Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN FARMASI INDUSTRI

DI
PT. MARTINA BERTO TBK
“SANITASI DAN HYGIENE DI INDUSTRI KOSMETIK”

OLEH:

HALIM HR 1801090
TITAH AZIZAH RANSUM 1801091
ANDI RAINUN PUSPITA 1801092
WIDYASTUTI R 1801093
SAFIRA NURUL HIDAYAH 1801094

PEMBIMBING : Apt. ANDI NUR AISYAH, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN SARJANA
FARMASI

DI
PT.MARTINA BERTHO

DISUSUN OLEH

HALIM HR 1801090
TITAH AZIZAH RANSUM 1801091
ANDI RAINUN PUSPITA 1801092
WIDYASTUTI R 1801093
SAFIRA NURUL HIDAYAH 1801094

DISETUJUI OLEH

KOORDINATOR PKL PEMBIMBING PKL


FARMASI INDUSTRI FARMASI INDUSTRI

Andi Nur Aisyah., S.Si., M.Si., Apt Andi Nur Aisyah., S.Si., M.Si., Apt
NIDN. 0921048402 NIDN. 0921048402
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah yang maha pengasih atas berkat, rahmmat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian dibawah
kegiatan praktkik kerja industri farmasi yang merupakan yang merupakan salah
satu persyaratan untuk memperoleh nilai Teknologi Farmasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat beliau.

Selama kegiatan Praktik Kerja Industri Farmasi dan penyusunan laporan


banyak kendala yang dihadapi penulis, namun dengan adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka kegiatan Praktik Kerja Industri Farmasi dan
penyususnan laporan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemateri dari industri Ferron
dan pemateri dari industri natura alamindo penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pembimbing PKL industri dari intitusi.

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Nursyamsiar, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi


makassar.
2. Bapak Khaeruddin selaku ketua program studi S1 Farmasi.
3. Dr. Wahyu Hendrarti, M.Kes.,Apt selaku koordinator PKL Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makaasar
4. Andi Nur Aisyah., S.Si.,Apt selaku koordinator tekhnis PKL industri
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
5. Kepada Bapak Apt.Ismail, S.farm., M.Sc selaku pembimbing PKL industri
6. Kepada kedua orang tua dan keluarga penulis, yang tiada henti
memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat serta doa kepada
penulis
7. Teman-teman seperjuangan yang saling menyemangati dan saling
membantu satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga sangat diharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian di industri farmasi.

Makassar, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................
Lembar Pengesahan....................................................................i
Kata Pengantar............................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................iii

I. Pendahuluan .............................................................1
II. Gambaran Umum......................................................4
III. Gambaran Khusus.....................................................12
IV. Penutup.....................................................................16

Daftar Pustaka.............................................................................31

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kosmetik berasal dari bahasa yunani’’kosmetikos” yang berarti keterampilan
menghias, mengatur, memakai alat kecantikan, memperbaiki penampilan serta
memelihara rambut, kulit, Kosmetik telah menjadi kebutuhan sehari hari
masyarakat dan tidak terbatas pada kaum wanita, tetapi sudah mulai di butuhkan
juga untuk kaum pria. Hal ini menjadikan kosmetik mempunyai pasar yang luas
dan permintaan yang tinggi.
Seiring dengan tingginya permintaan akan produk kosmetik maupun
cosmeseutical, industri kosmetik di indoneia pun semakin berkembang industri
telah menetapkan standar dan pelaksanaan industri kosmetik berdasarkan Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB). Penerapan prinsip prinsip CPKB akan
menjamin mutu dan keamanan produk kosmetik yang beredar di masyarakat.
Sanitasi dan Hygiene merupakan cara-cara yang berguna dalam kesehatan
agar terhindar dari hal-hal yang mendatangkan penyakit. “Ada beberapa hal yang
harus dikembangkan dan dijaga oleh para personil usaha salon kecantikan dalam
rangka pencegahan dan perlindungan diri (hygiene) terhadap penyakit secara
jasmaniah, diantaranya adalah Pemeliharaan tubuh, Pemeliharaan Pakaian,
sedangkan usaha perlindungan terhadap penyakit melalui pemeliharaan
lingkungan (sanitasi) usaha salon kecantikan berkaitan dengan Air Bersih,
Pengendalian Sampah dan Pengendalian Air limbah serta alat dan bahan”.
Tujuan utama dari pengawasan dan pengendalian sanitasi adalah
pencegahan terhadap penularan timbulnya penyakit serta kecelakan melalui upaya
perlindungan manusia dan lingkungan dari unsur hazard/pencemar tersebut.
I.2 Tujuan Penyusunan Laporan PKL
I.2.1 Tujuan Umum
Untuk melihat penerapan CPKB di PT. Martina Berto.
I.2.2 Tujuan Khusus
Untuk melihat proses penerapan sanitasi dan hygiene di PT. Martina Berto.

