Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA UNTUK

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA OPERASI PERKALIAN DAN


PEMBAGIAN SISWA KELAS 2

Disusun oleh:

WIDYASRI BISONO
(20181112026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep belajar menurut pandangan pakar psikologi adalah perilaku
belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan
lingkungannya, serta perilaku tersebut relative menetap. Sedangkan pakar
pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis,
ciri – cirinya adalah interaksi individu dengan lingkungan belajar yang
disengaja diciptakan. (Winataputra, 2014)
Pembelajaran merujuk pada segala kegiatan, yaitu mengatur,
mengorganiasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan terorganisasi yang
mengkondisikan peserta didik agar dapat belajar dengan baik sehingga
menumbuhkan proses belajar yang baik, yang pada gilirannya dapat
mencapai hasil yang optimal (Pane & Dasopang, 2017). Setiap jenis belajar
mulai dari belajar isyarat sampai dengan belajar pemecahan memiliki
karakteristik proses mental dan interaksi yang khas/spesifik. Oleh karena
itu, dalam merancang proses pembelajaran guru harus memiliki
pengetahuan tentang jenis belajar serta kondisi internal dan eksternal yang
dibutuhkan setiap akan memungkinkan tumbuhnya proses dan hasil yang
baik.
Setiap peserta didik pada hakikatnya tentu berhak memperoleh
peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun,
dalam kenyataan sehari-hari tampak lebih jelas bahwa setiap peserta didik
memiliki perbedaan dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang keluarga, dan kebiasaan belajar yang mencolok. Maksudnya
setiap anak saat belajar dirumah gaya belajarnya berbeda-beda, ada anak
yang belajarnya dengan mendengarkan musik dan ada juga anak yang
belajarnya dengan suasana sepi. Gaya belajar disini diartikan dengan cara
dan pola bagaimana sebuah informasi dapat dengan baik dan sukses
diterima oleh otak seseorang. Menurut Munif Chatib dalam (Makrufi,
2017) mengatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak
statis. Kecerdasaan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan,
yaitu perilaku yang diulang-ulang. Proses belajar setiap anak harus dengan
sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses
belajar yang baik agar mencapai hasil yang optimal. Sementara itu
penyelenggara pendidikan di sekolah kita pada umumnya hanya
ditujukkan kepada para peserta didik yang berkatagori “di bawah rata-rata”
tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai
dengan kapasitasnya. Dari sini timbul apa yang disebut kesulitan belajar hal
ini tidak hanya terdapat pada peserta didik berkemampuan rata-rata
(normal) disebabkan jenis-jenis tertentu yang menghambat tercapainya
akademik yang sesuai dengan harapan. Fenomena kesulitan belajar
seorang siswa biasanya tampak jelas dari kinerja akademik atau prestasi
belajarnya.
Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik, diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah minat, perhatian, sikap dan cara belajar siswa. Faktor
eksternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat (Syafi'i &
Marfiyanto, 2018). Kesulitan belajar matematika peserta didik pada mata
pelajaran matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai penyebab. Banyak
teori yang mengklasifikasikan penyebab kesulitan belajar, klasifikasi
faktor kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri
peserta didik dan dari luar. Yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah faktor dari dalam diri peserta didik yaitu rendahnya kemampuan
peserta didik, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan belajar saat
mempelajari perkalian dan pembagian dalam menyelesaikan soal cerita.
Kesulitan itu dikarenakan siswa kurang menghafal perkalian dan
pembagian, kurang memahami soal cerita dan kurang teliti. Dalam
penelitian ini saya tertarik untuk meneliti kesulitan belajar siswa kelas 2
SDN Ketabang 1 Surabaya khususnya pokok bahasan operasi dasar
matematika untuk menyelesaikan soal cerita serta menemukan upaya
untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini hanya
terfokus pada kajian kesulitan belajar peserta didik dalam menyelesaikan
soal cerita pada operasi dasar matematika perkalian dan pembagian serta
faktor – faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam
mempelajari konsep operasi dasar perkalian dan pembagian. Kesulitan
belajar tersebut dapat dilihat dari nilai tes peserta didik tersebut. Faktor –
faktor penyebab peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar dapat
ditinjau dari faktor internal dan faktor eksternal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Apakah penyebab kesulitan peserta didik dalam mengerjakan soal
cerita pada operasi dasar perkalian dan pebagian?
2. Bagaimanakah upaya dalam mengatasi kesulitan belajar matematika
dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi dasar perkalian dan
pembagian?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar matematika pada
peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi dasar
perkalian dan pembagian.
b) Untuk mengetahui dalam mengatasi kesulitan belajar matematika
terhadap peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi
dasar perkalian dan pembagian.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi pendidikan
 Hasil penelitian ini menjadi bahan informasi tentang penyebab
kesulitan belajar matematika khususnya pada materi operasi
dasar.
 Sebagai masukan dalam pembaruan proses pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar
b. Bagi peneliti
 Peneliti memperoleh jawaban atas mengapa peserta didik
mengalami kesulitan belajar matematika dalam menyelesaikan
soal cerita pada operasi dasar.
 Peneliti memperoleh pengalaman yang menjadikan peneliti
lebih siap untuk menjadi guru matematika yang professional.
 Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orangtua
 Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi para
orangtua peserta didik tentang penyebab kesulitan belajar yang
dialami peserta didik.
b. Bagi guru
 Hasil penelitian ini menjadi bahan informasi dan pengetahuan
dalam melaksanakan proses pembelajaran tentang penyebab
kesulitan belajar dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi
dasar matematika.
 Dapat menyempurnakan kualitas pembelajaran, yaitu dengan
memilih metode pengajaran yang tepat, dan lain sebagainya.
c. Bagi peserta didik
 Peserta didik mengetahui di mana letak kesulitan mereka
dalam belajar menyelesaiakan soal cerita pada operasi dasar
perkalian dan pembagian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik. Pembelajan didalamnya mengandung makna belajar dan
menggajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Corey dalam Susanto (2013:186) menjelaskan bahwa :
Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan
yang namanya belajar, dimana pembelajaran merujuk pada segala
upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok
orang sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar.
Untuk mempelajari matematika, seorang anak harus mengerti hal-
hal yang ada dalam matematika dengan cara memahaminya.
Pemahaman dalam matematika berhubungan dengan bilangan, fakta-
fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. Dengan
memahami suatu masalah, maka konsep dalam matematika lebih
mudah diingat dan jumlah informasi yang harus dihafal lebih sedikit.
Dengan pemahaman memudahkan terjadinya transfer dalam belajar.
Transfer dalam belajar merupakan tujuan utama dari pengajaran
matematika. Pembelajaran matematika hendaknya memperhatikan
keragaman karakter peserta didik yang unik dalam memilih bahan
pembelajaran agar peserta didik dapat memahami tujuan pembelajaran
yang akan dicapai bersama.
2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Belajar
Mengajar Matematika
Dalam proses belajar juga melibatkan bagaimana bentuk kegiatan
mengajarnya. Menyampaikan materi dan mengajar adalah suatu
kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki pada peserta didik. Tujuan mengajar adalah
pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik.
Menurut Herman Hudoyo dalam (Abrar, 2014) Kegiatan belajar
yang dikehendaki atau bisa tercapai apabila faktor – faktor berikut
dikelola sebaiknya :
1. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada peserta
didik misalnya bagaimana kemampuan dan kesiapan untuk untuk
belajar matematika. Disamping itu bagaimana kondisi si anak
misalnya kondisi fisiologinya anak dalam keadaan segar jasmaninya
akan lebih baik belajar dari pada anak yang dalam keadaan lelah
kondisi fisiologisnya.
Menurut Burton dalam (Nisa, 2011) terdapat 2 kategori faktor –
faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri
peserta didik sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar diri peserta didik.
1) Faktor – faktor yang terdapat dalam diri pesera didik, antara
lain:
a) Kelemahan secara fisik, seperti kurang berkembangnya
pancaindera secara sempurna atau sakit sehingga
menyulitkan proses interaksi secara interaktif.
b) Kelemahan secara mental yaitu faktor intelegensi atau
taraf kecerdasannya memang kurang sehingga dalam
mengikuti pelajaran peserta didik tampak kurang minat,
kurang semangat, kurang usaha, dan kebiasaan
fundamental dalam belajar lainnya.
c) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain
penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi,
tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan. Sehingga
timbul rasa takut, benci dan antipati dalam belajar.
d) Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan
dan sikap-sikap belajar yang salah, antara lain kurang
menaruh minat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah,
banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan
tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas
belajar, kurang berani dan gagal untuk berusaha
memusatkan perhatian, dan lain sebagainya.
e) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan dasar, seperti ketidakmampuan membaca
dan menghitung.
2) Faktor – faktor yang berasal dari luar diri peserta didik,
antara lain:
a) Kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan
peserta didik dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan
perhatian peserta didik dalam belajar.
b) Terlalu besar populasi peserta didik dalam kelas.
c) Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah
atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
d) Relasi guru dengan peserta didik yang kurang baik.
e) Metode mengajar guru yang kurang baik, misalnya guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannnya tidak
jelas.
f) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga
(pendidikan, status sosial ekonomis, keutuhan keluarga,
ketenteraman dan keamanan sosial psikologis) dan
sebagainya.
2. Pengajar
Kemampuan guru dalam menyampaikan materi dan sekaligus
menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya
proses belajar seorang. Guru yang tidak menguasai dan cara
menyampaikannya kurang tepat dapat mengakibatkan rendahnya
mutu pengajaran matematika serta menimbulkan kesulitan bagi
peserta didik dalam memahami pengajaran matematika. Dalam
penelitian ini guru memberikan materi perkalian dan pembagian
yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan kondisi
saat ini yaitu pembelajaran daring. Guru menyajikan video dan
gambar yang disertai animasi dapat memberikan contoh perkalian
dan pembagian dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah. Serta
dengan adanya pembahasan cara mengerjakan perkalian dan
pembagian siswa dapat mengetahui cara mengerjakan bukan hanya
hasilnya.
3. Sarana dan Prasarana
Prasarana yang cocok seperti ruangan yang nyaman bisa
memperlancar terjadinya proses belajar begitu pula sarana yang
lengkap seperti adanya buku, laptop, handphone dan alat bantu
belajar merupakan fasilitas yang penting.
4. Penilaian
Penilaian dapat dipergunakan untuk melihat hasil belajar juga untuk
melihat bagaimana berlangsungnya interaksi pengajar dengan
peserta didik. Penilaian dilakukan setelah guru memberikan soal
perkalian dan pembagian.
2.3 Gejala – gejala Kesulitan Belajar
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan
menimbulkan gejala kesulitan belajar yang bermacam – macam.
Beberapa gejala tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Peserta didik menunjukkan hasil belajar yang rendah
b. Hasil belajar yang dicapai peserta didik tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Usaha yang keras telah dilakukan
oleh peserta didik yang bersangkutan, tetapi hasil belajar yang
dicapai masih terlalu rendah
c. Lambat dalam melakukan tugas – tugas belajar.
d. Peserta didik menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti
acuh tak acuh, masa bodoh dengan proses belajar dan
pembelajaran, tidak menyesal mendapat nilai yang kurang
baik.
e. Menunjukkan tingkah laku yang menyimpang, seperti
membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas,
mengganggu teman sekelas, tidak mau mencatat pelajaran,
mengasingkan diri, dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti
pemurung, mudah tersinggung, pemarah, dan sebagainya.
2.4 Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar secara khusus adalah suatu gangguan dalam
satu atau lebih dari proses sikologi dasar yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berfikir, berbicara, membaca, mengeja, atau berhitung.
Menurut (Baswara, 2019) Kesulitan belajar matematika disebut juga
dyscalculia. Ada beberapa kesulitan belajar matematika :
1. Abnormalis Persepsi Visual
Anak yang mengalami ganguan persepsi visual akan menghadpi
permaslahan jika mereka diminta untuk menghitung dua kelompok
benda yang masing-masing terdiri dari empat sampi lima anggota.
Anak dengan kondisi ini akan menghitungya secara satu persatu
setiap anggota kelompok sebelum mentotalnya. Permasalah yang
bisa dijumpai pada anak yang mngidap hambatan persepsi visual
ialah ketidak mampuan dalam membedakan bentuk-bentuk
geometri.
2. Asosiasi Visual – Motor
Anak berkesulitan belajar matematika kerap tidak mampu
mengurutkan objek-objek secara urut bersaamaan dengan
menyebutkan jumlah objek tersebut. Anak yang menghadpi
permaslahan tersebut biasanya membarikan kesan mampu
menghafal bilangan tapi tidak paham maknanya.
3. Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol
Hal ini terpengaruh oleh terjadinya gangguan terhadap memori
tetapi, juga dapat tepengaruh karena terjadinya kendala dalam
persepsi visual.
4. Kesulitan dalam Membaca
Matematika itu ialah sebuah Bahasa simbol. Oleh sebab itu bahasa
dapat mempengaruhi terahadap keahlian anak dalam keilmuan
matematika. Permasalahan dalam tugas yang berbentuk teks bacaan
mengharuskan keahlian dalam membaca agar bisa menyeslesaikan
soal dengan tepat. Oleh karena itu, anak yang menghadpi kesulitan
dalam membaca akan mengahdpi kesusahan dalam memecahkan
soal matematika yang berbentuk soal teks bacaan.
2.5 Pengertian Soal Cerita
Dalam mata pelajaran matematika pada umumnya bentuk soal dapat
dibedakan menjadi dua yaitu soal bentuk hitungan dan soal bentuk
cerita. Biasanya cerita yang diungkap merupakan masalah – masalah
sehari – hari. Soal cerita adalah bentuk soal matematika dalam hitungan
yang dinyatakan dalam bentuk kalimat yang menggunakan Bahasa
verbal yang umumnya berhubungan dengan kehidupan sehari – hari.
2.6 Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Anak berkesulitan belajar matematika bukan tidak mampu
belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak
siap belajar. Anak yang berkesulitan belajar matematika disebabkan
oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca dan mengintegrasikan
pengetahuan terutama dalam memahami soal – soal cerita. Anak yang
kurang lancar membacanya dapat mempengaruhi dalam menyelesaikan
soal cerita matematika.
2.7 Materi Perkalian dan Pembagian
A. Arti Perkalian
 Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Contoh :
Ada 3 kantong kelereng.
Setiap kantong berisi 10 kelereng.
Banyak kelereng seluruhnya dapat ditentukan dengan cara berikut.

