Anda di halaman 1dari 143

MAKALAH PESERTA PLPG – KG TAHUN 2017

BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

Oleh:
Nama peserta : Aep Apriatna, S.Pd
NUPTK : 3134762664120003
Nomor Peserta : 17020642417007
Bidang Studi Sertifikasi : Teknik Pemesinan
Asal Sekolah : SMKN 1 Sukalarang
Kabupaten/Kota/Provinsi : Kab. Sukabumi, Jawa Barat

PANITIA SERTIFIKASI GURU


RAYON UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH PESERTA PLPG KEAHLIAN GANDA TAHUN 2017
RAYON UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Identitas Peserta

a. Nama Lengkap : Aep Apriatna, S.Pd


b. No. Peserta : 17020642417007
c. NUPTK : 3134762664120003
d. Bidang Studi Sertifikasi : Teknik Pemesinan
e. Asal Sekolah : SMKN 1 Sukalarang
f. Kota/Kab./Provinsi : Kab. Sukabumi, Jawa Barat
g. Alamat email : aepapriatna@gmail.com
h. No. HP : 085723642372

Sukabumi, tgl. 27 Oktober 2017

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMKN 1 Sukalarang Peserta Guru,

Ade Rusliana, S.Pd., M.Pd. Aep Apriatna, S.Pd


Pembina NP. 17020642417007
NIP. 19660213 1988121 001
BAB I
MATERI PEDAGOGIK

1.1 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DAN KESULITAN BELAJAR


1.1.1 Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya, peserta didik
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut ada yang
diarahkan ke dalam diri sendiri, ada juga berupa penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian atau
penerapan psikologi perkembangan dalam bidang pendidikan. Karakteristik peserta
didik berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spritual dan
latar belakang sosial budaya.
1.1.1.1 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu
meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah,
berubahnya minat, perilaku, dan nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan
fisik, kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada usia remaja terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Tidak hanya
pada anggota tubuh tertentu tetapi juga proporsi tubuh yang semakin besar. Pada
perkembangan seksualitas remaja ditandai dua ciri yaitu seks primer dan seks
sekunder.Pada peserta didik laki-laki ditandai dengan semakin besarnya ukuran testis,
pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin besar sehingga organ seks semakin
matang. Pada siswi tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium yang semakin matang,
hormon-hormon yang diperlukan dalam proses kehamilan dan menstruasi semakin
banyak.
Pada peserta didik laki-laki ditandai dengan tumbuhnya kumis, bulu di sekitar
kemaluan dan ketiak serta perubahan suara, semakin besarnya jakun. Pada peserta
didik perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik atau bulu di sekitar
kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya buah dada, bertambah besarnya pinggul.
Kemampuan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan
otak. Untuk jenjang pendidikan SMK, mata pelajaran yang banyak berhubungan
dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni
budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar
yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan
dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah
kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah
psikomotor. Perkembangan psikomotorik yang dilalui oleh peserta didik SMK
memiliki kekhususan yang antara lain ditandai dengan perubahan-perubahan ukuran
tubuh, ciri kelamin yang primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut
dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses
kematangan seksual yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala umum dalam
pertumbuhan peserta didik. Perubahan-perubahan fisik tersebut bukan hanya
berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh,
akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan sekunder.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta didik mempengaruhi perkembangan
tingkah laku yang ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses
penyesuaian diri, isolasi diri dan pergaulan, perilaku emosional, imitasi berlebihan,
dan lain-lain.
1.1.1.2 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek intelektual
Kemampuan kognitif peserta didik terus berkembang selama masa pendidikan
bahkan setelah usia sekolah pun pengembangan kognitif masih memungkinkan untuk
dilanjutkan. Akan tetapi belum tentu semua perubahan kognitif mengarah pada
peningkatan kemampuan intelektual. Kadang-kadang ada kemampuan kognitif yang
mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Beberapa ahli percaya,
bahwa kemunduran keterampilan kognitif terjadi juga pada masa remaja akhir.
Kemunduran tersebut dapat dicegah atau ditingkatkan kembali melalui serangkaian
pelatihan. Perkembangan kognitif pada usia remaja sampai dengan masa dewasa
awal, dikemukakan oleh Schaie (1997).Sebagai contoh, pada masa dewasa awal
terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju penerapan ilmu pengetahuan.
Menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan
karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.
Perkembangan kognitif menurut Piaget, dimana masa remaja sudah mencapai
tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan).
Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadaran sendiri
disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan dengan dunia kemungkinan.
Remaja mampu menggunakan abstraksi dan mampu membedakan yang nyata dan
konkrit dengan yang abstrak dan mungkin.Kemampuan untuk menguji hipotesis dan
bernalar secara ilmiah. Remaja mampu memikirkan tentang masa depan dengan
membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk
mencapainya. Remaja sudah menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme
yang membuat proses kognitif tersebut lebih efisien. Melakukan introspeksi
(pengujian diri) menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Berpikir operasi formal
memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir.
1.1.1.3 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek emosional
Masa remaja merupakan puncak perkembangan emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ seksual
mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya
seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan
sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya
bersifat negatif dan temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu
mengendalikan emosinya. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas
perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaian kematangan emosi
dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga dan kelompok teman sebaya. Pada masa ini, tingkat karakteristik emosional
akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja
seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci,
harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Pendidik
perlu mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah
laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut
sehingga dapat melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan pada
masa remaja merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai
kedewasaan.
Perkembangan peserta didik usia remaja sebagai individu yang berada pada
tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu.
Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode
kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa
yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya remaja sudah tidak mau
dikatakan sebagai anak-anak tetapi tidak mau disebut sebagai orang dewasa, mereka
secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.
1.1.1.4 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek moral
Perkembangan moral remaja sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi
yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal, kemampuan berpikir
abstrak, memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis. Pemikiran remaja
tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber
moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa, 1988).
Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan tumbuhnya
kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena
dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung
jawabkan secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian,
menurut Kohlberg sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja
seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap
pascakonvensional, di mana orisinilitas pemikiran moral remaja sudahsemakin
jelas.Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak
tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
Melalui pengalaman atau interaksi sosial dengan orang tua, guru, teman
sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja semakin matang
dibandingkan dengan pada usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-
nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan.Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk
memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga psikologisnya (rasa puas dengan adanya
penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang
beragam juga. Salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan
moral remaja itu adalah orang tua. Menurut Adam dan Gullotta (183: 172-173)
terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi
nilai remaja, yaitu sebagai berikut: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua (Haan, Langer & Kohlberg,
1976), 2) Ibu-ibu dari anak remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih
tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan
remaja yang tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan nalar
moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973) dan 3) terdapat dua
faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja , yaitu :a)
orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka
mengenai berbagai isu, dan orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan
teknik berpikir induktif (Parikh, 1980).
1.1.1.5 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek spritual
Kata spiritual berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘spirituality’ yang kata
dasarnya ‘spirit’ yang berarti ruh, jiwa, semangat. Kata ‘spirit’ berasal dari bahasa
latin ‘spiritus’ yang berarti luas atau dalam, keteguhan hati atau keyakinan, energy
atau semangat. Kata sifat ‘spiritual’ berasal dari Bahasa latin ‘spiritualis’. Hubungan
antara spiritual dan religius. Spiritualitas adalah kesadaran tentang diri dan individu,
asal, tujuan, dan nasib, sedangkan religius merupakan serangkaian produk perilaku
tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan.
Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian: 1. Kepercayaan,
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam,
Kristen. dsb. 2. Kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
ketuhanan, kekuatan tertinggi, yang mempunyai wewenang atau kuasa yang
memberikan alasan tentang keyakinan (believe) dan keyakinan sepenuhnya (action),
harapan (hope). Perkembangan spiritual lebih spesifik membahas tentang kebutuhan
manusia terhadap agama. Perkembangan spiritual diartikan sebagai tahap dimana
seseorang (peserta didik) untuk membentuk kepercayaan yang berhubungan dengan
religi atau adat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritual agama:
- Pembawaan.
- Lingkungan keluarga.
- Lingkungan sekolah.
- Lingkungan masyarakat.
1.1.1.6 Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek sosial budaya
Peserta didik kemungkinan berasal dari beragam budaya, etnis dan ras karena
itu dapat terjadi proses akulturasi. Untuk menangani peserta didik yang beragam
tersebut guru perlu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan beragam
kebutuhan peserta didik, latar belakang rasial atau etnik dan memastikan kurikulum
adil dan relevan secara kultural. Beberapa karakteristik peserta didik yang perlu
diidentifikasi berkaitan dengan kelas sosial, antara lain pekerjaan, penghasilan,
kekuasaan politis, dan lain-lain. Beberapa contoh efek dari perbedaan kelas sosial
yaitu, pengelompokan berdasarkan kelas sosial, ini cenderung akan mempengaruhi
psikis peserta didik yang kelas sosialnya rendah sehingga dapat terjadi perbedaan
prestasi antara kelas sosial tinggi dengan kelas sosial rendah.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik,
baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai,maupun perasaannya.Pada masa ini
juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau
megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain
(teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan
perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka
kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik.
Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang
melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan
perilaku seperti kelompok tersebut. Pada usia anak remaja terjadi perkembangan
sosial yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Anak usia remaja memahami
orang lain sebagai individu yang unik baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai
maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong mereka untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab dengan orang lain (terutama teman sebaya), baik melalui
jalinan persahabatan maupun percintaan.

1.1.2 Kesulitan Belajar


Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar
kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan lebih
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut tidak jarang dijumpai adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan atau habatan belajar. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, guru dituntut
terampil untuk mendiagnosa kesulitan belajar, membuat prognosis terhadap kesulitan
yang dihadapi peserta didik serta memberikan pembelajaran remedial.
Sejatinya, semua peserta didik mendapatkan perlakuan dan perhatian dengan
intensitas yang sama dari sang guru, sehingga peserta didik mencapai hasil belajar
yang relatif sama pada waktu yang bersamaan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi
yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu
menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang
berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Dari pengertian kesulitan belajar di atas
jelaslah bahwa salah satu hal yang bias dijadikan kriteria untuk menentukan apakah
seseorang mengalami kesulitan belajar adalah sampai sejauh mana ia terhambat
dalam mencapai tujuan belajar. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tujuan belajar
mempunyai tingkta-tingkat tertentu yang harus dicapai dalam periode (waktu)
tertentu pula. Karena itu, untuk menentukan apakah seoeang peserta didik mengalami
kesulitan belajar atau tidak, diperlukan suatu tindakan khusus yang disebut diagnosis
kesulitan belajar.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan
cara melihat indikasi atau gejala yang tampak. Misalnya, nilai mata pelajaran di
bawah sedang. Indikasi ini merupakan paling mudah dilihat dan paling umum dipakai
oleh siswa, pengajar dan orang tua. Jika seorang siswa sering mendapat nilai di
bawah 60 dalam skala penilaian 1 -100 atau nilai di bawah C (cukup), dapatlah
dikatakan bahwa siswa tersebut kemungkinan besar mengalami kesulitan belajar.
Nilai yang diperoleh siswa sering di bawah nilai rata-rata kelas. Indikasi ini dapat
juga menunjukkan bahwa seorang siswa mengalami kesulitan belajar. Indikasi ini
sebenarnya tidak berlaku mutlak. Di sekolah-sekolah favorit tempat berkumpul
siswa-siswa pandai, mungkin saja nilai rata-rata kelas mencapai nilai 6,7. Siswa yang
mendapat nilai 6,4 belum bisa dipastikan mengalami kesulitan belajar, karena
walaupun berada di bawah rata-rata kelas, nilai tersebut masih berada di atas sedang
(di atas nilai 6).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan
suatu kondisi tertentu yang yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam
mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat diatasi.
Sedangkan diagnostik adalah suatu proses untuk memecahkan masalah kesulitan
belajar dengan cara mengamati kesulitan siswa sehingga bisa menemukan langkah-
langkah untuk memecahkannya.
1.1.2.1 Diagnosa Kesulitan Belajar
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru biasanya melakukan penilaian berupa
ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran. Apakah peserta didik telah berhasil mencapai tingkat
penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan ketuntasan belajar yang ditetapkan.
Penilaian yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran tersebut
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah
dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan
kompetensi minimal yang ditetapkan, maka guru perlu memberikan perlakuan
khusus, seperti program pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan berupaya
mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan
masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak,
dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang
memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk
membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Sama seperti dokter, sebelum pengobatan, dilakukan diagnosa. Diagnosa pada
prinsipnya adalah pengumpulan data berkaitan dengan pasien. Setelah mendapatkan
data yang diperlukan, dokter menyimpulkan apa yang menjadi penyebab penyakit
atau gangguan yang dialami pasien dan setelah itu melakukan tindakan pengobatan.
Untuk mempercepat kesembuhan, kemungkinan ada beberapa tindakan yang
dilakukan dokter. Misalnya selain memberikan obat anti biotik diberikan juga vitamin
dan penurun panas misalnya. Untuk mengatasi kesulitan belajar, guru harus
mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran serta hasil belajar.

Diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang


dilakukan dengan prosedur dan hasilnya akurat menggmbarkan kesulitan yang
dialami oleh peserta didik. Sebagai evaluasi, diagnostik kesulitan belajar difokuskan
untuk mengidentifikasi siapa peserta didik yang mengalami kesulitan dan di bidang
mana atau materi yang mana yang menjadi kesulitan tersebut. Diagnostik kesulitan
belajar pada umumnya dilakukan pada awal tahun ajaran. Tujuan diagnostik kesulitan
belajar dilakukan diawal adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal peserta
diddik seperti fungsi pre tes.
Diagnostik kesulitan belajar adalah proses untuk memahami jenis dan
karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan cara menghimpun
dan mempergunakan berbagai data/informasi untuk menyimpulkan, memutuskan dan
mencari alternatif pemecahannya. Thorndike dan Hagen (Abin, 2003:307),
menyimpulkan diagnostik sebagai 1) upaya atau proses menemukan kelemahan atau
penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian
dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya (symptons), 2) studi yang seksama
terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-
kesalahan yang esensial, 3) keputusan yang dibuat setelah studi yang seksama
terhadap gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan diagnostik kesulitan belajar
merupakan suatu prosedur dalam memecahkan masalah kesulitan belajar dengan
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan
tertentu, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan untuk pemecahan
masalahnya. Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam
memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar
terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis.

1.1.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326),
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa factor
internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal,
adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
a. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu factor kejiwaan dan
faktor kejasmanian.
 Faktor kejiwaan, antara lain, 1) minat terhadap mata kuliah kurang; 2) motif
belajar rendah; 3) rasa percaya diri kurang; 4) disiplin pribadi rendah; 5)
sering meremehkan persoalan; 6) sering mengalami konflik psikis; 7)
integritas kepribadian lemah.
 Faktor kejasmanian, antara lain: 1) keadaan fisik lemah (mudah terserang
penyakit); 2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan; 3)
adanya gangguan pada fungsi indera; 4) kelelahan secara fisik.
b. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau
berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, faktor
instrumental dan faktor lingkungan.
 Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar peserta
didik antara lain : a) Kemampuan profesional dan kepribadian pengajar yang
tidak memadai; b) Kurikulum yang terlalu berat bagi peserta didik; c)
Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik; d)
Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab
kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain : a) Disintegrasi
atau disharmonisasi keluarga; b) Lingkungan sosial kampus yang tidak
kondusif; c) Teman-teman bergaul yang tidak baik; d) Lokasi kampus yang
tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
1.1.2.3 Klasifikasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar
bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan umumnya sukar
diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran
yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar kelompok
ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar
dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi
akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam
membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual
motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki
ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) menunjuk pada
adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut meliputi keterampilan dalam
membaca (dyslexia), keterampilan dalam menulis (dysgraphia), dan keterampilan
dalam mata pelajaran matematika / berhitung (dyscalculia).
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika
anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Kesulitan
yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar
yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat (prerequisite skills),
yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya. Sedangkan untuk mencapai prestasi akademik yang
memuaskan, seorang anak memerlukan keterampilan prasyarat. Anak yang
memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan
prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi tersebut.
Menurut Kirk & Gallagher (1986) kesulitan belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu:
a. Developmental Learning Disabilities
Perhatian (attention disorder). Anak dengan attention disorder akan berdampak pada
berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya,
tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat
mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
b. Memory Disorder
Memory disorder adalah ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah dilihat
atau didengar ataupun dialami. Anak dengan masalah memori visual dapat memiliki
kesulitan dalam mengingat kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga
dialami oleh anak dengan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi
perkembangan bahasa lisannya.
c. Gangguan persepsi visual dan motorik
Anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak dapat memahami rambu-rambu
lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka
tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau angka atau memiliki pemahaman
akan dirinya.
d. Thinking Disorder
Thinking disorder adalah kesulitan dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah
pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan dengan gangguan
dalam berbahasa verbal.
e. Language Disorder
Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak prasekolah.
Biasanya anak-anak ini tidak berbicara atau berespon dengan benar terhadap instruksi
atau pernyataan verbal.
f. Academic Learning Disabilities
Adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu dalam membaca, mengeja,
menulis, atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul pada saat anak menampilkan
kinerja di bawah potensi akademik mereka.

Klasifkasi Gangguan Belajar Berdasarkan Penyebab


Ketidakmampuan belajar dapat dikategorikan baik oleh jenis pengolahan
informasi yang dipengaruhi atau oleh kesulitan tertentu yang disebabkan oleh defisit
pengolahan. Gangguan berdasarkan tahap pengolahan informasi. Ketidakmampuan
belajar termasuk dalam kategori berdasarkan pada empat tahap pengolahan informasi
yang digunakan dalam pembelajaran:. Input, integrasi, penyimpanan, dan output
Input: adalah informasi yang dirasakan melalui indera, seperti penglihatan dan
pendengaran persepsi. Kesulitan dengan persepsi visual dapat menyebabkan masalah
dengan mengenali bentuk, posisi dan ukuran barang-barang yang terlihat. Ada juga
masalah dengan sequencing, yang dapat berhubungan dengan defisit dengan interval
waktu pemrosesan atau persepsi temporal. Kesulitan dengan persepsi pendengaran
dapat membuat sulit untuk menyaring suara bersaing dalam rangka untuk fokus pada
salah satu dari mereka, seperti suara guru. Beberapa anak tampaknya tidak dapat
memproses masukan taktil. Misalnya, mereka mungkin tampak tidak sensitif terhadap
rasa sakit atau tidak suka disentuh.
Integrasi: adalah tahapan di mana masukan dirasakan, ditafsirkan,
dikategorikan, ditempatkan secara berurutan, atau terkait dengan pembelajaran
sebelumnya. Siswa dengan masalah di daerah-daerah mungkin tidak dapat
menceritakan sebuah cerita dalam urutan yang benar, tidak dapat mengingat urutan
informasi seperti hari-hari dalam seminggu, mampu memahami sebuah konsep baru,
tetapi tidak dapat menggeneralisasikannya ke area lain dari pembelajaran, atau dapat
mempelajari fakta-fakta, tetapi tidak dapat menempatkan fakta bersama untuk melihat
“gambaran besar.” Sebuah kosa kata miskin dapat menyebabkan masalah dengan
pemahaman.
Penyimpanan: Masalah dengan memori dapat terjadi dengan memori jangka
pendek atau bekerja, atau dengan memori jangka panjang. Kesulitan memori paling
banyak terjadi di wilayah memori jangka pendek, yang dapat membuat sulit untuk
mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan yang lebih daripada biasanya.
Kesulitan dengan memori visual dapat menghambat belajar mengeja.
Output: Informasi keluar dari otak baik melalui kata-kata, yaitu, bahasa
output,
atau melalui aktivitas otot, seperti menunjuk, menulis atau menggambar. Kesulitan
dengan output bahasa dapat membuat masalah dengan Bahasa lisan, misalnya,
menjawab pertanyaan pada permintaan, di mana seseorang harus mengambil
informasi dari penyimpanan, mengatur pikiran kita, dan menaruh pikiran ke dalam
kata-kata sebelum kita berbicara. Hal ini juga dapat menyebabkan masalah dengan
bahasa yang ditulis untuk alasan yang sama. Kesulitan dengan kemampuan motorik
dapat menyebabkan masalah dengan keterampilan motorik kasar dan halus. Orang
dengan kesulitan motorik kasar mungkin canggung, yaitu, mereka mungkin rentan
terhadap tersandung, jatuh, atau menabrak sesuatu. Mereka juga mungkin mengalami
kesulitan berjalan, memanjat, atau belajar naik sepeda. Orang dengan kesulitan
motorik halus mungkin mengalami kesulitan mengancingkan kemeja, mengikat tali
sepatu, atau dengan tulisan tangan, semisal berpikir kritis dan berpikir dalam
memecahkan masalah.
1. Belajar dan Perilaku Belajar
Belajar merupakan aktifitas psikologis maupun fisik, untuk menguasai suatu
kemampuan tertentu. Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Di bawah ini disajikan
beberapa pengertian “belajar”:
 Gage & Berliner: “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang
muncul karena pengalaman”.
 Witherington (1952): “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
 Crow & Crow dan (1958): “belajar adalah diperolehnya kebiasaankebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru”.
 Hilgard (1962): “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
 Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
 Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.

