Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BIAYA DAN PENERIMAAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan

Henny Utarsih, , S.E., M.Si

Disusun Oleh :

Albani Albar Bartz A10190244

Nurul Aini A10190253

Kokom Komalasari A10190020

Maya Melinda A10190016

Alda Eriyanti A10190022

Sandy Pratama A10190340

MANAJEMEN – C

STIE EKUITAS BANDUNG

JL. PH.H. Mustofa No.31, Neglasari, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung,
Jawa Barat 40124
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


mana telah menganugrahkan berkah, taufik dan hidayahNya. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpah kepada Rasullah SAW.

Makalah ini disusun dengan tujuan menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Teori Ekonomi.

Kami menyadari meskipun usaha telah dilakukan secara maksimal dengan


segala keterbatasan yang ada, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu kami harap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Teori
Ekonomi ibu Henny Utarsih, , S.E., M.Si. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada teman – teman yang telah mendukung dan mendoakan kerja
kelompok kami.

Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat dan juga dapat dimengerti
oleh pembaca. Terakhir, kami ucapkan permohonan maaf bila mana ada penulisan
atau pun kata kata yang salah dan kurang berkenan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling
berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel
kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama,
yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi,
kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor,
dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor
perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri.
Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam
menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan
suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia
terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi
dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral
sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat
bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk
melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang
tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan,
(http://majalah.tempointeraktif.com) negara-negara yang tergabung dalam
G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih
cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik
bruto untuk memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis
kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam
pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan
terutama di negara berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
2. Instrumen Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
3. Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
4. Kebijakan Fiskal dalam Pendapatan Nasional
5. Kebijakan Moneter dalam Pendekatan Model IS-LM
6. Dampak kebijakan Moneter dengan Pendekatan Kurva IS-LM dan
Kurva AD-AS
7. Kebijakan Fiskal dengan Pendekatan Kurva IS-LM dan Kurva AD-AS
8. Hubungan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian kebijakan moneter dan fiskal
2. Memahami instrumen kebijakan moneter dan fiskal
3. Memahami Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
4. Memahami Kebijakan Fiskal dalam Pendapatan Nasional
5. Memahami Kebijakan Moneter dalam Pendekatan Model IS-LM
6. Memahami Dampak kebijakan Moneter dengan Pendekatan Kurva IS-
LM dan Kurva AD-AS
7. Memahami Kebijakan Fiskal dengan Pendekatan Kurva IS-LM dan
Kurva AD-AS
8. Memahami Hubungan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank
sentral) dalambentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang
beredar, uang primer, atau kreditperbankan) untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.Perkembangan
perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas
harga,pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia.
Kebijakan moneter juga Dapatdiartikan sebagai upaya untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secaraberkelanjutan dengan
tetap mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter
dapatmelibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untukbank atau bahkan bertindak sebagai
peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuanmelalui negosiasi
dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan
dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan,
yang kemudian ditransfer pada sektor rill,
Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar
inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang agar tujuan dari kebijakan
moneter dapat terealisasikan. Kebijakan moneter dilakukan antara lain
dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing
dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.
2. Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan
jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan
ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan fiskal juga dapat
diartikan sebagai kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan ini dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan
yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.
Kebijakan pemerintah ini ditunjukan untuk mempengaruhi jalan
atau proses kehidupan ekonomi masyarakat melalu Anggaran Belanja
Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan
Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh
pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat
mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara
memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran

B. Instrumen Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal


1. Instrumen kebijakan moneter
Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter adalah:

a) Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank
sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.

b) Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan
(gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan
suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang
keinginan orang untuk menabung.

c) Kebijakan Cadangan Kas


Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau
menurunkan cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang
dari nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito,
dan jenis tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang
disetorkan nasabah dan tidak boleh dipinjamkan.

d) Kebijakan Kredit Ketat


Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-
benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability,
Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan
kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah
kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami
gejala inflasi.

e) Kebijakan Dorongan Moral


Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan
berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank
umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan
edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman
tabungan atau pun melepaskan pinjaman.

2. Instrumen Kebijakan Fiskal


instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan dengan pajak. Ini mengapa, ketaatan
membayar dan melaporkan pajak sangat penting untuk dilakukan.
Meski kecil, pajak dari setiap wajib pajak akan berpengaruh pada
keadaan ekonomi suatu negara.
a. Anggaran Defisit (Ekspansif)
Ketika negara sedang berada pada keadaan ekonomi yang
cenderung resesif, kebijakan ini biasanya diambil guna
membantu memulihkan keadaan ekonomi. Negara yang sedang
lesu ekonominya perlu ‘suntikan’ atau stimulus agar gairah
perekonomian meningkat.
Pada dasarnya, kebijakan ini disusun dengan membuat
angka pengeluaran lebih besar dari angka pemasukan negara.
Tujuan pengeluaran jelas, untuk memberikan stimulus dan
suntikan modal pada sektor industri agar bisa kembali pulih
dan berkembang.
b. Anggaran Surplus (Kontraktif)
Kebalikan dari anggaran defisit, instrumen ini digunakan
dengan membuat pemasukan negara lebih besar daripada
pengeluaran yang dilakukan negara. Kebijakan ini perlu
diambil sebagai tindak lanjut dari instrumen pertama, sehingga
pemerintah bisa menjaga stabilitas pada ekonomi yang mulai
bergairah.
Sebenarnya, tindak lanjut ini perlu dilakukan ketika
keadaan industri mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan
yang terlalu signifikan. Kebijakan ini, akan membuat tekanan
permintaan menurun sehingga suhu perekonomian akan sedikit
menurun.

c. Anggaran Berimbang
Ketika keadaan ekonomi yang jauh sudah mulai pulih,
maka pemerintah perlu melakukan langkah tepat untuk
menjaga kestabilan ini. Sederhananya, instrumen ini akan
mengkondisikan besaran pemasukan dan pengeluaran yang
dilakukan pemerintah cenderung seimbang sehingga ada
kepastian anggaran. Selain itu kebijakan fiskal ini diambil
untuk meningkatkan disiplin terkait sektor pemasukan negara,
yaitu pajak. Jika pemasukan dari sektor pajak bisa diandalkan
dan stabil, maka alokasi belanja negara juga akan bisa
dikondisikan agar tidak terjadi fluktuasi yang berlebihan.
Kebijakan ekonomi makro seperti ini memang sepertinya
terlihat sangat jauh dari kewajiban setiap individu wajib pajak
yang berada di Indonesia. Padahal, kebijakan ini sangat
terpengaruh pada penerimaan negara dari sektor pajak. Mau
tidak mau, wajib pajak sebenarnya harus memahami hal yang
berkaitan dengan kebijakan ini.

C. Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal


1. Tujuan Kebijakan Moneter
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah manajemen inflasi atau
pengangguran, dan pemeliharaan nilai tukar mata uang. berikut adalah
penjelasan lebih lengkapnya:

1. Inflasi
Kebijakan moneter dapat menargetkan tingkat inflasi. Tingkat
inflasi yang rendah dianggap sehat bagi perekonomian sebuah negara.
Namun, jika inflasi sudah sangat tinggi, kebijakan moneter diharapkan
dapat mengatasi masalah ini.
2. Pengangguran
Kebijakan moneter akan mempengaruhi tingkat pengangguran
dalam suatu negara. Sebagai contoh, kebijakan ekspansif umumnya
mengurangi pengangguran karena pasokan uang yang lebih tinggi
merangsang kegiatan bisnis yang mengarah pada perluasan pasar kerja.

3. Nilai tukar mata uang


Dengan menggunakan otoritas fiskal, bank sentral dapat mengatur
nilai tukar antara mata uang domestik dan asing. Sebagai contoh, bank
Indonesia dapat meningkatkan jumlah uang beredar dengan
mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Dalam kasus seperti itu, mata
uang negara tersebut menjadi lebih murah dibandingkan dengan mata
uang negara lain.

