Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan P
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan P
OLEH
PUTU INGE RUTH SUANTIKA
1002105072
1. Pengertian
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan klien. Operasi merupakan tindakan pembedahan
pada suatu bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan)
pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner
& Suddarth, 2002). Jadi operasi (perioperatif) merupakan tindakan
pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif,
intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan
suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang
bersangkutan. Tim operasi terdiri dari dokter ahli, asisten dokter ahli,
anesthesiologist atau perawat anastesi, circulating nurses dan scrub nurses.
Butuh kerjasama yang baik dan fasilitas yang memadai untuk keberhasilan
operasi.
2. Tipe Pembedahan
a. Menurut fungsinya (berdasarkan tujuan) :
Diagnostik : biopsi, laparatomi eksplorasi
Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
Reparatif (constructive) : memperbaiki luka multiple
Rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah
Paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi
ketidakmampuan menelan)
Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
b. Menurut luas atau tingkat resiko :
Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
Contoh: Bypass arteri koroner, total abdominal histerektomi, reseksi
colon, dll
Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh : Operasi katarak, operasi plastik pada wajah, incisi dan drainage
kandung kemih, sirkumsisi.
c. Menurut urgensi:
Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkan diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), dan tidak dapat ditunda.
Contoh : Perdarahan hebat, luka tembak atau tusuk, luka bakar luas,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak.
Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
Contoh : Infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan.
Contoh : Katarak, gangguan tiroid, hiperplasia prostat tanpa obstruksi
kandung kemih
Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan
jika tidak dilakukan.
Contoh : Hernia simpel, perbaikan vagina, perbaikan skar/cikatrik/
jaringan parut.
Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan
pribadi klien)
Contoh : Bedah kosmetik.
3. Prinsip-Prinsip Operatif
a. Prinsip kesehatan dan baju operasi
Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang
operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit,
merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan.
Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi.
Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan
kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi
tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan.
Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut.
Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal
dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan.
Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang
operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius
dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser
dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.
b. Prinsip Asepsis Perioperatif
Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi.
Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahaya
seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan
kebisingan.
Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas
hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara
periodik.
c) Pendidikan Praopertif
Pada persiapan ini pasien diberikan pendidikan berupa pendidikan tentang
langkah-langkah prosedur dan harus mencakup sensasi yang akan pasien
alami seperti memberitahu pasien hanya medikasi praoperatif yang akan
membuatnya rileks sebelum operasi tidaklah seefektif bila menyebutkan
juga bahwa medikasi tersebut dapat mengakibatkan kepala terasa melayang
dan mengantuk. Terdapat 3 cara medikasi praoperatif yaitu :
Latihan napas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Latihan nafas dalam
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)
dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak – banyaknya dengan menggunakan hidung
dalam kondisi mulut tertutp rapat
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan –
lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif
Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan ansietas general. Karena akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi terantesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien stelah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan
teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari
tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika
batuk
Kemudian pasien naafs dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka
dan tidak hanya batuk menggunakan kekuatan tenggorokan saja
karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi
Ulangi lagi sesuai kebutuhan
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
Kontrol dan medikasi nyeri
Kontrol kognitif
Informasi lain
d) Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter tidak memungkinkan bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Adapun yang meliputi pemeriksaan penunjang antara
lain :
Hasil pemeriksaan Radiologi :
- Thorax foto, foto abdomen
- USG
- CT scan
- BNO-IVP
- Colon in loop
- EKG, ECHO
Hasil pemeriksaan Laboratorium
Berupa pemeriksaan darah yaitu :
- Hemoglobin
- Angka leukosit
- Limfosit
- Jumlah trombosit
- Protein total (albumin dan globulin)
- Elektrolit (kalium, natrium, chlorida)
- BUN
- LED
- Ureum kreatinin
Biopsi
Tindakan operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum dioperasi
Pemeriksaan kadar gula darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi)
Informed Consent
Informed consent merupakan suatu pernyataan tertulis yang dibuat
secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum surat
pembedahan dilakukan. Dan disini tanggung jawab perawat adalah
memastikan informed consent telah didapat sukarela dari pasien oleh
dokter. Hal-hal yang harus dilakukan oleh ahli bedah dan perawat
sebelum pasien menandatangani formulir consent adalah :
- Ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana
tentang apa yang akan diperlukan dalam pembedahan.
- Ahli bedah juga harus menginformasikan pasien tentang alternatif-
alternatif yang ada.
- Menjelaskan kemungkinan resiko saat dan sesudah pembedahan
- Menjelaskan perubahan bentuk tubuh yang akan terjadi
- Menjelaskan pembedahan dapat menimbulkan kecacatan fisik
- Menjelaskan bahwa pembedahan juga dapat menimbulkan
ketidakmampuan dan pengangkatan bagian tubuh
- Menjelaskan komplikasi yang akan muncul akibat pembedahan
- Menjelaskan juga tentang apa yang akan diperkirakan terjadi pada
periode pascaoperatif awal dan lanjut
Adapun kriteria informed consent dikatakan sah apabila :
- Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut jika telah
mencapai usia legal dan mampu secara mental
- Pasien dibawah umur , atau tidak sadar atau tidak kompeten, izin
harus didapat dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau
wali yang sah.
Pemeriksaan status anastesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilkukan untuk
keselamatan pasien selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahn, pasien akan mengalami pemeriksaan
status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien.
2) Diagnosa Keperawatan Praoperatif
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada fase praoperatif adalah:
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengalaman praoperatif
Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif
berhubungan dengan kurangnya pengalaman praoperatif
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketakutan menjelang operasi
INTRAOPERATIF
2. Diagnosa Keperawatan
(1) Risiko aspirasi berhubungan dengan pemasangan OTT, penurunan
refleks muntah dan penurunan kesadaran akibat efek anaesthesia
(2) PK Anemia
(3) Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia akibat perdarahan
(4) Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin
(5) Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek
samping medikasi
(6) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
(7) Risiko cedera akibat kondisi operatif berhubungan dengan efek
anastesi, lingkungan intraoperatif.
(8) Risiko jatuh berhubungan dengan pengaturan posisi intraoperatif
(9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
(10) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
POST OPERATIF
Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Setelah laporan pemindahan dai ruang operasi ke unit perawatan pasca
anastesia (PACU), perawat unit melakukan pengkajian awal dan melanjutkan
intervensi keperawatan segera. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang tingkat kenyamanan dan mental pasien. Dengan mengatahui hal
ini, maka perawat akan lebih gampang menentukan tindakan yang akan diberikan
kepada pasien sesuai kebutuhan pasien. Yang perlu dikaji segera setelah pasien di
operasi :
Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal : narkotik, relaksan
otot, antibiotik)
Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat
mempengaruhi perawatan pasca-operatif (misal : hemorrhagi, syok, dan
henti jantung)
Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila
ditemukan adanya keganasan)
Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan
Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya
Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan
diberitahu.
Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volume-
keteraturan
Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernafasan
Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap
perintah.
Kenyamanan: Tipe nyeri, intnsitas, dan loksi nyeri, mual dan muntah dan
perubahan posisi yang dibutuhkan
Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat, gangguan
oleh kebisingan dan ketersediaan bel atau lampu pemanggil
Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak
tersumbat, cairan infuse terpsang dengan tepat
Peralatan: diperiksa apakah alat-alat masih berfungsi dengan baik atau
tidak
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan dan agen mekanis (terputusnya
kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
4. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi.
6. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan peningkatan efek
relaksasi khususnya pada gastrointestinal.
7. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi berlebihan pd
pusat pernafasan.
8. Mual berhubungan dengan peningkatan rangsangan pada nervus
vagus/glosso pharyngeal.
9. PK Hipotensi
10. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi perifer.
Potter and Perry1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol 2. Jakarta : EGC