2. Taksonomi Perilaku Individu-Bloom


Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa banyak
kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya.Untuk keperluan studi
tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan kerangka
berfikir tertentu (taksonomi). Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga
kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing
kawasan, yakni: (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan
psikomotor.

a. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar terdiri dari:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling
mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali
suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus,
teori, atau kesimpulan.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa,
fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini
diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada,
sehingga membentuk struktur kognitif baru.
3) Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai
kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan,
memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.
4) Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan
antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi
argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Secara rinci Bloom
mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu:
a) Menganalisis unsur
b) Menganalisis hubungan
c) Menganalisisprinsip-prinsip organisasi
5) Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru.Kemampuan berfikir induktif dan
konvergen merupakan ciri kemampuan ini.
6) Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-
buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteriakriteria tertentu baik
kualitatif maupun kuantitatif.

b. Kawasan Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari:
1) Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu:
- Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk
berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari),
yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada
stimulus yang bersangkutan.
- Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk
mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
- Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin
perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau katakata tertentu saja.

2) Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut:
- Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh: mengajukan
pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok
kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
- Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat
hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau
warna saja.
- Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui
3) Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
4) Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai
tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang
relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai.
5) Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem
nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun,
maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah
berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi..

c. Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system)
dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan
(imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e)
menciptakan (origination).
- Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang
keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan
kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi,
menjawab pertanyaan.
- Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan
itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa
mengerti artinya.
- Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa
harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.
- Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk
disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu
dilaksanakan.
- Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu
- menciptakan sendiri suatu karya.
3. Teori Konstruktivisme
Pendekatan saintifik penekanannya pada aktifitas siswa untuk membentuk
konstruk berpikir, konstruk sikap maupun konstruk perbuatan. Untuk itu perlu
dipahami tentang teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme didasari oleh ide-ide
Piaget, Bruner, Vygotsky dan lain-lain.
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, pengetahuan tersebut
hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan. Dalam kelas kontruktivis
seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan,
namun mempresesentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara
mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini berarti siswa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan mereka.

4. Pendekatan Pembelajaran Teacher Centered Dan Student Centered


Pendekatan saintifik mengacu pada pembelajaran berpusat pada siswa. Namun
bukan berarti teacher centered itu hal yang kurang baik, tapi hanya porsinya yang
dikurangi sehingga yang aktif adalah siswa.
Perbedaan mendasar antara student centered learning dengan teacher
centered learning terlihat jelas pada orientasinya. Orientasi strategi student centered
learning lebih menekankan pada terjadinya kegiatan belajar oleh siswa, atau
berorientasi pada pembelajaran (learning oriented), sedangkan strategi teacher
centered learning lebih berorientasi pada konten (content oriented). Dengan kata lain,
pada student centered learning, mengajar tidak lagi difahami sebagai proses untuk
mentransfer informasi, akan tetapi sebagaiwahana untuk memfasilitasi terjadinya
pembelajaran. Paradigma pembelajaran (SCL), guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan siswa
(bersama guru) memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara
mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Pada SCL, ilmu
pengetahuan tidak lagi dianggap statik tetapi dinamis dimana peserta didik secara
aktif mengembangkan ketrampilan dan pengetahuannya artinya siswa secara aktif
menerima pengetahuan tidak lagi pasif. Dengan demikian sangat mungkin nantinya
siswa didik menjadi lebih pintar dari gurunya (tidak seperti film silat jaman dahulu
dimana murid selalu kalah dari gurunya) apabila sang guru tidak aktif
mengembangkan pengetahuannya.

5. Teacher Centered Learning (TCL)


Menurut Smith dalam Sanjaya yang dikutip ulang oleh Parwati bahwa
Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar
pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan.
Selanjutnya Parwati menegaskan Cara pandang ini memiliki beberapa ciri sebagai
berikut:
a. Memakai pendekatan berpusat pada guru, yakni gurulah yang harus menjadi pusat
dalam pembelajaran.
b. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang
pasif, sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
c. Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Siswa hanya
belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat
belajar.

6. Student Centered Learning (SCL)


Menurut Harsono, Student Centered Learning merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential
Learning (pengalaman belajar). Model pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan
menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa
keunggulan:
a. Peserta didik dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri,
karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
b. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar membelajarkan di antara siswa.
d. Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang
dialami dan disampaikan belum diketahui sebelumnya oleh guru.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajaran SCL tersebut akan
mampu mendukung upaya ke arah pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada sistem
pembelajaran SCL siswa dituntut aktif mengerjakan tugas dan mendiskusikannya
dengan guru sebagai fasilitator. Dengan aktifnya siswa, maka kreatifitas siswa akan
terpupuk. Kondisi tersebut akan mendorong guru untuk selalu mengembangkan dan
menyesuaikan materi pembelajarannya dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Dengan demikian guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama,
melainkan sebagai “mitra belajar”.

7. Penerapan SCL pada Pembelajaran


Penerapan SCL dapat diartikan sebagai kegiatan yang terprogram dalam
desain FEE (Facilitating, Empowering, Enabling), untuk siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan
proses pengembangan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan dan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap
materi. SCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar siswa, bukan
hanya pada aktivitas guru mengajar. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang
terprogram dalam desain FEE.
Situasi pembelajaran dalam SCL diantaranya memiliki ciri-ciri:
a. Siswa belajar baik secara individu maupun berkelompok untuk membangun
pengetahuan.
b. Guru lebih berperan sebagai FEE dan guides on the sides daripada sebagai
mentor in the centered.
c. Siswa tidak sekedar kompeten dalam bidang ilmu, akan tetapi kompeten dalam
belajar.
d. Belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh guru, yang mampu
mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada siswa.
e. Belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (lifelong learning), suatu
keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia.

8. Perlunya Memiliki High Order Thinking Skill


Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud
tertentu.Berpikir adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan manusia
dengan lainnya.Karenanya sejauhmana manusia pantas disebut manusia dapat
dibedakan dengan sejauhmana pula ia menggunakan pikirannya. Al-Insan huwa al-
Hayawanun Nathiq. Dalam dunia pendidikan berpikir merupakan bagian dari ranah
kognitif, dimana dalam hirarki Bloom terdiri dari tingkatan-tingkatan. Bloom
mengkalisifikan ranah kognitif ke dalam enam tingkatan: (1) pengetahuan
(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4)
mengalisis (analysis); (5) mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai (evaluation).
Keenam tingkatan ini merupakan rangkaian tingkatan berpikir manusia. Berdasarkan
tingkatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa berpikir untuk mengetahui
merupakan tingkatan berpikir yang paling bawah (lower) sedangkan tingkatan
berpikir paling tertinggi (higher) adalah menilai.
Dari definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa berpikir tingkat tinggi
membutuhkan berbagai langkah-langkah pembelajaran dan pengajaran yang berbeda
dengan hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep semata. Dalam berpikir tingkat
tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap keterampilan dalam memutuskan hal-
hal yang bersifat kompleks semisal berpikir kritis dan berpikir dalam memecahkan
masalah.Meski memang berpikir tingkat tinggi sulit untuk dipelajari dan diajarkan,
namun kegunaannya sudah tidak diragukan lagi.

1. Pengertian Pendekatan Saintifik


Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Pembelajaran adalah
proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar
peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi
hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis),
mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/
menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta
mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan
dengan kegiatan mencipta. Kurikulum 2013 mengembangkan sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. (Permendikbud Nomor 54/2013)
Bagaimana Kurikulum 2013 memfasilitasi peserta didik memperoleh nilai-nilai,
pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang?, bagaimana proses pembelajaran
dilaksanakan?

2. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik


Implementasi kurikulum 2013 menuntut penerapan pembelajaran berbasis
kreatifitas. Pendekatan pembelajaran berbasis kreatifitas dapat dicapai melalui
pendekatan pembelajaran saintifik (5M) secara konsisten. Proses pembelajaran yang
mengacu pada pembelajaran berpendekatan saintifik, meliputi lima langkah sebagai
berikut:
a. Mengamati, yaitu kegiatan siswa untuk mengidentifikasi melalui indera penglihat
(membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu
mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu alternatif. Kegiatan
mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan
grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di
media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan
mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
b. Menanya, yaitu kegiatan siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses
tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu
atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan
pertanyaan kepada guru, nara sumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri
dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat
berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari
kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis.
c. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa untuk mencari informasi sebagai
bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat
dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi
lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-
lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji
hipotesis.
d. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian
aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan
mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting),
menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif,
serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam
mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung,
dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan
ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori
yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan
konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan
pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan
menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
e. Mengkomunikasikan yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan
hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan
mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara
lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya
dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan
komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengkomunikasikan adalah siswa dapat
memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
f. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: siswa menginovasi, mencipta, mendisain
model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

3. Peran Guru Dengan Pendekatan Saintifik


Dalam implementasi kurikulum 2013, guru tidak hanya sekedar membiarkan
peserta didik memperoleh/mengkonstruk pengetahuan sendiri, namun guru memberi
setiap bantuan yang diperlukan oleh peserta didik, seperti: bertindak sebagai
fasilitator, mengatur/ mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar, memberi umpan balik,
memberikan penjelasan, memberi konfirmasi, dan lain-lain.

4. Bentuk Keterlibatan Peserta Didik Dalam Observasi


Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas,
terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan
yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Di dalam penelitian, observasi dapat
dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.
Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya, proses mengamati memerlukan
waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika
tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Namun metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan dapat
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

5. Kriteria Pertanyaan Yang Baik


Menanya merupakan aktivitas / kegiatan bertanya yang berbentuk kalimat
tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah pertanyaan. Arti Kalimat
tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan / pernyataan kepada pihak lain yang
bertujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Guru yang efektif
mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu
untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

6. Contoh Perancangan Pembelajaran Saintifik


Agar memudahkan langkah pemaduan/pensinkronan pendekatan dengan
model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik
perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP.
Pemaduan atau pensinkronan antara langkah-langkah pendekatan saintifik dan
sintaksis (langkah kerja) model pembelajaran tersebut, dilakukan sebagai berikut:
a. Pilih pasangan KD-KD dari mata pelajaran yang diampu sesuai dengan silabus
dan buku teks siswa terkait.
b. Rumuskan IPK dari KD3 dan dari KD4 sesuai dengan dimensi proses atau level
pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan yang terkandung di masing-
masing KD. Setiap KD minimal memiliki 2 (dua) indikator.
c. Petakan pemilihan model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan
rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
d. Pilih model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan ramburambu
pemilihan model pembelajaran.
e. Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah
(sintaksis) model pembelajaran yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan
langkah pendekatan saintifik (5M) sampai mencapai IPK.

1. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-
istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3)
metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6)
model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah istilah tersebut, dengan
harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Definisi lain mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran” dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127). Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya,
dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R.
David dalam Sanjaya, 2008:126). Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya,
2008:126).
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang
selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola
umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad
Rohani, 2004: 32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah
model-model mengajar daripada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil
dalam Rohani, 2004:33. Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar
(pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai
tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani,
2004:34). Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada
pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat
mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik
yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya,
metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata,
dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-
discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina
Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi
pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Dalam
hubungannya dengan metode pembelajaran, maka bisa dikatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan pembelajaran. Satu pendekatan
dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran
yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untukmengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode
pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Dalam kaitannya dengan metode pembelajaran, maka
teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Sementara taktik pembelajaran merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan
model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)
model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-
masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
2. Strategi/Model Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 dikembangkan 3 (tiga) model pembelajaran utama yang
diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan
rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek (Project
Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan
(Discovery/Inquiry Learning). Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan
untuk semua KD/materi pembelajaran.Model pembelajaran tertentu hanya tepat
digunakan untuk materi pembelajaran tertentu pula. Demikian sebaliknya mungkin
materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model
pembelajaran tertentu. Untuk itu guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap
KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project
Based Learning).
Rambu-rambu penentuan model penyingkapan/penemuan:
a. Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah ke pencarian atau penemuan;
b. Pernyataan KD-3 lebih menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual,
konseptual, dan procedural; dan
c. Pernyataan KD-4 pada taksonomi mengolah dan menalar.
Rambu-rambu penemuan model hasil karya (Problem Based Learning dan
Project Based Learning):
a. Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah pada hasil karya berbentuk jasa atau
produk;
b. Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan metakognitif;
c. Pernyataan KD-4 pada taksonomi menyaji dan mencipta, dan
d. Pernyataan KD-3 dan KD-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan
pengetahuan konseptual dan prosedural.
Masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki urutan langkah kerja
(syntax) tersendiri, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
3. Model Pembelajaran Penyingkapan (Penemuan dan pencarian/ penelitian)
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
1) Sintaksis model Discovery Learning
a) Pemberian rangsangan (Stimulation);
b) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
c) Pengumpulan data (Data Collection);
d) Pembuktian (Verification), dan
e) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
2) Sintaksis model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat
(Joice&Wells, 2003).Merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara
sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintaksis/tahap model inkuiri meliputi:
a) Orientasi masalah;
b) Pengumpulan data dan verifikasi;
c) Pengumpulan data melalui eksperimen;
d) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
e) Analisis proses inkuiri.
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng,
2000). Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan
konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order
Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri
dan keterampilan (Norman and Schmidt).
1) Sintaksis model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie
Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
a) Mengidentifikasi masalah;
b) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menseleksi
informasi-informasi yang relevan;
c) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-
pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
d) Melakukan tindakan strategis, dan
e) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
2) Sintaksis model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H.
Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
a) Merumuskan uraian masalah;
b) Mengembangkan kemungkinan penyebab;
c) Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
d) Mengevaluasi.

5. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).


Pembelajaran otentik menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang
didasarkan pada motivasi yang tinggi, pertanyaan yang menantang, tugastugas atau
permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara
kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).Tujuan
PjBL adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi
dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas
yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole &Wasburn Moses, 2010).
Sintaksis/tahapanmodel pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
2) Mendesain perencanaan proyek;
3) Menyusun jadwal (Create a Schedule);
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan projek (Monitor the Students and
the Progress of the Project);
5) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
1.1 MEDIA PEMBELAJARAN

Kedudukan media pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan interaksi antara guru dan peserta didik serta lingkungan

belajarnya. Ditinjau dari segi manfaat, media pembelajaran harus dapat


memberikan dampak dalam hal menarik perhatian peserta, memperjelas makna

bahan pembelajaran, meminimalisir kejenuhan bagi peserta didik, meningkatkan

efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Beberapa macam media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu jenis

audio, visual 2D dan 3D, visual proyeksi statis dan bergerak, paket multimedia

dan lingkungan. Selain medi apembelajaran tersebut, untuk saat ini proses

pembelajaran tidak akan lepas dari peran dari TIK (Teknologi Informasi dan

Komputerisasi). TIK ini merupakan media pembelajaran yang dapat

menggabungkan dari beberapa media yang telah disebutkan diatas.

Untuk memberikan pengaruh yang signifikan, maka pemilihan dan

penggunaan media harus benar dan tepat. Berikut ini beberapa kriteria yang

dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pemilihan media, sebagai berikut :

sesuai dengan tujuan pembelajaran, tepat mendukung materi, sesuai dengan

kemampuan peserta didik, praktis, dapat diaplikasikan oleh guru, memperhatikan

faktoer peserta didik.

1.2 EVALUASI HASIL BELAJAR.

Penilaian autentik merupakan suatu pendekatan penilaian yang

memungkinkan peserta didik mendemonstrasikan kemampuannya dalam

menyelesaikan tugastugas atau masalah, dengan mengekspresikan pengetahuan

dan keterampilan serta sikapnya sesuai kaidah-kaidah yang berlaku di dunia

nyata atau dunia kerja.


Dalam melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,

pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yaitu: valid/sahih,

objektif, transparan/terbuka, adil, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan,

sistematis, akuntabel, serta beracuan kriteria. Dalam dunia pendidikan, ada tiga

aspek yang menjadi sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu aspek kognitif yang

merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental ( otak ), afektif yang

merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan psikomotorik

merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemempauan

bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Prosedur yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian antar

lain adalah: mengkaji materi pembelajaran, memilih teknik penilaian,

merumuskan kisi-kisi, menulis butir soal, melalukan penimbangan/review,

melakukan perbaikan hasil review, melaksanakan ujicoba dan penggandaan,

melaksanakan pengujian, melakukan penskoran, dan melakukan keputusan akhir

dari kegiatan penilaian.

Instrumen penilaian yang akan dipergunakan harus dikembangkan

oleh guru. Instrumen yang dikembangkan meliputi aspek sikap, keterampilan,

dan pengetahuan. Hasil penilaian oleh pendidik setiap semester perlu diolah

untuk diadministrasikan kedalam buku laporan hasil belajar (rapor). Nilai rapor

merupakan gambaran pencapaian kemampuan peserta didik dalam satu semester.

Hasil penilaian belajar dianalisis untuk mendapatkan umpan balik tentang

berbagai komponen dalam proses pembelajaran. Analisis hasil penilaian


dilakukan dengan memperhatikan nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian

(tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas, produk),ulangan tengah

semester (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan produk),

ulangan akhir semester (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan

produk), dan ulangan kenaikan kelas (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan

sikap, tugas dan pruduk)

Evaluasi proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar atau pengajaran

yang telah dilaksanakan. Evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang

ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga

proses pembelajaran yang telah dilakukan. Ranah yang dinilai dari proses belajar

antara lain ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Ranah sikap dapat dilakukan dengan cara observasi, penilaian diri,

penilaian teman sebaya, dan penilaian melalui jurnal. Ranah pengetahuan dapat

dilakukan dengan tes tertulis, observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan

percakapan, dan penugasan. Sedangkan untuk ranah keterampilan dapat

dilakukan dengan praktik dan penilaian produk untuk keterampilan kongkret.

Keterampilan abstrak dapat dilakukan dengan penilaian projek dan portofolio.

Hasil penilaian peserta didik setiap semester perlu diolah untuk

diadministrasikan kedalam buku laporan hasil belajar. Pelaporan hasil belajar

oleh Pendidik digunakan oleh Satuan Pendidikan untuk mengisi Rapor pada

akhir semester dan dapat digunakan untuk dianalisis dalam rangka untuk
mendapatkan umpan balik tentang berbagai komponen dalam proses

pembelajaran.

Proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah dilakukan perlu

dievaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar atau pengajaran,

sedangkan hasil belajar dievaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya

tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kualitas dan

ciri – ciri evaluasi yang baik adalah memiliki validitas, realibilitas dan

obyektivitas. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes

kemampuan dasar, penilaian akhir satuan Pendidikan, bench masrking dan

penilaian program.

Dalam pengukuran hasil belajar kita memerlukan alat-alat yang

digunakan dalam pengukuran seperti tes. Penyusunan tes hasil belajar dilakukan

dengan tahap menyusun layout, menulis soal, menata soal, menetapkan skor,

reproduksi tes, dan Analisa.


BAB II
MATERI BIDANG KEAHLIAN

2.1. Keselamatan, KesehatanKerja dan Lingkungan


Keselamatan kerja adalah upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan perlu menjamin proses produksi agar berlangsung secara aman, efisien dan
produktif. Komponen utama dalam keselamatan kerja di bengkel, yaitu: 1)
keselamatan diri/operator; 2) keselamatan mesin dan pendukungnya; serta 3)
keselamatan benda kerja yang dikerjakan.
Terdapat beberapa kegiatan standard yang harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan terkait penerapan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
(K3L) pada saat melakukan proses pemesinan, diantaranya:
1) Menggunakan pakaian kerja
Pakaian kerja yang dipakai harus pakaian kerja yang standar, yang
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: tidak mengganggu pergerakan
tubuh operator dan tidak terasa panas pada saat dipakai.
2) Menggunakan kaca pengaman (safety glass)
Kaca pengaman yang dipakai operator harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : mampu menutup semua bagian-bagian mata dari kemungkinan
terkena bram, tidak mengganggu penglihatan operator dan harus memiliki
lubang sebagai sirkulasi udara ke mata.
3) Menggunakan sepatu kerja
Sepatu kerja standar yang telah ditentukan adalah terbuat dari bahan kulit
dan alas terbuat dari bahan karet yang elastis tetapi tidak mudah rusak
karena berinteraksi dengan minyak pelumas (oli) dan untuk bagian ujung
dilapisi oleh plat besi yang digunakan untuk melindungi kaki apabila benda-
benda yang berat terjatuh.
4) Menempatkan peralatan kerja yang aman
Semua peralatan kerja harus diletakkan dan ditempatkan pada posisi yang
aman dan ditata dalam penempatannya sehingga mudah diambil pada saat
akan digunakan.
5) Tidak berkerumun di sekitar (didekat) mesin tanpa alat pelindung
Berkerumum di sekitar mesin tanpa alat pelindung dapat membahayakan
karena rawan terjadi kecelakaan akibat perlengkapan mesin yang terjatuh
atau loncatan tatal/beram.
6) Tidak menggunakan sarung tangan pada saat proses pemesinan
Menggunakan sarung tangan saat proses pemesinan sangat tidak dianjurkan
karena kepekaan tangan jadi berkurang, sehingga dalam melakukan
pengukuran menjadi kurang sensitive, selain itu tangan juga menjadi kurang
peka terhadap kejadian-kejadian lain yang dapat menyebabkan tangan rawan
kecelakaan.
7) Membuang sampah sesuai jenisnya
Sisa proses pemesinan sebaiknya jangan dibuang bersama sampah yang lain
supaya lebih mudah dalam proses pengolahannya.
Selain hal-hal standar yang harus dilakukan, ada pula rambu
keselamatan kerja yang harus diperhatikan. Rambu keselamatan berfungsi
sebagai:
1) Menarik perhatian terhadap adanya bahaya keselamatan dan kesehatan
kerja.
2) Menunjukkan kemungkinan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak
terlihat.
3) Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.
4) Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan alat pelindung
diri.
5) Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6) Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.
Salah satu contoh rambu keselamatan adalah simbol segitiga berwarna
kuning dengan tanda seru didalamnya dan disampingnya tertulis kata:
1) Danger (bahaya) : mengindikasikan bahwa situasi sangat berbahaya yang
mana bila diabaikan akan menyebabkan kematian atau cidera yang serius
atau kerusakan peralatan yang fatal.
2) Warning (peringatan) : mengindikasikan bahwa berpotensi menimbulkan
situasi berbahaya yang mana bila diabaikan akan menyebabkan kematian
atau cidera yang serius atau kerusakan peralatan yang fatal.
3) Caution (perhatian) : mengindikasikan adanya potensi berbahaya, yang
jika diabaikan, bisa menyebabkan cidera kecil atau menengah atau
kerusakan peralatan.
4) Notice (pemberitahuan) : menunjukkan informasi yang berhubungan
dengan produk atau bagian-bagian penting dari dokumentasi yang
memerlukan perhatian khusus.
2.2. ATURAN TEKNIK GAMBAR MESIN DAN TANDA PENGERJAAN
Toleransi adalah perbedaan antara penyimpangan atas dan penyimpangan
bawah dari setiap ukuran dasar, yang bertujuan agar benda kerja dapat
diproduksi secara massal pada tempat yang berbeda dan tetap dapat memenuhi
fungsinya, terutama fungsi mampu tukar untuk bagian yang berpasangan.
Toleransi umum adalah toleransi yang mengikat beberapa ukuran dasar,
sedangkan toleransi khusus hanya mewakili ukuran dasar dengan toleransi yang
dicantumkan.

Pada umumnya toleransi yang harus diberikan/dicantumkan pada gambar


kerja ada dua macam, yaitu:
a. Toleransi untuk poros, yang meliputi benda-benda padat bulat, segiempat,
dan bentu-bentuk prisma lainnya.
b. Toleransi untuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada
bantalan, alat pasak, rongga-rongga pada blok mesin, celah antara dua
bidang (alur pasak), dan semacamnya.
Suaian adalah perbedaan ukuran yang diijinkan untuk dua komponen
(lubang dan poros) yang akan dipasangkan. Tergantung dari kedudukan
masing-masing daerah toleransi dari lubang dan poros, terdapat tiga jenis
suaian, yaitu:
a. Suaian longgar (clearance fit), yaitu suaian yang selalu menghasilkan
kelonggaran dengan daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah
toleransi poros, sehingga setelah dipasang selalu ada celah (clearance)
karena lubang lebih besar dari poros.
b. Suaian sesak (interference fit), yaitu suaian yang selalu menghasilkan
kesesakan, dengan daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah daerah
toleransi, sehingga harus dipasang dengan cara paksa (dipres) karena poros
lebih besar dari lubang.
c. Suaian pas (transition fit), yaitu suaian yang dapat menghasilkan
kelonggaran atau kesesakan tergantung dari ukuran sesungguhnya setelah
benda kerja dibuat, dengan daerah toleransi lubang dan daerah toleransi
poros saling menutupi.
Ada dua cara dalam menentukan besarnya toleransi yang dikehendaki,
yaitu dengan system basis lubang dan system basis poros. System basis lubang
dilakukan dengan cara mengubah ukuan poros, sedangkan system basis poros
dilakaukan dengan mengubah ukuran lubang. System yang paling banyak
dipakai adalah system basis lubang karena pengerjaan lubang lebih sulit

daripada pengerjaan poros, juga alat ukur untuk mengukur lubang lebih mahal
dari alat ukur untuk mengukur poros.
Menurut ISO, toleransi ditunjukkan dengan huruf untuk kedudukan
daerah toleransi dan angka untuk kualitas toleransi, huruf besar untuk lubang
dan huruf kecil untuk poros. Kualitas toleransi dibagi menjadi 18 tingkatan
yaitu IT 01, IT 00, IT 1, IT 2,…IT 16 (IT = international tolerances ). Contoh :
ɸ 45g6, artinya diameter poros 45 mm, suaian longgar dalam system lubang
dasar dengan nilai toleransi dari tingkat IT 6.
Toleransi geometri atau bentuk adalah penyimpangan bentuk benda kerja
yang diijinkan apabila dibandingkan dengan bentuk yang dianggap ideal .
sedangkan toleransi posisi adalah penyimpangan posisi yang diijinkan terhadap
posisi yang digunakan sebagai patokan (datum feature). Penyajian lambang
toleransi geometri seperti gambar berikut :

Berikut adalah tabel lambang toleransi geometri


Kondisi permukaan suatu benda kerja berfungsi sebagai instruksi bagi
operator untuk melakukan penyelesaian akhir (finishing) pada suatu benda
kerja. Kondisi permukaan mencakup antara lain kekasaran permukaan dan
bekas pengerjaan (tekstur). Kekasaran permukaan adalah harga rata-rata
(Ra/roughness arithmetic). Berikut adalah nilai kekasaran dengan Ra dalam
satuan mikrometer (µm), 1 µm = 0,001 mm.
Lambang Ra
N1 0,025
N2 0,05
N3 0,1
N4 0,2
N5 0,4
N6 0,8
N7 1,6
N8 3,2
N9 6,3
N10 12,5
N11 25
N12 50

Penunjukan nilai kekasaran dan arah bekas pengerjaan dituliskan


dalam bentuk simbol, seperti gambar dibawah ini:
a : nili kekasaran (Ra) (N1 sampai N2)
b : cara pengerjaan, produksi atau pelapisan
c : kelebihan ukuran yang dikehendaki
d : arah bekas pengerjaan
e : panjang sampel (contoh)
f : nilai kekasaran lain, jika diperlukan
2.3. MENYAJIKAN GAMBAR 2D DENGAN SISTEM CAD

AutoCAD adalah sebuah program aplikasi (software) yang digunakan


untuk menggambar dan mendesain gambar baik 2D maupun 3D dengan cepat
dan akurat serta bisa digunakan untuk memodifikasi gambar dengan cepat pula.
Di dalam program AutoCad terdapat istilah system koordinat yaitu cara atau
bagaimana menggunakan koordinat dalam menggambar sebuah objek di
AutoCAD.
AutoCAD menyediakan beberapa cara untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu, salah satunya melalui tombol kendali pada keyboard, seperti :
a. Tombol [ Esc ]: digunakan untuk membatalkan suatu perintah
b. Tombol [ Ctrl ] : digunakan untuk melakukan tugas-tugas umum

Tombol Kombinasi Hasil


Ctrl + A Mode pilihan grup
Ctrl + B Mode snap
Ctrl + C Perintah copy clip
Ctrl + D Tayangan koordinat pada baris status
Ctrl + F Mode osnap
Ctrl + G Mode grid
Ctrl + H Sama dengan fungsi Backspace
Ctrl + J Sama dengan fungsi Enter
Ctrl + K Perintah Hyperlink
Ctrl + L Mode Ortho
Ctrl + M Sama dengan fungsi Enter
Ctrl + N Perintah New
Ctrl + O Perintah Open
Ctrl + P Perintah Plot atau Print
Ctrl + S Perintah Save
Ctrl + U Mode polar
Ctrl + X Perintah cutclip

Selain tombol kendali, ada pula tombol fungsi yang memudahkan


pengaktifan perintah dengan cepat. Berikut sebelas tombol fungsi pada
AutoCAD :
Tombol Fungsi Hasil
F1 Perintah Help
F2 Pengubahan layar dari grafik ke teks
F3 Mode Object Snap
F4 Mode Tablet
F5 Mode Isoplane
F6 Tayangan koordinat
F7 Mode Grid
F8 Mode Ortho
F9 Mode Snap
F10 Mode Polar
F11 Object Snap Tracking

Program AutoCAD akan membantu proses perencanaan menjadi mudah,


yaitu dengan memilih dan menetapkan terlebih dahulu :
a. Ukuran kertas
b. Satuan yang akan digunakan
c. Kepresisian yang diperlukan untuk gambar
d. Nama gambar
Untuk memberikan informasi lengkap pada suatu media tiga dimensi
dengan gambar proyeksi Orthogonal, maka diperlukan lebih dari satu bidang
proyeksi.
a. Proyeksi di kuadran I (proyeksi Eropa)
: simbol proyeksi Eropa

b. Proyeksi di kuadran III (proyeksi Amerika)


: simbol proyeksi Amerika

Konvensi atau ketentuan garis adalah standar yang didarkan tebal dan
jenis garis yang direncanakan untuk memperjelas keterbacaan gambar.
American National Standards Institute (ANSI) merekomendasikan dua jenis
ketebalan garis , yaitu garis tebal dan tipis.
Salah satu faktor yang membuat proses penggambaran menjadi cepat dan
efektif adalah tersedianya batang alat (tool bar). Untuk menggambar 2 dimensi,
tool bar yang sering digunakan antara lain:
a. Tool standar
Tool Bar Standard
Icon Nama Fungsi
Qnew Untuk membuka file yang tersimpan
dalam template baik berestensi .dwg, .dws
dan .dwt
Open Untuk membuka file gambar tersimpan
Save Untuk menyimpan gambar
Plot Untuk mencetak file gambar tertayang
Cut Untuk menghapus obyek
Copy Untuk mengcopy obyek atau gambar
Paste Untuk merekatkan obyek yang dicopy
b. Tool gambar
Tool Bar DRAW
Icon Nama Fungsi
Line Menggambar garis
Contruction Menggambar garis konstruksi
line
Polyline Menggambar garis banyak tunggal
Polygon Menggambar segi banyak beraturan
Rectangle Menggambar kotak
Arc Menggambar busur
Circle Menggambar lingkaran
Spline Menggambar garis spline
Ellipse Menggambar elips
Ellipse arc Menggambar busur elips
Hatch Menggambar arsir
Gradient Menggambar gradient
Region Menyatukan beberapa entity menjadi
satu obyek
Tabel Membuat atau menggambar tabel
Multiline Membuat teks
text

c. Tool modify
Tool Bar Standard
Icon Nama Fungsi
Erase Menghapus obyek
Copy Mengkopy obyek
Mirror Mencerminkan obyek
Offset Mengoffset obyek
Array Memperbanyak obyek dengan pola
teratur (segiempat dan lingkaran)
Move Memindahkan obyek
Rotate Memutar obyek pada sumbu Z
Scale Mengubah skala obyek
Strech Memperpanjang atau memperpendek
obyek
Trim Memotong garis
Extend Memperpanjang garis, polyline maupun
kurva
Break at Memutus obyek pada satu titik
point
Break Memutus bebas obyek
Join Menyambung garis yang terputus
Chamfer Membuat pinggulan sudut
Fillet Membuat radius dari dua garis yang
menyudut
Explode Memecah obyek menjadi beberapa entiti

2.4. MENGOPERASIKAN MESIN BUBUT

Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-


bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin
bubut. Mesin bubut (turning machine) adalah salah satu jenis mesin perkakas
yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan
pahat (tools) sebagau alat untuk menyayat benda kerja tersebut.
Berdasarkan cara pengoperasiannya mesin bubut dibagi menjadi dua
jenis, yaitu : mesin bubut manual (mesin bubut konvensional) dan mesin bubut
otomatis. Fungsi mesin bubut yaitu : membubut muka/facing, rata
lurus/bertingkat, tirus, alur, ulir, bentuk (profil), mengebor, memperbesar lubang,
mengkartel , dan memotong.
Bagian-bagian utama mesin bubut standar, adalah :
1) Kepala tetap (Head stock)
Di kepala tetap terdapat spindle utama mesin yang berfungsi sebagai
dudukan beberapa perlengkapan mesin, seperti : cekam (chuck), kollet,
senter tetap, atau pelat pembawa rata (face plate) dan pelat pembawa berekor
(driving plate).
2) Kepala lepas (Tail stock)
Kepala lepas digunakan sebagai dudukan senter putar, senter tetap, cekam
bor (chuck drill) dan mata bor bertangkai tirus yang yang pemasangannya
dimasukkan pada lubang tirus (sleeve).
3) Alas/Meja Mesin (Bed machine)
Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas, eretan,
penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan
waktu pembubutan.
4) Eretan (carriage)
Eretan terdiri dari tiga bagian/elemen, yaitu : eretan memanjang
(longitudinal carriage), berfungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah
memanjang mendekati atau menjauhi spindle mesin, secara manual atau
otomatis sepanjang meja/alas mesin dan sekaligus sebagai dudukan eretan
melintang; eretan melintang (cross carriage), berfungsi untuk melakukan
gerakan pemakanan arah melintang mendekati atau menjauhi sumbu senter,
secara manual/otomatis dan sekaligus sebagai dudukan eretan atas; eretan
atas (top carriage), berfungsi untuk melakukan pemakanan secara manual ke
arah sudut yang dikehendaki sesuai penyetelannya.
5) Poros transporter dan poros pembawa
Poros transporter adalah sebuah poros berulir berbentuk segi empat atau
trapezium dengan jenis ulir withworth (inchi) atau metric (mm), berfungsi
untuk membawa eretan pada waktu pembubutan secara otomatis. Sedangkan
poros pembawa adalah poros yang selalu berputar untuk membawa atau
mendukung jalannya eretan dalam proses pemakanan secara otomatis.
6) Tuas/Handel
Pengaturan tuas/handel pada setiap proses pembubutan harus berpedoman
pada tabel-tabel petunjuk pengaturan yang terdapat pada mesin bubut
tersebut.
7) Penjepit/pemegang pahat (Tools post)
Penjepit/pemegang pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat.
Ada dua macam bentuk penjepit/pemegang pahat, yaitu pemegang/rumah
pahat standar dan pemegang pahat dapat disetel (justable tool post).
Pada mesin bubut standar terdapat beberapa alat perlengkapan mesin,
diantaranya:
1) Alat pencekam/pengikat benda kerja
Berikut ini adalah alat pencekam benda kerja pada mesin bubut :
a. Cekam (chuck)
Merupakan salah satu alat perlengkapan mesin bubut yang fungsinya
untuk menjepit/mengikat benda kerja pada proses pembubutan.
Berdasarkan gerakan rahangnya, cekam dibedakan menjadi dua,
yaitu : cekam sepusat (self centering chuck) dan cekam tidak sepusat
(independent chuck).
Gambar 1.1 Cekam rahang tiga, empat dan enam sepusat (self
centering chuck)

Gambar 1.2. Cekam rahang empat tidak sepusat (independent chuck)


b. Cekam kolet (collect chuck)
Merupakan salah satu kelengkapan mesin bubut yang berfungsi untuk
menjepit/mencekam benda kerja yang memiliki permukaan relative
halus dan berukuran kecil.

Gambar 1.3. Macam-macam bentuk kolet


2) Alat pembawa
Yang termasuk alat pembawa pada mesin bubut adalah :
a. Pelat pembawa
Jenis pelat pembawa ada dua, yaitu : pelat pembawa permukaan
bertangkai (driving plate) dan pelat pembawa permukaan rata (face
plate). Pelat pembawa berbentuk bulat dan pipih, berfungsi untuk
memutar pembawa (lathe dog) sehingga benda kerja yang terikat akan
ikut berputar bersama spindle mesin.

Gambar 1.3. Pelat pembawa permukaan bertangkai dan pelat pembawa


rata
b. Pembawa (lathe dog)
Ada dua jenis pembawa (lathe dog), yaitu : pembawa berujung lurus
dan pembawa berujung bengkok. Fungsi alat ini adalah untuk
membawa benda kerja agar ikut berputar bersama spindel mesin.

Gambar. 1.4. Pembawa (lathe dog)


3) Alat penahan benda kerja
Alat penahan benda kerja ada dua, yaitu :
a. Penyangga/penahan
Merupakan salah satu perlengkapan mesin bubut yang digunakan
untuk menahan benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang.
Penyangga ada dua, yaitu : penyangga tetap (steady rest) dan
penyangga jalan (follow rest).
Gambar 1.5 macam-macam bentuk penyangga tetap
b. Senter
Senter terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk
mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter, yaitu
: senter tetap/mati (senter yang posisi ujung senternya diam tidak
berputar pada saat digunakan) dan senter putar (senter yang posisi
ujung senternya selalu berputar pada saat digunakan).
`

Gambar 1.6. Senter tetap dan senter putar


4) Alat bantu pengeboran
Alat bantu pengeboran adalah alat yang digunakan untuk mengikat alat
potong bor termasuk rimer, konterbor, dan kontersing pada proses
pembubutan. Berdasarkan system penguncian/pencekamannya, alat bantu
pengeboran ada dua jenis, yaitu : cekam bor dengan kunci dan cekam bor
tanpa pengunci (keyless chuck drill).

Gambar 1.7. Cekam bor dengan pengunci


Gambar 1.8. Cekam bor tanpa pengunci
Alat potong pada mesin bubut berfungsi untuk menyayat/memotong
benda kerja sesuai dengan tuntutan bentuk dan ukuran pada gambar kerja.
Beberapa macam alat potong pada mesin bubut antara lain adalah:
1) Bor senter (centre drill)
Merupakan salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi untuk
membuat lubang senter pada ujung permukaan benda kerja. Ada tiga jenis
bor senter, yaitu : bor senter standar (standar centre drill), bor senter dua
mata sayat (safety type centre drill), dan bor senter mata sayat radius (radius
form centre drill).

Gambar 1.9. Bor senter standar


2) Mata bor (twist drill)
Mata bor berfungsi untuk membuat lubang pada benda pejal. Dalam
membuat diameter lubang bor dapat disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu
tergantung dari diameter mata bor yang digunakan.
Gambar 1.10. mata bor tangkai lurus

Gambar 1.11. mata bor tangkai tirus

3) Kontersing (Countersink)
Kontersing adalah salah satu alat potong pada mesin bubut yang berfungsi
untuk membuat champer pada ujung lubang agar tidak tajam atau untuk
membuat champer pada ujung lubang untuk membenamkan kepala baut
berbentuk tirus.
Jika dilihat dari tangkainya, kontersing dibagi menjadi dua, yaitu kontersing
tangkai lurus dan kontersing tangkai tirus. Dan jika dilihat dari jumlah mata
sayatnya, kontersing dibagi menjadi enam, yaitu : kontersing mata sayat
satu, mata sayat dua, mata sayat tiga, mata sayat empat, mata sayat lima dan
mata sayat enam.

Gambar 1.12. kontersing tangkai lurus

Gambar 1.13. kontersing tangkai tirus


4) Konterbor (counterbor)
Konterbor berfungsi untuk membuat lubang bertingkat. Hasil lubang
bertingkat berfungsi sebagai dudukan kepala baut L. Jika dilihat dari
tangkainya, konterbor dibagi menjadi dua, yaitu konterbor tangkai lurus dan
tangkai tirus. Dan jika dilihat dari ujung mata sayatnya, dibagi menjadi dua
yaitu konterbor dengan pengarah dan konterbor tanpa pengarah.

(c)

(a) (b)
(d)
Gambar 1.14. macam-macam konterbor : (a) konterbor tangkai lurus; (b)
konterbor tangkai tirus; (c) konterbor dengan pengarah; (d) konterbor tanpa
pengarah

5) Rimer mesin (reamer machine)


Merupakan alat potong yang berfungsi untuk memperhalus dan
memperbesar lubang dengan toleransi dan suaian khusus sesuai tuntutan
pekerjaan, yang prosesnya benda kerja sebelumnya dibuat lubang terlebih
dahulu. Pembuatan lubang sebelum dirimer, untuk diameter sampai 10 mm
dianjurkan diameternta dibuat lebih kecil dari diameter nomial rimer yaitu
antara 0,15 ÷ 0,25 mm dan untuk lubang diameter 10 mm keatas, dianjurkan
dimeternya dibuat lebih kecil dari diameter nominal rimer yaitu antara 0,25
÷ 0,60 mm.

(a) (e)
(b) (f)

(c) (g)

(d)
Gambar 1.15. Macam-macam Reamer : (a) reamer pin tirus mata sayat lurus;
(b) reamer pin tirus mata sayat spiral; (c) Reamer pin tirus mata sayat helik;
(d) Reamer lurus tangkai lurus; (e) Reamer lurus tangkai tirus; (f) Reamer
tirus untuk pengasaran; (g) Reamer tirus untuk finishing
6) Kartel (knurling)
Kartel berfungsi untuk membuat alur-alur melingkar lurus atau silang pada
bidang permukaan benda kerja bagian luar atau dalam. Tujuan pengkartelan
bagian luar adalah agar permukaan bidang tidak licin pada saat dipegang,
sedangkan pada bagian dalam bertujuan untuk keperluan khusus misalnya
memperkecil lubang bearing yang sudah longgar. Bentuk/profil hasil
pengkartelan ada tiga jenis, yaitu : belah ketupat/intan, menyudut/silang dan
lurus.