2. Tujuan Kebijakan Fiskal


Secara garis besar, tujuan kebijakan fiskal adalah untuk memengaruhi
jalannya perekonomian dengan berbagai sasaran berikut ini:

1. Meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal


bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara maksimal
karena berpengaruh besar dengan pemasukan atau pendapatan negara,
meliputi: bea dan cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan,
devisa negara, impor, pariwisata, dan lainnya.

Selain itu, contoh pengeluaran negara yang dimaksud di antaranya:

 Pembangunan sarana dan prasarana umum.


 Belanja persenjataan.
 Proyek pemerintah.
 Pesawat dan program lain untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Seperti yang kita ketahui, pengangguran merupakan salah satu masalah
yang menjadi momok di suatu negara. Di Indonesia, tingkat
pengangguran sudah berkurang 140.000 jiwa.
Menurut persentase tingkat pengangguran terbuka, jika pada Februari
2017 angkanya mencapai 5,33%, pada Februari tahun ini angkanya
berada di level 5,13%.
Hal tersebut juga tidak terlepas dari pelaksanaan kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal memang diaplikasikan serta menjadi prioritas dalam
upaya pencegahan timbulnya pengangguran.
3. Menstabilkan harga-harga barang/mengatasi inflasi. Turunnya
harga suatu barang membuat hilangnya harapan untuk mendapatkan
keuntungan bagi sektor swasta. Akan tetapi, harga yang terus
meningkat juga bisa mengakibatkan inflasi.

Di sisi lain, inflasi bisa memberikan keuntungan seperti menciptakan


kesempatan kerja penuh. Akan tetapi, inflasi juga bisa berdampak
negatif pada kelompok atau orang yang berpenghasilan rendah karena
daya beli jadi menurun.

Masalah inflasi yang tak kunjung stabil berpotensi besar membuat


kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkurang. Melalui
kebijakan fiskal, tingkat pendapatan nasional, kesempatan kerja, tinggi
rendahnya investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional pun
diharapkan akan berjalan dengan baik.

D. Kebijakan Fiskal dalam Pendapatan Nasional


Pada sistem perekonomisn ysng tertutup (tidak ada perdagangan
internasional) maka pendapatan nasional (Y ) dapat tersusun atas
konsumsi ( C ), Investasi ( I ), pengeluaran pemerintah ( G ). Dan
dirumuskan sebagai berikut :
C = Ay + B
dimana konsumsi ( C ) sebagai fungsi dirumuskan sebagai
pendapatan disposibel ( YD ) sebagai nilai pendapatam yang dapat
dibelanjakan diformulasikan sebagai :
YD = Y – Tx + Tr
YD = C + S
Keterangan :
Tx : Pajak
Tr : Transfer Pemerintah
S : Saving
Dimana saving dapat difungsikan sebagai:
Dengan pendekatan matematis dapat ditemukan adanya angka
pengganda / multiplier dalam perekonomian dengan penggunaan
kebijakan fiskal yaitu :
1. Angka Pengganda Investasi
2. Angka Pengganda Konsumsi
3. Angka Pengganda Pengeluaran Pemerintah
4. Angka Pengganda Transfer Pemerintah
5. Angka Pengganda Pajak
E. Kebijakan Moneter dalam Pendekatan Model IS-LM
Menurut Mankiw (2000), kerangka umum yang sering dipergunakan
dalam menganalisa interaksi simultan antara permintaan dan penawaran
baik pasar barang dan pasar uang adalah kerangka IS-LM yang mampu
mempengaruhi tingkat pendapatan atau output. Dalam teori kebijakan
moneter juga digunakan pendekatan agregate supply (AS), agregate
demand (AD) serta analisis IS-LM dari pasar barang dan jasa, dan pasar
uang. Dalam hal ini model IS-LM digunakan untuk menganalisis pengaruh
atau dampak dari suatu perekonomian makroekonomi terhadap
perekonomian (Nanga, 2005: 153). Pada prinsipnya, model IS-LM
merupakan pengembangan dari model silang Keynes (Keynesian cross)
tentang pendapatan nasional.
Untuk melihat interaksi antara pasar barang dan pasar uang dapat
dilihat pada skema di bawah ini (Nanga, 2005: 155):

Pendekatan dengan model IS-LM merupakan bagian penting dari


makroekonomi modern karena suatu kebijakan moneter yang dikeluarkan
otoritas moneter mempengaruhi kegiatan ekonomi dan interaksinya
dengan kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan
pajak) untuk menghasilkan suatu tingkat output agregat tertentu. Model
IS-LM memiliki beberapa asumsi yaitu:
1) Perekonomian hanya terdiri atas dua sektor yaitu sektor riil (pasar
barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar uang).
2) Tingkat bunga merupakan faktor penghubung antar pasar barang
dan pasar uang.
3) Pengeluaran konsumsi bergantung pada pendapatan disposable.
4) Permintaan investasi bergantung pada tingkat bunga dan
pendapatan.
5) Pengeluaran pemerintah bersifat eksogen.
6) Tingkat harga diasumsikan ditentukan secara eksogen.
7) Permintaan akan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan
tingkat bunga.
8) Jumlah uang beredar bersifat eksogen, di mana besarnya
ditentukan oleh otoritas moneter.
F. Dampak kebijakan Moneter dengan Pendekatan Kurva IS-LM dan
Kurva AD-AS
Dampak kebijakan moneter secara ekspansif dalam kerangka
model IS-LM dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar diatas menunjukkan bahwa dengan adanya kenaikan


jumlah uang beredar (Ms) dari Ms0 menjadi Ms1, telah menyebabkan
kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1 (Ms1).
Dengan kurva IS yang tertentu, menyebabkan kurva LM bergeser ke
kanan sehingga mendorong tingkat bunga (i) turun dari i0 menjadi i1, dan
pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke Y1.

Pada gambar kedua diatas, menjelaskan kebijakan ekspansif


dengan pendekatan ADAS. Pada gambar tampak adanya kenaikan di
dalam jumlah uang beredar telah menyebabkan kurva permintaan agregat
(AD) bergeser ke kanan dari AD0 (Ms0) ke AD1 (Ms1) yang
mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0 ke P1, dan pendapatan (Y)
juga naik dari Y0 ke Y1. Sebaliknya berdasarkan gambar 2.3a, kebijakan
moneter secara kontraktif pada model IS-LM menunjukkan pengurangan
dari jumlah uang beredar (Ms) dari Ms0 ke Ms1, telah menyebabkan kurva
LM bergeser ke kiri dari LM0 (Ms0) menjadi LM1 (Ms1). Akibatnya
kurva LM bergeser ke kiri sehingga tingkat bunga (i) naik dari i0 menjadi
i1, dan pendapatan (Y) akan turun dari Y0 ke Y1. Kebijakan moneter
secara kontraktif dalam kerangka model IS-LM dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar: 2.1 Kebijakan moneter kontraktif dalam model IS-LM


Sumber: Nanga, 2005: 188

Gambar : 2.2 Kebijakan moneter kontraktif dalam model AD-AS Sumber: Nanga,
2005: 188
Pada gambar 2.2, menunjukkan apabila pemerintah melakukan kebijakan
moneter kontraktif dengan pendekatan AD-AS. Pada gambar tampak adanya
kenaikan di dalam jumlah uang beredar telah menyebabkan kurva permintaan
agregat (AD) bergeser ke kiri dari AD0 (Ms0) ke AD1 (Ms1) yang
mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0 ke P1, dan pendapatan (Y) juga naik
dari Y0 ke Y1.
G. Kebijakan Fiskal dengan Pendekatan Kurva IS-LM dan Kurva AD-
AS
Dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian terbagi atas dua
yaitu kebijakan fiskal secara ekspansif, di mana kebijakan yang dilakukan
melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G) dan/atau penurunan
penerimaan pajak (T) dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan
agregat (AD) di dalam perekonomian. Kebijakan fiskal secara ekspansif
dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Nanga, 2005: 183&184):
Berdasarkan pada gambar 2.4a di bawah ini, menjelaskan kebijakan
ekspansif dalam pendekatan IS-LM. Kenaikan di dalam pengeluaran
pemerintah (G) menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan dari IS0 (G0) ke
IS1 (G1) juga mengakibatkan tingkat pendapatan (Y) naik dari Y0 ke Y1,
dan tingkat bunga (i) juga naik dari i0 ke i1.

Gambar.2.3 Kebijakan fiskal ekspansif dalam model IS-LM Sumber:


Nanga, 2005: 183

Gambar 2.4 Kebijakan fiskal ekspansif dalam model AD-AS


Sumber: Nanga, 2005: 183
Pada gambar 2.4 , menjelaskan kebijakan fiskal ekspansif dalam
pendekatan AD-AS. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah, maka
dengan kurva AS tertentu permintaan agregat (AD) naik dan bergeser ke kanan
dari AD0 (G0) ke AD1 (G1) sehingga mengakibatkan tingkat harga (P) dari P0 ke
P1 dan tingkat output (Y) dari Y0 ke Y1 mengalami peningkatan. Dampak
kebijakan fiskal yang kedua adalah kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengurangi pengeluaran pemerintah (G) dan/atau meningkatkan
penerimaan pajak (T), yang bertujuan untuk menurunkan tingkat permintaan
agregat di dalam perekonomian (Nanga, 2005: 183&185). Berikut gambar
mengenai kebijakan fiskal secara kontraktif:

Gambar 2.5, Kebijakan fiskal kontraktif dalam model IS-LM Sumber:


Nanga, 2005: 185
Pada gambar 2.5 di atas, ketika pengeluaran pemerintah (G) mengalami
penurunan, maka dalam asumsi ceteris paribus akan menyebabkan kurva IS turun
dan bergeser ke kiri yaitu dari IS0 (G0) ke IS1 (G1). Selanjutnya menyebabkan
tingkat bunga (i) maupun pendapatan (Y) akan mengalami penurunan yaitu i0 ke
i1 dan Y0 ke Y1.
Gambar 2.6 , Kebijakan fiskal kontraktif dalam model AD-AS (Nanga, 2005: 185)
Gambar 2.6, terjadinya kebijakan fiskal kontraktif dalam model AD-AS
akibat adanya penurunan pengeluaran pemerintah (G). Bergesernya permintaan
agregat (AD) ke kiri dari AD0 (G0) ke AD1 (G1) mengalami penurunan. Dengan
adanya kurva AD ke kiri mengakibatkan baik tingkat harga (P) maupun tingkat
pendapatan (Y) masing-masing mengalami penurunan yaitu dari P0 ke P1 dan Y0
ke Y1.

H. Hubungan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal


Hubungan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dalam gambar 2.6, dijelaskan bahwa kebijakan moneter akan
mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, pasar uang dan surat berharga
tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, sedangkan tingkat
bunga akan mempengaruhi permintaan agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai
pengaruh terhadap permintaan agregat dan penawaran agregat, di mana
permintaan agregat dan penawaran agregat akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah
negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai
pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan Moneter bertumpu pada
hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di
mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih
baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
Kedua kebijakan ini sama-sama memiliki peran serta pengaruh yang
sangat penting terhadap perekonomian inodonesia.

B. Saran
Materi mengenai Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal ini
diharapkan lebih dimengerti, dan ditingkatkan lebih baik lagi karena
kebijakan moneter dan fiskal sangat terkait dengan kondisi perekonomian
di suatu wilayah atau negara. Dan dapat membantu kita untuk mengetahui
bagaimana kondisi perekonomian di wilayah kita sendiri serta
mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://fathulyusri.blogspot.com/2017/05/makalah-kebijakan-moneter-dan-
kebijakan.html

http://e-journal.uajy.ac.id/3490/3/2EA15064.pdf

https://www.scribd.com/doc/186509406/Makalah-Kebijakan-Moneter-Dan-Fiskal

Anda mungkin juga menyukai