasifikasi dan karakterisasi koloid.
Menurut Lumière dan Staudinger, semua koloid dapat digolongkan
menjadi koloid molekuler dan koloid asosiasi (miselar). Partikel koloid molekuler
adalah makromolekul tunggal, dan strukturnya kurang lebih sama dengan struktur
molekul kecil, yaitu atom-atom terikat oleh ikatan kimia sejati. Contoh: tepung,
polyvinyl chloride (PVC), spherocolloids seperti glikogen, albumin, dan
sebagainya.
Struktur koloid asosiasi agak berbeda. Partikel koloid miselar bukan
molekul besar tetapi agregat dari banyak molekul kecil atau kelompok atom yang
terikat oleh ikatan sekunder, seperti kohesi atau gaya van der Waals.
Penggolongan sistem koloid berdasarkan jenis fase pendispersi dan fase
terdispersi dibagi menjadi lima.
 Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol
padat. Contoh aerosol padat adalah debu buangan knalpot. Sedangkan bila zat
yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contohnya ialah hairspray
dan obat semprot.

14
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan
aerosol). Propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC
(cholofluorocarbon) dan CO2.
 Sol
Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: putih telur, air lumpur, tinta, cat, dan lain-lain. Sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut sol padat. Contoh:
perunggu, kuningan, permata (gem).
 Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi, dengan syarat kedua zat cair tidak saling melarutkan. Sistem koloid
dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat, seperti jeli,
mutiara, serta opal, dan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas
disebut emulsi gas.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu emulsi minyak dalam air dan
emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan,
susu, serta lateks. Contoh emulsi air dalam minyak adalah mayonnaise, minyak
ikan, serta minyak bumi.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misal
sabun yang dicampurkan ke dalam campuran minyak dan air, akan membentuk
campuran stabil yang disebut emulsi.
 Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih,
sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih
padat. Buih digunakan dalam proses pengolahan bijih logam dan alat pemadam
kebakaran. Contoh buih cair adalah krim kocok (whipped cream) dan busa
sabun, sementara buih padat misalnya lava dan biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang
mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein.
Ketika tidak diinginkan, buih dapat dipecah oleh eter, isoamil, atau alkohol.

15
 Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat
setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersi sehingga terjadi koloid yang
agak padat. Contoh: agar-agar, semir sepatu, mutiara, dan mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu
larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala
perbandingan.
Pada kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan banyak zat dalam
keadaan koloid sehingga sangat perlu diadakan pembelajaran mengenai koloid.
Peranan koloid dapat tampak pada:
 sel dan jaringan tubuh mengandung sitoplasma yang bersifat koloid, sehingga
ilmu tentang koloid sangat diperlukan dalam penerapan biologi.
 Tanah terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid sehingga ilmu tanah dan
pertanian membutuhkan penerapan kimia koloid pada tanah.
 Pengolahan makanan dan teknologi pangan juga menerapkan sifat koloid,
misalnya mentega, keju, susu, selai, agar-agar, dan seterusnya.
 Pengetahuan tentang koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik,
plastik, tekstil, kertas, lem, tinta, semen, karet, kulit, penyedap, pelumas,
sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, gel, dan lain-lain.
Salah satu cara menentukan koloid yaitu dengan menjatuhkan seberkas
cahaya kepada obyek. Larutan bersifat meneruskan cahaya sedangkan koloid
bersifat menghamburkan cahaya. Berkas cahaya yang melalui koloid dapat
diamati dari arah samping walaupun partikel koloidnya tidak tampak. Jika partikel
terdispersinya kelihatan maka sistem disebut suspensi. Efek Tyndall adalah
peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Contoh peristiwa
efek Tyndall adalah sorot lampu pada malam yang berkabut, sorot lampu
proyektor di ruangan yang berasap, dan berkas sinar matahari melalui celah daun
pohon pada pagi yang berkabut.

16
3. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Beaker Glass 100 ml 2 buah
2. Senter
3. Sendok
b) Bahan
1. Gula pasir
2. Susu bubuk
3. Aquadest

4. CARA KERJA
a) Isi beaker glass A dengan 100 ml aquades.

b) Masukkan 1 sendok makan gula pasir.

c) Aduk sampai larut

d) Ambil senter dan sorot ke beaker glass pertama yang berisi campuran air

dengan gula pasir.

e) Amati sorot cahaya yang dipancarkan. Apakah larutan gula memberikan

efek Tyndall dan termasuk larutan koloid.

f) Isi beaker glass B dengan 100 ml aquades.

g) Masukkan 1 sendok makan susu bubuk.

h) Aduk sampai larut

i) Ambil senter dan sorot ke beaker glass kedua yang berisi campuran air

dengan susu bubuk.

j) Amati sorot cahaya yang dipancarkan. Apakah larutan susu memberikan

efek Tyndall dan termasuk larutan koloid.

17
IV. SISTEM DISPERSI

1. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara


dispersi kasar, dispersi halus dan dispersi koloid.

2. DASAR TEORI
Sistem dispersi merupakan campuran antara zat terlarut dengan pelarut.
Dalam sistem dispersi, zat terlarut jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan zat
pelarut. Zat terlarut dinamakan fasa terdispersi, sementara zat pelarutnya dinamakan
medium pendispersi. Jadi, sistem dispersi adalah pencampuran antara fasa
terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur secara merata.
a. Dispersi Kasar
Dispersi kasar disebut juga suspensi. Suspensi merupakan campuran heterogen
antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi. Fasa terdispersi dengan medium
pendispersi. Fasa terdispersi biasanya berupa padatan sedangkan medium
pendispersi zat cair. Oleh karena dispersi kasar merupakan campuran heterogen,
maka antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi dapat dibedakan dengan
jelas. Fasa perdipersi mempunyai ukuran partikel lebih besar dari 10-5 cm sehingga
akan terlihat sebagai endapan. Contoh campuran tepung dengan air. Dalam
campuran tepung dengan air, antara fasa terdispersi (tepung) dengan medium
pendispersi (air) dapat dibedakan karena tepung barada di dasar wadah.
b. Dispersi Halus
Dispersi halus disebut juga larutan sejati atau dispersi molekuler. Larutan sejati
adalah campuran antara fasa terdispersi yang berwujud zat padat atau cair dengan
medium pendispersi yang berupa zat cair. Dalam larutan sejati, fasa terdispersi larut
sempurna ke dalam medium perdispersi, sehingga terbentuk campuran homogen.
Campuran homogen disebut juga larutan. Dalam larutan homogen, antara fasa
terdispersi dengan medium pendispersi tidak dapat dibedakan. Oleh karena ukuran
partikel fasa terdispersi antara 10-7 – 10-5 cm, maka fasa terdispersi dapat larut
dalam medium pendispersi.

18
c. Dispersi Koloid
Dispersi koloid adalah campuran antara sistem dispersi kasar dengan dispersi halus.
Dalam sistem koloid antara fasa terdispersi dengan medium pendispersinya tampak
homogen. Namun sesungguhnya, dispersi koloid merupakan campuran heterogen.
Hal ini akan tampak dengan jelas saat dispersi koloid diamati menggunakan
mikroskop ultra. Contoh dispersi koloid yaitu campuran air dengan tinta.

Secara umum perbedaan antara ketiga sistem dispersi tersebut diatas diberikan
dalam tabel berikut :

3. ALAT DAN BAHAN


a) Alat
1. Beaker Glass 100 ml 3 buah
2. Sendok
3. Stopwatch
4. Kertas saring
b) Bahan
1. Tepung
2. Susu bubuk
3. Gula
4. Aquadest

19
4. CARA KERJA
a) Isi 3 beaker glass dengan 100 ml aquades.

b) Di beaker glass A masukkan 1 sendok makan tepung. Aduk selama 30 detik

c) Di beaker glass B masukkan 1 sendok makan susu bubuk. Aduk selama 30

detik

d) Di beaker glass C masukkan 1 sendok gula. Aduk selama 30 detik

e) Diamkan ketiga larutan tsb. selama 5 menit.

f) Amati ketiga larutan tersebut setelah didiamkan. Catat hasil pengamatan ke

dalam tabel pengamatan.

g) Saring ketiga larutan tersebut dengan kertas saring. Catat hasil pengamatan

dalam tabel.

5 . HASIL PENGAMATAN

Larutan
No. Sifat
Tepung Gula Susu

1. Larut/ Mengendap

2. Jernih/Keruh

3. Heterogen/Homogen

4. Stabil/tidak

5. Dapat disaring/tidak

20
V. MIKROMERITIK

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk mengukur
ukuran partikel zat dengan menggunakan metode pengayakan (sieving).

2. DASAR TEORI
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan
berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan
obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu
bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologi dari bahan obat tersebut.

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan ukuran
partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer (μm). Data
tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter
(ukuran) partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran tentang luas
permukaan spesifik partikel dan teksturnya (kasar atau halus permukaan partikel)
(Martin dkk., 1993).

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla Valle.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop
biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam
jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul
tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan (Martin dkk., 1993).

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk


mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu suatu
perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap
ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel
tersebut (Martin dkk., 1993).

21
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi,
sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek fisiologisnya.

Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu :

1. Menghitung luas permukaan.


2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat.
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal.
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan tablet.
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah


menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear.

Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis


tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam
keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan
untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang
menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas
permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan
(ds) adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang
sama seperti partikel yang diperiksa.

Metode – Metode yang Digunakan untuk Menentukan Partikel

1. Mikroskopi Optik

Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau


tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
22
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur .

Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak
ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun
demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan,
bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya
gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa
dideteksi dengan metode ini.

2. Pengayakan

Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang
akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel,
yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan
melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal
kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan
tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan
melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan
kembali pada setiap ayakan.

23
3. Sedimentasi

Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Metode


yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode
pipet, metode hidrometer dan metode malance.

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel
serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan
istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan
yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode
waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk
ayakan secara mekanis.

Ukuran Mesh Ayakan

Mesh adalah ukuran dari jumlah lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1
inch. Nomor Mesh 20 memilki arti terdapat 20 lubang pada bidang jaring/kasa
seluas 1 inch.

24
Tabel Perbandingan Ukuran Mesh dengan Diameter Lubang

25
3. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Ayakan nomor mesh 12, 14, 40, dan 60
2. Timbangan analitik
3. Sudip
b) Bahan
1. Gula pasir 15 gram
2. Kertas perkamen
3. Tissue

4. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang sampel sebanyak 5 gram (triplo).
3. Bersih dan keringkan ayakan yang akan digunakan. Untuk memastikan
pengayak kering dan tidak terdapat partikel lain yang tertinggal yang dapat
menghalangi proses pengayakan.
4. Dimasukkan sampel sebanyak 5 gram ke dalam ayakan dengan nomor mesh
12. Kemudian ayakan digoyang sebanyak 50 kali dengan kecepatan yang
konstan. Ditimbang sampel yang tertinggal pada ayakan. Dicatat hasil
timbangnya.
5. Hasil pengayakan dari nomor mesh 12 dimasukkan ke dalam ayakan dengan
nomor mesh 14. Kemudian ayakan digoyang sebanyak 50 kali dengan
kecepatan yang konstan. Ditimbang sampel yang tertinggal pada ayakan.
Dicatat hasil timbangnya.
6. Hasil pengayakan dari nomor mesh 14 dimasukkan ke dalam ayakan dengan
nomor mesh 40. Kemudian ayakan digoyang sebanyak 50 kali dengan
kecepatan yang konstan. Ditimbang sampel yang tertinggal pada ayakan.
Dicatat hasil timbangnya.
7. Hasil pengayakan dari nomor mesh 40 dimasukkan ke dalam ayakan dengan
nomor mesh 60. Kemudian ayakan digoyang sebanyak 50 kali dengan

26
kecepatan yang konstan. Ditimbang sampel yang tertinggal pada ayakan.
Dicatat hasil timbangnya.
8. Prosedur kerja nomor 4-7 dilakukan berulang hingga didapat data perlakuan
sebanyak triplo.
9. Ditentukan nilai % berat sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan.
Dan ditentukan pula ukuran diameter partikel rata-rata (dIn) dari sampel
tersebut.

5 . HASIL PENGAMATAN
Replikasi 1

No. No. Mesh d (mm) g (gram) n (%) n.d

1. 12 1.680

2. 14 1.410

3. 40 0.420

4. 60 0.250

Σ %

Replikasi 2

No. No. Mesh d (mm) g (gram) n (%) n.d

1. 12 1.680

2. 14 1.410

3. 40 0.420

4. 60 0,250

Σ %

27
Replikasi 3

No. No. Mesh d (mm) g (gram) n (%) n.d

1. 12 1.680

2. 14 1.410

3. 40 0.420

4. 60 0,250

Σ %

Σ n % rata2 = = %

Σ n.d rata2 = =

dln = = = mm

28
VI. KELARUTAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui pengaruh
suhu terhadap kelarutan zat padat.

2. DASAR TEORI
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat terlarut (solute) untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan, atau padat. Kelarutan bervariasi dari mudah larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak
larut” (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut. Dalam beberapa
kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu
larutan yang disebut lewat jenuh.

Tabel nilai kelarutan berbagai zat dalam air (tekanan 1 atm), satuan gram/100ml

29
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak
dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena,
kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya
disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol
(alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak
disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam
air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida,
dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya
komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.

Kita sangat sering melihat campuran di kehidupan sehari-hari, baik itu campuran
homogen ataupun campuran heterogen. Campuran homogen merupakan campuran
dimana semua bagian campuran memiliki susunan yang sama dan seragam. Contoh
campuran homogen adalah teh dan susu. Larutan teh dan susu merupakan contoh
campuran homogen karena kita tidak bisa lagi membedakan komponen-komponen
penyusun larutan tersebut, seperti bubuk susu, air, dan gula. Karena komponen-
komponen dalam larutan ini sudah tercampur menjadi satu dan memiliki susunan
komponen yang sama di semua bagian larutan.

Campuran heterogen merupakan campuran yang penyusunnya tidak seragam


atau tidak sama.contoh campuran heterogen adalah campuran antara tanah dengan batu
krikil: campuran antara tanah dan batu krikil merupakan contoh campuran heterogen
karena kita masih dapat membedakan komponen-komponen penyusunnya. Seperti
terlihat pada gambar kita masih dapat membedakan komponen penyusun campuran
antara tanah dan batu krikil karena di semua bagian campuran tersebut tidak seragam
sehingga kita bisa membedakannya.

30
Secara umum ada tiga jenis larutan sebagai berikut:

1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh..
2. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut yang
dapat larut.
3. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat terlarut yang
melebihi batas kelarutannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, suhu,
tekanan, dan jenis pelarut.

a. Jenis Zat Terlarut

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat
saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut
dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut
nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).

b. Suhu

Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya
jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat
yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat
dan cerium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan
dan proses pengkristalan kembali.

31
c. Tekanan

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan
NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan parsial gas itu. Menurut
hukum Henry massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial).
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan parsial-
nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut,
misalnya HCl atau NH3 dalam air.

d. Jenis Pelarut

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut. Sesuai
dengan itu, air bercampur dengan alkohol dengan segala perbandingan dan melarutkan
gula dan senyawa polihidroksi lain. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina
dan senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan
hidroksi dalam air.

Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda dengan zat polar.
Senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar. Maka, minyak dan lemak
larut dalam karbon tetraklorida, benzen dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam
lemak larut dalam pelarut non polar.

Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat
polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga menjadi dapat larut dalam
alkohol, contoh : benzen yang mudah dipolarisasikan, kenyataannya senyawa semipolar
dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya
cairan polar dan non polar.

32
3. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Beaker glass 100 ml 3 buah
2. Pemanas elektrik 1 buah
3. Batang pengaduk 3 buah
b) Bahan
1. Gula pasir
2. Aquadest
3. Air Es

4. CARA KERJA
1. Panaskan 120 ml aquadest hingga bersuhu 80 °C
2. Masukkan 2 sendok makan gula pasir pada masing-masing beaker glass
3. Pada beaker glass A masukkan air es sebanyak 100 ml kemudian aduk dengan
batang pengaduk 20 kali, amati endapan gula pasir.
4. Pada beaker glass B masukkan aquadest bersuhu kamar sebanyak 100 ml
kemudian aduk dengan batang pengaduk 20 kali, amati endapan gula pasir.
5. Pada beaker glass C masukkan aquadest bersuhu 80 °C sebanyak 100 ml
kemudian aduk dengan batang pengaduk 20 kali, amati endapan gula pasir.

5 . HASIL PENGAMATAN

Pengamatan Beaker Glass A Beaker Glass B Beaker Glass C

Jumlah
Endapan
Tingkat
Kelarutan
Keterangan :

Jumlah endapan : paling banyak, sedang, paling sedikit

Tingkat kelarutan : paling mudah larut, sedang, paling sulit larut

33
VII. PENGARUH UKURAN PARTIKEL TERHADAP
KESTABILAN SUSPENSI

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk
mengetahui pengaruh ukuran partikel terhadap laju pengendapan dan kestabilan
suspensi.

2. DASAR TEORI
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak
boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi
kembali.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan farmasi lainnya, suspensi memiliki beberapa
kelebihan antara lain mudah ditelan, dan dapat diatur dosisnya sesuai kebutuhan. Selain
itu juga bisa untuk parenteral untuk obat – obat yang tidak larut.
Sediaan suspensi yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Zat yang tersuspensi tidak cepat mengendap; partikel – partikel tersebut walaupun
mengendap pada dasar wadah tidak boleh membentuk gumpalan padat tetapi harus
cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran yang homogen dengan sedikit
pengocokkan.
2. Suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental agar dapat dituang dengan mudah dari
botolnya atau untuk mengalir melewati jarum injeksi.
Penting untuk diketahui bahwa ciri – ciri dari fase pendispersi dipilih dengan
hati – hati sehingga menghasilkan suatu suspensi yang mempunyai sifat fisika,
kimia dan farmakologi yang optimum. Distribusi ukuran partikel, luas permukaan
spesifik, penghambatan pertumbuhan kristal, dan perubahan dalam bentuk polimorf
sangat penting untuk diperhatikan, pembuat suspensi harus menjamin bahwa sifat –
sifat tersebut tidak mengalami perubahan sedemikian rupa selama penyimpanan
agar tidak mempengaruhi kualitas dari sediaan suspensi tersebut.

34
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi :

a. Ukuran partikel
Kecepatan pengendapan sediaan suspensi salah satunya dipengaruhi oleh
ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel pada sediaan suspensi maka
sediaan suspensi tersebut akan lebih stabil dan tidak mudah mengendap.
Sebaliknya semakin besar ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan
suspensi tersebut akan lebih mudah mengendap.
b. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan
diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu cairan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan
terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi
partikel, makin besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
d. Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan
pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat

35
saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya
membentuk cimpacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan
sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi
karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat
partikel merupakan sifat alami. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah
ukuran partikel dan viskositas.

Teori Pengendapan
Kecepatan pengendapan dalam suspensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu berdasarkan teori kecepatan pengendapan yang dinyatakan oleh
Hukum Stokes.

V = d2 (ρs – ρo) g
18 ηo

v = kecepatan sedimentasi (cm/detik)


d = diameter partikel (cm)
ρs = kerapatan dari fase terdispersi
ρo = kerapatan dari medium pendispersi
g = percepatan gravitasi
ηo = viskositas dari medium pendispersi (poise)

36
3. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Beaker glass 100 ml 2 buah
2. Stopwatch 1 buah
3. Batang pengaduk 2 buah
b) Bahan
1. Tepung terigu
2. Pasir
3. Aquadest

4. CARA KERJA
1. Masukkan 100 ml aquadest ke dalam masing-masing beaker glass
2. Masukkan 1 sendok tepung terigu pada beaker glass A
3. Masukkan 1 sendok pasir pada beaker glass B
4. Secara bersamaan aduk masing-masing beaker glass selama 60 detik
5. Kemudian diamkan selama 60 detik
6. Amati mana yang lebih cepat terjadi endapan.

5 . HASIL PENGAMATAN

Beaker Glass A Beaker Glass B


Pengamatan
( Tepung ) ( Pasir )

Ukuran Partikel

Kecepatan Pengendapan

Stabilitas Suspensi

37
Keterangan :
Ukuran partikel : lebih besar, lebih kecil
Kecepatan Pengendapan : lebih cepat , lebih lambat
Stabilitas suspensi : lebih stabil, kurang stabil

38

Anda mungkin juga menyukai