Gambar 1.16. macam-macam bentuk gigi pisau kartel


7) Pahat bubut
Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/bahan yang digunakan
meliputi : baja karbon, baja kecepatan tinggi (high speed steels-HSS),
paduan cor nonferro (cast nonferrous alloys; cast carbides), karbida
(cemented carbides; hardmetals), keramik (ceramics), CBN (cubic boron
nitrides), dan intan (sintered diamonds & natural diamond).
Proses pembuatan pahat bubut dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
proses pencampuran (mixing) antara serbuk logam dengan bahan aditif,
proses pembentukan (forming), proses sintering, proses manufaktur dan
proses finishing.
Sifat-sifat yang dibutukan pada suatu alat potong agar menjadi alat yang
memiliki kemampuan pemotongan/performa yang baik adalah keras,
ulet/liar, tahan panas, dan tahan aus.
Macam/jenis pahat dapat dibedakan menurut beberapa klasifikasi tertentu,
diantaranya :
c. Menurut letak penyayatan
- Pahat bubut luar, digunakan untuk pembubutan benda kerja pada
bidang bagian luar.
- Pahat bubut dalam, digunakan untuk pembuatan benda kerja pada
bidang bagian dalam.
d. Menurut keperluan pekerjaan
- Pahat kasar (Roughing), digunakan untuk menyayat benda kerja
dalam waktu yang sesingkat mungkin (proses pengerjaan kasar).
- Pahat finishing,digunakan untuk menghasilkan permukaan benda
kerja yang halus.
e. Menurut letak sisi potongnya
- Pahat kanan, adalah pahat yang mempunyai mata potong yang sisi
potongnya menghadap ke kanan apabila pahat mata potongnya
dihadapkan ke arah kita.
- Pahat kiri, adalah pahat yang mempunyai mata potong yang sisi
potongnya menghadap ke kiri apabila pahat mata potongnya
dihadapkan ke arah kita.
f. Menurut fungsi
- Pahat rata, digunakan untuk permukaan rata pada bidang
memanjang.
- Pahat sisi/muka, digunakan untuk membuat pada permukaan benda
kerja.
- Pahat potong, digunakan khusus untuk memotong suatu benda kerja
hingga ukuran panjang tertentu.
- Pahat alur, digunakan untuk membentu profil alur pada permukaan
benda kerja.
- Pahat champer, digunakan untuk menchamper pada ujung
permukaan benda kerja dan sudut champer pada umumnya 45o.
- Pahat ulir, digunakan untuk membuat ulir pada permukaan benda
kerja, baik pembuatan ulir dalam maupun ulir luar.
Menurut standa ISO, terdapat 9 jenis pahat bubut, yaitu :
a. Pahat ISO 1 : digunakan untuk pembubutan memanjang dengan hasil
sudut bidangnya (plane angle) 75o.
b. Pahat ISO 2 : digunakan untuk pembubutan memanjang dan melintang
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 45o.
c. Pahat ISO 3 : digunakan untuk pembubutan memanjang dan melintang
(menjauh dari center) dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 93o.
d. Pahat ISO 4 : digunakan untuk pembubutan memanjang dengan
pemakanan kecil (finishing) dengan hasil sudut bidangnya (plane angle)
0o.
e. Pahat ISO 5 : digunakan untuk pembubutan melintang menuju center
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 0o.
f. Pahat ISO 6 : digunakan untuk pembubutan memanjang dengan hasil
sudut bidangnya (plane angle) 90o.
g. Pahat ISO 7 : digunakan untuk pembubutan alur menuju center dengan
hasil sudut bidangnya (plane angle) 0o.
h. Pahat ISO 8 : digunakan untuk pembesaran lubang tembus dengan hasil
sudut bidangnya (plane angle) 75o.
i. Pahat ISO 9 : digunakan untuk pembesaran lubang tak tembus dengan
hasil sudut bidangnya (plane angle) 95o.
Menurut standar DIN, terdapat 10 jenis pahat bubut, yaitu :
a. Pahat DIN 4971 : digunakan untuk proses pembubutan memanjang
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 75o.
b. Pahat DIN 4972 : digunakan untuk pembubutan memanjang dan
melintang (pembubutan muka/facing) dengan hasil sudut bidangnya
(plane angle) 45o.
c. Pahat DIN 4973 : digunakan untuk pembesaran lubang tembus dengan
hasil sudut bidangnya (plane angle) 75o.
d. Pahat DIN 4974 : digunakan untuk pembesaran lubang tak tembus
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 95o.
e. Pahat DIN 4975 : digunakan untuk pembubutan finishing arah
memanjang dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 45o.
f. Pahat DIN 4976 : digunakan untuk pembubutan memanjang dengan
pemakanan kecil (finishing) dengan hasil sudut bidangnya (plane angle)
0o.
g. Pahat DIN 4977 : digunakan untuk pembubutan melintang menuju
center dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 0o.
h. Pahat DIN 4978 : digunakan untuk pembubutan memanjang dan
melintang (menjauh dari center) dengan hasil sudut bidangnya (plane
angle) 93o.
i. Pahat DIN 4980 : digunakan untuk pembubutan memanjang dengan
hasil sudut bidangnya (plane angle) 90o, sehingga pada proses
pembubutan bertingkat selisih diameternya tidak terlalu besar dan hasil
sudut bidangnya dikehendaki siku (90o) pahatnya tidak perlu digerakkan
menjauhi sumbu senter.
j. Pahat DIN 4981 : digunakan untuk pembubutan alur menuju center
dengan hasil sudut bidangnya (plane angle) 0o.
Pahat bubut sisipan (inserts tips), dibedakan menjadi dua, yaitu :
d. Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan dibrasing : pembuatannya
hanya pada bagian ujung yang terbuat dari pahat bubut sisipan,
kemudian diikatkan dengan cara dibrasing pada ujung badan/bodi.
e. Pahat bubut sisipan (inserts tips) pengikatan diklem/dibaut :
pengikatannya dilakukan dengan cara pahat bubut sisipan klem/dibaut
diselipkan pada pemegang/holder.
Nama-nama geometris yang terdapat pada pahat bubut meliputi : sudut
potong samping (side cutting edge angle), sudut potong depan (front cutting
edge angle), sudut bebas tatal (side rake angle), sudut bebas sisi (side
clearance angle), dan sudut bebas depan (front clearance angle).
a. Pahat bubut rata
- Sudut potong total : 80o
- Sudut potong samping (side cutting edge angle) : 12o ÷ 15o
- Sudut bebas tatal (side rake angle) : 12º  ÷  20º
- Sudut bebas depan (front clearance angle) : 8º  ÷  10º
- Sudut bebas sisi (side clearance angle) : 10º ÷ 13º
b. Pahat bubut muka/facing
- Sudut potong total : 55o
- Sudut potong samping (side cutting edge angle) : 12o ÷ 15o
- Sudut bebas tatal (side rake angle) : 12º  ÷  20º
- Sudut bebas depan (front clearance angle) : 8º  ÷  10º
- Sudut bebas sisi (side clearance angle) : 10º ÷ 13º
c. Pahat bubut ulir segitiga
Pahat bubut ulir segitiga ada dua jenis, yaitu ulir metris (M) dengan
sudut puncak ulir sebesar 60o dan ulir Withwort dengan sudut puncak
ulir 55o.
d. Pahat bubut ulir segiempat
Seperti halnya pahat bubut ulir segitiga, besaran sudut-sudut kebasan
pahat ulir segiempat tergantung dari kisar/gang yang akan dibuat dan

kisar
dihitung dengan rumus : tg α = . agar pahat ulir tidak terjepit pada
π .d
saat digunakan perlu adanya penambahan sudut kebebasan pada saat
penggerindaan, yaitu masing-masing sisi ditambah antara 1o ÷ 3o, maka :
- Sudut bebas sisi depan : α pada d1+ 1º
- Sudut bebas sisi belakang : α pada d - 1º
Pertimbangan dalam memilih pahat bubut yang akan digunakan sebaiknya
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : bahan/material benda kerja,
kecepatan potong (cutting speed – Cs), kualitas permukaan (surface quality),
frekuensi penggunaan dan segi ekonomisnya.

Parameter pemotongan adalah informasi berupa dasar-dasar


perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut, yang meliputi :
1. Kecepatan potong (cutting speed – Cs)
Cs = π . d . n
Keterangan : d = diameter benda kerja (mm)
n = putaran mesin/benda kerja (putaran/menit = rpm)
π = nilai konstanta = 3,14
2. Kecepatan putaran mesin bubut (revolution per menit – rpm)
1000. Cs
n=
π .d
Keterangan : d = diameter benda kerja (mm)
Cs = kecepatan potong (meter/menit)
π = nilai konstanta = 3,14
3. Kecepatan pemakanan (feed – F)
F=f.n
Keterangan : f = besar pemakanan (mm/putaran)
n = putaran mesin (putaran/menit)
4. Waktu pemesinan bubut (tm)
a. Waktu pemesinan bubut rata
L la+l
tm = =
F F
Keterangan : F = kecepatan pemakanan (mm/menit)
n = putaran mesin (putaran/menit)
l = panjang pembubutan rata (mm)
la = jarak star pahat (mm)
L = panjang total pembubutan rata (mm)
b. Waktu pemesinan bubut muka
d
+la
tm = L 2
=
F F
Keterangan : d = diameter benda kerja (mm)

c. Waktu pengeboran
L l+ 0,3 d
tm = =
F F
Keterangan : l = panjang pengeboran (mm)
d = diameter mata bor (mm)

Persyaratan utama dalam melakukan proses pembubutan adalah,


pemasangan pahat bubut ketinggiannya harus sama dengan pusat senter.
Persyaratan tersebut harus dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan
geometri pada pahat bubut yang sedang digunakan.
Pembubutan yang harus dilakukan pada saat membubut permukaan
diantara, pertama : benda kerja berukuran pendek dapat dilakukan pencekaman
langsung dengan cekam mesin, kedua : untuk pemasangan benda kerja yang
memiliki ukuran tidak terlalu panjang, disarankan pemasangannya ditahan oleh
senter putar/tetap, dan ketiga : untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif
panjang dan pada prosesnya tidak mungkin dipotong-potong terlebih dahulu,
maka pada saat membubut permukaan harus ditahan dengan penahan benda kerja
yaitu steady rest. Proses pembubutan permukaan benda kerja dapat dilakukan
dari berbagai cara, yaitu :
 Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari sumbu
senter.
 Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian
kiri benda kerja.
Untuk menghindari terjadinya patah pada ujung mata sayat bor senter
akibat kesalahan prosedur, ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan yaitu
 Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang.
 Untuk benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan
benda kerja (steady rest).
 Sumbu senter spindel mesin harus satu sumbu dengan kepala lepas.
 Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang senter harus benar-benar rata.
 Putaran mesin bubut harus sesuai dengan perhitungan dan putaran mesin
harus berlawanan arah jaruh jam.
Proses pembubutan rata/lurus, ada beberapa cara pemegangan atau
pengikatannya, yaitu :
 Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif pendek, dapat dilakukan
dengan cara langsung diikat menggunakan cekam mesin.
 Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif panjang, pada bagian ujung
yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar.
 Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif panjang, pada bagian ujung
yang menonjol ditahan dengan senter putar dan pada bagian tengahnya
ditahan dengan penahan benda (steady rest).
 Pengikatan benda kerja dilakukan dengan cara ditahan diantara dua senter.
Pembubutan tirus (taper) dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
 Pembubutan tirus yang pendek ukuran panjangnya dengan cara membentuk
pahat bubut.
 Pembubutan tirus yang sedang ukuran pajangnya dengan cara menggeser
eretan atas.
 Pembubutan tirus bagian luar yang relatif panjang ukurannya dengan
menggeser kedudukan kepala lepas.
 Pembubutan tirus bagian luar/dalam yang relatif panjang ukurannya dengan
menggunakan perlengkapan tirus/tapper attachment.
Berdasarkan fungsinya, bentuk alur ada tiga jenis, yaitu : kotak, radius,
dan V. fungsi alur adalah: 1) untuk pembuatan alur pada poros lurus, berfungsi
memberi kebebasan pada saat benda kerja dipasangkan dengan
elemen/komponen lainnya atau memberi jarak bebas pada proses penggerindaan
terhadap suatu poros; 2) untuk pembubutan alur pada ujung ulir, bertujuan agar
baut/mur dapat bergerak penuh sampai pada ujung ulir.
Pembubutan profil adalah proses pembubutan untuk membentuk
permukaan benda kerja dengan bentuk sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Dalam
membentuk permukaan benda kerja dapat dilakukan dengan cara mengatur
gerakan pahat secara manual atau menggerakkan pahat secara otomatis dengan
menggunakan perlengkapan bubut copy dan cara lainnya dalah dengan
membentuk pahat bubut yang akan digunakan sesuai bentuk yang diinginkan.
Persyaratan yang dilakukan pada saat proses pemotongan di mesin
bubut, antara lain: menggunakan pahat potong yang standar goemetrinya; untuk
benda kerja yang berukuran pendek, pemasangan benda kerja harus kuat tidak
terlalu menonjol keluar dari rahang cekam; putaran mesin antara ¼ sampai 1/3
putara normal; bagian yang akan dipotong harus sedikit lebih lebar dibandingkan
dengan lebar mata pahatnya; untuk benda yang berukuran panjang, boleh
menggunakan penahan senter putar.
Pembubutan ulir dengan jumlah banyak, pada umumnya dilakukan
dengan cara : diroll, dicetak, dipress dan diproses pemesinan dengan mesin yang
desainnya hanya khusus digunakan untuk membuat ulir.
Bagian-bagian ulir terdiri dari dari gang (pitch-P), yaitu jarak puncak
ulir terdekat dan kisar (lead-L), yaitu jarak puncak ulir dalam satu putaran penuh.
Berdasarkan jumlah ulirnya, jenis ulir dibagi menjadi dua, yaitu ulir tunggal, jika
dalam satu keliling benda kerja hanya terdapat satu ulir dan ulir ganda.majemuk,
jika mempunyai lebih dari satu ulir dalam satu keliling lingkaran.
Macam-macam standar ulir untuk penggunan umum, adalah:
1. Metrik V thread standars
Jenis ulir ini disebut juga ulir segitiga metric yang merupakan salah satu
jenis ulir dengan total sudut ulir 60o dan memiliki kedalaman ulir baut (ular)
0,61P dengan radius pada dasar ulir 0,7P dan kedalaman ulir murnya (dalam)
0,54P dengan radius pada dasar ulirnya 0,07P. Penulisan ulir metric diberi
lambang M yang disertai diameter nominal dan gang/kisar ulirnya, misalnya
M 12x1,75, artinya standar ulir metric dengan diameter nominal 12 mm dan
gang/kisarnya 1,75 mm.
2. British standard Whitworth thread (BSW)
Jenis ulir ini memiliki satuan inchi dengan total sudut ulir 55o, kedalaman
ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dan radius pada dasar dan puncak
ulirnya adalah 0,137 inchi. Penulisan ulir whitworth diberi lambang BSW
atau W yang disertai diameter nominal dan gang/kisar ulirnya, misalnya W
½ x 14 artinya standar ulir whitworth dengan diameter nominal ½ inchi dan
gang/kisarnya 14 sepanjang satu inchi.
3. British standard fine thread (BSF)
Jenis ulir ini memiliki datuan dan profil yang sama dengan jenis ulir
whitworth yaitu memiliki ulir sebesar 55o, kedalaman ulir total 0,96 P,
kedalaman ulir riil 0,64 dengan pada dasar dan puncak ulirnya 0,1.
4. Unified national coarse thread (UNC)
Jenis ulir ini memiliki total sudut 60o dengan kedalaman ulir baut (luar)
0,614 P dan kedalaman ulir murnya (dalam) 0,54 P.
5. Unified national fine thread (UNF)
Jenis ulir ini memiliki profil yang sama dengan jenis ulir Unified national
coarse thread (UNC), perbedaannya kisar ulirnya lebih halus.
6. British association threa (BA)
Jenis ulir ini disebut juga ulir bola, memiliki total sudut 47,5 o dengan
kedalaman ulir 0,6 P dan radius pada ujung ulir 0,18 P.

Macam-macam standar ulir untuk penggunaan transmisi berat dan


gerak, diantaranya :
1. Square thread form
Jenis ulir ini disebut juga ulir segi empat karena bentuk ulirnya segi empat
dengan bentuk sudut yang siku.
2. Acme thread form
Jenis ulir ini disebut juga ulir acme yang memiliki bentuk ulir trapezium dan
sudut ulirnya 29o dan lebar puncak ulirnya 0,37 P.
3. Metric ISO trapezoidal thread
Jenis ulir ini disebut juga ulir trapezium karena memiliki bentuk ulir
trapezium dengan sudut ulirnya 30o.
4. Batres thread
Jenis ulir ini disebut juga ulir gergaji yang dibagi menjadi dua, yaitu ulir
gergaji dengan sudut total ulir 45o dan kedalaman ulir 0,75 P serta ulir
gergaji dengan sudut total ulir 50o dan kedalaman ulir 0,75 P.
a. Metode pemotongan ulir segitiga, dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
- Pemotongan tegak lurus terhadap sumbu (dengan eretan lintang).
- Pemotongan miring dengan menggeser eretan atas.
- Pemotongan zig-zag/bervariasi.
b. Arah pemotongan ulir, tergantung dari jenis ulirnya. Jika ulir kanan, arah
pemotongan ulir dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian
kanan dan jika ulir kiri, arah pemotongan ulir dimulai dari start awal dari
posisi ujung benda kerja bagian kiri.
c. Kedalaman pemotongan ulir, sebelum melakukan pemotongan ulir,

1
diameter nominal ulir dikurangi sebesar K atau dulir = dnominal x
10

1
K.
10
d. Proses pemotongan ulir segitiga pada mesin bubut dapat menggunakan
dua jenis pahat ulir, yaitu pahat ulir mata potong tunggal atau majemuk.

