DI
PT. MARTINA BERTO TBK
“SANITASI DAN HYGIENE DI INDUSTRI KOSMETIK”
OLEH:
HALIM HR 1801090
TITAH AZIZAH RANSUM 1801091
ANDI RAINUN PUSPITA 1801092
WIDYASTUTI R 1801093
SAFIRA NURUL HIDAYAH 1801094
DI
PT.MARTINA BERTHO
DISUSUN OLEH
HALIM HR 1801090
TITAH AZIZAH RANSUM 1801091
ANDI RAINUN PUSPITA 1801092
WIDYASTUTI R 1801093
SAFIRA NURUL HIDAYAH 1801094
DISETUJUI OLEH
Andi Nur Aisyah., S.Si., M.Si., Apt Andi Nur Aisyah., S.Si., M.Si., Apt
NIDN. 0921048402 NIDN. 0921048402
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah yang maha pengasih atas berkat, rahmmat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian dibawah
kegiatan praktkik kerja industri farmasi yang merupakan yang merupakan salah
satu persyaratan untuk memperoleh nilai Teknologi Farmasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat beliau.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................
Lembar Pengesahan....................................................................i
Kata Pengantar............................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................iii
I. Pendahuluan .............................................................1
II. Gambaran Umum......................................................4
III. Gambaran Khusus.....................................................12
IV. Penutup.....................................................................16
Daftar Pustaka.............................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kosmetik berasal dari bahasa yunani’’kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias, mengatur, memakai alat kecantikan, memperbaiki penampilan serta
memelihara rambut, kulit, Kosmetik telah menjadi kebutuhan sehari hari
masyarakat dan tidak terbatas pada kaum wanita, tetapi sudah mulai di butuhkan
juga untuk kaum pria. Hal ini menjadikan kosmetik mempunyai pasar yang luas
dan permintaan yang tinggi.
Seiring dengan tingginya permintaan akan produk kosmetik maupun
cosmeseutical, industri kosmetik di indoneia pun semakin berkembang industri
telah menetapkan standar dan pelaksanaan industri kosmetik berdasarkan Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB). Penerapan prinsip prinsip CPKB akan
menjamin mutu dan keamanan produk kosmetik yang beredar di masyarakat.
Sanitasi dan Hygiene merupakan cara-cara yang berguna dalam kesehatan
agar terhindar dari hal-hal yang mendatangkan penyakit. “Ada beberapa hal yang
harus dikembangkan dan dijaga oleh para personil usaha salon kecantikan dalam
rangka pencegahan dan perlindungan diri (hygiene) terhadap penyakit secara
jasmaniah, diantaranya adalah Pemeliharaan tubuh, Pemeliharaan Pakaian,
sedangkan usaha perlindungan terhadap penyakit melalui pemeliharaan
lingkungan (sanitasi) usaha salon kecantikan berkaitan dengan Air Bersih,
Pengendalian Sampah dan Pengendalian Air limbah serta alat dan bahan”.
Tujuan utama dari pengawasan dan pengendalian sanitasi adalah
pencegahan terhadap penularan timbulnya penyakit serta kecelakan melalui upaya
perlindungan manusia dan lingkungan dari unsur hazard/pencemar tersebut.
I.2 Tujuan Penyusunan Laporan PKL
I.2.1 Tujuan Umum
Untuk melihat penerapan CPKB di PT. Martina Berto.
I.2.2 Tujuan Khusus
Untuk melihat proses penerapan sanitasi dan hygiene di PT. Martina Berto.
BAB II
GAMBARAN UMUM
II.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Martina Berto Tbk
PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar,
Pranaa Bernard dan Theresa Hasrini. Awal mula berdirinya perusahaan ini
adalah usaha salon kecantikan kecil yang didirikan oleh ibu Martha Tillar di
jakarta tahun 1970. Sejak dari salon kecil ini sudah dimulai usaha dan untuk
membuat dan memasarkan jamu jamuan komersial tahun 1976 usaha ini
mulai berkembang yang di tandai dengan dibukanya salon kecantikan yang
kedua dan beberapa tahun kemudian usaha salon kecantikan tesebut telah
berkembang pesat menjadi 9 salon kecantikan milik ibu martha tillar sendiri,
16 salon di bawah lisensi serta 4 sekolah salon kecantikan.
Konsep ramu-ramuan tradisional yang digunakan pada salon
kecantikanya di sebut Total Beauty Concept. Konsep ini berarti bahwa
kecantikan yang sebenarnya adalah perpaduan antara kecantikan dari dalam
dan kecantikan dari luar, sehingga menggunakan formula ramu ramuan untuk
perawatan kecantikan dari dalam akan sama baiknya dengan perawatan dari
luar. Berdasarkan konsep ini juga maka perlu dibuat suatu produk yang
menggunakan bahan bahan dari alam tetapi di proses dengan teknologi
modern dan diterima oleh wanita modern saat ini.
Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu jamuan komersial berskala
rumah tangga yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tillar dan pada
tahun 1981 telah di produksi sebanyak 46 jenis produk seiring dengan
kapasitas permintaan pada tahun 1981 didirikan sebuah industri modern
pertama yaitu PT. Martina Berto di jl. Pulo Ayang NO.3,kawasan industri
pulogadung(KIP) Dengan luas 4200 m2. Perusahan ini memproduksi
kosmetik dan obat herbal dengan brand”Sariayu-Martha Tillar”. Lima tahun
kemudian yaitu tahun 1986 didirikan pabrik modern kedua yang terletak di
pabrik pertama yaitu 4600 m.
Saat ini kegiatan utama PT. Martina Berto Tbk,yaitu memproduksi
produk kosmetik, pelayanan kecantikan, dan obat herbal
tradisional,memasarkan dan menjual kosmetik, pelayanan kecantikan dan
obat herbal tradisional serta mendukung aktivitas perusahaan cabang yaitu
PT.Cedefindo sebagai perusahaan kontrak produk kosmetik dry. Selain itu
perusahaan ini juga melakukan formulasi kosmetik, registrasi, membuat
bahan baku/kemasan, proses produksi, pengemasan dan pelayanan logistik
baik internal Martha Tillar group maupun eksternal ke perusahaan luar.
Lokasi Pabrik
Saat ini PT.Martina Berto,Tbk memiliki 2 pabrik dengan lokasi yang berbeda
yaitu: Martina Berto plant 1, terletak di kawasan industri pulogadung,
didirikan pada tahun 1986 dengan luas area 10.245 m.dan Martina Berto plant
II, terletak DI Gunung Putri didirikan pada tahun 1994 dengan luas area
10.629m. Berdasarkan pada rencana pengembang yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, masing masing pabrik mempunyai fokus produksi produk
kosmetik, perawatan tubuham, dan kulit. Sedangkan Martina Berto plant II
fokus pada produksi jamu dan makanan kesehatan.
Selain 2 pabrik PT.Martina Berto,Tbk juga mempunyai kebun budidaya
tanaman dan penelitian yang terletak di sawangan dan cikarang, kebung
koleksi tanamaman obat dan kosmetika seluas 0,7 hektar terletak di sawangan
dan kebun pengembangan dan produksi tanaman obat dan kosmetik seluas 10
hektar terletak di cikarang.
Martha Tilaar memiliki warna pokok logo yaitu warna emas. Arti dari warna
emas ini adalah kekayaan. Maksud dari kekayaan ini adalah agar Martha Tilaar
Group selalu bekerja sampai kapanpun. Logo Martha Tilaar terdiri dari dua
gabungan huruf yaitu huruf M melambangkan sayap yang mengembang,
sedangkan huruf T melambangkan bentuk badan burung itu sendiri. Filosofi dari
logo tersebut adalah agar Martha Tilaar Group seperti yang selalu terbang kertas
dengan sayap yang mengembang yang melambangkan kejayaan erat dibidang
vakin dan serum.
II.4 Struktur Organisasi
II.5 Sertifikat
6. Produksi
Seluruh kebutuhan dan kegiatan dalam proses produksi hendaknya di
awasi pula untuk menjamin terciptanya mutu dan keamananya.
1. Air untuk produksi.
2. Veritifikasi material
3. Pencatatan bahan.
4. Material di tolak
5. Sistem pemberian nomor Bets
6. Penimbangan dan pengukuran.
7. Proedur dan pengolahan.
8. Produk kering.
9. Produk basah.
10. Produk Aerosol
11. Pelebelan dn pengamasan
12. Produk jadi, kartina dan pengiriman ke gudang produk jadi.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupkan semua upaya pemeriksaan dan pengujian
yang dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan kosmetik untuk
menjamin agar kosmetik yang di produksi senantiasa memenuhi persyaratan
yang telah di tetapan. Untuk menjamin kebebasan dalam dalam menetapkan
keputusanya, maka bagian pengawasan mutu merupakan bagian yang terpisah
dari bagian produksi.
8. Dokumentasi
a. Bila terjadi atau di temukan suatu kekeliruan dala dokumen hendaknya di
lakukan pembetulan sedemikian rupa.
b. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya di tulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat peritah.
c. Dokumentasi hendaklah di beri tanggal dan disahkan
d. Salinan dokumen hendaklah di berikan kepada pihak pihak yang terkait
dan penditribudinya di catat.
e. Semua dokumen hendaknya di revisi dan di perarui secara berkala,
dokumen yang sudah tida berlaku segera di tarik kembali dari pihak pihak
terkait untuk di amankan.
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
III.1 Uraian Umum
Dalam industri farmasi kosmetik, pengawasan yang menyeluruh di sertai
pemantauan sangat pentig untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang di tetapkan. Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 25 Tahun 2009. Kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti
epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.
III.2 Sanitasi dan Hygiene
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar tidak dibuang sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah
baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak
cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI,
2004).
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).Sanitasi adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).
Sanitasi dan hygiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan
higiene hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan
peralatan serta bahan awal.
1) Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Organisasi, kualifikasi dan tanggungjawab
a. Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa
sehingga bagian produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu
(pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling
bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil
hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar
organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya
dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau finansial. Kepala bagian produksi
harus memperoleh pelatihan yang memadai dan berpengalaman
dalam pembuatan kosmetik.
b. Kepala bagian Produksi adalah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat,
termasuk:
higiene pabrik;
validasi proses;
pelatihan;
penyimpanan catatan;
pencucian peralatan;
penyimpanan peralatan;
penyimpanan produk ruahan;
pengemasan;
karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
pengiriman produk; dan
laboratorium pengawasan mutu.
Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian
dari area penyimpanan atau area produksi.
Area Produksi
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti peptisida
dan herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur bebrbagai macam bahan dan
produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembapan)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau
dan dicatat di mana diperlukan.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendalah dapat
memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area
penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang
sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum
dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang
terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan
tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka pengambilan sampel
hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau
pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang
pengembalian sampel hendaklah tersedia.
Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah
dipisahkan satu dengan yang lain.
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendklah memadai untuk mencegah
pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat
penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding
(bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan
udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area
produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
2) Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan kontruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar
dapat mencegah konstaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan
hal hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
Desain dan Konstruksi
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat
sesuai dengan tujuannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas yang ditentukan.
Hygiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
III.3 Perlakuan sebelum proses produksi
- Perencanaan bahan awal/baku
- Pengadaan bahan awal/baku
- Penyimpanan bahan/baku
- Pemeriksaan bahan/baku
III.4 Proses Produksi
- Pemilihan formula dengan melakukan formulasi awal (skala kecil) ada tiga
secara uji praklinis, uji klinis, dan uji mutu kemudian dilakukan pada tahap
reformulasi (skala pabrik).
- Pemilihan metode pembuatan, dalam pemilihan metode pembuatan harus
diperhatikan parameter-parameter kritis meliputi langkah-langkah kritis dalam
pembuatan, sifat dari bahan baku dan sifat dari produk.
- Rencana Pembesaran Batch (Scale-up)
- Proses Produksi berdasarkan pada Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
atau GMP (Good Manifacturing Practice) meliputi:Pencampuran (Mixing),
Pemompaan (Pumping), Pemindahan Panas (Heat Transfer), Filtrasi, dan
Pengisian (Filling).
- Pembuatan produk khusus lipstick pembuatannya meliputi:
a. Penyiapan campuran komponen (campuran minyak, campuran warna,
maupun campuran wax).
b. Pencampuran seperti di atas membentuk massa lipstick
c. Pencetakan massa lipstick
- Pengemasan terdiri dari pengemasan primer dan pemgemasan sekunder. Bagian
pengawasan bertugas untuk melakukan pengemasan terhadap produk jadi yang
telah diproduksi dan dinyatakan release untuk dikemas oleh QC.
- Kontrol produksi agar suatu produk memenuhi standar diperlukan Quality
Control fungsi lainnya meliputi:
1. In process control
2. Pengujian spesifikasi bahan baku
3. Pengujian spesifikasi produk
4. Pengawasan fasilitas penyimpanan
5. Pengawasan tempata yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga
6. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis
7. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk
III.5 Setelah Proses Produksi
Produk yang telah melewati proses pengemasan sekunder. Dilakukan pemeriksaan
oleh QC yang meliputi kesesuain jumlah, nomor batch, label jelas dan rapi.
III.6 Penyimpanan/Gudang Obat Jadi
Setelah proses pengemasan dan pemeriksaan oleh QC, dimasukkan ke dalam
gudang obat jadi.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
a. Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang di akui dunia
Internasional. Penerapan CPKB di PT. Martina Bertho ini juga untuk
melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan
kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan
serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik
Indonesia dalam era pasar bebas dan telah sesuai dengan aspek CPKB.
b. Dalam pembuatan kosmetik sanitasi dan hygiene merupakan bagian
terpenting dalam bagian aspek CPKB. Hal ini karena ruang lingkup
sanitasi dan hygiene meliputi personilia, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi dan segala sesuatu yang dapat merupakan
sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui sesuatu
program sanitasi dan hygiene. Penerapan sanitasi dan hygiene di PT.
Martina Bertho telah sesuai aspek CPKB yang menjamin bahwa produk
kosmetik tersebut memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan
sesuai dengan penggunaannya.
IV.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan kosmetik harus menggunakan bahan yang
alami, aman selain itu menghindari pemakaian bahan kimia pada kosmetik agar
tidak merusak kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2010. Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik. BPOM RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK 00.05.43,870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2003,
BPOM RI: Jakarta.
Liong, Thersa C.Y. 2010. The Martha Tillar way sukses meraih bisnis. Penerbit
Buku: Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. HK 03,1,23,07,11,
6662 Tentang persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetik, 2011, BPOM RI: Jakarta.
Widyati, R. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. PT. Gramedia
Widiarsana Indonesia: Jakarta.