Anda di halaman 1dari 57

BAHAN AJAR MANDIRI

KRITIK ARSITEKTUR
(STARS16205)

2 SKS
Modul 1 : KRITIK ARSITEKTUR
Modul 2 : KRITIKUS
Modul 3 : METODE KRITIK NORMATIF
Modul 4 : METODE KRITIK INTERPRETIF
Modul 5 : METODE KRITIK DESKRIPTIF
Modul 6 : CONTOH IMPLEMENTASI METODE
KRITIK ARSITEKTUR

OLEH :

APLIMON JEROBISONIF, ST., M.Sc


NIP : 19770404 200604 1 002

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Modul/Petunjuk Praktikun : KRITIK ARSITEKTUR


Penulis/Penyusun : APLIMON JEROBISONIF, ST., M.Sc.

Telah diperiksa dengan sebenar-benarnya bahwa naskah Modul tersebut asli


sesuai Standar Penulisan Bahan Ajar Berbentuk Modul/Petunjuk Praktikum Bagi
Dosen Universitas Nusa Cendana

Mengetahui, Kupang, Maret 2015


Pembantu Dekan Bidang Akademik Reviewer
Fakultas Sains dan Teknik

Drs Theo da Cunha, M.Si Linda W. FanggidaE, ST., MT


NIP. 195703271987021001 NIP 19710227 200012 2 001
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebernya bahwa Naskah/Panduan dengan judul : Kritik


Arsitektur adalah karya asli saya dan belum pernah dibiayai dari sumber dana lain
serta sesuai dengan standar penulisan bahan ajar berbentuk modul/petunjuk
praktikum bagi dosen dilingkungan Universitas Nusa Cendana.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkannya

Kupang, Maret 2015


Yang membuat pernyataan

Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc.


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat rahmat dan karunia Nya, sehingga penyususan Modul Mata Kuliah Kritik

Arsitektur ini dapat terselesaikan dengan baik

Modul Mata Kuliah Kritik Arsitektur ini disusun berdasarkan analisis

kebutuhan di Jurusan Arsitektur FST Universitas Nusa Cendana. Dan berisi bahan

ajar untuk Mata Kuliah Kritik Arsitektur yang menekankan pada pengetahuan

tentang Metode Kritik Arsitektur yang tersaji dan diramu dari berbagai sumber,

baik buku, majalah, brosur, internet, dan diskusi sejawat.

Tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan penyusunan

Modul Mata Kuliah Kritik Arsitektur, dengan segala daya dan upaya diusahakan

menjawab segala tuntunan terhadap konsep dan pengetahuan untuk

penyusunannya, namun disadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Segala

saran dan kritik konstrukstif akan diterima dengan tangan terbuka demi menuju

suatu kesempurnaan terhadap isi dari bahan ajar ini.

Terima Kasih

Kupang, Maret 2015

Penyusun
TINJAUAN MATA KULIAH

1. Identitas Mata Kuliah

a. Nama Mata Kuliah : Kritik Arsitektur

b. Kode Mata Kuliah/SKS : STARS16303 / 3 SKS

c. Semester : VI (Enam)

d. Status : Pilihan

2. Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Kritik Arsitektur adalah salah satu mata kuliah Pilihan di semester VI

(Enam). Materi Kritik Arsitektur secara umum berisi pengetahuan dan

pemahaman mengenai bagaimana proses dan catatan tanggapan

publik/individu terhadap suatu lingkunganbuatan/arsitektur dan faktor-

faktor yang mempengaruhi/ melatarbelakangi tanggapan tersebut.

3. Kegunaan Mata Kuliah

Adanya mata kuliah Kritik Arsitektur memberikan manfaat bagi

mahasiswa untuk memiliki pengetahuan secara teoritis dan praktis tentang

Metode Kritik Arsitektur. Dalam kurikulum jurusan arsitektur mata kuliah

ini selain memiliki beberapa mata kuliah penunjang juga berguna untuk

mendukung beberapa mata kuliah lainnya seperti Mata Kuliah Studio

Perancangan Arsitektur terutama didalam memberikan contoh preseden

dalam arsitektur.
4. Kompetensi Umum

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan:

a. Memiliki pemahaman tentang permasalahan arsitektur dan prosedur

pemecahan permasalahan arsitektur.

b. Memiliki pemahaman tentang pengertian kritik arsitektur dan pembagian

/kategorisasi metode kritik arsitektur.

c. Memiliki pemahaman tentang hubungan antara kritik arsitektur dengan

teori arsitektur dan sejarah arsitektur.

d. Memiliki pemahaman tentang pengertian setiap metode kritik arsitektur

dan dapat memberikan contoh penerapan setiap metode kritik.

e. Memiliki kemampuan untuk melakukan aplikasi terhadap setiap metode

kritik arsitektur berdasarkan pada kasus-kasus permasalahan arsitektur

baik dalam skala single building maupun dalam skala kawasan/kota secara

faktual yang terjadi pada masa modern/post modern di berbagai negara

secara khusus di indonesia.

5. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul disusun untuk mengoptimalkan pembelajaran mata kuliah Kritik

Arsitektur. Dalam penggunaan Modul ini mahasiswa hendaknya

memperhatikan hal sebagai berikut :

 Bacalah secara teliti materi yang diberikan dalam setiap modul ini

dimulai dari bagian awal sampai selesai

 Apabila terdapat hal yang belum jelas, diskusikan dengan rekan,

dosen dan mencari referensi pendukung


DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

MODUL I KRITIK ARSITEKTUR


1.1 Definisi Dan Bentuk Kritik
1.2 Fungsi Kritik
1.3 Hubungan Kritik Dengan Teori Dan Sejarah Arsitektur

MODUL II KRITIKUS.
2.1 Definisi
2.2 Persyaratan Seorang Kritikus
2.3 Peran Kritikus

MODUL III METODE KRITIK NORMATIF


3.1 Kritik normatif doktrinal
3.2 Kritik normatif sistem
3.3 Kritik normatif tipe.
3.4 Kritik normatif ukuran

MODUL IV METODE KRITIK INTERPRETIF


4.1 Kritik interpretif advokasi
4.2 Kritik interpretif evokasi
4.3 Kritik interpretif impressionis

MODUL V METODE KRITIK DESKRIPTIF


5.1 Kritik deskriptif depiktif
5.2 Kritik deskriptif biografis
5.3 Kritik deskriptif kontekstual

MODUL VI CONTOH IMPLEMENTASI METODE KRITIK


ARSITEKTUR
6.1 Faham “Less Is More” Sebagai Sistem Expresi Pada Arsitektur
Minimalis Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
MODUL I KRITIK ARSITEKTUR

1.1 Definisi Dan Bentuk Kritik

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan

tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu

memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός,

kritikós ‐"yang membedakan", kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani

Kuna κριτής, krités, artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan" atau

"analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan". Istilah ini

biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang

berselisih dengan atau menentang objek kritikan.Kritikus modern mencakup kaum

profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau

menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan,

musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di

jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk

kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan

ilmiah (Wikipedia).

Kritik berasal dari bahasa Yunani, krinein, artinya untuk memisahkan,

untuk menyaring, untuk membuat pembedaan‐pembedaan. Krinien sendiri secara

sederhana berarti untuk melihat secara tajam atau untuk menilai. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kritik adalah adalah alat untuk membedakan/melihat atau untuk

menilai. Kritik adalah keadaan tak pantas, seringkali juga digunakan untuk

menyangkut penyelidikan dan uraian teks ilmiah, asal usul, karakter, struktur,

1
teknik, sejarah atau konteks sejarah. (Wayne Attoe, 1978).

Kritik pada dasarnya adalah sebuah aktivitas, yaitu serangkaian tindakan

intelektual yang mau tidak mau dilibatkan dalam eksistensi historis dan subyektif

dari orang yang melakukannya dan yang menerima tanggung jawab atasnya

(Barthes, 1964)

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, kritik adalah kata benda

yang mempunyai arti kecaman yang seringkali disertai pertimbangan baik buruk

dan jalan keluar.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik

bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan, pembedaan, bukan penilaian

dengan mendeskripsikan fakta yang ada melalui pengamatan yang telah dilakukan

dengan tatacara tertentu berdasarkan kumpulan pemikiran dari pendapat orang

lain, termasuk kutipan‐kutipan fakta‐fakta, interpretasi‐interpretasi dan dogma‐

dogma. Kritik akan selalu lebih berguna ketika menginformasikan masa depan

daripada menilai masa lalu. Kritik secara luas berkaitan dengan evaluating,

interpreting dan describing.

Respons atas lingkungan adalah bentuk kritik dengan berdasarkan atas tiga

pertimbangan yaitu :

1 Kritik seni dan tulisan menyediakan preseden untuk melihat kritik secara

luas. Kita telah dibertahu, bahwa lapangan kritik dapat berupa normatif,

interpretif atau deskriptif. Dan penyampian kritik dengan tambahan foto,

gambar dan kartun seringkali berbicara lebih banyak.

2
2 Alasan lain atas keinklusifan adalah impresi populer akan kritik arsitektur

biasanya sangat sempit. Karena kebanyakan kritikus adalah pekerja

sampingan dan dalam sebagian besar kasus tidak mempunyai pelatihan

khusus bagi pekerjaan itu.

3 Motif lainnya bersifat personal. Bagi saya tidak ada lagi pembedaan jelas

antara kegiatan artistik, kritis dan ilmiah atau setidaknya tak ada dinding.

Semua diakomodasi dengan penumpukan sebagai “respon bertujuan /

purposeful response”.

Bentuk paling umum dari kritik arsitektur adalah komentar dan assessment

dalam koran, majalah dan jurnal profesional.

Dalam bidang arsitektur, Peter Collins (1971, p.146) mengidentifikasikan

empat kategori bentuk kritik, yaitu penilaian arsitektural yang berakit dengan

salah satu dari empat kategori utama yang dapat diklasifikasikan sebagai proses

desain, penilaian kompetitif, evaluasi kontrol dan jurnalisme.

Ahli sejarah juga adalah kritikus. Kritik mereka bertujuan untuk

memberitahu apa yang telah terjadi sebenarnya atau untuk menunjukkan kejadian

mana diantaranya yang layak diberi perhatian khusus.

Lebih tidak populer bagi publik, namun sangat “kritik arsitektur”, adalah

komentar para guru (kritikus desain) dalam studio akademi desain.

Meskipun paling populer, ini bukan perpanjangan kritik arsitektur. Kritik

juga ditemukan dalam banyak setting, termasuk saat penting ketika desainer

mengajukan solusi desain kepada dirinya sendiri dan dirinya sendiri juga

mengajukan penilaian akan ide tersebut.

3
Bagi beberapa orang kritik bernilai karena memfasilitasi pemahaman. Bagi

yang lainnya kritik bernilai sebagai feedback. Bagi mereka yang dalam pencarian

pemahaman, responnya dapat berupa kesenangan sampai kebosanan. Bagi

penerima feedback, responnya dapat beragam mulai dari konfirmasi ke intimidasi

dan pembelaan diri.

Pemahaman akan metode kritik daripada mengancam dan mengintimidasi,

kritik dapat digunakan sebagai alat menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

1.2 Fungsi Kritik

Kritik memiliki berbagai jenis fungsi tergantung perspektif, tujuan dan

obyek yang dikritik. Adapun beberapa fungsi kritik antara lain:

a. Memberikan sumbangan bagi pemahaman akan lingkungan binaan secara

lebih mendalam dan lebih penting lagi usaha‐usaha secara fisik untuk

memperbaiki fungsi dan meningkatkan kualitas lingkungan binaan

tersebut.

b. Menemukan penyebab dari suatu masalah sehingga dapat lebih fokus

dalam usaha penyelesaiannya.

c. Menginformasikan masa depan berdasarkan fakta‐fakta masa lalu

d. Menjadikan seseorang tidak lagi defensif dan menjadi lebih mudah

dipengaruhi ketika kritik berada dalam skala konseptual dan filosofis yang

berjarak lebih dekat.

e. Mempengaruhi kualitas dari lingkungan binaan sebelum didesain dan

dibangun ketika kritik berada pada usaha untuk memperdebatkan

4
kebijakan sehingga lebih mengenal sejauh mana keberhasilan keputusan‐

keputusan tersebut dan pengaruhnya kedepan.

f. Memfasilitasi pemahaman dan sebagai feedback, responsnya dapat berupa

kesenangan sampai kebosanan dan berupa konfirmasi ke intimidasi serta

pembelaan diri.

g. Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu pengetahuan dan

pemahaman terhadap arsitektur.