Pengeboran pada mesin bubut dilakukan dengan beberapa persyaratan,


diantaranya adalah:
a. Penonjolan benda kerja tidak boleh terlalu panjang, jika benda kerja
berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja (steady rest).
b. Senter kepala lepas disetting kelurusannya/kesepusatannya terlebih dahulu
dengan sumbu senter spindel mesin.
c. Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang bor harus dibuat lubang
pengarah dengan bor senter.
d. Putaran mesin harus sesuai perhitungan dan arah putarannya berlawanan arah
jarum jam.
Pada proses pembubutan dalam (boring), ada beberapa persyaratan
yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya getaran, yaitu :
1. Pemasangan pahat bubut dalam harus kuat dan setinggi senter.
2. Penonjolan benda kerja tidak boleh terlalu panjang, jika benda kerja
berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja (steady rest).
3. Sebelum dilakukan pembubutan lubang harus dilakukan pembuatan lubang
awal terlebih dahulu.
4. Putaran mesin harus sesuai perhitungan dan arah putarannya disesuaikan
dengan posisi mata sayat pahat dalam.
Mengkartel pada mesin bubut adalah proses pembuatan alur/gigi melingkar
pada bagian permukaan benda kerja dengan tujuannya agar permukaannya tidak

1
licin pada saat dipegang tangan. Putaran mesin pada saat mengkartel = xn ,
4 normal
dengan tujuan agar roll dan porosnya tidak mendapat beban yang berat dan
terjadi gesekan yang tinggi. Untuk mendapaykan diameter kartel sesuai dengan
ukuran yang diharapkan, sebelum dikartel diameter benda kerja terkebih dahulu

1 1 1
dikurangi sebesar ± ÷ kali kisar kartel atau D kartel =D−( x kisar kartel).
3 2 3

2.5. MENGOPERASIKAN MESIN FRAIS


Proses frais adalah suatu proses pelepasan logam dengan penyayatan
benda kerja oleh pisau yang berputar. Prinsip kerja mesin frais adalah gerak
potong dilakukan oleh pahat yang berasal dari putaran spindel dan gerak makan
oleh benda kerja yang berasal dari gerakan meja kerja secara translasi sebagai
pembawa benda kerja.
2.5.1. Bagian – Bagian Utama Mesin Frais Dan Perlengkapannya
Mesin frais memiliki bagiam – bagian utama sebagai berikut :
a. Head, merupakan tempat mekanisme motor penggerak terpasang untuk
menggerakkan spindle.
b. Spindle Utama, bagian untuk mencekam alat potong dan menggerakkan
arbor. Dibagi menjadi tiga jenis, yaitu vertical Spindle, Horizontal Spindle,
dan Universal Spindle.
c. Arbor, digunakan untuk mencekam pisau frais yang terpasang pada sumbu
utama.
d. Table, digunakan untuk clamping device atau benda kerja. Dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu Fixed table, Swivel table, dan Compund table.
e. Motor Drive, berfungsi untuk menggerakkan bagian -bagian mesin yang lain
seperti spindle utama, meja dan pendingin.
f. Transmisi, berfungsi menghubungkan motor penggerak dengan yang
digerakkan. Terdapat system transmisi gear box dengan v – belt.
g. Knee,bagian mesin untuk menopang meja mesin.
h. Saddle, terpasang pada knee yang bergerak keluar masuk kearah operator
secara manual dengan mengatur handwheel maupun secara otomatis.
i. Column, berfungsi untuk menyokong dan menuntun knee saat bergerak
vertical.
j. Base, berfungsi sebagai reservoir (penampung fluida pendingin).
k. Control, berfungsi mengatur bagian – bagian mesin yang bergerak baik
dengan control mekanik atau elektrik.
l. Feed dial dan Crossfeed Handwheel, feed dial digunakan untuk mengatur
gerakan meja saat pemekanan. Crossfeed Handwheel digunakan untuk
menggerakkan meja secara horizontal di depan column.
m. Kepala pembagi,
n. Ragum, digunakan untuk menjepit benda kerja. Terdiri dari beberapa
macam, yaitu ragum datar, ragum pelat, ragum universal sudut, dan ragum
busur.
Perlengkapan dari mesin frain adalah sebagai beirkut :
a. Kepala Vertikal, digunakan untuk mengganti gerakan spindle horizontal
menjadi gerakan spindle vertical.
b. Kepala lepas kecepatan tinggi, digunakan untuk mengatur kecepatan
spindle sehingga memungkinkan pisau kecil dijalankan secara efisien.
c. Kepala frais universal, dengan gerakan otomatis pekerjaan seperti heliks,
spiral, dan sejenisnya bias dilakukan.
d. Bor geser, digunakan untuk membuat lubang besar pada mesin frais.
e. Kepala frais putar, perlengkapan ini dipasang pada kolom dan mempunyai
spindle tersendiri yang digerakkan melalui poros fleksibel serta
menggunakan pisau diameter kecil.
f. Arbor, berfungsi sebagai pemegang pisau frais yang dipasangkan pada
spindle mesin.
g. Ragum mesin, dipasang dan dibaut diatas meja mesin yang terdiri dari tiga
type, yaitu lurus, ragum putar dan universal.
h. Kepala pembagi, membantu dalam membagi benda kerja menjadi bagian
yang sama seperti segitiga, segienam dan seterusnya.
i. Muja putar, digunakan untuk penempatan benda kerja yang presisi.
2.5.2. Alat Potong pada Mesin Frais
Alat pemotong yang digunakan pada mesin frais adalah pisau frais, alat
dengan batang silindris yang berputar dan dilengkapi dengan satu atau lebih gigi
serta menyayat benda kerja secara bergantian dengan mengambil material
dengan gerakan relative oleh benda kerja atau pisau. Pisau frais diklasifikasikan
menjadi empat klasifikasi umum, yaitu :
a. Karakteristik konstruksi : pisau pejal, pisau lidah sisipan, pisau sisipan
b. Bentuk gigi : profil dan bentuknya
c. Metode pemasangan
d. Pemakaian pisau : pisau alur T, pisau alur pasak, pisau roda gigi.
Pada pisau frais terdapat istilah – istilah sebagai berikut :
a. Clearance, untuk kebebasan dengan benda kerja
b. Cutting Edge, bagian yang menyentuh benda kerja
c. Rake, sudut aantara sisi gigi sepanjang sisi radius pisau.
Jenis – jenis pisau pada mesin frais :
a. Plain milling / Cylindrical Cutter (HSS), digunakan penyayatan permukaan
dan penyelesaian semua type material dilengkapi sisi potong kiri atau kanan,
heliks 300.
b. Shell end mill (HSS), digunakan untuk pengefraisan muka dan plat pada
semua type material.
c. End Mill, digunakan untuk pengefraisan muka, pengefraisan horizontal,
vertical, menyudut atau melingkar.
d. Slot Drill, digunakan untuk membuat alur pasak yang umumnya mempunyai
2, 3 atau 4 alur miring yang didesain untuk menyayat lurus ke bawah.
e. Single and Double Angle Cutter (HSS), digunakan untuk pengefraisan ulir,
alur V, gergaji, dan permukaan sudut lainnya.
f. Side and Fcar Cutters (HSS), pisau frais sisi dalam bentuk gigi lurus dan
berliku untuk yang ringan dan berat pengoperasian alur dalam pada baja dan
banyak untuk material lunak.
g. Convec Cutter (HSS)
h. Concave Cutters (HSS)
i. Corner Rounding Cutter (HSS), digunakan untuk membuat sudut radius
sampai seperempat lingkaran, dilengkapi sisi potong kiri atau kanan bentuk
relief.
j. Metal Sitting Saw (HSS), digunakan untuk pengaluran umum dan penerapan
pemotongan.
k. T Slot Cutter (HSS), digunakan untuk membuat alur T.
l. Dovetail Cutter (HSS), digunakan untuk emmbuat alur ekor burung
m. Involute Modul Gear Cutter, digunakan untuk menyayat gigi – gigi roda gigi
mulai dari 12 gigi sampai batang gigi.
n. Machine Reamer.
2.5.3. Mengoprasikan mesin Frais
Yang dimaksudprosedur pengoperasian mesin frais adalah, bagaimana
cara melakukan pengoperasian mesin frais dengan menerapkan prosedur dan tata
cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai penerapan
kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L).
a. Prosedur Sebelum Melakukan Pengoperasian Mesin Frais
- Mengecek kondisi mesin frasi sebelum dioperasikan
Sebelum melakukan pengoperasian mesin frais, harus melakukan
pengecekan kondisi mesin terlebih dahulu baik secara fisik maupun
melalui pembacaan data dari penggunaan mesin.
- Memahami fungsi bagian – bagian mesin frais sebelum mengoperasikan
Dengan memahami fungsi semua fungsi dari bagian – bagian mesin frais,
diharapkan tidak akan melakukan kesalahan pada saat mengoperasikan
mesin frais.
b. Prosedur Pengoperasian Mesin Frais
- Menghidupkan dan mematikan sumber arus listrik mesin, saklar ON-OFF
berfungsi untuk menghubungkan dan memutus sumber arus.
- Menghidupkan dan mematikan mesin, adalah kegiatan menghidupkan
motor penggerak mesin untuk memutar spindle utama mesin.
- Mengatur putaran dan arah putaran mesin frais, dilakukan dengan
mangatur handle atau tuas yang ada pada mesin.
- Mengatur feeding dan arah pemakanan mesin frais, dilakukan untuk
menghasilkan hasil pengefraisan yang halus dan keawetan alat potong.
- Mengoperasikan meja mesin frais, dapat dilakukan dengan memutar
handle yang ada pada meja mesin.
2.5.4. Teknik- Teknik Pengefraisan
Yang dimaksud dengan Teknik pengefraisan benda adalah bagaimana cara melakukan
berbagai macam proses pengefraisan benda kerja yang dilakukan dengan
menggunakan prosedur dan tata cara yang dibenarkan oleh dasar – dasar teori
pendukung.
A. Metode pemotongan pada proses pengefraisan
- Metode pemotongan searah adalah pemotongan yang datangnya benda
kerja searah dengan arah putaran cutter.
- Metode pemotongan beralawanan arah adalah adalah pemotongan
yang datangnya benda kerja berlawanan arah dengan arah putaran cutter.
- Metode pemotongan Netral adalah pemotongan yang terjadi apabila
lebar benda kerja yang disayat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
diameter cutter.
B. Teknik Pengikatan/Penjepitan Benda Kerja
- Teknik pengikatan benda kerja menggunakan ragum harus
dilakukan dengan melakukan terlebih dahulu pemasangan ragum pada
meja mesin frais. Prosedur yang benar untuk memasang ragum pada meja
mesin adalah dengan membersihkan meja dan landasan ragum, pasangkan
ragum ditegah – tengah meja mesin, dan mengecek kesejajaran ragum.
Pada saat pemasangan benda kerja pada ragum harus menggunakan
pararel dan sebelum dikencangkan pukul benda kerja secara perlahan
dengan palu lunak hingga benda kerja berkedudukan dengan baik pada
permukaan pararel pad.
- Teknik Pengikatan/Pencekaman Benda Kerja Dengan Rotary Table
harus dilakukan dengan prosedur yang benar, yaitu dengan membersihkan
landasan meja putar, pasangkan meja putar kurang leboh di tengah –
tengah meja mesin, periksa kesepusatan meja putar dan kencangkan baut
pengikat.
- Teknik Pengikatan/Pencekaman Benda Kerja dengan Klem Mesin
dilakukan jika benda kerja memiliki bentuk dasarnya rata/datar. Untuk
benda kerja yang memiliki bentuk bulat, pencekamannya dapat dilakukan
dengan klem mesin dan alat bantu blok V.
C. Setting Pisau Frais
Kegiatan setting pisau frais, dilakukan agar kedalaman pemotongan sesuai yang
diinginkan. Setting pada posisi nol mengawali proses pemotongan, salah
satunya dapat dilakukan dengan cara menggunakan kertas.
D. Teknik pengefraisan benda kerja
- Teknik pengefraisan Horizontal dilakukan dengan jenis mesin frais
horizontal, dan alat potong yang digunakan adalah pisau frais mantel.
Pengefraisan dilakukan dengan menentukan putaran mesin dan feeding
mesin. Tentukan metode pemotongan dengan menggunakan pemotongan
berlawanan arah, selanjutnya lakukan pemakanan dengan arah putaran
jarum jam jika pisau yang digunakan arah mata sayatnya helik kiri.
Dalam memutar handle tidak boleh berlawanan arah dari setting awal,
karena akan menimbulkan kesalahan setting yang akan mengakibatkan
jarak hasil pengefraisan tidak tepat.
- Teknik pengefraisan vertical dilakukan dengan menggunakan pisau frais
Shellendmill Cutter. Langkah kerja pengefraisan rata posisi pemotongan
tegak pada prinsipnya sama dengan mengefrais rata posisi pemotongan
horizontal. Maka dari itu dalam melaksanakan pengefraisan rata posisi
pemotongan tegak, prinsipprinsip langkah kerja utamanya ikuti
sebagaimana pengefraisan rata posisi pemotongan mendatar.
- Teknik membuat lubang senter pada mesin frais dilakukan untuk
mendapatkan pengarah sebelum melakukan pengeboran pada mesin frais.
Untuk melakukannya tentukan dahulu putaran mesin. Diameter terkecil
pada ujung mata sayat sentre drill adalah yang digunakan acuan dasar
1000
perhitungan untuk menentukan kecepatan putaran dengan rumus n¿
π .d
rpm.
- Teknik mengebor pada mesin frais adalah pembuatan lubang dengan alat
potong mata bor. Ada beberapa persyaratan Teknik yang harus dilakukan
pada saat pengeboran, yaitu kepala tegak harus disetting
ketegaklurusannya terlebih dahulu dengan gerakan meja, permukaan
benda kerja sebelum dibuat lubang bor harus dibuat lubang pengarah
dengan bor senter, putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah
putarannya harus searah jarum jam.
- Teknik pengefraisan alur.
Pengefraisan alur yang dapat dilakukan terdiri dari beberapa bentuk alur yang
dihasilkan. Alur berbentuk V posisi horizontal dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau frais sudut yang besaran sudutnya disesuaikan
kebutuhan. Pengefraisan alur pasak dapat dilakukan dengan posisi
horizontal menggunakan side and face milling cutter dan posisi vertical
menggunakan pisau frais endmill cutter.
2.5.5. Teknik Pengefraisan Dalam Membuat Roda Gigi

Proses frais gigi sebenarnya sama dengan frais bentuk, tetapi karena
bentuknya yang spesifik, serta proses pencekaman dan pemilihan alat potong
berbeda maka akan dibahas lebih detail. Dari informasi yang diperoleh dari
gambar kerja, untuk proses frais roda gigi diperoleh data tentang jumlah gigi,
bentuk profil gigi, modul, sudut tekan, dan dimensi bakal roda gigi.
Dari informasi tersebut perencana proses frais gigi harus menyiapkan:
kepala pembagi, alat potong frais gigi, dan perhitungan elemen dasar (putaran
spindel, gerak makan, dan kedalaman potong). Kepala pembagi digunakan
sebagai pemegang roda gigi (mandrel).
Gambar 2.14. Proses frais roda gigi dengan mesin frais horisontal dan dengan
mesin frais vertical

Apabila bentuk benda kerja silindris, maka untuk memegang benda kerja
digunakan kepala pembagi (Dividing Head). Kepala pembagi (Gambar 6).
ini biasanya digunakan untuk memegang benda kerja silindris, terutama
untuk keperluan :
a. Membuat segi banyak
b. Membuat alur pasak
c. Membuat roda gigi (lurus, helik, payung)
d. Membuat roda gigi cacing.

Alat bantu pemegang benda kerja di mesin frais yang lain yaitu meja putar
(Rotary Table). Meja putar ini diletakkan diatas meja mesin frais, kemudian
ragum atau cekam rahang tiga bisa diletakkan di atasnya. Dengan bantuan meja
putar ini proses penyayatan bidang- bidang benda kerja bisa lebih cepat, karena
untuk menyayat sisi-sisi benda kerja tidak usah melepas benda kerja, cukup
memutar handel meja putar dengan sudut yang dikekendaki. Selain itu dengan
meja putar ini bisa dibuat bentuk melingkar, baik satu lingkaran penuh (360 o)
atau kurang dari 360o.
Benda kerja yang dikerjakan di mesin frais tidak hanya benda kerja yang
bentuknya teratur. Benda kerja yang berbentuk plat lebar, piringan dengan
diameter besar dan tipis, dan benda hasil tuangan sulit dicekam dengan ragum.
Untuk memasang benda kerja pada kepala pembagi harus menggunakan poros
bantu atau mandrel sebagai pemegang benda kerja
- Siapkan mandrel atau poros bantu dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran
lubang benda kerja
- Pasang benda kerja pada mandrel dan kencangkan mur pengikat sehingga
benda kerja terpasang dengan kuat pada mandrel
- Pasang benda kerja pada cekam (chuk) kepala pembagi dengan menjepit
tangkai mandrel
- Periksa apakah kedudukan benda kerja telah terpasang pada kepala pembagi
dengan benar (sentris) yaitu jika diputar tidak oleng. Apabila benda kerja
oleng maka setelah difrais hasilnya kedalaman profil gigi tidak sama.

Gambar 2.16. Ilustrasi posisi pemasangan benda kerja pada kepala pembagi
terhadap kedudukan pisau modul
Jika perbandingan putaran ulir cacing dan roda gigi cacing pada kepala pembagi
i= 40, jumlah gigi pada roda gigi yang akan dibuat = Z, maka putaran engkol
kepala pembagi (Nc) adalah:
i
N c=
Z

Roda gigi lurus dapat diproduksi secara komersial dengan metode pengecoran
pasir, die casting, stamping, ekstrusi, dan metalurgi serbuk. Semua proses ini
digunakan untuk roda gigi dengan resistansi rendah, transmisi daya rendah, dan
akurasi yang relatif rendah.
Sementara itu untuk proses pengefraisan roda gigi yang umum dilaksanakan di
bengkel adalah dengan menggunakan dua jenis mesin, mesin frais horisontal dan
mesin frais vertikal. Pembuatan roda gigi dengan mesin frais horisontal
menggunakan pisau modul, sementara pembuatan dengan mesin frais vertikal
menggunakan pisau end-mill.

Cutter

vc vc
Cutter
fa fa
WP

WP

Gambar 2.17. Pembutan roda gigi dengan mesin frais horisontal dan vertikal

Ada dua sistem untuk merencanakan ukuran roda gigi lurus yaitu, (a) Sistem
diametral pitch dan Circular pitch, (b) Sistem modul
a) Sistem Diametral pitch dan Circular pitch
Roda gigi lurus dengan sistem diametral pitch menggunakan ukuran dengan
satuan inchi. Yang dimaksud diametral pitch (Dp), adalah jumlah atau
banyaknya gigi pada diameter jarak antara (diameter kisar) sepanjang satu
inchi. Nilai diametral pitch (Dp) selalu bulat.
jumlah gigi
Diametral pitch, Dp =
panjang kisar satuinchi
Z
Dp=
D
Gambar 2.18. Profil gigi sistem Diametral pitch

Circular pitch (Cp) adalah : panjang busur lingkaran jarak antara


dua gigi yang berdekatan dalam satuan inchi.
7/1
1/8 2/16 1/4 5/16 3/8 1/2 9/16 5/8 3/4
6
11/ 11/ 13/ 21/
7/8 1 11/4 13/8 2 3
8 2 4 2

Tabel 2.1. Circular pitch (Cp)


b) Sistem Modul
Roda gigi lurus dengan sistem modul banyak digunakan di negara – negara
yang menggunakan satuan metris. Modul atau modulus adalah perbandingan
antara diameter lingkaran kisar roda gigi dengan jumlah giginya. Jika
diameter lingkaran roda gigi lurus adalah D mm, jumlah gigi Z, maka
besarnya modul m adalah :
D
m=
z
Modul ini seterusnya digunakan sebagai ukuran standar pisau frais pada
pembuatan roda gigi. Oleh sebab itu pisau frais roda gigi juga sering disebut
pisau modul.
Gambar 2.19. Profil roda gigi lurus
Keterangan :
- Modul = m (mm)
- Kepala gigi / addendum = ha(mm)
- Kaki gigi / deddendum = hf (mm)
- Tingg gigi = H (mm)
- Lebar gigi = b (mm)
- Kisar / jarak bagi / tusuk = p(mm)
- Jumlah gigi = Z buah
- Diameter lingkaran kisar = D (mm)
- Diameter lingkaran kepala = Da (mm)
- Diameter lingkaran kaki = Df (mm)

Modul, m ;
D
m=
Z
Dimana : m = modul
D = diameter lingkaran kisar atau lingkaran jarak bagi
Z = jumlah gigi

Kepala gigi atau addendum :


Ha=m

Dimana : Ha = addendum atau kepala gigi


m = modul

Kaki gigi/Dedendum:
Menurut standard DIN 780 hf =1,16 ∙m
Menurut standard NEN 1629 hf =1,25∙ m

Tinggi gigi = kepala gigi + kaki gigi : H=ha+hf


Menurut standar DIN 780
H=m+1,16 ∙ m H=2,16 ∙ m

Menurut standar NEN 1629


H=m+1,25 ∙ m H=2,25 ∙ m

Lebar gigi b = 6 s/d 8 ∙ m untuk komponen mesin otomotif


Lebar gigi b = 8 s/d 12 ∙ m untuk komponen mesin umum

Kisar / tusuk / jarak bagi :


p=π ∙ m
Diameter lingkaran kisar : D
Jumlah gigi : Z
Kisar atau jarak bagi : p
Keliling lingkaran kisar = π ∙ D=Z ∙ p=Z ∙ π ∙ m

Jadi diameter lingkaran kisar : D=Z ∙ m

Diameter lingkaran kepala atau lingkaran luar = Da


Da = diameter lingkaran kisar + 2
kepala gigi Da=D+2 ∙ m
Da = D + 2 ha atau
Da=(Z +2)∙ m

Diameter lingkaran kaki atau lingkaran


dalam = Df
Df = diameter lingkaran kisar 2∙ kaki
gigi Df =D−2 ∙(1,16 m)
Df = D - 2 hf menurut standar DIN 780

Da=D−2,32∙ m

Df = D – 2 hf menurut standar
Df =D−2 ∙(1,25 ∙ m)
NEN 1629

Df =D−2,5 ∙ m

Berdasarkan hasil perhitungan pada contoh di atas, untuk mempermudah


pengerjaan terlebih dahulu dibuat gambar dari kedua roda gigi lurus tersebut.
Dengan gambar kerja dapat dibuat sepasang roda gigi lurus dengan
menggunakan mesin bubut dan mesin frais. Untuk membuat sebuah roda gigi
ada dua tahap yaitu: membuat blank atau bakalan roda gigi dan pemotongan
profil gigi.
Urutan langkah untuk mengefrais roda gigi lurus adalah sebagai berikut:
- Memasang benda kerja pada kepala pembagi
- Memilih pisau modul
- Menghitung putaran engkol kepala pembagi
- Seting kedudukan pisau modul terhadap benda kerja
- Mengefrais roda gigi lurus.
Setelah pengerjaan bakalan roda gigi selesai, langkah selanjutnya adalah
memasang benda kerja pada kepala pembagi. Untuk memasang benda kerja
pada kepala pembagi harus menggunakan poros bantu atau mandrel sebagai
pemegang benda kerja
- Siapkan mandrel atau poros bantu dengan ukuran yang sesuai dengan
ukuran lubang benda kerja
- Pasang benda kerja pada mandrel dan kencangkan mur pengikat sehingga
benda kerja terpasang dengan kuat pada mandrel
- Pasang benda kerja pada cekam (chuk) kepala pembagi dengan menjepit
tangkai mandrel
- Periksa apakah kedudukan benda kerja telah terpasang pada kepala
pembagi dengan benar (sentris) yaitu jika diputar tidak oleng. Apabila
benda kerja oleng maka setelah difrais hasilnya kedalaman profil gigi tidak
sama.

Jika perbandingan putaran ulir cacing dan roda gigi cacing pada kepala
pembagi i= 40, jumlah gigi pada roda gigi yang akan dibuat = Z, maka putaran
engkol kepala pembagi (Nc) adalah:

i
N c=
Z
40 12 3
N c= =1 =1 putaran
28 28 7
Jika pelat indek atau pelat pembagi dengan jumlah lubang yang tersedia sebagai
berikut :

Tabel 2.2 Tabel jumlah lubang pelat indek


15 16 17 18 19 20 21 23 27
29 31 37 39 41 43 47 49

Dari tabel di atas dipilih jumlah lubang yang dapat dibagi 7, misal jumlah
lubang 21, maka putaran engkol kepala pembagi :
3 3 9
N c =1+ ∙ =1+ putaran
7 3 21
Jadi setiap pemotongan gigi engkol kepala pembagi diputar :
Nc = 1 putaran + 9 jarak lubang pada plat indek 21.

Setelah diketahui ukuran-ukuran pokok roda gigi lurus, langkah selanjutnya


yaitu memilih pisau frais yang sesuai dengan modul dan jumlah gigi yang akan
dibuat. Berdasarkan jumlah gigi yang akan dikerjakan, setiap set pisau modul
terdiri atas 8 buah yaitu :

Tabel 2.3. Nomor Pisau Modul

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumla
55- 135-
h gigi 12-13 14-16 17-20 21-25 26-34 35-54
134 ~
Z

Dari tabel di atas roda gigi satu (penggerak) dengan jumlah gigi 28
menggunakan pisau modul nomor 5, sedang roda gigi dua (yang digerakan)
menggunakan pisau frais nomor 6.

Tabel 2.4. Pemilihan pisau modul

Roda gigi Jumlah gigi Z Nomor pisau modul


Roda gigi 1 Z 1 = 28 Nomor 5
Roda gigi 2 Z 2 = 35 Nomor 6

Untuk mendapatkan hasil yang presisi, maka sebelum pengefraisan roda gigi
terlebih dahulu dilakukan seting kedudukan alat potong / pisau modul, benda
kerja, serta mesin frais. Agar profil gigi simetris maka sumbu / titik tengah
dari tebal pisau modul harus sejajar dengan sumbu vertikal benda kerja.
Ada beberapa cara seting untuk mendapatkan kedudukan sebagaimana
ketentuan di atas, yaitu :
1) Garis tengah atau titik tengah pisau modul diatur sehingga segaris.dengan
senter penahan ujung benda kerja pada kepala pembagi.
Gambar 2.20. Titik tengah pisau modul segaris dengan senter
2) Untuk seting kedudukan pisau modul terhadap benda kerja yang lebih teliti
dapat dilakukan dengan cara sebagaimana gambar di bawah :
(a) Dengan bantuan siku – siku diletakan di atas meja meja mesin atur
kedudukan tepi pisau modul lurus dengan tepi benda kerja
(b) Geser pisau modul sejauh x :
D b D−b
X= − X=
2 2 ⇒ 2
Keterangan : X = jarak pergeseran pisau modul
D= diameter benda kerja
b= tebal pisau modul

Gambar 2.21 Seting pisau frais dengan bantuan penyiku


Gambar 2.22. Kedudukan pisau modul sejajar sumbu vertikal benda kerja

3) Seting nol untuk menentukan kedalaman pemakanan


Untuk seting nol kedudukan pisau frais terhadap benda kerja dilakukan
dengan cara menempelkan secarik kertas tipis di bagian atas benda kerja.
Agar tidak lepas terlebih dahulu kertas dibasahi. Selanjutnya hidupkan mesin
dan gerakan benda kerja mendekati pisau frais sampai pisau frais menyentuh
kertas tipis. Penggunaan kertas tipis dimaksudkan untuk membatasi agar
pisau frais tidak menggores permukaan benda kerja. Selanjutnya atur skala
spindel meja mesin frais pada posisi nol.

Gambar 2.23. Cara seting nol kedudukan pisau frais


Setelah selesai seting nol, maka kedudukan permukaan benda kerja dan
pisau frais segaris. Untuk mengefrais roda gigi lurus dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
(a) Bebaskan benda kerja dari pisau modul.
(b) Menentukan kedalaman penyayatan dilakukan dengan menaikan
benda kerja (meja mesin frais). Untuk memotong profil gigi dengan
kedalaman sebesar H (tinggi gigi) dapat dilakukan dalam satu kali
penyayatan. Namun jika ukuran modul besar, maka pemotongan gigi
dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan mesin dan
alat potong (pisau modul). Misal pemotongan tinggi gigi sedalam H
= 4,32 mm jika dilakukam dalam tiga kali penyayatan :
- Pemotongan kesatu sedalam = 1,5 mm
- Pemotongan kedua sedalam = 1,5 mm
- Pemotongan ketiga sedalam = 1,32 mm
(c) Hidupkan mesin dan gerakan benda kerja berlawanan arah dengan
putaran pisau modul. Setelah selesai seluruh permukaan terpotong,
selanjutnya gerakan benda kerja kembali pada posisi awal sebelum
penyayatan.
(d) Putar benda kerja sejauh Nc = 1 putaran + 9 jarak lubang pada plat
indek 21.
(e) Lakukan penyayatan profil gigi dengan menggerakan benda kerja
berlawan arah terhadap putaran pisau modul. Ulangi langkah d dan
langkah e terus menerus sehingga seluruh profil gigi terpotong,
dengan demikian pemotongan profil gigi sedalam 1,5 mm selesai.
(f) Naikan benda kerja sejauh 1,5 mm dan ulangi langkah langkah diatas
sehinga seluruh profil gigi terpotong sedalam 3 mm yaitu
pemotongan kesatu sedalam 1,5 mm + pemotongan kedua sedalam
1,5 mm = 3 mm.
(g) Naikan benda kerja sejauh 1,32 mm dan ulangi langkah langkah
diatas sehinga seluruh profil gigi terpotong sedalam 3 mm yaitu
pemotongan kesatu sedalam 1,5 mm + pemotongan kedua sedalam
1,5 mm + pemotongan ketiga sedalam 1,32 mm = 4,32 mm.
(h) Matikan mesin dan lepas benda kerja. Seteusnya bersihkan cip di
bagian tepi benda kerja dengan menggunakan kikir instrumen.

1) Pembuatan Batang Bergigi (Rack)


Rack gear atau Roda gigi rack merupakan roda gigi dengan gigi-gigi
yang dipotong lurus. Rack gear yang memiliki gigi yang dipotong lurus
dengan arah melintang sepanjang batang rack gear disebut roda gigi rack
lurus. Sementara itu untuk pasangan roda gigi helik adalah roda gigi rack
miring.
Rack gear biasanya berpasangan dengan sebuah roda gigi yang
dinamakan roda gigi pinion. Pasangan rack gear dan roda gigi pinion
digunakan untuk merubah gerakan putar roda gigi pinion menjadi gerak lurus
rack gear. Gerak putar yang dirubah menjadi gerak lurus, biasanya pada
kecepatan yang lambat atau kecepatan putaran tangan. Gerak putar dari
engkol menggerakkan roda gigi pinion, dan roda gigi pinion menggerakkan
batang bergerigi..
Panjang rack gear menentukan cara bagaimana benda kerja tersebut di
buat. Apabila gigi rack akan dibuat pada mesin frais untuk mempermudah
pengerjaan maka panjang rack gear sebaiknya dibuat lebih pendek dibanding
dengan gerakan melintang meja mesin frais. Dengan demikian pemotongan
gigi rack dikerjakan dengan dijepit melintang pada meja mesin frais.
Untuk merencanakan sebuah batang bergigi terlebih dahulu harus
ditentukan beberapa komponen utama, yaitu :
Gambar 2.24. Profil gigi rack
- Modul gigi, = m (mm)
- Kisar atau jarak bagi, = p (mm)
- Jumlah gigi, = Z buah
- Tinggi gigi, = H (mm)
- Lebar gigi, =b (mm)
- Panjang gigi rack, = L (mm)

Modul gigi, m = adalah faktor perbandingan antara kisar atau jarak bagi
dengan π (3,14)
Modul gigi :

p L
m= m=
π π∙ Z
atau

Kisar atau jarak bagi (pitch) adalah jarak antara profil gigi yang satu terhadap
profil gigi berikutnya yang diukur pada garis kisar

Kisar / pitch : p=π ∙ m

Tinggi gigi = kepala gigi ditambah kaki gigi. Ukuran kepala gigi =
modul gigi (m), sedang ukuran kaki gigi = modul gigi ditambah kelonggaran.
Tinggi gigi adalah jarak dari puncak kepala gigi sampai dengan dasar kaki
gigi yang besarnya = (2 x modul) + kelonggaran. Menurut standard DIN
besarnya kelonggaran = 0,16 x modul, sedang menurut standard NEN
besarnya kelonggaran = 0,25 x modul. Tinggi gigi juga merupakan ukuran
dalamya pemotongan profil gigi.
Tinggi gigi :
Menurut standard DIN
H=(2 ×m)+ 0,16∙ m

H=2,16 ∙ m

Menurut standard NEN


H=(2 ×m)+ 0,25∙ m

H=2,25 ∙ m

Lebar gigi untuk beban b=6 ÷ 10∙ m


ringan :

Lebar gigi untuk beban berat : b=10 ÷16 ∙ m

Panjang gigi rack : L=Z ∙ p

2.6. MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA

2.6.1 Mesin Gerinda datar

Mesin gerinda datar (surface grinding machine) adalah salah satu jenis
mesin perkakas yang berfungsi untuk menghaluskan / memfinishing
permukaan benda kerja pada bidang datar/rata, dengan tingkat hasil kehalusan
permukaan dapat mencapai sampai dengan N5. Macam-macam mesin
gerinda datar
Mesin gerinda datar diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
1. Mesin gerinda datar berdasarkan posisi sumbu spindel utama dan gerakan
meja
a) Mesin gerinda datar spindel horizontal dengan gerak meja bolak-balik
Prinsip kerja dari mesin gerinda jenis ini adalah proses pemotongan
terjadi apabila roda gerinda berputar pada posisi horizontal (searah
jarum jam) dan bersentuhan/bersinggungan dengan benda kerja yang
bergerak mendatar bolak-balik.
b) Mesin gerinda datar spindel horizontal dengan gerak meja berputar
Prinsip kerja dari mesin gerinda ini adalah proses pemotongan terjadi
apabila roda gerinda berputar pada posisi horizontal (searah jarum jam)
dan bersentuhan/bersinggungan dengan benda kerja yang bergerak
mendatar mengikuti gerakan meja yang berputar.
c) Mesin gerinda spindel vertical dengan gerak meja bolak-balik
Prinsip kerja dari mesin gerinda jenis ini adalah proses pemotongan
terjadi apabila roda gerinda berputar pada posisi vertical (searah jarum
jam) dan bersentuhan/bersinggungan dengan benda kerja yang bergerak
mendatar bolak-balik mengikuti gerakan meja.
d) Mesin gerinda datar spindel vertical dengan gerak meja berputar
Prinsip kerja dari mesin gerinda ini adalah proses pemotongan terjadi
jika roda gerinda berputar pada posisi vertical (searah jarum jam) dan
bersentuhan/bersinggungan dengan benda kerja yang bergerak mendatar
mengikuti gerakan meja yang berputar.
2. Mesin gerinda datar berdasarkan pelayanan pengoperasiannya
a) Mesin gerinda datar manual
Merupakan mesin gerinda yang dalam menggerakkan/mengatur meja
untuk setting dan pemakanan arah memanjang maupun melintang
termasuk mengatur posisi spindel roda gerinda harus dilakukan secara
manual, karena mesin ini difasilitasi dengan system mekanik.
b) Mesin gerinda datar semi otomatis
Merupakan mesin gerinda yang dalam menggerakkan/mengatur meja
arah memanjang dapat dilakukan secara otomatis (tidak termasuk
gerakan melintang dan spindel mesin).
c) Mesin gerinda datar otomatis
Merupakan mesin gerinda yang dalam menggerakkan/mengatur meja
untuk setting dan pemakanan arah memanjang maupun melintang
termasuk mengatur posisi spindel roda gerinda harus dilakukan secara
otomatis.
d) Mesin gerinda datar computer numerical control (CNC)
Merupakan mesin gerinda yang dalam menggerakkan/mengatur meja
arah memanjang maupun melintang termasuk mengatur posisi spindel
roda gerinda dan besar pemakanan dapat dilakukan secara otomatis
melalui pemrograman dari computer.

2.6.1.1. Bagian-bagian mesin gerinda datar


Bagian-bagian mesin gerinda datar spindel horizontal dapat dilihat dari
gambar dibawah ini :
Gambar…..Mesin gerinda datar spindel horizontal

Keterangan :

1) Body mesin, berfungsi sebagai dudukan bagian-bagian mesin


lainnya.
2) Kolom mesin, berfungsi sebagai dudukan spindel dan motor
penggerak.
3) Spindel mesin, berfunsi sebagai dudukan roda gerinda.
4) Roda gerinda, berfungsi sebagai alat potong pada saat melakukan
penggerindaan.
5) Dudukan meja magnetic, berfungsi sebagai dudukan meja
magnetic dan bak pelindung air
6) Meja magnetic, berfungsi untuk mengikat benda kerja yang akan
dilakukan penggerindaan.
7) Pelindung air pendingin, berfungsi agar air pendingin tidak
menyebar kemana-mana.
8) Handel penggerak meja memanjang, berfungsi untuk
menggerakkan meja arah memanjang secara manual.
9) Handel penggerak meja melintang, berfungsi untuk menggerakkan
meja arah melintang secara manual.
10) Tuas penggerak otomatis, berfungsi untuk penggerak meja secara
otomatis.
11) Handel/tuas pengatur pemakanan roda gerinda, berfungsi untuk
mengatur pemakanan roda gerinda jika diperlukan besar makanan
yang teliti.
12) System hidroulik, terdiri dari bak oli, oli dan pompa oli dan
berfungsi sebagai sumber penggerak meja secara otomatis.
13) System pendingin dan penyedot debu, terdiri dari, a) bak air
pendingin, air pendingin, pompa air pendingin yang berfungsi
sebagai tekanan dan sirkulasi air pendingin; b) magnet penyaring
air pendingin (coolant magnetic separator), berfungsi sebagai
penyaring air pendingin; c) penyedot debu (exhause fane),
berfungsi sebagai penyedot debu.
14) Panel kelistrikan, berfungsi sebagai tempat tombol-tombol
pengendali motor spindle, pompa oli, pompa air dan tombol
darurat.
15) Panel ON-OFF meja magnetic, berfungsi sebagai pengatur aktif
tidaknya meja magnetic dan besarnya kekuatan pengikatan benda
kerja.
16) Panel indicator posisi penggerindaan, berfungsi sebagai alat
penunjuk posisi penggerindaan berupa angka-angka.
Bagian-bagian mesin gerinda datar spindel vertikal dapat dilihat dari gambar

dibawah ini :

5
1

3
8

4 6
2
7
Gambar….Mesin gerinda datar spindel vertikal

Keterangan :
1) Kolom mesin, berfungsi sebagai dudukan naik dan turunnya
spindel dan motor penggerak.
2) Meja magnetic, berfungsi sebagai pengikat benda kerja.
3) Spindel mesin, berfungsi sebagai dudukan roda gerinda.
4) Roda gerinda
5) Sistem pendingin
6) Panel kelistrikan, berfungsi sebagai tempat tombol-tombol
pengendali motor spindel, pompa oli, pompa air, meja magnetic
dan tombol darurat.
7) System hidroulik, berfungsi sebagai sumber penggerak meja secara
otomatis.
8) Handel/tuas pengatur pemakanan roda gerinda

2.6.1.2. Perlengkapan mesin gerinda datar


Mesin gerinda datar dilengkapi dengan tiga jenis perlengkapan utama,
yaitu :
1) Perlengkapan pencekaman/pengikatan benda kerja
a. Ragum rata presisi (precision vice plate)
Ragum rata presisi adalah perlengkapan yang digunakan untuk
mencekam benda kerja berbentuk balok/persegi panjang dengan
hasil penggerindaan antara satu dengan bidang yang lainnya saling
tegak lurus, siku dan sejajar.

Gambar….Ragum rata presisi

b. Ragum poros presisi (precision vice for shaft)


Merupakan salah satu perlengkapan yang digunakan untuk
mencekam benda kerja berbentuk bulat atau poros lurus/batang
lurus dengan hasil penggerindaan permukaan datar dan sejajar.

Gambar…..Ragum poros presisi


c. Ragum sudut universal presisi (precision universal angle vice)
Merupakan perlengkapan yang digunakan untuk mencekam benda
kerja dengan hasil penggerindaan rata atau menyudut (sudutnya
dapat diatur dua arah).

Gambar….Ragum sudut universal presisi


d. Ragum sinus presisi (precision sine vice)
Merupakan perlengkapan yang digunakan untuk mencekam benda
kerja dengan hasil penggerindaan menyudut satu arah dengan alat
bantu balok ukur (gauge blocks)

Gambar…..Ragum sinus presisi dan balok ukur


e. Ragum sinus presisi universal
Merupakan salah satu alat pencekam benda kerja pada mesin
gerinda datar yang digunakan untuk mencekam benda kerja
dengan hasil penggerindaan menyudut dua arah dengan alat bantu
balok ukur (gauge blocks).

Gambar….Ragum sinus presisi universal


f. Meja/chuck magnet (permanent magnetic table/chuck)
Meja magnet permanen digunakan untuk mencekam benda kerja
melalui medan magnet yang diaktifkan secara manual dengan
hasil rata dan sejajar.
Gambar….macam-macam meja magnet permanen

g. Meja magnet listrik (electro magnetic table/chuck)


Meja magnet listrik digunakan untuk mencekam benda kerja melalui
medan magnet yang ditimbulkan oleh aliran listrik.

Gambar….macammacam meja magnet listrik


h. Meja sinus magnet (magnetic sine table)
Meja sinus magnet digunakan untuk mencekam benda kerja dengan
hasil penggerindaan membentuk sudut satu arah mendatar (horizontal)
dan dapat diketahui perbedaan selisih ketebalan bidangnya.

Gambar…meja sinus magnet


i. Meja sinus magnet universal (universal magnetic sine table)
Digunakan untuk mengikat atau mencekam benda kerja dengan hasil
penggerindaan membentuk sudut dua arah mendatar (horizontal) dan
tegak (vertical) dan dapat diketahui perbedaan selisih ketebalan
bidangnya.
Gambar…meja sinus magnet universal
j. Peralatan bantu pencekaman khusus (punch former)
Digunakan untuk mencekam benda kerja berbentuk bulat lurus dan
berukuran relatif kecil dengan hasil penggerindaan datar atau
menyudut.

Gambar…punch former: a) V block punch former; b) 3-jaw chuck


punch former; c) punch former sine type; d) collet punch former
k. Peralatan bantu pencekeman
 Meja putar universal (universal tilting rotary table)
Digunakan untuk membagi bidang permukaan benda kerja
apabila diperlukan hasil permukaan yang berbidang-bidang
dengan sudut tertentu.

Gambar..meja putar universal


 Blok/balok penghantar magnet
Berfungsi untuk meneruskan aliran medan magnet dari sumber
magnet ke benda kerja agar pencemannya tetap kuat.

Gambar blok penghantar magnet bentuk persegi panjang dan


bentuk V
 Blok/Balok penyiku
Digunakan untuk membantu mencekam benda kerja berbentuk
pelat yang berukuran tinggi dan tipis yang akan digerinda pada
bidang sisi/tepinya.

Gambar…Blok penyiku

2) Peralatan pembentuk dan pengasah roda gerinda (truing and dressing


tools of grinding wheel)
a. Dudukan/pemegang alat pengasah dan pembentuk roda
gerinda/dresser
Peralatan ini digunakan sebagai dudukan atau pemegang dresser
pada saat melakukan pembentukan dan pengasahan roda gerinda.
b. Alat pengasah dan pembentuk roda gerinda/dresser
Terdapat beberapa jenis alat pengasah roda gerinda/dresser yang
umum digunakan untuk membentuk dan mengasah roda gerinda
diantaranya: dresser intan/berlian mata satu, berlian mata banyak,
dresser diresapi/berlian, roda dresser intan berputar, balok dresser
intan
3) Perlengkapan penyetimbang (balancing) roda gerinda
Perlengkapan penyetimbang roda gerinda digunakan untuk
menyetimbangkan / membalancing roda gerinda agar pada saat
digunakan roda gerinda benar-benar setimbang/balance.
Perlengkapan jenis ini terdiri dari dudukan/pengikat roda gerinda dan
dudukan penyetimbang.

