PENDAHULUAN
1
Mohammad Nor Ichwan, Tafsir Ilmiy memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan
Sains Modern, Penerbit Menara Kudus Jogja, Semarang, cet I, 2004, h. 23-24
2
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, Gema
Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h. 93
3
Ibid, h. 94
1
Satu konsekuensi keyakinan terhadap Al-Qur’an dalam kapasitasnya
sebagai way of life, adalah keharusan untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an
serta melaksanakan isi kandungannya, dalam firman Allah dalam surat al-A’raf/7:
171, disebutkan:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka
seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan
jatuh menimpa mereka. (dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah
dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu
(amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-
orang yang bertakwa".
2
tentang permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat dan
bahkan menjadi permasalahan serius di berbagai negara belahan di dunia, yaitu
tentang korupsi. Yang diberbagai redaksi ayat tentang korupsi dengan
menggunakan istilah al-Akl al-Baṭil, gulul, sariqah, khiyanat, al-Akl as-Suḥt,
ḥirabah, dan fasad dalam Al-Qur’an. Korupsi secara sederhana sebagai
penyalahgunaan jabatan untuk sesuatu di luar peruntukannya.6 Korupsi
mengandung dua unsur berikut di dalamnya: Pertama, penyalahgunaan kekuasaan
yang melampaui batas kewajaran hukum oleh para pejabat atau aparatur negara;
dan Kedua, pengutamaan kepentingan pribadi atau klien di atas kepentingan
publik oleh para pejabat atau aparatur negara yang bersangkutan. Korupsi Dalam
Perspektif Islam tersebut menjadi aktual mengingat KPKPN (Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara) banyak menerima pengembalian isian formulir
pejabat negara yang hartanya disebut sebagai hibah.7 Tindakan Korupsi
merupakan (extraordinary crime)kejahatan yang luar biasa dan tidak bisa
diperangi dengan cara-cara yang biasa, dan haram hukumnya dalam agama Islam.
Korupsi merupakan istilah modern yang tidak didapati padanannya dalam al-
Qur’an.8
Korupsi sebagai tindakan yang bertentangan dengan spirit Islam, seperti
prinsip keadilan, akuntabilitas dan tanggung jawab, praktik-praktik korupsi telah
dikenal pada zaman Nabi SAW. Terdapat beberapa kasus korupsi ganimah yang
pernah terjadi pada masa Nabi SAW diantaranya yaitu:9
1) korupsi mantel yang dilakukan oleh seorang budak bernama Kirkirah
2) Korupsi manik-manik (mutiara) orang yahudi yang senilai tidak lebih
dari dua dirham (kira-kira Rp 85.000) pada waktu penaklukan Khaibar
oleh seorang sahabat dari Bani Asyja’
3) Korupsi mantel oleh budak Mid’an yang juga dilakukan pada waktu
penaklukan Khaibar
6
Azhar. 2010. Tindak Pida Na Korupsi Di Indonesia Dari Persepsi Mahasiswa. Jurnal Fakultas
Hukum
7
Baswir Revrisond. 1993. Ekonomi, Manusia dan etika. kumpulan Esai-esai terpilih. Yogyakarta:
BPFE.
8
Tim Penulis Muhammadiyyah dan NU, Korupsi itu Kafir, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010).
9
Syaikhudin. 2010. Korupsi Dan Pemberantasannya Pada Masa Nabi SAW.. Skripsi UIN Kalijaga
Yogyajarta.
3
4) Korupsi tali sepatu oleh seseorang yang tidak diketahui namanya yang
juga dilakukan pada waktu penaklukan Khaibar
5) korupsi selimut atau mantel eh seorang sahabat yang juga tidak
diketahui identitasnya pada waktu penaklukan Khaibar juga. Selain
lima kasus ini sebenarnya adalagi korupsi ganimah yang dikenal, yaitu
korupsi beludru merah pada waktu terjadi Perang Uhud. Namun kasus
ini hanyalah isu bukan fakta
Dalam menghadapi kasus-kasus korupsi yang terjadi pada zamannya ini,
Nabi lebih banyak mengedepankan pendekatan teologi-moralitas atau moral-
psikologis daripada hukum (kriminalisasi). Berdasarkan penjelasan tersebut,
korupsi merupakan perbuatan atau tindakan yang dilarang dalam agama islam.
Dari zaman nabi sampai sekarang sudah banyak tafsir dari ulama, khususnya dari
negara Indonesia yang mengkaji berbagai hal mengenai tindakan korupsi mulai
dari definisi berdasarkan ayat Al-Qur’an, dampak yang ada, hukuman dan lain
sebagainya. Begitupun dengan salah satu ulama Indonesia yaitu Quraish Shihab
yang mengkaji konsep korupsi berdasarkan ayat Al-Qur’an, memberikan tafsirnya
yang menjelaskan bahwa Korupsi merupakan tindakan pelecehan dan para
koruptor seharusnya diberi hukuman dengan dilecehkan. Korupsi memberikan
dampak buruk bagi anak dan istri koruptor, dan keluarganya yang turut serta
memakan uang hasil korupsi, keluarga koruptor akan berdosa apabila membiarkan
hal tersebut terjadi, akan tetapi tidak berdosa jika keluarganya tidak mengetahui
perbuatan koruptor tersebut. Kemudian dari tafsir Quraish Shihab menjelaskan
bahwa hukuman bagi koruptor secara hukum islam yaitu potong tangan, akan
tetapi jika melihat dan mengkaji dari hukum Indonesia, hukuman tersebut tidak
dapat diterapkan di Indonesia. Dan hukuman potong tangan secara harfiah sebagai
tuntutan agar para koruptor tidak mengulanginya lagi untuk kedua kalinya.10
Sesuai dengan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti konsep korupsi
menurut Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah mewakili tafsir bil-ma’tsur. Oleh
sebab iu, peneliti mengambil judul penelitian Konsep Al-Qur’an Tentang Korupsi
Menurut Tafsir Quraish Shihab.
10
Quraish Shibab. Channel youtube Najwa Shihab. www.youtube,com/tafsirkorupsiquraishshihab
4
B. Rumusan Masalah
Langkah kedua, setelah judul dapat terumuskan secara baik adalah
menurunkan judul tersebut menjadi rumusan masalah penelitian. Rumusan
masalah penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang dijadikan dasar
pijakan bagi peneliti untuk menentukan berbagai desain dan strategi
penelitiannya. Adapun untuk lebih operasionalnya, rumusan masalah penelitian
harus ditulis dengan wujud kalimat tanya dengan bahasa yang singkat dan jelas. 11
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep korupsi menurut tafsir Quraish Shihab?
2. Bagaimana perspektif korupsi berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an menurut tafsir
Quraish Shihab?
11
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2013, h. 48
12
Ibid, h. 49
5
dilakukannya penelitian tersebut. Tentu saja harus dipahami manfaat ini dalam
konteks kelembagaan ataupun bidang ilmu yang ditekuninya.13
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, karya ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
konsep korupsi dalam Al-Qur’an menurut tafsir Quraish Shihab dalam
kepustakaan ilmu Al-Qur’an.
b. Secara praktis, hasil pembahasan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam memahami konsep korupsi yang di jelaskan dalam Al-Qur’an menurut Tafsir
Qurais Shihab.
c. Dalam aspek agama dan sosial diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan
pelajaran dan pedoman kepada kita agar menjadi manusia yang bersih dalam
menjalankan aspek sosial baik dalam hukum negara maupun syariat agama Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelusuran penulis terhadap berbagai karya yang membahas
tentang korupsi memang banyak, baik berupa buku, skripsi, dan lain-lain, akan
tetapi yang membahas tentang konsep korupsi dalam Al-Qur’an menurut
Qurais Shihab. Diantara beberapa karya tulis yang membahas korupsi adalah
sebagai berikut:
13
Ibid, h. 50
14
Ahmad Salafudin, Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi dalam Surat An-Nisa Ayat 58
(Studi Analisis dengan Pendekatan Tafsir Tahlili), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
2010, h. viii
Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Fikih
15
Jinayah, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, cet I, 2009
6
sanksi pidana yang patut diberikan kepada pelaku tindak pidana korupsi,
fikih jinayah digunakan dalam menanggulangi tindak pidana korupsi di
Indonesia.
3. Konsep penanggulangan korupsi menurut tafsir tematik al-Qur’an dan
Kenegaraan yaitu: pertama Sistem penggajian yang layak. Kedua larangan
suap dan menerima hadiah. Ketiga penghitungan kekayaan pejabat,
keempat teladan dari pemimpin. Kelima hukuman setimpal. Keenam
pengawasan masyarakat dan ketujuh, pengendalian di dengan iman yang
teguh. Itulah beberapa upaya untuk penanggulangan korupsi.16
4. Adanya sanksi hukum terhadap tindakan korupsi. Sanksi hukum potong
tangan tidak dapat diberlakukan, sebab korupsi berbeda dengan pidana
pencurian yang telah jelas hukumannya dalam Al-Qur’an meskipun
merupakan pelanggaran terhadap Hifdzul mal, akan tetapi korupsi tidak
ditemukan hukumnya dalam nash. Namun demikian. Perbuatan korupsi
tetap tindak pidana yang tidak lepas dari hukuman, karena perbuatan
tersebut menganggu kemaslahatan umum, sehingga dapat dikategorikan
sebagai jarimah ta’dzir yang dalam pelaksanaannya mungkin menyamai
atau bahkan melebihi sanksi hukuman Qishash atau Hadd.17
5. Korupsi sebagai sebuah tindak kejahatan extra-ordinary crimes memang
tidak disebut secara eksplisit oleh Alquran. Tetapi beberapa term seperti
ghulul, suht, sarq, hirabah, dan lain sebagainya ditinjau dari konteks dan
sudut pandang interpretasi yang ditelusuri maka beberapa term tersebut
dirasa cukup mewakili gagasan Alquran mengenai tindakan korupsi. Oleh
karenanya, apa yang dihasilkan dari pengamatan korupsi dalam Alquran
diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam merumuskan langkah solutif
untuk mencegah dan memberantas tindakan korupsi tersebut.18
16
Fissabil Ibrohim. 2019. Penanggulangan Korupsi Dalam Perspektif Al-Qur’an(Kajian Terhadap
Tafsir Tematik Al-Qur’an Dan Kenegaraan Kemenag RI). Skripsi IAIN Salatiga
17
Ibrahim duski. 2006. Perumusan Fikih Anti Kroupsi dalam korupsi, hukum dan
moralitas agama. Yogyakarta: Gama Media.
18
Budi Birahmat. 2018. Korupsi Dalam Perspektif Alquran. Jurnal Kajian Keislaman dan
Kemasyarakatan, Vol. 3, No. 1
7
Penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian skripsi ini lebih memfokuskan pembahasannya
tentang konsep korupsi dalam Al-Qur’an menurut tafsir Quraish Shihab.
E. Metode Penelitian
Kegiatan penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library research),
sehingga data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau buku-buku yang
relevan dengan pokok atau rumusan masalah penelitian.19 Kegiatan riset dapat
dikatakan sebagai suatu upaya pengumpulan dan pengolahan atau analisis data
yang dilakukan secara sistematis, teliti, dan mendalam untuk mencari jawaban
dari suatu masalah.20
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan beberapa langkah guna
menyelesaikan masalah yang ada, sehingga dapat memperoleh gambaran yang
jelas tentang pembahasan ini. Upaya pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini digunakan beberapa langkah sebagai berikut:
8
Sumber data dalam pembahasan ini adalah data-data tertulis berupa
konsep-konsep yang ada pada literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan
ini, oleh karena itu jenis data yang dipakai mengarah pada data-data tertulis
berupa:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data
dari objek risetnya.25 Data primer merupakan data-data yang kajian utamanya
relevan dengan penelitian data pokok yang menjadi rujukan pembahasan skripsi
ini adalah Al-Qur’an dan tafsir Al-Misbah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek yang diteliti.26 Data sekunder merupakan buku penunjang yang pada
dasarnya sama dengan buku utama, akan tetapi dalam buku penunjang ini bukan
merupakan faktor utama. Sumber data sekunder ini berupa buku-buku yang
mempunyai keterkaitan, karya ilmiah, ensiklopedi, artikel-artikel yang
mempunyai hubungan dengan penelitian ini.
25
HM. Sonny Sumarsono, op. cit, h. 69
26
Ibid.
27
Ibid, h. 96
9
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan ketelitian serta
kekritisan dari peneliti.28
Analisis data melibatkan pengerjaan data, organisasi data, pemilahan
menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal
penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang
lain.29 Dari data-data yang terkumpul melalui teknik tersebut, maka selanjutnya
dalam menganalisis data, mengingat objek penelitian ini adalah Al-Qur’an dan
penafsirannya, maka metode yang digunakan adalah metode kepustakaan. Sebagai
penjelasannya sebagai berikut:30
a. Metode maudhu’i
Pendekatan penelitian dengan metode maudhu‟i agar hasil penelitian
dapat menggambarkan obyek penelitian secara sistematis,
komprehensif dan benar serta praktis. Adapun langkah-langkah yang
peneliti lakukan adalah:
1) Menghimpun ayat-ayat al-Quranyang berkaitan dengan korupsi.
2) Menyusun dan Memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan
korupsi tersebut dalam suratnya masing-masing.
3) Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan
masalah korupsi
4) Mempelajari ayat-ayatyang terkait dengan korupsi tersebut secara
keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang
mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan antara
yang mum dan yang khusus, muthlaq (mutlak) dengan muqayyad
(terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga semua
saling berkaitan, tanpa perbedaan dan pemaksaan.
b. Metode Deskriptif Analisis
28
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
Bumi Aksara, Jakarta, cet II, 2007, h.
29
Ibid, h. 217
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an, op. cit., hal. 176. Dikutip dari: „Abd al-Hay al-
30
Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu‟i, (Kairo: al-Hadharah al-„Arabiyah, 1977), Cet. Ke-2,
h. 62
10
Menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta
yang tampak sebagaimana adanya yaitu menuturkan atau menafsirkan data
yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang
terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.
c. Metode Penarikan kesimpulan
Setelah semua data di atas di analisis, kemudian dilakukan
pengambilan kesimpulan secara deduktif, yakni mengambil
kesimpulan dari yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus.31
Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan penafsiran-penafsiran M.
Quraisy Shihab terhadap Konsep korupsi dalam kitab tafsirnya, yang
kemudian dijadikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
rumusan masalah penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang penafsiran ayat-ayat korupsi
menurut Quraish Shihab, yang kemudian dilanjutkan dengan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan skripsi.
31
SutrisnoHadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. Ke-1.
11
BAB III PENAFSIRAN AYAT-AYAT KORUPSI MENURUT QURAISH
SHIHAB
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, pada sub bab pertama, berisikan
penafsiran Quraish Shihab tentang ayat-ayat korupsi, yang di dalamnya terdiri
dari beberapa penjelasan mengenai biografi Quraish Shihab, sejarah penulisan
tafsirnya, corak dan metode tafsirnya, serta penafsiran Quraish Shihab tentang
ayat-ayat korupsi.
BAB IV ANALISIS
Analisis tentang konsep korupsi menurut Qurais Shihab. Serta analisis
konsep korupsi berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an menurut Quraish Shihab.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Bisri, Adib dan Munawir AF. 1999. Kamus Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif
12
BPKP. 1999. Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional. Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP. Jakarta. Cet I
Dosen Tafsir hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Tafsir, Penerbit Teras, Yogyakarta, Cet I, 2004.
Ibrahim duski. 2006. Perumusan Fikih Anti Kroupsi dalam korupsi, hukum dan
moralitas agama. Yogyakarta: Gama Media.
M. Quraish Shihab. 1977. Membumikan al-Qur‟an, op. cit. Abd al-Hay al-
Farmawi, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhu‟i. Kairo: al-Hadharah al-
Arabiyah.
13
Munawir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia,
Yogyakarta: PonPes Al-Munawwir Krapyak
Tim Penulis Muhammadiyyah dan NU. 2010. Korupsi itu Kafir. Jakarta: PT.
Mizan Publika
14