Anda di halaman 1dari 9

Rizki Putri Rezna Hassan

ANALISA VISUAL MOTIF POLENG PADA


DODOTAN BIMA WANDA LINDU PANON JOGJAKARTA
Rizki Putri Rezna Hassan
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha no. 10, Bandung
e-mail: inessoinesita@yahoo.com

ABSTRACT

This research aim is to divulge the idea of poleng pattern on one of the famous shadow puppet’s character,
Bima. The research took a sample of Bima when he was in the condition of wanda lindu panon which
origin is from Jogjakarta. The analysis of this research used the format of art critic’s writing method
which is correlated with the completio oppositorum theory. In this research, also, has the explanations
about the history of Bima in shadow puppet of Java, the overall visualization of Bima in wanda lindu
panon, the format of wanda lindu panon on Bima Jogjakarta, the details of under outfit on Bima Lindu
Panon, and dodotan on Bima Jogjakarta in wanda lindu panon. On the other hand, this research is
also explains the origin of poleng pattern and its correlation with the system of beliefs in the society of
Bali and the theory of completio oppositorum. All in all, this research leads to a conclution which the
meaning of poleng’s pattern usage on Bima Jogjakarta in wanda lindu panon is for spiritual necessity.

Keywords: Bima ,Wanda, Shadow Puppet, and Poleng

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dari motif Poleng pada pakaian salah satu tokoh
pewayangan terkenal, yaitu Bima. Sampel yang diteliti merupakan tokoh Bima dalam kondisi Wanda
Lindu Panon yang berasal dari Jogjakarta. Analisa dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan
kritik seni dikaitkan dengan teori Completio Oppositorum. Pada penelitian ini dijelaskan mengenai
sejarah tokoh Bima pada pewayangan Jawa, visual Bima wanda lindu panon secara keseluruhan,
pakem pada wanda lindu panon Bima Jogjakarta, detail pakaian bagian bawah Bima lindu panon,
dan dodotan pada Bima wanda lindu panon Jogjakarta. Selain itu, penelitian ini juga membahas asal
usul motif poleng serta kaitannya dengan sistem kepercayaan masyarakat Bali dan teori Completio
Oppositorum. Penelitian ini berujung pada kesimpulan bahwa penggunaan motif poleng pada Bima
wanda lindu panon jogjakarta bermakna spiritual.

Kata Kunci: Bima, Wanda, Wayang, dan Poleng.

PENDAHULUAN pentas dan cara pembuatannya sebanyak 40


jenis. Kini hampir sepertiganya telah punah.
Secara umum wayang merupakan wujud Pertunjukan wayang sampai saat ini
kebudayaanyang sangat akrab bagi sebagian sudah berumur lebih dari 3000 tahun. Apabila
besar masyarakat Indonesia, khusunyabagi diteliti melalui asal mulanya, wayang yang
masyarakat yang berdomisili di Pulau Jawa. telah berlangsung sejak zaman Paleolitikum,
Wayang yang terdapat di pulau Jawa, pada tahun maka wayang dapat dikatakan telah berusia
1988, telah digolongkan menurut ceritanya, cara ±3.500 tahun. Walaupun pertunjukan wayang
1
Analisa Visual Motif Poleng ...

kulit sudah berlangsung lebih dari 3000 tahun, metode penulisan kritik seni yang akan penulis
wayang kulit masih diminati oleh sebagian kaitkan dengan pendekatan lainnya, yaitu teori
besar masyarakat Indonesia dan masyarakat Completio Oppositorum.
internasional. Wayang dengan bentuk Teori Completio Oppositorum menjelaskan
pagelarannya merupakan karya cipta asli bangsa bahwa realitas itu terdiri dari pasangan kembar
Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO yang berseberangan namun saling melengkapi.
sebagai karya adiluhung dunia. Konsep ini selain merupakan dasar pemikiran
Wayang, dengan segala nilai yang masyarakat Indonesia pra-modern, juga
dikandungnya, merupakan jejak pemikiran merupakan konsep masyarakat kuno di berbagai
masyarakat Indonesia kuno yang dapat belahan dunia. Teori ini merupakan bentuk
dikaji lebih dalam dari berbagai aspek. Salah arketip, yaitu ketidak sadaran kolektif manusia
satunya melalui aspek visual salah satu tokoh untuk menunjukkan gejala kecenderungan
perwayangan itu sendiri. tertentu pada pola berpikir mereka.
Pada penelitian kali ini, penulis berusaha Teori ini menyatakan bahwa manusia
meneliti motif pakaian pada salah satu tokoh pra-modern sudah memiliki kesadaran bahwa
perwayangan yang terkenal, yaitu Bima. Bima dirinya berada diantara pasangan kembar yang
merupakan salah satu tokoh perwayangan yang saling berkebalikan sifatnya. Dimulai dari dirinya
bertelanjang dada dan hanya memakai pakaian sendiri, bahwa manusia terdiri dari wanita
penutup bagian bawah, yaitu dodotan. Tokoh dan laki-laki. Lalu mulai menyadari sekitarnya,
Bima dari berbagai daerah memiliki berbagai seperti pasangan pagi dan malam, daratan dan
macam motif dodotan, namun secara umum lautan, dingin dan panas, basah dan kering,
motif tersebut menggunakan komposisi poleng kematian dan kehidupan, dan sebagainya.
atau papan catur. Kesadaran berada diantara perbedaan
yang saling melengkapi tersebut menumbuhkan
pengertian bahwa segala sesuatunya, untuk
METODE mendapatkan keselamatan, memang harus
memiliki pasangan. Pemaknaan akan hidup juga
Metode yang penulis gunakan dalam berkembang dari paham ini. Lebih jauh, paham
penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu ini juga menjadi dasar pemikiran masyarakat
mengumpulkan data primer melalui studi pra-modern untuk mencari kebenaran.
pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan Kesadaran pikiran manusia pada tahap
dengan topik penelitian. Pengumpulan data awal sangat dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
sekunder pada penelitian ini terdiri dari dua Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya
bagian, yaitu; (1) Observasi: mengumpulkan berangkat dari konsep Completio Oppositorum
data secara langsung dilapangan dan yang serupa, penerapan pada wujud
mengadakan survey secara sistematis dalam kebudayaannya dapat jauh berbeda.
rangka melakukan kegiatan perekaman data; (2) Penelitian-penelitian di bidang seni
Wawancara: usaha untuk mengumpulkan data mengenai motif yang digunakan oleh tokoh-
tradisi lisan yang tidak dapat diamati secara tokoh wayang melalui aspek visual masih
langsung dengan tujuan untuk memberikan tergolong langka. Penelitian yang sudah
kesempatan seluas-luasnya kepada informan dilakukan umumnya masih terbatas simbolisasi
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan dari wayang itu tersendiri, sedangkan penelitian
yang diajukan. yang khusus membahas makna motif pakaian
Mengingat penelitian ini ditujukan untuk pada tokoh wayang tersebut sejauh ini belum
menganalisa makna dari motif poleng pada dapat penulis temukan.
Bima Wanda Lindu Panon Jogjakarta, maka Sebagai upaya mengungkap makna pada
metode penulisan yang penulis gunakan adalah pakaian tokoh wayang tersebut, khususnya
2
Rizki Putri Rezna Hassan

tokoh Bima, sudah selayaknya dilakukan


penelitian lebih lanjut sebagai salah satu langkah
untuk mempublikasikan makna dan nilai kepada
masyarakat Indonesia. Melalui penelitian ini,
diharapkan khazanah pengetahuan mengenai
wayang dapat semakin bertambah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tokoh Bima pada Pewayangan Jawa