BAB II
GAMBARAN UMUM
II.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Martina Berto Tbk
PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar,
Pranaa Bernard dan Theresa Hasrini. Awal mula berdirinya perusahaan ini
adalah usaha salon kecantikan kecil yang didirikan oleh ibu Martha Tillar di
jakarta tahun 1970. Sejak dari salon kecil ini sudah dimulai usaha dan untuk
membuat dan memasarkan jamu jamuan komersial tahun 1976 usaha ini
mulai berkembang yang di tandai dengan dibukanya salon kecantikan yang
kedua dan beberapa tahun kemudian usaha salon kecantikan tesebut telah
berkembang pesat menjadi 9 salon kecantikan milik ibu martha tillar sendiri,
16 salon di bawah lisensi serta 4 sekolah salon kecantikan.
Konsep ramu-ramuan tradisional yang digunakan pada salon
kecantikanya di sebut Total Beauty Concept. Konsep ini berarti bahwa
kecantikan yang sebenarnya adalah perpaduan antara kecantikan dari dalam
dan kecantikan dari luar, sehingga menggunakan formula ramu ramuan untuk
perawatan kecantikan dari dalam akan sama baiknya dengan perawatan dari
luar. Berdasarkan konsep ini juga maka perlu dibuat suatu produk yang
menggunakan bahan bahan dari alam tetapi di proses dengan teknologi
modern dan diterima oleh wanita modern saat ini.
Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu jamuan komersial berskala
rumah tangga yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tillar dan pada
tahun 1981 telah di produksi sebanyak 46 jenis produk seiring dengan
kapasitas permintaan pada tahun 1981 didirikan sebuah industri modern
pertama yaitu PT. Martina Berto di jl. Pulo Ayang NO.3,kawasan industri
pulogadung(KIP) Dengan luas 4200 m2. Perusahan ini memproduksi
kosmetik dan obat herbal dengan brand”Sariayu-Martha Tillar”. Lima tahun
kemudian yaitu tahun 1986 didirikan pabrik modern kedua yang terletak di
pabrik pertama yaitu 4600 m.
Saat ini kegiatan utama PT. Martina Berto Tbk,yaitu memproduksi
produk kosmetik, pelayanan kecantikan, dan obat herbal
tradisional,memasarkan dan menjual kosmetik, pelayanan kecantikan dan
obat herbal tradisional serta mendukung aktivitas perusahaan cabang yaitu
PT.Cedefindo sebagai perusahaan kontrak produk kosmetik dry. Selain itu
perusahaan ini juga melakukan formulasi kosmetik, registrasi, membuat
bahan baku/kemasan, proses produksi, pengemasan dan pelayanan logistik
baik internal Martha Tillar group maupun eksternal ke perusahaan luar.

 Lokasi Pabrik

Saat ini PT.Martina Berto,Tbk memiliki 2 pabrik dengan lokasi yang berbeda
yaitu: Martina Berto plant 1, terletak di kawasan industri pulogadung,
didirikan pada tahun 1986 dengan luas area 10.245 m.dan Martina Berto plant
II, terletak DI Gunung Putri didirikan pada tahun 1994 dengan luas area
10.629m. Berdasarkan pada rencana pengembang yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, masing masing pabrik mempunyai fokus produksi produk
kosmetik, perawatan tubuham, dan kulit. Sedangkan Martina Berto plant II
fokus pada produksi jamu dan makanan kesehatan.
Selain 2 pabrik PT.Martina Berto,Tbk juga mempunyai kebun budidaya
tanaman dan penelitian yang terletak di sawangan dan cikarang, kebung
koleksi tanamaman obat dan kosmetika seluas 0,7 hektar terletak di sawangan
dan kebun pengembangan dan produksi tanaman obat dan kosmetik seluas 10
hektar terletak di cikarang.

 Jenis Produk Kosmetik

Penggolongan menurut peraturan mentri kesehatan R.I., berdasarkan


kegunaan dan lokalisasi pmakaian pada tubuh, kosmetika di golongkan
menjadi 13 golongan.
1. Preparat untuk bayi,minyak bayi,bedak bayi,dan lain lain.
2. Preparat untuk mandi,minyak mandi, bath capsules, dan lain lain.
3. Preparat untuk mata, maskara,eye shadow, dan lain lain
4. Preparat wangi wangian, parfum, toilet water,dan lain lain
5. Preparat untuk rambut, cat rambut,hairbleach,dan lain lain.
6. Preparat pewarna rambut, cat rambut,hair blach dan lain lain.
7. Preparat make up (kecuali mata), pemerah bibir, pemerah pipi, bedak
muka, dan lain lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, mounth washes,pasta igi, breath
freshener dan lain lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan,deodoran,feminism hygiene spray dan lain
lain.
10. Preparat kuku,cat kuku,krem dan lotion kuku,dan lain lain.
11. Preparat cukur, sabu cukur, after shavelotion,dan lain lain.
12. Preparat pewarna kulit, pembersih, pelembab,pelindungan dan lain lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen suntan gel suncreenfoundation,
danlain lain.
Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan :
1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan di olah secara moderen
(termasuk antaranya adalah cosmedicts)
2. Kosmetik tradisional :
a. Betul Betul tradisional, misaknya mangir, lulur, yang dibuat daei
bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.
b. Semi tradisional, di olah secara moderen dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
c. Hanya mnamnya yang tradisional, tanpa komponen yang benar benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.
Penggolongan menurut kegunaan bagi kulit:
1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat untuk merawat kebersihan dan kesehatan
kulit, Termasuk di dalamnya.
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) sabun, cleansing
cream, cleansing milk,dan penyegar kulit (freshener)
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizner) misalnya
moisturizner cream, night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunsreen ceream dan sunsreen
fuondation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

 Filosofi Dasar Perusahaan

Kecantikan merupakan usaha dasar PT. Martina Berto,Tbk dengan


berfokus pada bahan alam sebagai sumber kecantikan yang tidak akan
pernah habis habisnya. Dengan perpaduan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bahan alam di harapkan dapat memecahkan berbagai persoalan
kecantikan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menciptakan
kosmetika terbaik dari bahan alam yang di proses dengan teknologi
modern .
Filosofi dasar tentang kecantikan bagi PT. Martina Berto,Tbk adalah
Total Beauty Concept yaitu rupa sampat Wahyu Bhantara. Filosofi ini
berartibahwa kecantikan adalah suatu keharmonisan antara kecantikan dari
luar dan kecantikan dari dalam. Dengan filosofi ini diyakini bahwa
seseorag wanita memiliki kecantikn yang sebenarnya jika kecantikan
luar/fisiknya sama cantiknya dengan kecantikan batinya.Oleh karena itu
kecantikan yang sebenarnya bagi wanita akan dihasilkan juga oleh
perawatan kecantikan kecantikan dari dalam selain perawatan kecntikan
dari luar.ini di persembahkan untuk kalangan wanita dan selalu berusaha
utuk terus meniptakan kesempurnaan adalah komitmen untuk dunia.
II.2 Visi Misi dan Nilai Utama
Visi dan misi PT. Martina Berto,Tbk adalah menjadi perusahan
kecantikan dan perawatan spa di dunia ini yang berbasis pada ptoduk
tradisional dengan penelitian dan pengembangan modern yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah produk bagi konsumen.
Untuk mewujudkan visi yang telah di tetapkan, maka misi dari PT.
Martina Berto,Tbk adalah.
1. Mengembangkan, memproduksi,dan memasarkan produk perawatan
kecantian dan spa yang bernuansa ketimurana dan alami dengan
standar mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di
bebagai segmen pasar dari premium, menengah tas, mencegah dan
menengahbawah dalam suatu potrofolio yang sehat dan setiap merek
mampu mencapai posisi 3 besar di indonesia di setiap segmen pasa
yang dimasukinya.
2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dala porsi
yang seimbang termasuk konsumen dan para penyakur produk.
3. Mempertahnkan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis.
4. Merekrut, melatih dan memperthankan tenaga kerja yang kompoten
dan produktif sebagai bagian aset perseroan.
5. Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang esien dan
efektif di seluruh unit dan funsi usaha.
6. Meerapkan”Good Corporate Goovernance’ secra konsisten demi
kepentinan para pemangku kpentingan/
7. Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang
saham.
8. Mengembangkan pasar internasional kosmetika produk spa dan herbal
dengan gokus jangka menengah di kawasan Asia pacic dan fokus
jangka panjan di pasar global dengan produk dan merek pilihan.
Nilai utama dari PT Martina Bertho adalah DJITU yaitu :
1. DISIPLIN, patuh terhadap peaturan dan standard kerja perusahaan
2. JUJUR, tidak berbohong dalam menyampaikan informasi untuk
kepentingan perusahaan sesuai dengan fakta dan tidak
menyalahgunakan wewenang/jabatan/ pekerjaan dalam mengelola hak
milik perusahaan untuk kepentingan pribadi.
3. INOVATIF, proaktif untuk menciptakan/mengembangkan dan
melakukan perbaiakn yang berkesinambungan pada proses dn hasil
keja.
4. TEKUN, bekerja dengan sepenuh hati dan sungguh sungguh untuk
menyelesaikan pekerjaan secara tuntas.
5. ULET, bekerja keras dan pantang menyerah dalam menhhadap
tantangan pekerjaan.
II.3. Gambar dan Arti Logo

Martha Tilaar memiliki warna pokok logo yaitu warna emas. Arti dari warna
emas ini adalah kekayaan. Maksud dari kekayaan ini adalah agar Martha Tilaar
Group selalu bekerja sampai kapanpun. Logo Martha Tilaar terdiri dari dua
gabungan huruf yaitu huruf M melambangkan sayap yang mengembang,
sedangkan huruf T melambangkan bentuk badan burung itu sendiri. Filosofi dari
logo tersebut adalah agar Martha Tilaar Group seperti yang selalu terbang kertas
dengan sayap yang mengembang yang melambangkan kejayaan erat dibidang
vakin dan serum.
II.4 Struktur Organisasi
II.5 Sertifikat

1) Penyerahan sertifikat halal dan halal assurance system status


dilakukan pada acara peletakan batu pertama pembangunan pabrik PT.
Martina Berto Tbk-Cikarang yang diselenggarakan hari senin 23 April
2012. Sertifikat halal ini diserahkan oleh direktur LPPOM MUI, bapak
Ir. Lukmanul Hakim., M.Si kepada ibu Dr. Martha Tilaar selaku
komisaris utama PT Martina Berto, Tbk. Sedangkan halal assurance
status diserahkan oleh sekretaris Jendral MUI, bapak Drs. H. Ichwan.,
Sam kepada ibi Dr. Martha Tilaar.
2) Corporate Image award 2011, Anugrah Business Review 2011.
3) Indonesia Customer Satifaction award 2011.
4) Social Media Award 2011.
5) Penghargaan PROPER.
6) Indonesia Most Favorite Brand 2011.
7) Choice Brand Award 2011.
8) Top Brand Award 2011.
9) Top Brand For Teens 2011.
10) Marketers Award Indonesia Brand Champion 2011.
11) Marketers Award Indonesia Most Favorite Woman Brand 2011.
Berikut adalah penghargaan maupun prestasi yang diperoleh perseroan pada tahun
2017 baik nasional maupun internasional antara lain:

II.6 Produk-produk yang Dihasilkan


II.7 Aspek CPKB
1. Sistem Manejemen Mutu
Sistem Manejemen Mutu, Prinsipnya adalah industri kosmetik harus
membuat produk sedemikin rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaanya,
memenan dapatuhi persyaratan dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakn penggunaanya karena tidak aman, mutu redah atau tidak
efektif . manejemen bertanggung jawab untuk prncapaian tujuan ini melalui
suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua
jajaran di semua depertemen di dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan
yang konsisten dan dapat di andalkan di perlukan manejemen mutu yang di
desain secara menyeluruh dan di terapkan secara benar.
2. Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan
dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalm
jumlah yang cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu
menangani tugas yang di bebangkan kepadanya.

3. Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, di rancang,
di bangun, dan dipelihara sesuai kaidah, yaitu sebagai berikut:
a. Upaya yang efektif harus di lakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama
b. Produk kosmetik dan produk pembekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan saran dan
peralatan yang sama secara bergilir aslkan di lakukan usaha peebersihan.
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita
dapat digunakan utuk mencegah terjadinya campur baur
d. Hendaknya di sediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya
e. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan efektif
mempunyai ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
f. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
4. Peralatan
Peralatan harus di desain dan di tempatkan sesiuai dengan produk yang di
di buat.
1. Rancang Bangunan
a. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang di olah
b. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap
produk misalnya melalui tetesan oil.
c. Peralatan harus mudah di bersihkan
d. Peralatan yang di gunakan untuk mengolah bahan yang mudah
terbakar harus kedap terhadap ledakan
2. Pemasangan dan Penempatan
a. Peralatan harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus di beri
penandaanyang jelas untuk menjamin tidak tercampur antar produk.
b. Saluran air, uap, udara bertekangan atua hampa udara, harus di pasang
sedemikian rupa sehingga mudah di capai selama kegiatan
berlangsung.
c. Sistem sistem penunjang sistem pemanasan, ventilasi , pengatur
sushuudara.
3. Pemeliharaan
a. Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus
di pelihara dan di kalibrasi secr berkala.
b. Petunjuk cara pemebersihan peralatan hendaknya di tulis secraa rinci
dan jelas di letakkan pada tempat yang mudah di lihat dengan jelas.
5. Sanitasi dan Higene
Sanitasi dan higiene hendaknya di laksanakan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk yang di olah. Pelaksanaan sanitasi dn
higiene hendaknya mencakup peronalia, bangunan, mesin mein, dan
peralatan, serta bahan awal.

6. Produksi
Seluruh kebutuhan dan kegiatan dalam proses produksi hendaknya di
awasi pula untuk menjamin terciptanya mutu dan keamananya.
1. Air untuk produksi.
2. Veritifikasi material
3. Pencatatan bahan.
4. Material di tolak
5. Sistem pemberian nomor Bets
6. Penimbangan dan pengukuran.
7. Proedur dan pengolahan.
8. Produk kering.
9. Produk basah.
10. Produk Aerosol
11. Pelebelan dn pengamasan
12. Produk jadi, kartina dan pengiriman ke gudang produk jadi.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupkan semua upaya pemeriksaan dan pengujian
yang dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan kosmetik untuk
menjamin agar kosmetik yang di produksi senantiasa memenuhi persyaratan
yang telah di tetapan. Untuk menjamin kebebasan dalam dalam menetapkan
keputusanya, maka bagian pengawasan mutu merupakan bagian yang terpisah
dari bagian produksi.
8. Dokumentasi
a. Bila terjadi atau di temukan suatu kekeliruan dala dokumen hendaknya di
lakukan pembetulan sedemikian rupa.
b. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya di tulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat peritah.
c. Dokumentasi hendaklah di beri tanggal dan disahkan
d. Salinan dokumen hendaklah di berikan kepada pihak pihak yang terkait
dan penditribudinya di catat.
e. Semua dokumen hendaknya di revisi dan di perarui secara berkala,
dokumen yang sudah tida berlaku segera di tarik kembali dari pihak pihak
terkait untuk di amankan.
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
III.1 Uraian Umum
Dalam industri farmasi kosmetik, pengawasan yang menyeluruh di sertai
pemantauan sangat pentig untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang di tetapkan. Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 25 Tahun 2009. Kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti
epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.
III.2 Sanitasi dan Hygiene
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar tidak dibuang sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah
baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak
cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI,
2004).
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).Sanitasi adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).
Sanitasi dan hygiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan
higiene hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan
peralatan serta bahan awal.
1) Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
 Organisasi, kualifikasi dan tanggungjawab
a. Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa
sehingga bagian produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu
(pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling
bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil
hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar
organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya
dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau finansial. Kepala bagian produksi
harus memperoleh pelatihan yang memadai dan berpengalaman
dalam pembuatan kosmetik.
b. Kepala bagian Produksi adalah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat,
termasuk:

 memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur


agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;

 memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan


produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara
tepat;

 memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan


ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebe-lum diserahkan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);

 memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di


bagian produksi;

 memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

 memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi


personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
c. Kepala bagian Pengawasan Mutu adalah seorang apoteker
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam peng-awasan mutu, termasuk:

 menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk


antara, produk ruahan dan produk jadi;

 memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah


dilaksanakan;

 memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja


pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur
pengawasan mutu lain;

 memberi persetujuan dan memantau semua analisis


berdasarkan kontrak;

 memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta per


alatan di bagian pengawasan mutu;

 memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan;


dan

 memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi


personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
d. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) adalah seorang
apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang
sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian
mutu, termasuk:
 memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk)
sistem mutu;

 ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu


perusahaan;

 memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri


berkala;

 melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan


Mutu;

 memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit


eksternal (audit terhadap pemasok);

 memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;

 memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan


Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang
berkaitan dengan mutu produk jadi;

 mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan

 meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan


mempertimbangkan semua faktor terkait.
e. Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab
bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu,
yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:

 otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk


amandemen;

 pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;

 higiene pabrik;

 validasi proses;
 pelatihan;

 persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;

 persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat


berdasarkan kontrak;

 penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan


produk;

 penyimpanan catatan;

 pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan;

 inspeksi, penyelidikan dan pengam-bilan sampel,

 pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu


produk.
Bagian Quality Control (QC) melakukan pengawasan mutu secara
menyeluruh, mulai dari incoming material, in process control, dan outgoing
product. Incoming material meliputi pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan
kemas. Sedangkan in proces control meliputi pemeriksaan terhadap produk ruahan
dan produk antara (work in process) serta pengawasan di line produksi dan
pengemasan. Pemeriksaan outgoing product meliputi pemeriksaan terhadap
produk yang telah dikemas dalam inner/master box pada tahap akhir
pengemasan sebelum dikirim ke gudang transit.

Quality Assurance Product QA produksi menangani keluhan konsumen,


monitoring retained sample, ketidaksesuaian, go document untuk skala produksi
dan control change. Keluhan konsumen diperoleh dari customer care, kemudian
dicari permasalahan dan solusi bagi permasalahannya. QA membagi kategori
masalah yang menjadi keluhan konsumen yaitu urgent, serius, individual,
dan human error. Solusi yang diberikan oleh bagian QA tergantung dari
masalah yang dihadapi. QA akan menelusuri masalah tersebut dan apabila
diketahui masalahnya berasal dari pabrik, maka pabrik akan mengganti produk
yang bersangkutan.
Dalam proses pengawasan mutu, bagian Quality Control terdapat juga saling
keterkaitan dengan bagian Quality Assurance (QA) dan juga kepala bagian
produksi. Bagian pengawasan mutu bertanggung jawab antara lain menetapkan,
memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi,
mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label
wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk
jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan
mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Bagian
Quality Assurance memiliki tujuan untuk membuktikan konsistensi proses,
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk
melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Kepala bagian produksi memiliki tanggung jawab untuk memeriksa
pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi. Masing-
masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua
aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM
mencakup: otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat; higiene pabrik;
validasi proses; pelatihan; persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak;
penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk; penyimpanan
catatan; pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB; inspeksi,
penyelidikan dan pengam bilan sampel, untuk pemantauan faktor yang mungkin
berdampak terhadap mutu produk.
2) Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari
udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan
pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi
dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal
terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan
bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat
dan hama.
c. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan
dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan
pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.
d. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium,
area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu.
Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan
hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
e. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium,
area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu.
Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan
hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
f. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

 kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin


dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang
berdampingan; dan

 pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas


umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai
tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang
diproses.
g. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil
yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan
dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu
lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.
h. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
 penerimaan bahan;
 karantina barang masuk;
 penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
 penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
 pengolahan;

 pencucian peralatan;
 penyimpanan peralatan;
 penyimpanan produk ruahan;
 pengemasan;
 karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
 pengiriman produk; dan
 laboratorium pengawasan mutu.

 Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian
dari area penyimpanan atau area produksi.
 Area Produksi
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti peptisida
dan herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
 Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur bebrbagai macam bahan dan
produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembapan)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau
dan dicatat di mana diperlukan.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendalah dapat
memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area
penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang
sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum
dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang
terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan
tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka pengambilan sampel
hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau
pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang
pengembalian sampel hendaklah tersedia.
 Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah
dipisahkan satu dengan yang lain.
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendklah memadai untuk mencegah
pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat
penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding
(bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan
udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area
produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
2) Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan kontruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar
dapat mencegah konstaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan
hal hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
 Desain dan Konstruksi
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat
sesuai dengan tujuannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas yang ditentukan.
Hygiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
III.3 Perlakuan sebelum proses produksi
- Perencanaan bahan awal/baku
- Pengadaan bahan awal/baku
- Penyimpanan bahan/baku
- Pemeriksaan bahan/baku
III.4 Proses Produksi
- Pemilihan formula dengan melakukan formulasi awal (skala kecil) ada tiga
secara uji praklinis, uji klinis, dan uji mutu kemudian dilakukan pada tahap
reformulasi (skala pabrik).
- Pemilihan metode pembuatan, dalam pemilihan metode pembuatan harus
diperhatikan parameter-parameter kritis meliputi langkah-langkah kritis dalam
pembuatan, sifat dari bahan baku dan sifat dari produk.
- Rencana Pembesaran Batch (Scale-up)
- Proses Produksi berdasarkan pada Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
atau GMP (Good Manifacturing Practice) meliputi:Pencampuran (Mixing),
Pemompaan (Pumping), Pemindahan Panas (Heat Transfer), Filtrasi, dan
Pengisian (Filling).
- Pembuatan produk khusus lipstick pembuatannya meliputi:
a. Penyiapan campuran komponen (campuran minyak, campuran warna,
maupun campuran wax).
b. Pencampuran seperti di atas membentuk massa lipstick
c. Pencetakan massa lipstick
- Pengemasan terdiri dari pengemasan primer dan pemgemasan sekunder. Bagian
pengawasan bertugas untuk melakukan pengemasan terhadap produk jadi yang
telah diproduksi dan dinyatakan release untuk dikemas oleh QC.
- Kontrol produksi agar suatu produk memenuhi standar diperlukan Quality
Control fungsi lainnya meliputi:
1. In process control
2. Pengujian spesifikasi bahan baku
3. Pengujian spesifikasi produk
4. Pengawasan fasilitas penyimpanan
5. Pengawasan tempata yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga
6. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis
7. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk
III.5 Setelah Proses Produksi
Produk yang telah melewati proses pengemasan sekunder. Dilakukan pemeriksaan
oleh QC yang meliputi kesesuain jumlah, nomor batch, label jelas dan rapi.
III.6 Penyimpanan/Gudang Obat Jadi
Setelah proses pengemasan dan pemeriksaan oleh QC, dimasukkan ke dalam
gudang obat jadi.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
a. Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang di akui dunia
Internasional. Penerapan CPKB di PT. Martina Bertho ini juga untuk
melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan
kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan
serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik
Indonesia dalam era pasar bebas dan telah sesuai dengan aspek CPKB.
b. Dalam pembuatan kosmetik sanitasi dan hygiene merupakan bagian
terpenting dalam bagian aspek CPKB. Hal ini karena ruang lingkup
sanitasi dan hygiene meliputi personilia, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi dan segala sesuatu yang dapat merupakan
sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui sesuatu
program sanitasi dan hygiene. Penerapan sanitasi dan hygiene di PT.
Martina Bertho telah sesuai aspek CPKB yang menjamin bahwa produk
kosmetik tersebut memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan
sesuai dengan penggunaannya.
IV.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan kosmetik harus menggunakan bahan yang
alami, aman selain itu menghindari pemakaian bahan kimia pada kosmetik agar
tidak merusak kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2010. Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik. BPOM RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.

Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK 00.05.43,870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2003,
BPOM RI: Jakarta.

Liong, Thersa C.Y. 2010. The Martha Tillar way sukses meraih bisnis. Penerbit
Buku: Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. HK 03,1,23,07,11,
6662 Tentang persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetik, 2011, BPOM RI: Jakarta.

Soeripto. 1992. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Widyati, R. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. PT. Gramedia
Widiarsana Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai