Asuhan Keperawatan Scabies
Asuhan Keperawatan Scabies
Reservoir sarcopter
meningkat
Tidak mengetahui
SCABIES
penyakit
Pengeluaran
reseptor
Sulit tidur
Melakukan
garukan pada kulit
Resiko masuknya
Resiko infeksi kuman atau patogen
D. Manifestasi Klinis
Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat – tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu – abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dan
rata – rata panjang 1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi).
Biasanya ditemukan pada daerah dengan stratum korneum tipis seperti sela –
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, pantat, genitalia
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit, pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
Orang dengan kudis umumnya memiliki luka di beberapa bagian tubuhnya.
Luka biasanya terbentuk akibat menggaruk kulit terlalu keras.
Kerak tebal pada kulit ketika penderita menderita scabies berkrusta atau
Norwegian scabies, karena jumlah tungau yang bisa mencapai ribuan di kulit,
rasa gatalnya pun jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan jenis biasa. Untuk
itu, salah satu tanda umum dari Norwegian scabies ini adalah kerak tebal yang
tersebar luas di kulit. Biasanya kerak terlihat berwarna keabu-abuan dan
mudah hancur saat disentuh.
E. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh akumulasi secret dan pembentukan histamin,
sehingga pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya
papula, vesikel, dan urtika. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau.
F. Komplikasi
1) Scabies Norwegia atau berkrusta pada superinfestasi, lesi psoriasiform
berkrusta timbul secara luas ditubuh, rasa gatal dan terowongan biasanya tidak
ada.
2) Impetigo akibat adanya infeksi infeksi sekunder dengan S.pygones bisa terjadi
di daerah tropis.
3) Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated) : ditandai dengan lesi berupa
papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar
ditemukan.
4) Scabies inconigto : muncul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik tetapi, tungau tetap ada dan tetap
bisa terjadi penularan. Scabies inconigto sering sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, lesi yang luas dan mirip penyakit lain.
5) Scabies nodular : terdapat lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat di bagian tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap
tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu
tahun meskipun sudah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
6) Scabies yang ditularkan melalui hewan : biasanya ditularkan oleh hewan yaitu
anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies manusia yaitu tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya
terjadi di daerah dimana orang-orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya, yaitu perut, dada, paha, dan lengan. Masa inkubasi lebih
pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8
minggu) dan dapat sembuh karena Sarcoptes scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada tubuh manusia.
7) Scabies terbaring di tempat tidur (bed ridden) : Pada penderita penyakit kronis
atau orang tua yang terpaksa tinggal di tempat tidur dapat menderita scabies
yang lesinya terbatas.
G. Penatalaksanaan
1. Malaton atau permethrin topical adalah obat yang lebih dipilih, benzil benzoate
merupakan zat iritan dan kurang efektif.
2. Ivermectin dosis tunggal berguna pada scabies Norwegia dimana pengobatan
lokal mungkin tidak berhasil.
3. Gatal – gatal pada scabies dapat menetap beberapa minggu pasca pengobatan,
maka dari itu dapat diberi olesan krotamiton 10% yang dapat membantu.
4. Krim permethrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
5. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnyabernanah di area yang terkena (sela – sela jari, alat kelamin) akibat
garukan.
6. Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
7. Menjemur alat – alat tidur atau mencuci sprei dan selimut.
8. Hindari pemakaian pakaian atau handuk bersama – sama.
9. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan debris yang mengelupas
dari krusta setelah itu biarkan kulit kering dengan sendirinya.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Membuat biopsi irisan atau Epidermal shave biopsy : dengan menjepit lesi
dengan dua jari, kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
2) Kerokan kulit : menempatkan setetes minyak mineral di atas liang dan kemudian
menggoreskannya secara longitudinal menggunakan skapel nomer 15. Setelah itu,
hasil kerokan di tempatkan pada kaca objek dan diberi kaca penutup dan dengan
mikroskop pembesaran 20x atau 100x maka dari itu dapat dilihat atau kelihatan
tungau, telur, atau skibala.
3) Mengambil tungau dengan jarum : jarum dimasukkan ke dalam bagian yang gelap
dan digerakkan tangensial, lalu tungau akan memegang ujung jarum, dan dapat
dikeluarkan.
B. Diagnosa Keperawatan :
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya maserasi sekunder
terhadap gatal yang ditimbulkan oleh infasi parasit.
b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan sekunder dengan
rasa gatal (pruritus nokturna).
c) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan kontak langsung pada penderita
sekunder dengan perpindahan tungau.
C. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DO : Adanya ruam pada
pasien menggaruk kulit.
kulitnya yang gatal,
adanya kemerahan
pada kulit. Reflek menggaruk
DS :
Pasien mengatakan
gatal pada beberapa Timbul gatal Kerusakan Integritas
bagian tubuhnya. Kulit
Sensitiasi terhadap
sekreta dan ekskreta
tungau
Infeksi parasit
sarcoptes scabiei pada
kulit
2. DO : Gangguan pola tidur
Pasien mengalami
gangguan tidur.
DS : Pruritus nocturna
Pasien mengatakan
gatal – gatal pada
malam hari sehingga Aktifitas tungau
tidak bisa tidur dengan meningkat saat hospes Gangguan Pola Tidur
nyenyak. tidak berativitas
Infeksi parasit
sarcoptes scabiei pada
kulit
3. DO : Resiko infeksi
Adanya ruam pada
tubuh pasien. Pasien
sering kontak dengan Berpindahnya parasit
sekitarnya.
DS : Resiko Penularan Infeksi
- Kontak pasien dengan
sekitarnya
E. Evaluasi
1) Setelah dilakukan intervensi keperawatan semua risiko yang mungkin terjadi
dapat dihindari.
2) Setelah dilakukan intervensi keperawatan masalah dapat tertangani sebagian
dan akan dilanjutkan hingga masalah dapat tertangani secara penuh.
3) Setelah diakukan intervensi keperawatan pasien dapat merasakan perubahan
dalam keadaan yang lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S. 2010. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi6. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI
Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: EGC
Kenny, Tim. 2012. Scabies. United Kingdom : EMIS.
Khrisna, A. 2013. Mengenali Keluhan Anda : Info Kesehatan Umum untuk Pasien Ed.1.
Jakarta: Informasi Medika
M. Zenilman, Jonathan dkk. 2012. Sexually Transmitted Infections: Diagnosis, Management,
and Treatment. Jones & Bartlett Learning, Canada
ASUHAN KEPERAWATAN