Jadi, banyak kelereng seluruhnya adalah 10 + 10 + 10 = 3 × 10


= 30
Perhatikan contoh bentuk perkalian bilangan lainnya berikut!
1. 6 × 8 = 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 48
2. 4 × 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
 Sifat pertukaran kedua kumpulan perkalian
Bandingkan kedua kumpulan bola berikut.
Apakah sama jumlahnya?
Dari gambar dapat dilihat bahwa kedua kumpulan bola sama
banyak. Jadi, 2 × 5 = 5 × 2 = 10
Hasil perkalian akan tetap sama walaupun kedua bilangan yang
dikalikan ditukar posisinya. Sifat ini dinamakan sifat
pertukaran pada perkalian.
B. Perkalian Bilangan sampai 100
 Perkalian dengan bilangan 0, 1, dan 2
a. Suatu bilangan jika dikalikan 0, hasilnya adalah 0.
Contoh :
4×0 =0+0+0+0 = 0
0×4= 4×0 =0
b. Suatu bilangan jika dikalikan 1, hasilnya adalah bilangan
itu sendiri.
Contoh :
1×8= 8
9×1 =1+1+1+1+1+1+1+1+1 = 9
c. Suatu bilangan jika dikalikan 2, hasilnya dapat ditentukan
dengan menjumlahkan bilangan tersebut sebanyak 2 kali.
Contoh :
2×4= 4+4 =8
2 × 7 = 7 + 7 = 14
 Menentukan hasil perkalian dengan tabel perkalian
Hasil perkalian juga dapat ditentukan dengan melihat tabel
perkalian seperti berikut.

Contoh :
Tentukan hasil dari 5 × 4
Penyelesaian : Carilah bilangan pada baris ke-5 yang sejajar
dengan kolom ke-4. Pertemuan antara baris dan kolom
merupakan hasil perkaliannya. Bilangan yang dilingkari
merupakan hasil dari 5 x 4. Jadi 5x 4 = 20
 Menentukan perkalian dengan hasil yang telah ditentukan
Sebuah bilangan dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari dua
bilangan berbeda lainnya.
Perhatikan gambar berikut!

Bilangan 12 dapat dinyatakan dalam perkalian beberapa


pasangan bilangan, yaitu 1 × 12, 2 × 6, dan 3× 4. Perhatikan
contoh lainnya berikut!
1. 24 = 1 × 24, 2 × 12, 3 × 8, 4 × 6
2. 18 = 1 × 18, 2 × 9, 3× 6
C. Arti Pembagian
 Pembagian sebagai pengurangan berulang
Pembagian merupakan pengurangan berulang dari bilangan
yang sama sampai habis.
Contoh :
Ada 24 pensil yang akan dibagikan kepada 6 siswa sama
banyak.
Banyak pensil yang diterima setiap siswa dapat ditentukan
sebagai berikut.

 Hubungan perkalian dan pembagian


Operasi perkalian dan pembagian saling berhubungan. Jika
bilangan hasil bagi dikalikan dengan pembagi, akan diperoleh
bilangan yang dibagi.
Perhatikan contoh berikut!

 Menentukan hasil pembagian dua bilangan


Hasil pembagian juga dapat ditentukan dengan menggunakan
tabel perkalian. Perhatikan contoh berikut!
1. 24 : 4 =
2. 35 : 7 =
Penyelesaian: Perhatikan tanda panah. Dari tabel perkalian,
dapat dilihat Hasil pembagian sebagai berikut. 1. 24 : 4 = 6 2.
35 : 7 = 5
D. Soal Cerita Perkalian dan Pembagian
Contoh :
Lima orang anak sedang bermain kelereng. Setiap anak
mempunyai kelereng yang sama.
a) Bila seorang anak mempunyai 8 kelereng, berapa banyak
kelereng kelima anak tersebut bila dikumpulkan ?
b) Bila kelereng kelima anak dikumpulkan ada 35 buah, berapa
banyak kelereng yang dimiliki setiap anak ?
penyelesaian:
Diketahui : lima orang anak memiliki jumlah kelereng yang sama.
Ditanya :
a. Berapa banyak kelereng kelima anak tersebut bila dikumpulkan?
b. Berapa banyak kelereng yang dimiliki setiap anak?
Jawab :
a. 5 × 8 = 40
Jadi, jumlah kelereng kelima anak tersebut adalah 40
b. 35 : 5 = 7
Jadi, banyak kelereng yang dimiliki setiap anak adalah 7 buah
2.7 Upaya Dalam Mengatasi Penyebab Kesulitan Belajar Matematika
Pembelajaran matematika seringkali tidak terlepas dari kesulitan
dan permasalahan yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan, baik
di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan
tinggi. Adapun cara dalam mengatasi kesulitan belajar pada peserta
didik yaitu:
1. Sikap Orang Tua
Keluarga memiliki peranan dalam pendidikan anak dan
berpengaruh terhadap kepribadian anak. Orang tua punya
peranan penting dalam menumbuhkan motivasi dan minat
peserta didik dalam pembelajaran. Orang tua juga berperan
dalam membina segi emosional peserta didik. Aktifnya peran
orang tua memberikan dukungan, bimbingan, dan pembinaan
kepada peserta didik sejak dini, maka tidak menutup
kemungkinan anak akan lebih bisa dalam menerima pelajaran.
2. Sikap Sekolah dan Guru
Pendidikan di sekolah memiliki kontribusi yang besar
terhadap pembentukan kemampuan dan pengalaman manusia.
Sekolah atau sering juga disebut satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pedidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikannya.
Kondisi lingkungan sekolah seperti model penyajian
materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran,
kompetensi guru, serta keadaan lingkungan sekolah yang
menjadi faktor dalam mempengaruhi kemampuan peserta
didik. Jadi jika kondisi lingkungannya sangat baik maka
peserta didik akan lebih bisa menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam hal ini peneliti mengambil skripsi sebelumnya sebagai penelitian
terdahulu yang relevan :
1. Judul : Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika Pada
Siswa Kelas X SMA Datuk Ribandang oleh Ulfa Fauziah/20700113020
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Pada 2017.
Penelitiam ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggambarkan faktor kesulitan yang dialami pada siswa kelas X SMA
Datuk Ribandang Makassar. Hasil analisis data diperoleh melalui angket
dan wawancara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah angket, wawancara, dan dokumentasi.
Dari penelitian terdahulu yang relevan diatas mempunyai jenis
analisis data yang sama yaitu sama – sama menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
2. Judul : Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa
oleh Rahmadani/20100114010 Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Pada 2018.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana
pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar peserta didik pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pallangga Kab. Gowa?, (2)
Kesulitan belajar apa yang dihadapi oleh peserta didik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Pallangga Kab.
Gowa?, (3) Bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Pallangga Kab.
Gowa?
Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan
analisis data dengan menggunakan tabulasi silang, kemudian dianalisis
dengan statistic deskriptif, yaitu presentase, skor rata – rata (mean score),
dan standar deviasi. Dengan demikian dapat diketahui (1) pelaksanaan
diagnosis kesulitan belajar peserta didik pada mata pelajaran Agama
Islam di SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa, berlangsung mellaui
dua tahap, yaitu observasi kelas dan tes awal, serta identifikasi adanya
kesulitan belajar dengan skor rerata sebesar 72.4697 pada interval 71-80
dengan frekuensi 5 yang berkategori tinggi, (2) Bentuk kesulitan belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa, teridentifikasi pada semua materi
dengan skor rerata sebesar 56.36364 pada interval 53-57 dengan
frekuensi 3 yang berkategori sedang, (3) Upaya guru Pendidikan Agama
Islam mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMP Negeri 1
Pallangga Kabupaten Gowa, dilakukan secara terencana dan terprogram
dengan skor rerata sebesar 83.16667 pada interval 77-84 dengan frekuens
4 yang berkategori tinggi.
Pendekatan yang digunakan oleh peneli dalam hal ini adalah
pendekatan kuantitatif menggunakan perhitungan statistik. Dengan
metode pengumpulan data angket dan dokumentasi.
Adapun persamaan yang mendasar dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu ialah sama – sama meneliti tentang kesulitan belajar
peserta didik, tetapi yang membedakannya adalah pendekatan yang
digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu pendekatan kuantitatif dengan
perhitungan statistic, yang mana salah satu teknik penggalian datanya
menggunakan metode angket.
3. Judul : Analisis Kesulitan Belajar Matematika Pada Peserta Didik Kelas
VIII Semester II Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung Persekutuan
Dua Lingkaran Mts Negeri Bonang Tahun Pelajaran 2010/2011 Oleh
Khoirun Nisa’/073511021 Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
pada 2011
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah kesulitankesulitan
apa saja yang dialami peserta didik dalam belajar matematika pada materi
Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran dan faktor-faktor
apa saja yang menjadi penyebabnya. Sedangkan ruang lingkup dalam
penelitian ini adalah kurikulum bidang studi matematika, dan objek atau
variabel penelitian yang akan dianalisis adalah mengenai tingkat
kesulitan peserta didik dalam penguasaan. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP/MTs Negeri Bonang
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adlah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan teknik pengumpulannya
yaitu Observasi, Dokumentasi, Tes Tertulis, dan Wawancara.
Dari penelitian terdahulu yang relevan diatas mempunyai jenis
penelitian yang sama yaitu sama – sama menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Tetapi yang membedakannya adalah materi yang dianalisis dan
responden yang di analisis. Pada penelitian yang relevan menggunakan
materi garis singgung persekutuan dua lingkaran yang dilaksanakan di
jenjang SMP.
4. Judul : Analisis Faktor Kesulitan Belajar Matematika Pada Kurikulum
2013 Kelas IV SD Negeri 101871 Sidodadi Batang Kuis Oleh Lesmi
Juwita Nasution/36154166 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan Pada 2019
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui faktor kesulitan
belajar matematika pada Kurikulum 2013 kelas IV SD 101871 Siodadi
Batang Kuis. (2) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam
mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas IV SD 101871
Sidodadi Batang Kuis.
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab peneliti
ingin mendeskripsikan tentang kesulitan belajar matematika siswa pada
kurikulum 2013 yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan kesulitan
belajar siswa di sekolah. Analisis data pada penelitian ini dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduksi, penyajian
data, dan menarik kesimpulan.
Dari penelitian terdahulu yang relevan diatas mempunyai aktivitas
analisis data yang sama yaitu reduksi, penyajian data, dan menarik
kesimpulan. Hanya yang membedakannya adalah batasan menganalisis
kesulitan belajarnya, pada penelitian terdahulu yang relevan menganalisis
kurikulum 2013.
5. Judul : Kesulitan Matematika Siswa Slow Learner Kelas IV di SD Negeri
Batur 1 Semarang Oleh Nika Rakhmawati/13103244003 Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta Pada 2017.
Masalah yang diteliti skripsi ini adalah (1) Bagaimana kesulitan-
kesulitan dalam belajar matematika pada area aritmatika yang dihadapi
subjek?, (2) Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar subjek? ,(3) Bagaimana rekomendasi pemecahan masalah untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika yang dialami subjek?
Untuk menjawab masalah tersebut peneliti menggunakan
penelitian studi kasus. Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan
data dengan tekhnik tes, wawancara dan dokumentasi. Dengan
menggunakan uji keabsahan data yaitu uji kredibilitas dan uju
konfirmability.
Adapun persamaan yang mendasar dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu ialah sama – sama meneliti tentang kesulitan belajar
peserta didik, tetapi yang membedakannya adalah subjek penelitiannya.
Pada penelitian ini subjeknya adalah siswa berkebutuhan khusus.
C. Kerangka Berpikir

Masalah
Siswa kesulitan pada pelajaran matematika

Identifikasi Masalah
Kesulitan pembelajaran matematika
kelas II :
1. Siswa kesulitan mengerjakan
soal cerita
2. Siswa melakukan kesalahan
berhitung
3. Hasil belajar masih rendah

Kosep kesulitan belajar


Faktor penyebab kesulitan
matematika:
belajar:
1. Pemahaman Bahasa
1. Faktor internal
matematika yang kurang
2. Faktor eksternal
2. Kelemahan dalam
berhitung

Penelitian deskriptif kualitatif

Pembelajaran Matematika Kelas 2

Guru Peserta didik


Strategi mengajar guru Jenis kesulitan matematika
Faktor penyebab kesulitan
Upaya mengatasi kesulitan

Upaya dalam mengatasi penyebab kesulitan belajar


matematika dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi
perkalian dan pembagian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan suatu
gejala peristiwa atau kejadian secara sistematis dan akurat mengenai
sifat – sifat populasi tertentu. Penelitian bersifat kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata atau bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, penelitian
ini mengeksplorasi isu yang spesifik dan kontektual secara mendalam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta jenis penelitian
studi kasus untuk mengetahui apa kesulitan belajar serta faktor
penyebab yang dihadapi peserta didik khususnya dalam menyelesaikan
soal cerita pada operasi dasar perkalian dan pembagian.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dalam penelitian ini bertempat di SDN 1 Ketabang
Surabaya, Jl. Ambengan No.29, Ketabang, Kec. Genteng. Adapun
waktu penelitian selama 6 bulan yaitu pada semester genap tahun
ajaran 2020/2021.
D. Sumber Data/Obyek Penelitian
Sumber data penelitian yang diambil adalah:
1. Sumber Data Literer
Yaitu sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori
permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku
perpustakaan dan sumber data yang diperoleh peneliti dari buku
karangan para ahli yang sesuai dengan masalah yang diteliti,
termasuk dalam hal ini karya ilmiah, makalah serta terbitan –
terbitan yang berkaitan dengan kesulitan belajar matematika.
2. Field Research
Yaitu sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian dan
mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian
untuk memperoleh data yang lebih konkret yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Adapun data ini ada dua macam yaitu:
 Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, data yang dimaksud disini adalah data tentang
faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar
matematika dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi
dasar siswa kelas II SDN Ketabang 1 surabaya. Adapun data
ini diperoleh dari beberapa sumber yaitu: kepala sekolah dan
guru mata pelajaran/guru kelas.
 Data sekunder, adalah data yang pengumpulannya tidak di
usahakan sendiri oleh peneliti. Sumber sekunder ini bersifat
menunjang dan melengkapi data primer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu persiapan
penelitian dan pengambilan data.
 Tahap persiapan
Pada tahap persiapan penelitian yang dilakukan adalah
mendapatkan data kelas yang menjadi subjek penelitian.
 Tahap pengambilan data
Pada tahap pengambilan data yang dilakukan yaitu menganalisis
hasil tes uraian, mewawancarai peserta didik dan mengobservasi
secara langsung pada saat kegiatan belajar mengajar (untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar matematika).
Sehingga secara umum, teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau
data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi ini digunakan
untuk mengetahui kondisi objektif saat kegiatan belajar mengajar
matematika, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
belajar matematika.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan
mencari data melalui peninggalan tertulis seperti arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi ini
digunakan untuk memperoleh informasi tentang nama-nama
peserta didik yang digunakan subjek penelitian.
3. Tes tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
dalam mengorganisasi pengetahuannya ketika memecahkan
masalah. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk uraian
sebanyak 10 soal yang sebelumnya telah diuji validitasnya.
Pemeriksaan hasil tes dilakukan setelah responden menyerahkan
hasil tes. Pada waktu tes berlangsung peneliti menunggu subjek
ketika mengerjakan, kemudian dilanjutkan dengan wawancara.
4. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Metode
wawancara digunakan untuk melengkapi data tentang letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami peserta didik yang diperoleh
melalui jawaban soal tes uraian.
Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada jawaban siswa dari
hasil tes, terutama kesulitan yang diperbuat setelah jawaban siswa
tersebut diperiksa dan dianalisis peneliti. Wawancara juga berfungsi
keabsahan data yang diperoleh dari hasil tes. Siswa yang akan
dijadikan responden sebanyak 4 siswa dari siswa yang mewakili
menjawab dan mengalami kesulitan.
Sebelum melakukan proses kegiatan wawancara terlebih dahulu
mempersiapkan pedoman wawancara yang hanya digunakan
sebagai arah wawancara yang terarah pada masalah/fokus
penelitian. Oleh karena itu penggunaannya tidak dilakukan secara
ketat, artinya pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan jawaban
informasi penelitian. Wawancara sebaliknya dilakukan dalam
suasana santai seperti melakukan percakapan biasa. Bentuk
wawancara adalah bebas terstruktur dengan maksud memperoleh
informasi tentang jenis – jenis kesulitan serta faktor penyebab
kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
perkalian dan pembagian.
F. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, keabsahan data yang dilakukan
menggunakan uji keabsahan data kredibilitas, yang meliputi:
1. Melakukan pengamatan dan pencatatan data – data penelitian
secara cermat, dan
2. Membandingkan data hasil penelitian yang diperoleh dari tes dan
wawancara dengan triangulasi.
Dalam penelitian ini, data – data penelitian didukung dengan
adanya dokumen – dokumen dan rekaman suara. Triangulasi yang
digunakan lebih menekankan pada triangulasi teknik, sehingga dari
data – data yang berbeda – beda dapat ditemukan kesimpulan yang
sejenis.
G. Teknik Analisis Data

Penyajian Data
Pengumpulan Data

Reduksi Data
Kesimpulan – kesimpulan :
Penarikan/Verifikasi

 Reduksi Data :
Reduksi data diartikan sebagai proses menyeleksi
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstrasikan dan
membuang data yang tidak perlu dari hasil tes dan hasil
wawancara tentang kesulitan responden yang diperoleh dari
catatan lapangan.
 Penyajian Data :
Data berupa kesulitan siswa, selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam menarik
kesimpulan tentang kesulitan kesulitan yang dibuat responden.
 Penarikan Kesimpulan :
Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel selanjutnya
dianalisis untuk menarik kesimpulan jenis penyebab kesulitan
responden dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan
perkalian dan pembagian.
a. Pengumpulan Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan
analisis hasil yang telah dicapai oleh peserta didik melalui
observasi, tes evaluasi dan wawancara. Data observasi penelitian
dilakukan dengan pemberian nilai berupa angka yang
dikategorikan dengan kurang, cukup, baik dan sangat baik.
Hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan
menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik dan kriteria
sebagai berikut:
1. Lembar observasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru
Data observasi tentang pelaksanaan pembelajaran oleh
guru meliputi kompetensi umum guru dan dalam kegiatan
pembelajaran. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Persentase (%) = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran oleh guru


adalah sebagai berikut:
𝑠𝑘𝑜𝑟 ≥ 85 % : baik sekali
65% ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 84% : baik
45% ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 64% : cukup
𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 44% : kurang
2. Lembar observasi tentang aktifitas belajar peserta didik
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka dibuat lima
aspek pengamatan, meliputi: memperhatikan penjelasan,
menyalin penjelasan bertanya, menjawab, dan mengerjakan
tugas. Kemudian dilakukan analisis pada instrument lembar
observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui
prosentase. Adapun perhitungan prosentase keaktifan peserta
didik adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Persentase (%) = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

b. Melakukan analisis terhadap penyelesaian soal – soal hasil tes


Analisis atau pengolahan terhadap penyelesaian soal dari
hasil tes dimaksudkan untuk menentukan apakah peserta didik
termasuk kategori yang mengalami kesulitan atau tidak pada
tahap penguasaan konsep, keterampilan serta pemecahan masalah.
c. Menghitung prosentase peerta didik yang mengalami kesulitan
Untuk menghitung presentase peserta didik yang mengalami
kesulitan setiap tahap dari soal yang diberikan, digunakan rumus
sebagai berikut:
𝐹
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan:
P = presentase peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
F = frekuensi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
N = banyaknya peserta didik
Adapun presentase tingkat kesulitan peserta didik dapat
dikategorikan sebagai berikut:
0 % < 𝑃 < 20 % : sangat rendah
20 % < 𝑃 < 40 % : rendah
40 % < 𝑃 < 60 % : cukup
60 % < 𝑃 < 80 % : tinggi
80 % < 𝑃 < 100% : sangat tinggi
d. Menganalisis letak kesulitan peserta didik
Melakukan analisis terhadap data dengan mencari kesulitan
peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita operasi dasar
perkalian dan pembagian diantaranya yaitu: kemampuan peserta
didik dalam pemahaman konsep, kemampuan peserta didik dalam
keterampilan menyelesaikan soal serta kemampuan peserta didik
dalam pemecahan masalah.
e. Menentukan subjek wawancara
Setelah data hasil tes diperoleh, kemudian di ranking
selanjutnya dilakukan wawancara. Pengambilan subjek penelitian
pada peserta didik didasarkan pada ranking peserta didik yang
nilainya rendah dari hasil tes yang telah di ujikan. Subjek
penelitian terdiri 4 siswa yang memiliki nilai terendah yang
selanjutnya akan dilakukan wawancara.
f. Menganalis faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar
peserta didik
Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui faktor apa
saja yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita operasi dasar perkalian dan pembagian.
g. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian secara deskriptif
yaitu di mana letak kesulitan yang dialami peserta didik dalam
belajar menyelesaiakan soal cerita pada pokok bahasan operasi
dasar perkalian dan pembagian serta faktor apa saja yang
mempengaruhi kesulitan belajar matematika tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar
dan Pembelajaran. Hakikat Belajar dan Pembelajaran, 1-46.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal
Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333-352.
Makrufi, A. D. (2017). MODEL PENDIDIKAN ISLAM DENGAN
PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES PERSPEKTIF MUNIF
CHATIB. Elementary, 5(1), 40-66.
Yeni, E. M. (2015, September). KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DI
SEKOLAH DASAR. JUPENDAS, 2(2), 1-10.
Syafi'i, A., & Marfiyanto, T. (2018, Juli). Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa
Dalam Berbagai Aspek dan Faktor Yang Mempengaruhi. Komunikasi
Pendidikan, 2(2), 115-123.

Abrar, I. P. (2014). KESULITAN SISWA SMP BELAJAR KONSEP DAN


PRINSIP DALAM MATEMATIKA. al-Khwarizmi, II, 59-68.
Nisa, K. (2011). ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS
VIII. library walisongo.

Baswara, J. (2019). IDENTIFIKASI ANAK KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA


(DISKALKULIA) DI SEKOLAH DASAR . JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS, 2-9.
Fimansyah, D. (2015, Maret). PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN
DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA. JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA), 3(1), 34-
44.
Hania, N. (2019). PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN LINGUISTIK, KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS
DAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PESERTA DIDIK. repo iain tulungagung, 26-70.
Hawai, Z. (2012). PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED
NOTE TAKINGDAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA .
Huda, A. (2017). Retrieved from http://repo.iain-tulungagung.ac.id/:
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4526/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai