Konsep operating dan financial leverage adalah bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan
pengendalian keuangan.
Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham.
Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak
disebut “Degree Of Operating Leverage” (DOL).
% Perubahan EBIT
DOL pd x
% Perubahan Penjualan
EBIT
DOL pd x EBIT
Penjualan
Penjualan
Penggunaan financial leverage dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS)
yang lebih besar dari pada perubahan EBIT.
Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana dengan biaya tetap di sebut “Degree Of
Financial Leverage” (DFL).
EPS
DFL pd x EPS
EBIT
EBIT
EBIT
DFL pd x
EBIT i Dp /(1 t )
i : pembayaran bunga
Dp :Dividen saham preferen
t : tarif pajak pendapatan
Multiplier effect atas perubahan laba perlembar saham (EPS) karena perubahan penjualan di sebut
“Degree Of Combined Leverage” (DCL).
% Perubahan EPS
DCL pd x
% Perubahan Penjualan
EPS
DCL pd x EPS
Penjualan
Penjualan
Dari contoh Laporan Laba/Rugi : misalnya penjualan meningkat 10% menjadi Rp 5.500.000,-, maka
biaya variabel akan meningkat menjadi Rp 3.300.000,- Biaya tetap tidak berubah, maka perubahan
penjualan sebesar 10% akan mengakibatkan EBIT menjadi Rp 1.200.000.000,-
5.000.000.000 3.000.000.000
DOL pd 5.000.000.000 2,00
1,000,000,000
Bahwa setiap perubahan 1% penjualan atas dasar 5.000.000.000,- akan mengakibatkan perubahan
EBIT sebesar 2% dengan arah yang sama. DOL bagi perusahaan merupakan fungsi dari proses
produksi. Jika perusahaan menggunakan peralatan yang bersifat labor saving atau capital intensive
dalam operasinya, maka akan cenderung mempunyai biaya operasi tetap yang tinggi dan biaya
1.000.000.000
DFL pd 1.000.000.000
1,000,000,000 250.000.000 150.000.000 / (1 40%)
1.000.000.000 1.000.000.000
DFL pd 1.000.000.000 2,00
1,000,000,000 250.000.000 250.000.000 500.000.000
DFL sebesar 2,00 menunjukkan bahwa setiap 1% perubahan EBIT atas dasar 1.000.000.000,- akan
mengakibatkan perubahan EPS sebesar 2% dengan arah yang sama. Penggunaan finansial leverage
yang makin tinggi mengakibatkan risiko finansial juga meningkat. Semakin tinggi DFL maka akan
semakin tinggi pula risiko finansialnya (financial risk).
5.000.000.000 3.000.000.000
DCL pd 5.000.000.000 4,00
1.000.000.000 250.000.000 150.000.000 / (1 40%)
Bahwa setiap perubahan penjualan 1% dari 5.000.000.000,- akan mengakibatkan perubahan laba
perlembar saham sebesar 4% dengan arah perubahan yang sama. DCL mengukur keseluruhan
variabilitas EPS, karena adanya biaya operasi tetap dan biaya modal tetap. Apabila DCL tinggi berarti
risiko perusahaan secara keseluruhan juga tinggi, maka investor juga akan meminta tingkat
keuntungan yang tinggi.
Dengan menggunakan persamaan pulang pokok yang linier dapat juga dipergunakan untuk
menentukan DOL, DFL dan DCL pada tingkat output tertentu.
Bila :
TR = P x Q,
Total Variabel = (TVC) = V x Q
EBIT = (P x Q) – F – (V x Q)
Maka persamaan :
( P V ) Q
DOL pd x
(P V ) Q F
( P V ) Q F
DFL pd x
(P V ) Q F i
Contoh Soal:
Soal :
a. Jika jumlah saham yang beredar sebanyak 10.000.000 lembar, berapakah DOL,DFL dan DCL ?
b. Jika penjualan meningkat sebesar 20% berapa laba setelah pajak dan perubahan DOL,DFL,DCL ?
Break Event Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau
seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.
Break Event Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit
yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau
kembali modal.
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:
Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas:
BEP = FC /(P-VC)
Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas:
FC/ (1 – (VC/P))*
Penghitungan (1 – (VC/P)) bisa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.
Contoh :
kapasitas normal PT. Ulang Jaya adalah 18.000 unit/ th. Harga jual produk perunit adalah Rp
3.125,00. Biaya yang terjadi pada satu tahun sbb :
Hitung :
a. Titik BEP (dlm unit)
Diketahui :
P = Rp 3.125,-
VC/unit = Rp 2.093,75
FC = Rp 5.362.500,-
FC 5.362.500 5.362.500
a. BEP (dlm unit) = X = 5.200 unit
P V 3.125 2.093,75 1.031,25
Bukti :
Bukti :
SOAL :
PT. Aneka Warna, mempunyai rasio kontribusi marjin 36%. Titik BEP dalam rupiah Rp 72.000.000,-.
Perusahaan dalam satu tahun memperoleh laba Rp 12.960.000,-.
Hitung :
a. Fixed Cost (biaya tetap)
b. Variable Cost ( biaya variabel)
c. Hasil penjualan dalam tahun tersebut
d. Ratio margin of safety (MOS)