1.3 Hubungan Kritik Dengan Teori Dan Sejarah Arsitektur

Sejarah merupakan subkategori dari kritik, karena sejarah menggunakan

teknik-teknik pelukisan dan penafsiran dalam mengutarakan hasil‐hasil dan

pencapaian-pencapaian sepanjang masa. Ada tiga aspek penting sejarah arsitektur

yaitu menyangkut isi, metode dan dampak.

Bahan dasar sejarah yang ditulis para sejarahwan dalam bentuk yang dapat

dipahami mencakup hal‐hal yang abstrak, bentuk teori‐teori, sampai kepada yang

sangat khusus, seperti ukuran‐ukuran sebuah ruang yang disyaratkan.

Teori‐teori diidentifikasikan dan ditegaskan dalam sejarah karena dalam

beberapa hal mempunyai peranan yang penting dalam menghasilkan bentuk

bangunan. Sebagai contoh teori Alberti tentang proporsi secara matematis,

berdasarkan vitruvius, keindahan mencakup pemaduan rasional proporsi‐proporsi

seluruh bagian sebuah bangunan, sehingga setiap bagian mempunyai ukuran dan

bentuk yang benar‐benar sesuai dan tak satupun yang dapat ditambahkan atau

dikurangi tanpa merusak keselarasan keseluruhan. Kecocokan rasio‐rasio dan

5
persesuaian diantara semua bagian ini, geometri organik ini diperhatikan dalam

setiap bangunan, terutama dalam bangunan gereja.

Selain teori dalam penggarapan sejarah, dampak peristiwa sosial, ekonomi,

politik dan teknologi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Penemuan

mesin‐mesin konstruksi memungkinkan pelaksanaan kontruksi suatu karya

arsitektur lebih cepat sehingga mempengaruhi bentuk dan biayanya. Subsidi‐

subsidi pemerintah untuk hipotek pemilik tanah/rumah memperkuat pertumbuhan

kota‐kota sateli. Council of Trent dalam pertengahan abad keenam belas sangat

berperan dalam pengembangan rancangan gereja barok.

Tatacara yang digunakan para arsitek dalam membuat rancangan

merupakan perhatian penting dari sejarah arsitektur. Sistem‐sistem modul,

geometri‐geometri, tipologi‐tipologi standar atau salah satu dari beberapa metode

merancang akan membentuk ciri khas dalam karya arsitektur.

Sejarah dan teori arsitektur memberikan cara untuk memahami persamaan

dan perbedaan dalam karya arsitektur yang tadinya tidak memungkinkan untuk

dibuktikan. Kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan, pembedaan,

bukan penilaian dengan mendeskripsikan fakta yang ada melalui pengamatan

yang telah dilakukan dengan tatacara tertentu berdasarkan kumpulan pemikiran

dari pendapat orang lain, termasuk kutipan‐kutipan fakta‐fakta, interpretasi‐

interpretasi dan dogma‐dogma. Hal ini dapat dalam bentuk fakta sejarah yang ada

dan teori‐teori arsitektur yang digunakan dalam merancang sebuah karya

arsitektur.

Kritik, sejarah dan teori arsitektur memiliki hubungan timbal balik yang

6
sangat erat. Ketika hendak mengkritisi sebuah karya arsitektur harus ditelusuri

lebih dahulu fakta sejarah dari karya arsitektur tersebut. Kemudian teori apa yang

digunakan dalam proses perancangannya sehingga dapat dikristisi secara benar

dan lebih mendalam.

Teori, kritik dan sejarah arsitektur mejadi penting dalam masyarakat yang

mengalami perubahan. Ditempat dimana teknologi baru dikembangkan dengan

tujuan yang pasti dan ketidak puasan akan masa lalu timbul secara wajar atau

disebarluaskan dalam sistem sosial, maka kritik, teori dan sejarah menjadi relevan.

Ketiga hal yang berkaitan ini penting karena masyarakat dalam perubahan

memaksa pribadi‐pribadi mengambil keputusan. Keputusan yang tepat tidak dapat

dibuat tanpa identifikasi tujuantujuan, dan tampa pemahaman proses‐proses yang

berlaku di dalam masyarakat sehingga harus berdasarkan konteks sejarah dengan

kesadaran akan sejarah, teori dan kritik.

1.4 Jenis‐Jenis Kritik.

Jenis‐jenis kritik dapat dibagi berdasarkan metoda yang digunakan oleh

para kritikus dalam menyampaikan kritiknya atau dalam merekam tanggapan‐

tanggapan terhadap lingkungan binaan. Akan tetapi sebaiknya ditinjau dulu

taksomi tentang kritik yang diajukan oleh beberapa orang :

a. Matthew Lipman (1967) : identification, explication, explanation,

interpretation dan evaluation

b. T.M.Greene (1973) : tiga kategori kritik : historikal, re‐kreatif dan

yudisial.

7
c. Smith (1969) : impression, analysis, interpretation, orientation,

generalization.

d. Walter Abell (1966) ada enam tradisi interpretif dalam seni : iconography,

biographical critisism, historical determinism, esthetic materialism,

esthetic teleology, pure visibility.

e. T.S Elliot (1965) meliht lima peranan kritikus : professional critic (super

reviewer), critic with gusto (advocate), academic dan theoretical, critic as

moralist, poet‐critic.

f. Peter Collins (1971) melihat empat kategori kritik : the design process,

competitive assessments, control evaluation dan journalism.

Dengan menggunakan taksonomi diatas, studi yang sekarang

mengidentifikasikan sepuluh metode dasar untuk kritik arsitektur yang terbagi

dalam tiga kelompok dasar yaitu kritik normatif, kritik interpretatif dan kritik

deskriptif.

Tabel 1.1 Pengelompokkan Metode Kritik Arsitektur

KELOMPOK DASAR METODE DASAR


1. Kritik Normatif 1) Doktrin 2) Sistem 3) Tipe 4) Ukuran
2. Kritik Interpretif 5) Advokasi 6) Evokasi 7) Impressionis
3. Kritik Deskriptif 8) Depiktif 9) Biografis 10) Kontekstual

8
BAB II KRITIKUS

2.1 Definisi

Beberapa kuotasi berikut memberikan pendapatnya tentang siapa kritikus

(Quotations Collins Thesaurus of the English Language – Complete and

Unabridged 2nd Edition, HarperCollins Publishers 1995, 2002 ), yaitu :

 "It's not the critic who counts. Not the man who points out where the
strong man stumbled or where the doer of great deeds could have done
them better" [Theodore Roosevelt] “Bukan si kritikus yang penting. Bukan
pula orang yang menunjukkan dimana seorang yang kuat terjatuh atau
dimana sang pelaku perbuatan hebat dapat melakukan yang lebih baik.”
 "The proper function of the critic is to save the tale from the artist who
created it"[D.H. Lawrence] “Fungsi kritikus yang tepat adalah untuk
menyelamatkan kisah dari seniman yang menciptakannya.” "A critic is a
man who knows the way but can't drive the car" [Kenneth Tynan]
“Seorang kritikus adalah seseorang yang tahu jalan namun tak bisa
mengemudi mobil.”
 "critic: a person who boasts himself hard to please because nobody tries
to please him" [Ambrose Bierce ‐The Devil's Dictionary] “Kritikus :
seorang yang membual bahwa dirinya sulit untuk disenangkan karena tak
ada orang yang berusaha menyenangkannya.”
 "A critic is a bundle of biases held loosely together by a sense of taste"
[Whitney Balliet ‐Dinosaurs in the Morning] “Seorang kritikus adalah
kumpulan bias yang disatukan secara bebas oleh rasa akan selera.”

Berdasarkan beberapa sumber, dapat ditemukan pengertian kritikus, antara lain:

1. Seseorang yang menyampaikan pendapat dengan alasan akan berbagai

masalah, khususnya yang melibatkan penilaian akan nilainya,

kebenarannya, keindahannya atau tekniknya.

2. Seseorang yang seringkali melakukan secara profesional analisis, evaluasi

atau penghargaan terhadap pekerjaan‐pekerjaan seni.

3. Seseorang yang memberikan penghakiman yang keras atau cerewet ¹

9
4. Seseorang yang terlibat secara professional dalam analisis dan interpretasi

karya seni

5. Siapapun yang menyampaikan penilaian dengan alasan akan sesuatu

6. Seseorang yang seringkali menyatakan kesalahan atau membuat penilaian

keras dan tidak adil ²

7. Seseorang yang ahli dalam menilai kebaikan dari karya literature atau

karya seni; seseorang yang cakap dalam memeriksa karya literatur atau

karya seni dan memberikan penilaian kepada karya‐karya tersebut;

seorang reviewer.

8. Seseorang yang memberikan penilaian keras, seseorang yang menemukan

kesalahan, seorang pemeriksa atau hakim yang keras ³

Kritikus dalam bahasa Latin adalah criticus, dari bahasa Yunani kritikos,

yaitu mampu melihat dengan tajam atau mampu menghakimi / menilai, yang

berasal dari kata krites, berarti seseorang yang menyampaikan penilaian beralasan

atau analisis, penilaian akan nilai (value judgement), interpretasi atau observasi. 1

1 sumber : http://www.merriam‐webster.com/dictionary/critics
² sumber : www.wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn
³ sumber : http://www.brainyquote.com/words/cr/critic149708.html

10
Para kritikus modern termasuk para profesional atau amatir yang secara

teratur menilai atau menginterpretasi kinerja atau karya ( dari mereka seperti

seniman, ilmuwan, pemusik atau aktor) dan mempublikasikan hasil observasi

mereka secara teratur.

Media‐media mempublikasikan kritik dapat berupa koran nasional, yang

memasukkan kritik akan seni atau arsitektur dalam halaman bahasannya.

Beberapa koran, memasukkan review arsitektur bersama dengan bagian real

estate atau bagian Home & style. Adapula beberapa media yang khusus

membahas seni dan arsitektur, contohnya Architectural Review. Ada Louise

Huxtable adalah seorang kritikus full time pertama yang bekerja bagi koran harian

Amerika, New York Times sejak tahun 1963. Lewis Mumford, telah banyak

menulis tentang arsitektur tahun 30an, 40an dan 50an di New Yorker.

Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pengertian kritikus adalah

seseorang yang ahli dan terlibat secara profesional dalam analisis dan interpretasi

karya seni, ahli dalam menilai kebaikan dari karya literatur atau karya seni;

seseorang yang cakap dalam memeriksa karya literatur atau karya seni dan

memberikan penilaian kepada karya‐karya tersebut.

2.2 Persyaratan Seorang Kritikus

Hanief (2000), dalam bukunya The Dynamics of Criticism in T.S. Elliot,

menyampaikan pendapat T.S. Elliot tentang sifat alamiah dan fungsi kritik, yaitu :

1. Kritik adalah penjelasan / uraian dari karya seni dan koreksi terhadap

selera literatur.

11
2. Fungsi kritik adalah untuk memajukan pemahaman dan kegembiraan akan

literatur.

3. Untuk menghidupkan kembali masa lalu adalah tugas besar kritik.

4. Tugas kritik adalah “mendeteksi yang hidup dari yang mati.”

5. Satu fungsi kritik adalah bertindak sebagai daya mengatur arus perubahan

dalam selera tulisan

6. Kritikus yang baik adalah, seseorang yang menggabungkan pembacaan

luas dan membedakan, dengan perasaan / sensibilitas yang tajam dan tak

kunjung habis

7. Kritki adalah bagian pekerjaan seorang kritikus untuk menjaga tradisi yang

baik tetap eksis dan menjadi bagian pekerjaannya untuk melihat literatur

secara tetap dan menyeluruh, tak hanya melihatnya terabadikan dalam

waktu, tapi untuk melihatnya melebihi waktu, untuk melihat karya terbaik

masa kini dan melihat karya terbaik 2500 tahun yang lalu dengan mata

yang sama.

8. Kritik dikatakan sebagai “pencarian bersama akan penilaian yang benar.”

9. Nampaknya kritik, seperti halnya aktivitas filosofis lainnya, adalah tak

terhindarkan dan tidak memerlukan justifikasi. Anda tak dapat mencela

kritik sebelum mencela filosofi.

Dalam Hanief (2000), T. S. Elliot juga menyatakan persyaratan seorang

kritikus. Yaitu seorang kritikus juga harus berusaha sebaik mungkin untuk

mengatasi prasangka dan tingkahnya untuk memperoleh ketenangan,

keseimbangan, kebenaran dan objektifitas dalam kritiknya.

12
“Analisis dan perbandingan secara metodis dengan sensitifitas,

kepandaian, keingintahuan, intensitas keinginan dan pengetahuan yang tak

terbatas; semuanya perlu bagi seorang kritikus yang hebat. Sang kritikus,

seharusnya berusaha keras untuk mendisiplin prasangka pribadinya dan

mengkomposisi perbedaan‐perbedaan dirinya dengan sebanyak mungkin

orang lain dalam pencarian bersama akan kebenaran sejati.” (T. S. Elliot

Dalam Hanief, 2000)

Kesimpulan yang dapat diambil adalah, seorang kritikus yang besar,

memerlukan modal dan sikap. Modal seorang kritikus adalah : pengetahuan yang

tak terbatas, sensitif, pandai, mempunyai keingintahuan dan keinginan. Sedangkan

sikapnya adalah menganalisis dan membuat perbandingan secara metodis, dan

mendisiplin prasangka pribadinya untuk memperoleh keseimbangan dan

objektifitas dalam kritiknya.

13
2.3 Peran Kritikus

Dalam Das (2005), Elliot (1965) membagi tipe‐tipe kritikus ke dalam 4

macam,yaitu :

Tabel 2.1 Tipe Kritikus

TIPE KRITIKUS PENJELASAN


tipe kritikus ini bekerja kepada koran‐koran dan mereka
1. Professional Critic menilai buku‐buku dalam majalah dan koran. Namun tak
(Super Reviewer) semua dari mereka merupakan penulis / pembuat puisi /
novelis yang berhasil
tugasnya bukan untuk menyatakan penilaian terhadap
penulis atau karyanya, namun untuk menarik perhatian
2. Critic with Gusto
pembaca kepada penulis dengan kualitas yang lebih baik
yang sebelumnya terabaikan
yaitu mereka yang menggabungkan pengajaran dengan
3. Critic as The Academic
karya original dan kritis. Di dalamnya ia menyebut
and Theoretical
seorang kritikus, F.R. Leavis sebagai critic as moralist
yaitu kelompok kritikus dengan persyaratan dikenal
4. Poet critic
secara utama melalui karya‐karya puisinya

Dalam Attoe (1978), beberapa peran kritikus terutama dalam arsitektur, yaitu :

1 Bentuk paling umum dari kritik arsitektur adalah komentar dan assessment

dalam koran, majalah dan jurnal profesional.

2 Ahli sejarah juga adalah kritikus. Kritik mereka bertujuan untuk

memberitahu apa yang telah terjadi sebenarnya atau untuk menunjukkan

kejadian mana diantaranya yang layak diberi perhatian khusus.

3 Lebih tidak populer bagi publik, namun sangat “kritik arsitektur”, adalah

komentar para guru (kritikus desain) dalam studio akademi desain.

14
MODUL III METODE KRITIK NORMATIF

3.1 Pendahuluan

Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (convince) bahwa di

lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun

melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan

melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.

Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat

kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak

konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan

sebagai sebuah benda konstruksi. Sebagai contoh adalah slogan yang berkembang

pada beberpa negara dan berperan kuat terhadap perkembangan arsitektur seperti

form follow function. Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik

normatif perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jenis-jenis Metode Kritik Normatif

JENIS KRITIK
PENJELASAN
NORMATIF
Satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip
1. DOKTRIN
yang tak terukur
Suatu norma penyusunan elemen‐elemen yang
2. SISTEM
saling berkaitan untuk satu tujuan
Suatu norma yang didasarkan pada model yang
3. TIPE
digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik
Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan
4. UKURAN
bangunan dengan baik secara kuantitatif

15
3.2 Kritik Normatif ‐ Doktrinal

Beberapa hal terkait kritik normatif doktrinal adalah :

1. Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur

yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur. ejarah

arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek

budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.

2. Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui

norma yang berkembang seperti :

• Form Follow Function

• Function Follow Form

• Form Follow Culture

• Form Follow World View

• Less is More

• Less is Bore

• Big is beauty

• Buildings should be what they wants to be

• Building should express : Structure, Function, Aspiration,

Construction Methods, Regional Climate and Material

• Ornament is Crime

• Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of

architecture.

3. Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu

pada satu ‘isme’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi

16
arsitektur yang diharapkan.

Dalam sejarah arsitektur dapat diidentifikasi empat doktrin yang

berkembang dalam pengambilan keputusan desain dalam fragmen sejarah

arsitektur yang telah berlangsung :

Tabel 3.2 Jenis Kritik Normatif Doktrinal

Jenis Penjelasan
 Doktrin yang mengacu pada progress harga
1. Utilitarian  Keputusan arsitektur mengarahkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektifitas
 Doktrin yang cenderung mengacu pada isme lama
2. Preservasionist  Berorientasi pada paham yang bersifat immateri
 Tidak berorientasi pada bahan atau material
 Doktrin yang mengacu pada keteraturan
 Tahap pengambilan keputusan yang sistematik
3. Tidy Minded
 Berpikir detail dan cermat sebelum melanjutkan
pada langkah berikutnya
 Berpikir inovatif
 Menggali kemungkinan‐kemungkinan baru dari
kegagalan masa lalu
4. The Improver  Menyesuaikan pola‐pola yang ada terhadap pola‐
pola baru yang muncul
 Ada keinginan yang kuat untuk mempertinggi
kualitas karena kebaruan

4. Keunggulan dan kelemahan kritik normatif doctrinal

Keunggulan :

 Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang

samar dalam arsitektur dengan demikian arsitek dapat mempunyai

landasan yang tidak meragukan lagi dalam desain

 Dengan doktrin tertentu yang diyakini arsitek dapat mempunyai arah yang

lebih jelas dalam pengambilan keputusan

17
 Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang.

 Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang

benar

 Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu

 Memperkaya penafsiran

Kelemahan :

 Mendorong segala sesuatunya tampak mudah dan mengarahkan penilaian

menjadi lebih sederhana ditengah‐tengah kompleksitas arsitektur.

 Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal dan meletakkan

kesalahan pada prinsip lain yang tidak sepaham.

 Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual

 Terdapat kecenderungan untuk memandang arsitektur secara partial dan

tidak bersifat holistik

 Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”

 Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur

5. Kesimpulan

 Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan

fungsi mutakhir

 Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan

sebelumnya

 Jika akan me‐reproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa

kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat

 Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang


18
tepat Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap

seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan

masyarakatnya.

3.3 Kritik Normatif ‐Sistem

Beberapa hal terkait kritik normatif – sistem adalah :

1. Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat

riskan untuk mendukung satu keputusan desain

2. Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai :

menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau

kadaluarsa (out of dated )

3. Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat

dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan

kota.

4. Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang

tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman

manusia.

5. Setidaknya, ada beberapa hal yang harus dipikirkan yakni :

Tabel 3.3. Aspek yang dipikirkan dalam kritik normatif – sistem


Aspek Penjelasan
Mass (massa), Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah
dari lingkungan Space (ruang), Volume batas‐batas
1. Elements
permukaan di sekeliling massa Surface (permukaan),
batas massa dan ruang
Bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini
2. Relations
diantara dimensi‐dimensi
3. Capacity of the structure Kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
Nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa
4. Valuable
manusia untuk mengalami ruang.
19
6. Menurut Huxtable, 1976, dalam Kicked a Building Lately :

Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi

bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam

cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan

sophisticated. Hal yang terkait yang perlu dipikirkan adalah :

 Apa sajakah bagian‐bagiannya?

 Bagaimana ia bekerja?

 Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?

 Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat

sebagaimana yang dibutuhkan klien?

 Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas,

komunitas?

 Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

7. Beberapa variasi sistem kritik normatif – sistem ditunjukkan dalam tabel

berikut :

20
Tabel 3.4 Variasi Sistem kritik normatif – system

Tokoh Uraian
 Commodity (komoditas),
Albert Bush‐Brown 1959  Firmness (kekokohan)
 Delight (kesenangan)
 Firmitas (kekokohan),
Viruvius 1900  Utilitas (kegunaan),
 Venustas (keindahan)
 Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan
memperlakukan segala sesuatunya untuk
meningkatkan cara yang paling baik
 Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan
John Ruskin 1851 mengatakan pada bagian‐bagiannya untuk berbicara
dengan kata‐kata yang baik
 Bahwa bangunan harus tampak baik, dan
mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik
yang dilakukannya atau yang dikatakannya
 Climate Modifier (Pengatur iklim)
 Container of Activities (Pewadah aktifitas)
 Symbolic and Cultural Object (Simbolik dan objek
Hillier, Musgrove,
budaya)
O’Sullivan, Geofrey
Broadbent 1972  Addition of Value to Raw Materials (Memberi nilai
terhadap material yang mentah)
 Having Environment Impact (Mempengaruhi
lingkungan secara positif)
 Building Task (Tugas Bangunan)
Christian N. Schulz 1965  Form (Bentuk )
 Technics (Teknik Membangun)

21
3.4 Kritik Normatif ‐Tipe

Beberapa hal terkait Kritik Normatif – Tipe :

1. Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan

dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan

pembangunan lingkungan fisik

2. Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan

arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah

dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada

innovative originals (keaslian, inovasi).

3. Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi

dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat

terangkum dalam satu typologi.

4. Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, dalam

buku Charles Jencks, Meaning in Architecture

Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif.


Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan
mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk
mengurangi kompleksitas.

5. Elemen Kritik Normatif ‐Tipe

Setidaknya ada 3 hal yang harus ditelaah dalam membuat kritik normatif –

tipe, dengan referensi berupa standar, atau jika belum ada standarnya maka

harus disandingkan dengan bangunan yang sejenis lainnya

22
Tabel 3.5 Elemen Kritik Normatif ‐Tipe

Elemen Penjelasan
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan
dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan
pola yang sama pula.
1. Struktur  Jenis bahan
 Sistem struktur
 Pemipaan
 Ducting dsb.
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain
untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi
dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
2. Fungsi
 Kebutuhan pada ruang kelas
 Kebutuhan auditorium
 Kebutuhan ruang terbuka dsb.
 Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk‐bentuk yang
eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap
memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
 Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana
bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
 Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi
bagi bentuk‐bentuk bangunan yang monumental pada masa
berikutnya.
3. Bentuk  Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon :
Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan
karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam
bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan
memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia. Melalui
astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk
yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat
simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

6. Keunggulan dan kelemahan

Keunggulan :

 Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe

tertentu.

 Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain


23
 Tidak perlu menentukan pilihan‐pilihan visi baru lagi.

 Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama

 Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

Kelemahan :

 Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal

 Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard

 Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type

 Tidak memeiliki pemikiran yang segar

 Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

7. Dampak dari Kritik Normatif – Tipe :

 Munculnya semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda

(Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa.

Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini,

dan menyebut semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo

theoretic

 Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh

Christoper Alexander

 Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan

 Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan

secara individual.

24
3.5 Kritik Normatif ‐Ukuran

Beberapa hal terkait Kritik Normatif – Tipe :

1. Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil

berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui

hukum‐hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk

memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk

analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan

kendali rancangan arsitektural.

2. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat

mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan

tertentu dalam studi arsitektur.

3. Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang

digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan

terukur secara matematis.

4. Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma

bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

5. Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

• Ukuran batas minimum atau maksimum

• Ukuran batas rata‐rata (average)

• Kondisi‐kondisi yang dikehendaki

Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan

menjelaskan beberapa sandard normatif

• Batas maksimal ketinggian bangunan

25
• Batas sempadan bangunan dan luas terbangun

• Batas ketinggian pagar yang diijinkan

• Standardisasi : Pencegahan kebakaran, penangkal petir, penggunaan air

bersih dsb.

6. Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada

ukuran minimum/maksimum, rata‐rata atau kondisi yang dikehendaki

yang selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.

7. Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk

sebagai berikut:

i. Tujuan Teknis (Technical Goals)

ii. Tujuan Fungsi (Functional Goals)

iii. Tujuan Perilaku (Behavioural Goals)

26
Tujuan Teknis (Technical Goals)

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara

teknis. Contoh : Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya.

Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :

a. Stabilitas Struktur

- Daya tahan terhadap beban struktur

- Daya tahan terhadap benturan

- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan

- Ketepatan instalasi elemen‐elemen yang di luar sistem

b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik

- Ketahanan permukaan

- Daya tahan terhadap gores dan coretan

- Daya serap dan penyempurnaan air

c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan

- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda

- Timbunan debu yang mungkin menempel

- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen‐elemen yang rusak

Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis

dan alami.

Tujuan Fungsi (Functional Goals)

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktivitas yang

khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat

27
digunakan untuk aktivitas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan :

• Keberlangsungan fungsi dengan baik

• Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi

• Kondisi‐kondisi khusus yang harus diciptakan

• Kemudahan‐kemudahan penggunaan,

• Pencapaian dan sebagainya.

Tujuan Perilaku (Behavioural Goals)

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat

berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap

individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk

fisik bangunan.

Lozar (1974), dalam Measurement Techniques Towards a Measurement

Technology, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga

kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

28
MODUL IV METODE KRITIK INTERPRETIF

Karakteristik utama kritik interpretif adalah kritikus dengan metode sangat

personal. Tindakannya bagaikan sebagai seorang interpreter atau pengamat tidak

mengklaim satu doktrin, sistem, tipe atau ukuran sebagaimana yang terdapat pada

kritik normatif. Kritik Interpretif punya kecenderungan karakteristik sebagai

berikut :

• Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim

doktrin, klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.

• Kritikus melalui kesan yang dirasakannya terhadap sebuah bangunan

diungkapkan untuk mempengaruhi pandangan orang lain bisa memandang

sebagaimana yang dilihatnya.

• Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru

memandang bangunan (biasanya perubahan cara pandang dengan

“metafor” terhadap bangunan yang kita lihat)

• Melalui rasa artistiknya disadari atau tidak kritikus mempengaruhi orang

lain untuk merasakan sama sebagaimana yang ia alami ketika berhadapan

dengan bangunan atau lingkungan kota.

• Membangun karya “bayangan” yang independen melalui bangunan

sebagaimana miliknya, ibarat kendaraan.

29
4.1 Kritik Interpretif ‐Advokasi

• Kritik ini tidak diposisikan sebagai penghakiman (judgement)

sebagaimana pada kritik normatif.

• Bentuk kritiknya lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja

dengan penjelasan lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang

terlupakan

• Isi kritik tidak mengarahkan pada upaya yang memandang rendah orang

lain

• Kritikus mencoba menyajikan satu arah topik yang dipandang perlu untuk

kita perhatikan secara bersama tentang bangunan

• Kritikus membantu kita melihat manfaat yang telah dihasilkan arsitek

melalui bangunannya dan berusaha menemukan pesona yang kita kira

hanya sebuah objek menjemukan.

• Dalam hukum kritik advokasi, kritiknya tercurah terutama pada usaha

mengangkat apresiasi pengamat.

4.2 Kritik Interpretif ‐Evokasi

• Evoke : menimbulkan, membangkitkan

• Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai bangunan

• Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung

bangunan

• Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan

• Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai

bangunan

30
• Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna

yang terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan.

• Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa

sebagaimana dirasakan kritikus

• Kritik evokatif disampaikan dalam bentuk : (1) naratif dan (2) fotografi

4.3 Kritik Interpretif ‐Impressionis

• Seniman mereproduksi karyanya sendiri atau orang lain dengan

konsekuensi adanya kejemuan, sedang kritik selalu berubah dan

berkembang. Impresi terhadap karya mempengaruhi perancang untuk

membuat perubahan dan perkembangan dalam karya‐karya berikutnya.

• Kritik impressionis adakalanya dipandang sebagai parasit karena

seringkali menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi

pembentukan karya keseniannya. Karya yang telah ada menjadi kendaraan

untuk menghasilan karya seni lain melalui berbagai metode penyajian.

• Karya yang asli berjasa bagi kritik sebagai area eksplorasi karya‐karya

baru yang berbeda. Begitu juga sebaliknya kritik akan membaerikan

impresi bagi pengkayaan rasa, pengalaman dan apresiasi terhadap

perkembangan teoritik ke depan.

• Kecantikan, memberi kepada penciptaan unsur yang universal dan estetik,

menjadikan kritikus sebagai kreator, dan menghembuskan ribuan benda

yang berbeda yang belum pernah hadir dalam benaknya, yang kemudian

terukir pada patung‐patung, terlukis pada panel‐panel dan terbenam dalam

31
permata‐permata.

Kritik Impresionistik dapat berbentuk :

• Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa

• Caligramme : Paduan kata yang membentuk silhouette

• Painting : Lukisan

• Photo image : Imagi foto

• Modification of Building : Modifikasi bangunan

• Cartoon : Focus pada bagian bangunan sebagai lelucon

32
MODUL V METODE KRITIK DESKRIPTIF

• Dibanding metode kritik lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata

(faktual)

• Deskriptif mencatat fakta‐fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan

atau kota

• Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang

sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih

memahami makna bangunan.

• Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan

melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya

• Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar

metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang

terjadi di dalamnya.

5.1 Kritik Deskriptif ‐Depiktif

Ada 3 aspek yang dibahas :

1. Aspek Statis (Static Aspects)

• Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena

ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan

• Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini

menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi disana

• Fakta yang digambarkan dari aspek fisik sebuah bangunan dapat menjadi

instrumen untuk meningkatkan apresiasi kita terhadap sebuah karya arsitektur.

• Masyarakat cenderung memandang dunia sesuai dengan keterbatasan


33
pengalaman masa lalunya, maka melalui perhatian yang jeli terhadap aspek

tertentu bangunan dan mennceritakan kepada kita apa yang telah dilihat, kritik

depictive telah menjadi satu metode penting untuk membangkitkan satu catatan

pengalaman baru seseorang.

• Kritik Depictive tidak butuh satu pernyataan betul atau salah karena

penilaian dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya.

• Kritik depictive lebih mengesankan sebagai seorang editor atau reporter,

yang menghindari penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek

bangunan agar terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate.

• Kritik Depiktif dalam aspek statis memfocuskan perhatian pada elemen‐

elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture)

• Penelusuran aspek static dalam Depictive criticism seringkali digunakan

oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca agar memahami

apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa yang

dilihatnya kemudian.

• Penggunaan media grafis dalam kritik depiktif dapat dengan baik merekam

dan mengalihkan informasi bangunan secara non verbal, tanpa

kekhawatiran terhadap bias.

• Aspek static kritik depiktif dapat dilakukan melalui beberapa cara survey

antara lain : photografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal (kata‐kata).

2. Aspek Dinamis (Dynamic Aspect)

• Tidak seperti aspek static, aspek dinamis depictive mencoba melihat

bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.

34
• Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia

bergerak melalui ruang‐ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana?

• Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik?

Bagaimana bangunan dipengaruhi oleh kejadian‐kejadian yang ada

didalamnya dan disekitarnya?.

3. Aspek Proses (Process Aspect)

• Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada

kita tentang proses bagaimana sebab‐sebab lingkungan fisik terjadi seperti

itu.

• Kalau kritik yang lain dibentuk melalui pengkarakteristikan informasi

yang datang ketika bangunan itu telah ada, maka kritik depictive (aspek

proses) lebih melihat pada langkah‐langkah keputusan dalam proses desain

yang meliputi : Kapan bangunan itu mulai direncanakan, bagaimana

perubahannya, bagaimana ia diperbaiki, kita dapat membayangkan

persepsi kita dalam proses pembentukannya.

5.2 Kritik Deskriptif ‐Biografis

Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist

(penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya.. Memahami dengan

logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita

terhadap intensitasnya pada karya‐karyanya secara spesifik.

Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi

sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian‐kejadian dalam

kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan. Misalnya : Bagaimana

35
pengaruh kesukaan Frank Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel

Bloks (permainan lipatan kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier

lain Le Corbusier sebagai seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero

Sarinen dengan ayahnya yang juga arsitek? Informasi seperti ini memberi kita

kesempatan untuk lebih memahami dan menilai bangunan‐bangunan yang

dirancangnya.

5.3 Kritik Deskriptif – Kontekstual

Hal yang perlu diketahui dalam metode kritik kontekstual adalah :

Informasi tentang aspek sosial, politik dan ekonomi pada saat bangunan di desain.

Tekanan‐tekanan apakah yang diterima sang arsitek atau klien pada saat bangunan

akan dan sedang dibangun?.

36
MODUL VI CONTOH IMPLEMENTASI METODE KRITIK

ARSITEKTUR

6.1 Faham “Less Is More” Sebagai Sistem Expresi Pada Arsitektur Minimalis
Di Indonesia (Oleh : Iwan Darmawan, ST., M.Sc)

37
VI.KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan
“Less is more”, jargon yang dikenalkan oleh Mies Van der Rohe oleh banyak
pihak menjadi salah satu identitas arsitektur mo dern dan International style ternyata
juga mempengaruhi sangat dalam arsitektur minimalis tidak terkecuali di Indonesia.
Bahkan dibandingkan dengan hampir keseluruhan karya dalam International style,
faham “less is more” dalam arsitektur minimalis diimplementasikan lebih tepat. Kata
minimal sendiri secara implisit menunjukkan tujuan yang sama dengan yang disebut
“less is more” yaitu mencapai yang lebih dengan cara dan atau bentuk yang sedikit
atau sesedikit mungkin.
4.2. Rekomendasi
Sebagai dasar pengetahuan tentang arsitektur minimalis, akademisi dan
praktisi di Indonesia pada khususnya harus mengerti benar ide dasar arsitektur
minimalis yang berakar dari faham “less is more” dari Mies van der Rohe. Esensi
kesederhanaan dan kejujuran dari faham ini telah terbukti mampu bertahan selama
beberapa periode sejarah perkembangan arsitektur dan sangat fleksibel dalam
terjemahan esensialitasnya sesuai dengan perkembangan jaman.
Karena sifat abadi dan kelenturannya, faham “less is more” ini bisa saja mengalami
berbagai macam penyesuaian menurut konteks yang sesuai dengan lingkungannya.
Contohnya bentuk atap datar pada penerapan karya Mies dirasa tidak
menguntungkan jika diterapkan di bangunan rumah tinggal Indonesia (tropis),
penyesuaian terjadi tetap menggunakan atap miring dengan misalnya
mengkamuflasekannya pada fasade.

Daftar Pustaka
Blaser, warner. 1997. Mies Van der Rohe: Birkhauser Verlag.
Blaser, warner. 1996. West Meets East - Mies Van der Rohe: Birkhauser Verlag.
Frampton, Kenneth, 1980, Modern Architecture, a critical history, Oxfod University
press,
Kurniawan, Harry. Arsitektur Minimalis, Konsep, Prinsip dan Metoda , Tesis Strata-2
Program Studi Teknik Arsitektur UGM, Yogyakarta, 2009
Sinar Tanudjaja, F. Christian. 1993. Arsitektur Modern: Universitas Atmajaya,
Yogyakarta.
Russel, Frank, 1986, “Architectural Monographs 11”, Academy Edition, London
Schulze, F.,1985, “Mies Van der Rohe A Critical Biography” University of Chicago
Press
Sumalyo, Yulianto, 1997, “Arsitektur Modern”, UGM Press, Yogyakarta
Suwardana, I Wayan, Blogger, 2009
http://www.answer.com
http:// www.Greatbuilding.com
http://www.wikipedia.com
http://www.Farnsworth.org
DAFTAR PUSTAKA

Attoe, Wayne, 1978, Architectural and Critical Imagination, John Wiley and
Sons, New York,
Collins Thesaurus of the English Language – Complete and Unabridged 2nd
Edition, Harper Collins Publishers 2002
Darmawan, Iwan, 2010, Faham “Less Is More” Sebagai Sistem Expresi Pada
Arsitektur Minimalis Di Indonesia, Jurusan Arsitektur UGM Yogyakarta
Hanief, Muhammad, 2000, The Dynamic of Criticism in T.S. Elliot, Atlantic
Publishers, New Delhi.
Kumas Das, Bijay, 2005, Twentieth Century Literary Criticism, Atlantic
Publishers, New Delhi.
www.merriam‐webster.com/dictionary/critics
www.wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn
www.brainyquote.com/words/cr/critic149708.html

Anda mungkin juga menyukai