Gambar 1. Bima dalam berbagai versi
Bima atau Bimasena yang dalam ejaan (Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-oMCmnZPnGcs/UYYWE02WjeI/
AAAAAAAAPeM/KrX-gx4ZqIo/s1600/bimasena.jpg
sansekerta bernama Bhima atau Bhimasena
diunduh: 13 juni 2014, 12:06)
merupakan salah satu tokoh protagonis dalam
cerita Mahabarata. Jika dihitung sebagai anak makan. Beberapa nama julukan Bima yang lain
pertama, maka Bima merupakan anak resmi mengacu pada keahliannya dalam berperang.
ketiga Dewi Kunti dengan Pandu. Namun, Diantaranya adalah Bhimasena yang berarti
karena Pandu memiliki kutukan untuk tidak panglima perang, Bratasena panggilan Bima
dapat memiliki keturunan, maka Dewi Kunti ketika masih mudayang berarti prajurit Bharata,
menggunakan mantra untuk memanggil Arya Jodipati yang berarti raja prajurit, Jayalaga
Dewa Angin guna mengisi rahimnya. Hal ini yang berarti seorang prajurit yang tidak
menjadikan Bima sebagai kakak kedua tertua mengenal kata kalah, Kusumayuda yang berarti
dari lima saudara kandungnya yang sering juara pada peperangan, Wayunenda yang berarti
disebut sebagai pandawa. kesaktian angin badan, juga Birawa yang berarti
Dalam sejarahnya, Bima merupakan titisan gagah berani. Tokoh Bima lebih dikenal sebagai
Dewa Bayu atau Dewa Angin yang dititipkan ke Bratasena, Wijasena, atau Haryasena ketika
dalam rahim Dewi Kunti. Semenjak lahir, Bima ia masih remaja. Sedangkan nama Werkodara
sudah dianugerahi kekuatan dan keajaiban yang lebih sering dipakai untuk lakon Bima yang
luar biasa hebatnya. Ia lahir dalam keadaan sudah dewasa.
terbungkus sebuah bujur sangkar dan selama Bima terkenal memiliki watak yang
bertahun-tahun tidak ada satu dewa maupun keras, selalu berkata kasar, dan menakutkan
orang sakti di dunia ini yang mampu membuka bagi seluruh musuhnya. Namun begitu, Bima
bungkusan tersebut, hingga suatu ketika memiliki hati yang lembut dan selalu berkata
terbesit rasa iba pada Batara Guru. Batara jujur. Selain itu, Bima juga dikenal tidak suka
Guru mengutus anaknya yang bernama Sena berbasa basi dan tidak pernah menjilat ludahnya
(jelmaan dewa Siwa) dalam bentuk gajah yang sendiri sekalipun hal tersebut membahayakan
mampu menginjak bungkusan tersebut hingga dirinya. Hal ini terlihat dari dua sikapnya yang
terbebaslah Bima dari jerat bungkusan tersebut. menganggap semua orang sama derajatnya,
Gajah yang bernama Sena tersebut manunggal sehingga dia tidak pernah menggunakan bahasa
dengan bayi Bima dan pada akhirnya Bima juga halus (krama inggil) ataupun duduk di depan
dikenal dengan nama Bimasena. lawan bicaranya kecuali pada lakon Dewa
Bima memiliki beberapa sebutan dengan Ruci, juga ketika ia tetap tunduk patuh pada
berbagai arti. Diantaranya Bhima dalam bahasa perintah gurunya, Drona, walaupun ia tahu
Sanskerta yang berarti mengerikan. Sedangkan perintah tersebut merupakan tipu daya untuk
nama lain Bima yaitu Werkodara, dalam bahasa mencelakakan dirinya.
Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah perut Selain itu, Bima juga memiliki sikap untuk
serigala yang merujuk pada kegemarannya tidak mau berhutang budi kepada sesama
3
Analisa Visual Motif Poleng ...

mahluk hidup, ia hanya mau bergantung kepada


kekuatannya sendiri. Selama hidupnya, dalam
berpergian, Bima tidak pernah menggunakan
kendaraan maupun tenaga binatang, ia selalu
mengandalkan tubuhnya sendiri. Ia tidak sudi
mengambil jasa sesama mahluk hidup karena
ia bersyukur penuh atas kodrat dirinya. Hal ini
menunjukkan sikap Bima sebagai seseorang
yang hanya percaya pada budi pekertinya sendiri,
tidak mau bertambah ataupun ditambahi, serta
tak mau berkurang maupun dikurangi.
Dibandingkan dengan 4 saudaranya, Bima
terkenal memiliki kekuatan yang luar biasa besar.
Ia ahli bermain gada serta memiliki berbagai
macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka,
Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar)
dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang
dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa,
Aji Ketuklindu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak
Pangantol-antol. Dalam sejarah hidupnya, sedari
kecil hingga perang Barathayuda, Bima beberapa
kali menyelamatkan seluruh saudara Pandawa Gambar 2. Bima Jogjakarta, dalam kondisi Wanda Lindu Panon
dan ibunya dengan kekuatan besarnya. Bahkan, (Sumber: Rizki Putri Rezna Hassan, 2012)
Bima merupakan senjata terakhir pasukan
Pandawa dalam perang Barathayuda. memiliki warna tubuh hitam, posisi wajah luruh,
Secara visual, Bima digambarkan jauh bermata Thelengan Luruh, berhidung tumpul
berbeda dibandingkan saudara Pandawanya luruh, mulut yang menutup luruh, menggunakan
yang lain. Ia satu-satunya anggota Pandawa yang hiasan kepala Sumping pudak semumpel besar,
memiliki badan yang besar serta raut muka yang memiliki jenis rambut gelung supiturang, tidak
agresif. Juga, ketika saudaranya digambarkan memakai sehelai benang pun pada dadanya
memiliki mata kecil (liyepan), Bima satu-satunya namun menggunakan kalung Sangsangan Naga
Pandawa yang memiliki mata bulat terbuka Banda, menggunakan kelat bahu dan gelang
lebar (thelengan). Candra Kirana, menggunakan kain jenis dodotan
Bima memiliki pakaian yang poleng bintul, dengan ikat pinggang cinde, serta
melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung jenis kunca tunggal sembulian rangkap.
Pudaksategal, Kelat bahu Candrakirana, ikat Gambar tokoh Bima yang tinggi besar
pinggang Nagabanda dan celana Cinde Udaraga. memberi kesan gagah, kokoh, perkasa, dan
Beberapa merupakan anugerah Dewata yang tangguh. Bima merupakan lambang watak
diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain pantang mundur, jujur, lugas tegas, dan berani
Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung karena benar. Wajah Bima dalam posisi
Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk menunduk dan bewarna hitam melambangkan
Pudak Jarot Asem. sifat kesungguhan, kejujuran, dan ketenangan.
Mata Bima terbuka lebar berupa thelengan
Visual Bima Wanda Lindu Panon memberi kesan watak tegas dan berani. Rambut
Secara Keseluruhan Bima digelung rapi dengan bagian depan jauh
Secara keseluruhan, Bima dalam kondisi lebih rendah jika dibandingkan bagian belakang,
Wanda Lindu Panon Jogjakarta (gambar 2), bermakna dapat memisahkan hubungan antara
4
Rizki Putri Rezna Hassan

ketuhanan dan dengan sesama mahluk hidup. pada tokoh Gatotkaca dan Kresna. Namun, kini
Sudah memahami betul mengenai religiusitas tidak semua dalang menggunakan wanda pada
sebagai laku perbuatan, sehingga ia tidak lakon yang tepat. Terjadi banyak penyesuaian
pernah membicarakan soal ketuhanan dengan dalam pertunjukan. Dalang kerap menggunakan
lawan bicaranya, serta bersedia mendengarkan wanda wayang andalannya dalam lakon yang ia
pendapat orang lain. Kepala Bima menggunakan inginkan.
hiasan Sumping pudak semumpel besar, bermakna
ia sudah mengenyam ilmu manunggal. Bima Detail Pakaian Bagian Bawah
bertelanjang dada, ia tidak mengenakan banyak Bima Lindu Panon
perhiasan memberi kesan lugas dan sederhana.
Pada dadanya, Bima hanya menggunakan kalung
Sangsangan Naga Banda yang berarti ular besar.
Hal ini menyimbolkan kekuatan besar yang
Bima miliki layaknya seperti seekor ular besar
yang sakti. Kelat bahu dan gelang yang bima
kenakan bernama Candra Kirana yang berarti
rupa rembulan menyimbolkan pengetahuan
Bima laksana cahaya bulan purnama yang
menerangi sekitarnya. Kuku Bima dinamakan
kuku Pancanaka. Yaitu kuku yang besar
dan mencolok keluar. Pancanaka ini adalah
pusaka untuk mengalahkan musuh dengan
menggenggamkan seluruh jari di kedua tangan Gambar 3. Detil pakaian bagian bawah pada Bima Jogjakarta,
erat-erat. Maknanya adalah pemusatan pikiran dalam kondisi Wanda Lindu Panon
(Sumber: Rizki Putri Rezna Hassan, 2012)
dan kesadaran akan lima daya atau kekuatan.
Kain batik Bima merupakan kain batik poleng
untuk memberikan kesan magis dan angker. Perlengkapan pakaian wayang bagian
bawah sangat beragam. Namun secara singkat
Wanda Lindu Panon pada Bima Jogjakarta dapat kita kelompokan menjadi 3 bagian,
Wanda Lindu Panon pada Bima Jogjakarta yaitu dodotan, sembulian, dan kunca. Aturan
dalam kondisi Wanda Lindu Panon (gambar 2), pemakaian pada setiap wayang tidak sama.
memiliki ciri-ciri Praupan Tumungkul (melihat Jenis kain dan perhiasan yang dipakai wayang
ke depan arah tunduk ke bawah), Badan Lema sangat berpengaruh pada penggolongan kelas
Nanging Singset (badan gemuk tapi berisi), dan watak wayang tersebut. Pembahasan
Gelung Sedeng (gelung rambut sedang), Bahu selanjutnya akan difokuskan pada bagian
Ngajeng Langkung Andhap (bahu depan lebih dodotan dikarenakan motif poleng yang penulis
rendah), Adegipun Ajeg utawi Jejeg (berdirinya analisa secara keseluruhan hanya terdapat pada
tegak), dan Jangga Keker (dagu kekar). bagian dodotan.
Wanda dari sebuah wayang menunjukkan Perlengkapan pakaian wayang bagian
status, tingkatan dalam kehidupan, mood, tipe bawah sangat beragam. Namun secara singkat
kepribadian dalam momen yang bersangkutan dapat kita kelompokkan menjadi 3 bagian,
ketika wayang tersebut muncul dalam lakon. yaitu dodotan, sembulian, dan kunca. Aturan
Wanda dapat berubah dari adegan satu ke pemakaian pada setiap wayang tidak sama.
adegan lainnya untuk setiap tokoh wayang Jenis kain dan perhiasan yang dipakai wayang
tersebut. Dari data koleksi yang diketahui, sangat berpengaruh pada penggolongan kelas
terdapat 14 wanda berbeda untuk tokoh dan watak wayang tersebut. Pembahasan
Arjuna, 15 untuk tokoh Bima, serta 4 wanda selanjutnya akan difokuskan pada bagian
5
Analisa Visual Motif Poleng ...

dodotan dikarenakan motif poleng yang penulis dan watak wayang tersebut. Pembahasan
analisa secara keseluruhan hanya terdapat pada selanjutnya akan difokuskan pada bagian
bagian dodotan. dodotan dikarenakan motif poleng yang penulis
Perlengkapan pakaian wayang bagian analisa secara keseluruhan hanya terdapat pada
bawah sangat beragam. Namun secara singkat bagian dodotan.
dapat kita kelompokkan menjadi 3 bagian,
yaitu dodotan, sembulian, dan kunca. Aturan Dodotan pada Bima Wanda Lindu Panon
pemakaian pada setiap wayang tidak sama. Jogjakarta
Jenis kain dan perhiasan yang dipakai wayang Dodotan atau kain merupakan
sangat berpengaruh pada penggolongan kelas perlengkapan yang hampir digunakan seluruh
wayang. Ada beberapa jenis dodotan, yaitu
Dodotan Katungan, Dodotan Putran, Dodotan
Punggawa, Dodotan Rampekan, Dodotan
Raksasa, Dodotan Kera, Dodotan Bokongan,
Dodotan Putri, Dodotan Poleng, Dodotan Poleng
Bintul, Dodotan Punakawan.
Sistem pada dodotan ini ada beberapa
macam, yaitu:
1. Dodotan Kunca: biasanya digunakan untuk
wayang-wayang yang berukuran besar,
gagah, dan lebar langkahnya. Dalam istilah
perwayangan, wayang dengan tipe langkah
besar ini disebut dugangan yang berasa
dari kata andugang yang berarti menyepak.
Dodotan Kunca dapat diklasifikasi lebih
jauh, yaitu:
a. Dodotan Kunca Katongan
b. Dodotan Kunca Putran
c. Dodotan Kunca Bambangan
Keterangan: d. Dodotan Kunca Punggawa
1. Ulur-ulur e. Dodotan Kunca Poleng Motif Anoman
2. Ikat pinggang f. Dodotan Kunca Poleng Bintulu Motif
3. Pending atau Timang Bima
4. Badong
5. Uncal wastra Cara membedakan Dodotan Kunca, yaitu:
6. Uncal kencana a. Bentuk dodotan yang umumnya
7. Kathok digunakan raja: memakai uncal lengkap
8. Celana wastra, uncal kencana, serta celana
9. Kunca rangkap yang terdiri dari kathok dan
10. Wastra atau kain celana.
11. Kroncong b. Bentuk dodotan yang umumnya
12. Kancing ulur-ulur digunakan wayang golongan muda:
13. Ujung ikat pinggang tidak memakai uncal wastra dan
14. Kepuh umumnya ikat pinggangnya tidak
dibiarkan memanjang.
Gambar 4. Pakaian bagian bawah pada wayang purwa c. Bentuk dodotan yang umumnya
(Sumber: buku “Wayang Kulit Purwa”, oleh Soekanto)
digunakan bambangan bukan anak raja:
6
Rizki Putri Rezna Hassan

tidak memakai uncal wastra, kathok


dan celana.
d. Bentuk dodotan yang umumnya
digunakan para pejabat tinggi seperti
patih dan bukan untuk raja maupun
putera mahkota: dodotan kunca yang
tidak memakai uncul, baik uncal wastra,
dan uncal kencana.
Gambar 5. Motif Poleng
(Sumber: Rizki Putri Rezna Hassan, 2014)
2. Dodotan Bokongan: yaitu sistem
memakai dodot atau kain yang bentuknya
menyerupai bokong besar. Umumnya
dodotan ini digunakan untuk wayang-
wayang yang berukuran kecil dan pendek
langkahnya. Biasanya wayang yang
memakai dodotan bokongan ini berwatak
halus.
3. Dodotan Rampekan: sistem dodotan yang Gambar 6. Aplikasi motif poleng pada kehidupan masyarakat Bali
bentuknya antara dodotan kunca dan (Sumber: www.Komangputra.com)
dodotan bokongan.
4. Dodotan Putri: jenis dodotan yang khusus ini pada perkembangannya memiliki beberapa
dipakai oleh golongan putri. variasi diantaranya Rwabhineda (warna hitam
dan putih), Sudhamala (warna putih, abu-abu,
Bima, ksatria yang kita kenal sangat dan hitam), dan tridatu (warna putih, hitam, dan
sederhana ini menggunakan jenis dodotan merah). Pemilihan warna dalam setiap artefak
poleng bintul. Dodotan ini terdiri dari kain dalam masyarakat Bali kuno, seperti halnya pada
batik poleng dan diberi bintulu. Poleng sendiri setiap artefak kebudayaan, memiliki konsep
memiliki dua unsur warna hitam pekat dan tersendiri. Pada masyarakat Bali, pemilihan
putih bersih, disamping itu juga ada warna warna berkaitan erat dengan kepentingan
abu-abu dari unsur putih 50% dan unsur hitam spiritual mereka.
50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada dua
unsur warna yaitu hitam dan putih. Motif Poleng jika Dikaitkan dengan
Sistem Kepercayaan Masyarakat Bali
Motif Poleng Warna memiliki banyak arti, namun
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat Bali memiliki aturan sendiri dalam
kata “Poleng” berarti: 1. Bercorak kotak-kotak konsep penggunaan warna jika dikaitkan dengan
seperti papan catur, 2. Garis-garis hiasan (misal Bhatara. Berikut adalah penggunaan warna jika
pada kain tikar). Sedangkan dalam Bahasa Bali, dikaitkan dengan Bhatara dan arah mata angin:
penggunaan kata “Poleng” juga sesuai dengan 1. Nama : Bhatara Iswara
Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Poleng” dalam Mata angin : Timur
Bahasa Bali berarti warna hitam putih bercorak Warna : Putih
kotak seperti papan catur. 2. Nama : Bhatara Maheswara
Dua warna berseberangan yang Mata angin : Tenggara
dikomposisikan secara seimbang dan teratur Warna : Ungu
menghasilkan suatu motif yang umumnya kita 3. Nama : Bhatara Brahma
sebut sebagai motif poleng. Motif poleng yang Mata angin : Selatan
umum ditemukan dalam artefak kebudayaan Bali Warna : Merah
7
Analisa Visual Motif Poleng ...

4. Nama : Bhatara Rudra Motif Poleng jika Dikaitkan dengan Teori


Mata angin : Barat Laut Completio Oppositorum
Warna : Jingga Konsep Completio Oppositorum yang
5. Nama : Bhatara Mahadewa merupakan dua pasangan kembar saling
Mata angin : Barat berkebalikan terlihat jelas pada motif poleng.
Warna : Kuning Hitam dan putih merupakan warna yang
6. Nama : Bhatara Sangkara berseberangan. Keduanya, jika dilihat dari segi
Mata angin : Barat Laut bobot warna, walaupun sangat kontras, memiliki
Warna : Hijau kekuatan yang sama besar.
7. Nama : Bhatara Wisnu Hitam pada umumnya merupakan simbol
Mata angin : Utara dari kematian, kejahatan, dan misteri. Sedangkan
Warna : Hitam warna putih pada umumnya merupakan simbol
8. Nama : Bhatara Sambu dari kehidupan, kebaikan, dan juga harapan.
Mata angin : Timur Laut Pada masyarakat Bali, dua pertentangan
Warna : Biru ini harus diharmoniskan menjadi satu kesatuan
9. Nama : Bhatara Siwa yang saling melengkapi satu sama lain. Kedua
Mata angin : Tengah pertentangan ini harus dalam jumlah yang
Warna : Pancawarna seimbang sehingga akan tercapai kebenaran
dan keselamatan. Dengan adanya kematian,
Jika dikaitkan dengan penjabaran warna maka manusia akan menghargai makna dari
diatas, motif poleng memiliki keterkaitan simbol kehidupan. Dengan adanya kejahatan, maka
dengan dua Bhatara, yaitu Bhatara Iswara dan manusia akan memahami makna dari kebaikan.
Bhatara Wisnu. Bhatara sendiri berasal dari kata Dengan adanya malam, maka manusia akan
“bhatr” yang berarti pelindung dan merupakan mensyukuri datangnya pagi. Konsep Rwabhineda
bagian dari Tuhan. Pertama, Bhatara Iswara ini tidak memandang putih dan hitam secara
merupakan nama lain dari tokoh wayang Semar. terpisah, melainkan sebagai sesuatu yang utuh.
Semar yang berarti samar merupakan salah satu Dua kekuatan besar yang harus disatukan demi
tokoh Panakawan yang tidak ditemukan dalam melahirkan keseimbangan alam, baik secara
Mahabaratha versi India. oleh karena itu, semar Bhuana Agung (makrokosmos) maupun Bhuana
merupakan manifestasi pemikiran masyarakat Alit (mikrokosmos).
Indonesia asli. Tokoh Semar memiliki banyak
makna, namun diantaranya melambangkan
cinta kasih serta simbol dari dewa tertinggi. PENUTUP
Semar merupakan pengasuh para ksatria, ia
dikenal bijaksana dan berbudi luhur. Kedua, Penggunaan motif poleng pada Bima
Bhatara Wisnu yang berasal dari bahasa dapat memiliki beberapa arti. Jika dikaitkan
sansekerta “Vis” yang berarti “menempati”, dengan kepercayaan masyarakat Bali dengan
“memasuki”, atau “mengisi”, merupakan Dewa Bhatara yang mewakili warna hitam putih
pemelihara yang bertugas melindungi segala pada poleng, yaitu Bhatara Iswara dan Bhatara
ciptaan tuhan. Bhatara Wisnu juga hadir dalam Wisnu, penggunaan motif tersebut dapat berarti
tokoh pewayangan dalam berbagai wujud. memohon perlindungan dan bimbingan Tuhan.
Pengaitan dua warna terhadap dua Dalam lakon Dewa Ruci disebutkan bahwa Bima
Bhatara tersebut dapat bermakna sebagai masuk ke dalam telinga Dewa Ruci, sesosok
simbol permohonan kepada yang maha kuasa dewa yang memiliki rupa serupa dengan Bima
untuk selalu melindungi dan memberikan namun berukuran sangat kecil. Dalam telinga
bimbingannya dalam setiap kegiatan yang yang sangat kecil tersebut, Bima melihat semesta
masyarakat lakukan. yang maha luas.Jelas terlihat bahwa terdapat
8
Rizki Putri Rezna Hassan

kesadaran bahwa ada kekuatan besar diluar Daftar Pustaka


diri manusia, sehingga diperlukan pemahaman
akan kekuatan besar yang misterius tersebut. Alit Djajasoebrata
Pemahaman akan kekuatan besar tersebut 1999 Shadow Teather in Java, The Puppets,
disimbolkan dengan penyatuan diri Bima atau Performance and Repertoire. Amsterdam
and Singapore: The Pepin Press
manunggal. Hal ini dapat disimbolkan dengan
berdampingannya warna hitam dan putih
Herman Pratikto
hingga membentuk pola yang seimbang dan ______ Wayang Apa dan Siapa Tokoh-tokohnya.
menghasilkan motif poleng. SKM buana Minggu
Sedangkan jika mengaitkan dengan
teori Completio Oppositorum, pembacaan Ida Bagus Suratnaya
motif poleng juga akan menghasilkan makna 1998 Pemakaian Kain Warna Poleng dalam
yang tidak berbeda jauh. Hitam dan putih Kehidupan Masyarakat Bali. Denpasar:
merupakan warna yang saling berseberangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lambang kehidupan dan kematian, kejahatan
Irvine, David
dan kebaikan, dunia atas dan dunia bawah, 1996 Leather Gods and Wooden Heroes Java’s
makrokosmos dan mikrokosmos. Upaya Classical Wayang. Singapore: Times
menyatukan kedua lambang tersebut dapat Edition
dibaca sebagai simbol penguasaan diri Bima
terhadap pilihan baik buruk tersebut. Konsep Mohammad Isa Permana
penyatuan dua pasangan berseberangan sangat 2007 Tesis Wayang Kulit Purwa Cirebon dan
Surakarta. Bandung: ITB
jelas terlihat disini. Perbedaan harus dimaknai
menjadi sesuatu yang utuh dan seimbang agar Sri Mulyono
keadilan dapat dicapai. 1982 Wayang: Asal usul, Filsafat, dan Masa
Berdasarkan pertimbangan yang sudah Depannya. Jakarta: Gunung Agung
penulis paparkan sebelumnya, maka penulis
memiliki kesimpulan bahwa penggunaan motif Suwaji Bastomi
poleng pada Bima wanda Lindu Panon Jogjakarta 1995 Gemar Wayang. Semarang: Dahara Prize.
bermakna spiritual. Baik untuk paham
Suwandono
ketuhanan, juga untuk konsep penguasaan
______
Ensiklopedi Wayang Purwa I
batin. Bima telah menyatu dengan Dewa, maka (Compendium). Bandung: ASTI
Bima senantiasa diberi perlindungannya.
Lebih jauh, Bima merupakan manifestasi
cahaya ketuhanan itu sendiri. Juga, Bima harus
memahami sisi gelap dan cobaan hidup selama
bertahun tahun guna mendapatkan pemahaman
akan nilai luhur. Dua warna yang saling
berseberangan tidak dapat dipisahkan dalam
menemukan kebenaran. Dapat disimpulkan
bahwa penggunaan motif tersebut memperkuat
tokoh Bima sebagai simbol pengendalian nafsu,
keadilan, dan kebijaksanaan.

***

Anda mungkin juga menyukai