2.6.1.3. Parameter pemotongan mesin gerinda datar

a. Kecepatan keliling roda gerinda (peripheral operating speed - POS)


π .d
POS=n x meter /detik
1000 . 60
Keterangan :
POS = peripheral operating speed atau kecepatan keliling roda
gerinda dalam satuan meter/detik
n = kecepatan putar roda gerinda/menit (Rpm)
d = diameter roda gerinda dalam satuan milimeter
60 = konversi satuan menit ke detik
1000 = konversi satuan meter ke milimeter
b. Kecepatan putar mesin (revolution permenit - Rpm)
π .d
POS=n x meter /detik
1000 . 60
Keterangan :
POS = peripheral operating speed atau kecepatan keliling roda
gerinda dalam satuan meter/detik
n = putaran mesin/menit (Rpm)
d = diameter roda gerinda dalam satuan milimeter
60 = konversi satuan menit ke detik
1000 = konversi satuan meter ke milimeter
c. Waktu proses pemesinan
 Waktu pemesinan gerinda datar tanpa pergeseran meja
2. L. i
t=
F .1000
Keterangan :
L = panjang penggerindaan datar (mm)
= l + (la + lu)
l = panjang benda kerja (mm)
la = jarak bebas awal = (15 + ½ . d) mm
lu = jarak bebas akhir = (15 + ½ . d) mm
d = diameter roda gerinda (mm)
i = jumlah pemakanan
F = kecepatan gerak meja (m/menit)
 Waktu pemesinan gerinda datar dengan pergeseran meja
2. L. C . i
t=
F .1000 . f

Keterangan :

L = panjang penggerindaan datar (mm)


= la + lu
la = jarak bebas awal = (15 + ½ . d) mm
lu = jarak bebas akhir = (15 + ½ . d) mm
C = panjang langkah penggerindaan datar gerak melintang
(lebar penggerindaan)
2 4
{ } ( )
= A+ 2( . b) = A+ . b mm
3 3
A = lebar benda kerja (mm)
b = lebar roda gerinda
i = jumlah pemakanan
F = kecepatan gerak meja (m/menit)
f = pemakanan menyamping (mm/langkah)
2.6.1.4. Teknik penggerindaan datar
a. Teknik pengikatan benda kerja:
 Pengikatan benda kerja dengan meja magnet
- Pengikatan benda kerja berukuran panjang dan lebar
Dilakukan langsung menggunakan meja magnet tanpa
harus menggunakan alat bantu penahan.
- Pengikatan benda kerja berukuran kecil
Pada posisi bagian sekeliling benda kerja harus ditahan
dengan menggunakan pelat atau alat penahan lainnya.
- Pengikatan benda kerja berukuran relatif tinggi
Pada posisi bagian samping kanan dan kiri benda kerja
harus ditahan dengan menggunakan balok.
 Pengikatan benda kerja dengan ragum presisi
- Pengikatan benda kerja berukuran relatif pendek
Dilakukan menggunakan ragum presisi berjumlah satu
buah.
- Pengikatan benda kerja berukuran relatif panjang
Dilakukan menggunakan ragum presisi berjumlah dua
buah.
- Pengikatan benda kerja berbentuk/profil bulat
Dilakukan menggunakan ragum presisi, dengan catatan
ketinggian pengikatannya tidak boleh melebihi setengah
diameter benda kerja.
 Pengikatan benda kerja dengan balok penghantar magnet alur
V
Dilakukan untuk penggerindaan benda kerja berbentuk bulat.
 Pengikatan benda kerja dengan balok penyiku
Dilakukan untuk pengikatan benda kerja berbentuk khusus
yang tidak dapat dilakukan pengikatan dengan cara lain. Cara
pengikatan benda kerja pada balok penyiku salah satunya
dengan alat bantu klem C.
 Pengikatan benda kerja dengan ragum sudut universal presisi
Dilakukan untuk mendapatkan hasil penggerindaan miring
dengan besar sudut tertentu.
b. Penggunaan media pendingin
 Jenis media pendingin
- Solube oils, berupa campuran antara oli (hasil
penambangan) dengan bahan tambah tertentu.
- Pendingin campuran kimia, berupa campuran dari beberapa
jenis bahan kimia diantaranya: sodium nitrit,
triethanolamine dan sodium mercaptobenzothia zole.
 Konstruksi pendingin yang baik
- Posisi nozzle harus diatur dengan mudah sehingga cairan
pendingin dengan tepat menyemprot pada benda kerja dan
roda gerinda.
- Pengarah/mulut cairan pendingin berbentuk pipih, sehingga
dapat melebar semprotan cairannya.
- Pompa cairan pendingin harus dapat menjamin terjadinya
tekanan/dorongan cairan pendingin yang stabil.
- Sirkulasi saluran dan system penyaringa cairan pendingin,
harus dapat menjamin keseimbangan tekanan/dorongan
cairan pendingin.
c. Teknik penggerindaan datar
 Penggerindaan rata, sejajar dan siku
Dilakukan dengan dua cara yaitu dengan meja magnet dan
ragum presisi.
 Penggerindaan miring
Dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan
menggunakan ragum sudut universal presisi.
 Penggerindaan alur/profil datar
Dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan
menggunakan meja magnet.
2.6.2 Roda Gerinda

2.6.3.1. Bagian-bagian roda gerinda


Roda gerinda adalah salah satu jenis alat pemotong yang
digunakan untuk pekerjaan finishing dengan hasil tingkat
kehalusan dan toleransi tertentu, yang sebelumnya sudah
dilakukan pengerjaan awal dengan jenis mesin lainnya. Roda
gerinda terdiri dari dua bagiam yaitu butiran pemotong
(abrasive) dan perekat (bond).
2.6.3.2. Macam-macam butiran pemotong
Butiran pemotong dibuat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Terdapat macam-macam butiran pemotong diantaranya:
 Alumunium oxide (Al2O3) “Simbol A”
 Silicon carbide (SiC) “Simbol C”
 Boron Nitrit “Simbol CBN”
2.6.3.3. Ukuran butiran pemotong roda gerinda
Besarnya butiran pemotong roda gerinda didapat dengan cara
menyaring butiran-butiran tersebut pada penyaring dengan
jumlah mata jala tertentu pada setiap inchinya.
2.6.3.4. Macam-macam perekat
Terdapat bermacam-macam perekat dalam membuat roda
gerinda diantaranya adalah:
 Perekat keramik (vitrified bond)
Kelebihan perekat jenis ini adalah tahan terhadap air, oli, asam dan panas.
Sedangkan kelemahannya adalah rapuh dan kasar, sehingga batu gerinda
tidak boleh tipis.
 Perekat silikat
Digunakan untuk mengasah alat-alat potong, karena perekat jenis ini mudah
melepaskan butiran (pulder acting).
 Perekat shellac
Digunakan untuk pengerjaan halus, dan ketahanan
terhadap panas rendah.
 Perekat karet
Digunakan untuk roda gerinda pengontrol/penahan pada
mesin gerinda silinder tanpa senter (centerless grinding).
 Perekat resin syntetik (syntetic resin bond)
Digunakan untuk roda gerinda pemotong yang tipis, karena
perekat jenis ini elastis dan ulet.
 Perekat logam
Digunakan untuk mengikat butiran pemotong boron nitride
dan intan.

2.6.3.5. Tingkat kekerasan roda gerinda


Tingkat kekerasan roda gerinda adalah kemampuan perekat
untuk mengikat butiran pemotong dalam melawan pelepasan butiran
akibat adanya tekanan pemotongan.
1. Roda gerinda lunak
Roda gerinda lunak memiliki prosentase perekat sedikit, sehingga
memiliki sifat mudah untuk melepaskan butiran di bawah tekanan
pemotongan tertentu. Roda gerinda ini digunakan untuk menggerinda
bahan/material yang keras.
2. Roda gerinda keras
Roda gerinda keras memiliki prosentase jumlah perekat besar apabila
dibandingkan dengan roda gerinda lunak, sehingga memiliki sifat
sulit untuk melepaskan butiran pada tekanan pemotongan tertentu.
Roda gerinda jenis ini digunakan untuk menggerinda bahan/material
yang lunak.

2.6.3.6. Struktur roda gerinda


Struktur roda gerinda ditentukan oleh besar kecilnya volume
pori-pori yang terdapat diantara butiran pemotong. Struktur roda gerinda
terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Struktur terbuka (open structure/open spacing)
Roda gerinda struktur terbuka memiliki ruang antara butiran
pemotong lebar.
2. Struktur sedang (medium struktur/medium spacing)
Roda gerinda struktur sedang, memiliki ruang antara butiran
pemotong sedang.
3. Struktur padat (Dense structure/close spacing)
Roda gerinda struktur padat, memiliki ruang antara butiran pemotong
kecil. Efisiensi pemotongan kurang baik dan digunakan untuk proses
finishing.
2.6.3.7. Bentuk/geometris roda gerinda
Macam-macam bentuk roda gerinda adalah:
1. Roda gerinda lurus (straight wheel)
Digunakan untuk penggerindaan datar pada mesin gerinda
datar, penggerindaan silinder luar pada mesin gerinda
silinder, dan penggerindaan alat-alat potong perkakas tangan
[ada mesin gerinda bangku/pedestal.
2. Roda gerinda silinder (cylinder wheel)
Digunakan untuk penggerindaan diameter dalam dengan
posisi spindel vertical atau horizontal.
3. Roda gerinda tirus satu sisi (tapered one side wheel)
Digunakan untuk penggerindaan alur miring satu sisi dan
mengasah pisau mesin perkakas.
4. Roda gerinda tirus dua sisi (tapered two side wheel)
Digunakan untuk penggerindaan alur bentuk V dan roda gigi.
5. Roda gerinda pengurangan satu sisi (recessed one side
wheels)
Digunakan untuk penggerindaan permukaan bidang datar
dengan posisi spindel datar atau horizontal.
6. Roda gerinda pengurangan dua sisi (recessed two side
wheels)
Digunakan untuk penggerindaan datar dengan posisi spindel
tegak atau vertical.
7. Roda gerinda mangkuk lurus (straight cup wheels)
Digunakan untuk penggerindaan permukaan datar dengan
spindel vertical dan penggerindaan sisi dengan spindel
horizontal.
8. Roda gerinda mangkuk kerucut (tapper cup wheels)
Digunakan untuk penggerindaan alat-alat potong.
9. Roda gerinda piring (dish wheels)
Digunakan untuk penggerindaan alat-alat potong.
10. Roda gerinda piring gergaji (saw gummer/sauser wheels)
Digunakan untuk penggerindaan alat-alat potong khususnya
untuk daun gergaji.
11. Roda gerinda tanpa senter (centerlees grinding wheels)
Digunakan untuk penggerindaan diameter luar tanpa senter
pada mesin gerinda silinder.
12. Roda gerinda dalam (internal grinding wheels)
Digunakan untuk penggerindaan diameter dalam pada mesin
gerinda silinder.
13. Roda gerinda bentuk khusus
Digunakan untuk penggerindaan datar pada mesin gerinda
datar dengan spindel tegak atau vertical.

2.6.3.8. Sistem penandaan batu gerinda


Penandaan bertujuan agar pengguna mengetahui spesifikasi
utama yang ada pada roda gerinda, diantaranya: jenis butiran abrasive,
ukuran butiran abrasive, jenis perekat, tingkat kekerasan dan strukturnya.
Contoh penandaan roda gerinda :

Pengertian penandaan roda gerinda diatas adalah:


A : Butiran pemotong “Alumunium oksida”
16 : Ukuran butiran “ sangat kasar”
P : Kekerasan “keras”
5 : Struktur “sedang”
V : Perekat keramik (vitrified bond)
BE : Karakteristik/type perekat
2.6.3.9. Pembentukan dan pengasahan roda gerinda (Trueing and
dressing of grinding wheel)
a. Pembentukan roda gerinda (trueing)
Merupakan proses pembentukan roda gerinda yang hasil
permukaannya dapat berbentuk rata, bertingkat, miring, radius, alur
profil (alur bentuk standar, alur bentuk radius dan alur bentuk V) dan
bentuk-bentuk lainnya.
b. Pengasahan/dressing roda gerinda
Bertujuan untuk mempertahankan/mengkondisikan roda gerinda agar
tajam kembali akibat terjadinya loading dan glazing. Loading adalah
tumpulnya roda gerinda yang diakibatkan oleh kotoran yang
menutupi sisi butiran pemotong. Glazing adalah tumpulnya roda
gerinda yang diakibatkan oleh ausnya sisi potong butiran pemotong.

2.6.3.10. Menyetimbangkan roda gerinda (balancing)


Balancing bertujuan untuk membagi massa/beban dari roda
gerinda agar terpusatnya dengan mengatur bobot penyeimbangnya.
Penyebab roda gerinda tidak setimbang dipengaruhi oleh beberap faktor,
yaitu:
 Struktur butiran roda gerinda tidak merata/homogen
 Roda gerinda basah
 Adanya cacat pada permukaan roda gerinda
Dampak atau akibat dari tidak setimbangnya roda gerinda dapat
mengakibatkan :
 Kualitas hasil penggerindaan kurang baik
 Mempercepat keausan bantalan pada mesin gerinda
2.6.3 Mesin Gerinda Silinder
1) Bagian -bagian dan perlengkapan Mesin gerinda silinder

Perlengkapan Mesin gerinda silinder terdiri dari Cekam rahang tiga,


Collet, Face Plate, Lathe Dog, senter dengan ulir, senter tanpa ulir, cekam
magnet, Dial Indikator, Fix Steady, dan Pengasah Batu Gerinda (Dresser).

Gambar Cekam Rahang Gambar Collet


Tiga

Gambar Face Plate Gambar Lathe Dog

Gambar Senter dengan Gambar Senter tanpa


Ulir Ulir

Gambar Cekam Magnet Gambar Dial Indikator

Gambar Fix Steady Gambar Pengasah Batu


Gerinda
2) Parameter pemotongan mesin gerinda silinder
Menghitung Kecepatan putar batu gerinda.
Kecepatan putar batu gerinda secara teoritis dapat dihitung dengan rumus :
V c ×1000 ×60
n=
π ×d
Dimana :
n = kecepatan putar (rpm)
Vc = kecepatan potong (m/det)
d = diameter batu gerinda

Menghitung kecepatan putar benda


Kecepatan putar benda kerja secara teoritis dapat dihitung dengan rumus :
V w ×1000
n w= (rpm)
π×d
Dimana :
nw = kecepatan putar benda kerja (rpm)
Vw = kecepatan potong benda kerja (m/menit)
d = diameter benda kerja (mm)

menghitung kecepatan gerak meja (feeding) pada mesin gerinda silindris.


Kecepatan gerak meja mesin gerinda silindris secara teoritis dapat dihitung
dengan rumus :
Ls = ns x s
Dimana :
Ls = kecepatan gerak meja (m/menit)
ns = kecepatan putar benda kerja (rpm)
s = kecepatan pemotongan setiap putaran benda kerja (m/putaran)

3) Pemasangan benda kerja pada mesin gerinda silinder


Pencekaman adalah proses pengikatan benda kerja sebelum proses
pengerjaan, pengikatan ini bertujuan agar pada saat proses pengerjaan,
benda kerja tidak lepas karena adanya putaran mesin. Berikut ini adalah
cara pencekaman benda kerja, dengan menggunakan alat cekam yang
support dengan Mesin Gerinda silindris.
Untuk pemasangan benda kerja pada cekam rahang tiga dapat dilakukan
dengan memutar lubang kunci cekam searah jarum jam, dan sebaliknya
untuk melepasnya. Pemasangan benda kerja pada system pencekaman
diantara dua senter dapat dilakukan dengan :
- Senter dipasang pada spindle utama benda kerja dan kepala lepas,
kemudian pasang pin pembawa pada poros spindle utama benda kerja.

Gambar Memasang dan melepas benda kerja

- Benda kerja diikat salah satu ujungnya dengan menggunakan alat


pembawa (Lathe Dog).

Gambar Pencekaman dengan (Lathe Dog).

- Jarak antara senter spindle utama benda kerja dan senter kepala lepas
harus diatur lebih pendek dari panjang benda kerja.
- Pemasangan benda kerja di antara dua senter dengan cara tuas
pengatur pegas ditarik sehingga benda kerja dapat terpasang di antara
dua senter. Begitu pun untuk melepas benda kerja dengan cara
memegang benda kerja kemudian tuas pengatur tekanan senter ditarik
sehingga benda kerja terbebaskan dari pencekaman.

Selain dipasang pada dua senter, benda kerja dapat dipasang pada system
pencekaman Collet. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih
Collet dengan toleransi ukuran benda kerja yang akan dicekam. Pemasangan
collet dapat dilakukan dengan cara menempatkan alur pasak pada collet
dengan pasak yang terdapat pada lubang poros spindel utama benda kerja
sehingga collet dapat masuk ke dalam lubang poros spindle utama benda
kerja. Benda kerja dimasukkan pada lubang pedekaman collet semaksimal
mungkin. Kemudian pasang batang penarik (drawbar), kunci poros spindle
utama benda kerja, dan putar batang penarik sampai benda kerja tercekam
dengan baik.

Gambar Pencekaman dengan Collet.


2.7. MELAKUKAN PEMROGRAMAN PADA MESIN CNC BUBUT DAN
FRAIS

A. Mesin CNC Bubut

Mesin perkakas Computer Numerically Control (CNC) mempunyai


kelebihan meminimalkan gerakan-gerakan tanpa pemotongan, menerapkan
metoda penggantian alat potong dengan cepat, dan meminimalkan gerakan-
gerakan idle dengan menerapkan kecepatan lintasan maksimum (rapid traverse).
Mesin bubut CNC terdiri dari dua bagian utama, yaitu mekanik mesin bubut yang
bagian – bagiannya sama seperti mesin bubut konvensional dan control CNC
yang mengendalikan operasi pemesinan bagian mekanik dari mesin bubut.
Sistem koordinat Mesin bubut CNC terdapat dua gerakan yaitu gerakan
melintang dan gerakan memanjang eretan.

Gambar sistem koordinat Mesin Bubut CNC

Sumbu Z adalah sumbu yang letaknya sejajar dengan sumbu putar.


Gerakan Z- adalah Gerakan eretan memanjang kearah kepala tetap.
Gerakan Z+ adalah Gerakan eretan memanjang menjauhi kepala tetap.
Sumbu X adalah Sumbu yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu putar.
Gerakan X- adalah Gerakan eretan melintang mendekati sumbu putar
Gerakan X+ adalah Gerakan eretan melintang menjauhi sumbu putar.

Sistem koordinat yang digunakan pada mesin CNC adalah sistem


koordinat kartesian (segi empat) dan sistem koordinat polar. Metode
pemrograman yang digunakan pada mesin CNC ada dua, yaitu metode
pemrograman absolut dan metode pemrograman inkremental. Nama sumbu
koordinat untuk metode pemrograman inkremental adalah sumbu U dan sumbu
W, Pada koordinat absolut, nama sumbu adalah sumbu X sebagai diameter
benda kerja, dan sumbu Z adalah jarak. Pada koordinat inkremental arah sumbu
U pada arah melintang dari sumbu utama mesin, dan sumbu Z sejajar dengan
sumbu utama mesin CNC.
Sistem koordinat yang ada di mesin CNC terdiri dari dua, yaitu sistem
koordinat mesin (Machine Coordinate System = MCS) dan sistem koordinat
benda kerja (Workpiece Coordinate System= WCS). Titik nol pada mesin CNC
terdiri dari dua buah, yaitu titik nol mesin (Machine zero point) dan titik nol
benda kerja (workpiece zero point). Titik nol mesin adalah titik nol asli yang
ditentukan oleh produsen mesin CNC. Titik nol benda kerja adalah titik nol
yang dihasilkan dari pergeseran titik nol mesin yang merupakan titik nol
program CNC. Titik nol dari program dan sistem koordinat harus diseting
dengan prosedur tertentu, sehingga gerakan alat potong pada mesin dapat
terkontrol.

Panel kontrol
CNC

Sumbu Utama
(Spindel)

Bed Tool Turret Hand wheel


(MPG)
Gambar mesin bubut CNC dan Bagian – bagiannya

Panel kontrol mesin CNC adalah bagian pusat pengontrolan mesin


untuk interaksi antara operator dan mesin CNC. Panel kontrol dapat dibagi
dalam tiga bagian utama yaitu: papan ketik CNC (CNC keyboard), panel
kontrol mesin (MCP= Machine Control Panel), dan layar (Monitor).

Gambar panel control CNC bagian keyboard CNC dan Monitor

Gambar Panel Kontrol Mesin


Sistem inkremental adalah sistem di mana titik referensi terhadap instruksi
berikutnya adalah dari titik akhir operasi terdahulu. Pada umumnya sistem CNC
modern mengizinkan penerapan metoda pemprograman inkremental dan absolut.
Meskipun di dalam suatu program komponen khusus, metoda tersebut dapat
diganti, Instruksi terakhir selalu diprogram dalam metoda absolut untuk
memastikan pengembalian posisi alat potong ke titik awal. Jalannya alat potong
pada program harus dinyatakan dalam setiap blok program.

Format lembar pemrograman mesin bubut CNC unit Didaktik

N G X Z F H
(M) (I) (K) (L)(K)(T)

Ke dalam lembar pemrograman inilah dimasukkan / dituliskan semua data untuk


pengerjaan benda kerja.
Alamat N ( N Address), adalah nomor blok dimulai dari 00 sampai 221,
penulisannya N00, N01,…, N221. Alamat G ( G Address), berfungsi sebagai
Bahasa perintah ke mesin CNC untuk melakukan suatu gerakan yang
dikehendaki oleh pembuat program. Alamt G ini boleh diisi dengan angka mulai
00 sampai dengan 95.
Data teknologis terdiri dari beberapa parameter diantaranya sebagai berikut :
1) Kecepatan potong adalah kecepatan pemotongan arah memanjang (CS).

L(m)
CS=
T (menit)
Kecepatan potong maksimal yang diijinkan bergantung pada bahan benda
kerja, bahan pahat, besaran asutan, dan kedalaman pemotongan.
2) Jumlah Putaran, dapat dihitung dari data kecepatan potong dan diameter
benda kerja.
1000 ×CS( m/menit)
S=
π × d( mm)

Gambar Tabel Kecepatan Pemotongan

3) Membuat program pada mesin sesuai dengan gambar


Pembuatan program dimulai dari rencana penjepitan benda kerja, penentuan

titik referen dan titik penetapan awal.

Seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini, panjang benda kerja 45
mm, panjang benda kerja yang dijepit 13 mm dan yang diluar rahang 32 mm.
Titik referen berada 1 mm didalam benda kerja, sedangkan titik penetapan
awal pada posisi Ø30 mm dan 5 mm dari titik referen.

a) Program pembuatan benda kerja dapat dimulai dari :


- jenis pemrograman yaitu pemrograman Absolut G90.
- Penetapan titik awal menggunakan G92 dengan posisi X 30 mm dan Z 5
mm.
- Memutar spindle mesin menggunakan M03.
- Persiapan pembubutan muka menggunakan gerakan cepat G00 dengan
posisi X 18 mm dan Z 1 mm.

- Pembubutan muka pengasaran menggunakan siklus pemakanan melintang


G88 sampai posisi X 0 mm dan Z 0 mm dengan ketebalan pemakanan 0,5
mm dan kecepatan pemakanan 50 mm/menit.

- Persiapan pembubutan rata-pertama menggunakan gerakan cepat G00


dengan posisi X 16 mm dan Z 1 mm.

- Pembubutan rata pengasaran-pertama menggunakan siklus pemakanan


memanjang G84 sampai posisi X12 mm dan Z -30 mm dengan ketebalan
pemakanan 0,5 mm dan kecepatan pemakanan 50 mm/menit.

- Persiapan pembubutan rata-kedua menggunakan gerakan cepat G00 dengan


posisi X 12 mm dan Z 1 mm.

- Pembubutan rata pengasaran-kedua menggunakan siklus pemakanan


memanjang G84 sampai posisi X10 mm dan Z -20 mm dengan ketebalan
pemakanan 0,5 mm dan kecepatan pemakanan 50 mm/menit.

- Persiapan finising menggunakan gerakan cepat G00 dengan posisi X 0 mm


dan Z1 mm.

- Pembubutan finising menggunakan pemakanan lurus G01 sampai posisi


X0 mm dan Z 0 mm dengan kecepatan pemakanan 50 mm/menit dan
selanjutnya menuju posisi sebagai berikut :

 Membubut muka X 9 mm, Z 0 mm


 Membubut cemper X 10 mm, Z -0,5 mm
 Membubut rata X 10 mm, Z -20 mm
 Membubut muka X 11 mm, Z -20 mm
 Membubut cemper X 12 mm, Z -20,5 mm
 Membubut rata X 12 mm, Z -30 mm
 Membubut muka X 17 mm, Z -30 mm
- Kembali ke titik penetapan awal menggunakan gerakan cepat G00 dengan
posisi X 30 mm dan Z 5 mm.

- Menghentikan putaran spindle M05


- Mengakhiri program M30.

b) Membalik benda kerja

- Pembuatan program dapat dimulai dari jenis pemrograman yaitu


pemrograman Absolut G90.
- Penetapan titik awal menggunakan G92 dengan posisi X 30 mm dan Z 5
mm.
- Memutar spindle mesin menggunakan M03.
- Persiapan pembubutan muka menggunakan gerakan cepat G00 dengan
posisi X 18 mm dan Z 4 mm.
- Pembubutan muka pengasaran menggunakan siklus pemakanan
melintang G88 sampai posisi X 0 mm dan Z 0 mm dengan ketebalan
pemakanan 0,5 mm dan kecepatan pemakanan 50 mm/menit.
- Persiapan finising menggunakan gerakan cepat G00 dengan posisi X 0
mm dan Z1 mm.
- Pembubutan finising menggunakan pemakanan lurus G01 sampai posisi
X 0 mm dan Z 0 mm dengan kecepatan pemakanan 50 mm/menit dan
selanjutnya menuju posisi sebagai berikut :
- Membubut muka X 15 mm, Z 0 mm
- Membubut ceper X 16 mm, Z -0,5 mm
- Membubut rata X 16 mm, Z -11 mm
- Kembali ke titik penetapan awal menggunakan gerakan cepat G00 pada
posisi X 30 mm dan Z 5 mm.
- Menghentikan putaran spindle M05
- Mengkhiri program M30
Jadi program dapat dibuat sebagai berikut :

Absolut

G X Z F H
N
(M) (I) (K) (L)(K)(T)
00 90

01 92 3000 500

02 M03

03 00 1800 100

04 88 00 00 50 50

05 00 1600 100

06 84 1200 -3000 50 50

07 00 1200 100

08 84 1000 -2000 50 50

09 00 00 100

10 01 00 00 50

11 01 900 00 50

12 01 1000 -50 50

13 01 1000 -2000 50

14 01 1100 -2000 50

15 01 1200 -2050 50

16 01 1200 -3000 50

17 01 1700 -3000 50

18 00 3000 500

19 M05

20 M30
Benda kerja dibalik

G X Z F H
N
(M) (I) (K) (L)(K)(T)
00 90

01 92 3000 500

02 M03

03 00 1800 400

04 88 00 00 50 50

05 00 00 100

06 01 00 00 50

07 01 1500 00 50

08 01 1600 -50 50

09 01 1600 50
1100

10 00 3000 500

11 M05

12 M30

A. Mesin CNC Frais


Mesin frais CNC adalah mesin perkakas dengan tiga sumbu yang dilengkapi
dengan control / kendali computer. Secara umum, bagian – bagian utama mesin
Frais CNC adalah sama seperti bagian – bagian utama mesin Frais Konvensional.
Sementara mesin frais CNC biasanya dilengkapi dengan turet/revolver/magazine,
yang dapat menyimpan beberapa saat set arbor dengan alat potong, dan
lemari/kotak kendali.
Mesin frais tegak, gerakan dapat dilakukan untuk tiga sumbu, yakni arah
memanjang meja merupakan sumbu X, arah melintang meja merupakan sumbu
Y, dan arah tegak merupakan sumbu Z.
Sistem koordinat pada mesin frais CNC tersebut diterapkan untuk sistem
koordinat mesin (MCS= Machine Coordinate System) dan sistem koordinat
benda kerja (WCS= Workpiece Coordinate System). Sistem koordinat mesin
yang diberi simbol M adalah orientasi dari sistem koordinat pada mesin frais
CNC. Titik nol (0,0,0) dari sistem koordinat ini dinamakan titik nol mesin (M).

Gambar system koordinat pada mesin Frais CNC, dan titik nol yang ada di
mesin frais CNC ( Siemens, 2003 ).

1) Pemrograman mesin frais CNC


Pembuatan program CNC untuk mesin bubut dan mesin frais pada dasarnya
identik. Mesin bubut CNC menggunakan sumbu koordinat (X, Z),
sedangkan mesin frais CNC menggunakan sumbu koordinat (X,Y,Z).
Berikut ini dipaparkan mengenai dasar-dasar pemrograman CNC dan kode-
kode instruksi pemrograman CNC.
a) Struktur Program CNC
Program CNC terdiri dari baris (block) yang berurutan. Setiap baris
merupakan langkah pemesinan. Perintah/instruksi ditulis dalam satu baris
dalam bentuk kata-kata (words). Baris terakhir dari urut-urutan tersebut
berisi kata khusus untuk mengakhiri program yaitu M2 atau M30.
%
O0011; Nama program CNC
N10 G54; baris/ blok
N20 M6 T1 ................ ; baris/ blok
N30 G0 X…Y…Z.....;
N40 ............................;
M30; Program berakhir

1) Nama Program CNC


Ketika membuat program CNC, nama program atau nama file program
CNC ditentukan oleh pembuat program dengan ketentuan sebagai
berikut.
 Karakter pertama adalah huruf “O”.
 Karakter berikutnya adalah empat digit angka, misal: O0003
2) Struktur Baris
Suatu baris instruksi (block instructions) berisi semua data yang
diperlukan untuk melaksanakan satu langkah pemesinan. Baris
biasanya terdiri dari beberapa kata dan selalu diakhiri dengan the end
of-block character “LF” (line feed). Karakter tersebut akan muncul
dengan sendirinya ketika tombol return atau input ditekan ketika kita
menulis program. Satu baris program terdiri dari nomer, fungsi gerak
(kode G), koordinat (X,Y,Z), fungsi bantu (kode M), putaran sumbu
utama (S), alat potong yang digunakan (T), dan LF.

Gambar 2.44. Daftar Program CNC Tersimpan di Sistem Kontrol CNC


Gambar 2.45. Diagram Struktur Blok/Baris Program CNC

3) Kata

Kata atau word terdiri dari kode huruf diikuti angka, misalnya G01,
X100, atau M3. Ketika satu baris terdiri dari lebih dari satu pernyataan,
kata-kata dalam satu baris harus diatur dengan urutan di atas. Pada satu
baris boleh terdiri dari satu kata atau lebih dari satu kata. Apabila ada
lebih dari satu kode G pada satu kelompok, maka kode G yang terakhir
yang digunakan.
4) Komentar/ Catatan (Comment/Remark)
Catatan dapat digunakan untuk menjelaskan pernyataan atau
keterangan dari baris program. Pernyataan dapat berupa nama
program, tanggal pembuatan, identifikasi program atau keterangan
teknis misalnya ukuran benda kerja, alat potong yang digunakan, cara
pencekaman, dan lain sebagainya. Komentar ditampilkan bersama
dengan isi program yang lain dari satu baris yang sedang tampil.
Komentar hanya ditampilkan di monitor dan tidak mempengaruhi
gerakan mesin. Catatan ditulis diantara dua tanda kurung.
Pada pemrograman absolut titik-titik yang akan dicapai oleh pisau frais
selalu dinyatakan atau diukur dari titik 0. Pada pemrograman harga
inkrimental menggunakan ukuran berantai. Titik yang akan dituju diukur
dari titiik sebelumnya yang dijadikan sebagai titik referensi (nol). Setiap
informasi pergerakan selalu berpedoman pada posisi aktual yaitu ujung pisau
frais.
2) Data teknologis terdiri dari beberapa parameter diantaranya sebagai berikut :
- Kecepetan potong pemotongan arah memanjang atau linier disebut
kecepatan potong ( CS )
L(m)
CS=
T (menit)
Sedangkan kecepatan pemotongan arah melingkah untuk benda bulat dapat
dihitung melalui rumus
d (mm)× π ×n( put /men)
kecepatan potong(CS)=
1000
- Jumlah putaran mesin dapat dihitung dari data kecepatan potong dan
diameter benda kerja melalui rumus berikut
1000 ×CS( m/menit)
S=
π × d( mm)
- Perhitungan Asutan (pemakanan)
Pada mesin frais CNC kita dapat memprogram besaran asutan dalam
mm/menit.
F=S ( put /menit ) × f
Pemrograman Pengefraisan bertingkat dan miring

Gambar Gambar Kerja Pengefraisan Bertingkat dan Miring


Material yang digunakan, Dural ( Alumunium paduan ) AU4G
Pisau Frais ø 6 mm
Perintah / kode G yang digunakan untuk mengerjakan adalah sebagai berikut
:
- G90 Pemrograman absolut
- G92 Penetapan titik nol
- M03 Putaran spindle searah jarum jam
- G00 Gerakan cepat
- G01 Pengefraisan bertingkat
- M30 Mengakhiri Program
posisi pisau seperti ilustrasi di bawah, bahwa garis sumbu pisau tepat berada
pada garis benda

Gambar alur pengefraisan bertingkat


Jika posisi awal pisau X-15, Y -15 dan Z10 maka lintasan pisau dapat
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar Alur pergerakan pengefraisan bertingkat


Penulisan program dimulai dari:
1) Metode pemrograman adalah pemrograman Absolut G90
2) Penetapan titik awal menggunakan G92 pada posisi X – 15, Y -15 dan Z
10
3) Menghidupkan spindle mesin searah jarum jam M03
4) Menempatkan posisi pahat dengan perintah gerak cepat G00 pada
koordinat X 5, Y 0 dan Z 10
5) Persiapan pengefraisan pertama, bertingkat luar, pisau diturunkan
sedalam -2, dari titik nol dengan perintah gerak cepat G00.
6) Pengefraisan menggunakan perintah gerak penyayatan lurus G01 X 60 ,
Y 0 dan Z -2 dengan kecepatan pemakanan (asutan ) F 50 mm/menit.
7) Penyayatan berikutnya menggunakan perintah kode G01 X60 40 , Z-2 F
50 mm/menit..
8) Berikutnya, penyayatan lurus G01 X0 Y40 dan Z-2 F50
9) Penyayatan berikutnya , menggunakan perintah G01menuju posisi X0,
Y0 dan Z-2
10) Penempatan pisau pada posisi untuk pengefraisan bertingkat yang
sebelah lagi dengan gerak cepat perintah kode G00 pada posisi X55 Y75
dan Z 10.
11) Pengefraisan miring / diagonal langsung menggunakan perintah G01
dari posisi X0 Y0 Z-2 menuju X60 Y40 dan Z -2 , F50
12) Persiapan pengefraisan berikutnya , pisau bebaskan dengan
menggunakan perintah gerak cepat G00 X60, Y40 Z 2
13) Penempatan pisau untuk pengefraisan berikutnya menggunakan
perintah G00 X 30 ,Y 40 dan Z 2.
14) Kemudia pisau diturunkan menggunakan perintah G01 X30 Y40 dan
Z-2 asutan F 50 mm/menit
15) Pengefraisan lurus dengan perintah G01 X30, Y0 dan Z -2 , F50.
16) Pisau dibebaskan pada posisi X30, Y0 dan Z2 dengan perintah G00.
17) Kemudian pisau gerakkan menggunakan perintah G00 X 60, Y0 dan Z
2.
18) Pisau diturunkan dengan perintah G01 X60, Y0 dan Z-2 , F 50
19) Pengefraisan miring arah diagonal dengan perintah G01 menuju
koordinat X0, Y40 Z-2 , F50
20) Kemudian pisau dibebaskan G00 X 0, Y40, dan Z 2
21) Pisau di pindahkan pada posisi X0, Y 20 dan Z 2 dengan perintah G00.
22) Kemudian pisau diturunkan pada posisi X0, Y20 dan Z-2
23) Pengefraisan berikutnya menggunakan perintah G01 menuju X60, Y20
dan Z -2
24) Pisau dibebaskan menggunakan perintah gerak cepat G01 pada posisi
X60, Y20 dan Z 10
25) Mematikan spindle menggunakan perintah M05.
26) Mengembalikan pisau pada titik penetapan awal menggunakan G00
menuju X-15, Y-15 dan Z10
27) Menutup program M30

Penulisan programnya secara absolut adalah sebagai berikut :


N G X Y Z F
1 90
2 92 -1500 -1500 1000

3 M03

4 00 -500 00 1000

5 00 -500 00 -200

6 01 6000 00 -200 50

7 01 6000 4000 -200 50

8 01 00 4000 -200 50

9 01 00 00 -200 50

10 01 6000 4000 -200 50

11 00 6000 4000 200


12 00 3000 4000 200

13 01 3000 4000 -200 50

14 01 3000 00 -200 50

15 01 3000 00 200 50

16 00 6000 00 200

17 01 6000 00 -200 50

18 01 00 4000 -200 50

19 00 00 4000 200

20 00 00 2000 200

21 01 00 2000 -200 50

22 01 6000 2000 -200 50

23 00 6000 2000 1000

24 M05

25 00 -1500 -1500 1000

26 M30

BAB III
SOAL DAN JAWABAN DENGAN LEVEL HOTS

1. Buatlah langkah kerja untuk Spesifikasi dari roda gigi lurus dengan modul 1,5
dan jumlah gigi Z = 30
Jawaban :
A. PERLENGKAPAN ALAT DAN BAHAN :
 Mesin bubut, mesin frais universal
 2.Pisau frais M 1,5
 3.Kikir rata halus
 4.Jangka sorong
 5.Mata bor ø 15 dan ø 16 (mm)
 6.Bor senter
 7.Mandrel
 8.Bahan : Aluminium cor, ø 50 x 38 (mm)
B. LANGKAH KERJA
 Chek ukuran bahan dan alat bantu yang diperlukan.
 Mempersiapkan mesin bubut dan perlengkapannya.
 Cekam benda kerja dan sisakan ± 3mm,kuatkan.
 Bubut rata permukaan ujung benda kerja, kemudian lepas.
 Cekam ujung benda kerja yang telah di bubut rata seperti langkah no 4,
bubut rataujung      benda kerja sehingga mencapai ukuran panjang 20 mm.
 Lakukan pengeboran senter.
 Lakukan pengeboran dengan diameter mata bor 15 mm.
 Lakukan pengeboran dengan mata bor ø 16mm, kurangi kecepatan
pemakanan.
 Lepas benda kerja, kemudian pasang pada mandrel dengan diameter
16mm.
 Cekam mandrel, kemudian bubut rata permukaan benda kerja ø 43mm.
 Tirus bagian ujung benda kerja 2x450, lepas benda kerja.
 Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan mesin frais.
 Gunakan kepala pembagi dengan jumlah lobang 18.
 Pasang benda kerja pada cekam kepala pembagi.
 Menentukan titik nol pemakanan dengan cara :
- Nyalakan motor spindel utama
- Dekatkan mata pisau frais tepat diatas benda kerja, turunkan posisi
pisaudengan memutar handel penurun dan penaik meja.
- Posisi pisau harus benar-benar sejajar (sesumbu) dengan benda kerja.
- Turunkan hingga sedikit menyentuh benda kerja.
- Putar pengukur pada handle penaik dan penurun meja pada posisi nol,
jauhkan mata pisau frais.17.Naikkan meja frais setinggi 3,25mm,
sebagai tinggi gigi, kemudian makankan, jauhkan kembali.
 Putar piring pembagi 1kali putaran dan 6 lubang pada piring pembagi 18.
 Lakukan langkah kerja 17 dan 18, hingga terbentuk roda gigi.
 Lepas roda gigi dari cekam maupun darin mandrel.
 Rapikan bagian kepala roda gigi menggunakan kikir halus.
 Buat lubang pasak.
 Selesai.

2. Susunlah langkah kerja proses pembubutan untuk gambar dibawah ini :


Jawaban :
Langkah Kerja Membubut Poros Bertingkat
1. Pasanglah pahat bubut potong kedalam penjepit pahat dan serongkan sedikit
kekiri seperti.
2. Bersihkan material / benda kerja dari gram yang ada.
3. Masukkan benda kerja pada plat genggam mesin bubut.
4. Luruskan dan keraskan pegangan untuk persiapan bubut potong.
5. Ratakan ujung benda kerja dengan pahat bubut potong, kemudian bor benda
kerja dengan bor senter diameter 4 mm.
6. Lepaskan benda kerja dan kerjakan seperti no 3,4,5 untuk bagian baliknya
7. Pasangkan benda kerja pada kedua senternya dan persiapkan untuk
pembubutan sejarak 160 mm .
8. Gantilah mata bubut dengan mata bubut rata.
9. Bubutlah sepanjang 160 mm denagn pahat bubut rata, kemudian kerjakan
pembubutan sampai diameter 17.5 mm (ingat masih tetap menggunakan kerja
manual)
10. Bubutlah lagi benda kerja sepanjang 120 mm denagn pahat bubut rata
sehingga mencapai diameter 15 mm ( masih tetap menggunakan kerja manual).
11. Bubut lagi benda kerja sepanjang 80 mm dengan pahat bubut rata sehingga
mencapai diameter 10 mm.
12. Bubut lagi yang paling ujung sepanjang 40 mm dengan menggunakan pahat
bubut rata sehingga mencapai 5 mm
13. Ganti pahat bubut denagn pahat alur.
14. Kerjakan pembubutan alur pada tempat sesuai dengan gambar sehingga
mencapai diameter 15,12.5,10 mm
15. Bersihkan benda kerja dari serpihan serpihan hasil pembubutan dengan kertas
gosok.
16. Lepaskan benda kerja.

3. Buatlah program CNC untuk gambar dibawah ini

Jawaban :

Keterangan dari program di atas :


N 00: Informasi disampaikan pada mesin bahwa posisi pahat pada (M03).
N 02: Pahat diperintahkan maju lurus tidak menyayat(G00, X800, Z0) dari S ke A.
N 03: Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X800, Z–600, F 35) dari
A ke B.
N 04: Pahat diperintahkan menyayat tirus (G01, X1500, Z–1800, F 35) dari B ke C.
N 05: Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01, X2100, Z–2800, F 35) dari
C ke D.
N 06: Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X2100, Z–1800, F35)
dari D ke E.
N07: Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01, X2500, Z–2800, F35) dari E
ke F.
N 08: Pahat diperintahkan gerak cepat tidak menyayat (G00, X2500, Z0) dari F
kembali ke S.
N 09: Mesin diperintahkan untuk menghentikan putaran spindle utama (M05).
N 10: Mesin diperintahkan selesai (M30).

4. Buatlah program CNC untuk gambar dibawah ini :


Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai