Anda di halaman 1dari 5

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan bertujuan untuk mempersiapkan bibit saiap
tanam. Pembibitan harus sudah dipersiapkan sekitar 1 tahun sebelum penanaman di lapangan agara
bibit yang di tanam memenuhi syarat baik umur maupun ukurannya (Setyamidjaja,2006). Pemilihan
bibit sangat penting. Perusahaan harus memilih bibit unggul agar produktivitas dan kualitas tanaman
kelapa sawit tinggi (Pardamean,2008). Pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan sistem
dua tahap yaitu pembibitan awal (Prenursery) dan pembibitan utama (Main nursery) (Sastrosayono,
2010).

· Pembibitan Awal (Pre nursery)


Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang aka dipakai dengan melihat
keuntungan dan kerugian komprehensif (Pahan, 2008). Membuat naungan dengan tinggi + 1,8 – 2
m. Setelah itu bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1,2 m, sedangkan jarak antar
bedengan adalah 0,5 m. Dalam 1 bedengan bisa memuat polybag sebanyak 1200 polybag.
Kemudian, polybag kecil yang berukuran 15 x 20 cm dengan tebal 0,07 mm disiapkan. Lalu media
tanah disiapkan dengan pupuk yang digunakan.
Pengisian tanah dilakukan 1 bulan sebelum kecambah ditanam. Semua polybag yang sudah diisi
kemudian disusun ke dalam bedengan. Kemudian benih ditanam satu persatu ke dalam polybag
dengan sebelumnya benih di seleksi dan polybag disiram terlebih dahulu. Benih ditanam dengan
posisi radikula pada bagian bawah dan plumula pada bagian atas. Lahan pre nursery ini harus
dipelihara selama 3 bulan agar bibit menjadi sehat dan subur. Setelah ditanam, polybag diberi mulsa
tangkos (sabut buah kelapa sawit) dengan tujuan agar air siraman atau air hujan tidak langsung
mengenai permukaan tanah dalam polybag serta untuk menjaga kelembapan tanah (Kasno,2011).
Pemeliharaan pada tahap ini adalah penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit dan seleksi bibit.

1. Perlakuan Penyiraman dan Penyiangan


Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan volume siraman 150 cc/polybag. Penyiraman dilakukan
pagi dan sore. Namun, apabila turun hujan pada hari itu juga dan curah hujan mencapai diatas 8
mm, maka keesokan harinya tidak dilakukan penyiraman selama 1 hari penuh dan apabila curah
hujannya hanya mencapai 4 mm maka penyiraman dilakukan sekali saja pada pagi hari atau sore
hari. Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari
dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink),
menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai
penyusun utama dari protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman (Maryani, 2012).
Penyiangan yaitu membersihkan gulma – gulma yang ada di dalam polybag dan diluar polybag
dengan cara manual, yaitu dengan rotasi kerja 2 kali dalam 1 bulan.

2. Perlakuan Pemupukan
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan
hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah
(pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad,2012).
Penggunaan pupuk anorganik di pembibitan sangat dianjurkan pada pembibitan tanaman tahunan
seperti kelapa sawit, dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mutu bibit kelapa sawit
(Jannah, 2012). Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak
gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan
pupuk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram
per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit
berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun.
Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit
pasca genangan sangat diperlukan, mengingat berkurangnya ketersediaan unsur hara akibat
genangan tersebut. Pemberian pupuk biasanya dirancang untuk mengoptimumkan efisiensi
penggunaan pupuk (Dewi, 2009).

3. Perlakuan Proteksi dan Seleksi


Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas
dengan diambil menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis
jamur dapat dikendalikan dengan fungisida dengan dosis sesuai yang dianjurkan. Penyakit saat ini
yang paling lazim dan menghancurkan penyakit dalam budidaya kelapa sawit (Azahar, 2010).
Kemudian seleksi atau thinning out (TO) bibit disini adalah membuang bibit yang mati atau tidak
normal atau juga terserang hama dan penyakit sehingga tidak menular ke bibit yang lain. Sekaligus
dilakukan sebelum transplanting bibit main nursery.

4. Pengangkutan Bibit
Pengangkutan atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main nursery dengan memasukkan
babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit.
Pengangkutan harus berhati-hati dan bibit harus segera ditanam dimain nursery.
· Pembibitan Main Nursery
Pemilihan lokasi main nursery merupakan faktor yang sangat penting. Lokasi yang tepat akan
memudahkan pekerjaan di pembibitan dalam menghasilkan bibit yang memenuhi syarat kualitas dan
kuantitas. Kriteria lokasi pembibitan main nursey yaitu letak pre nursery dekat dengan main
nursery, areal harus rata, dekat dengan sumber air dan bebas dari hama penyakit.
Setelah lokasi pembibitan diperoleh, maka bahan – bahan untuk media tanam harus disiapkan, yaitu
penyiapan tanah yang berasal dari lapisan top soil. Kemudian tanah diayak menggunakan ayakan
dari kawat agar tanah bersih dari kotoran seperti batu atau bekas akar. Lalu tanah dicampur dengan
pupuk RP sebanyak 5 kg/ton tanah.
Kemudian polybag berukuran 45 x 50 cm dan tebal 0,2 mm disediakan dan dilubangi sebanyak 60 –
80 lubang. Polybag lalu diisi tanah tadi hingga setengah polybag, dipadatkan dan setelah itu diisi
hingga penuh dan sisakan + 2 cm dari bibir polybag. Setelah itu, areal sebelumnya harus telah
dipancang menggunakan jarak tanam 90 x 90 x 90 cm atau segitiga sama sisi. Jarak antar barisan
0.867 x 90 cm = 77,9 cm (78 cm) atau menyesuaikan dengan luas areal. Pancang lurus ke semua
arah, bertujuan untuk keseimbangan pertumbuhan dan kemudahan pemeliharaan. Tiap petak
disusun 5 baris polybag dan per barisnya 40 atau 50 bibit. Antara 2 petak dipisah dengan membuang
barisan ke 6 dan kelipatannya.
Pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery dilakukan saat bibit berumur antara bulan yaitu
pada saat bibit berdaun 2 – 3 helai. Bibit yang dipindah lebih dahulu diseleksi. Pengangkutan bibit
menggunakan kotak papan yang memuat 30 – 35 polybag. Sehari sebelum dipindahkan
(transplanting) ke polybag besar, bibit daripre nursey harus disiram terlebih dahulu. Pembibitan di
main nursery ini juga membutuhkan pemeliharaan yang meliputi sebagai berikut.

1. Perlakuan Penyiraman dan Penyiangan


Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup. Jika musim
kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air penyiramann
sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam
polibag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan
lahan pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan secaraclean weeding, yakni menggunakan garuk.
Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung dari pertumbuhan gulma.

2. Perlakuan Pemupukan
Biaya pupuk dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara intensif sekitar 50-70% dari biaya
pemeliharaan dan 25% dari seluruh biaya produksi (Kasno,2011). Dosis dan jadwal pemupukan
sangat tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit. Dimain nursery, lebih dianjurkan untuk
menggunakan pupuk mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta
ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).

3. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa adalah pemberian penutup tanah pada polybag. Pemberian mulsa ini
brfungsi untuk mengurangi penguapan, menekan pertumbuhan gulma dan mencegah terkikisnya
tanah pada polybag akibat percikan air saat penyiraman ataupun air hujan. Mulsa berupa tandan
kosong sawit dan setiap polybag membutuhkan 500 gr mulsa yang diletakkan di sekeliling
permukaan polybag.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama yang sering menyerang di pembibitan main nursery adalah hama ulat, seperti ulat
kantong. Pengendalian menggunakan Sevin 85 ES dengan konsentrasi 2 gr/liter air. Sedangkan
penyakit yang sering menyerang adalah penyakit bercak daun dan dikendalikan dengan
menggunakan Dithane M 45 dengan konsentrasi 1 gr/liter air dengan rotasi 2 kali sebulan.

5. Perlakuan Seleksi
Seleksi atau Thinning Out (TO) dilakukan berdasarkan ukuran pertumbuhan dan kondisi
tanamannya. Pada kegiatan seleksi bibit, ciri-ciri bibit yang jelek adalah bibit kerdil, daun bergulung,
anak daun rapat dan pendek karena teserang hama atau penyakit. Bibit seperti inilah yang harus di
buang

6. Pengangkutan Bibit

Pengangkutan bibit harus dapat menjamin bibit tidak rusak dan tidak layu karena terkena panas atau
angin kencang. Proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitan main nursery ke lokasi penanaman
dapat berjalan efisien melalui pembagian tugas. Pekerjaan berikut ini seharusnya dibebankan
kepada tenaga kerja yang terpisah.

Rumus menghitung kebutuhan benih secara umum


(Luas lahan / jarak tanam) x (100/daya tumbuh) x jumlah tan per lubang x (berat 1000 benih/1000)

Cara Menghitung Jarak Tanam Kelapa Sawit


Ada 2 cara dalam menghitung jarak tanam kelapa sawti, yaitu cara bujur sangkar dan segitiga.
Berikut adalah detailnya:
1. Bujur Sangkar
Perhitungannya sama dengan tanaman yang mempunyai sistem pertanaman segiempat, yaitu :

Contoh :
Luas Areal : 1 Ha
Jarak Tanam : 9m x 9m
2. Segitiga

Untuk lebih mudah memahami perhitungan jumlah populasi kelapa sawit, maka gambarlah segitiga
sama sisi yang mewakili jarak antar tanaman kelapa sawit :

Dimana :

a : Jarak tanam
b : Jarak antar baris yang akan dicari
Rumus :
Perhitungan :
Luas Areal : 1 Ha
Jarak Tanam : 9m x 9m X 9m

Hubungan Jarak Tanam Kelapa Sawit, Pola Tanam dan Populasi Per Hektar Seperti Tabel Berikut :

Jarak Tanam (meter) Bujur sangkar Segi Tiga


6 278 320
7 204 236
8 156 180
9 123 143

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pola tanam segi tiga terbukti populasi per hektarnya lebih
banyak ± 15%.

Hal ini disebabkan karena pola tanam segi tiga sama sisi dapat memaksimalkan ruang yang ada
dalam menangkap sinar matahari, nutrisi, tanah dan air dengan jalan mengurangi adanya ruang
kosong, seperti gambar di bawah ini.

Kesimpulan :
Dari perhitungan diatas tentunya sistem segitiga sama sisi lebih menguntungkan karena jumlah
populasi yang lebih banyak. selain itu dalam hal persaingan terutama cahaya matahari, tentunya
sistem segitiga lebih unggul karena tajuk tidak saling menutupi.

Soal

Anda mungkin juga menyukai