Pembidaian
Pembidaian
Dosen Pembimbing :
Ns. Aulia Asman,S.Kep.M.Biomed
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan makalah “ Pembidaian pada Ekstremitas atas dan bawah ” mungkin ada sedikit
hambatan. Namun berkat bantuan dari bimbingan dari Dosen pembimbing. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan Doa-Nya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang
Pembidaian pada Ekstremitas atas dan bawah. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk
itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnakan makalah ini.
Penyusun,
Nuico Sema
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................
1.3. Tujuan.....................................................................................................
BAB II ISI
2.1. Pengertian Pembidaian..............................................................................
2.2. Tujuan Pembidaian....................................................................................
2.3. Jenis-jenis Pembidaian...............................................................................
2.4. Indikasi Pembidaian...................................................................................
2.5. Kontra Indikasi Pembidaian......................................................................
2.6. Komplikasi Pembidaian..............................................................................
2.7. Prisip Pembidaian........................................................................................
2.8. Prosedur Dasar Pembidaian........................................................................
2.9. Teknik Pemmbidaian..................................................................................
2.10. Pelaksanaan Pebidaian................................................................................
2.11. Evaluassi Pembidaian................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran
dari ujung tulang yang patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang
yang patah, Memberi istirahat pada anggota badan yang patah, Mengurangi rasa nyeri
dan Mempercepat penyembuhan Pada saat kita melakukan suatu kegiatan, tidak jarang
kita akan mengalami kecelakaan.
Misal, saat melakukan perkemahan. jika di dalam perkemahan itu tidak ada
dokter maka yang bertugas untuk melakukan pertolongan pertama pada teman/ salah
seorang dari anggota perkemahan cidera atau terluka adalah kita. Jadi kita harus
mengetahui bagaimana cara dalam melakukan P3K. Salah satu P3K pada pramuka
adalah PEMBIDAIAN. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
pembidaian.
2.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian Pembidaian ?
2. Bagaimana Tujuan Pembidaian ?
3. Bagaimana Jenis-jenis Pembidaian ?
4. Bagaimana Indikasi Pembidaian ?
5. Bagaimana Kontra Indikasi Pembidaian ?
6. Bagaimana Komplikasi Pembidaian ?
7. Bagaimana Prisip Pembidaian ?
8. Bagaimana Prosedur Dasar Pembidaian ?
9. Bagaimana Pelaksanaan Pembidaian ?
10. Bagaimana Pelaksanaan Pembidaian ?
11. Bagaimana Evaluassi Pembidaian ?
2.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pembidaian Tujuan Pembidaian, Jenis-jenis
Pembidaian, Indikasi Pembidaian, Kontra Indikasi Pembidaian, Komplikasi
Pembidaian, Prisip Pembidaian, Prosedur Dasar Pembidaian, Teknik Pemmbidaian,
Pelaksanaan Pebidaian dan Evaluassi Pembidaian.
BAB II ISI
2.1. Pengertian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi) dengan kata lain Pembidaian adalah berbagai
tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
2.2. Tujuan
Tujuanpembidaian :
1.Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2.Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3.Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4.Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
2.3. Jenis-jenis pembidaian
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan
ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan
darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh :
bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
2.4. Indikasi Pembidaian
· Dislokasi persendian Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah
satu bagian tubuh ditemukan :
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi
abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang
mengalami cedera (Krepitasi)
11. Perdarahan bisa ada atau tidak
12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
13. Kram otot di sekitar lokasi
· Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
· Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya.
· Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proximal dan distal daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan di agtas patah tulang. Sebagai
contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut
· Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada
trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal.
· Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi
atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dillakukan tarikan terdapat tahanan
yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba
untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan
tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena
kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan
beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
· Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka (lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
· Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa
titik yang berada pada posisi superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur, diantara
lokasi fraktur dan lokasi ikatan pratama, inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur,
diantara fraktur dan lokasi ikatab ketiga (point c)
· Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau perengangan pada bagian yang cedera.
· Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat. Jika mungkin naikkan
anggota gerak tersebut setelah dibidai.
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu
dilakukan.
2.6. Komplikasi pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
· Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung fraktur,
jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
2.7. Jenis Pembidaian
2.8. Prinsip Pembidaian
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan
setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan
sebagai fraktur.
1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebagai
contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengibolisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati- hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.
Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.
3. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan
distal.
4. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi
atau tarikan ringan ketika pembidaian.
5. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien
merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda
telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah
dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf
atau pembuluh darah.
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggot gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras /peka(lutut,siku,ketiak,dll) yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai diatas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa
titik yang berada pada posisi:
8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.
Persiapan Pembidaian
1. Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status
vaskuler dan neurologis serta jangkauan gerakan.
2. Pilihlah bidai yang tepat.
Prinsip Pembidaian
3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler
dan neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan
sesudah pembidaian.
Prosedur Pembidaian
1. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai.
3. Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur panjang bidai pada sisi kontralateral
pasien yang tidak mengalami kelainan.
4. Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar
5. Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan
6. Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal dari tulang
yang patah
7. Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang dibidai.
Contoh penggunaan bidai
Pertolongan :
Pertolongan:
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii
Gambar Pemasangan sling untuk menggendong lengan yang cedera
b) Pertolongan :
Pertolongan :
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur femur
Pasang 2 bidai dari :
o Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.
Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.
Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur cruris
Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman dengan bebat dan bidai yang
dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu ketat atau terlalu longgar. Bila
pasien masih merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di bawah bidai.
Longgarkan bebat jika dirasakan terlalu kencang.
KOMPLIKASI PEMASANGAN
Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya menjadi lebih kencang
karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara jelas kepada pasien
untuk datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda gangguan neurovaskuler
atau compartment syndrome, seperti bertambahnya pembengkakan atau rasa nyeri,
kesulitan menggerakkan jari, dan gangguan fungsi sensorik.
Tujuan ini didukung oleh 3 proses yaitu reduksi, imobilisasi dan latihan.
Faktor yang paling penting dalam menentukan kecenderungan untuk sembuh secara
alami adalah kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai darah lokal. Fraktur energi rendah
( atau velositas rendah) hanya menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang parah,
walaupun fraktur terbuka ataupun tertutup.
REDUKSI
Reduksi harus ditujukan untuk fragmen tulang dengan apposisi yang cukup dan
garis fraktur yang normal. Semakin besar area permukaan kontak antarfragmen semakin
besar kemungkinan terjadinya penyembuhan. Adanya jarak antara ujung fragmen
merupakan penyebab sering union yang terlambat atau nonunion.
Di sisi lain, selama ada kontak dan fragmen segaris (alignment) sedikit overlap pada
permukaan fraktur masih diperbolehkan. Pada fraktur yang meliputi pemukaan sendi,
reduksi harus sedekat mungkin mendekati sempurna karena adanya irreguleritas akan
menyebabkan distribusi muatan yang abnormal antarpermukaan yang akan
berpredispoisisi pada perubahan degenaratif pada kartilago sendi.
Hal ini lebih efektif dilakukan ketika periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap
utuh karena ikatan jaringan lunak mencegah over-reduction dan menstabilkan fraktur
setelah direduksi (Charnley 1961).
Gambar Reposisi tertutup (a) Traksi pada garis tulang (b) Disimpaksi © Menekan
fragmen pada posisi reduksi ( Sumber : Solomon L. Warwick DJ. Nayagam S.
Principles of Fracture. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 8th ed. Oxford
University Press Inc. New York. 2001)
Reduksi Terbuka
Indikasi reduksi operatif yaitu :
1. reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan mengontrol fragmen atau karena
jaringan lunak berada diantaranya,
2. terdapat fragmen sendi yang membutuhkan pengaturan posisi yang akurat,
3. untuk traksi (avulsi) fraktur dengan fragmen yang terpisah.
DISLOKASI
Dislokasi berarti permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh lagi.
Subluksasi menekankan pada pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan
permukaan sendi sebagian masih berapposisi.
Jika batas sendi dan ligamen rusak, dislokasi berulang dapat terjadi. Hal ini terutama
pada dislokasi sendi bahu dan sendi patellofemoral. Pada dislokasi habitual (voluntary),
pasien mengalami dislokasi atau subluksasi sendi karena kontraksi otot secara volunter.
Kelemahan ligament dapat mempermudah terjadinya hal ini.
5.Fraktur digiti
-Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari
sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis
sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
6.Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:
-Bersihkan dinding dada
-Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas sekuatnya
8. Fraktur femur
-Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha
-Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang
9. Fraktur patella
-Pasang bidai pada bagian bawah
-Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
10. Fraktur tungkai bawah
-Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam
– Pasang padding
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah
tidak bergerak (immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran dari
ujung tulang yang patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang
yang patah, Memberi istirahat pada anggota badan yang patah, mengurangi rasa nyeri
dan mempercepat penyembuhan.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ziddu.com/download/18871280/pembidaian.docx.html
http://hartiningsih26.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
http://materi-sehat.blogspot.com/2011/05/pembidaian.html http://id.shvoong.com/medi
cine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-
pembidaian/#ixzz26GFkWZq5
\https://lilinrosyanti.wordpress.com/2015/02/16/pembidaian/